cr tuli snhl
DESCRIPTION
case report tuli sensorineural 2014TRANSCRIPT
BAB I
STATUS PENDERITA
Identitas
Nama Lengkap : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 62 tahun
Suku Bangsa : Jawa
A g a m a : Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : 22 A, Metro
Tanggal masuk : 12 Juli 2014
Riwayat Penyakit
Keluhan utama : Telinga kiri berdenging dan mengalami penurunan
pendengaran
Keluhan tambahan : Kepala terasa berdenyut-denyut
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli klinik THT dengan keluhan telinga kiri berdenging dan
penurunan pendengaran. Teling berdenging dirasakan sejak ±3 bulan yang lalu
dan dirasakan memberat apabila mendengar suara gaduh, sedangkan keluhan
penurunan pendengaran dirasakan sejak 1 bulan lalu dan terjadi secara bertahap
dan semakin memberat. Pasien mengeluhkan kepala terasa berdenyut-denyut, rasa
penuh di telinga kiri, dan nyeri saat berada di tempat bising. Keluhan tidak
disertai demam, nyeri tekan tragus, nyeri tekan os.mastoid. Riwayat pernah
mengorek-ngorek telinga kiri. Riwayat trauma dan pemakaian obat-obatan
ototoksik disangkal oleh pasien. Telinga kanan dalam batas normal. Tidak ada
rasa gatal baik di telinga kiri ataupun telinga kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat diabetes melitus (-)
- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan sama.
STATUS GENERALIS
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Pemeriksaan Fisik : Tidak dilakukan
KEPALA & LEHER
- Kepala : Bulat simetris
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
- Leher : Simetris, Trakea di tengah, Pembesaran KGB (-)
STATUS LOKALIS THT
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra SinistraDaun telinga
(Auricula)
Kel kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus
Tidak ada Tidak ada
Dinding liang(Meatus Auditus Eksternus)
Cukup lapang (N) + +
Sempit Tidak ada Tidak ada
Hiperemis Tidak ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Sekret/serumen Ada / Tidak Tidak ada Tidak ada
2
Bau Tidak ada Tidak ada
Warna Tidak ada Tidak ada
Jumlah Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak ada Tidak ada
Membran
Timpani
Warna Putih mengkilat Putih mengkilat
Refleks cahaya Arah jam 5 Arah jam 7
Bulging Tidak ada Tidak ada
Pulsating point Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Tes garpu tala Rinne 256 Hz Positif Positif
Rinne 512 Hz Positif Positif
Rinne 1024 Hz Positif Positif
Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber 256 Hz Lateralisasi ke kanan
Weber 512 Hz Lateralisasi ke kanan
Weber 1024 Hz Lateralisasi ke kanan
Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dektra SinistraHidung luar Deformitas Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Kelainan congenital
Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Sinus Paranasal
Tidak dilakukan
3
Rinoskopi Anterior
Tidak dilakukan
Rinoskopi Posterior
Tidak dilakukan
Orofaring dan mulut
Pemeriksaan Kelainan Dekstra SinistraPalatum mole +
arcus faring
Simetris/tidak Simetris Simetris
Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Dinding faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Muara kripti Normal Normal
Detritus Tidak ada Tidak ada
Perlengketan
dengan pilar
Tidak ada Tidak ada
Peritonsil Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Tumor Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Gigi Karies / radiks Tidak ada Tidak ada
Kesan Normal Normal
Lidah Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Normal Normal
4
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Diagnosa kerja
Tuli Sensorineural Auricula Sinistra
Diagnosis banding
a) NIHL (Noise Inducted Hearing Loss) auricula sinistra
b) Presbiakusis
Pemeriksaan anjuran
Audiometri
Penatalaksanaan anjuran
Non-medikamentosa
- Kontrol 5 hari setelah pemeriksaan, tanyakan perkembangan keluhan yang
muncul
- Edukasi pasien agar menghindari suara bising
- Edukasi pasien mengenai penyakit dan kemungkinan memerlukan alat bantu
pendengaran sebagai penatalaksanaannya
Medikamentosa
- Vitamin B1
- Vasodilator perifer
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
5
DISKUSI KASUS
Telah dilaporkan seorang laki-laki usia 62 tahun dengan diagnosis kerja tuli
sensorineural. Tuli sensorineural adalah berkurangnya pendengaran atau
gangguan pendengaran yang terjadi akibat kerusakan pada telinga bagian dalam,
saraf yang berjalan dari telinga ke otak (saraf pendengaran), atau otak.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, yaitu:
A. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa telinga berdenging sejak ±3
bulan yang lalu dan dirasakan memberat apabila mendengar suara gaduh,
sedangkan keluhan penurunan pendengaran dirasakan sejak 1 bulan lalu dan
terjadi secara bertahap dan semakin memberat. Selain itu, kepala terasa
berdenyut-denyut, telinga kiri terasa penuh dan nyeri saat berada di tempat
bising. Keluhan tidak disertai demam, nyeri tekan tragus dan nyeri tekan
os.mastoid. Riwayat pernah mengorek-ngorek telinga kiri. Riwayat trauma
dan pemakaian obat-obatan ototoksik disangkal oleh pasien. Telinga kanan
dalam batas normal.
B. Pemeriksaan Fisik
Telinga kiri
Daun telinga : dalam batas normal
Liang telinga : hiperemis
Belakang telinga : dalam batas normal
Membran timpani : dalam batas normal
C. Pemeriksaan Penunjang
Rinne 256 Hz, 512 Hz dan 1024 Hz : telinga kiri (+)
Weber 256 Hz, 512 Hz dan 1024 Hz : Lateralisasi ke arah kanan
Swabach : tidak dilakukan
Audiometri : tidak dilakukan
6
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita tuli sensorineural. Hal ini ditinjau dari keluhan pasien
berupa telinga berdenging dan penurunan pendengaran. Hal ini juga didukung
dengan pemeriksaan penunjang berupa tes penala yang menunjukkan tuli
sensorineural dengan hasil tes rinne positif dan lateralisasi ke arah yang sehat.
Diagnosa pasti tuli sensorineural berdasarkan hasil uji audiometri. Pada tahap
awal terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi 2000 Hz. Garis
ambang dengar pada audiogram jenis metabolic dan mekanik lebih mendatar,
kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan.
Pemeriksaan audiometric tutur menunjukan adanya gangguan diskriminasi wicara
(speech discrimination). Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan audiometri
karena keterbatasan alat. Sehingga penegakan diagnosis hanya berdasarkan gejala
klinis, pemeriksaan fisik dan tes penala.
Pada dasarnya, tidak ada terapi medikamentosa khusus dalam pengobatan tuli
sensoris & presbikusis, dikarenakan etiologi dari penyakit ini adalah kerusakan
pada sistem saraf yang berperan dalam konduksi suara. Pemberian obat hanya
untuk menghilangkan simptom, namun tidak memperbaiki fungsi pendengaran
secara masif.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari
definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising bersifat subyektif, tergantung
dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan
secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai
frekuensi.
Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif atau tuli sensorineural. Tuli
konduktif biasanya disebabkan oleh kelainan yang terdapat di telinga luar atau
telinga tengah. Tuli sensorineural dibagi atas tuli sensorineural koklea dan
retrokoklea.
Tuli sensorineural adalah berkurangnya pendengaran atau gangguan pendengaran
yang terjadi akibat kerusakan pada telinga bagian dalam, saraf yang berjalan dari
telinga ke otak (saraf pendengaran), atau otak.
INSIDENSI
Keterampilan komunikasi adalah pusat kehidupan yang sukses untuk semua
orang.Gangguan komunikasi sangat mempengaruhi pendidikan, pekerjaan, dan
kesejahteraan banyak orang. Jumlah orang Amerika dengan gangguan
pendengaran memiliki angka kejadian dua kali lipat selama 30 tahun terakhir.
Berdasarkan data yang diperoleh dari survei federal, didapatkan prevalensi untuk
individu yang berusia tiga tahun atau lebih yang mengalami gangguan
8
pendengaran berkisar 13,2 juta (1971), 14,2 juta (1977), 20,3 juta(1991), dan 24,2
juta (1993). Seorang peneliti independen memperkirakan bahwa 28,6 juta orang
Amerika memiliki gangguan pendengaran pada tahun 2000. Gangguan
pendengaran sensorineural mendadak ditemukan hanya 10-15% dari jumlah
pasien. Insidensi tahunan gangguan pendengaran sensorineural
diperkirakan adalah 5 sampai 20 kasus per 100.000 orang. Paparan dengan
kebisingan telah lama dikenal sebagai faktor risiko untuk gangguan
pendengaran.Lebih dari 30 juta orang Amerika yang terkena tingkat suara
berbahaya secara teratur.
ETIOLOGI
Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (congenital), labirinitis (oleh
bakteri/virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin,
kina, asetosal atau alkohol. Selain itu, tuli sensorineural juga dapat disebabkan
oleh tuli mendadak (sudden deafness), trauma kapitis, trauma akustik, dan pajanan
bising.
Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut
pons serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak, dan sebagainya.
PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit dari tuli sensorineural disebabkan oleh beberapa hal sesuai
dengan etiologi yang sudah disebutkan diatas. Pada tuli sensorineural (perseptif)
kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau di pusat
9
pendengaran. Sel rambut dapat dirusak oleh tekanan udara akibat terpapar oleh
suara yang terlalu keras untuk jangka waktu yang lama dan iskemia. Kandungan
glikogen yang tinggi membuat sel rambut dapat bertahan terhadap iskemia
melalui glikolisis anaerob.
Sel rambut juga dapat dirusak oleh obat-obatan, seperti antibiotik aminoglikosida
dan agen kemoterapeutik cisplatin, yang melalui stria vaskularis akan
terakumulasi di endolimfe. Hal ini yang menyebabkan tuli telinga dalam yang
nantinya mempengaruhi konduksi udara dan tulang. Ambang pendengaran dan
perpindahan komponen aktif membran basilar akan terpengaruh sehingga
kemampuan untuk membedakan berbagai nada frekuensi yang tinggi menjadi
terganggu. Akhirnya, depolarisasi sel rambut dalam tidak adekuat dapat
menghasilkan sensasi suara yang tidak biasa dan mengganggu (tinnitus subyektif).
Hal ini bias juga disebabkan oleh eksitasi neuron yang tidak adekuat pada jaras
pendengaran atau korteks auditorik.
Kekakuan membran basilar mengganggu mikromekanik yang akan berperan
dalam ketulian pada usia lanjut. Tuli telinga dalam juga disebabkan oleh sekresi
endolimfe yang abnormal. Jadi, loop diuretics pada dosisi tinggi tidak hanya
menghambat kotranspor Na+ -K+ -2Cl- ginjal, tetapi juga di pendengaran. Kelainan
genetik pada kanak K+ di lumen juga diketahui menyebabkan hal tersebut. Kanal
K+ terdiri atas dua subunit (IsK/KvLQT1) yang juga diekspresikan pada organ lain,
berperan dalam proses repolarisasi. Defek KvLQT1 atau IsK tidak hanya
mengakibatkan ketulian, tetapi juga perlambatan repolarisasi miokardium.
Ganggguan penyerapan endolimfe juga dapat menyebabkan tuli di mana ruang
endolimfe menjadi menonjol keluar sehingga mengganggu hubungan antara sel
10
rambut dan membran tektorial (edema endolimfe). Akhirnya, peningkatan
permeabilitas antara ruang endolimfe dan perilimfe yang berperan dalam penyakit
Meniere yang ditandai dengan serangan tuli dan vertigo.
MANIFESTASI KLINIS
Gangguan pendengaran mungkin timbul secara bertahap atau tiba-tiba. Gangguan
pendengaran mungkin sangat ringan, mengakibatkan kesulitan kecil dalam
berkomunikasi atau berat seperti ketulian. Kehilangan pendengaran secara cepat
dapat memberikan petunjuk untuk penyebabnya. Jika gangguan pendengaran
terjadi secara mendadak, mungkin disebabkan oleh trauma atau adanya gangguan
dari sirkulasi darah. Sebuah onset yang tejadi secara bertahap bisa dapat
disebabkan oleh penuaan atau tumor.
Gejala seperti tinitus (telinga berdenging) atau vertigo (berputar sensasi), mungkin
menunjukkan adanya masalah dengan saraf di telinga atau otak. Gangguan
pendengaran dapat terjadi unilateral atau bilateral. Kehilangan pendengaran
unilateral yang paling sering dikaitkan dengan penyebab konduktif, trauma, dan
neuromas akustik. Nyeri di telinga dikaitkan dengan infeksi telinga, trauma, dan
obstruksi pada kanal. Infeksi telinga juga dapat menyebabkan demam.
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Diperlukan anamnesis yang terarah untuk menggali lebih dalam dan luas
keluhan utama pasien. Keluhan utama telinga antara lain pekak (tuli), suara
berdenging (tinnitus), rasa pusing berputar (vertigo), rasa nyeri di dalam
11
telinga (otalgia), dan keluar cairan dari telinga (otore). Perlu ditanyakan
apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau
bertambah berat, sudah berapa lama diderita, riwayat trauma kepala, telinga
tertampar, trauma akustik, terpajan bising, pemakaian obat ototoksik, pernah
menderita penyakit infeksi virus, apakah gangguan pendengaran ini sudah
diderita sejak bayi sehingga terdapat gangguan bicara dan komunikasi, dan
apakah gangguan lebih terasa di tempat yang bising atau lebih tenang.
B. Pemeriksaan audiologi khusus
Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan pemeriksaan
yang terdiri dari audiometri khusus, audiometri objektif, pemeriksaan tuli
anorganik, dan pemeriksaan audiometri anak.
1. Audiometri khusus
Perlu diketahui adanya istilah rekrutmen yaitu peningkatan sensitifitas
pendengaran yang berlebihan di atas ambang dengar dan kelelahan
merupakan adaptasi abnormal yang merupakan tanda khas tuli retrokoklea.
Kedua fenomena ini dapat dilacak dengan beberapa pemeriksaan khusus,
yaitu:
Tes SISI (short increment sensitivity index)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien dapat
membedakan selisih intensitas yang kecil (samapai 1 dB).
Tes ABLB (alternate binaural loudness balans test)
12
Diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada kedua
telinga sampai kedua telinga mencapai persepsi yang sama.
Tes Kelelahan (Tone decay)
Telinga pasien dirangsang terus-menerus dan terjadi kelelahan. Tandanya
adalah tidak dapat mendengar dengan telinga yang diperiksa.
Audiometri Tutur (Speech audiometri)
Tujuan pemeriksaan adalah untuk menilai kemampuan pasien berbicara
dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
Audiometri Bekesy
Tujuan pemeriksaan adalah menilai ambang pendengaran seseorang
dengan menggunakan grafik.
2. Audiometri objektif
Audiometri Impedans
Tujuan pemeriksaan adalah untuk memeriksa kelenturan membran
timpani dengan tekanan tertentu pada meatus akustikus eksterna.
Elektrokokleografi
Digunakan untuk merekam gelombang-gelombang yang khas dari
evoke electropotential cochlea.
Evoked Response Audiometry
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai perubahan potensial listrik di
otak setelah pemberian rangsang sensoris berupa bunyi. Pemeriksaan
ini bermanfaat pada keadaan tidak memungkinkan untuk dilakukan
13
pemeriksaan biasa dan untuk memeriksa orang yang berpura-pura tuli
(malingering) atau kecurigaan tuli saraf retrokoklea.
Otoacoustic Emission/OAE
Emisi otoakustik menunjukkan gerakan sel rambut luar dan
merefleksikan fungsi koklea.
3. Pemeriksaan tuli anorganik
Cara Stenger
Memberikan 2 nada yang bersamaan pada kedua telinga, kemudian
nada dijauhkan pada sisi yang sehat.
Audiometri nada murni dilakukan secara berulang dalam satu minggu.
Dengan Impedans.
Dengan BERA.
4. Audiologi anak
Free field test
Bertujuan untuk menilai kemampuan anak dalam memberikan respons
terhadap rangsang bunyi yang diberikan.
Audiometri bermain (play audiometry).
BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry).
Echocheck dan emisi Otoakustik (Otoacoustic emissions/OAE).
DIAGNOSIS BANDING
14
Beberapa penyakit yang dapat dijadikan sebagai diagnosis banding
tuli sensorineural,antara lain barotrauma, serebrovaskular hiperlipidemia, efek
akibat terapi radiasi, traumakepala, lupus eritematosus, campak, multiple
sclerosis, penyakit gondok, neoplasma kanal telinga, neuroma, otitis externa, otitis
media dengan pembentukan kolesteatoma, ototoxicity ,poliartritis, gagal ginjal,
dan sipilis.
PENATALAKSANAAN
Tuli sensorineural tidak dapat diperbaiki dengan terapi medis atau bedah tetapi
dapat distabilkan. Tuli sensorineural umumnya diperlakukan dengan menyediakan
alat bantu dengar (amplifikasi) khusus. Volume suara akan ditingkatkan melalui
amplifikasi, tetapi suara akan tetap teredam. Saat ini, alat bantu digital yang di
program sudah tersedia, dimana dapat diatur untuk menghadapi keadaan yang
sulit untuk mendengarkan.
Tuli sensorineural yang disebabkan oleh penyakit metabolik tertentu (diabetes,
hipotiroidisme, hiperlipidemia, dan gagal ginjal) atau gangguan autoimun
(poliartritis dan lupus eritematosus) dapat diberikan pengobatan medis sesuai
penyakit yang mendasarinya. Beberapa individu dengan tuli sensorineural yang
berat, dapat dipertimbangkan untuk melakukan implantasi bedah perangkat
elektronik di belakang telinga yang disebut implan koklea yang secara langsung
merangsang saraf pendengaran.
Pada dasarnya, tidak ada terapi medikamentosa khusus dalam pengobatan tuli
sensoris & presbikusis, dikarenakan etiologi dari penyakit ini adalah kerusakan
pada sistem saraf yang berperan dalam konduksi suara. Pemberian obat hanya
15
untuk menghilangkan simptom, namun tidak memperbaiki fungsi pendengaran
secara masif. Beberapa obat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
a. Vasodilator
Seperti asam nikotinat dan derivatnya menyebabkan vasodilatasi perifer, dan
pemberian dosis tinggi dalam waktu yang lama menurunkan bloodlipid pada
orang hiperkolesterolemia. Efek terapeutik pada presbikusis disebabkan oleh
dilatasi koklear dan pembuluh darah di otak akibat aksi lipoproteinolitik dari
obat tersebut. Contoh lain misalnya Ronicol dan Hydergin. Obat yang sering
diberikan adalah Tebokan.
b. Obat lipoproteinolitik
Heparin i.v. 250 mg setiap hari selama 8 hari. Kemajuan audiometrik didapat
pada 25% penderita. Vertigo dan tinitus menghilang pada 45% penderita.
c. Vitamin
Vitamin B1 memberikan 43,5% kemajuan dalam pendengaran. Vitamin B
banyak dicoba dengan hasil yang lebih memuaskan.
PROGNOSIS
Pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural yang berat mungkin dapat
mendengar suara setelah melakukan implantasi koklea. Jika tinitus disebabkan
oleh tumor akustik, otosklerosis, atau kondisi tekanan telinga meningkat dalam
hidrolik (sindrom Meniere), operasi untuk mengangkat lesi atau menyamakan
tekanan dapat dilakukan. Tinitus berkurang atau sembuh sekitar 50% dari kasus
yang berat setelah menjalani operasi.
16
BAB III
KESIMPULAN
Tuli sensorineural adalah berkurangnya pendengaran atau gangguan
pendengaran yang terjadi akibat kerusakan pada telinga bagian dalam, saraf yang
berjalan dari telinga ke otak (saraf pendengaran), atau otak. Untuk membedakan
tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan pemeriksaan yang terdiri dari
audiometri khusus, audiometri objektif, pemeriksaan tuli anorganik, dan
pemeriksaan audiometri anak. Tuli sensorineural tidak dapat diperbaiki dengan
terapi medis atau bedah tetapi dapat distabilkan. Pasien dengan gangguan
pendengaran sensorineural yang berat mungkin dapat mendengar suara setelah
melakukan implantasi koklea.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adams GL, Boeis, LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi keenam.
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.
ASHA. Hearing Loss. 2011. Accessed on: 12th july 2014. Available from:
http://www.asha.org/public/hearing/Hearing-Loss/
AARP. Sensorineural deafness. 2009. Accessed on: 12 july 2014. Available from:
https://www.aarphealthcare.com/adamcontent/sensorineuraldeafness?
hlpage=article&loc=table_of_contents_nav#definition.
MD Guidelines. Hearing Loss. 2010. Accessed on: 12 july 2014. Available
from:http://www.mdguidelines.com/hearing-loss.
Sjarifuddin, Bashiruddin J, Alviandi W. Tuli Koklea dan Tuli Retrokoklea.
Dalam:Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala& Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI, 2008. h. 23-30.10.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT.
Edisi Keenam. Jakarta; Balai Penerbit FKUI; 2010. p. 145-153.
Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta:EGC;2011.h.137.
18