makalah pbl 10

Upload: ahmad-wahidi

Post on 10-Jul-2015

240 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

A..STRUKTUR MAKROSKOPIK UTERUS

Uterus wanita terbahagi kepada beberapa bahagian : Cavum uteri : pada potongan frontal, kavum uteri berbentuk segi tiga terbalik dan berbentuk celah pada potongan sagital. Pada sudut atas, terdapat muara kedua tubae dan disebelah distalnya pula terdapat orificium internum uteri. Seterusnya, cavum utero bagian distal akan beralih menjadi canalis isthmi dan berakhir pada orificium externum canalis isthmi. Rongga cervix : juga dikenal sebagai canalis cervicis yang menghubungkan cavum uteri melalui lubang bagian dalam cervix (ostium internu) dengan vagina melalui lubang bagian luar cervix (ostium externum). Ostium externum uteri : pada nullipara berbentuk sirkular. Pada multipara berbentuk lintang, mempunyai bibir depan dan belakang serta pars vaginalis cervicis akan menjadi lebih besar.

Dinding uterus: 1. Endometrium 2. Myometrium (lapisan otot polos dengan banyak pembuluh darah) 3. Perimetrium Permukaan uterus : permukaan dorsal uterus agak cembung dan berbatasan dengan rektum. Permukaan ventralnya pula sedikit mendatar dan berbatasan dengan vesica urinaria VASKULARISASI UTERUS I. Nadi : a.uterina (cabang a.illiaca interna) : a.ovaricaII.

Pembuluh balik : v.uterina v.illiaca interna v.illiaca communis v.cava inferior

PEMBULUH GETAH BENING I. Fundus uteri : mengikuti A.ovarica dan berakhir pada nnll. Para aorta (setinggi vetbra lumbal 1) II. III. Corpus dan cervix uteri : nnll iliaca interna Sebagian kecil getah bening mengikuti ligamentum teres uteri memasuki canalis inguinalis dan berakhir pada nnll inguinalis superficialis. PERSARAFAN cabang-cabang pleksus hypogastricus inferior

TUBA UTERINA FALOPII

I. II. III. IV.

Ithmus : bagian tuba yang paling sempit Ampulla : bagian yang paling lebar dan disinilah terjadinya fertilisasi Infundibulum : bagian yang berbentuk corong dan mempunyai fimbriae Pars interstisialis : bagian tuba yang dapat dalam dinding uterus

VASKULARISASI : I. II. Nadi : A.uterina dan A.ovarica Pembuluh balik : V.uterina dan V.ovarica

OVARIUM

I.

Permukaan

: fascies medialis cavum douglas : fascies lateralis dinding panggul

II.

Tepi

: margo liber belakang : margo mesovaricus ligamentum latum

III.

Ujung-ujung : extrenitas tuberia : extremitas uterina

VASKULARISASI :I. II.

Nadi

: A.ovarica (cabang aorta abdominalis setinggi vetbra lumbal 1)

Pembuluh balik : V.ovaricsa dextra V.cava inferior : V.ovarica sinistra V.renalis sinistra V.cava inferior

PEMBULUH GETAH BENING : pembuluh getah bening mengikuti A.V.ovarica menuju nnll.para aortae setinggi vetebra lumbal 1 INNERVASI : pleksus aorticus (terletak di sekitar A.ovarica)

VAGINA Vagina dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian cranial terletak di atas dasar panggul, dan lagi bagian distal terletak di dalam perineum. Tunika mukosa vagina pula berlipat-lipat dan membentuk lipatan transversa dan longitudinal. Pada dinding muka vagina, cervix uteri menonjol ke dalam vagina sehingga dibelakang portio vaginalis cervicis terdapat lekukan yang dinamakan fornix posterior. Lekukan di sebelah muka pula adalah fornix anterior. Fornix posterior lebih dalam daripada fornix anterior.

Sekitar orificium vagina terdapat selaput tipis berbentuk bulan sabit yaitu hymen. Hymen akan robek ke arah posterior setelah coitus pertama dan cabik-cabik setelah partus. Hymen yang cabik-cabik dan tinggal sisa ini dikenal sebagai caruncula hymenalis. Pada dinding muka bagian

distal terdapat tonjolan memanjang disebabkan adanya urethra di depan vagina yaitu carina urethralis. VASKULARISASI : I. II. III. IV. A.vaginalis (cabang A.iliaca interna) R.vaginalis A.uterina R.vaginalis A.vesicalis inferior R.v aginalis A.pudenda interna

PEMBULUH GETAH BENING I. II. III. 1/3 proksimal : nnll iliaca externa dan interna 1/3 tengah 1/3 distal : nnll iliaca interna : nnll inguinalis superficialis

B..STRUKTUR MIKROSKOPIK UTERUS Uterus endometrium stadium regenerasi /aufbau endometrium (mukosa) tampak tipis epitelnya selapis silindris kalenjarnya terlihat hampir semua lurus lumen kalenjar bulat atau lonjong dam kosong epitel kalenjar juga selapis silindris

miometrium (lapisan otot) terdiri atas berkas- berkas serat otot polos yang tersusun berlapis- lapis dengan arah yang tampak kurang teratur

Uterus endometrium stadium sekretorik /umbau Endometrium tampak tebal Kalenjar berkelok-kelok Dindingnya berlipat-lipat Lumen lebar dan berisi banyak sekret

TUBA UTERINA FALOPII Mukosa tuba uterina mempunyai banyak lipatan yang sangat rumit, memenuhi lumennya. Permukaan lipatan mukosa diliputi epitel selapis toraks dengan lamina propria dibawahnya. Epitelnya ada 2 macam sel yaitu sel bersilia dan yang tidak bersilia berfungsi sekresi Tunika muskularis ada 2 lapisan, lapisan sirkular yang tebal di sebelah dalam dan lapisan longitudinal yang tipis di sebelah luar.

VAGINA

Organ berupa tabung yang dindingnya dibentuk oleh mukosa yang terdiri atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Dibawahnya terdapat lapisanotot polos yang terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang berjalan dalam berbagai arah.

Vagina tidak mempunyai kalenjar dalam dindingnya.

OVARIUM Ovarium disebut juga indung telur, terdiri atas korteks dan medulla Pada permukaannya terdapat epitel germinativum berupa epitel selapis kubis Di bawahnya terdapat jaringan ikat fibrosa, membentuk tunika albuginea ovarium Korteks ovarium terdapat di bawah tunika albuginea, di dalamnya terdapat sejumlah folikel ovarium dari berbeagai fase perkembangan.

Untuk memudahkan, fase perkembangan digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu folikel perimordial atau folikel primitif, folikel berkembang, dan folikel de graaf (matang).

Stroma korteks ovarium berupa jaringan yang banyak mengandung sel berbentuk gelendong mirip serat otot polos. Sel-selnya tersusun tidak beraturan sangat rapat satu sama lain sehingga korteks terlihat sangat padat dengan inti sel.

Medulla ovarium lebih longgar, banyak mengandung serat elastin, serat otot polos, pembuluh darah arteri dan vena, serta pembuluh limfe. Beberapa arteri tampak masuk ke jaringan korteks. Pembuluh darah dan pembuluh limfe masuk dan keluar ovarium melalui hilusnya yang tidak selalu terlihat pada sediaan.

C..MEKANISME SISTEM REPRODUKSI WANITA PUBERTAS Sistem reproduksi wanita belum aktif sampai yang bersangkutan mencapai pubertas. Tidak seperti testis janin, ovarium janin belum berfungsi karena feminisasi sistem reproduksi wanita secara otomatis berlangsung jika tidak terdapat sekresi testosteron tanpa memerlukan keberadaan hormon-hormon seks wanita. Sistem reproduksi wanita tetap inaktif sejak lahir sampai pubertas, yang terjadi pada usia sekitar sebelas tahun karena GnRH hipothalamus secara aktif ditekan oleh mekanisme-mekanisme yang serupa dengan yang terjadi pada anak laki-laki prapubertas. Seperti pada anak laki-laki, hilangnya pengaruh-pengaruh inhibitorik tersebut oleh mekanisme yang belum diketahui menyebabkan dimulainya pubertas. Sekresi estrogen yang dihasilkan oleh ovarium aktif akan menginduksi pertumbuhan dan pematangan saluran reproduksi wanita serta perkembangan karekteristik seks sekunder wanita. Efek estrogen yang menonjol pada perkembangan karakteristik seks sekunder tersebut adalah mendorong penimbunan lemak di lokasi-lokasi strategis misalnya payudara dan paha sehingga terbentuk sosok melekuk-lekuk khas wanita. Pembesaran payudara pada saat pubertas terutama disebabkan oleh penimbunan lemak di jaringan payudara dan bukan disebabkan oleh perkembangan fungsional kalenjar-kalenjar mamaria. Tiga perubahan pubertas lainnya pada wanita:Pertunbuhan rambut ketiak dan pubis, lonjakan pertumbuhan pubertas, dan munculnya libido disebabkan oleh lonjakan skresi androgen adrenal pada pubertas, bukannya sebab estrogen. Namun, peningkatan estrogen pada masa pubertas memang menyebabkan lempeng hipofisis menutup, sehingga tidak lagi terjadi pertambahan tinggi tubuh, serupa dengan efek testosteron pada pria.

MENSTRUASI

Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan endometrium pada uterus akan luruh keluar tubuh, sedangkan pada siklus estrus, jika tidak terjadi pembuahan, endomentrium akan direabsorbsi oleh tubuh. Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut :

Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada seat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.

Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.

Ovulasi berlaku apabila telur yang matang dilepaskan daripada ovari ke salur fallopian dan bersedia untuk disenyawakan. Dalam masa yang sama, dinding rahim menebal sebagai persediaan untuk menyambut kedatangan telur yang sudah disenyawakan. Sekiranya tiada persenyawaan, dinding rahim akan gugur bersama darah dan haid terjadi. SIKLUS MENSTRUASI

Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron dalam sirkulasi yang terjadi selama siklus ovarium menyebabkan perubahan-perubahan mencolok uterus. Hal ini menyebabkan timbulnya daur haid atau siklus uterus (siklus menstruasi). Karena mencerminkan perubahan-perubahan hormon yang terjadi selama siklus ovarium, daur haid berlangsung rata-rata 28 hari seperti siklus ovarium walaupun dapat terjadi variasi yang cukup besar bahkan pada orang dewasa normal. Variabilitas tersebut terutama mencerminkan perbedaan lamanya fase folikel; lama (durasi) fase luteal hampir konstan. Menifestasi nyata perubhan siklus yang terjadi di uterus adalah pendarahan haid yang berlangsung sekali setiap daur haid (sekali sebulan). Namun, selama siklus tersebut, terjadi perubahan-perubahan yang kurang nyata, ketika uterus dipersiapkan untuk menerima implantasi ovum yang dibuahi dan kemudian lapisannya dilepaskan jika tidak terjadi pembuahan (haid), hanya untuk memperbaiki dirinya kembali dan mulai mempersiapkan diri untuk ovum yang akan dikeluarkan pada siklus berikutnya.

Uterus terdiri dari dua lapisan: miometrium lapisan otot polos di sebelah luar, dan endometrium lapisan bagian dalam yangm mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar. Esrtrogen merangsang pertumbuhan miometrium dan endometrium. Hormon ini juga meningkatkan sintesis reseptor progesteron di endometrium. Dengan demikian, progesteron hanya mampu mempengaruhi endometrium setelah endometrium dipersiapkan oleh estrogen.

Progesteron bekerja pada endometrium yang telah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi lapisan yang ramah dan mengandung gbanyak nutrisi bagi ovum yang sudah dibuahi. Di bawah pengaruh progesteron, jaringan ikat endometrium menjadi longgar dan edematosa akibat penimbunan elektrolit dan air yang mempermudah implantasi ovum yang dibuahi. Progesteron juga mempersiapkan endometrium untuk menampung mudighah yang baru berkembang dengan merangsang kelenjar-kelenjar endometrium agar mengeluarkan dan menyimpan glikogen dalam jumlah yang besar dan dengan mneybabkan pertumbuhan besarbesaran pembuluh darah endometrium. Progesteron juga menurunkan kontraktilitas uterus agar lingkungan di uterus tenang dan kondusif untuk implantasi dan pertumbuhan mudighah.

Daur haid terdiri dari 3 fase (fase menstruasi/haid, fase proliferasi, dan fase sekresi atau progestasional). Fase menstruasi adalah fase yang paling jelas karean ditandai oleh pengeluaran darah dan debris edometrium dari vagina. Berdasarkan perjanjian, hari pertama haid dianggap sebagai awal siklus baru. Fase ini bersamaan dengan berakhirnya fase luteal ovarium dan permulaan fase folikel. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pebuahan dan implantasi ovum yang dikeluarkan dari siklus sebelumnya, kadar estrogen dan progesteron turun drastis. Karena efek netto estrogen dan progesteron adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang dibuahi, penarikan kembali kedua hormon steroid tersebut menyebabkan lapisan endometrium yang kaya akan nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi ada yang mendukung secara hormonal. Penurunan kadar hormon-hormon ovarium itu juga merangsang epngeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh-pembuluh

endometrium sehingga aliran darah ke endometrium terganggu. Penurunan pengaliran oksigen yang terjadi menyebabkan kematian endometrium, termasuk pembuluh-pembuluh darah. Pendarahan yang timbul melalui disintegrasi pembuluh darah itu membilas jaringan endometrium yang mati kedalam lumen uterus. Pada setiap kali haid, seluruh lapisan endometrium terlepas, kecuali satu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari sel-sel epitel dan kalenjar yang akan menjadi bakal regenerasi endometrium. Prostaglandin juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi-kontraksi ini membantu mengeluarkan darah dan debris endometrium dari rongga uterus melalui vagina sebagai darah haid. Kontrasksi uterus yang kuat akibat pembentukan prostaglandin yang berlebihan menyebabkan kejang haid (dismenore) yang dialami oleh sebagian wanita. Jumlah rata-rata darah yang keluar setiap kali haid adalah 50-150 ml. Darah yantg mengalir lambat melalui endometrium akan membeku di dalam rongga uterus. Fibrinolisin, suatu pelarut fibrin yang menguraikan fibrin yang membentuk jaringan bekuan, akan bekerja pada bekuan ini. Dengan demikian, darah haid tidak lagi membeku karena darah tersebut sudah membeku dan sudah dicairkan setelah keluar dari vagina. Namun, apabila darah terlalu cepat mengalir keluar, fibrinolisin mungkin belum memiliki cukup waktu untuk bekerja, sehingga darah haid dapat membeku jiuka jumlahnya sangat banyak. Selain darah dan debris endometrium, darah haid mengandung banyak leukosit. Sel-sel darah putih ini berperan penting dalam pertahanan endometrium terhadap infeksi. Haid biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh hari setelah degenerasi korpus luteum bersamaan dengan bagian awal fase folikel ovarium. Penurunan estrogen dan progesteron akibat degenerasi korpus luteum secara simultan menyebabkan terlepasnya endometrium (haid) dan perkembangan folikel-folikel baru di ovarium dai bawah pengaruh hormon-hormon gonadotropik yang kadarnya meningkat. Penurunan sekresi hormon gonad menghilangkan inhibisi pada hipothalamus dan hipofisis anterior sehingga sekresi FSH dan LH meningkat dan fase folikel baru kembali dimulai. Setelah lima sampai tujuh hari di bawah pengaruh FSH dan LH, folikel-folikel yang baru berkembang mengeluarkan cukup banyak estrogen untuk mendorong pemulihan dan pertumbuhan endometrium.

Dengan demikina, haid berhenti dan fase proliferatif siklus uterus dimulai bersamaan dengan bagia terakhir fase folikel ovarium pada saat endometrium mulai memperbaiki dirinya dan mengalami proliferasi di bawah pengaruh estrogen yang berasal dari folikel-folikel baru yang sedang tumbuh. Sewaktu darah haid berhenti di uterus, tertinggal satu lapisan tipis endometrium setebal kurang dari 1mm. Estrogen merangsang proliferasi sel pitel, kalenjar, dan pembuluh darah di endometrium sehingga ketebalan lapisan ini dapat mencapai sampai 3 hingga 5 mm. Fase proliferasi yang didominasi oleh estrogen berlangsung dari akhir haid sampai ovulasi. Kadar estrogen puncak memicu lonjakan LH yang menyebabkan ovulasi. Setelah ovulasi, pada saat sebuah korpus luteu terbentuk, uterus memasuki fase sekretorik atau progestasional yang bersamaan waktunya dengan fase luteal ovarium. Korpus luteum mengeluarkan sebagian besar hormon progesteron dan estrogen. Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya pembuluh dan glikogen. Periode ini disebut fase sekretorik, karena kalenjar-kalenjar endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, atau fase progestasional (sebelum kehamilan), dalam kaitannya dengan pembentukan endometrium yanag subur yang mampu menunjang perkembangan mudighah. Jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum berdegenerasi dan fase folikel dan fase haid kembali dimulai.

FAKTA OVULASI

Telur cuma berupaya hidup 12-24 jam selepas dilepaskan dari ovari. Selalunya cuma satu telur sahaja yang dilepaskan setip kali ovulasi. Ovulasi boleh dipengaruhi oleh tekanan, sakit atau kiranya terdapat gangguan pada rutin seharian. Sesetengah wanita mungkin mengalami pendarahan faraj semasa ovulasi. Implantasi selalunya terjadi 6-12 hari selepas ovualsi. Setiap wanita dilahirkan dengan berjuta-juta telur yang tidak matang yang menunggu untuk dilepaskan. Haid masih boleh berlaku walaupun ovulasi tidak berlaku. Ovulasi juga masih boleh berlaku walaupun haid tidak datang. Sesetengah wanita mungkin merasa sedikit sakit pada bawah perut semasa ovulasi terjadi. Sekiranya telur tidak disenyawakan, ia akan diserap kedalam dinding rahim dan akan gugur bersama-sama darah hai

Ovulasi dan luteinisasi selanjutnya folikel yang ruptur dipicu oleh peningkatan sekresi LH yang masif dan mendadak. Lonjakan LH ini menyebabkan empat perubahan utama pada folikel: 1. Lonjakan tersebut menghentika sintesis estrogen oleh folikel

2. Memulai kembali meiosis di oosit pada folikel yang sedang berkembang, tampaknya

dengan menghambat pengeluaran oocyte maturation-inhibitng substance oleh sel-sel granulosa. Zat ini diperkirakan menjadi penyebab terhentinya meiosis do oosit primer setelsh oosit terbungkus di dalam sel-sel granulosa pada ovarium janin. 3. Memicu pembentukan prostaglandin spesifik yang bekerja lokal. Prostaglandin tersebut menginduksi ovulasi dengan mendorong perubahan-perubahan vaskular yang menyebabkan pembengkakan folikel dengan cepat sementara menginduksi pencernaan dinding folikel oleh enzim-enzim. Efek-efek ini bersama-sama menyababkan rupturnya dinding yang membungkus folikel. 4. Menyebabkan differensiasi sel-sel folikel menjadi sel-sel luteal. Karena lonjakan LH memicu ovulasi dan luteinisasi, pembentukan korpus luteum secara otomatis mengikuti ovulasi. Dengan demikian, lonjakan LH pada pertengahan siklus adalah titik dramatis; menghentikan fase folikel dan memulai fase luteal. Dua cara sekresi LH yang berbeda (sekresi tonik LH yang menyebabkan sekresi hormon ovarium dan lonjakan LH yang menyebabkan ovulasi). Tidak hanya berlangsung saat yang berbeda dan menimbulkan efek yang berlainan pada ovarium tetapi juga dikontrol oleh mekanisme yang berbeda. Sekresi LH tonik ditekan secara parsial oleh estrogen kadar rendah selama fase folikel danj ditekan secara total oleh progesteron yang kadarnya meningkat selama fase luteal. Karena sekresi LH tonik merangsang sekresi estrogen dan progesteron, hal ini adalah khas untuk sistem umpan balik negatif. Sebaliknya, lonjakan LH dipicu oleh efek umpan balik positif. Kadar estrogen yang rendah dan meningkat pada awal fase folikel menghambat sekresi LH, tapi kadar estrogen yang tinggi pada saat puncak sekresi pada akhir fase folikel merangsang sekresi LH dan menimbulkan lonjaka LH. Dengan demikian LH meningkatkan produksi estrogen oleh folikel, dan konsentrasi estrogen puncak merangsang sekresi LH.

Konsentrasi estrogen plasma yang tinggi bekerja langsung pada hipothalamus untuk meningkatkan frekuensi denyut sekresi GnRH sehingga meningkatkan sekresi LH dan FSH. Kadar tersebut juga bekerja langsung pada hipofisis anterior untuk secara spesifik meningkatkan kepekaan sel penghasil LH terhadap GnRH. Efek yang terakhir merupakan penyebab lonjakan sekresi LH yang jauh lebih besar daripada sekrei FSH pada pertengahan siklus. Karena hanya folikel praovulasi matang, buka folikel-folikel pada tahap awal perkembangan yang mampu mengeluarkan estrogen dalam jumlah yang cukup untuk memicu lonjakan LH, maka ovulasi tidak terjadi sampai sebuah folikel mencapai ukuran dan tingkat kematangan yang sesuai. Dengan cara ini, folikel memberitahu hipothalamus lkapan ia siap dirangsang untuk berovulasi. Lonjakan LH hanya berlangsung satu atau dua hari pada pertengahn siklus, sesaat sebelum ovulasi. Selama siklus ovarium, juga terjadi perubahan di serviks akibat pengaruh hormon. Di bawah pegaruh estrogen selama fase folikel, mukus yang disekresikan oleh serviks berjumlah banyak, jernih dan encer. Perubahan ini yang jelas ketika kadar estrogen berada di puncaknya dan ovulasi akan terjadi, mempermudah sperma melewati kanalis servikalis. Setelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron dari korpus luteum, mukus menjadi kental dan lengket, sehingga sehingga pada dasarnya membentuk sumbat yang menutupi lubang serviks. Sumbat ini merupakan

mekanisme pertahanan penting untuk mencegah masuknya bakteri dari vagina ke uterus yang dapat mengancam kehamilan sekiranya terjadi konsepsi. Sperma juga tidak dapat menembus sawar mukus yang tebal ini.

MENOPAUSE Penghentian daur haid seorang wanita pada usia sekitar empat puluh lima sampai lima puluh lima tahun disebabkan oleh terbatasnya pasokan folikel ovarium yang terdapat saat lahir. Setelah reservior ini habis, siklus ovarium dan tentu sahaja daur haid terhenti. Dengan demikian, penghentian potensi reproduksi pada wanita usia pertengahan sudah diprogramkan sebelumnya sejak ia lahir. Secara evolusi. Menopause mungkin berkembang sebagai satu mekanisme untuk mencegah kehamilan pada wanita melebihi waktu yang mereka dapat sediakan untuk mengasuh anak sebelum kematian datang. Menopause didahului oleh satu periode kegagalan ovarium progresif yang ditandai oleh semakin seringnya daur yang tidak teratur, penurunan kadar estrogen, serta sejumlah perubahan fisik dan emosi. Keseluruhan periode transisi dari kematangan seksual sampai pada penghentian kemampuan reproduksi dikenal sebagai klimekterium. Tidak adanya estrogen ovarium merupakan penyebab timbulnya perubahan-perubahan pascamenopause, misalnya kekeringan vagina yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sewaktu berhubungan kelamin, dan atrofi gradual organ-organ genitalia. Namun, wanita pasca menopause tetap memiliki dorongan seks karena androgen adrenal mereka. Masih tidak jelas, apakan gejala-gejala emosional yang berkaitan dengan penurunan fungsi ovarium, misalnya depresi dan iritabilitas, disebabkan oleh penurunan estrogen atau merupaka reaksi psikologis terhadap dampak menopause. Pria tidak mengalami kegagalan gonad totalserupa karena dua alasan. Pertama, pasokan sel germinativum mereka tidak terbatas karena aktivitas mitosis spermatogonia yang berlangsung terus menerus. Kedua, sekresi hormon gonad pada pria tidak bergantung pada gametogenesis, sepert pada wanita. Jika hormon seks wanita dihasilkan oleh jaringan yang berbeda dan tidak berkaitan dengan jaringan yang bertanggungjawab untuk gametogenesis, seperti yang terjadi pada pria, penghentian sekresi estrogen dan progesteron tidak secara otomatis menyertai penghentoian oogenesis.

KELAINAN HAID I. Siklus tanpa telur (anovulatory cycles)

Siklus haid cukuo teratur, tapi tanoa ovulasi Biasa terjadi selama 1-2 tahun setelah menarche dan menjelang monopause

II.

Amenorrhea

Tidak terjadi menstruasi Terbagi kepada amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder

amenorrhea primer Belum mendapat haid dan tidak berkembangnya sifat kelamin sekunder seperti pembesaran payu dara dan pertumbuhan bulu pubis pada wanita umur sekitar 14 tahun Tidak mendapat haid tapi sifat kelamin sekunder tetap berkembang pada wanita umur sekitar 16 tahun.

amenorrhea sekunder Haid berhenti (tidak mendapat haid lagi) setelah pernah mendapat haid-haid normal sebelumnya.

Simptom-simptom

Galactorrhea, penghasilan susu pada wanita yang tidak mengandung atau tidak menyusui Sakit kepala Pertumbuhan bulu seperti pada pria mungkin disebabkan oleh pengeluaran hormon androgen Kekeringan vagina III. Oligomenorrhea

Haid dengan pendarahan yang sedikit dalam siklus haid normal

IV.

Menorrhagia

Haid dengan pendarahan yang banyak

V.

Metrorrhagia

Pendarahan vagina diantara saat-saat haid biasa

VI.

Menometrorrhagia

Gabungan menorrhagia dan metrrhagia

VII.

Dismenorrhea

Haid yang menimbulkan rasa nyeri

DIAGNOSIS KELAINAN SIKLUS HAID Riwayat dan pemeriksaan fisik secara total memberi petunjuk pada dokter mengenai penyebab perdarahan haid yang tidak biasa, sehingga dapat menyarankan semua tes tambahan. Tes dan skrining tambahan ini mencakup: 1) Tes darah

Hitung darah lengkap untuk skrining anemia, jumlah trombosit yang rendah Penelitian endokrin untuk mencek berbagai tingkat kelainan hormon Penelitian koagulasi untuk mencek penyumbatan darah

2) Pemeriksaan rahim Pengumpulan contoh untuk tes IMS Tes pap untuk skrining kanker rahim Palpasi (periksa dengan jalan meraba) uterus dan indung telur untuk kelainan

3) Ultrasound (USG) rahim (bila dibutuhkan) Alat pemeriksaan USG dimasukkan ke dalam vagina untuk menilai ukuran uterus, timbulnya fibroid, ketebalan dinding rahim, kelainan indung telur, dan timbulnya endometriosis. 4) Biopsi endometrius (bila dibutuhkan) Pipa kecil dimasukkan melalui leher rahim ke dalam uterus dan contoh dari endometrius (dinding rahim) dikumpulkan untuk tes terhadap kelainan, misalnya peradangan atau kanker 5) histerosalpingografi pemeriksaan HSG kini telah merupakan pemeriksaan rutin di tiap rumah sakit yang mempunyai peralatan rontgen yang cukup besar. Waktu yang optimum untuk melakukan HSG adalah pada hari ke 9-10 sesudah haid mulai. Pada saat itu, biasanya haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus sifatnya tenang. Bilamana masih ada pendarahan, dengan sendirinya HSG tidak dapat dilakukan karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh balik. Bahan kontras yang dipakai adalah lipiodol ultrafluid. Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam genekologi untuk melihat potensi tuba. Pada tuba yang paten akan terjadi perlimpahan kontras dari tuba ke dalam rongga peritoneum. Hal ini memberikan gambaran yang khas karena bahan kontras akan tersebar di antara lingkaranlingkaran usus di dalam perut. Selain itu HSG juga memberikan gambaran tentang kelainankelainan uterus dan kanalis cervicis.

DAFTAR PUSTAKA 1. Lauralee Sherwood. Human physiology : from cells to systems 2nd Edition. Alih bahasa oleh dr. Brahm U.Pendit, Sp.KK. Penerbit Buku Kedokteran 2001;(2):710-717 2. Pengetahuan ibu tentang masa premonopause. 26 Agustus 2009. Diunduh dari http://luluvikar.wordpress.com. 5 Oktober 2009.

3.

Dr. Fajar Arifin Gunawijaya, MS ; Dr. Elna Kartawiguna. Penuntun Praktikum Kumpulan Foto Mikroskopik Histologi. Penerbit Universitas Trisakti 2007:184-191

4.

Sjahriar Rasad. Radiologi diagnostik. Balai penerbit FKUI, Jakarta. Edisi kedua, cetakan ketiga 2008; 321-322

5. 6

Menstruasi.2008. diunduh dari http://biohealthworld.com. 4 Oktober 2009. .Genycological health. 2009. Diunduh dari http://www.healthsystem.virginia.edu. 4 Oktober 2009.

7.

Menstruation, menopause, and HIV. San Francisco haid foundation 2007. Diunduh dari http://www.sfaf.org/beta/2007_win/menstruation.html. 4 Oktober 2009.

8.

Pengaruh stress pada menstruasi. 2008. Diunduh dari http://www.digilib.unsri.ac.id.

4 Oktober 2009.