makalah tasawuf

23
3. SYEKH ABDUR RAUF AS-SINKILI (1024-1105) a. Riwayat Hidup Syekh Abdur Rauf As-Sinkili Syekh Abdur Rauf As-Sinkili adalah seorang ulama dan mufti besar Kerajaan Aceh pada abad ke- 17 (1606-1637 M). Nama lengkapnya adalah Syekh Abdur Rauf bin ‘Ali Fansuri. Pendidikannya dimulai dari ayahnya di Simpang Kanan (Sinkili). Ilmu yang dipelajari adalah sejarah, bahasa arab, mantiq, filsafat, sastra arab/melayu dan bahasa Persia serta pendidikannya dilanjutkan ke Smudera Pasai pada Syekh Syamsudin As-Sumaterani. Diantara karya-karya Syekh Abdur Rauf As- Sinkili adalah: a. Mir’at Ath-Thullab (fiqih Syafi’i bidang mu’amalat) b. Hidayat Al-Balighah (fiqih tentang sumpah, kesaksian, peradilan, pembuktian, dan lain- lain) c. ‘Umdat Al-Muhtajin (tasawuf) d. Syamss Al-Ma’rifah (tasawuf tentang makrifat) e. Kifayat Al-Muhtajin (tasawuf) 6

Upload: boy-hakim

Post on 16-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Isi

TRANSCRIPT

C

3. SYEKH ABDUR RAUF AS-SINKILI (1024-1105)a. Riwayat Hidup Syekh Abdur Rauf As-Sinkili

Syekh Abdur Rauf As-Sinkili adalah seorang ulama dan mufti besar Kerajaan Aceh pada abad ke-17 (1606-1637 M). Nama lengkapnya adalah Syekh Abdur Rauf bin Ali Fansuri. Pendidikannya dimulai dari ayahnya di Simpang Kanan (Sinkili). Ilmu yang dipelajari adalah sejarah, bahasa arab, mantiq, filsafat, sastra arab/melayu dan bahasa Persia serta pendidikannya dilanjutkan ke Smudera Pasai pada Syekh Syamsudin As-Sumaterani.Diantara karya-karya Syekh Abdur Rauf As-Sinkili adalah:

a. Mirat Ath-Thullab (fiqih Syafii bidang muamalat)

b. Hidayat Al-Balighah (fiqih tentang sumpah, kesaksian, peradilan, pembuktian, dan lain-lain)

c. Umdat Al-Muhtajin (tasawuf)

d. Syamss Al-Marifah (tasawuf tentang makrifat)

e. Kifayat Al-Muhtajin (tasawuf) f. Daqaiq Al-Huruf (tasawuf)

g. Turjuman Al-Mustafidh (tafsir)

b. Ajaran Tasawuf Syekh Abdur Rauf As-Sinkili a. Kesesatan ajaran tasawuf wujudiyah, sebelum As-Sinkili membawa ajaran tasawufnya, di Aceh telah berkembang ajaran tasawuf falsafi, yaitu tasawuf wujudiyah yang kemudian dikenal dengan nama Wahdat Al-Wujud. Ajaran tasawuf ini dianggap Ar-Raniri sebagai ajaran sesat dan penganutnya dianggap murtad. As-Sinkili menanggapi persoalan aliran wujudiyah dengan penuh kebijaksanaan.b. Rekonsiliasi antara tasawuf dan syariat. As-Sinkili berusaha merekonsiliasi antara tasawuf dan syariat. Ajaran tasawufnya sama dengan Syamsudin dan Nuruddin, yaitu menganut paham satun-satunya wujud hakiki, yakni Allah, sedangkan alam ciptaan-Nya bukanlah merupakan wujud hakiki tetapi bayangan dari yang hakiki.

c. Dzikir. Merupakan suatu usaha untuk melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa. Dengannya hati selalu mengingat Allah. Tujuan Dzikir adalah mencapai fana (tidak ada wujud selain wujud Allah).

d. Martabat Pewujudan Tuhan. Menurutnya, ada tiga martabat pewujudan Tuhan. Pertama, martabat ahadiyyah atau lataayun, yaitu alam pada waktu itu masih ,merupakan hakikat ghaib yang masih berada di dalam ilmu Tuhan. Kedua, martabat wahdah atau atayyun awwal, yaitu sudah tercipta haqiqah Muhammadiyyah yang potensial bagi terciptanya alam. Ketiga, martabat wahdiyyah atau taayyun tsani, yang disebut juga dengan ayan tsabitah, dan dari sinilah alam tercipta. Menurutnya, ucapan Aku Engkau, kami Engkau dan Engkau Ia hanya benar pada tingkat wahdah atau taayun awwal karena unsure Tuhan dan unsur Manusia pada tingkat itu belum dapat dibedakan. 4. ABD SHAMAD AL-PALIMBANI (W. 1203 H/1788 M)

a. Riwayat Hidup Abd Shamad Al-PalimbaniAbd Shamad Al-Palimbani adalah seorang ulama sufi kelahiran Palembang pada permulaan abad ke-18, kira-kira tiga atau empat tahun setelah tahun 1700 M dan meninggal kira-kira tidak lama setelah tahun 1203 H/1788 M. Ia adalah putera Abd Jalil bin syekh Abd Wahab bin Syekh Ahmad Al-Mahdani dari Yaman, seorang ulama sufi dan juga pernah diangkat menjadi Mufti besar di Negara Kedah.

Abd Shamad Al-Palimbani pernah bermukim bertahun tahun di Mekah untuk mempelajari agama islam. Pada akhir abad ke-18 Masehi, ia kembali ke tanah kelahirannya dengan membawa mutiara baru dalam agama islam. Mutiara baru yang dimaksudkan adalah suatu pendekatan (metode) untuk mendekatkan diri kepada tuhan Yang Mahakuasa.

Tassawuf tampaknya merupakan bidang spesialisasi Al Palimbani, sehingga dalam kitab Sair As-Salikin, ia menyebut lebih dari seratus buah kitab tasawuf, serta mengklasifikasikannya. Ada yang dianggap boleh dibaca oleh orang yang masih berada di tingkat permulaan (Mubtadi), ada yang merupakan bacaan orang yang sudah mencapai tingkat pertengahan (Mutawasith), dan ada yang boleh dibaca oleh odrang yang sudah mencapai tingkat Pengahbisan (Muntahi).

b. Ajaran Tasawuf Abd Shamad Al-Palimbani a. Tentang Nafsu

Abd Shamad Al-Palimbani tidak puas dengan ajaran Al Ghazali yang memandang bahwa tentang tiga tingkatan jiwa (nafs) manusia (amarah, lawwamah, dan muthmainnah) yang berakhir dengan ketentraman dan kemantapan menerima segala keadaan yang dihadapi dalam hidup di dunia ini. Ia memilih ajaran tujuh tingkatan jiwa (ammarah, lawwamah, mulhammah, muthmainnah, mardhiyah dan kamilah).

b. Tentang Martabat Tujuh

Menurut Abd Shamad Al-Palimbani Wujud Allah Taala dapat dikenal dengan tujuh martabat sebagai berikut:

1. Martabat Ahadiyatul Ahadiyah (An La taayyun), yaitu Memandang dengan hatinya akan semata mata Wujud Zat (esensi) Allah Taala dengan tiada Iktibar sifat-Nya dan Asma-Nya dan Afal. 2. Martabat Al Wahidah (At Taayyun Al Awwal), yaitu ibarat ilmu Allah Taala dengan wujud Zat-Nya dan segala sifa-Nya dan segala maujud atas jalan perhimpunan, dengan tiada beda setengahnya dengan setengah-Nya.3. Martabat Al Wahidah (Haqiqat Al Insaniyah), yaitu ibarat ilmu Allah Taala mengenai Zat-Nya dan segala sifat-Nya dan segala makhluk atas jalan perceraiannya setengahnya dari setengahnya.

4. Martabat Alam Arwah, yaitu ibarat keadaan suatu yang halus yang semata-mata, yang belum menerima susun dan belum berbeda setengahnya (dari setengahnya).5. Martabat Alam Mitsal, yaitu ibarat keadaan suatu yang halus, yang tiada menerima susun, yang tiada dapat diceraikan setengahnya dari setengahnya, dan tidak menerima pesuk dan tiada menerima bertmapal. 6. Martabat Alam Al Ajsam, yaitu ibarat keadaan suatu yang disusun dari empat perkara, yakni api, angin, tanah, da air, sekalian yang kasar yang menerima bersusun dan bercerai-cerai setengahnya. 7. Marabat Alam Al Jamiah, yaitu martabat yang menghimpun sekalian martabat yang enam, yaitu martabat al insan, dinamakan pula martabat At Taayyun Al Akhir, yakni kenyataan zhahir Allah Taala yang kemudian sekali. c. Tentang Syariat

Abd Shamad Al-Palimbani percaya bahwa Tuhan hanya dapat didekati melalui keyakinan yang benar pada keEsaan Tuhan yang mutlak dan kepatuhan pada ajaran ajaran syariat.d. Tentang Makrifat

Abd Shamad Al-Palimbani mengakui ajaran Al Ghazali yang memandang bahwa tingkat marifat tertinggi yang harus dicapai seorang sufi adalah memandang Allah secara langsung, dengan mata hati yang telah bebas dan bersih dari segala noda dan godaan keduaniaan. 5. SYEKH YUSUF AL-MAKASARI (1037-1111/1627-1699)

a. Riwayat Hidup Syekh Yusuf Al-Makasari Syekh Yusuf Al-Makasari adalah seorang tokoh sufi agung yang berasal dari Sulawesi. Ia dilahirkan pada tanggal 8 Syawal 1036 H./3 Juli 1629, tidak lama setelah kedatangan tiga orang penyebar islam ke Sulawesi yaitu Datuk RI dan kawan kawannya dari Minangkabau. Dalam salahsatu karangannya Ia menulis ujung namanya dengan bahasa arab Al Makasari, yaitu nama kota di Sulawesi Selatan (Ujung Pandang). Syekh Yusuf sejak kecil telah nampak kecintaannya terhadap pengetahuan keislaman, dalam tempo yang relatif singkat beliau sudah tamat mempelajari Al Quran 30 Juz.

Pada masa Syekh Yusuf hampir setiap orang menggemari ilmu tasawuf. Syekh Yusuf pernah melakukan perjalanan ke Yaman. Di Yaman, ia menerima tarekat dari Syekhnya, yaitu Syekh Abi Abdullah Muhammad Baqi Billah. Tarekat tarekat yang telah dipelajarinya ialah:

a. Tarekat Qadiriyah diterima dari Syekh Nuruddin Ar Raniri di Aceh.b. Tarekat Naqsabandiyah diterima dari Syekh Abi Abdillah Abdul Baqi Billah. c. Tarekat As Saadah Al Baalawiyah diterima dari Sayyid Ali di Zubeid/Yaman.d. Tarekat Syathariyah diterima dari Ibrahim Al Kurani Madinah e. Tarekat Khalwatiyah diterima dari Abdul Barakat Ayub bin Ahmad bin Al Quraisyi di Damsiq.

Semua tarekat yang telah dipelajari oleh Syekh Yusuf mempunyai silsilah yang bersambung hingga Nabi Muhammad SAW. Namun yang sudah ditemukan silsilahnya ialah silsilah Naqsabandiyah dan Syathariyah, sedangkan yang lainnya belum ditemukan silsilahnya.b. Ajaran Tasawuf Syekh Yusuf Al-Makasari

a. Syariat dan Hakikat Syekh Yusuf mengungkapkan pardigma sufistiknya bertolak dari asumsi dasar bahwa ajaran islam meliputi dua aspek, yaitu Aspek Lahir (Syariat) dan Aspek Batin (Hakikat). Syariat dan Hakikat harus dipandang dan diamalkan sebagai suatu kesatuan.b. Transendensi Tuhan. Meskipun berpegang teguh pada transendensi Tuhan, ia meyakini bahwa tuhan melingkupi segala sesuatu dan selalu dekat dengan sesuatu itu. c. Insan Kamil dan Proses Penyucian Jiwa. Syekh Yusuf mengatakan bahwa seorang hamba akan tetap hamba walaupun telah naik derajatnya, dan Tuhan akan tetap Tuhan Walaupun turun pada diri hamba. Dalam proses penyucian jiwa Syekh Yusuf menempuh cara yang moderat. Menurutnya, kehidupan dunia bukanlah untuk ditinggalkan dan hawa nafsu harus dimatikan. Sebaliknya, hidup diarahkan untuk menuju Tuhan.F. NAWAWI AL-BANTANI (1813-1897 M.)a. Riwayat Hidup Nawawi Al-BantaniAbu Abd Al-Muthi Muhammad bin Umar bin An-Nawawi Al-Jawi dilahirkan pada tahun 1230H/1813 M. di desa Tanara, sekarang masuk wilayah kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang Provinsi Banten Indonesia. Kyai H. Umar adalah ayah sekaligus gurunya sebagai orang yang mendermakan ilmunya, dan pergi ke Mekah untuk menimba ilmu, sehingga bermukim disana sampai akhir hayatnya, tahun 1314 H/1897 M, setelah ia sempat kembali ke tanah air. Menurut Snouck, kepergiannya kembali untuk bermukim di Mekah memang sudah direncanakan.

Sejak tahun 1830-1860, An Nawawi belajar di bawah bimbingan para ulama terkenal, seperti Syekh Khatib Sambas, Syekh Abd Al Ghani Bima dan lain sebagainya. Diantara karya-kayanya adalah sebagai berikut :

a. Tafsir Marah Labib (1298 H/1880M);

b. Fath Al-Mujib (1299 H/1881 M);

c. Lubab A;-Bayan (1302 H/1884 M).

Produktifitasnya sebagai oengarang membuat Syekh An-Nawawi Al-Bantani menjadi terkenal, khusunya Negara-negara yang kebanyakan pendukungnya menganut Mazhab SyafiI, dan mendapatkan gelar Syyahid Ulama Al-Hijaz.

b. Pemikiran Nawawi tentang Tasawuf

Karya-karyanya dalam bidang tasawuf seperti Tanqih Al-Qaul, Mirqah Shuud At-Tashiq, dan Syarh Al-Ubudiyyah, berikut ini akan dikemukakan pikirannya sebagai berikut :a. Tarekat Orang-orang yang mengambil tarekat, jika perkataan dan perbuatannya sesuai sesuai dengan syariat Nabi Muhammad sebagaimana ahli-ahli tarekat yang benar, tarekat yang diambilnya maqbul. Tidak seperti murid-murid Syekh Ismail Minangkabau, mereka mencela dzikir Allah, mencela orang yang tidak masuk dalam tarekat.

b. GhibahNawawi melarang perbuatan ghibah, baik melalui lisannya bahkan harus melarang dengan tangannya dan kalau tidak memungkinkan maka meninggalkan tempat ghibah berlangsung serta haram mendengarkannya.

c. Sifat Manusia Pada diri manusia berkumpul empat macam sifat, yaitu Kebinatang-buasan (sabuiyyah), kebinatang-jinakan (bahimiyah), kesetanan (syitha-niyyah), dan ketuhanan (rabbaniyyah). Semua berkumpul dalam hati.

G. HAMKA (1908-1981 M.)a. Riwayat Hidup HamkaHamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dilahirkan di Tanah Sirah, Sungai Batang di tepi Danau Maninjau, pada tanggal 13 Muharam 1362 H/16 Februari 1908 M. Ayahnya bernama Abdul KarimAmrullah, ia adalah salah seorang ulama besar Minangkabau, keturunan Abdul Arief, gelar Tuanku Pauh Pariaman atau Tuanku nan Tuo salah seorang pahlawan Paderi.

Sampai usia enam tahun Hamka berlajar membaca Al-Quran di rumah orang tuanya. Setahun kemudian ia dimasukan ke sekolah desa, ia sekolah selama tiga tahun.

Pada tahun 1930, Hamka bukan hanya pergi ke jawa, melainkan juga ke Mekah, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Sekitar empat tahun ia tinggal di Sulawesi Selatan sebagai Mubhalig Muhammadiyyah, dan pengalaman ini benar-benar mempertingi rasa solidaritasnya terhadap orang dari bagian lain di Indonesia.

Karya-karya yang pernah ditulis oleh Hamka, diantaranya sebagai berikut :

a. Tasawuf Modern (1939),;

b. Falsafah Hidup (1939);

c. Lembaga Hidup (1940);

d. Lembaga Budi (1940);

e. Di Bawah Lindungan Kabah;

f. Renungan Tasawuf;

g. Pelajaran Agama Islam;

h. Pandangan Hidup Muslim;

i. Tenggelamnya Kapal Van der Wijk;

j. Kedudukan Perempuan dalam Islam; dan

k. Tafsir Al-Azhar.

b. Pemikiran HAMKA terhadap Tasawuf

Pikiran-pikaran Hamka lebih banyak tercurah kepada soal-soal iman, akhlaq dan aspek-aspek social, di luar lingkup pengertian tradisional tentang muamalah. Hamka tidak membatasi dirinya dengan dalam ilmu kalam dan ilmu akhlaq yang tradisional demi menjjaga doktrin islam. Hamka berani memasuki wilayah-wilayah tasawuf dan filsafat yang penuh dengan ranjau keimanan yang pada akhirnya dapat menjinakan tasawuf dan filsafat dengan caranaya sendiri. Bahwa wilayah wilayah filsafat dan tasawuf sangat erat kaitannya. Perbedaannya hanya dalam alat mencari Tuhan. Kalau filsafat memakai daya berpikir yang disebut akal, tasawuf memakai daya rasa yang disebut Qalbu. Akan tetapi, tidaklah kemudian dengan tasawuf orang benar-benar meninggalkan dunia karena tasawuf yang demikian tidaklah dianjurkan dalam islam. a. Hakikat TasawufKaum tasawuf atau kamu sufi adalah kaum yang telah menyusun perkumpulan untuk menyisihkan diri dari orang banyak, dengan maksud membersihkan hati, laksana kilat-kaca terhadap Tuhan.

Tasawuf adalah salah satu filsafat islam yang bertujuan zuhud dari dunia yang fana, tetapi lantaran banyak bercampur dengan negeri dan bangsa lain, banyak-sedikitnya masuk jugalah pengajian agama dari bangsa lain ke dalamnya. Tasawuf bukanlah agama, melainkan suatu ikhtiar yang setengahnya diizinkan oleh agama dan setengahnya pula dengan tidak sadar telah tergelincir dari agama.

Menurut Hamka, tasawuf pada hakikatnya adlah usaha yang bertujuan untik memperbaiki budi dan membersihkan batin. Artinya, tasawuf adalah alat untuk membentengi dari kemungkinan-kemungkinan seseorang terpe;eset ke dalam Lumpur keburukan budi dan kekotoran batin yang intinya, antara lain dengan berzuhud seperti teladan hidup yang dicontohkan langsuing oleh Rasulullah SAW lewat As-Sunnah yang shahih.

Hamka mencoboa merionci beberapa hal sebagai berikut: tasawuf menjadi negative, bahkan sangat negative kalau tasawuf :

a. Dilaksanakan dengan berbentuk kegiatan yang digariskan oleh ajaran agama islam yang terumus dalam Al-Quran dan As-Sunnah, seperti mengharamkan pada diri sendiri terhadap hal-hal yang oleh Allah SWT. Dihalalkan.

b. Dilaksanakan dalam wujud kegiatan yang dipangkalkan terhadap pandangan bahwa dunia ini harus dibenci.

Tasawuf akan menjadi positif, bahkan sangat positif kalau tasawuf :

a. Dilaksanakan dalam bentuk keagamaan yang searah dengan muatan-muatan perpindahan yang telah dirumuskan sendiri oleh Al-Quran dan As-Sunnah; mana yang diwajibkan dan dihalalkan dikerjakan dan mana yang diharamkan ditinggalkan.

b. Dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang berpangkal pada kepekaan social yang tinggi dalam arti kegiatan yang dapat mendukung pemberdayaan umat islam agar kemiskinan ekonomi, ilmu pengetahuan, kebudayaan, politik dan mentalitas.b. Fungsi Tasawuf Tasawuf yang bermuatan zuhud yang benar, yang juga dilaksanakan lewat peribadahan agama yang didasari itiqad yang benar, mampu berfungsi sebagai media pendidikan moral keagamaan (moral religius) yang efektif.c. Tasawuf ModernDari segi struktur, tasawuf yang ditawarkan Hamka berbeda dengan tasawuf pada umumnya (tasawuf tradisional). Tasawuf yang ditawarkan Hamka (disebut tasawuf modern atau tasawuf positif) berdasar pada prinsip tauhud, bukan pencarian pengalaman mukhasyafah.

Konsep dasar sufistik yang ditawarkan Hamka adalah sufisme yang berorientasi ke depan yang ditandai dengan mekanisme dari sebuh system ketasawufan yang unsure-unsurnya meliputi prinsip tauhid, dalam arti menjaga transendensi Tuhan dan sekaligus merasa dekat dengan Tuhan memanfaatkan peribadahan sebagai media bertasawuf, di samping melaksanakan perintah agama, juga mencari hikmah di balik semua perintah ibadah itu, dan menghasilkan refleksi hikmah yang berupa sikap positif terhadap hidup dalam wujud neniliki etos social yang tinggi.d. QanaahQonaah memailiki makna yang luas, menyuruh benar-benar percaya akan adanya kekuasaan yang melebihi kekuasaan kita, sabar menerima ketentuan Illahi jika ketentuan itu tidak menyenangkan diri, dan bersyukur jika dipinjami-Nya nikmat. Kita disuruh bekerja, berusaha, bergiat menguras tenaga, sebab semasa nyawa dikandung badan, kewajiban belum berakhir.e. Tawakal Tawakal yaitu menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar, dan usaha kepada Tuhan semesta alam. Kalau bahaya yang mengancam itu akan dating dari sesame manusia, sekiranya ada jalan sabar, atau jalan untuk mengelakkkkan diri atau menangkis, pilihlah lebih dahulu yang pertama, yaitu sabar. Kalau tidak dapat juga, pilihlah yang kedua, yaitu mengelakkan diri. Kalau tidak dapat juga, barulah mengkis. Kalau hanya tinggal jalan semata-mata menangkis, tidak ditangkis, tidaklah bernama tawakal lagi, tetapi sia-sia.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil pemaparan di atas, maka penyusun dapat mengambil simpulan sebagai berikut :Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian islam di Indonesia. Hawash Abdullah menyebutkan beberapa bukti tentang besarnya peranan para sufi dalam penyebaran islam di Nusantara, beliau menyebutkan tokoh sufi Syekh Abdullah Arif yang pertama kali menyebarkan Islam di Aceh sekitar abad ke-12 M.

Tokoh tokoh Tasawuf di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Hamzah Fansuri (W. 1016 H/1607 M)

2. Nuruddin Ar Raniri (W. 1068/1658)

3. Syekh Abdur Rauf As-Sinkili (1024-1105)

4. Abd Shamad Al-Palimbani (W. 1203 H/1788 M)

5. Syekh Yusuf Al-Makasari (1037-1111/1627-1699)6. Nawawi Al-Bantani (1813-1897 M.)7. HAMKA (1908-1981 M.) B. Kata PenutupManusia adalah tempatnnya salah dan dosa dan tidak ada manusia yang mencapai kesempurnaan. Pribahasa mengatakan Tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan penyusunan makalah ini banyak kekurangan dan kesalahannya, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap pembaca dari kekhilafan penyusun dalam penyusunan makalah ini.

Dan tak lupa ucapan puji dan syukur Allahamdulillah atas Hidayah dan Innayah Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun masih banyak kekurangannya.

PAGE 20