tasawuf perbandingan ( tawajud & wujud )

13
TASAWUF PERBANDINGAN ( IUS 4163 ) TOPIK : TAWAJUD , WUJUD & WUJD Nama Pensyarah PROF MADYA SYED HADZRULATHFI BIN SYED OMAR Nama Pelajar MAISARAH BINTI WAZIR Semester ISM USULUDDIN SEMESTER 5 Nombor Matrik 038281

Upload: maisarah-wazir

Post on 15-Apr-2017

76 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

TASAWUF PERBANDINGAN( IUS 4163 )

TOPIK :TAWAJUD , WUJUD & WUJD

Nama Pensyarah PROF MADYA SYED HADZRULATHFI BIN SYED OMAR

Nama Pelajar MAISARAH BINTI WAZIR

Semester ISM USULUDDIN SEMESTER 5

Nombor Matrik 038281

Definisi• adalah panggilan rasa cinta

yang diperoleh melalui cara ikhtiyar (usaha)

• Orang yang memilikinya atau mengalami tawajud tidak mendapatkan wijdu (rasa cinta yang sesungguhnya) karena jika dia mendapatkan wijdu, berarti dia adalah seorang al-wajid atau pecinta (pecinta Allah sejati).

Tawajud

• adalah tubrukan (hantaman atau sentuhan rasa yang datang dari luar). 

• Wijdu-wijdu ini merupakan buah dari wirid-wirid (amalan bacaan ayat tertentu atau zikir).

• Setiap orang yang tugas-tugasnya (jumlah pengamal an wirid) sertambah, maka akan sertambah (pula) kelembutan- kelembutannya (rahasia-rahasia wirid) yang diperolehnya dari Allah

Wujd• keberadaannya

setelah kenaikan wujd

• Pencapaian hakiki setelah tawajud

Wujud

Orang yang memilikinya atau mengalami tawajud tidak mendapatkan wijdu (rasa cinta yang sesungguhnya) karena jika dia mendapatkan wijdu, berarti dia adalah seorang al-wajid atau pecinta (pecinta Allah sejati).

• Bab tafa’ul (bentukan kata yang dianalogi-kan pada kata tafa’ul dalam tata bahasa Arab kebanyakan menunjukkan arti penampak-nampakan suatu sifat. Padahal sifat yang ditampak tampakkan bukan sifatnya yang sesungguhnya, sebagaimana Yang digambarkan dalam syair ini:

“jika saya menutup kelopak mata saya,tidaklah saya berarti menyempitkan lebaruya pandangan mata saya,

kemudian saya memecahkan sebelah mata saya yang

sebenarnya tidak picak”

Pendapat Sebahagian Ahli Sufi Berkenaan Tawajud

(1) “Tawajud  bukanlah orang yang memasrahkan nilai ke-tawajud-annya (kepura-puraan cintanya) yang memang mengandung unsur pemaksaan (dibuat-buat) dan jauh dari kenyataan.”

(2) “Sesungguhnya tawajud  adalah pemasrahan (rasa cinta) untuk orang-orang polos..Yang memang perlu dan menunggu-nunggu kehadiran arti cinta

(menunggu kehadiran cinta juga termasuk ikhtiyar dan ikhtiyar masuk katagori pemaksaan).”

Abu Muhammad Al-jariri,rahimahullah menuturkan hikayatnya yang terkenal :

“Ketika saya (datang untuk) bersama (dalam majelis) Imam Al-Junaid yang di sebelahnya Ibnu Masruq (sudah lebih dulu) menemaninya, tiba-tiba Ibnu Masruq dan lainnya berdiri menyambut (karena kehadiran sesuatu), sementara Imam Al-Junaid diam dalam posisi semula. Saya heran lalu sertanya,

’Wahai Tuan ku, tidakkah Tuan punya sesuatu yang bisa dipakai untuk men dengar?’

Imam Junaid menjawab (dengan menyitir sebuah peti kan ayat):

‘Dan kamu melihat gunung-gunung yang kamu kira (diam) membeku (tidak bergerak), padahal dia bergerak (seperti) gerakan awan.’ (QS. An-Naml: 88).

Kemudian dia melanjutkan,

‘Dan engkau, wahai Abu Muhammad, tidakkah kamu (juga) punya sesuatu yang bisa dipakai untuk mendengar?’

Saya pun menjawab,

‘Wahai Tuanku, jika saya Nadir di suatu tempat yang di dalamnya ada (sesuatu) yang bisa didengar juga terdapat orang-orang yang merasa nikmat dengan ketidaktahuan dirinya (tidak tahu malu, yaitu orang-orang yang mencari perhatian), maka saya mencegah wijdu (rasa cinta) saya untuk tidak menguasai saya. Jika saya

sendirian (kosong), maka saya mengirimkan wijdu saya sehingga saya menjadi tawajud (orang yang pura-pura punya rasa cinta).’

Pada kesempatan tersebut, saya mengucapkari istilah tawajud, dan Al-Junaid diam tidak mengingkarinya (berarti, dia membenarkan secara diam).”

Wujd• Ustaz Abu Ali Ad-Daqaq, semoga. Allah merahmatinya, ber kata,

“Kehadiran waridat (sesuatu yang datang berupa rasa atau prestasi batin dan warid adalah bentuk

mufradnya) berkaitan dengan wirid-wirid (yang diamalkan). Barangsiapa secara zhahir tidak punya

(tidak melakukan) wirid, maka secara batin tidak ada warid yang datang. Setiap wujd dari pemiliknya

yang memiliki sesuatu bukanlah wujd. Sebagaimana seorang salik yang membebani dirinya dengan

berbagai amalan zhahir (bacaan wirid) yang nantinya akan memperoleh manisnya taat. Maka dari itu,

apa-apa yang membuat seorang salik turun (untuk memposisikan batinnya) dari hukum-hukum batin

menjadikan dia harus men dapatkan sejumlah wujd. Dengan demikian, rasa manis adalah buah dari

amalan-amalan wirid, sedangkan wujd merupakan hasil dari posisi (batin) yang diraihnya.”

Wujud• Tidak ada wujud Al-Haqq kecuali setelah padamnya sifat kemanusiaan, karena tidak ada

sifat kemanusiaan yang tetap (muncul) ketika kekuasaan yang sesungguhnya (sultan Al-Haqq) muncul.

Inilah arti ucapan Abu Husin An- Nuri:

“Saya semenjak dua pu Iuh tahun antara wijdu dan faqdu (sirna). Artinya, jika saya mendapati Tuhanku, maka saya tidak mendapati hatiku (sirna atau faqdu). Jika saya

mendapati hatiku (eksistensi diri dalam batin), maka saya tidak mendapati Tuhanku.”

Pengertian ini selari dengan pendapat Imam Al-Junaid:

“Ilmu tauhid berbeda-beda menurut keberadaan wujud (seseorang).

Wujud-nya (juga) berbeza-beza menurut ilmunya.”

Seorang penyair sufi mengatakan:

Wujud-ku ada ketika aku ghaib dari wujud

Kerana yang nampak padakuadalah syuhud (penyaksian).

Seperti ucapan al-Junaid, “Ilmu Tauhid” merupakan wahana penjelasan bagi wujud-nya, dan wujud-nya

merupakan wahana bagi ilmunya.”

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata,

“Tawajud mengharuskan adanya kecelaan hamba. Sedang wujd mengharuskan ketenggalaman hamba. Demikian

pula wujud mengharuskan kesirnaan mengarungi lautan itu, lantas tenggelam di dalamnya. Struktur persoalan ini

dikatakan secara berurutan, mulai dari : Qusyud (bermaksud), wurud (sampai), kemudian Syuhud

(penyaksian), lalu Wujud, terakhir Khumud (sirna). Dengan kadar kriteria wujud-lah, khumud dapat dicapai.

Keadaan Salik Yang Berwujud

Bagi orang yang ber-wujud memiliki kesadaran (shahwun) dan ketidaksadaran (mahwun).

Kondisi shahwun adalah keabadiannya dengan Al-Haq, sedang kondisi mahwun-nya adalah kefana’annya dengan Al-

Haq.

Keduanya saling berkelindan selamanya. Apabila shahw dengan Al-Haq yang lebih unggul, ia telah sampai kepada *wushul).

Karena itu, Rasulullah saw. bersabda (hadis Qudsi),

“Dengan-Ku ia mendengar dan dengan-Ku ia melihat.”

Manshur bin Abdullah berkata :

“Seseorang berada dalam halaqah asy-Syibly, dan orang itu kemudian bertanya. “Apakah

pengaruh kesihatan wujd itu tampak pada diri orang-orang yang mencapai al-wujud? Benar.

Cahaya yang memancar, bersama dengan sinar kerinduan, sehingga

pengaruhnya mewarnai lubuk hatinya.”

Kesimpulan Tawajud  adalah permulaan, 

Wujud  adalah pengakhiran,

dan Wujd  merupakan penengah (perantaraan) antara permulaan dan

pengakhiran.

Rujukan : Risalah Qushairiyah

Sekian,Terima Kasih