askep efusi pleura

46

Upload: gina-puspitasari

Post on 21-Jan-2016

185 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AsKeP eFusi pLeuRa
Page 2: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Buku Asu h a n Kepe r a w a t a n

Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Penatalaksanaan dan Askep Teoritis

Hak Cipta © 2008 Oleh Akhmad Budiman, Amd.Kep

Buku ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis. Dilarang keras untuk diperjual belikan atau untuk keperluan komersil lainnya.

www.books.nursemedia.info

Page 3: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

PENDAHULUAN

Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat

fransudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.

Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal

jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri. Sementara di

negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh

infeksi tuberculosis. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat

dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer atau metastatik,

sementara 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi

pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi

pleura. Keganasan efusi pleura memiliki dua sifat yang khas, yaitu cairan pleura

lazim berwarna merah (hemoragik) dan pada umumnya cepat terbentuk kembali

setelah diaspirasi. Oleh karena itu, jumlah cairan pleura biasanya banyak

sehingga mengakibatkan pendorongan mediastinum kearah sisi yang sehat

dengan segala akibatnya (Bambang Kisworo:2003).

Page 4: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar

Pada bagian ini Penulis akan menguraikan konsep dasar teori tentang penyakit

efusi pleura mulai dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,

manifestaasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan serta

konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura secara teoritis.

1. Definisi

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang

disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari

permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakit-penyakit Pleura, Jilid II, FKUI

1990, Hall : 705-805)

Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga

pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku

Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner & Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO)

2. Anatomi Fisiologi Pernapasan

Sistem pernapasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran

napas yang terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus & paru-paru

yang dibungkus oleh pleura dan rongga dada yang melindunginya.

Page 5: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Dibawah ini penulis akan menguraikan anatomi dan fisiologi pernapasan

secara teoritis.

a. Anatomi

1) Definisi Pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari

luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan

udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar

dari tubuh. (pengantar anatomi dan fisiologi tubuh manusia, hal : 87)

Bernapas yaitu proses ganda ialah terjadinya pertukaran gas di

dalam jaringan paru atau pernapasan dalam.

2) Fungsi Pernapasan

a) mengambil O2 (oksigen) yang kemudian dibawa oleh darah

keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.

b) mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang terjadi sebagai sisa dari

pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk

dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh)

c) menghangatkan dan melembabkan udara.

3) Organ-organ Pernapasan

Organ-organ pernapasan terdiri dari :

a) Hidung (Naso = Nasal)

Page 6: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

b) Tekak (Faring)

c) Pangkal Tenggorok (Laring)

d) Batang Tenggorok (Trakea)

e) Cabang Tenggorok (Bronkus)

f) Paru-paru

a) Hidung (Naso = Nasal)

(1) Definisi

Hidung (Naso = Nasal) adalah saluran udara yang

pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi) yang

dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi), yang di dalamnya

terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,

debu, dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang

hidung.

(2) Bagian-bagian hidung

Hidung mempunyai tiga lapisan yaitu:

(a) bagian luar hidung

(b) lapisan tengah hidung terdiri dari otot-otot dan tulang

rawan

(c) lapisan dalam yang terdiri dari selaput lendir yang berlipat-

lipat yang dinamakan karang hidung (kanko nasalis)

Page 7: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Karang hidung (kanka nasalis) berjumlah tiga buah yaitu :

(a) Lekukan bagian atas (meatus superior)

(b) Lekukan bagian tengah (meatus medialis)

(c) Lekukan bagian bawah (meatus inferior)

Meatus berfungsi sebagai tempat yang dilewati oleh udara

pernapasan.

Rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas. Keatas

rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga disebut

sinus paranasalis, yang terdiri dari 4 yaitu :

(a) Sinus maksilaris pada rongga rahang atas

(b) Sinus frontalis pada rongga tulang dahi

(c) Sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji

(d) Sinus etmoldalis pada rongga tulang tapis

Ada dua tuba pada hidung yaitu :

(a) Tuba auditiva eustaki

Menghubungkan rongga tekak dengan pendengaran

(b) Tuba lakrimalis

Menghubungkan hidung dengan saluran air mata.

Page 8: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf

atau reseftor-reseftor dari saraf penciuman disebut : Nervus

Olfaktorius.

(3) Fungsi hidung

Hidung mempunyai empat fungsi yaitu :

(a) Bekerja sebagai saluran udara pernapasan.

(b) Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh

bulu-bulu hidung

(c) Dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa

(d) Membunuh kuman-kuman yang masuk. Bersama-sama

udara pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam

selaput lendir (mukosa) atau hidung.

b) Tekak (Faring)

(1) Definisi

Tekak (faring) adalah tempat persimpangan antara jalan

napas dan jalan makanan

(2) Letak

Tekak (faring) terletak di bawah dasar tenggorok di

belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang

leher.

Page 9: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

(3) Hubungan faring dengan organ lain ada 3 (tiga) yaitu :

(1) ke atas

berhubungan dengan rongga hidung, dengan

perantara lubang yaitu koana. Koana adalah lubang yang

berhubungan dengan tekak.

(2) ke depan

berhubungan dengan ucilgan rongga mulut disebut

istimus fausium.

(3) ke bawah

Berhubungan dengan 2 lubang yaitu :

(a) ke depan lubang laring

(b) ke belakang lubang esofagus

(4) Adenoid

Adalah perkumpulan getah bening

(5) Tonsil

Ada dua buah tonsil kanan dan kiri dari tekak

(6) Epiglotis

Empang tenggorok yang berfungsi menutup laring pada

waktu menelan makanan.

(4) Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian

Page 10: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

(1) Bagian sebelah atas

Sama tinggi dengan koana disebut nasofaring

(2) Bagian tengah

Sama tinggi dengan istimus fausium disebut orofaring

(3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring

c) Pangkal Tenggorok (Laring)

(1) Definisi

Pangkal tenggorok (laring) adalah saluran udara yang

bertindak sebagai pembentukan udara (lihat gambar lengkap

pada lampiran).

(1) Letak

Pangkal tenggorok (laring) ditutupi oleh epigiotis

terdiri dari tulang –tulang rawan yang berfungsi pada

waktu menelan makanan menutupi laring.

Laring terdiri dari 2 tulang rawan antara lain :

(a) Kartilago Hiroid (1 buah) depan jakun (adam’aple),

sangat terlihat pada pria.

(b) Kartilago Ariteanoid (2 buah) berbentuk beker

(c) Kartilago Krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin

(d) Kartilago Epigiotis (1 buah)

Page 11: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Terdapat 2 bagian yang memiliki lapisan, yaitu :

1. Laring ; dilapisi oleh selaput lendir

2. Epigiotis ; dilapisi oleh sel episentrum berlapis

Laring merupakan tempat proses pembentukan suara,

terdiri dari pita suara yang berjumlah 2, yaitu :

(a) Pita suara palsu

1. Terletak di bagian atas

2. Tidak mengeluarkan suara (ventrikularis)

(b) Pita suara sejah

1. terletak di bagian bawah

2. membentuk suara disebut vokalis

3. terdapat dua buah otot, yang dapat bergetar

Terbentuknya suara merdu merupakan hasil kerjasama antara :

(a) Rongga mulut

(b) Rongga hidung

(c) Lidah dan bibir

Pita suara terdapat pada pria dan wanita

(a) Pada pria lebih tebal

(b) pada wanita lebih tipis

Page 12: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

d) Batang Tenggorok (Trakea)

(1) Definisi

Batang tenggorok (trakea) adalah lanjutan dari laring.

(2) Ciri-ciri

(a) Dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin

(b) terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti kuku

kuda (huruf C)

(c) diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang

disebut sel bersilia hanya bergerak ke arah luar, yang

berfungsi mengeluarkan benda-benda asing yang masuk

bersama udara

(d) panjang trakea 9-11 cm

(e) terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos

(f) yang memisahkan bronkus kanan dan kiri disebut karina

Page 13: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

e) Cabang Tenggorok (Bronkus)

Image Source : http://www.clevelandclinic.org

(1) Ciri-ciri

(a) Terdapat 2 buah kiri dan kanan

(b) Terdapat pada ketinggian vertebrata torokalis ke IV dan V

(c) Dilapisi oleh jenis sel yang sama pada trakea

(d) Bronkus berjalan ke bawah dan ke samping ke arah

tampuk paru-paru

(e) Bronkus bercabang-cabang

(f) Yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli)

(g) Bronkioli terdapat gelembung hawa atau alveli

Bronkus

Page 14: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

(2) Beda Bronkus kanan dan kiri

No. Bronkus Kanan Bronkus Kiri1.

2.

3.

4.

Lebih pendek

Lebih besar

Terdiri dari 6-8 cincin

Mempunyai 3 cabang

Lebih panjang

Lebih ramping

Terdiri dari 9-12 cincin

Mempunyai 2 cabangf) Paru-paru

(3) Definisi

Paru-paru adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar

terdiri dari gelembung = alveoli

.

Gambar Anatomi paru-paru normal

ImageSource: http://www.nlm.nih.gov

Page 15: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

(4) Ciri-ciri alveoli

(a) Gelembung alveoli yang terdiri atas sel-sel epitel dan

endotel

(b) Luas permukaan ± 90 m2

(c) Tempat pertukaran udara, O2 masuk dan CO2 dikeluarkan

(d) Banyaknya gelembung 700.000.000 buah kiri dan kanan

(5) beda paru-paru kanan dan kiri

No. Paru-paru kanan Paru-paru kiri1

3

Terdiri dari 3 lobus

(belah paru) : lobus pulmo

destra superior, lobus media

dan lobus inferior

Tiap lobus terdiri dari

lobulus

Mempunyai 10 segment

b. 5 segment pada superior

c. segment pada medialis

d. segment pada inferior

Terdiri dari pulmo sinester

lobus superior dan lobus

inferior

Tiap lobus terdiri dari

belahan-belahan yang lebih

kecil bernama segment

Mempunyai 10 segmen :

a. 5 segment lobus superior

b. 5 segment pada inferior

Page 16: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi

oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah

getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat

sebuah bronkiolus

Bronkiolus bercabang-cabang disebut duktus alveolus,

tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang

berdiameter 0,2-0,3 mm.

(6) Letak paru-paru

(a) Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya

menghadap ketengah rongga dada / kovum mediastinum.

Yang terdiri dari :

1. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau

hilus.

2. Pada mediastinum depan terletak jantung

(b) Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.

Pleura dibagi 2 yaitu :

1. Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu :

selaput yang langsung membungkus paru-paru.

Page 17: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

2. Pleura parietal yaitu : selaput yang melapisi rongga

dada sebelah luar. Diantara kedua pleura ini terdapat

rongga (kavum) yang disebut :kavum pleura.

Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum / hampa

sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga

terdapat sedikit cairan (eksudut) yang berguna untuk

meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan

antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu-waktu

bernapas bergerak.

(7) Pembuluh darah paru-paru

Sirkulasi pulmunar berasal dari vertikal kanan yang

tebal dinding 1/3 dari tebal ventrikel kiri dan kontraksi

dantekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibanding

dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel

kiri.

Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang

langsung mengalir ke paru-paru melalui arteri bronkialis.

Darah ini adalah darah “kaya oksigen” (oxy genated)

dibandingkan dengan darah pulmonal yang relatif kekurangan

oksigen. Darah kembali melalui vena pulmonalis ke atrium

Page 18: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

kiri. Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit O2 dari

ventrikel kanan ke paru-paru sampai ke alveoli halus.

Alveoli membelah dan membentuk jaringan kapiler,

dan jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli

(gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan

oleh dinding kapiler, menjadi vena pulmonalis dan sejajar

dengan cabang tenggorok yang keluar melalui tampuk paru-

paru ke serambi jantung kiri (darah mengandung O2), sisa dari

vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena

bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka

dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah

ganda.

(8) Kapasitas paru-paru

Merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung

udara didalamnya. Kapasitas paru-paru dibedakan menjadi 2

yaitu :

(a) Kapasitas paru-paru

Yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru

pada inspirasi sedalam-dalamnya. Kapasitas paru-paru,

angka yang kita dapat tergantung pada beberapa hal :

Page 19: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

1. kondisi paru-paru

2. umur

3. sikap

4. bentuk seseorang

(b) Kapasitas vital

yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah

ekspirasi maksimal. Dalam keadaan normal kedua paru-

paru dapat menampung udara sebanyak ± 5 liter.

Waktu ekspirasi di dalam paru-paru masih tertinggal

3 liter udara. Pada waktu bernapas biasa udara yang

masuk kedalam paru-paru 2.600 cm3 (2 ½ liter).

Pernapasan normal

No Usia Frekuensi1

2

3

Orang dewasa

Anak-anak

bayi

16-18 x/menit

24 x/menit

30 x/menit

b. Fisiologi

1) Proses terjadinya pernapasan

Proses terjadinya pernapasan terbagi dalam 2 bagian yaitu :

(a) inspirasi (menarik napas).

Page 20: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

(b) Ekspirasi (menghembuskan napas)

2) Macam-macam cara pernapasan

Ada 2 cara pernapasan yaitu :

(a) Pernapasan dada

Pada waktu seseorang bernapas rangka dada terbesar

bergerak, pernapasan ini pada orang muda dan pada perempuan.

(b) Pernapasan perut

Pada waktu bernapas ito diafragma turun naik, kebanyakan

pada orang tua.

(c) Pernapasan paru-paru (pernapasan pulmoner)

1. Definisi

Pernapasan pulmoner adalah pertukaran oksigen dan

karbondioksida yang terjadi di paru-paru

2. Fisiologi pernapasan

.Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan

eksterna dimulai dari :

( Lihat gambar bagan di halaman berikutnya)

Page 21: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Proses Inspirasi Proses Ekspirasi

Proses inspirasi meliputi :

Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu

bernapas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli

berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli

Oksigen ( O2)

Darah dan O2 terpisah CO2 dikeluarkan

melalui hidung atau

Kapiler pulmonal Pipa bronkhial

Alveoli

Trakea

Mulut dan hidung pada waktu

Alveoli

Menembus membran alveoli

CO2

Paru-paru

Menembus membran

O2 diambil oleh sel darah merah

Jantung

Disebarkan ke seluruh tubuh

Page 22: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

memisahkan oksigen dan darah. Oksigen menembus membran,

diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung

dipompakan keseluruhan tubuh.

Proses ekspirasi meliputi :

Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan

menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui

pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.

Ada empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner

yaitu :

1. Ventilasi pulmoner

Gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli

dengan udara luar.

2. Arus darah melalui paru-paru

Darah mengandung O2 masuk keseluruh tubuh,

karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.

3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan

jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.

4. Difusi

Gas yang menembus alveoli dan kaviler karbondioksida

lebih mudah berdifusi dari oksigen.

Page 23: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100

mHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.

a. Pernapasan jaringan atau pernapasan interna

Darah hemoglobin + O2

(Oxihemoglobin)

Jaringan

Kapiler

Darah masuk (hemoglobin) yang banyak mengandung

O2 dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan akhirnya

mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam

jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-

paru dan di paru-paru terjadi pernapasan eksterna.

b. Daya muat paru-paru

Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml

sampai 5.000 ml atau 41/2 sampai 5 liter udara dan kira-kira

1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air)

Page 24: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

yaitu: yang dihirup masuk dan dihembuskan keluar pada

pernapasan biasa dengan tenang. Kapasitas vital adalah

volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru

pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat.

Normalnya seorang laki-laki 4-5 liter dan seorang perempuan

3-4 liter. Kapasitas ini berkurang pada penyakit paru-paru,

pada penyakit jantung ( yang menimbulkan kongesti paru) dan

pada kelemahan otot pernapasan.

c. Pengendalian pernapasan

Pusat pernapasan terletak di dalam medula oblongata,

mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua

faktor utama yaitu:

1) Kimiawi

Karbon dioksida adalah produk asam dari

metabolisme, dan bahkan kimia yang asam ini

merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar

impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.

2) Saraf

Pusat otomatik dalam medula oblongata

mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan melalui

Page 25: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

radik saraf servikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf

prenikus.

Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot

difragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15

kali setiap menit.

3) Kecepatan pernapasan

Pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki,

pernapasan secara normal maka ekspirasi akan menyusul

inspirasi dan kemudian istirahat.

Pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi-istirahat-

ekspiasi, disebut pernapasan terbalik.

4) Kebutuhan tubuh terhadap oksigen

Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi maka

warna darah merahnya hilang berganti ebiru-biruan

misalnya terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki

disebut sianosis.

5) Dinamika pernapasan

Tekanan udara mendesak melalui saluran

pernapasan menekan paru-paru kearah dinding toraks dan

memaksa paru-paru untuk mengikuti pergerakan

Page 26: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

pernapasan dinding toraks dan diafragma, tekanan ini

meningkat pada waktu inspirasi dan gerakan pernapasan

ini dihasilkan oleh otot pernapasan (galang bahu).

Waktu ekspirasi serat otot difragma yang relaksasi

muncul tinggi menuju diafragma membebaskan ruang

pelengkap diantara difragma dan dinding toraks.

3. Etiologi

a. Neoplasma seperti :

1) Neoplasma bronkhogenik

2) Neoplasma metastasik

b. Kardiovaskuler seperti :

1) Gagal jantung kongestif

2) Embolus pulmonar

3) Perikarditis

c. Penyakit pada abdomen

1) Pankreatitis

2) Asites

3) Abses

4) Sindrom melgs

d. Infeksi yang disebabkn bakteri seperti:

Page 27: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

1) Virus

2) Jamur

3) Mikrobakterial

4) Parasit

e. Trauma

f. Lain-lain seperti:

1) Lupus erimatrosus sistemik

2) Reumathoid athritis

3) Sindrom nefrotik

4) Urema.

Page 28: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

4. Patofisiologi Sederhana

Mikroorganisme

Alveoli

Inflamasi Paru

Terbentuk pus/nanah

Permeabilitas kapiler meningkat

Terjadi tekanan interstisial pleura

Cairan masuk ke intestinum

Akumulasi di jaringan pleura

Terjadi Efusi

Page 29: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Akibat masuknya organisme di dalam alveoli maka terjadi inflamasi

pada paru-paru dan terbentuknya pus/nanah yang berakibat pada

permeabilitas kapiler meningkat, kemudian terjadi tekanan di interstisinal

pleura, dan cairan masu ke intestinum. Terjadi akumulasi di jaringan pleura

akibat adanya efusi.

5. Manifestasi Klinis

Gejala yang paling sering ditemukan, tanpa menghiraukan jenis cairan

yang terkumpul ataupun penyebabnya adalah sesak napas dan nyeri dada.

Gejala lain yang mungkin ditemukan :

a. Batuk

b. Cegukan

c. Pernapasan cepat

d. Nyeri perut

6. Komplikasi

Komplikasi pada efusi pleura adalah :

a. Infeksi

b. Fibrosis paru

7. Pemeriksaan Penunjang

Langkah pertama adalah melakukan pemeriksaan yaitu :

a) Pemeriksaan fisik

Page 30: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Pada daerah efusi, fremitus tidak ada, perkusi redup, suara napas

berkurang.

b) Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut

ini:

(1) Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang

dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya

menunjukan adanya cairan.

(2) CT Scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan

dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru dan tumor.

(3) USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan

cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran

cairan.

(4) Torakosentesis

Penyebab dan jenis efusi pleura biasanya dapat diketahui

dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang

diperoleh dari torakosentesis.

(5) Biopsi

Page 31: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan

penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura

sebelah luar diambil untuk dianalisa.

(6) Analisa cairan pleura

(7) Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menentukan

sumber cairan yang terkumpul.

8. Penatalaksanaan

Jika jumlah cairan sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan

terhadap penyebabnya.

Jika jumlah cairan banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun

sesak napas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan

yang terkumpul).

Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah

jarum (selang) dimasukkan kedalam ronga pleura. Torakosentesis biasanya

dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa

dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter.

Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka

dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.

Page 32: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Diberikan antibiotik pada empyema, dan apabila nanahnya sangat

kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka dilakukan

pembedahan (operatif) untuk memotong lapisan terluar dari pleura.

Page 33: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

Pada tahap ini, penulis akan menguraikan secara teoritis tentang aasuhan

keperawatan pada klien dengan efusi pleura dengan metode keperawatan yang

teridiri dari lima langkah yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

Menurut Doengoes Marilyn, E dkk (2000), rencana asuhan keperawatan pada

klien dengan efusi pleura dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : dispnea dengan aktivitas maupun istirahat.

b. Sirkulasi

Tanda:

1) Takikardia

2) Frekwensi tak teratur / disritmia

3) S3 dan S4 / irama jantung gallop

4) Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyut jantung.

Udara pada mediastinum.

5) Tekanan darah : hipertensi / hipotensi

c. Integritas ego

Tanda : ketakutan / gelisah

Page 34: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

d. Makanan / cairan

Tanda : adanya pemasangan I.V vena sentral / infus tekanan.

e. Nyeri / kenyamanan

Gejala :

1) Nyeri dada unilateral, meingkat karena pernapasan, batuk.

2) Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pnemotorak

spontan).

3) Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam,

kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleura).

Tanda:

1) Berhati-hati pada area yang sakit

2) Prilaku distraksi

3) Mengkerutkan wajah

f. Pernapasan

Gejala:

1) kesulitan bernapas, lapar napas

2) batuk

3) Riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi /

infeksi paru (empyema / efusi), keganasan (misal : obstruksi tumor)

a) Pneumotorak spontan sebelumnya.

Page 35: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Tanda :

1) Pernapasan : peningkatan frekwensi / takipnea

2) Peningkatan kerja napas, penurunan otot eksesori, pernapasan dada,

refreksi interkostal, ekspansi abdominalis kuat.

3) Bunyi napas menurun atau tidak ada.

4) Fremitus menurun

5) Perkusi dada ditemukan : hipersonan, bunyi pekak di antara atau di

atas area yang terisi cairan.

6) Observas dan palpasi dada: penurunan pengembangan torak (area

yang sakit)

7) Kulit : pucat, sianosis, berkeringat.

8) Mental : ansietas, gelisah, bingung.

b) Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi PEEP.

g. Keamanan

Gejala : adanya trauma dada, radiasi, kemotrapi untuk keganasan.

h. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : riwayat faktor reiko keluarga, tuberkulosis kanker, adanya bedah

intra torakal / biopsi paru, bukti kegagalan membaik.

Page 36: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau

komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang aktual /

potensial. (Allen VC (1998 : 67).

Adapun menurut Doengoes Marilyn E, dkk (1999 : 721), diagnosa

keperawatan pada efusi pleura adalah sebagai berikut:

a. Tak efektif pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,

nyeri, proses inflamasi.

b. Risiko tinggi terhadap trauma / penghentian napas berhubungan dengan

penyakit saat ini / proses cidera, tergantung pada alat dari luar.

c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi aturan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.

3. Perencanaan

Komponen-komponen tahap perencanaan adalah membuat prioritas urutan

diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil dan menulis rencana asuhan

keperawatan. Manfaat rencana keperawatan adalah untuk membantu dan

memberikan perawatan yang berkualitas dan meningkatkan komunikasi,

pengaturan serta evaluasi keperawatan. (Allen VC, 1998 : 77).

Adapun menurut Doengoes Marilyn E, dkk (1999 : 721), rencana

keperawatan pada yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 37: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

a. Diagnosa 1 : tak efektif pola napas berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru, nyeri, proses inflamasi.

Tujuan : Menignkatkan/mempertahankan ekspansi paru untuk

oksigenasi/ventilasi adekuat.

.Intervensi:

1) Identifikasi etiologi / faktor pencetus, conth kolaps spontan, trauma,

keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik, Rasional:

pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang

dada yang tepat dan memilih tindakan terpeutik lain.

2) Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan / pernapasan serak,

dispnea, keluhan “lapar udara” terjadinya sianosis, perubahan tanda

vital. Rasional : distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat

terjadi sebagai akibat stress fisiologis dan nyeri atau dapat

menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia /

perdarahan.

3) Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi

mekanik. Catat perubahan tekanan udara. Rasional: kesulitan

bernapas dengan ventilator dan / atau peningkatan tekanan jalan napas

diduga memburuknya kondisi komplikasi (misalnya ruptur spontan

dari bleb, terjadinya pneumotorak)

Page 38: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

4) Awasi pasang-surutnya air penampung. Catat apakah perubahan

menetap atau sementara. Rasional: botol penampung bertindak

sebagai manometer intra pleural ( ukuran tekanan intrapleural);

sehingga fluktuasi ( pasang surut ) menunjukan perbedaan tekanan

antara inspirasi dan ekspirasi.

5) Posisikan sistem drainase selang untuk fungsi optimal, contoh koil

selang ekstra di tempat tidur, yakinkan selang tidak terlipat atau

menggantung di bawah saluran masuknya ke wadah drainase. Alirkan

akumulasi drainase bila perlu. Rasional: posisi tak tepat atau

pengumpulan bekuan / cairan pada selang mengubah tekanan negativ

yang diinginkan dan membuat evakuasi udara / cairan.

6) Catat karakter / jumlah selang dada. Rasional: berguna dalam

mengevaluasi perbaikan kondisi / terjadinya komplikasi / perdarahan

yang memerlukan upaya intervensi.

7) Kaji seri foto torak. Rasional : mengawasi emajuan perbaikan

hemotorak / pneumotorak dan ekspansi paru. Mengidentifiasi

kesalahan posisi selang endotrakeal mempengaruhi inflasi paru.

8) Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas

vital/pengukuran volume tidal. Rasional : mengkaji status pertukaran

gas dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam terapi.

Page 39: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

9) Berikan oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai indikasi.

Rasional : alat dalam menurunkan kerja napas ; meningkatkan

penghilangan distres respirasi dan sianosis sehubungan dengan

hipoksemia.

b. Diagnosa 2 : risiko tinggi terhadap trauma / penghentian napas

berhubungan dengan penyakit saat ini / proses cidera, tergantung pada

alat dari luar.

Tujuan : untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Intervensi :

1) Kaji dengan klien tujuan / fungsi unit drainase dada, catat gambaran

keamanan. Rasional: Informasi tentang bagaimana sistem bekerja

memberikan keyakinan, menurunkan ansietas klien.

2) Pasangkan kateter torak ke dinding dada dan berikan panjang selang

ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi klien. Rasional:

mencegah terlepasnya kateter dada atau selang terlipat dan

menurunkan nyeri / ketidaknyamanan sehubungan dengan penarikan

atau menggerakkan selang.

3) Amankan sisi sambungan selang. Rasional: mencegah terlepasnya

selang.

Page 40: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

4) Beri bantalan pada sisi dengan kasa / plester. Rasional: melndungi

kulit dari iritasi / tekanan.

5) Amankan unit drainase pada tempat tidur klien atau pada sangkutan /

tempat tertentu pada area dengan lalu lintas rendah. Rasional:

mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan resiko

kecelakaan jatuh / unit pecah.

6) Berikan transportasi aman bila klien dikirim keluar unit untuk tujuan

diagnostik. Rasional : Meningkatkan kontinuitas evakuasi optimal

cairan / udara selama pemindahahan.

7) Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, adanya /

karakteristik drainase dari sekitar kateter. Ganti / pasang ulang kasa

penutup steril sesuai kebutuhan. Rasional: memberikan pengenalan

dini dan mengobati adanya erosi / infeksi kulit.

8) Anjurkan klien untuk menghindari berbaring / menarik selang.

Rasional: Menurunkan resiko obstruksi drainase / terlepas selang.

9) Identifikasi perubahan / situasi yang harus dilaporkan pada perawat,

contoh perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba-tiba dan nyeri

dada. Lepaskan alat. Rasional : Intervensi tepat waktu dapat

mencegah komplikasi serius.

Page 41: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

10) Observasi tanda-tanda distres pernapasan bila kateter torak lepas /

tercabut. Rasional : Pneumotorak dapat terulang / memburuk, karena

mempengaruhi fungsi pernapasan dan memerlukan intervensi darurat.

c. Diagnosa 3 : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi

aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.

d.

Tujuan : Memberikan informasi tentang proses penyakit, program

pengobatan dan prognosis.

Intervensi :

1) Kaji patologi masalah individu. Rasional : Informasi menurunkan

takut karena ketidak tahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk

pemahaman kondisi dinamik dan pentingya intervensi terapeutik.

2) Identifikasi kemungkinan kambuh / komplikasi jangka panjang.

Rasional : penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan keganasan

dapat meningkatkan insiden kambuh. Selain itu klien sehat yang

menderita pneumotorak spontan, insiden kambuh 10%-50%. Orang

yang mempunyai episode spontan kedua beresiko tinggi untuk insiden

ketiga (60%).

3) Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,

contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.

Page 42: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Rasional : berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan

intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.

4) Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat, laitahn. Rasional :

mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan

dapat mencegah kekambuhan.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah perawat melaksanakan rencana asuhan

keperawatan. Intruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien

memenuhi kriteria hasil. Komponen implementasi terdiri dari tindakan

keperawatan kolaborasi, dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien

terhadap asuhan keperawatan. Allen VC (1998 : 105).

Tahap ini merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan, oleh

karena itu pelaksanaannya dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan dan

mengacu pada tindakan sesuai skala urgen, dan tidak urgen.

Dalam pelaksanaan ada tiga tahap yang harus dilalui yaitu persiapan,

perencanaan dan dokumentasi.

a. Fase persiapan meliputi:

1) Review antisipasi tindakan keperawatan.

2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul.

Page 43: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

4) Persiapan alat.

5) Persiapan lingkungan yang kodusif.

6) Mengidentifikasi.aspek hukum dan etik.

b. Fase intervensi.

1) Independen ; tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk

atau perintah dokter atau tim kesehatan lainnya.

2) Interdependen ; tindakan perawat yang memerlukan kerja sama

dengan kesehatan lain ( gizi, dokter, laboratorium daln lain-lain).

3) Dependen ; berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan

dimana tindakan medis dilaksanakan.

c. Fase dokumentasi.

Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang

telah dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien

dengan efusi pleura, perawat dapat berperan sebagai pelaksana

keperawatan, pemberi support, pendidikan, advokasi, konselor, dan

pencatatan / penghimpunan data.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi adalah pebandingan hasil-hasil yang diamati

dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Allen VC

(1998 : 123).

Page 44: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Evaluasi terdiri dari 2 jenis yaitu evaluasi formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif disebut juga sebagai evaluasi proses, evaluasi jangka

pendek atau evaluasi berjalan, dimana evaluasi ini dilakukan secepatnya

setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai.

Sedangkan evaluasi sumatif, biasanya disebut evaluasi hasil, evaluasi

hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka pajang.

Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna

dan menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi

tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan

format SOAP.

Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana

keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui

hasil perbandingan melalui standar yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 45: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Daftar Pustaka

Boughman, Diane C, (Alih Bahasa oleh Yasmin Asih) (2000). Keperawatan

Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC

Penerbit buku Kedokteran.

Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Penerbit Buku Kedokteran.

Haryanto (2008). Konsep Dasar Keperawatan Dengan Pemetaan Konsep. Jakarta :

Salemba Medika.

Hudak, Carolyn M & Gallo, Barbara. M (2000). Keperawatan Kritis, pendekatan

holistik. Jakarta : EGC Penerbit Buku kedokteran.

Nursalam (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Pearce, Evelyn C (2002). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia.

Soeparman (1995). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Penerbit FKUI.

Syaifudin (1997). Anatomi dan Fisiologi Untuk paramedis. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Page 46: AsKeP eFusi pLeuRa

Buku Asuhan Keperawatan | Efusi Pleura

Tentang Penulis

Tanggapan, Kritik Dan Saran pembaca untuk Buku Asuhan Keperawatan:

Belum ada !

Mohon kepada para pembaca agar memberikan tanggapan, kritik serta saran

untuk perkembangan penulisan, sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam

pemahaman ilmu keperawatan.

Untuk mengisi halaman ini, Anda cukup memberikan komentar pada website

kami di www.books.nursemedia.info.

Nama : Akhmad Budiman, Amd. Kep

Pendidikan : DIII Keperawatan

Akademi Keperawatan Muhammadiyah Pontianak, tamat tahun 2006.

Pengalaman Bekerja : 2 Tahun.

Tobe continue...........