li tutorial klinik dhf (ami)

26
1. Definisi DHF Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue (Saroso, 2007). Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (DEPKES. RI, 1992). Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, 1999). 2. Klasifikasi DHF Menurut derajat penyakit

Upload: laksmi-ami-paramita

Post on 01-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tutorial klinik

TRANSCRIPT

1. Definisi DHF

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili

Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai

empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,

tergantung dari serotipe virus Dengue (Saroso, 2007).

Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam

tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi

menimbulkan renjatan/syok dan kematian (DEPKES. RI, 1992).

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak

dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang

biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, 1999).

2. Klasifikasi DHF

Menurut derajat penyakit

Derajat

PenyakitKriteria

DBD derajat IDemam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya

manifestasi perdarahan ialah uji torniquet positif.

DBD derajat

II

Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau

perdarahan lain.

DBD derajat

III

Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan

nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis

disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak

gelisah.

DBD derajat Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan

IV tekanan darah tidak dapat diukur.

GEJALA LABORATORIUM

DD

Demam disertai 2 atau lebih manifestasi klinis infeksi virus dengue.

Leukopenia, trombositopenia, tidak ditemukan bukti kebocoran plasma.

Tes serologi dengue positif

DBD I

Gejala di atas disertai tes rumple leed positif sebagai manifestasi perdarahan.

Leukopenia, trombositopenia dan ditemukan bukti kebocoran plasma.

DBD II

Gejala di atas disertai manifestasi perdarahan spontan (tersering epistaksis dan perdarahan gusi).

DBD III

Gejala di atas disertai kegagalan sirkulasi (takikardi, menurunnya tekanan nadi < 20mmHg atau hipotensi, kulit dingin dan lembab serta gelisah).

DBD IV

Ditemukannya syok berat yang ditandai dengan tidak terukurnya tekanan darah dan nadi.

3. Etiologi dan transmisi DHF

Penyakit Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang

termasuk dalam group arboviruses (virus yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk asthropod).

Penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti

yang banyak ditemukan dan hampir selalu menggigit di dalam rumah pada

waktu siang hari (Sumarmo, 1998).

Demam dengue dan Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus

dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae.

Flavivirus merupakan virus berdiameter 30 nm yang terdiri dari asam

ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4×106. Terdapat 4 serotipe

virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, dengan variasi DEN-3

merupakan serotipe terbanyak yang ditemukan di Indonesia. Variasi DEN-

3 dan DEN-2 secara berurutan merupakan serotipe dominan dan banyak

berhubungan dengan kasus berat di Indonesia.

Vektor virus dengue adalah nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus.

Virus dengue ditransmisikan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

betina yang terinfeksi. Nyamuk betina tersebut mendapatkan infeksi virus

dengue saat sedang mencari makanan dalam darah manusia yang

terinfeksi. Setelah melewati masa inkubasi yang biasanya sekitar 8-10

hari, nyamuk tersebut dapat menularkan infeksi virus dengue kepada

manusia lain hingga seumur hidupnya saat sedang mencari makanan dalam

darah manusia tersebut. Nyamuk betina tersebut juga dapat menularkan

infeksi virus melalui telur yang dikeluarkannya, tetapi mekanisme

transmisi tersebut hingga saat ini belum diketahui secara rinci.

4. Patofisiologi DHF

Respon imun humoral bekerja dengan membentuk antibodi yang

berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi

Komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Limfosit T, baik

T-helper (CD4) maupun T-sitotoksik (CD8), berperan dalam respon imun

seluler terhadap virus dengue. Monosit dan makrofag berperan dalam

fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Selain itu, aktivasi

komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya mediator

C3a dan C5a yang merupakan mekanisme terjadinya kebocoran plasma.

Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme berikut,

1). Supresi sumsum tulang dan 2). Destruksi dan pemendekan masa

hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5

hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit.

Sedangkan kadar trombopoietin dalam darah saat terjadi trombositopenia

justru menunjukkan kenaikan. Hal tersebut menunjukkan terjadinya

stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap

keadaan trombopenia. Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus

dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian

menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada DBD grade III dan

IV.

Sampai sekarang masih dianut teori ‘the secondary heterologous

infection’, yang menyatakan bahwa DHF dapat terjadi apabila seorang

anak telah kena infeksi dengue pertama, mendapat infeksi berulang

dengan serotip virus yang berlainan. Faktor imunologis memegang

peranan untuk meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, maka akan

terjadi kebocoran plasma, protein dan elektrolit terutama Na+ yang

kemudian dapat berkembang menjadi hipovolemia dan kadang-kadang

jatuh kedalam shock. Keadaan-keadaan seperti panas, tidak nafsu makan,

muntah-muntah, dapat mengakibatkan dehidrasi yang juga memperberat

hipovolemia sehingga shock yang lebih berat tidak dapat dihindari.

Sebagai dari akibat shock yang tidak cepat diatasi, akan terjadi anoksia

jaringan yang dapat menimbulkan metabolik asidosis, perdarahan

gastrointestinal dan kematian.

Pathways :

5. Dasar diagnosis

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO sebagai

berikut:

Kriteria klinis

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus

menerus selama 2-7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan : uji torniquet positif, petekiae,

ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena.

Hepatomegali.

Syok

Kriteria laboratoris

Trombositopenia (trombosit ≤100.000 mm3).

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥20% menurut standar

umur dan jenis kelamin).

Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria : 2 kriteria

klinis pertama + trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Pada pasien ini didapatkan :

Demam 7 hari

Manifestasi perdarahan (melena)

Trombositopeni

6. Cara menyingkirkan DD

Pada hari-hari pertama, diagnosis DHF sukar dibedakan dengan penyakit

morbili, dan ITP yang disertai panas. Pada hari-hari berikutnya (ke 3-4

demam) kemungkinan diagnosis DHF lebih jelas. Diagnosis banding yang

paling penting adala Chikungunya Hemorhagic. Praktis sukar dibedakan DHF

derajat sedang dari Chikungunya Hemorhagic Fever. Pada Chikungunya

hemorrhagic fever demam lebih mendadak, masa demam lebih pendek, ruam

makulopapular, injeksi konjungtiva dan rasa nyeri pada sendi lebih sering

dijumpai, sedangkan perdarahan gastrointestinal dan shock tidak ditemukan.

7. Gambaran klinis

Manifestasi klinis dapat berupa: Panas

Pada umumnya panas berlangsung selama 2-7 hari yang kemudian turun secara lisis, disertai gejala-gejala yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah, nyeri punggung, tulang kepala, batuk, dan lemah. Dan tidak jarang ditemukan keluhan seperti rasa sakit di daerah epigastrium, sakit perut, diare, konjungtivitas, malahan kejang-kejang.

PerdarahanAdapun bentuk perdarahan yang biasanya terjadi adalah Tourniquet test positif, petecchiae, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena dan kadang-kadang hematuria terutama ditemukan di DSS.

Pembesaran HatiSebenarnya pembesaran hati sudah dapat diraba saat permulaan penyakit atau bisa timbul kemudian bila penderita sudah tidak panas. Pembesaran hati tidak ada hubungannya dengan berat ringannya penyakit, tetapi pada penderita yang dari semula hatinya tidak teraba atau membesar, sedangkan dalam observasi hati terus membesar, kita harus hati-hati karena penderita ini kemungkinan besar akan jatuh kedalam shock.

Gangguan SirkulasiDengan keluarnya cairan plasma serta beberapa komponen dari dalam

pembuluh darah, terjadi hipovolemi, namun tidak semua kasus DHF

mengalami kegagalan sirkulasi. Kegagalan sirkulasi hanya terjadi pada

1/3 dari kasus DHF, terutama kasus-kasus yang berat.

WHO :

Severe dengue is a potentially deadly complication due to plasma leaking,

fluid accumulation, respiratory distress, severe bleeding, or organ

impairment. Warning signs occur 3–7 days after the first symptoms in

conjunction with a decrease in temperature (below 38°C/ 100°F) and

include: severe abdominal pain, persistent vomiting, rapid breathing,

bleeding gums, fatigue, restlessness, blood in vomit. The next 24–48 hours

of the critical stage can be lethal; proper medical care is needed to avoid

complications and risk of death.

Demam Berdarah Dengue: Pelatihan bagi pelatih, dokter spesialis

anak, dan dokter spesialis penyakit dalam, dalam tatalaksana kasus

DBD :

Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri

retroorbita, mialgia dan nyeri perut.

Uji torniquet positif.

Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.

Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.

Hepatomegali.

Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke

rongga peritoneal.

Trombositopenia.

Hemokonsentrasi.

Hari ke 3-5 fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat

berkembang menjadi syok.

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah perifer : Hb, leukosit dan hitung jenis, hematokrit,

dan trombosit.

Pada DBD berat/SSD : monitor hematokrit tiap 4-6 jam, trombosit, AGD,

kadar elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, protein serum, PT dan

APTT.

a. Pemeriksaan Laboratorium

Darah :

LPB positif.

Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia)

Hematokrit meningkat lebih dari 20%, merupakan indikator akan

timbulnya rejatan.

Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.

Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.

Masa perdarahan memanjang.

Protein rendah (hipoproteinemia)

Natrium rendah (hiponatremia)

SGOT/SGPT bisa meningkat

Astrup : Asidosis metabolic

Urine :

Kadar albumin urine positif (albuminuria)

b. Foto thorax

Bisa ditemukan pleural effusion.

Pemeriksaan Laboratorium :

a. Hemoglobin (Hb)Pemeriksaan Hb menunjukkan peningkatan sesuai dengan meningkatnya hematrokit (PVC) sampai penderita jatuh shock yang bukan disebabkan oleh pendarahan. Pada shock yang disebabkan oleh pendarahan, baik Hb maupun PCV akan berkurang.

b. HemokonsentrasiBisa dilihat dari peningkatan nilai hematrokit selama observasi yaitu sebesar 20%, sehingga perlu pemeriksaan PCV berulang kali.

c. TrombositTrombositopenia biasanya didapatkan pada kasus DHF, hanya saja penurunan trombosit bervariasi, bisa ringan sampai berat, yang sudah dimulai dari ke 3, kemudian menjadi normal pada ke 8-10.

d. LeukositPada permulaan penyakit akan didapatkan leukopeni (jumlah lekosit < 5.000/ml), sedangkan dalam keadaan shock akan didapatkan leukositosis.

e. Faktor pembekuan

Pada kasus-kasus yang berat dengan shock, menunjukkan berkurangnya factor II, V, VII, IX dan XII.

f. VirologyDiagnosis yang paling tepat untuk menentukkan adanya infeksi virus dengue pada anak adalah dengan mengisolasi virus dengue dari tubuh penderita, terutama pada masa viremia

g. SerologisPada infeksi primer, titer antibody HI pada masa akut < 1:20 dan titer

akan naik. 4x atau lebih pada masa konvalesen, namun tidak melebihi

1:2560. Pada infeksi sekunder, titer antibody HI menjadi ≥ 4 kali.

Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Parameter yang dapat diperiksa antara lain :

Lekosit dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui

Limfositosis relatif (>45% dari total leukosit).

Trombositopenia yang biasanya muncul pada hari ke 3-8.

Hematokrit yang meningkat >20% baik dari populasi yang sama maupun

dari hematokrit awal membuktikan adanya kebocoran plasma. Umumnya

dimulai pada hari ke-3 demam.

Hemostasis (PT, APTT, Fibrinogen dan D-dimer) pada kecurigaan

perdarahan atau koagulopati.

Hipoproteinemia atau hipoalbuminemia akibat kebocoran plasma.

Elektrolit sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

Imunoserologi berupa IgM (merupakan penanda infeksi saat ini) dan IgG

(merupakan penanda infeksi masa lalu). IgM akan terdeteksi mulai hari ke

3-5, meningkat sampai minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari

setelahnya. Sedangkan IgG terdeteksi pada hari ke-14 pada infeksi primer

dan hari ke-2 pada infeksi sekunder.

Diagnosis pasti DBD dapat didapatkan dengan melakukan tes isolasi virus

dengue pada serum atau mengunakan PCR atau mendapatkan peningkatan

titer serologi IgM dan peningkatan 4 kali lipat serologi IgG menggunakan

metode inhibisi hemaglutinasi.

b. Radiologis

Pada pemeriksaan rontgen toraks bisa didapatkan efusi pleura terutama pada

hemitoraks kanan, tetapi apabila terjadi perembesan plasma yang hebat dapat

terjadi pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan dalam

posisi lateral dekubitus kanan.

Asites dan efusi pleura juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG.

Khusus pada kejadian efusi pleura yang minimal, pemeriksaan rontgen toraks

dapat dilakukan pada posisi dekubitus lateral kanan.

9. Indikasi rawat inap dan indikasi pulang

Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien

Ada kedaruratan:

Syok

Muntah terus menerus

Kejang

Kesadaran turun

Muntah darah

Berak hitam

Hematokrit cenderung meningkat

setelah 2 kali pemeriksaan berturut-

turut

Hemokonsentrasi (Ht meningkat ≥

20%)

Tidak demam selama 24 jam tanpa

antipiretik

Nafsu makan membaik

Secara klinis tampak perbaikan

Hematokrit stabil

Tiga hari setelah syok teratasi

Trombosit > 50.000/uL

Tidak dijumpai distres pernafasan

10. Penatalaksanaan DHF

Demam Berdarah Dengue: Pelatihan bagi pelatih, dokter spesialis anak,

dan dokter spesialis penyakit dalam, dalam tatalaksana kasus DBD :

Fase demam

Prinsip tatalaksana DBD fase demam sama dengan tatalaksana DD.

Antipiretik: paracetamol 10 – 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari.

Perbanyak asupan cairan oral.

Monitor keadaan anak (tanda-tanda syok) terutama selama 2 hari saat

suhu turun. Monitor trombosit dan hematokrit secara berkala.

Penggantian volume plasma

Anak cenderung menjadi dehidrasi. Penggantian cairan sesuai status

dehidrasi pasien dilanjutkan dengan terapi cairan rumatan.

Jenis cairan adalah kristaloid : RL, 5% glukosa dalam RL, atau NaCl.

Tabel 3. Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang

Berat Badan Jumlah Cairan

(ml/kg BB/hari)

< 7 220

7 – 11 165

12 – 18 132

>18 88

Kebutuhan cairan rumatan

Berat badan

(kg)

Jumlah cairan (ml)

10 100 per kg BB

10 – 20 1000 + 50 x kg BB (untuk BB di atas 10

kg)

>20 1500 + 20 x kg BB (untuk BB di atas 20

kg)

11. Edukasi keluarga

Demam Berdarah Dengue: Pelatihan bagi pelatih, dokter spesialis anak,

dan dokter spesialis penyakit dalam, dalam tatalaksana kasus DBD :

Edukasi orang tua:

Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.

Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.

Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus

buah, atau sup. Tidak ada larangan konsumsi makanan tertentu.

Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari saat

suhu turun. Pada fase demam, kita sulit membedakan antara DD dan

DBD, sehingga orang tua perlu waspada.

Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah terus

menerus, tidak sadar, tangan/kaki teraba dingin, atau timbul perdarahan.

12. Diet untuk DHF

Diet makanan lunak.

13. Cara membedakan febris DHF dengan infeksi lainnya

Demam pada DHF berupa demam akut antara 2-7 hari dan biasanya bifasik.

Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang

berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever).

14. Komplikasi DHF

D.I.C (Disseminated Intravasculer Coagulation)

Komplikasi ini sangat mengancam jiwa penderita karena angka

kematiannya cukup tinggi (338%). Kecurigaan adanya D.I.C. pada

DHF/DSS bila ditemukan penderita jatuh shock, trombositopenia yang

hebat, fibrinogenemia, perdarahan yang hebat dan penurunan kesadara.

Ensefalopati

Keadaan ini terutama ditemukan pada penyakit yang berat dan biasanya

disusul dengan kematian.

KOMPLIKASI :

Perdarahan luas

Syok (rejatan)

Pleural Effusion

Penurunan kesadaran

Demam Berdarah Dengue: Pelatihan bagi pelatih, dokter spesialis anak,

dan dokter spesialis penyakit dalam, dalam tatalaksana kasus DBD :

Komplikasi berat dapat terjadi pada DBD yaitu ensefalopati dengue, gagal

ginjal akut, atau udem paru akut.

15. Pencegahan DHF

Pencegahan demam berdarah atau DHF dapat dilakukan dengan cara 3 M, yaitu :

Menguras dan menyikat bak mandi / penampungan air sekurang-kurangnya 1 minggu sekali agar nyamuk demam berdarah yang menempel akan lepas.

Menutup tempat penampungan air dengan rapi dan rapat setelah mengambil / mengisi air akan mencegah nyamuk demam berdarah masuk untuk bertelur dan berkembang biak.

Mengubur barang-barang bekas, seperti ban, aki, botol, kaleng, plastik yang dapat digenangi air, jangan sampai terisi air hujan.

WHO :

At present, the only method to control or prevent the transmission of dengue

virus is to combat vector mosquitoes through:

preventing mosquitoes from accessing egg-laying habitats by

environmental management and modification;

disposing of solid waste properly and removing artificial man-made

habitats;

covering, emptying and cleaning of domestic water storage containers on a

weekly basis;

applying appropriate insecticides to water storage outdoor containers;

using of personal household protection such as window screens, long-

sleeved clothes, insecticide treated materials, coils and vaporizers;

improving community participation and mobilsation for sustained vector

control;

applying insecticides as space spraying during outbreaks as one of the

emergency vector control measures;

active monitoring and surveillance of vectors should be carried out to

determine effectiveness of control interventions.

16. Apa saja yang harus di Follow Up

Monitor keadaan anak (tanda-tanda syok) terutama selama 2 hari saat suhu

turun. Monitor trombosit dan hematokrit secara berkala.

Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika

kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan

tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

17. Perbedaan DHF dengan DF

Demam Berdarah Dengue: Pelatihan bagi pelatih, dokter spesialis

anak, dan dokter spesialis penyakit dalam, dalam tatalaksana kasus

DBD :

Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang

mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.

Spektrum

KlinisManifestasi Klinis

DD

Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih

manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia,

manifestasi perdarahan, dan leukopenia.

Dapat disertai trombositopenia.

Hari ke-3-5 fase pemulihan (saat suhu turun), klinis

membaik.

DBD Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri

kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.

Uji torniquet positif.

Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.

Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih :

epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.

Hepatomegali.

Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau

perembesan ke rongga peritoneal.

Trombositopenia.

Hemokonsentrasi.

Hari ke 3-5 fase kritis (saat suhu turun), perjalanan

penyakit dapat berkembang menjadi syok

SSD

Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi

(syok).

Gejala syok :

Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran,

sianosis.

Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.

Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.

Akral dingin, capillary refill turun.

Diuresis turun, hingga anuria.

Diagnosis DD ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan

penunjang sesuai tabel 1, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda

perembesan plasma (hemokonsentrasi, hipovolemia, dan syok).

Sedangkan diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis

WHO sebagai berikut:

Kriteria klinis

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus

menerus selama 2-7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan : uji torniquet positif, petekiae,

ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau

melena.

Hepatomegali.

Syok.

Kriteria laboratoris

Trombositopenia (trombosit ≤100.000 mm3).

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥20% menurut standar

umur dan jenis kelamin).

Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria : 2 kriteria

klinis pertama + trombositopenia dan hemokonsentrasi.