bab 1 - 5 dhf

45
BAB I PENDAHULUAN Dengue Fever (demam dengue) dan Dengue Haemorrhagic Fever (demam berdarah dengue / DBD) merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di masyarakat. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan wabah dan kematian yang banyak mengenai anak-anak dan dewasa dan menimbulkan kepanikan masyarakat. Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak- anak dan dewasa yang ditandai dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif Bila petekie terlihat halus dan baru tampak dengan kaca pembesar = 1+ Bila terlihat dengan jelas lebih kurang 10 petekie = 2+ Bila terlihat dengan jelas banyak petekie (> 10 buah) = 3+ Bila seluruh lengan bawah penuh dengan petekie = 4+ dengan atau tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti ptechiae spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit. Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome / DSS) ialah penyakit DHF yang disertai renjatan. 1

Upload: ttaufiq0505

Post on 04-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

DHF

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 - 5 DHF

BAB I

PENDAHULUAN

Dengue Fever (demam dengue) dan Dengue Haemorrhagic Fever (demam berdarah

dengue / DBD) merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di masyarakat. Penyakit

ini merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan wabah dan kematian yang

banyak mengenai anak-anak dan dewasa dan menimbulkan kepanikan masyarakat.

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa yang

ditandai dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah

dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif

Bila petekie terlihat halus dan baru tampak dengan kaca pembesar = 1+

Bila terlihat dengan jelas lebih kurang 10 petekie = 2+

Bila terlihat dengan jelas banyak petekie (> 10 buah) = 3+

Bila seluruh lengan bawah penuh dengan petekie = 4+

dengan atau tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti ptechiae

spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena,

trombositopenia, masa perdarahan dan protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan

gangguan maturasi megakariosit.

Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome / DSS) ialah penyakit DHF yang

disertai renjatan.

1

Page 2: BAB 1 - 5 DHF

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demam dengue (DF) adalah penyakit infeksi yang disebebkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri oto dan atau nyeri sendi yang disertai

leukopeni, ruam, limfadenoati, trombositopeni, dan diatesis hemorragik. Pada DBD

terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue

(Dengue Shock Syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh

renjatan/syok.1

B. Epidemiologi

Pola berjangkit infeksi dengue dipengaruhi oleh keadaan iklim dan kelembaban

udara. Pada suhu yang panas (28-32 ºC) dengan kelembaban tinggi, nyamuk aedes

akan tetap bertahan hidup dalam jangka waktu lama. Di Indonesia, oleh karena suhu

udara dan kelembaban tidak selalu sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya

penyakit agak berbeda. Di Pulau Jawa pada umumnya infeksi dengue terjadi pada awal

Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak pada bulan April-Mei setiap tahun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD ini

sangat kompleks, yaitu:

1. Pertumbuhan penduduk

2. Urbanisasi yang tak terencana

3. Tidak adanya kontrol terhadap nyamuk, yang efektif di daerah endemic

4. Peningkatan sarana transportasi

Morbiditas dan mortalitas infeksi dengue dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain status imunologis pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus

dengue, faktor keganasan virus, dan kondisi geografis setempat.2

2

Page 3: BAB 1 - 5 DHF

C. Etiologi

DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod

Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili

flaviviridae. Terdapat 4 jenis serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Infeksi oleh

salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang

bersangkutan, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap

serotipe yang lain. Keempat serotipe virus dengue ini dapat ditemukan di berbagai

daerah di Indonesia. Serotipe Den-3 merupakan serotipe yang dominan dan

diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat. Virus ini

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, Aedes albopictus, Aedes

polynesiensis, dan beberapa spesies nyamuk yang lain dapat juga menularkan virus ini

tetapi merupakan vektor yang kurang berperan.1 Nyamuk aedes tersebut dapat

menularkan virus dengue kepada manusia baik secara langsung yaitu setelah

menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun secara tidak langsung

setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari (extrinsic incubation

period). Pada manusia diperlukan waktu 5-7 hari (intrinsic incubation period)

sebelum menjadi sakit setelah virus masuk ke dalam tubuh. Pada nyamuk, sekali virus

dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut akan

dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Sedangkan pada manusia,

penularan hanya dapat terjadi pada saat tubuh dalam keadaan viremia yaitu antara 3-5

hari.2

D. Patogenesis

Sampai saat ini belum ada teori yang dapat menjelaskan secara tuntas

patogenesis DBD karena masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori

yang banyak dianut pada DBD dan SSD adalah hipotesis infeksi sekunder

(Secondary Heterologous Infection) dan Hypothesis Immune Enhancement.

Hipotesis secondary heterologous infection ini menyatakan secara tidak

langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan

serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai resiko berat yang lebih besar

untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan

mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks

3

Page 4: BAB 1 - 5 DHF

antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sei

leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak

dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam se!

makrofag. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator

vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh

darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.1

Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis secondary heterologous

infection sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan

pada seorang pasien, respons antibody anamnestik yang akan terjadi dalam waktu

beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan

menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue. Di samping itu, replikasi virus

dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya

virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus

kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi system

komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan

peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari

ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini terbukti

dengan adanya peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium dan

terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura dan asites). Syok yang tidak

ditanggulangi secara adekuat akan menyebabkan asidosis dan anoksia yang dapat

berakhir fatal.1

E. Gejala Klinis

Terdapat 4 gejala utama DBD, yaitu demam tinggi 2 – 7 hari, fenomena

perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi.2 Gejala klinis DBD diawali dengan

demam mendadak, disertai dengan muka kemerahan (facial flush) dan gejala klinis

lain yang tidak khas, menyerupai gejala demam dengue, seperti anoreksia, muntah,

sakit kepala, dan nyeri pada otot dan sendi.1

Fase kritis penyakit ini terjadi pada akhir fase demam. Setelah 2-7 hari

demam, terjadi penurunan tiba-tiba dari temperatur yang disertai dengan gangguan

sirkulasi. Penderita dapat berkeringat, tampak lemah, ekstremitas dingin, perubahan

frekuensi nadi, dan tekanan darah. Pada kasus yang lebih ringan, perubahan ini terjadi

secara minimal dan sementara, disebabkan kebocoran plasma yang ringan. Banyak

4

Page 5: BAB 1 - 5 DHF

pasien dapat sembuh spontan atau setelah terapi cairan dan elektrolit. Pada kasus yang

lebih berat, bila terjadi kehilangan plasma yang besar, terjadi syok yang menjadi

parah dalam waktu yang singkat dan dapat menyebabkan kematian bila tidak segera

ditangani.3

Dengue Shock Syndrome (DSS)

Kondisi pasien yang mengalami syok akan memburuk setelah demam selama

2-7 hari. Perburukan kondisi ini terjadi saat atau sesaat setelah penurunan suhu tubuh,

yaitu antara 3-8 hari setelah onset. Terdapat tanda-tanda kegagalan sirkulasi, seperti

kulit menjadi dingin, blotchy dan kongesti, perioral sianosis, dan nadi yang

meningkat. Penderita awalnya tampak mengantuk, kemudian menjadi gelisah dan

dengan cepat memasuki tahap krisis dari syok. Nyeri abdomen akut sering dikeluhkan

sebelum syok terjadi.3

DSS biasanya ditandai dengan nadi yang cepat dan lemah, penyempitan

tekanan nadi (<20 mmHg), baik pada tensi normal maupun hipotensi, kulit dingin dan

lembab, serta gelisah. Pasien yang mengalami DSS terancam kematian bila terapi

yang tepat tidak diberikan segera. Pasien dapat jatuh pada kondisi syok berat dimana

tekanan darah dan nadi sudah tidak dapat diukur. Syok yang tidak dikoreksi dapat

menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. 3 (dengue handbook WHO page 14)

F. Diagnosis

Dengue Haemorragic Fever

Semua gejala berikut harus ada :

Demam, riwayat demam 2-7 hari biasanya bifasik

Kecenderungan perdarahan, sekurang-kurangnya salah satu dari:

• uji tourniquet positif

• petekie, ekimosis atau purpura

• perdarahan mukosa, saluran cerna, lokasi bekas tusukan jarum

• hematemesis/melena

Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)

Bukti adanya kebocoran plasma, sekurang-kurangnya salah satu dari:

• Nilai Ht meningkat (>20% di atas rata-rata untuk semua umur dan populasi)

• Efusi pleura, asites dan hipoproteinemia2

5

Page 6: BAB 1 - 5 DHF

Dengue Shock Syndrome

Keempat kriteria untuk untuk DBD harus ada, disertai adanya manifestasi kegagalan

sirkulasi :

Nadi cepat dan lemah

Penyempitan tekanan nadi (<20 mmHg), atau

Hipotensi sesuai usia

Kulit dingin dan lembab, pasien tampak gelisah.2

Derajat Penyakit1

DHF/DF Grade Symptom Lab

DFFever with two or more of the following

signs: headache, retro –orbital pain, myalgia,

arthralgia

Leukopenia

occasionally.

Thrombocytopenia,

may be present, no

evidence of plasma loss

DHF I Above signs plus positive tourniquet testThrombocytopenia

<100,000, Hct rise >20%

DHF II Above signs plus spontaneous bleeding

Thrombocytopenia

<100,000, Hct rise

>20%

DHF III Above signs plus circulatory failure

(weak pulse, hypotension, restlessness)

Thrombocytopenia

<100,000, Hct rise >20%

DHF IVProfound shock with undetectable blood

pressure and pulse

Thrombocytopenia

<100,000, Hct rise

>20%

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

a. Isolasi Virus Dengue

Faktor yang mempengaruhi keberhasila isolasi virus adalah pengambilan

bahan pemeriksaar (BP) pada awal perjalanan penyakit (biasanya dalam 5 liari

setelah onset demam), penanganan yang tepat dan penghantaran BP

secepatiiya ke laboratorium.

6

Page 7: BAB 1 - 5 DHF

Pemeriksaan Serologis

a. Uji HI (Hemaglutination Inhibition test)

Tes HI merupakan pemeriksaan yang sederhana, sensitif dan cepat.

Kerugiannya adalah serum, sebagai BP, harus diberi perlakuan awal dengan

aseton dan koalin, untuk menyingkirkan inhibitor hemaglutinasi nonspesifik

dan aglutinin nonspesifik. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka

pemeriksaan hams dilakukan dua kali, yaitu saan masa akut dan saat masa

pemulihan. dengan interval kurang dan 7 hari, dan tes ini tidak dapat membantu

diagnosa pada infeksi primer. Tes in~dapat mengalami kegagalan dalam

membedakan infeksi yang disebabkan oleh flavivirus lainnya.2

'

b. Uji Pengikatan Komplemen (Complement Fixation test)

Tes ini dapat digunakan untuk diagnosa serologis, walaupun tes ini

merupakan pemeriksaan serologis yang memiliki sensitifitas paling rendah dan

pemeriksaan lain telah menggantikan posisinya. Antibodi fiksasi komplemen

muncul setelah antibodi IgM dan HI, dan biasanya lebih spesifik. Sehingga

pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menskonfirmasi adanya infeksi dengue

pada pasien yang terlambat melakukan pemeriksaan seroiogis.2

c. Uji Netralisasi (Neutralization test)

Tes netralisasi yang paling sensitif dan spesifik adalah serum delution,

virus-constant, plaque-reduction test. Setelah infeksi dengue primer, antibodi

netralisasi spesifik dengue akan terdeteksi pada awal masa pemulihan. Setelah

infeksi dengue kedua, titer antibodi ini akan meningkat untuk melawan keempat

serotipe virus dengue dan flavivirus lainnya.2

d. Uji MAC-ELISA (IgM Captire Enzime-Linked Immunosorbent Assay)

Pada infeksi virus dengue primer maupun sekunder, MAC-ELISA dapat

menghitung peningkatan IgM spesifik terhadap dengue, bahkan pada serum

yang diambil pada hari peitama hingga hari kedua fase akut. BP yang diambil

yang diambil setelah hari ke-2-3 masa pemulihan juga masih dapat dideteksi

oleh pemeriksaan ini. Pada kasus-kasus tertentu dimana BP hanya dapat diambil

satu kali, adanya IgM antidengue sudah dapat digunakan untuk menegakkan

7

Page 8: BAB 1 - 5 DHF

diagnosa adanya infeksi dengue yang baru. bahkan pada infeksi primer dimana

level antibodi HI tidak dapat memberikan nilai diagnostik.2

Pencitraan

Pada pemeriksaan radiologi dan USG pada kasus DBD, dapat terdeteksi

beberapa kelainan :

1. Dilatasi pembuluh darah paru

2. Efusi pleura

3. Hepatomegali, dilatasi V. hepatika dan kelainan parenkim hati

4. Cairan dalam rongga peritoneum

5. Penebalan dinding vesika felea

Kelainan ini dapat terdeteksi dengan foto rontgen dada, foto rontgen perut

dan USG. Foto rontgen dada dilakukan dengan 2 posisi, yaitu AP supine dan

RLD (right lateral decubitus). Foto rongen perut dilakukan dengan posisi AP

supine. Pemeriksaan USG dilakukan pada posisi agak supine dengan potongan

transversal, longitudinal atau oblique.1

H. Penatalaksanaan

Tidak ada terapi yang spesifik untuk DBD. Prinsip terapi utama adalah terapi

suportif. Pemeliharaan cairan sirkulasi merupakan hal terpenting dalam penanganan

kasus DBD. Asupan cairan, terutama melalui oral, harus dipertahankan. Jika tidak

bisa, maka diperlukan suplemen cairan melalui jalur intravena.1,3 Menurut WHO

2009, berdasarkan manifestasi klinis dan kondisi lainnya, pasien dapat dibagi tiga

kategori: rawat jalan (kelompok A), membutuhkan penanganan di rumah sakit/rawat

inap (kelompok B), dan membutuhkan penanganan emergensi atau urgensi (kelompok

C).3

Kelompok-A 3

Pasien yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang dapat dimotivasi untuk

minum secara adekuat, masih dapat berkemih setidaknya sekali tiap enam jam, dan

tidak mempunyai warning signs, khususnya saat demam mereda.

Pasien rawat jalan harus diobservasi setiap hari untuk mencegah progresi

hingga melewati periode kritis. Pasien dengan Ht stabil dapat dipulangkan setelah

8

Page 9: BAB 1 - 5 DHF

dirawat dan diberikan edukasi untuk segera kembali ke rumah sakit apabila warning

signs muncul. Apabila warning signs muncul maka tindakan selanjutnya adalah:

Memotivasi minum oral rehydration solution (ORS), jus buah, dan cairan lain yang

mengandung elektrolit dan gula untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam.

Memberikan parasetamol bila pasien merasa tidak nyaman akibat demam. Interval

pemberian parasetamol sebaiknya tidak kurang dari enam jam.

Petugas kesehatan harus setiap hari memantau temperatur, asupan dan keluaran

cairan, urin output (volume dan frekuensi), warning signs, tanda perembesan plasma

atau perdarahan, hematokrit, jumlah leukosit, dan trombosit (kelompok-B).

Kelompok-B 3

Pasien harus dirawat inap untuk observasi ketat, khususnya pada fase kritis. Kriteria

rawat pasien DBD adalah:3

1. Adanya warning signs

2. Terdapat tanda dan gejala hipotensi: dehidrasi, tidak dapat minum, hipotensi postural,

berkeringat sedikit, pingsan, ekstremitas dingin.

3. Perdarahan

4. Gangguan organ: ginjal, hepar (hati membesar dan nyeri walaupun tidak syok),

neurologis, kardiak (nyeri dada, gangguan napas, sianosis).

5. Adanya peningkatan Ht, efusi pleura, atau asites

6. Kondisi penyerta: hamil, DM, hipertensi, ulus peptikum, anemia hemolitik,

overweight/ obese, bayi, dan usia tua

7. Kondisi sosial: tinggal sendiri, jauh dari pelayanan kesehatan tanpa transpor memadai.

Apabila pasien memiliki warning signs maka hal yang harus dilakukan adalah:

Periksa Ht sebelum pemberian cairan. Berikan larutan isotonik seperti normosalin

0,9%, RL. Mulai dari 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, lalu kurangi menjadi 3-5

ml/kg/jam selama 2-4 jam, dan kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam atau kurang sesuai

respon klinis.

Nilai kembali status klinis, ulangi Ht. Bila Ht sama atau meningkat sedikit, lanjutkan

dengan jumlah sama (2-3 ml/kg/jam) selama 2-4 jam. Bila tanda vital memburuk dan

Ht meningkat drastis, tingkatkan pemberian cairan 5–10 ml/kg/jam selama 1-2 jam.

Nilai kembali status klinis, ulang Ht, dan periksa kecepatan cairan infus berkala.

Berikan volume intravena minimum untuk menjaga perfusi dan urin output 0,5

ml/kg/jam selama 24-48 jam. Kurangi jumlah cairan infus berkala saat kebocoran

9

Page 10: BAB 1 - 5 DHF

plasma berkurang, yakni saat akhir fase kritis. Hal ini bisa diketahui dari urin output

dan/atau asupan minum cukup dan Ht menurun.

Pasien dengan warning signs harus diobservasi hingga fase kritis lewat. Parameter

yang harus dimonitor adalah tanda vital dan perfusi perifer (tiap 1-4 jam hingga lewat

fase kritis), urin output (tiap 4-6 jam), Ht (sebelum dan setelah pemberian cairan,

selanjutnya tiap 6-12 jam), glukosa darah, dan fungsi organ sesuai indikasi.

Pada pasien tanpa warning signs, hal berikut harus dilakukan:

Motivasi minum. Jika tidak bisa, mulai infus intravena dengan NS 0,9% atau RL

dengan atau tanpa dekstrosa dengan dosis pemeliharaan. Untuk pasien obese atau

overweight digunakan dosis sesuai berat ideal. Berikan volume minimum untuk

memelihara perfusi dan urine output selama 24-48 jam.

Pasien harus dimonitor: temperatur, asupan dan keluaran cairan, urin output (volume

dan frekuensi), warning signs, hematokrit, leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan

laboratorium lain dapat dilakukan sesuai indikasi.

Kelompok-C 3

Pasien membutuhkan tatalaksana emergensi dan urgensi apabila mengalami DBD

berat untuk memudahkan akses intensif dan transfusi darah. Resusitasi cairan dengan

kristaloid isotonik secepatnya sangat penting untuk menjaga volume ekstravaskular

saat periode kebocoran plasma atau larutan koloid pada keadaan syok hipotensi.

Pantau nilai Ht sebelum dan sesudah resusitasi. Tujuan akhir resusitasi cairan adalah

meningkatkan sirkulasi sentral dan perifer (takikardia berkurang, tekanan darah dan

nadi meningkat, ekstremitas tidak pucat dan hangat, dan CRT <2 detik) dan

meningkatkan perfusi organ (level kesadaran membaik, urin output >0,5 ml/kg/jam,

asidosis metabolik menurun).

2.2.7. Indikasi Pulang Pasien DBD

Pasien dapat pulang apabila memenuhi semua kriteria berikut:3

Klinis:

o Bebas demam selama minimal 48 jam

o Terdapat perbaikan ststus klinis (keadaan umum baik, nafsu makan makan

membaik, status hemodinamik stabil, urine output normal, tidak ada gangguan

pernapasan)

Laboratoris:

o Peningkatan jumlah trombosit

10

Page 11: BAB 1 - 5 DHF

o Hematokrit stabil tanpa cairan intravena

o Terapi pada Pasien Syok Terkompensasi

Gambar-2. Algoritma Pasien Syok Terkompensasi

11

Page 12: BAB 1 - 5 DHF

Terapi pada Syok Hipotensi

Gambar-3. Algoritma Pasien Syok Hipotensi

12

Page 13: BAB 1 - 5 DHF

I . Pemeriksaan torniquet ( RUMPLE LEED TEST )

Salah satu manifestasi perdarahan yang sering ditemukan adalah petekie. Ptekie

merupakan ekstravasasi sel darah merah (eritrosit) ke dalam kulit atau selaput lendir

(mukosa) dengan manifestasi berupa makula kemerahan superfisial berukuran milier dengan

diameter kira-kira 2 mm. yang tidak hilang pada penekanan. Ptekie dapat mengalami

perubahan warna, awalnya merah kemudian menjadi kebiruan semakin memudar dan

akhirnya hilang. 4

Ptekie dapat timbul dengan dua cara yaitu secara spontan, karena kelainan

hematologi, atau diprovokasi dengan melakukan uji torniquet (rumpled leed test). Uji

torniquet bertujuan untuk menguji ketahanan kapiler darah, dengan cara melakukan

pembendungan kepada vena-vena, sehingga terjadi penekanan darah terhadap dinding

kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab menjadi kurang kuat, akan rusak dikarenakan

pembendungan tersebut, sehingga darah dari dalam kapiler akan keluar dan merembes ke

jaringan sekitarnya (kulit atau mukosa), yang akan tampak sebagai petekie.4

J. Penilaian pemeriksaan uji torniquet

Bila petekie terlihat halus dan baru tampak dengan kaca pembesar = 1+

Bila terlihat dengan jelas lebih kurang 10 petekie = 2+

Bila terlihat dengan jelas banyak petekie (> 10 buah) = 3+

Bila seluruh lengan bawah penuh dengan petekie = 4+

13

Page 14: BAB 1 - 5 DHF

BAB III

LAPORAN KASUS

Anamnesa Pribadi

Nama : Andika Syahputra

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Kawin : Belum menikah

Agama : Islam

Pekerjan : Swasta

Alamat : Jl. Budi Utomo Percut Sei Tuan

Suku : Mandailing

Anamnesa Penyakit

Keluhan Utama : Demam

Telaah : Sejak 4 hari yang lalu Os mengeluh mengalami demam yang timbul

secara tiba-tiba dan mendadak tinggi. Demam berlangsung sepanjang

hari tidak diikuti rasa menggigil dan mengigau. Os juga mengeluh

merasa mual, sakit kepala, sakit disekitar mata, nyeri sendi

bersamaan dengan timbulnya panas. Os mengakui adanya bercak-

bercak kemerahan pada kulit di daerah tangan dan kakinya. Pasien

juga mengeluh adanya nyeri ulu hati dengan nyeri yang tajam 1 hari

sebelum masuk rumah sakit. Os juga merasa lemas.

Adanya penurunan nafsu makan diakui oleh Os. Adanya mimisan

dan perdarahan di tempat lain disangkal. Riwayat berpergian

disangkal. Os mengakui terdapat 2 orang teman satu kontrakan

mengalami hal yang sama.

Sebelum masuk rumah sakit, Os sebelumnya sempat berobat ke

klinik pada hari kedua setelah panas timbul, namun karena tidak ada

perubahan maka Os dibawa ke rumah sakit. Sewaktu berobat ke

klinik, Os diberikan obat penurun panas dan obat sakit kepala,

namun Os lupa nama obatnya. Riwayat alergi obat disangkal.

14

Page 15: BAB 1 - 5 DHF

RPT : -

RPO : Os lupa nama obat

RPK : -

Anamnesa Umum

- Badan kurang enak : ya - Tidur : terganggu

- Merasa capek/lemas : ya - Berat badan : normal

- Merasa kurang sehat : ya - Malas : tidak

- Menggigil : ya - Demam : ya

- Nafsu makan : menurun - Pening : ya

Anamnesa Organ

1.Cor

- Dyspneu d’effort : tidak - Cyanosis : tidak

- Dyspneu d’repost : tidak - Angina pectoris : tidak

- Oedema : tidak - palpitasi cordis : tidak

- Nycturia : tidak - Asma cardial : tidak

2. sirkulasi perifer

- Claudicatio intermitten : tidak - Gangguan tropis : tidak

- Sakit waktu istirahat : tidak - kebas-kebas : tidak

- Rasa mati ujung jari : tidak

3. Tractus respiratorius

- Batuk : tidak - Stridor : tidak

- Berdahak : Tidak - sesak nafas : tidak

- Hemaptoe : tidak - Pernafasan cuping hidung : tidak

- Sakit dada waktu bernafas : tidak - Suara parau : tidak

4. Tractus Digestivus

A. Lambung

- Sakit di epigastrium sebelum / sesudah makan : ya - Sendawa : tidak

- Rasa panas di epigastrium : tidak - Anoreksia :ya

- Muntah (freq, warna, isi, dll) : tidak - Mual : ya

15

Page 16: BAB 1 - 5 DHF

- Hematemesis : tidak - Dysphagia : tidak

- Foetor es ore : tidak - Pyrosis : tidak

B. Usus

- Sakit di abdomen : tidak - Melena : tidak

- Borborygmi : tidak - Tenesmi : tidak

- Defekasi (freq, warna, konsistensi) : normal -Flatulensi :tidak

- Obstipasi : tidak - Haemorrhoid : tidak

- Diare (freq, warna, konsistensi) : tidak

C. Hati dan saluran empedu

- Sakit perut kanan memancar ke : tidak - Asites : tidak

- Kolik : tidak - Oedema : tidak

- Ikterus : tidak - Berak dempul : tidak

- Gatal-gatal di kulit : tidak

5. Ginjal dan saluran kencing

- Muka sembab : tidak - Polyuria : tidak

- Kolik : tidak - Oliguria : tidak

- Miksi (freq, warna, sebelum - Anuria : tidak

/sesudah miksi, mengedan) : normal - Polakisuria : tidak

6. Sendi

- Sakit : tidak - Sakit digerakkan : tidak

- Sendi kaku : tidak - Bengkak : tidak

- Merah : tidak - Stand abnormal : tidak

7. Tulang

- Sakit : tidak -Fraktur spontan : tidak

- Bengkak : tidak - Deformasi : tidak

8. Otot

- Sakit : tidak - Kejang-kejang : tidak

16

Page 17: BAB 1 - 5 DHF

- Kebas-kebas : tidak - Atrofi tidak

9. Darah

- Sakit di mulut dan lidah : tidak -Muka pucat : tidak

- Mata berkunang-kunang : tidak - Bengkak : tidak

- Pembengkakan kelenjar : tidak - Penyakit darah : tidak

- Merah di kulit : tidak - Perdarahan Sub kutan : tidak

10.Endokrin

A. Pankreas

- Polidipsi : tidak - Pruritus : tidak

- Polifagi : tidak - Pyorrhea : tidak

- Poliuri : tidak

B. Tiroid

-Nervositas : tidak - Struma : tidak

- Exoftalmus : tidak - Miksodem : tidak

C. Hipofisis

-Akromegali : tidak

- Distrofi adipos kongenital : tidak

11. Susunan syaraf

- Hipoastesia : tidak - Sakit kepala : tidak

- Parastesia : tidak - Gerakan tics : tidak

- Paralisis : tidak

12. Panca indera

- Penglihatan : terganggu ( berkunang-kunang) - Pengecapan : normal

- Pendengaran : normal - Perasaan : normal

- Penciuman : : normal

13. Psikis

- Mudah tersinggung : tidak - Pelupa : tidak

- Takut : tidak - Lekas marah : tidak

- Gelisah : tidak

17

Page 18: BAB 1 - 5 DHF

14. Keadaan sosial

- Pekerjaan : Pedagang

- Hygiene : Baik

Anamnesa penyakit terdahulu : -

Riwayat pemakaian obat : Os lupa nama obat

Anamnesa penyakit veneris

Bengkak kelenjar regional : TDP - Pyuria : TDP

Luka – luka di kemaluan : TDP - Bisul – bisul : TDP

Anamnesa intoksikasi : -

Anamnesa makanan :

- Nasi : freq 3 kali sehari - Sayur : ya

- Ikan : ya - Daging : ya

Anamnesa family :

- Penyakit-penyakit family : -

- Penyakit seperti orang sakit : -

- Asnak-anak : -, Hidup : -, Mati : -

Status Praesens

Keadaan Umum :

Sensorium : Compos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Temperatur : 38,7 °C

Pernafasan : 20 x/menit, reg, tipe pernafasan abdominal thoracal

Nadi : 80 x/menit, equal,tegangan sedang, volume sedang

Rumpleed test : (+3) >10 buah

18

Page 19: BAB 1 - 5 DHF

Keadaan Penyakit

- Anemi : tidak - Eritema :Ya

- Ikterik : tidak - Turgor :baik

- Sianose : tidak - Gerakan aktif :tidak

- Dispnoe : tidak - Sikap tidur paksa :tidak

- Edem : tidak

Keadaan Gizi

BB : 67 kg TB = 160 cm

BBW = BB/(TB-100) x 100%

= 67/ (160-100) x 100% = 111%

Kesan : Gizi Baik

Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

- Pertumbuhan rambut : normal

- Sakit kalau dipegang : tidak

- Perubahan lokal : tidak

a. Muka

- Sembab : tidak - Parese : tidak

- Pucat : ya - Gangguan lokal : tidak

- Kuning : tidak

b. Mata

- Stand mata : normal - Ikterus : tidak

- Gerakan : normal - Anemia : tidak

- Exoftalmos : tidak - Reaksi pupil : isokor ka = ki

- Ptosis : tidak - Gangguan lokal : tidak

c. Telinga

- Sekret : tidak - Bentuk : normal

- Radang : tidak - Atrofi : tidak

d. Hidung

19

Page 20: BAB 1 - 5 DHF

- Sekret : tidak - Benjolan-benjolan : tidak

- Bentuk : normal

e. Bibir

- Sianosis : tidak - Kering : tidak

- Pucat : tidak - Radang : tidak

f. Gigi

- Karies : tidak - Jumlah : 32

- Pertumbuhan : normal - Pyorrhoe alveolaris : tidak

g. Lidah

- Kering : tidak - Beslag : tidak

- Pucat : tidak - Tremor : tidak

h. Tonsil

- Merah : tidak - Membran : tidak

- Bengkak : tidak - Angina lacunaris : tidak

- Beslag : tidak

2. Leher

Inspeksi

- Struma : tidak teraba - Torticolis : tidak

- Kelenjar bengkak : tidak - Venektasi : tidak

- Pulsasi vena : tidak

Palpasi

- Posisi trachea : medial - Tekana vena jugularis : R – 2 cmH2O

- Sakit/nyeri tekan : tidak - Kosta servikalis : tidak

3. Thorax depan

Inspeksi

- Bentuk : Fusiformis - venektasi : tidak

- Simetris/asimetris : simetris ka=ki - Pembengkakan : tidak

- Bendungan vena : tidak - Pulsasi verbal : tidak

- Ketinggalan bernafas : tidak - Mammae : normal

20

Page 21: BAB 1 - 5 DHF

Palpasi

- Nyeri tekan : tidak - Fremissement : tidak

- Fremitus suara : Suara fremitus ka = ki - Iktus kordis : tidak teraba

Perkusi

- Suara perkusi paru : sonor

- Batas paru hati :

o Relatif : ICR V

o Absolut : ICR VI

o Gerakan bebas : 2 cm

o Batas jantung :

Atas : ICR II sinistra

Kanan : Linea sternal dextra

Kiri 2cm medial midclavicula sinistra

Auskultasi

- Paru-paru

o Suara pernafasan: vesikuler

o Suara tambahan:

- Ronkhi basah:(-)

- Ronkhi keing:(-)

o Heart rate : 80 x/menit, reguler, intensitas sedang

o Suara katup :

M1 > M2 A2 > A1

P2 > P1 A2 > P2

o Suara tambahan :

Desah jantung fungsionil/organis : -

Gesek pericardial/pleurocardial : -

4. Thorax belakang

Inspeksi

- Bentuk : Fusiformis - venektasi : tidak

- Simetris/asimetris : simetris ka=ki - Benjolan – benjolan : tidak

- Ketinggalan bernafas : tidak

21

Page 22: BAB 1 - 5 DHF

Palpasi

- Nyeri tekan : tidak - Fremissement : tidak

- Fremitus suara : Stem fremitus ka = ki - Penonjolan – penonjolan : tidak

Perkusi

- Suara perkusi paru : sonor

- Batas bawah paru :

o Kanan : proc. Spin. Vert. Tyh : ICR IX

o Kiri : proc. Spin. Vert. Tyh : ICR X

o Gerakan bebas : 2 cm

Auskultasi

o Suara pernafasan: Vesikuler

o Suara tambahan :

- Ronkhi basah:(-)

- Ronkhi kering:(-)

5. Abdomen

- Inspeksi

o Bengkak : tidak

o Venektasi/pembentukan vena : tidak

o Gembung : tidak

o Sirkulasi kolateral : tidak

o Pulsasi : tidak

- Palpasi

Defens muskular : tidak

Nyeri tekan : ya, di region epigastrium

Lien : tidak teraba

Ren : tidak teraba

Hepar : tidak teraba

- Perkusi

Pekak hati : ya

22

Page 23: BAB 1 - 5 DHF

Pekak beralih: tidak

- Auskultasi

Peristaltik usus : normal

6. Genitalia

- Luka : TDP

- Sikatriks : TDP

- Nanah : TDP

- Hernia : TDP

7. Extremitas

a. Atas

- Bengkak : tidak / tidak

- Bercak kemeerahan : Ya / Ya

- Stand abnormal : tidak / tidak

- Gangguan fungsi : tidak / tidak

- Tes Rumple leed : (+3) >10 buah

- Reflex :

Biceps : + / +

Triceps : + / +

b. Bawah

- Bengkak : tidak / tidak

- Bercak kemerahan : Ya / Ya

- Oedem : tidak / tidak

- Pucat : tidak / tidak

- Ganguuan fungsi : tidak / tidak

- Varises : tidak / tidak

- Reflex :

o KPR : + / +

o APR : + / +

o Strumple : + / +

23

Page 24: BAB 1 - 5 DHF

Pemeriksaan Laboratorium rutin

- Darah Rutin

Hb 10,6 g/dL

Hitung Eritrosit 3,9x106 /µL

Leukosit 8900 /µL

Hematokrit 32,0 %

Trombosit 108.000 /µL

Hitung Jenis leukosit :

Eosinofil

Basofil

N.Stab

N.Seg

Limfosit

Monosit

1%

0%

0%

57%

28%

14%

8. Resume

Anamnese

Keluhan utama : Demam

Telaah : Sejak 4 hari yang lalu Os mengeluh mengalami demam yang timbul

secara tiba-tiba dan mendadak tinggi. Demam berlangsung sepanjang

hari tidak diikuti rasa menggigil dan mengigau. Os juga mengeluh

24

Page 25: BAB 1 - 5 DHF

merasa mual, sakit kepala, sakit disekitar mata, nyeri sendi

bersamaan dengan timbulnya panas. Os mengakui adanya bercak-

bercak kemerahan pada kulit di daerah tangan dan kakinya. Pasien

juga mengeluh adanya nyeri ulu hati dengan nyeri yang tajam 1 hari

sebelum masuk rumah sakit. Os juga merasa lemas.

Adanya penurunan nafsu makan diakui oleh Os. Adanya mimisan

dan perdarahan di tempat lain disangkal. Riwayat berpergian

disangkal. Os mengakui terdapat 2 orang teman satu kontrakan

mengalami hal yang sama.

Sebelum masuk rumah sakit, Os sebelumnya sempat berobat ke

klinik pada hari kedua setelah panas timbul, namun karena tidak ada

perubahan maka Os dibawa ke rumah sakit. Sewaktu berobat ke

klinik, Os diberikan obat penurun panas dan obat sakit kepala,

namun Os lupa nama obatnya. Riwayat alergi obat disangkal.

RPT : -

RPO : -

RPK : -

9. Status Present:

Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum Keadaan Penyakit Keadaan Gizi

Sensorium : Compos

Mentis

Tekanan Darah : 110/70

Nadi : 80 x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 38,7°C

Anemia : tidak

Ikterus : tidak

Sianosis : tidak

Dyspnoe : tidak

Edema : tidak

Eritema : Ya

Turgor : baik

Gerakan aktif : tidak

Sikap paksa : tidak

TB = 160 cm

BB = 67 kg

EBW =

BB/(TB-100) x 100%

= 67/ (160-100) x 100%

=111%

Kesan : Gizi baik

25

Page 26: BAB 1 - 5 DHF

Pemeriksaan Fisik

Kepala : Dalam Batas Normal

Leher : Dalam batas normal

Thoraks : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Ekstremitas atas : rumple leed test(+3) >10 buah, ekstremitas bawah : bercak

kemerahan di tungkai kanan dan kiri.

Pemeriksaan Penunjang

- Darah rutin :

Hb 10,6 g/Dl

Hitung Eritrosit 3,9x106 /µL

Leukosit 8900 /µL

Hematokrit 32,0 %

Trombosit 108000 /µL

Hitung Jenis leukosit :

Eosinofil

Basofil

N. Stab

N. Seg

Limfosit

Monosit

1 %

0%

0%

57%

28 %

14%

- Diagnosa Banding :

1. Dengue Haemorragic Fever Derajat I

2. Demam Dengue

3. Demam Typhoid

26

Page 27: BAB 1 - 5 DHF

Diagnosa Sementara

Dengue Haemorragic Fever Derajat I

Terapi :

1. Aktivitas : Tirah baring

2. Diet : Diet Makanan Lunak

3. Medikamentosa :

Inj. Novalgin 1 amp/8 j

Inj. Ceftriaxon 1amp/12 j

Inj. Ranitidine 1 amp/12 j

Terapi cairan dan elektrolit

- IVFD RL 40gtt/i

Cek Hb dan Ht/ 24 jam

Antasida syr 3 x cth

Domperidone tab 3x10mg

Pemeriksaan Usul :

Darah Rutin

Isolasi virus dengue (cell culture)

Tes Serologis (IgM dan IgG terhadap antigen virus dengue)

Deteksi antigen virus RNA dengue dengan tekhnik RT - PCR

27

Page 28: BAB 1 - 5 DHF

BAB IV

DISKUSI KASUS

No Tinjauan Pustaka Kasus

1 Anamnesa Demam, riwayat

demam 2-7 hari

biasanya bifasik

Kecenderungan

perdarahan,

sekurang-kurangnya

salah satu dari:

• uji tourniquet

positif

• petekie, ekimosis

atau purpura

• perdarahan

mukosa, saluran

cerna, lokasi bekas

tusukan jarum

• hematemesis/

melena

- Demam ± 4 hari

- Timbul bercak kemerahan

pada kaki dan tangan

- Mual

- Sakit kepala, sakit disekitar

mata, nyeri sendi bersamaan

dengan timbulnya panas

2 Pemeriksaan

Fisik Suhu tubuh > 380C

Uji torniquete (+)

Suhu tubuh (aksilar) 38,70C

Uji torniquete (+3) > 10 buah

3 Pemeriksaan

Penunjang

Trombositopenia

(100.000/mm3 atau

Trombosit : 108.000/mm3

28

Page 29: BAB 1 - 5 DHF

kurang)

Bukti adanya

kebocoran plasma,

sekurang-kurangnya

salah satu dari:

• Nilai Ht meningkat

(>20% di atas rata-

rata untuk semua

umur dan populasi)

• Efusi pleura, asites

dan

hipoproteinemia

Nilai Hematokrit : 32.0%

29

Page 30: BAB 1 - 5 DHF

4 Diagnosa Dengue Haemorragic

Fever

Semua gejala berikut harus

ada :

Demam, riwayat

demam 2-7 hari

biasanya bifasik

Kecenderungan

perdarahan,

sekurang-kurangnya

salah satu dari:

• uji tourniquet

positif

• petekie, ekimosis

atau purpura

• perdarahan

mukosa, saluran

cerna, lokasi bekas

tusukan jarum

• hematemesis/

melena

Trombositopenia

(100.000/mm3 atau

kurang)

Bukti adanya

kebocoran plasma,

sekurang-kurangnya

salah satu dari:

• Nilai Ht meningkat

(>20% di atas rata-

rata untuk semua

umur dan populasi)

Efusi pleura, asites dan

Dengue Haemorragic fever (grade

I)

Uji torniquet (+3 > 10 buah)

30

Page 31: BAB 1 - 5 DHF

5

6

Tatalaksana

Komplikasi

hipoproteinemia2

Terapi :

Pasien masih dapat minum:

minum 1 – 2 liter / hari.

Anjuran minum air putih, teh

manis, jus buah.

Apabila pasien tidak dapat

minum atau muntah terus

menerus : infus NaCl 0,9%

tetesan rumatan sesuai berat

badan. Perlu dilakukan

pemeriksaan Hb, Ht dan

trombosit setiap 6-12 jam.

Perhatikan tanda syok,

Diuresis diukur tiap 24 jam

dan awasi perdarahan yang

terjadi. Kadar Hb, Ht dan

trombosit diperiksa tiap 6-12

jam.

Ensefalopati Dengue

Kelainan Ginjal

Oedem paru

Terapi :

Inj. Novalgin 1 amp/8 j

Inj. Ceftriaxon 1amp/12 j

Inj. Ranitidine 1 amp/12 j

Terapi cairan dan elektrolit

- IVFD RL 40gtt/i

Cek Hb dan Ht/ 24 jam

Antasida syr 3 x cth

Domperidone tab 3x10mg

Tidak terjadi komplikasi

31

Page 32: BAB 1 - 5 DHF

BAB V

KESIMPULAN

Telah di laporkan suatu kasus Dengue Haemorragic Fever, diagnosa ditegakkan

dengan gejala klinis berupa demam 4 hari, timbul bercak kemerahan di tangan dan kaki, pada

pemeriksaaan fisik di temukan rumple leed test (+), dan adanya ptekie di volar lengan bawah

dan tungkai kaki, serta pada pemerksaan laboratorium trombosit : 108.000/mm3; Hematokrit

32.0%.

32