laporan tutorial sk 1 kurhab 2-2
DESCRIPTION
sTRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 1
Gigi Tiruan Lepasan
Penyusun :
Kelompok 7
Lusi Hesti Pratiwisari (131610101058)
Iman Santoso Adji (131610101060)
Primawati Dyah (131610101077)
Mochammad Fahmi (131610101026)
Canggih Patriot B (131610101032)
Aditya Pristyhari (131610101034)
Galuh Cita Sari R (131610101041)
Farah Firdha A (131610101046)
Putri Dewi S (131610101055)
Ziyana Mawaddatul S (131610101061)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas segala berkat
rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan Laporan tutorial yang berjudul “Infeksi Odontogen”. Laporan
tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami
materi tentang Perawatan Kuratif dan Rehabilitatif. Kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drg. Suhartini, M. Biotec sebagai tutor yang telah memberi
kesempatan dan bimbingan untuk lebih mendalami materi dengan
pembuatan laporan tutorial ini.
2. Teman-teman kelompok tutorial 7 yang telah berperan aktif dalam
pembuatan laporan.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih memiliki banyak
kekurangan,baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Kami berharap laporan tutorial
yang telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman yang lain.
Jember, 11 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
BAB 3. DISKUSI.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
SKENARIO I
Seorang ibu usia 56 tahun yang berprofesi sebagai guru, ingin dibuatkan
gigi tiruan baru. Sebelumnya pernah memakai gigi tiruan sebagian lepasan di
rahang atas dan rahang bawah. Tetapi sekarang sudah tidak enak untuk dipakai
terutama saat makan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral didapatkan
gigi 11, 12, 13, 21, 22, 31, 32, 41, 42, resesi gingiva, goyang 03, kalkulus di
daerah lingual, gigi 35 patah tinggal sisa akar, gigi 36 karies media, gigi 37 dan 47
karies profunda perforasi, gigi 45 46 terdapat kalkulus. Dokter gigi melakukan
rencana perawatan : ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan estetik, membuat
GTL RA dan RB bahan akrilik anasir akrilik. Setelah melakukan anamnesis
dokter gigi juga membuat galengan gigit sendiri dan melakukan penetapan gigit.
Setelah GTL diinsersikan, menghasilkan GTL yang retentive, stabil. Dokter gigi
meginstruksikan untuk control di hari berikutnya. GTL baru bias untuk berbicara
dan untuk makan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk
menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena
apabila seseorang telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat
fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi
keadaan psikis. Dewasa ini kebutuhan akan gigi tiruan di Indonesia semakin
meningkat. Masyarakat yang sadar akan kesehatan rongga mulutnya dan bergegas
berusaha mengembalikan fungsi rongga mulut dengan melakukan perawatan gigi.
Banyak fungsional rongga mulut yang hilang ketika seseorang kehilangan gigi
baik sebagian maupun keseluruhan. Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi
geligi, maka prosessus alveolaris akan mengalami penyusutan yang disebut
residual ridge. Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada
yang sampai berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan ( atropi
processus ). Alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi
yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan
hilangnya oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha
berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA
dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula menjadi protusif
dan hal ini menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint. Dengan
adanya dampak – dampak dari kehilangan gigi yang tidak ditindak lanjuti dengan
perawatan tersebut maka perawatan kedokteran gigi khususnya bidang
prostodonsia banyak diminati olah masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pembuatan GTL untuk mendapatkan GTL yang
retentif dan stabil ?
2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi GTL yang retentif dan stabil?
3. Bagaimana cara pembuatan galangan gigit dan penetapan gigit?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu Prostodonsi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan (dental
prothesis). Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi palsu
(artificial teeth), maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu : gigi tiruan
lengkap (full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Gigi tiruan
sebagian (partial denture) dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan
(removable prosthodontics) dan gigi tiruan sebagian cekat (fixed prosthodontics).
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan
semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang
telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan,
fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis. Tujuan
pembuatan GTL adalah :
a. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
b. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan
edentulous.
Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geliginya, prosessus
alveolarisnya akan mengalami penyusutan yang disebut residual ridge.
Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada yang sampai
berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan / atropiprocessus
alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang
disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya
oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan
rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan
menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula menjadi protusif dan hal ini
menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint.
Indikasi pembuatan GTL antara lain:
A. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
B. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena
kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.
C. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya.
D. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
E. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.
Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi dan dukungan
jaringan sekitarnya, sehingga dapat mempertahankan keadaan jaringan normal.
Hal ini mencakup :
1. Kondisi edentulous berupa : processus alveolaris, saliva, batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan
gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan lidah.
2. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok
3. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut
4. Penetapan / pengaturan gigi yang benar, meliputi :
- Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi
- Posisi individual gigi
- Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi RA dan RB
5. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.
6. Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi
gigi tiruan lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak
bergerak disebut mucobuccal fold danfor nik. Batas ini harus diteliti
dengan seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan
lengkap yang akan dibuat. Perawatan pada pengguna GTL dapat dikatakan
berhasil apabila enak dipakai, nyaman dan menyenangkan, dapat
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetis, serta dapat
memelihara keadaan jaringan mulut.
BAB 3
DISKUSI
3.1 Prosedur Pembuatan GTL
a. Pencetakan
Aplikasi bahan cetak: Cetakan adalah suatu keadaan tiruan negatif
yang di ambil dari suatu benda atau objek dengan memakai suatu
bahan cetakan darimana akan diperoleh atau dibuat suatu model yang
merupakan suatu hasil tiruan yang positif.
Cetakan ada dua macam:
1. Cetakan Anatomis
Yaitu cetakan dari gigi geligi , processus alveolaris , palatum dan
sebagainya dalam garis besarnya.
2. Cetakan Fungsional
Yaitu cetakan dari rahang dimana batas selaput lender yang
bergerak dan tidak bergerak harus diperhatikan.
- Cara mencetak:
Alat-alat yang dibutuhkan untuk mencetak tergantung pada bahan
cetak yang kita gunakan. Pasien harus duduk dalam posisi yang
sebaik-baiknya dan dalam keadaan rileks (punggung dan belakan
kepala terletak satu garis). Pasien disuruh agar bernapas melalui
hidung. Mulut jangan dibuka terlalu lebar karena bibir otomatis
tertutup. Mencetak biasanya dimulai dari rahang bawah karena tidak
atau sedikit memberikan rangsangan untuk muntah karena tidak
mengenai palatum molle.
- Mencetak Rahang Atas
Sebelum memilih sendok cetak yang tepat terlebih dahulu dilihat
dengan teliti besar dan bentuk rahangnya. Kemudian kita pilih sendok
cetak yang sesuai dengan keadaan rahang atas yang akan dicetak.
Penderita didudukkan dan tinggi kursi di atur sedemikian rupa
sehingga mulut pasien setinggi siku yang mencetak. Sendok cetak
dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri membuka ujung mulut
sebelah kiri. Lalu sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut pasien
secara berputar pada sudut mulut kanan pasien sampai gagang sendok
cetak terletak pada satu garis dengan hidung pasien. Jangan menekan
sendok cetak sebelum posisinya betul. Kemudian sendok cetak ditekan
ke atas terlebih dahulu pada region depan kemudian di bagian
belakang sampai sendok cetak ini sejajar dengan lantai. Pada bagian
vestibulum dapat dipakai jari telunjuk kanan untuk menekan atau
menaikkan bahan cetak ke bagian fornix. Bibir dapat ditarik ke bawah
dan dilepaskan kembali. Kemudian sendok cetak ditahan dengan
tekanan yang konstan dan ditunggu pengerasan bahan cetak selama 2-3
menit. Setelah bahan cetak keras sendok dikeluarkan dari mulut sejajar
denan sumbu gigi.
- Mencetak Rahang Bawah
Pada garis besarnya sama dengan rahang atas hanya operator berdiri
dimuka kanan pasien. Rahang bawah harus sejajar dengan lantai ,
dengan jalan mensejajarkan garis dari mulut ke tragus lantai . Sendok
cetak yang telah diisi dengan bahan cetak harus dibalik terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dalam mulut pasien. Setelah sendok berada
dalam mulut dengan posisi yang tepat, pasien kita suruh mengangkat
lidahnya dan sendok cetak ditekan.
- Cetakan yang baik:
Untuk mengetahui baik atau tidaknya cetakan perlu diketahui dan di
dapat pada cetakan bentuk anatomi daripada rahang yang di cetak,
yaitu:
- Untuk rahang atas:
a. Labial frenulum, yaitu lipatan membran mukosa digaris
median, setelah anterior dari incisivus sentral atas, meluas dari
bagian dalam bibir atas kea rah prosessus alveolaris.
b. Bukkalis frenulum, yaitu lipatan membran mukosa dibagian
pipi.
c. Tuber maxillare, yaitu tonjolan maxille atau bagian ujung dari
gigi.
d. Palatum, yaitu langit-langit dirongga mulut
e. Vestibulum/fornix, yaitu saluran penghubung, ruang antara
permukaan bukal dan labial gigi serta gingival dan bagian
dalam pipi serta bibir.
f. A-H Line, Rahang atas dibagian palatum.
- Untuk rahang bawah:
a. Labial frenulum
b. b.Bukkalis frenulum
c. Lingual frenulum
d. Trigonum retromolar, batas selaput lendir yang bergerak
dengan yang tidak bergerak
e. Vestibulum/fornix.
Pembuatan Model/Cast:
Model adalah suatu produksi benda / objek yang diperoleh dengan
mengisi bentuk negatifnya. Ada dua macam model, yaitu:
1) Study model (model pemeriksaan)
2) Work model( model kerja).
Study model dibuat dengan gyps biasa (Plaster of paris) dipergunakan
untuk mempelajari keadaan mulut diluar mulut penderita. Work model
dibuat dengan gyps keras dan dipergunakan untuk tempat mengerjakan
pembuatan gigi palsu atau pesawat. Kalau bahan cetak yang digunakan
adalah impression plaster maka sebelum diisi dengan gyps atau dental
stone, cetakan harus diberi separating medium,missal air. Semua
cetakan harus diisi secepat mungkin untuk menghindarkan terjadi
perubahan dimensi dari cetakan.
- Cara mengisi cetakan:
Untuk rahang atas Setelah gyps dicampur dengan air dan di aduk sampai
homogeny kemudian dituangkan pada bagian yang paling tinggi (daerah
palatum) , sambil mengetok-ngetokkan sendok cetak di atas rubber bowl
untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung udara yang
menyebabkan poreus. Untuk rahang bawah, pengisian dilakukan dari satu
sisi gigi kanan atau kiri pada bagian distal, sambil diketok-ketok seperti
pada rahang atas, supaya mengalir ke bagian-bagian yang lain. Bila
seluruh cetakan sudah diisi dengan gyps maka cetakan dibalik dan
ditempatkan di atas setumpukan gyps yang sudah ditaruh di atas meja
yang beralaskan kertas besar. Dengan demikian diperoleh dasar model
dengan tebal secukupnya.
- Cara Mengeluarkan Model dari Cetakan:
Setelah gyps keras model dapat dikeluarkan dari cetakan dengan jalan:
Jika bahan cetak yang dipakai adalah stentz maka model dapat
dikeluarkan dari cetakan dengan melunakkan impression compoundnya
dalam air panas kurang lebih 60° C. Kemudian dilepaskan dengan pisau
mulai dari daerah vestibulum semua sisi, bagian oklusal dan insisal. Jika
bahan cetaknya gyps (impression Plaster) dapat dilepaskan dengan
membuat parit dibagian prosessus alveolaris dan dicungkil dari bagian
bukal dan labial pada pinggir cetakan. Sedangkan pada bagian palatum
dapat dengan sendirinya dikeluarkan keseluruhannya.
Jika cetakan dengan bahan cetak alginate dapat dibuka dengan
menyiramkan air dari kran ke bagian distal cetakan, sambil menggerak-
gerakkan model agar lepas dari bahan cetak.
b. Pembuatan design
a) Buat lekuk pengontrol pada dasar model kerja.
Dengan tujuan agar keadaan model rahang pada artikulator waktu
penyusunan gigi geligi sesuai dengan keadaan model rahang
sesudah gigi geligi tiruan lengkap disalin dengan akrilik pada
waktu kita melakukan grinding selektif. Tekniknya:
- Lekuk pertama diletakkan pada garis tengah dasar belakang
model kerja rahang atas dan bawah.
- Lekuk kedua dan ketiga diletakkan tepat dibawah frenulum
bukalis kiri dan kanan dari dasar model kerja rahang atas dan
bawah.
b) Pembuatan kawat penguat
Tujuannya ialah agar occlusal rims / galangan gigit atau trial
denture yang akan dicoba dalam mulut pasien pada waktu
menentukan M.M.R (Maxilo Mandibular Relationship) tidak
berubah atau patah landasannya. Pemakaian kawat penguat hanya
apabila landasan gigi geligi tiruan terbuat dari malam. Caranya:
- Sebelum kita membuat kawat penguat, kita harus menggambar
batas-batas perluasan landasan gigi geligi tiruan dahulu pada
model rahang baik untuk rahang atas maupun tahang bawah.
- Untuk rahang atas: gambar letak kawat penguat kira-kira 1-2
mm didepan batas posterior lalu kita buat kawat. Kawat
tersebut berkontak pada model rahang dan panjang kawat kira-
kira 2-4 mm di bawah lingir rahang.
- Untuk rahang bawah: gambar letak kawat penguat kira-kira
ditengah antara puncak lingir dan batas inferior sayap lingual.
Panjang kawat tidak boleh melebihi bagian distal gigi molar
pertama.
c) Penarikan garis tengah model kerja rahang atas dan bawah
Untuk mendapatkan garis tengah pada model rahang, kita harus
mempunyai 3 buah patokan tetap, dimana dari ke 3 titik yang
dihubungkan tersebut baru diperoleh satu garis tetap.
Garis tengah model rahang atas adalah garis yang ditarik melalui:
- Frenulum labial atas.
- Titik pertemuan rugae palatinus kiri kanan.
- Titik tengah antara 2 fovea palatinus.
Garis tengah model rahang bawah adalah garis yang ditarik
melalui:
- Frenulum labial bawah.
- Titik tengah rahang bawah.
- Frenulum lingual.
d) Penarikan garis puncak lingir
Gambar puncak lingir model kerja penting sekali karena pada
waktu menyusun gigi, pedoman kita ialah gigi geligi harus terletak
diatas puncak lingir, bila tidak makan saat artikulasi gigi geligi
tiruan akan lepas yang disebabkan karena daya kunyah tidak jatuh
pada puncak lingir rahang.
Puncak lingir model rahang atas melalui titik-titik:
- Titik kaninus atas.
- Titik notch / lekukan pterygo maxilaris.
- Titik pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah.
Puncak lingir model rahang bawah melalui titik-titik:
- Titik kaninus bawah.
- Titik retromolarpad.
- Titik pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah.
c. Penentuan Dimensi Vertikal dan Oklusi Sentris
- Membuat bentuk landasan
- Membuat tanggul malam
- Membuat galangan gigit
- Uji coba galangan gigit rahang atas dan rahang bawah
- Penerapan rumus dimensi vertical
- Penentuan oklusi sentrik
- Menarik garis-garis orientasi
- Pemasangan model dalam articulator
d. Penyusunan gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigianterior atas,
gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M1 bawah dangigi posterior
bawah lainnya. Dengan syarat utama :
- Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi
1. Inklinasi mesio-distal
2.Inklinasi anterio-posterior atau inklinasilabio/bukopalatal/lingual
sesuai dengan kecondongan tanggul gigitan.
Bilaterlalu kelabial akan tampak penuh dan bila terlalu kepalatal akan
tampak ompong
.- Dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang- Penyusunan gigi
harus disesuaikan dengan keadaan lingir, pada pasienyang sudah lama
ompong sering sudah terjadi resopsi linger.
- Resopsi pada lingir atas berjalan keatas dan kepalatal yang
menyebabkan bibir jatuh dan tampak masuk,
maka penyusunan gigi tidak di lingir tapi lebih kelabial dan
sebaliknya, resopsi lingir bawah mengarah ke anterior sehingga
penyusunan gigi lebih kelingual. Berhubung dengan tujuan pembuatan
geligi tiruan ialah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, fungsi bicara dan
estetik, maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam penyusunan gigi:
a. Inklinasi atau posisi setiap gigi
b. Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangganya dan gigi
antagonisnya.
c. Hubungan kontak antar gigi atas dan bawah yaitu hubungan :
1. oklusi sentries
2. oklusi protusiv
3. sisi kerja
4. sisi yang mengimbangi
d. Overbite dan overjet gigi atas dan bawah dalam hubungan rahang yang
normale.
Estetik :
1. bentuk gigi hendaknya sesuai dengan bentuk lengkung rahang,
bentuk kepala, bentuk muka, dan jenis kelamin.
2. Besar gigi sesuai dengan besar kecilnya lengkung rahang.
3. Susunan gigi tiruan hendaknya dibuat sewajar mungkin agar bila
kelak geligi tiruan dipakai kelihatan wajar.
4. Profil pasien yang menyangkut ketepatan dimensi vertikal dan
oklusisentrik kita tentukan. Dimensi vertikal yang terlalu rendah atau
terlalutinggi akan merubah profil pasien.
Tahap Laboratoris
- Pemasangan gigi anterior
a. Rahang atas :
11, 21: axisnya bersudut 5 terhadap midline, incisal edge menyentuh
bite rim RB, bagian 1/3 labial agak depresi
12, 22: axisnya bersudut 10 terhadap midline, incisal edge berjarak 2
mm dari bite rim RB, permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti
lengkung bite rim
13, 23: axisnya sejajar dengan midline, puncak cuspis menyentuh bite
rim RB, bagian 1/3 labioservikal lebih prominent
b. Rahang bawah :
31, 41: bagian serviks labial sedikit depresi, sumbu gigi tegak lurus
bidang incisal, perhatikan over jet dan over bite
32, 42: axisnya sedikit miring ke mesial, labial tegak lurus bidang
incisal, letaknya diantara gigi 1 dan 2 rahang atas
33, 43: axisnya miring ke mesial, bagian servikal permukaan labial
lebih prominent, letaknya antaragigi 2 dan 3 rahang atas
Tahap Klinis
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.
Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior
rahang bawah. Setelah itu try in untuk gigi depan atas dan gigi depan
bawah, kemudian diperiksa :
1. Overbite dan overjetnya (2-4 mm),
2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
3. Garis ketawa (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat
tertawa)
4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m)
Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. Setelah gigi
anterior dipasang maka dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang
atas kemudian gigi posterior rahang bawah.
Tahap Laboratoris
- Pemasangan gigi posterior harus disesuaikan dengan :
1) Kurva anteroposterior yang terdiri dari :
a) Bidang horizontal tempat disusunnya gigi 4 5
b) Bidang oblique tempat disusunya gigi 6 7
2) Kurva lateral yang terdiri dari :
a) Bidang tegak yang terbentuk dari garis singgung pada occlusal
bite rim, dimana permukaan bukal gigi premolar ditempatkan
b) Bidang dengan sudut penyimpangan 6dari bite rim ke arah
palatal, dimana terletak permukaan bukal gigi molar.
Pemasangan gigi posterior:
Urutan pemasangan :
14, 24 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal, tonjol bukal
dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal menggantung.
15, 25 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal, tonjol mesio
palatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya menggantung.
16, 26 : axisnya miring ke mesial, tonjol mesiopalatinal menyentuh
bidang oklusal, tonjol mesiobukal, distobukal dan distopalatinal
dinaikkan 0,5 mm dari bidang oklusal
17, 27 : axis lebih miring dari 16 26, tonjol mesiobukal dan
mesiopalatal menggantung 1 mm daripada tonjol mesiobukal dan
mesiopalatal 6 tonjol distobukal dan distoplatal lebih menggantung
daripada tonjol distobukal dan distopalatal 6
Untuk pemasangan gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan :
a) Kurva Von Spee ke arah antero posterior. Kurva Von
Spee yaitu kurva imaginer antero-posterior dimana terdapat bidang
horisontal yang merupakan tempat disusunnya gigi premolar superior
pertama dan premolar superior kedua sedangkan tempat disusunnya
gigi molar superior pertama dan molar superior kedua dalam bidang
oblik.
b) Kurva dari Wilson ke arah lateral kiri dan kanan
Gigi rahang bawah yang pertama kali dipasang adalah gigi 36 46.
Penyusunan gigi posterior bawah harus disusun sedemikian rupa
sehingga terbentuk lengkung Manson. Kurva Monson atau kurva
lateral yaitu bidang yang terbentuk dari garis singgung pada oklusal
bite rim dimana permukaan bukal gigi premolar ditempatkan dan
bidang dengan sudut penyimpangan 6 dari bite rim ke arah palatal
dimana terletak permukaan bukal gigi molar.
Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.
Tahap Klinis
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu
dilakukan pengamatan pada :
a. Oklusi
b. Stabilisasi dengan working side dan balancing side
c. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
d. Pasien disuruh mengucapkan huruf-huruf p, b, d, v dan lain-lain
sampai tidak ada gangguan
e. Wax Counturing
Modelir malam ( wax contouring/waxing ) dari gigi tiruan ialah
membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga
harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip mungkin
dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut. Sehingga kontur geligi
tiruan malam yang sama dengan kontur jaringan lunak dalam mulut
akan menghasilkan geligi tiruan yang stabil, menjaga denture pada
tempatnya secara tetap dan selaras dengan otot-otot orofasial penderita.
Trial Denture adalah geligi tiruan malam yang sudah dilakukan
waxing, dan dicoba didalam mulut pasien untuk melihat estetik,
fonetik dan fungsinya. Trial denture harus sudah seperti geligi tiruan
jadi, demikian juga mengenai tebal, batas-batas perifer dan
anatomisnya. Lebih rapi trial denture berarti lebih mudah pekerjaan
flasking, packing, dan finishingnya.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi modeler malam dari
pembuatan gigi tiruan penuh adalah: Meniru jaringan lunak seakurat
mungkin, tidak berlebihan. Tepi-tepi labial dan bukal harus mengisi
vestibulum Lekukan harus memberi tempat perlekatan membrana
mukosa, seperti frenulum Sayap Gigi Tiruan harus harmonis dengan
pipi dan bibir serta lidah Bagian palatum harus meniru palatum
pasien, termasuk rugae.
Fungsinya, bentuk permukaan poles gigi tiruan mempengaruhi
retensi dan estetika dari gigi tiruan. Permukaan malam di sekeliling
gigi dikenal sebagai “bagian seni” dari permukaan poles, dan untuk
keperluan estetika harus meniru bentuk jaringan disekeliling gigi asli.
Setiap bentuk ukiran gusi yang berlebihan atau tampak tiruan akan
terasa aneh. Tetapi sedikit penonjolan akar untuk meniru gigi asli
dapat dibuat. Bentuk basis antara gigi dan tepi gigi tiruan harus dibuat
agar dapat membantu retensi yang diberikan oleh gaya mekanis dari
otot dan jaringan.
Daerah yang dimodelir :
a. Bagian anatomis : dibentuk sama dengan tebal tepi cetakan.
Membuat bagian ini sedikit lebih tebal masih dapat diterima,
untuk mengimbangi kemungkinan pengasahan basis pada waktu
dipoles.
b. Bagian bukal dan labial : dibuat tebal pada RA dan RB.
c. Bagian palatal : dibuat tipis,untuk menyediakan ruang yang
cukup bagi lidah.
d. Sayap lingual RB : harus setipis mungkin kecuali daerah tepinya
(harus cukup tebal).
e. Permukaan lingual RB : dibuat agak cekung tetapi
kecekungannya tidak sampai di bawah permukaan lingual gigi.
f. Permukaan palatal RA : harus dibuat sama tebal yaitu 2,5 mm.
g. Prominance: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.
h. Servikal: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.
i. Distal RA: sampai tuberositas maksilaris.
Ada 2 cara memodelir malam :
Cara Langsung
a) Membentuk kontur gusi secara langsung dilakukan dalam
dalam mulut pasien pada saat dilakukan uji coba geligi
tiruan malam. Ketebalan sayap dikurangi dan diganti
dengan malam lunak lalu tempatkan kembali dalam
mulut pasien.
b) Untuk bagian fasial : pasien diminta untuk mengerut-
ngerutkan bibirnya dan pipinya kita gerakkan. Untuk
bagian lingual : pasien diminta menggerakkan lidahnya
kesemua arah. Dengan demikian malam lunak akan
mengikuti bentuk otot saat berfungsi dan ketebalannya
sesuai dengan ruangan vestibulum dalam keadaan
berfungsi.
c) Setelah tampak hasilnya baik, secara hati-hati geligi
tiruan malam dikeluarkan satu persatu dari mulut pasien
dan segera dicelupkan dalam air es agar permukaan
malam lunak tidak mengalami perubahan. Hasilnya akan
lebih akurat daripada yang secara tidak langsung.
Cara tidak langsung
Membentuk kontur gusi secara tidak langsung yang paling sering
dan lazim dilakukan:
a. Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam
pada model kerja sambil disesuaikan dengan bentuk
cetakan akhir rahang.
2. Lunakkan lempeng lilin (lebar 1 cm) di atas lampu
spiritus sampai lunak dan bisa dibentuk.
b. Tekankan lilin lunak tersebut pada bagian bukal dan
labial dari geligi tiruan atas dan bawah sampai sekitar
leher gigi dan bentuk dengan tekanan jari (keret
penghapus yang dibentuk).
c. Tunggu lilin sampai mengeras, kemudian dengan
lecron/wax carver/ pisau malam, dipotong lilin disekitar
garis servikal dengan sudut 45˚.
d. Bentuk alur tonjoan akar dari setiap gigi, alurnya makin
kearah apikal makin sempit, kadang-kadang tidak jelas.
e. Daerah interproksimal harus sedikit cembung, meniru
daerah-daerah interdental papilla sehingga higienis serta
mencegah pengendapan sisa-sisa makanan dan plak.
f. Penyelesaian bagian posterior :
ATAS : daerah bukal sampai menutupi tuberositas
(sedikit cembung) dan daerah palatal sampai garis ”A-H”
yaitu antara mukosa bergerak dan tak bergerak.
BAWAH : daerah bukal bila resorpsi sampai minimal,
biasanya didaerah molar di buat cekung dan daerah
lingual dibuat cekung untuk ruang gerak lidah.
g. Bentuk rugae pada langit-langit.
h. Bentuk postdam pada model kerja.
i. Haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam
dengan melewatkan di atas apa/ digosok dengan kain
sutra sampai kilat.
j. Buat stippling seperti keadaan jaringan yang sehat dengan
menggunakan sikat yang berbulu kaku.
k. Bila keadaan rahang pasien sangat protrusive, sayap
labialnya dibebaskan dan di buatkan lidah-lidah. Linggir
regio gigi anterior atas dari model rahang diradir sedikit,
sehingga ketika geligi tiruan dipakai akan menekan gusi
dan kelihatan gigi seolah-olah keluar dari gusi (estetik
lebih baik).
l. Bila bagian lingual dan palatal terlalu tebal dapat
mengganggu bicara dan bila bagian lingual geligi tiruan
terlalu mencuat maka lidah dapat mengangkat geligi
tiruan sehingga geligi tiruan tidak stabil.
m. Sayap labial harus duduk dengan baik sekitar frenulum
labialis, dibuat labial notch.
f. Flasking
Flasking adalah suatu proses penanaman model dan trial denture
malam dalam suatu flask/cuvet untuk membuat sectional mold. Mold
bagian bawah dibuat dengan menanam model dalam gips dan bagian
atas dibuat dari 2 adukan stone yang terpisah di atas denture malam.
Proses ini dilakukan untuk memampatkan dan memproses resin akrilik
saat pembuatan landasan gigi tiruan dan alat-alat prostetik lainnya.
Prosedur flasking antara lain:
1. Gigi tiruan malam lengkap dicekatkan pada modelnya, lalu
dilepaskan dari articulator.
2. Pilih flask dengan ukuran yang disesuaikan, lihat ada jarak model
dengan dinding flask minimal 1/8 inchi dan tinggi gigi atau jarak gigi
dengan tutup flask minimal ¼ inchi. Gambar . Flask A = tutup; B =
Setengah bagian atas; C = Setengah bagian bawah; D = sumbat.
3. Sebelum melakukan flasking poles bagian dalam flask dengan
lapisan vaselin tipis dan plug/sumbat bawah flask diletakkan. Atau
menggunakan 0.003 inci tinfoil agar dicegah melekat dengan gips, dan
proses deflasking mudah dilepaskan dari gips/stone.
4. Tepi/dasar model dikuas dengan separating medium yaitu air sabun.
5. Adon gips, tuang k flask bawah, lalu tanam model. Ketika mulai
mengeras rapikan.
6. Tunggu hingga benar-benr mengeras. Cat bagian gips tadi dengan
air sabun.
7. Adon stone dan kuaskan pada gigi dan malam gigi tiruan sambil
digetarkan. Pasang flask atas tanpa tutup, lalu isikan stone ke dalam
flask hingga menutupi oklusal gigi.
8. Setelah mengeras adon stone kembali dan tuang hingga flask penuh.
Tutup kemudian press hingga kontak antar metal flask.
9. Stone telah mengeras. Rendam flask dan press dalam air mendidih
selama 5 menit. Keluarkan dan buka flask perlahan-lahan.
10. Buang malam, semua gigi tinggal di mold bagian atas. Siram
dengan air mendidih hingga malam benar-benar bersih. (boiling out).
11. Menunggu flask dingin, persiapkan posterior palatal seal dan
daerah-daerah yang akan direlief pada model atas.
12. Untuk mencegah cairan resin terserap ke permukaan mold, poles
mold dengan cairan tinfoil untuk menseal porositas dari stone. Cairan
tinfoil dicoating segera setelah malam bersih dan kering serta mold
masih hangat sehingga cairan tinfoil akan kering dan segera melekat
pada stone. Proses ini harus menghasilkan permukaan yang halus dan
mengkilap.
Macam cara flasking: 1. Pulling the casting seperti cara di atas.
Setelah boiling out, gigi akan ikut pada flask atas. (+) memulaskan
separating medium dan packingnya lebih mudah, seluruh mold
tampak. (-)ketinggian gigitan sering tidak dapat dihindari. 2. Holding
the casting abial gigi ditutup stone/gips sehingga setelah boiling out
akan terlihat seperti gua kecil.pada waktu packing adonan akrilik harus
melewati bagian bawah gigi untuk mencapai daerah sayap, yang
disebut packing through. (+)¬ mencegah ketinggian gigitan. (-)
memulaskan separating medium dan boiling outnya sulit.
g. Moulding
Molding merupakan suatu proses pembuatan cetakan atau
mempersiapkan ruang untuk pengisian akrilik. Cara memolding:
(1) Setelah gips pada cuvet lawan mengeras, dapat diperiksa dengan
membuka tutup atas cuvet, buka kuvet tersebut, maksudnya cuvet
antar antagonisnya.
(2) Buang wax dengan menyiramkan air mendidih.
(3) Olesi bahan separasi, jangan sampai mengenai anasir gigi tiruan.
h. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin
akrilik. Memiliki dua metode yaitu: dry method dengan mencampur
monomer dan polimer langsung di dalam mold, dan wet method
dengan mencampur monomer dan polimer di luar mold dan bila sudah
mencapai dough stage baru dimasukkan dalam mold. Proses
pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:
1. Wet sand / sandy stage
2. Puddle sand
3. Stringy / sticky stage
4. Dough / packing stage
5. Rubbery stage
6. Stiff stage
Packing dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Packing untuk cara Flasking: holding the casting
a. Polimer dicampur ke dalam monomer dalam mixing jar, lalu aduk
perlahan-lahan sebentar
b. Tutup mixing jar rapat-rapat, tunggu hingga dough stage
c. Ambil sedikit akrilik, lalu tekankan perlahan-lahan masuk ke dalam
sayap, hati-hati gigi jangan sampai lepas, dengan jari dibungkus kertas
cellophane.
d. Sisa adonan diletakkan di tengah mold lalu ratakan ke tepi, tutup
dengan kertas cellophane yang demek tak berair lalu pasang flask atas
dengan tutupnya. Press.
e. Yang selanjutnya sama
2. Packing untuk cara Flasking: pulling the casting
Dalam hal ini gigi berada di bagian atas sehingga meletakkan adonan
akrilik agak berbeda. Adonan akrilik dibagi dua, sebagian besar
diletakkan pada mold flask bawah dan sisanya di atas gigi yang berada
di flask atas lalu tutup dengan diberi kertas cellophane di antaranya.
Press. Langkah selanjutnya adalah:
1. Flask dikeluarkan dari press, dibuka hati-hati dan cellophane
dibuang.rapikan kelebihan akrilik. Tambahkan sedikit resin pada
landasan gigi tiruan di 3 atau 4 tempat, taruh cellophane demek yang
baru tutup kemudian press. Lakukan ini 3x hingga mold terisi padat,
semua kelebihan resin dibuang dan bagian-bagian flask metal to metal.
Trial closure. 2. Sebelum final closure, tinfoil dipasang dan ulasi
tinfoil cair pada permukaan model flask bawah Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada prosedur packing: 1. Suhu dari flask:sama
dengan temperature kamar
2. Perbandingan dan lamanya waktu mencampur monomer dengan
polimer: sesuai aturan pabrik. Biasanya 1:3 atau 1:4 3. Menentukan
packing time: yaitu waktu yang tepat untuk memasukkan adonan
akrilik ke dalam mold. Bila masih lengket dan seperti berserabut
belum bisa di packing. Tunggu hingga benar-benar lepas dengan
mudah.
i. Curing
Pemakai gigi tiruan selalu mengharapkan gigi tiruan dapat
berfungsi selama mungkin dengan memuaskan seperti pada saat
pertama digunakan. Untuk tujuan tersebut, digunakan bahan yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan. Bahan yang paling sering
digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan adalah resin akrilik. Bahan
resin akrilik yang digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan
umumnya adalah resin akrilik polimerisasi panas (heat-cured).
Sedangkan resin akrilik polimerisasi dingin (cold cured) umumnya
digunakan sebagai bahan reparasi. Resin akrilik adalah bahan yang
paling sering digunakan untuk pembuatan geligi tiruan, tetapi apabila
proses kuring tidak tepat maka kandungan monomer sisa resin akrilik
akan tinggi (Combe 1992. Anusavice 1996).
Resin akrilik dan proses kuringnya telah dimodifikasi tidak
hanya untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik tetapi juga
memperpendek waktu kerja. Proses kuring untuk resin akrilik yang
digunakan sehari-hari adalah secara konvensional yaitu pemanasan air
tetapi tidak menggunakan curing unit. Proses kuring merupakan hal
yang sangat penting untuk menghasilkan gigi tiruan yang memenuhi
persyaratan diantaranya kandungan monomer sisa yang rendah. Proses
kuring pada resin akrilik terdapat beberapa cara yaitu dengan cara
konvensional (kuring dengan pemanasan air), radiasi gelombang mikro
dan sinar tampak (visible light). Kandungan monomer sisa yang tinggi
akan mengiritasi jaringan mulut (ali dkk 1986), dapat dikatakan bahwa
resin akrilik tersebut tidak biokompatibel, karena salah satu syarat
suatu bahan yang dikatakan biokompatibel adalah tidak iritasi (Craig
1997).
Akhir-akhir ini berkembang resin akrilik rapid heat cured yang
hanya memerlukan waktu 20 menit untuk proses kuring pada suhu
100oC, tatapi tidak ada informasi tentang kandungan monomer sisa.
Craig (1997) mengatakan bahwa resin akrilik rapid heat cured
mempunyai dua cara aktivitas yaitu secara kimia dan panas, sehingga
diharapkan porositas dan kandungan monomer sisa minimal. Pada
penelitian terdahulu belum ada informasi tentang jumlah monomer sisa
yang terkandung dalam resin akrilik sebagai standar yang bersifat
biokompatibel.
j. Deflasking
Merupakan proses pengambilan hasil pekerjaan, baik berupa
protesa (gigi tiruan) atau retainer. Deflasking merupakan tahap yang
cukup penting, maka kita harus berhati-hati dalam melakukannya
karena akan berakibat fatal jika gagal dan dapat mengakibatkan
kerusakan pekerjaan yang telah kita lakukan. Jadi, harus benar-benar
diperhatikan langkah-langkahnya, yaitu:
a. Setelah kuvet sudah direndam sampai dingin, kita mencoba
membuka kuvet atas dan kuvet bawah. Jika susah dibuka, kita bisa
membukanya dengan bantuan lee-crownmess atau wax mess pada
ketiga ujung kuvet.
b. Melepas hasil pekerjaan bisa dilakukan dengan menggergaji, tetapi
akan dikhawatirkan merusak hasil pekerjaan itu sendiri jika tidak
berhati-hati. Namun, ada cara yang lebih aman, yaitu dengan
merendamnya hingga semalaman (over night), maka gips akan
menjadi jenih sehingga menjadi melunak. Kita dapat membukanya
dengan bantuan wax mess atau lee-crown mess.
k. Pengasahan
Pengasahan selektif ialah memodifikasi permukaan oklusal gigi-
gigi dengan mengasahnya pada tempat-tempat selektif/ terpilih sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Pengasahan ini menghilangkan kontak
oklusal yang menyimpangkan rahang bawah dari alur penutupan
normal hingga relasi sentris. Pada saat pemasangan geligi tiruan dalam
articulator di laboratorium, dimensi vertikal oklusal ditetapkan kembali
dengan pengasahan selektif. Oklusi harmonis dan seimbang
merupakan salah satu faktor pertimbangan penting pada pembuatan
geligi tiruan. Jadi pengasahan selektif merupakan suatu proses yang
sangat tepat yang tidak boleh dicoba-coba tanpa suatu pemahaman
terhadap oklusi yang seimbang dan pengasahan selektif. Kecuali
dengan mengurangi tempat yang tepat dari setiap kontak yang
menyimpang, perbaikan terhadap oklusi seimbang tak mungkin
dilakukan.
Sebenarnya pengasahan selektif dapat disempurnakan oleh
seorang operator gigi atau seorang tekniker gigi dibawah pengawasan
langsung dokter gigi. Langkah awal dari pengasahan selektif adalah
selalu untuk memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal. Oklusi
seimbang merupakan syarat utama pada penyusunan gigi yaitu pada
pergerakan fungsionil gigi-gigi belakang bawah bergeser dengan halus
diantara cusp dan slope gigi-gigi belakang atas. Karena hal ini tidak
saja berpengaruh terhadap kesehatan jaringan dibawah geligi tiruan
dan temporo-mandibular joint tapi juga menjamin kestabilan geligi
tiruan dan kesejahteraan pasien.
Kaedah dalam pengasahan selektif, yaitu:
- Jangan mengurangi holding cusp (cusp palatal gigi RA).
- Jangan mengurangi holding cusp (cusp bukal gigi RB).
- Jangan memperdalam fossa manapun.
Prosedur Pengesahan Selektif:
Koreksi Oklusi Protrusif Apabila ketepatan pemasangan kembali
model di artikulator dan penyetelan kondilar diragukan, maka dibuat
catatan protrusif yang baru. Kesalahan oklusi protrusif, yaitu kontak
prematur di regio gigi insisivus.
Koreksi :
Pengasahan bagian palatal gigi insisivus atas.
Gigi insisivus bawah dipendekkan bila memungkinkan (tidak
mengganggu estetis).
l. Finishing
Menghilangkan sisa-sisa material dari permukaan dan kontur
resin akrilik merupakan tahap kelanjutan dari deflasking. Semua
kecuali daerah basal (yang menempel dengan palatum untuk maxilla)
harusnya halus yang mana tidak ada daerah kasaran ataupun tonjolan.
Untuk daerah basal tidak di-polishing untuk daerah basal dengan
tujuan agar bisa menempel erat dengan palatum. Daerah basal
dilingkupi resin akrilik sehingga regangan pada permukaan tidak
seimbang. Penghilangan beberapa daerah yang masih kasar pada
daerah resin akrilik yang menghadap ke lingual akan menyebabkan
regangan yang semula tidak seimbang menjadi seimbang dan akan
membuat daerah basal lebih menyatu. Semua permukaan selain
permukaan basal harus dibuat semengkilat mungkin. Pengerjaan
finishing dan polishing menggunakan bur yang dipasang pada mini
drill yang juga tersambung dengan adaptor.
a. Finishing :
1. Pasang bur Arkansas di mini drill.
2. Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan
menggerus tonjolan atau permukaan kasar pada resin akrilik.
3. Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi
permukaan kasar.
4. Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi
ampelas halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan resin
akrilik dengan ampelas halus tersebut.
b. Polishing :
1. Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat
resin akrilik semakin halus dan mengkilat.
2. Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice
(yang dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih
banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata bur.
3. Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area
permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus
ketika diraba.
4. Untuk membuat resin akrilik menjadi mengkilat, gunakan kain
wol atau kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok
permukaan resin akrilik dengan kain tersebut.
m. Insersi
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam
mulut. Saat dilakukan insersi harus diperhatikan :
1. Retensi
Retensi dapat didefinisikan sebagai ketahanan gigi tiruan terhadap
pelepasannya dari mulut. Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan
bibir, protesa lepas atau tidak.Perhatikan apakah tepi GTL mengikuti
fornik, jaringan yang bergerak harus dihindari dari plat GTL agar
bebas bergerak dan tidak melepas GTL, protesa harus berelief sesuai
dengan keadaan mulut.Perhatikan juga letak klamer C sebagai retainer
langsung apakah retensinya masih kuat dan baik.Jangan sampai terlalu
kencang atau terlalu kendor agar mudah digunakan dan pada saat
dipasang dan tidak mudah terlepas.
2. Stabilisasi
Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya
3. Oklusi
Pengecekan gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang
diletakkan pada oklusal gigi, kemudian pasien disuruh menggerakkan
gigi seperti mengunyah.Bila ada traumatic oklusi dilakukan selective
grinding, yaitu penggrindingan permukaan oklusal gigi tiruan untuk
mendapatkan suatu sentrik oklusi gigi tersebut.Pengurangan
menggunakan hukum BULL dan MUDL (pengurangan pada
permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan
permukaan lingual dan distal pada rahang bawah).
4. Artikulasi
Fungsi fonetik diketahui dengan pengucapan huruf s, m, r, p, d, f
dan t.
Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Instruksi untuk pasien :
a. Pasien dianjurkan untuk beradaptasi dengan protesa tersebut
sampai biasa.
b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot
dibawahnya dapat beristirahat.
c. Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan dan
sebelum tidur.
d. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil,
pasien dianjurkan untuk segera kembali ke klinik.
e. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna
pengecekan lebih lanjut dan bila nantinya tidak ada gangguan,
pasien bisa terus memakainya.
n. Controling
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk
kontrol. Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
1. Pemeriksaan subyektif :
a) Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak
b) Ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak
c) Ditanyakan apakah ada rasa sakit
2. Pemeriksaan obyektif :
d) Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau
perlukaan
3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi GTL yang Retentif dan Stabil
Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam
keberhasilan gigi tiruan lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi
GTLadalah sebagai berikut
a. Faktor fisis:
1. Tekanan permukaan, meliputi gaya adhesi antara saliva dan gigi tiruan
serta mukosa.
2. Gaya-gaya dalam cairan, meliputi tegangan permukaan saliva, gaya-
gaya kohesi dalam cairan saliva, dan viskositas saliva, semua
mempengaruhi retensi gigi tiruan dan berhubungan erat dengan
ketepatan kontak basis terhadap jaringan
3. Tekanan atmosfer, yaitu tekanan atmosfer menahan gaya-gaya yang
akan melepaskan gigi tiruan asalkan ada peripherial seal yang utuh.
Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan
kekuatan terhadap pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan
bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan antara lain:
1. Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan
yang berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai
pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.
2. Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan
yang terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk
permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya
dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan
permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah.
3. Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan
yang konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi
tiruan yang terbentang ke permukaan poles.
b. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut.
Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan denganmukosa mulut, tergantung
dari efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama
dikenalsebagai adhesi selektif.
c. Perluasan basis gigi tiruan
Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting
surface). Retensi gigi tiruan berbandinglangsung dengan luas daerah
yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.
d. Residual Ridge
Karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan
terutama pada rahangatas.
e. Kompresibilitas
Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk
menghindari rasa sakit dan terlepasnyagigi tiruan saat berfungsi
f. Pemasangan gigi geligi
Pemasangan gigi geligi yang penting terutama untuk gigi anterior
(depan) karena harus mengingat estetis (ukuran,bentuk, warna)
walaupun tidak kalah pentingnya untuk pemasangan gigi posterior
(belakang) yang tidak harus samaukurannya dengan gigi asli, tetapi
lebih kecil, untuk mengurangi permukaan pengunyahan supaya
tekanan padawaktu penguyahan tidak memberatkan jaringan
pendukung. Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan
adalah personality expression, umur, jenis kelamin yang mananantinya
akan berpengaruh dalam pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi.
Disamping itu juga perlu diperhatikan keberadaan over bite, over
jet, curve von spee, curve monson, agardiperoleh suatu keadaan yang
diharapkan pada pembuatan gigi tiruan
3.3 Galangan Gigit
1. Model kerja dirapikan dan dibersihkan dari buble
2. Bagian tepi model kerja yang berlebih ditrimming sampai batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak.
3. Daerah undercut diblockout.
4. Model kerja dibasahi agar wax tidak menempel.
5. Batas-batas basis dibuat pada model kerja.
6. Dua lembar base plate wax untuk basis dilunakkan dengan api tapi
jangan sampai meleleh.
7. Setelah wax lunak, diaplikasikan pada model kerja sesuai batas yang
sudah dibuat dan bagian yang berlebih dipotong.
8. Setelah basis selesai dibuat, dilanjutkan dengan pembuatan galangan
gigit
9. Satu lembar base plate wax dilunakkan dan dibuat gulungan, gulungan
tersebut harus menempel secara homogen dan diletakkan pada daerah
tidak bergigi ( tinggi galangan gigit kurang lebih sama dengan gigi yang
masih ada ).
10. Pada kasus free end, galangan gigit pada bagian posterior cukup
sampai pada distal gigi molar pertama rahang atas.
11. Galangan gigit dikembalikan ke dokter gigi dan siap untuk
melakukan catatan gigit.
3.4 Penetapan Gigit
Pasien ompong telah kehilangan dimensi vertikalnya dan kita harus
cari kembali dengan menerapkan rumus yaitu :
Dimensi vertikal = Physiological Rest – Free Way Space
Pertama kita ukur dimensi/jarak vertikal pasien dalam keadaan
istirahat tanpa tanggul gigitan dalam mulut (misal 70 mm). Free way
space besarnya antara 2-3 mm maka dimensi vertikalnya 70-3=67 mm.
Pengukuran dilakukan dengan alat jangka sorong dengan ketelitian 0,05
mm atau dengan mistar. P.F.N. (posisi fisiologis nonaktif) dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk memperoleh dimensi vertikal pada
pembuatan gigi tiruan lengkap. Posisinya diambil waktu wax bite
block/tanggul gigit malam dimasukkan ke dalam mulut tanpa mengganggu
posisi istirahat; bibir penderita dibuka perlahan-lahan untuk melihat
apakah ada ruang bebas antar tanggul gigit malam atas dan bawah; yang
biasanya 2-4 mm.
Pengukuran dimensi vertikal ada 2 cara :
1. Dengan Willis Bite Gauge : pada alat ini ada 3 bagian penting :
- Fixed arm, yang diletakkan di bawah hidung.
- Sliding arm, yang dapat dogeser dan mempunyai sekrup, diletakkan di
bawah dagu.
- Vertical orientation gauge, yang mempunyai skala dalam mm atau
cm, ditempatkan sejajar dengan sumbu vertikal dari muka.
2. Two Dot Technique, mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi
pada rahang bawah), yang ditempatkan pada daerah yang tidak
bergerak yaitu di atas dan di bawah garis bibir dan kedua titik diukur
dengan jangka sorong.
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Proses Penentuan Gigit
a. Pastikan bahwa tidak ada gigi asli yang kontak prematur dan blocking
b. Bila ada gigi yang tidak sesuai dengan curve of spee:
- Gigi yang Tipping atau Malposisi
Gigi posterior cenderung tipping ke anterior ketika terdapat ruang
di mesial.Perawatan ortodontik untuk pergerakan gigi minor dapat
digunakan untuk uprighting gigi tersebut.
- Berkurangnya Dimensi Vertikal
Pada saat menggigit galangan gigit, tidak boleh dengan tekanan
yang besar karena dapat menyebabkan displacement (pergerakan) mukosa
dibawah basis, terutama pada kasus free end sehingga dapat
mengakibatkan oklusi modeh rahang atas dan rahang bawah tidak tepat.
Pencegahan : Sebelum pasien menggigit (beroklusi), lunakkan
terlebih dahulu permukaan galengan gigit sedemikianrupa sehingga tidak
menimbulkan tekanan waktu beroklusi. Dapat juga dengan mengurangi
galangan gigit ± 1mm, kemudian diganti dengan bahan cetak Zinc
OxideEugenol Pasta atau gips cetak. Bila beroklusi, akan terlihat
gambaran oklusal gigi antagonis pada galangan gigit dan tekanan yang
diterima mukosa tidak besar.
BAB 4
KESIMPULAN
Dalam pembuatan gigi tiruan lepasan banyak faktor yang mempengaruhi
sehingga gigi tiruan yang kita buat dapat menjadi gigi tiruan yang retentif dan
stabil. Dalam prosedur pembuatannya tahap pembuatan galangan gigit dan
penetapan gigit menjadi aspek penting pada keberhasilan pembuatan GTL.
Ketidakakuratan penetapan gigit dapat menyebabkan beberapa kegagalan pada
perawatan pasien dengan kasus GTL. Oleh karena itu diperlukan ketelitian dan
pengetahuan yang luas seorang dokter gigi dalam perawatan pasien dengan GTL.
DAFTAR PUSTAKA
Watt, david M dan MacGregor, A. Roy. 1992. Membuat Desain gigi Tiruan
Lengkap. Jakarta: Hipokrates
Zarb GA, Bolender CL. Boucher’s Prosthodontic Treatment for Edentulous
Patients. CV Mosby Co., St. Louis, 12ed, 2004
Devlin H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the General Dental
Practicioner. Springer-Verlag: Berlin.
Gehl DH, Dressen, OM. 1959. Complete Denture Prothesis. 4th ed. W. B.
Saunders Co.: London.
Harshanur IW. 1993. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC: Jakarta.
Itjiningsih WH. 1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. EGC: Jakarta.
Itjiningsih WH. 1993. Dental Teknologi. FKG Universitas Trisakti: Jakarta.
Soelarko dan Herman W. 1980. Diktat Prostodonsia Full Denture. FKG Unpad:
Bandung.