laporan tutorial sk 1 kurhab 2-2

56
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 Gigi Tiruan Lepasan Penyusun : Kelompok 7 Lusi Hesti Pratiwisari (131610101058) Iman Santoso Adji (131610101060) Primawati Dyah (131610101077) Mochammad Fahmi (131610101026) Canggih Patriot B (131610101032) Aditya Pristyhari (131610101034) Galuh Cita Sari R (131610101041) Farah Firdha A (131610101046) Putri Dewi S (131610101055) Ziyana Mawaddatul S (131610101061)

Upload: selvia-elga

Post on 09-Apr-2016

294 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1

Gigi Tiruan Lepasan

Penyusun :

Kelompok 7

Lusi Hesti Pratiwisari (131610101058)

Iman Santoso Adji (131610101060)

Primawati Dyah (131610101077)

Mochammad Fahmi (131610101026)

Canggih Patriot B (131610101032)

Aditya Pristyhari (131610101034)

Galuh Cita Sari R (131610101041)

Farah Firdha A (131610101046)

Putri Dewi S (131610101055)

Ziyana Mawaddatul S (131610101061)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas segala berkat

rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk

menyelesaikan Laporan tutorial yang berjudul “Infeksi Odontogen”. Laporan

tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami

materi tentang Perawatan Kuratif dan Rehabilitatif. Kami mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drg. Suhartini, M. Biotec sebagai tutor yang telah memberi

kesempatan dan bimbingan untuk lebih mendalami materi dengan

pembuatan laporan tutorial ini.

2. Teman-teman kelompok tutorial 7 yang telah berperan aktif dalam

pembuatan laporan.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih memiliki banyak

kekurangan,baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun sangat kami harapkan. Kami berharap laporan tutorial

yang telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman yang lain.

Jember, 11 September 2015

Penulis

Page 3: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

BAB 3. DISKUSI.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

LAMPIRAN.....................................................................................................

Page 4: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

SKENARIO I

Seorang ibu usia 56 tahun yang berprofesi sebagai guru, ingin dibuatkan

gigi tiruan baru. Sebelumnya pernah memakai gigi tiruan sebagian lepasan di

rahang atas dan rahang bawah. Tetapi sekarang sudah tidak enak untuk dipakai

terutama saat makan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral didapatkan

gigi 11, 12, 13, 21, 22, 31, 32, 41, 42, resesi gingiva, goyang 03, kalkulus di

daerah lingual, gigi 35 patah tinggal sisa akar, gigi 36 karies media, gigi 37 dan 47

karies profunda perforasi, gigi 45 46 terdapat kalkulus. Dokter gigi melakukan

rencana perawatan : ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan estetik, membuat

GTL RA dan RB bahan akrilik anasir akrilik. Setelah melakukan anamnesis

dokter gigi juga membuat galengan gigit sendiri dan melakukan penetapan gigit.

Setelah GTL diinsersikan, menghasilkan GTL yang retentive, stabil. Dokter gigi

meginstruksikan untuk control di hari berikutnya. GTL baru bias untuk berbicara

dan untuk makan.

Page 5: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk

menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena

apabila seseorang telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat

fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi

keadaan psikis. Dewasa ini kebutuhan akan gigi tiruan di Indonesia semakin

meningkat. Masyarakat yang sadar akan kesehatan rongga mulutnya dan bergegas

berusaha mengembalikan fungsi rongga mulut dengan melakukan perawatan gigi.

Banyak fungsional rongga mulut yang hilang ketika seseorang kehilangan gigi

baik sebagian maupun keseluruhan. Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi

geligi, maka prosessus alveolaris akan mengalami penyusutan yang disebut

residual ridge. Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada

yang sampai berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan ( atropi

processus ). Alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi

yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan

hilangnya oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha

berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA

dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula menjadi protusif

dan hal ini menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint. Dengan

adanya dampak – dampak dari kehilangan gigi yang tidak ditindak lanjuti dengan

perawatan tersebut maka perawatan kedokteran gigi khususnya bidang

prostodonsia banyak diminati olah masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pembuatan GTL untuk mendapatkan GTL yang

retentif dan stabil ?

2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi GTL yang retentif dan stabil?

3. Bagaimana cara pembuatan galangan gigit dan penetapan gigit?

Page 6: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu Prostodonsi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang

mempelajari cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan (dental

prothesis). Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi palsu

(artificial teeth), maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu : gigi tiruan

lengkap (full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Gigi tiruan

sebagian (partial denture) dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan

(removable prosthodontics) dan gigi tiruan sebagian cekat (fixed prosthodontics).

Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan

semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang

telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan,

fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis. Tujuan

pembuatan GTL adalah :

a. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau

mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.

b. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan

edentulous.

Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geliginya, prosessus

alveolarisnya akan mengalami penyusutan yang disebut residual ridge.

Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada yang sampai

berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan / atropiprocessus

alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang

disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya

oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan

rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan

menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula menjadi protusif dan hal ini

menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint. 

Page 7: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

Indikasi pembuatan GTL antara lain:

A. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.

B. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena

kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.

C. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu

keberhasilannya.

D. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.

E. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.

Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi dan dukungan

jaringan sekitarnya, sehingga dapat mempertahankan keadaan jaringan normal.

Hal ini mencakup :

1. Kondisi edentulous berupa : processus alveolaris, saliva, batas mukosa

bergerak dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan

gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan lidah.

2. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

3. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

4. Penetapan / pengaturan gigi yang benar, meliputi :

- Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi

- Posisi individual gigi

- Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi RA dan RB

5. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.

6. Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi

gigi tiruan lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak

bergerak disebut mucobuccal fold danfor nik. Batas ini harus diteliti

dengan seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan

lengkap yang akan dibuat. Perawatan pada pengguna GTL dapat dikatakan

berhasil apabila enak dipakai, nyaman dan menyenangkan, dapat

mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetis, serta dapat

memelihara keadaan jaringan mulut. 

Page 8: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

BAB 3

DISKUSI

3.1 Prosedur Pembuatan GTL

a. Pencetakan

Aplikasi bahan cetak: Cetakan adalah suatu keadaan tiruan negatif

yang di ambil dari suatu benda atau objek dengan memakai suatu

bahan cetakan darimana akan diperoleh atau dibuat suatu model yang

merupakan suatu hasil tiruan yang positif.

Cetakan ada dua macam:

1. Cetakan Anatomis

Yaitu cetakan dari gigi geligi , processus alveolaris , palatum dan

sebagainya dalam garis besarnya.

2. Cetakan Fungsional

Yaitu cetakan dari rahang dimana batas selaput lender yang

bergerak dan tidak bergerak harus diperhatikan.

- Cara mencetak:

Alat-alat yang dibutuhkan untuk mencetak tergantung pada bahan

cetak yang kita gunakan. Pasien harus duduk dalam posisi yang

sebaik-baiknya dan dalam keadaan rileks (punggung dan belakan

kepala terletak satu garis). Pasien disuruh agar bernapas melalui

hidung. Mulut jangan dibuka terlalu lebar karena bibir otomatis

tertutup. Mencetak biasanya dimulai dari rahang bawah karena tidak

atau sedikit memberikan rangsangan untuk muntah karena tidak

mengenai palatum molle.

- Mencetak Rahang Atas

Sebelum memilih sendok cetak yang tepat terlebih dahulu dilihat

dengan teliti besar dan bentuk rahangnya. Kemudian kita pilih sendok

cetak yang sesuai dengan keadaan rahang atas yang akan dicetak.

Penderita didudukkan dan tinggi kursi di atur sedemikian rupa

sehingga mulut pasien setinggi siku yang mencetak. Sendok cetak

Page 9: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri membuka ujung mulut

sebelah kiri. Lalu sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut pasien

secara berputar pada sudut mulut kanan pasien sampai gagang sendok

cetak terletak pada satu garis dengan hidung pasien. Jangan menekan

sendok cetak sebelum posisinya betul. Kemudian sendok cetak ditekan

ke atas terlebih dahulu pada region depan kemudian di bagian

belakang sampai sendok cetak ini sejajar dengan lantai. Pada bagian

vestibulum dapat dipakai jari telunjuk kanan untuk menekan atau

menaikkan bahan cetak ke bagian fornix. Bibir dapat ditarik ke bawah

dan dilepaskan kembali. Kemudian sendok cetak ditahan dengan

tekanan yang konstan dan ditunggu pengerasan bahan cetak selama 2-3

menit. Setelah bahan cetak keras sendok dikeluarkan dari mulut sejajar

denan sumbu gigi.

- Mencetak Rahang Bawah

Pada garis besarnya sama dengan rahang atas hanya operator berdiri

dimuka kanan pasien. Rahang bawah harus sejajar dengan lantai ,

dengan jalan mensejajarkan garis dari mulut ke tragus lantai . Sendok

cetak yang telah diisi dengan bahan cetak harus dibalik terlebih dahulu

sebelum dimasukkan ke dalam mulut pasien. Setelah sendok berada

dalam mulut dengan posisi yang tepat, pasien kita suruh mengangkat

lidahnya dan sendok cetak ditekan.

- Cetakan yang baik:

Untuk mengetahui baik atau tidaknya cetakan perlu diketahui dan di

dapat pada cetakan bentuk anatomi daripada rahang yang di cetak,

yaitu:

- Untuk rahang atas:

a. Labial frenulum, yaitu lipatan membran mukosa digaris

median, setelah anterior dari incisivus sentral atas, meluas dari

bagian dalam bibir atas kea rah prosessus alveolaris.

Page 10: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

b. Bukkalis frenulum, yaitu lipatan membran mukosa dibagian

pipi.

c. Tuber maxillare, yaitu tonjolan maxille atau bagian ujung dari

gigi.

d. Palatum, yaitu langit-langit dirongga mulut

e. Vestibulum/fornix, yaitu saluran penghubung, ruang antara

permukaan bukal dan labial gigi serta gingival dan bagian

dalam pipi serta bibir.

f. A-H Line, Rahang atas dibagian palatum.

- Untuk rahang bawah:

a. Labial frenulum

b. b.Bukkalis frenulum

c. Lingual frenulum

d. Trigonum retromolar, batas selaput lendir yang bergerak

dengan yang tidak bergerak

e. Vestibulum/fornix.

Pembuatan Model/Cast:

Model adalah suatu produksi benda / objek yang diperoleh dengan

mengisi bentuk negatifnya. Ada dua macam model, yaitu:

1) Study model (model pemeriksaan)

2) Work model( model kerja).

Study model dibuat dengan gyps biasa (Plaster of paris) dipergunakan

untuk mempelajari keadaan mulut diluar mulut penderita. Work model

dibuat dengan gyps keras dan dipergunakan untuk tempat mengerjakan

pembuatan gigi palsu atau pesawat. Kalau bahan cetak yang digunakan

adalah impression plaster maka sebelum diisi dengan gyps atau dental

stone, cetakan harus diberi separating medium,missal air. Semua

cetakan harus diisi secepat mungkin untuk menghindarkan terjadi

perubahan dimensi dari cetakan.

Page 11: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

- Cara mengisi cetakan:

Untuk rahang atas Setelah gyps dicampur dengan air dan di aduk sampai

homogeny kemudian dituangkan pada bagian yang paling tinggi (daerah

palatum) , sambil mengetok-ngetokkan sendok cetak di atas rubber bowl

untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung udara yang

menyebabkan poreus. Untuk rahang bawah, pengisian dilakukan dari satu

sisi gigi kanan atau kiri pada bagian distal, sambil diketok-ketok seperti

pada rahang atas, supaya mengalir ke bagian-bagian yang lain. Bila

seluruh cetakan sudah diisi dengan gyps maka cetakan dibalik dan

ditempatkan di atas setumpukan gyps yang sudah ditaruh di atas meja

yang beralaskan kertas besar. Dengan demikian diperoleh dasar model

dengan tebal secukupnya.

- Cara Mengeluarkan Model dari Cetakan:

Setelah gyps keras model dapat dikeluarkan dari cetakan dengan jalan:

Jika bahan cetak yang dipakai adalah stentz maka model dapat

dikeluarkan dari cetakan dengan melunakkan impression compoundnya

dalam air panas kurang lebih 60° C. Kemudian dilepaskan dengan pisau

mulai dari daerah vestibulum semua sisi, bagian oklusal dan insisal. Jika

bahan cetaknya gyps (impression Plaster) dapat dilepaskan dengan

membuat parit dibagian prosessus alveolaris dan dicungkil dari bagian

bukal dan labial pada pinggir cetakan. Sedangkan pada bagian palatum

dapat dengan sendirinya dikeluarkan keseluruhannya.

Jika cetakan dengan bahan cetak alginate dapat dibuka dengan

menyiramkan air dari kran ke bagian distal cetakan, sambil menggerak-

gerakkan model agar lepas dari bahan cetak.

b. Pembuatan design

a) Buat lekuk pengontrol pada dasar model kerja.

Dengan tujuan agar keadaan model rahang pada artikulator waktu

penyusunan gigi geligi sesuai dengan keadaan model rahang

Page 12: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

sesudah gigi geligi tiruan lengkap disalin dengan akrilik pada

waktu kita melakukan grinding selektif. Tekniknya:

- Lekuk pertama diletakkan pada garis tengah dasar belakang

model kerja rahang atas dan bawah.

- Lekuk kedua dan ketiga diletakkan tepat dibawah frenulum

bukalis kiri dan kanan dari dasar model kerja rahang atas dan

bawah.

b) Pembuatan kawat penguat

Tujuannya ialah agar occlusal rims / galangan gigit atau trial

denture yang akan dicoba dalam mulut pasien pada waktu

menentukan M.M.R (Maxilo Mandibular Relationship) tidak

berubah atau patah landasannya. Pemakaian kawat penguat hanya

apabila landasan gigi geligi tiruan terbuat dari malam. Caranya:

- Sebelum kita membuat kawat penguat, kita harus menggambar

batas-batas perluasan landasan gigi geligi tiruan dahulu pada

model rahang baik untuk rahang atas maupun tahang bawah.

- Untuk rahang atas: gambar letak kawat penguat kira-kira 1-2

mm didepan batas posterior lalu kita buat kawat. Kawat

tersebut berkontak pada model rahang dan panjang kawat kira-

kira 2-4 mm di bawah lingir rahang.

- Untuk rahang bawah: gambar letak kawat penguat kira-kira

ditengah antara puncak lingir dan batas inferior sayap lingual.

Panjang kawat tidak boleh melebihi bagian distal gigi molar

pertama.

c) Penarikan garis tengah model kerja rahang atas dan bawah

Untuk mendapatkan garis tengah pada model rahang, kita harus

mempunyai 3 buah patokan tetap, dimana dari ke 3 titik yang

dihubungkan tersebut baru diperoleh satu garis tetap.

Garis tengah model rahang atas adalah garis yang ditarik melalui:

- Frenulum labial atas.

Page 13: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

- Titik pertemuan rugae palatinus kiri kanan.

- Titik tengah antara 2 fovea palatinus.

Garis tengah model rahang bawah adalah garis yang ditarik

melalui:

- Frenulum labial bawah.

- Titik tengah rahang bawah.

- Frenulum lingual.

d) Penarikan garis puncak lingir

Gambar puncak lingir model kerja penting sekali karena pada

waktu menyusun gigi, pedoman kita ialah gigi geligi harus terletak

diatas puncak lingir, bila tidak makan saat artikulasi gigi geligi

tiruan akan lepas yang disebabkan karena daya kunyah tidak jatuh

pada puncak lingir rahang.

Puncak lingir model rahang atas melalui titik-titik:

- Titik kaninus atas.

- Titik notch / lekukan pterygo maxilaris.

- Titik pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah.

Puncak lingir model rahang bawah melalui titik-titik:

- Titik kaninus bawah.

- Titik retromolarpad.

- Titik pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah.

c. Penentuan Dimensi Vertikal dan Oklusi Sentris

- Membuat bentuk landasan 

- Membuat tanggul malam 

- Membuat galangan gigit

- Uji coba galangan gigit rahang atas dan rahang bawah

- Penerapan rumus dimensi vertical 

- Penentuan oklusi sentrik

- Menarik garis-garis orientasi

- Pemasangan model dalam articulator

Page 14: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

d. Penyusunan gigi

Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigianterior atas,

gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M1 bawah dangigi posterior

bawah lainnya. Dengan syarat utama :

- Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi

1. Inklinasi mesio-distal

2.Inklinasi anterio-posterior atau inklinasilabio/bukopalatal/lingual

sesuai dengan kecondongan tanggul gigitan.

Bilaterlalu kelabial akan tampak penuh dan bila terlalu kepalatal akan

tampak ompong

.- Dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang- Penyusunan gigi

harus disesuaikan dengan keadaan lingir, pada pasienyang sudah lama

ompong sering sudah terjadi resopsi linger.

- Resopsi pada lingir atas berjalan keatas dan kepalatal yang

menyebabkan bibir jatuh dan tampak masuk,

maka penyusunan gigi tidak di lingir tapi lebih kelabial dan

sebaliknya, resopsi lingir bawah mengarah ke anterior sehingga

penyusunan gigi lebih kelingual. Berhubung dengan tujuan pembuatan

geligi tiruan ialah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, fungsi bicara dan

estetik, maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam penyusunan gigi:

a. Inklinasi atau posisi setiap gigi

b. Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangganya dan gigi

antagonisnya.

c. Hubungan kontak antar gigi atas dan bawah yaitu hubungan :

1. oklusi sentries

2. oklusi protusiv

3. sisi kerja

4. sisi yang mengimbangi

d. Overbite dan overjet gigi atas dan bawah dalam hubungan rahang yang

normale.

Estetik :

Page 15: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

1. bentuk gigi hendaknya sesuai dengan bentuk lengkung rahang,

bentuk kepala, bentuk muka, dan jenis kelamin.

2. Besar gigi sesuai dengan besar kecilnya lengkung rahang.

3. Susunan gigi tiruan hendaknya dibuat sewajar mungkin agar bila

kelak geligi tiruan dipakai kelihatan wajar.

4. Profil pasien yang menyangkut ketepatan dimensi vertikal dan

oklusisentrik kita tentukan. Dimensi vertikal yang terlalu rendah atau

terlalutinggi akan merubah profil pasien.

Tahap Laboratoris

- Pemasangan gigi anterior

a. Rahang atas :

11, 21: axisnya bersudut 5 terhadap midline, incisal edge menyentuh

bite rim RB, bagian 1/3 labial agak depresi

12, 22: axisnya bersudut 10 terhadap midline, incisal edge berjarak 2

mm dari bite rim RB, permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti

lengkung bite rim

13, 23: axisnya sejajar dengan midline, puncak cuspis menyentuh bite

rim RB, bagian 1/3 labioservikal lebih prominent

b. Rahang bawah :

31, 41: bagian serviks labial sedikit depresi, sumbu gigi tegak lurus

bidang incisal, perhatikan over jet dan over bite

32, 42: axisnya sedikit miring ke mesial, labial tegak lurus bidang

incisal, letaknya diantara gigi 1 dan 2 rahang atas

33, 43: axisnya miring ke mesial, bagian servikal permukaan labial

lebih prominent, letaknya antaragigi 2 dan 3 rahang atas

Tahap Klinis

Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.

Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior

rahang bawah. Setelah itu try in untuk gigi depan atas dan gigi depan

bawah, kemudian diperiksa :

Page 16: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

1. Overbite dan overjetnya (2-4 mm),

2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)

3. Garis ketawa (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat

tertawa)

4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m)

Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. Setelah gigi

anterior dipasang maka dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang

atas kemudian gigi posterior rahang bawah.

Tahap Laboratoris

- Pemasangan gigi posterior harus disesuaikan dengan :

1) Kurva anteroposterior yang terdiri dari :

a) Bidang horizontal tempat disusunnya gigi 4 5

b) Bidang oblique tempat disusunya gigi 6 7

2) Kurva lateral yang terdiri dari :

a) Bidang tegak yang terbentuk dari garis singgung pada occlusal

bite rim, dimana permukaan bukal gigi premolar ditempatkan

b) Bidang dengan sudut penyimpangan 6dari bite rim ke arah

palatal, dimana terletak permukaan bukal gigi molar.

Pemasangan gigi posterior:

Urutan pemasangan :

14, 24 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal, tonjol bukal

dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal menggantung.

15, 25 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal, tonjol mesio

palatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya menggantung.

16, 26 : axisnya miring ke mesial, tonjol mesiopalatinal menyentuh

bidang oklusal, tonjol mesiobukal, distobukal dan distopalatinal

dinaikkan 0,5 mm dari bidang oklusal

17, 27 : axis lebih miring dari 16 26, tonjol mesiobukal dan

mesiopalatal menggantung 1 mm daripada tonjol mesiobukal dan

mesiopalatal 6 tonjol distobukal dan distoplatal lebih menggantung

daripada tonjol distobukal dan distopalatal 6

Page 17: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

Untuk pemasangan gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan :

a) Kurva Von Spee ke arah antero posterior. Kurva Von

Spee yaitu kurva imaginer antero-posterior dimana terdapat bidang

horisontal yang merupakan tempat disusunnya gigi premolar superior

pertama dan premolar superior kedua sedangkan tempat disusunnya

gigi molar superior pertama dan molar superior kedua dalam bidang

oblik.

b) Kurva dari Wilson ke arah lateral kiri dan kanan

Gigi rahang bawah yang pertama kali dipasang adalah gigi 36 46.

Penyusunan gigi posterior bawah harus disusun sedemikian rupa

sehingga terbentuk lengkung Manson. Kurva Monson atau kurva

lateral yaitu bidang yang terbentuk dari garis singgung pada oklusal

bite rim dimana permukaan bukal gigi premolar ditempatkan dan

bidang dengan sudut penyimpangan 6 dari bite rim ke arah palatal

dimana terletak permukaan bukal gigi molar.

Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.

Tahap Klinis

Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu

dilakukan pengamatan pada :

a. Oklusi

b. Stabilisasi dengan working side dan balancing side

c. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa

d. Pasien disuruh mengucapkan huruf-huruf p, b, d, v dan lain-lain

sampai tidak ada gangguan

e. Wax Counturing

Modelir malam ( wax contouring/waxing ) dari gigi tiruan ialah

membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga

harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip mungkin

dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut. Sehingga kontur geligi

tiruan malam yang sama dengan kontur jaringan lunak dalam mulut

Page 18: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

akan menghasilkan geligi tiruan yang stabil, menjaga denture pada

tempatnya secara tetap dan selaras dengan otot-otot orofasial penderita.

Trial Denture adalah geligi tiruan malam yang sudah dilakukan

waxing, dan dicoba didalam mulut pasien untuk melihat estetik,

fonetik dan fungsinya. Trial denture harus sudah seperti geligi tiruan

jadi, demikian juga mengenai tebal, batas-batas perifer dan

anatomisnya. Lebih rapi trial denture berarti lebih mudah pekerjaan

flasking, packing, dan finishingnya.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi modeler malam dari

pembuatan gigi tiruan penuh adalah: Meniru jaringan lunak seakurat

mungkin, tidak berlebihan. Tepi-tepi labial dan bukal harus mengisi

vestibulum Lekukan harus memberi tempat perlekatan membrana

mukosa, seperti frenulum Sayap Gigi Tiruan harus harmonis dengan

pipi dan bibir serta lidah Bagian palatum harus meniru palatum

pasien, termasuk rugae.

Fungsinya, bentuk permukaan poles gigi tiruan mempengaruhi

retensi dan estetika dari gigi tiruan. Permukaan malam di sekeliling

gigi dikenal sebagai “bagian seni” dari permukaan poles, dan untuk

keperluan estetika harus meniru bentuk jaringan disekeliling gigi asli.

Setiap bentuk ukiran gusi yang berlebihan atau tampak tiruan akan

terasa aneh. Tetapi sedikit penonjolan akar untuk meniru gigi asli

dapat dibuat. Bentuk basis antara gigi dan tepi gigi tiruan harus dibuat

agar dapat membantu retensi yang diberikan oleh gaya mekanis dari

otot dan jaringan.

Daerah yang dimodelir :

a. Bagian anatomis : dibentuk sama dengan tebal tepi cetakan.

Membuat bagian ini sedikit lebih tebal masih dapat diterima,

untuk mengimbangi kemungkinan pengasahan basis pada waktu

dipoles.

b. Bagian bukal dan labial : dibuat tebal pada RA dan RB.

c. Bagian palatal : dibuat tipis,untuk menyediakan ruang yang

cukup bagi lidah.

Page 19: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

d. Sayap lingual RB : harus setipis mungkin kecuali daerah tepinya

(harus cukup tebal).

e. Permukaan lingual RB : dibuat agak cekung tetapi

kecekungannya tidak sampai di bawah permukaan lingual gigi.

f. Permukaan palatal RA : harus dibuat sama tebal yaitu 2,5 mm.

g. Prominance: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.

h. Servikal: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.

i. Distal RA: sampai tuberositas maksilaris.

Ada 2 cara memodelir malam :

Cara Langsung

a) Membentuk kontur gusi secara langsung dilakukan dalam

dalam mulut pasien pada saat dilakukan uji coba geligi

tiruan malam. Ketebalan sayap dikurangi dan diganti

dengan malam lunak lalu tempatkan kembali dalam

mulut pasien.

b) Untuk bagian fasial : pasien diminta untuk mengerut-

ngerutkan bibirnya dan pipinya kita gerakkan. Untuk

bagian lingual : pasien diminta menggerakkan lidahnya

kesemua arah. Dengan demikian malam lunak akan

mengikuti bentuk otot saat berfungsi dan ketebalannya

sesuai dengan ruangan vestibulum dalam keadaan

berfungsi.

c) Setelah tampak hasilnya baik, secara hati-hati geligi

tiruan malam dikeluarkan satu persatu dari mulut pasien

dan segera dicelupkan dalam air es agar permukaan

malam lunak tidak mengalami perubahan. Hasilnya akan

lebih akurat daripada yang secara tidak langsung.

Cara tidak langsung

Membentuk kontur gusi secara tidak langsung yang paling sering

dan lazim dilakukan:

a. Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam

pada model kerja sambil disesuaikan dengan bentuk

Page 20: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

cetakan akhir rahang.

2. Lunakkan lempeng lilin (lebar 1 cm) di atas lampu

spiritus sampai lunak dan bisa dibentuk.

b. Tekankan lilin lunak tersebut pada bagian bukal dan

labial dari geligi tiruan atas dan bawah sampai sekitar

leher gigi dan bentuk dengan tekanan jari (keret

penghapus yang dibentuk).

c. Tunggu lilin sampai mengeras, kemudian dengan

lecron/wax carver/ pisau malam, dipotong lilin disekitar

garis servikal dengan sudut 45˚.

d. Bentuk alur tonjoan akar dari setiap gigi, alurnya makin

kearah apikal makin sempit, kadang-kadang tidak jelas.

e. Daerah interproksimal harus sedikit cembung, meniru

daerah-daerah interdental papilla sehingga higienis serta

mencegah pengendapan sisa-sisa makanan dan plak.

f. Penyelesaian bagian posterior :

ATAS : daerah bukal sampai menutupi tuberositas

(sedikit cembung) dan daerah palatal sampai garis ”A-H”

yaitu antara mukosa bergerak dan tak bergerak.

BAWAH : daerah bukal bila resorpsi sampai minimal,

biasanya didaerah molar di buat cekung dan daerah

lingual dibuat cekung untuk ruang gerak lidah.

g. Bentuk rugae pada langit-langit.

h. Bentuk postdam pada model kerja.

i. Haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam

dengan melewatkan di atas apa/ digosok dengan kain

sutra sampai kilat.

j. Buat stippling seperti keadaan jaringan yang sehat dengan

menggunakan sikat yang berbulu kaku.

k. Bila keadaan rahang pasien sangat protrusive, sayap

labialnya dibebaskan dan di buatkan lidah-lidah. Linggir

regio gigi anterior atas dari model rahang diradir sedikit,

Page 21: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

sehingga ketika geligi tiruan dipakai akan menekan gusi

dan kelihatan gigi seolah-olah keluar dari gusi (estetik

lebih baik).

l. Bila bagian lingual dan palatal terlalu tebal dapat

mengganggu bicara dan bila bagian lingual geligi tiruan

terlalu mencuat maka lidah dapat mengangkat geligi

tiruan sehingga geligi tiruan tidak stabil.

m. Sayap labial harus duduk dengan baik sekitar frenulum

labialis, dibuat labial notch.

f. Flasking

Flasking adalah suatu proses penanaman model dan trial denture

malam dalam suatu flask/cuvet untuk membuat sectional mold. Mold

bagian bawah dibuat dengan menanam model dalam gips dan bagian

atas dibuat dari 2 adukan stone yang terpisah di atas denture malam.

Proses ini dilakukan untuk memampatkan dan memproses resin akrilik

saat pembuatan landasan gigi tiruan dan alat-alat prostetik lainnya.

Prosedur flasking antara lain:

1. Gigi tiruan malam lengkap dicekatkan pada modelnya, lalu

dilepaskan dari articulator.

2. Pilih flask dengan ukuran yang disesuaikan, lihat ada jarak model

dengan dinding flask minimal 1/8 inchi dan tinggi gigi atau jarak gigi

dengan tutup flask minimal ¼ inchi. Gambar . Flask A = tutup; B =

Setengah bagian atas; C = Setengah bagian bawah; D = sumbat.

3. Sebelum melakukan flasking poles bagian dalam flask dengan

lapisan vaselin tipis dan plug/sumbat bawah flask diletakkan. Atau

menggunakan 0.003 inci tinfoil agar dicegah melekat dengan gips, dan

proses deflasking mudah dilepaskan dari gips/stone.

4. Tepi/dasar model dikuas dengan separating medium yaitu air sabun.

5. Adon gips, tuang k flask bawah, lalu tanam model. Ketika mulai

mengeras rapikan.

Page 22: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

6. Tunggu hingga benar-benr mengeras. Cat bagian gips tadi dengan

air sabun.

7. Adon stone dan kuaskan pada gigi dan malam gigi tiruan sambil

digetarkan. Pasang flask atas tanpa tutup, lalu isikan stone ke dalam

flask hingga menutupi oklusal gigi.

8. Setelah mengeras adon stone kembali dan tuang hingga flask penuh.

Tutup kemudian press hingga kontak antar metal flask.

9. Stone telah mengeras. Rendam flask dan press dalam air mendidih

selama 5 menit. Keluarkan dan buka flask perlahan-lahan.

10. Buang malam, semua gigi tinggal di mold bagian atas. Siram

dengan air mendidih hingga malam benar-benar bersih. (boiling out).

11. Menunggu flask dingin, persiapkan posterior palatal seal dan

daerah-daerah yang akan direlief pada model atas.

12. Untuk mencegah cairan resin terserap ke permukaan mold, poles

mold dengan cairan tinfoil untuk menseal porositas dari stone. Cairan

tinfoil dicoating segera setelah malam bersih dan kering serta mold

masih hangat sehingga cairan tinfoil akan kering dan segera melekat

pada stone. Proses ini harus menghasilkan permukaan yang halus dan

mengkilap.

Macam cara flasking: 1. Pulling the casting seperti cara di atas.

Setelah boiling out, gigi akan ikut pada flask atas. (+) memulaskan

separating medium dan packingnya lebih mudah, seluruh mold

tampak. (-)ketinggian gigitan sering tidak dapat dihindari. 2. Holding

the casting abial gigi ditutup stone/gips sehingga setelah boiling out

akan terlihat seperti gua kecil.pada waktu packing adonan akrilik harus

melewati bagian bawah gigi untuk mencapai daerah sayap, yang

disebut packing through. (+)¬ mencegah ketinggian gigitan. (-)

memulaskan separating medium dan boiling outnya sulit.

Page 23: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

g. Moulding

Molding merupakan suatu proses pembuatan cetakan atau

mempersiapkan ruang untuk pengisian akrilik. Cara memolding:

(1) Setelah gips pada cuvet lawan mengeras, dapat diperiksa dengan

membuka tutup atas cuvet, buka kuvet tersebut, maksudnya cuvet

antar antagonisnya.

(2) Buang wax dengan menyiramkan air mendidih.

(3) Olesi bahan separasi, jangan sampai mengenai anasir gigi tiruan.

h. Packing

Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin

akrilik. Memiliki dua metode yaitu: dry method dengan mencampur

monomer dan polimer langsung di dalam mold, dan wet method

dengan mencampur monomer dan polimer di luar mold dan bila sudah

mencapai dough stage baru dimasukkan dalam mold. Proses

pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:

1. Wet sand / sandy stage

2. Puddle sand

3. Stringy / sticky stage

4. Dough / packing stage

5. Rubbery stage

6. Stiff stage

Packing dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Packing untuk cara Flasking: holding the casting

a. Polimer dicampur ke dalam monomer dalam mixing jar, lalu aduk

perlahan-lahan sebentar

b. Tutup mixing jar rapat-rapat, tunggu hingga dough stage

c. Ambil sedikit akrilik, lalu tekankan perlahan-lahan masuk ke dalam

sayap, hati-hati gigi jangan sampai lepas, dengan jari dibungkus kertas

cellophane.

Page 24: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

d. Sisa adonan diletakkan di tengah mold lalu ratakan ke tepi, tutup

dengan kertas cellophane yang demek tak berair lalu pasang flask atas

dengan tutupnya. Press.

e. Yang selanjutnya sama

2. Packing untuk cara Flasking: pulling the casting

Dalam hal ini gigi berada di bagian atas sehingga meletakkan adonan

akrilik agak berbeda. Adonan akrilik dibagi dua, sebagian besar

diletakkan pada mold flask bawah dan sisanya di atas gigi yang berada

di flask atas lalu tutup dengan diberi kertas cellophane di antaranya.

Press. Langkah selanjutnya adalah:

1. Flask dikeluarkan dari press, dibuka hati-hati dan cellophane

dibuang.rapikan kelebihan akrilik. Tambahkan sedikit resin pada

landasan gigi tiruan di 3 atau 4 tempat, taruh cellophane demek yang

baru tutup kemudian press. Lakukan ini 3x hingga mold terisi padat,

semua kelebihan resin dibuang dan bagian-bagian flask metal to metal.

Trial closure. 2. Sebelum final closure, tinfoil dipasang dan ulasi

tinfoil cair pada permukaan model flask bawah Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan pada prosedur packing: 1. Suhu dari flask:sama

dengan temperature kamar

2. Perbandingan dan lamanya waktu mencampur monomer dengan

polimer: sesuai aturan pabrik. Biasanya 1:3 atau 1:4 3. Menentukan

packing time: yaitu waktu yang tepat untuk memasukkan adonan

akrilik ke dalam mold. Bila masih lengket dan seperti berserabut

belum bisa di packing. Tunggu hingga benar-benar lepas dengan

mudah.

i. Curing

Pemakai gigi tiruan selalu mengharapkan gigi tiruan dapat

berfungsi selama mungkin dengan memuaskan seperti pada saat

pertama digunakan. Untuk tujuan tersebut, digunakan bahan yang

memenuhi persyaratan yang ditentukan. Bahan yang paling sering

digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan adalah resin akrilik. Bahan

Page 25: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

resin akrilik yang digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan

umumnya adalah resin akrilik polimerisasi panas (heat-cured).

Sedangkan resin akrilik polimerisasi dingin (cold cured) umumnya

digunakan sebagai bahan reparasi. Resin akrilik adalah bahan yang

paling sering digunakan untuk pembuatan geligi tiruan, tetapi apabila

proses kuring tidak tepat maka kandungan monomer sisa resin akrilik

akan tinggi (Combe 1992. Anusavice 1996).

Resin akrilik dan proses kuringnya telah dimodifikasi tidak

hanya untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik tetapi juga

memperpendek waktu kerja. Proses kuring untuk resin akrilik yang

digunakan sehari-hari adalah secara konvensional yaitu pemanasan air

tetapi tidak menggunakan curing unit. Proses kuring merupakan hal

yang sangat penting untuk menghasilkan gigi tiruan yang memenuhi

persyaratan diantaranya kandungan monomer sisa yang rendah. Proses

kuring pada resin akrilik terdapat beberapa cara yaitu dengan cara

konvensional (kuring dengan pemanasan air), radiasi gelombang mikro

dan sinar tampak (visible light). Kandungan monomer sisa yang tinggi

akan mengiritasi jaringan mulut (ali dkk 1986), dapat dikatakan bahwa

resin akrilik tersebut tidak biokompatibel, karena salah satu syarat

suatu bahan yang dikatakan biokompatibel adalah tidak iritasi (Craig

1997).

Akhir-akhir ini berkembang resin akrilik rapid heat cured yang

hanya memerlukan waktu 20 menit untuk proses kuring pada suhu

100oC, tatapi tidak ada informasi tentang kandungan monomer sisa.

Craig (1997) mengatakan bahwa resin akrilik rapid heat cured

mempunyai dua cara aktivitas yaitu secara kimia dan panas, sehingga

diharapkan porositas dan kandungan monomer sisa minimal. Pada

penelitian terdahulu belum ada informasi tentang jumlah monomer sisa

yang terkandung dalam resin akrilik sebagai standar yang bersifat

biokompatibel.

Page 26: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

j. Deflasking

Merupakan proses pengambilan hasil pekerjaan, baik berupa

protesa (gigi tiruan) atau retainer. Deflasking merupakan tahap yang

cukup penting, maka kita harus berhati-hati dalam melakukannya

karena akan berakibat fatal jika gagal dan dapat mengakibatkan

kerusakan pekerjaan yang telah kita lakukan. Jadi, harus benar-benar

diperhatikan langkah-langkahnya, yaitu:

a. Setelah kuvet sudah direndam sampai dingin, kita mencoba

membuka kuvet atas dan kuvet bawah. Jika susah dibuka, kita bisa

membukanya dengan bantuan lee-crownmess atau wax mess pada

ketiga ujung kuvet.

b. Melepas hasil pekerjaan bisa dilakukan dengan menggergaji, tetapi

akan dikhawatirkan merusak hasil pekerjaan itu sendiri jika tidak

berhati-hati. Namun, ada cara yang lebih aman, yaitu dengan

merendamnya hingga semalaman (over night), maka gips akan

menjadi jenih sehingga menjadi melunak. Kita dapat membukanya

dengan bantuan wax mess atau lee-crown mess.

k. Pengasahan

Pengasahan selektif ialah memodifikasi permukaan oklusal gigi-

gigi dengan mengasahnya pada tempat-tempat selektif/ terpilih sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Pengasahan ini menghilangkan kontak

oklusal yang menyimpangkan rahang bawah dari alur penutupan

normal hingga relasi sentris. Pada saat pemasangan geligi tiruan dalam

articulator di laboratorium, dimensi vertikal oklusal ditetapkan kembali

dengan pengasahan selektif. Oklusi harmonis dan seimbang

merupakan salah satu faktor pertimbangan penting pada pembuatan

geligi tiruan. Jadi pengasahan selektif merupakan suatu proses yang

sangat tepat yang tidak boleh dicoba-coba tanpa suatu pemahaman

terhadap oklusi yang seimbang dan pengasahan selektif. Kecuali

dengan mengurangi tempat yang tepat dari setiap kontak yang

Page 27: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

menyimpang, perbaikan terhadap oklusi seimbang tak mungkin

dilakukan.

Sebenarnya pengasahan selektif dapat disempurnakan oleh

seorang operator gigi atau seorang tekniker gigi dibawah pengawasan

langsung dokter gigi. Langkah awal dari pengasahan selektif adalah

selalu untuk memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal. Oklusi

seimbang merupakan syarat utama pada penyusunan gigi yaitu pada

pergerakan fungsionil gigi-gigi belakang bawah bergeser dengan halus

diantara cusp dan slope gigi-gigi belakang atas. Karena hal ini tidak

saja berpengaruh terhadap kesehatan jaringan dibawah geligi tiruan

dan temporo-mandibular joint tapi juga menjamin kestabilan geligi

tiruan dan kesejahteraan pasien.

Kaedah dalam pengasahan selektif, yaitu:

- Jangan mengurangi holding cusp (cusp palatal gigi RA).

- Jangan mengurangi holding cusp (cusp bukal gigi RB).

- Jangan memperdalam fossa manapun.

Prosedur Pengesahan Selektif:

Koreksi Oklusi Protrusif Apabila ketepatan pemasangan kembali

model di artikulator dan penyetelan kondilar diragukan, maka dibuat

catatan protrusif yang baru. Kesalahan oklusi protrusif, yaitu kontak

prematur di regio gigi insisivus.

Koreksi :

Pengasahan bagian palatal gigi insisivus atas.

Gigi insisivus bawah dipendekkan bila memungkinkan (tidak

mengganggu estetis).

l. Finishing

Menghilangkan sisa-sisa material dari permukaan dan kontur

resin akrilik merupakan tahap kelanjutan dari deflasking. Semua

kecuali daerah basal (yang menempel dengan palatum untuk maxilla)

harusnya halus yang mana tidak ada daerah kasaran ataupun tonjolan.

Untuk daerah basal tidak di-polishing untuk daerah basal dengan

tujuan agar bisa menempel erat dengan palatum. Daerah basal

Page 28: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

dilingkupi resin akrilik sehingga regangan pada permukaan tidak

seimbang. Penghilangan beberapa daerah yang masih kasar pada

daerah resin akrilik yang menghadap ke lingual akan menyebabkan

regangan yang semula tidak seimbang menjadi seimbang dan akan

membuat daerah basal lebih menyatu. Semua permukaan selain

permukaan basal harus dibuat semengkilat mungkin. Pengerjaan

finishing dan polishing menggunakan bur yang dipasang pada mini

drill yang juga tersambung dengan adaptor.

a. Finishing :

1. Pasang bur Arkansas di mini drill.

2. Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan

menggerus tonjolan atau permukaan kasar pada resin akrilik.

3. Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi

permukaan kasar.

4. Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi

ampelas halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan resin

akrilik dengan ampelas halus tersebut.

b. Polishing :

1. Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat

resin akrilik semakin halus dan mengkilat.

2. Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice

(yang dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih

banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata bur.

3. Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area

permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus

ketika diraba.

4. Untuk membuat resin akrilik menjadi mengkilat, gunakan kain

wol atau kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok

permukaan resin akrilik dengan kain tersebut.

Page 29: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

m. Insersi

Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam

mulut. Saat dilakukan insersi harus diperhatikan :

1. Retensi

Retensi dapat didefinisikan sebagai ketahanan gigi tiruan terhadap

pelepasannya dari mulut. Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan

bibir, protesa lepas atau tidak.Perhatikan apakah tepi GTL mengikuti

fornik, jaringan yang bergerak harus dihindari dari plat GTL agar

bebas bergerak dan tidak melepas GTL, protesa harus berelief sesuai

dengan keadaan mulut.Perhatikan juga letak klamer C sebagai retainer

langsung apakah retensinya masih kuat dan baik.Jangan sampai terlalu

kencang atau terlalu kendor agar mudah digunakan dan pada saat

dipasang dan tidak mudah terlepas.

2. Stabilisasi

Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,

penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya

3. Oklusi

Pengecekan gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang

diletakkan pada oklusal gigi, kemudian pasien disuruh menggerakkan

gigi seperti mengunyah.Bila ada traumatic oklusi dilakukan selective

grinding, yaitu penggrindingan permukaan oklusal gigi tiruan untuk

mendapatkan suatu sentrik oklusi gigi tersebut.Pengurangan

menggunakan hukum BULL dan MUDL (pengurangan pada

permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan

permukaan lingual dan distal pada rahang bawah).

4. Artikulasi

Fungsi fonetik diketahui dengan pengucapan huruf s, m, r, p, d, f

dan t.

Instruksi untuk pemeliharaan protesa :

a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas

b. Protesa dijaga kebersihannya

Page 30: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas

Instruksi untuk pasien :

a. Pasien dianjurkan untuk beradaptasi dengan protesa tersebut

sampai biasa.

b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot

dibawahnya dapat beristirahat.

c. Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan dan

sebelum tidur.

d. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil,

pasien dianjurkan untuk segera kembali ke klinik.

e. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna

pengecekan lebih lanjut dan bila nantinya tidak ada gangguan,

pasien bisa terus memakainya.

n. Controling

Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk

kontrol. Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :

1. Pemeriksaan subyektif :

a) Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak

b) Ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak

c) Ditanyakan apakah ada rasa sakit

2. Pemeriksaan obyektif :

d) Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau

perlukaan

3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi GTL yang Retentif dan Stabil

Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam

keberhasilan gigi tiruan lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi

GTLadalah sebagai berikut

a. Faktor fisis: 

1. Tekanan permukaan, meliputi gaya adhesi antara saliva dan gigi tiruan

serta mukosa.

Page 31: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

2. Gaya-gaya dalam cairan, meliputi tegangan permukaan saliva, gaya-

gaya kohesi dalam cairan saliva, dan viskositas saliva, semua

mempengaruhi retensi gigi tiruan dan berhubungan erat dengan

ketepatan kontak basis terhadap jaringan

3. Tekanan atmosfer, yaitu tekanan atmosfer menahan gaya-gaya yang

akan melepaskan gigi tiruan asalkan ada peripherial seal yang utuh.

Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan

kekuatan terhadap pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan

bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan antara lain:

1. Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan

yang berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai

pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.

2. Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan

yang terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk

permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya

dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan

permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah.

3. Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan

yang konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi

tiruan yang terbentang ke permukaan poles. 

b. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut.

Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan denganmukosa mulut, tergantung

dari efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama

dikenalsebagai adhesi selektif.

c. Perluasan basis gigi tiruan

Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting

surface). Retensi gigi tiruan berbandinglangsung dengan luas daerah

yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.

d. Residual Ridge

Karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan

terutama pada rahangatas.

Page 32: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

e. Kompresibilitas

Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk

menghindari rasa sakit dan terlepasnyagigi tiruan saat berfungsi

f. Pemasangan gigi geligi

Pemasangan gigi geligi yang penting terutama untuk gigi anterior

(depan) karena harus mengingat estetis (ukuran,bentuk, warna)

walaupun tidak kalah pentingnya untuk pemasangan gigi posterior

(belakang) yang tidak harus samaukurannya dengan gigi asli, tetapi

lebih kecil, untuk mengurangi permukaan pengunyahan supaya

tekanan padawaktu penguyahan tidak memberatkan jaringan

pendukung. Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan

adalah personality expression, umur, jenis kelamin yang mananantinya

akan berpengaruh dalam pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi.

Disamping itu juga perlu diperhatikan keberadaan over bite, over

jet, curve von spee, curve monson, agardiperoleh suatu keadaan yang

diharapkan pada pembuatan gigi tiruan

3.3 Galangan Gigit

1. Model kerja dirapikan dan dibersihkan dari buble

2. Bagian tepi model kerja yang berlebih ditrimming sampai batas mukosa

bergerak dan tidak bergerak.

3. Daerah undercut diblockout.

4. Model kerja dibasahi agar wax tidak menempel.

5. Batas-batas basis dibuat pada model kerja.

6. Dua lembar base plate wax untuk basis dilunakkan dengan api tapi

jangan sampai meleleh.

7. Setelah wax lunak, diaplikasikan pada model kerja sesuai batas yang

sudah dibuat dan bagian yang berlebih dipotong.

8. Setelah basis selesai dibuat, dilanjutkan dengan pembuatan galangan

gigit

Page 33: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

9. Satu lembar base plate wax dilunakkan dan dibuat gulungan, gulungan

tersebut harus menempel secara homogen dan diletakkan pada daerah

tidak bergigi ( tinggi galangan gigit kurang lebih sama dengan gigi yang

masih ada ).

10. Pada kasus free end, galangan gigit pada bagian posterior cukup

sampai pada distal gigi molar pertama rahang atas.

11. Galangan gigit dikembalikan ke dokter gigi dan siap untuk

melakukan catatan gigit.

3.4 Penetapan Gigit

Pasien ompong telah kehilangan dimensi vertikalnya dan kita harus

cari kembali dengan menerapkan rumus yaitu :

Dimensi vertikal = Physiological Rest – Free Way Space

Pertama kita ukur dimensi/jarak vertikal pasien dalam keadaan

istirahat tanpa tanggul gigitan dalam mulut (misal 70 mm). Free way

space besarnya antara 2-3 mm maka dimensi vertikalnya 70-3=67 mm.

Pengukuran dilakukan dengan alat jangka sorong dengan ketelitian 0,05

mm atau dengan mistar. P.F.N. (posisi fisiologis nonaktif) dapat

digunakan sebagai petunjuk untuk memperoleh dimensi vertikal pada

pembuatan gigi tiruan lengkap. Posisinya diambil waktu wax bite

block/tanggul gigit malam dimasukkan ke dalam mulut tanpa mengganggu

posisi istirahat; bibir penderita dibuka perlahan-lahan untuk melihat

apakah ada ruang bebas antar tanggul gigit malam atas dan bawah; yang

biasanya 2-4 mm.

Pengukuran dimensi vertikal ada 2 cara :

1. Dengan Willis Bite Gauge : pada alat ini ada 3 bagian penting :

- Fixed arm, yang diletakkan di bawah hidung.

- Sliding arm, yang dapat dogeser dan mempunyai sekrup, diletakkan di

bawah dagu.

- Vertical orientation gauge, yang mempunyai skala dalam mm atau

cm, ditempatkan sejajar dengan sumbu vertikal dari muka.

Page 34: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

2. Two Dot Technique, mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi

pada rahang bawah), yang ditempatkan pada daerah yang tidak

bergerak yaitu di atas dan di bawah garis bibir dan kedua titik diukur

dengan jangka sorong.

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Proses Penentuan Gigit

a. Pastikan bahwa tidak ada gigi asli yang kontak prematur dan blocking

b. Bila ada gigi yang tidak sesuai dengan curve of spee:

- Gigi yang Tipping atau Malposisi

Gigi posterior cenderung tipping ke anterior ketika terdapat ruang

di mesial.Perawatan ortodontik untuk pergerakan gigi minor dapat

digunakan untuk  uprighting gigi tersebut.

- Berkurangnya Dimensi Vertikal

Pada saat menggigit galangan gigit, tidak boleh dengan tekanan

yang besar karena dapat menyebabkan displacement  (pergerakan) mukosa

dibawah basis, terutama pada kasus  free end  sehingga dapat

mengakibatkan oklusi modeh rahang atas dan rahang bawah tidak tepat.

Pencegahan : Sebelum pasien menggigit (beroklusi), lunakkan

terlebih dahulu permukaan galengan gigit sedemikianrupa sehingga tidak

menimbulkan tekanan waktu beroklusi. Dapat juga dengan mengurangi

galangan gigit ± 1mm, kemudian diganti dengan bahan cetak Zinc

OxideEugenol Pasta atau gips cetak. Bila beroklusi, akan terlihat

gambaran oklusal gigi antagonis pada galangan gigit dan tekanan yang

diterima mukosa tidak besar.

Page 35: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

BAB 4

KESIMPULAN

Dalam pembuatan gigi tiruan lepasan banyak faktor yang mempengaruhi

sehingga gigi tiruan yang kita buat dapat menjadi gigi tiruan yang retentif dan

stabil. Dalam prosedur pembuatannya tahap pembuatan galangan gigit dan

penetapan gigit menjadi aspek penting pada keberhasilan pembuatan GTL.

Ketidakakuratan penetapan gigit dapat menyebabkan beberapa kegagalan pada

perawatan pasien dengan kasus GTL. Oleh karena itu diperlukan ketelitian dan

pengetahuan yang luas seorang dokter gigi dalam perawatan pasien dengan GTL.

Page 36: Laporan Tutorial Sk 1 Kurhab 2-2

DAFTAR PUSTAKA

Watt, david M dan MacGregor, A. Roy. 1992. Membuat Desain gigi Tiruan

Lengkap. Jakarta: Hipokrates

Zarb GA, Bolender CL. Boucher’s Prosthodontic Treatment for Edentulous

Patients. CV Mosby Co., St. Louis, 12ed, 2004

Devlin H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the General Dental

Practicioner. Springer-Verlag: Berlin.

Gehl DH, Dressen, OM. 1959. Complete Denture Prothesis. 4th ed. W. B.

Saunders Co.: London.

Harshanur IW. 1993. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC: Jakarta.

Itjiningsih WH.  1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. EGC: Jakarta.

Itjiningsih WH.  1993.  Dental Teknologi. FKG Universitas Trisakti: Jakarta.

Soelarko dan Herman W. 1980. Diktat Prostodonsia Full Denture. FKG Unpad:

Bandung.