laporan tutorial 2 2.2

47
LAPORAN TUTORIAL BLOK 2.2 PENGANTAR PENDIDIKAN KEDOKTERAN KELOMPOK 11-B Tutor : dr. Edison, MPH Ketua : Redo Kurniawan 1210313094 Sekretaris 1 : Maulina Hanisyah 1210312080 Sekretaris 2 : Vannesya Olivia Hadi 1210313012 Anggota : 1. Faudila Novita L 1210312071 2. Poppy Novita 1210312097 3. Puji Aulia Zani 1210312115 4. Dian Pratiwi Burnama 1210313001 5. Amatullah Fauziyyah 1210313053 6. Fitria Akbar Syani 1210319004 FAKULTAS KEDOKTERAN PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS ANDALAS

Upload: maulinahanisyah

Post on 28-Dec-2015

113 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial 2 2.2

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 2.2

PENGANTAR PENDIDIKAN KEDOKTERAN

KELOMPOK 11-B

Tutor : dr. Edison, MPH

Ketua : Redo Kurniawan 1210313094

Sekretaris 1 : Maulina Hanisyah 1210312080

Sekretaris 2 : Vannesya Olivia Hadi 1210313012

Anggota :

1. Faudila Novita L 12103120712. Poppy Novita 1210312097

3. Puji Aulia Zani 12103121154. Dian Pratiwi Burnama 12103130015. Amatullah Fauziyyah 1210313053

6. Fitria Akbar Syani 1210319004

FAKULTAS KEDOKTERAN

PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS ANDALAS

2013

Page 2: Laporan Tutorial 2 2.2

Modul 2

BAKTERI GRAM NEGATIF DAN SPIRAL PATOGEN

SKENARIO 2 : INFEKSI BERUNTUN

Pada era serba instan ini makanan dan minuman dapat diperoleh dimanapun. Salah

satunya air minum isi ulang yang dapat dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu. Mela, 21

tahun mahasiswi FK Unand berpikir, bahwa air minum yang tidak dimasak akan berbahaya bagi

kesehatan dan dapat menimbulkan sakit perut, mual, muntah, diare, dan demam. Dari kuliah

Mila pada blok sistem pencernaan, bakteri E coli yang normal terdapat dalam feses ditetapkan

sebagai indikator uji Coliform untuk menentukan kualitas air minum dan makanan secara

bakteriologis. “Uji ini sebaiknya berlaku juga untuk air minum isi ulang”, kata Mila dalam hati

sambil mencari siaran di TV.

Mila melihat berita di TV kasus leptosipirosis yang terjadi pada kelompok petani disuatu

desa. Mila ingat pamannya di kampung juga petani pernah menderita demam,sakit kepala, dan

ikteris, tidak ada diare. Ketika dibawa ke puskesmas, dokter merujuk ke rumah sakit umum dan

dianjurkan rawat inap. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium dan didapatkan kadar

bilirubin total 7mg%, dan pemeriksaan urine mikroskopis langsung ditemukan adanya bentuk

spiral halus dengan hook pada salah satu ujung. Sekarang paman Mila sudah sembuh dan

dianjurkan bekerja memakai sepatu boot. Anak tetangga Mila juga dirawat di rumah sakit

dengan keluhan demam dan kejang, menurut dokter diduga infeksi Meningococcus.

Bagaimana anda menjelaskan proses terjadinya infeksi pada berbagai kasus diatas ?

Page 3: Laporan Tutorial 2 2.2

I. TERMINOLOGI

1. Bakteri E coli

Bakteri Gram negatif (flora normal pada usus manusia).

2. Uji Coliform

Pemeriksaan mengenai ada atau tidaknya bakteri coliform dalam sampel air,

dinilai secara kualitatif dankuantitatif.

3. Leptospirosis

Penyakit akibat leptospira, yang ditularkan lewat hewan (tikus, anjing, dan

sebagainya) ke manusia; oleh serotipe Leptospira interrogans; manifestasi klinik

berupa meningitis, limfositis, nefrositis, dan hepatitis).

4. Ikterus

Kondisi dimana kadar bilirubin dalam darah meningkat; kulit dan sklera serta

mukosa menjadi kuning akibat pengendapan pigmen empedu.

5. Hook

Bentuk panjang, tipis, dan melengkung; memiliki bentuk seperti pengait di ujung

pada bakteri sebagaifaktor virulensi.

6. Meningococcus

Neisserieae meningitidis; bakteri Gram negatif yang menginfeksi selaput otak dan

sumsum tulang (meningitis); biasanya melekat pada nasofaring.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa air minum yang tidak dimasak dapat berbahaya bagi tubuh dan

menyebabkan demam, diare, mual, dan muntah ?

2. Bagaimana uji coliform dapat menentukan kualitas air minum dan makanan

secara bakteriologis ?

3. Mengapa E coli ditetapkan sebagai indikator uji coliform ?

4. Mengapa E coli dikatakan normal jika terdapat dalam feses ?

5. Bagaimana kandungan bakteri air yang sudah dimasak dengan sebelum dimasak ?

6. Kenapa leptospirosis banyak terjadi pada kelompok petani ?

Apakah faktor pekerjaanlain berkaitan juga ?

7. Kenapa leptospirosis menyebabkan demam, sakit kepala, tapi tanpa diare ?

8. Mengapa pada pemeriksaan laboratorium, kadar bilirubin ditemukan 7 mg% ?

9. Mengapa pada pemeriksaan mikroskopis langsungditemukan adanya bentuk

spiral halus dengan hook pada salah satu ujungnya ?

Page 4: Laporan Tutorial 2 2.2

10. Mengapa anak tetangga Mila mengalami kejang dan demam diduda infeksi

Meningococcus ?

11. Bagaimana usaha pencegahan dari infeksi bakteri Gram negatif ?

III. ANALISIS MASALAH

1. Mengapa air minum yang tidak dimasak dapat berbahaya bagi tubuh dan

menyebabkan demam, diare, mual, dan muntah ?

Air tidak dimasak akan menyebabkan bakteri yang terkadung didalamnya masih

tetap bertahan dan berkembang biak. Air yang dimasak dengan suhu mendidih

akan membunuh sebagian besar kuman yang tidak tahan panas dan anak

mengurangi patogenitas dari bakteri yang ada.

Misalnya pada bakteri E coli, dapat menyebabkan diare, demam, dan muntah.

Demam dikarenakan respon tubuh dalam memerangi bakteri dengan menaikkan

set point di hipotalamus. Sedangkan diare terjadi karena biasanya E coli yang

menginfeksi usus akan mengubah permeabilitas dinding usus sehingga

menyebabkan hipersekresi air dan memperlama kontak makanan dengan usus.

Untuk mual dan muntah biasanya terjadi karena terjadinya iritasi saluran cerna

akibat stimulus di otak yang menyebabkan menurunkan peristaltik lambung,

mereangsang perbesaran kerongkongan, meningkatkan peristaltik usus, dan

mengkontraksi dinding perut.

2. Bagaimana uji coliform dapat menentukan kualitas air minum dan makanan

secara bakteriologis ?

Uji coliform memiliki 4 uji, yaitu :

Uji dugaan

Uji penegasan

Uji kelengkapan

Uji identifikasi

Prinsip dasarnya adalah dengan cara fermentasi salah satunya. Yaitu melihat

pembentukan gas dan zat asam dari hasil uraian fermentasi lakstosa. E coli

mampu menguraikannya.

Page 5: Laporan Tutorial 2 2.2

Maka apabila ditemukan e coli dalam uji coliform tersebut, sudah dipastikan air

tersebut sudah terkontaminasi dengan feses, sebab E coli normal terdapat pada

feses.

3. Mengapa E coli ditetapkan sebagai indikator uji coliform ?

Karena sudah dipastikan air tersebut sudah terkontaminasi dengan feses, sebab E

coli normal terdapat pada feses.

4. Mengapa E coli dikatakan normal jika terdapat dalam feses ?

Karena bakteri tersebut normal terdapat dalam feses, dan feses adalah hasil akhir

dari kerja sistem pencernaan, terutama pada usus.

5. Bagaimana kandungan bakteri air yang sudah dimasak dengan sebelum dimasak ?

Pada bakteri Gram negatif, bakteri tersebut akan mati pada suhu 70° C.

6. Kenapa leptospirosis banyak terjadi pada kelompok petani ?

Apakah faktor pekerjaanlain berkaitan juga ?

Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira. Leptospira terdapat pada

pada hewan, terutama pada organ ginjal. Jika hewan tersebut terinfeksi oleh

kuman tersebut, dan mengenai ginjal maka urin yang dikeluarkan hewan tersebut

akan mengandung kuman tersebut dan jika urin tersebut terkontaminasi dengan

manusia maka manusia tersebut terinfeksi kuman tersebut juga.

Leptospira banyak dijumpai pada daerah kumuh, genangan air, sawah, dan tanah

lembab, tempat dimana banyak dijumpai hewan-hewan seperti tikus.

7. Kenapa Leptospirosis menyebabkan demam, sakit kepala, ikterus, tapi tanpa diare

?

Leptospirosis memiliki 2 gejala, yaitu :

Gejala ringan, berupa : sakit kepala dan demam

Gejala berat, berupa : disfungsi organ (hati, ginjal, dan otak)

Terjadinya demam, karena respon tubuh dalam memerangi bakteri. Sedangkan

ikterus terjadi, karena Leptospira menginfeksi hati dan terjadilah disfungsi organ

yang akan menyebabkan pengendapan bilirubin dalam darah. Untuk kasus tanpa

Page 6: Laporan Tutorial 2 2.2

diare, karena biasanya kuman Leptospira jarang menginfeksi bagian mukosa

usus.

8. Mengapa pada pemeriksaan laboratorium, kadar bilirubin ditemukan 7 mg% ?

Karena terjadi hiperbilirubinemia akibat disfungsi organ hati maupun saluran

empedu. Kadar normal, yaitu : 0,1 – 1,2 mg/dl.

9. Mengapa pada pemeriksaan mikroskopis langsungditemukan adanya bentuk

spiral halus dengan hook pada salah satu ujungnya ?

Karena bakteri dengan ciri tersebut merupakan ciri bakteri yang patogen.

10. Mengapa anak tetangga Mila mengalami kejang dan demam diduga infeksi

Meningococcus ?

Meningococcus memiliki antigen permukaan yang ditemukan di dalam cairan

serebrospinal. Jika bakteri tersebut menginfeksi cairan ini, maka akan menyerang

SSP, hipersekresi dan udem akibat tekanan intrakranial meningkat, serta

gangguan polaritas yang akan menyebabkan kejang.

11. Bagaimana usaha pencegahan dari infeksi bakteri Gram negatif ?

Dengan melakukan PHBS.

Page 7: Laporan Tutorial 2 2.2

IV. SISTEMATIKA

V. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi, morfologi, struktur dan pertumbuhan

bakteri Gram negatif

2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologis flora normal Gram negatif pada

manusia

3. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri spiral Gram

negatif

4. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri kokus Gram

negatif

5. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri basil Gram

negatif

6. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada infeksi bakteri

Gram negatif

7. Mahasiswa mampu menjelaskan farmakologi antibiotikpada infeksi bakteri Gram

negatif

8. Mahasiswa mampu menyebutkan upaya pencegahan infeksi bakteri Gram negatif

VI. BELAJAR MANDIRI

(mengumpulkan informasi)

Page 8: Laporan Tutorial 2 2.2

VII. BERBAGI INFORMASI

1. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi, morfologi, struktur dan pertumbuhan

bakteri Gram negatif

a. Klasifikasi

Bakteri gran negatif yang menyebabkan patogen pada manusia terdiri dari tiga tipe

yaitu coccus , basil , spiral.

Coccus : neisseria gonorrhoeae : penyakit gonorrhoeae

Neisseria meningitidis : meningitis

Spiral : treponema palidum : sifilis

Leptospira : leptospirosis

Borrelia recurrentis : demam kekambuhan

Batang: enterobacteriaceae ( shigela, salmonella, E coli )

Klebsiella, proteus, morganella dll.

b. Struktur

c. Morfologi

- Coccus ( gram negatif yang biasanya berpasangan )

Page 9: Laporan Tutorial 2 2.2

Neisseria gonorhea : punya plasmid

Neisseria meningitidis : punya capsul polisakarida, jarang punya plasmid , n

ditemukan di saluran pernafasan.

Dari organisme tipical : tidak motil, diameter 0.8 mikron ,coccus tunggal

berbentuk ginjal, ketika berpasangan sisi datar atau konkafnya berdekatan

Dari kultur : membentuk koloni konveks, mengilat, mukoid, diameter 1-5

mm, koloni bersifat transparan(opak), tidak berpigmen, dan tidak hemolitik.

- Basil

Enterobacteriae

Merupakan bakteri batang pendek gram negatif , kapsul besar dan reguler lazim

ditemukan pada klebsiella, yang kecil dan irreguler dijumpai pada enteribakter.

Sebagien besak bakteri enterik membentuk bundar, cembung, permukaan halus dan

tepi yang khas.

Salmonella : panjang berfariasi, sebagian besar isolat, bersifat motil dengan

flagel peritriks , membentuk asam terkadang membentuk gas dari glukosa

dan matosa, bisa bertahan hidup pada air yang beku.

Shigella

organisme tipikal : merupakan batang gram negatif yang ramping, bentuk

cocobasil n ditemukan pada biakan yang masih muda

kultur : merupakan bakteri anaerop fakultatif, koloni cembung, bundar,

trasnparan, tepi berbatas tegas, mencapai diameter sekitar 2mm

dalam 24 jam.

- Spiral

Treponema palidum : spiral halus , 5-15 mikron , di lihat menggunakan

mikriskop dengan lapangan pandang gelap.

Leptospira : berbentuk ulir yang rapat, tipis dan fleksibel, motil yang aktif

Page 10: Laporan Tutorial 2 2.2

Borrelia recurentis : spiral , fleksibel, tidak berflagen, dan merupakan

mikroorganisme anaerop dan di tulakkan melalui tuma atau sengkenit.

d. Pertumbuhan

Proses pertumbuhannya sama dengan bakteri gram positif melalui fase berikut :

2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologis flora normal Gram negatif pada manusia

MIKRO FLORA NORMAL

Setelah kita mengetahui beberapa laboratorium kesehatan, maka pada artikel kesehatan kali

ini akan memaparkan secara ringkas tentang mikro flora normal yang terdapat pada tubuh

kita. Referensinya dapat dilihat di Mikrobiologi Kedokteran buku 1 karangan Jawetz,

Melnick, dan Adelberg’s ataupun pada buku tentang mikrobiologi lainnya karena secara

umum sama.

Mikro flora normal itu sendiri merujuk kepada sekumpulan mikroorganisme yang hidup

pada kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat. Mikro flora normal

pada kulit ini dapat di bagi menjadi :

1. Flora Tetap (Resident Flora)

2. Flora Sementara (Transient Flora)

Log

of n

umbe

rs o

f ba

cter

ia

0 5 10

Time (hr)

Lagphase

Loggrowthphase

Stationaryphase

Deathphase

Page 11: Laporan Tutorial 2 2.2

PERAN FLORA TETAP

Mikroorganisme ini bersifat komensal dimana pertumbuhan pada bagian-bagian tubuh

tertentu bergantung kepada factor fisiologis seperti suhu, kelembaban dan ada tidaknya

nutrisi tertentu serta beberapa zat penghambat.

Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan

berbagai zat makanan. Flora yang menetap di selaput lender dan kulit dapat mencegah

kolonisasi oleh bakteri pathogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bekteri.

Flora normal ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu pada kondisi tertentu.

Contohnya, streptococcus dari kelompok viridians merupakan kelompok organnisme yang

biasa menghi=uni saluran nafas atas. Apabila masuk ke aliran darah dalam jumlah banyak,

maka mereka akan hidup di katup jantung yang rusak atau katup prostetik dan

menimbulkan endokarditis infektif.

Namun demikian flora normal ini tidak berbahayajika tidak berada pada lokasi asing dalam

jumlah banyak dan adanya factor-factor predisposisi dan dapat pula bermanfaat bagi tubuh

inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya.

FLORA NORMAL PADA KULIT

Mikroorganisme utama pada kulit adalah difteroid aerobic dan anaerobic (misalnya

corynebacterium, propionibacterium), stafilokokkus aerobic dan anaerobic non hemolitikus

(Staphylococcus epidermidis, kadang-kadang S. aureus dan golongan peptostreptococcus),

basil gram postif aerobic, bakteri pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air,

tanah; streptococcus alfa hemoliticus (S. viridians) dan enterococcus; dan basil coliform

gram negative serta acitenobacter. Jamur dan ragi sering terdapat pada lipatan-lipatan kulit;

micro bacteria tahan asam nonpatogen terdapat pada daerah-daerah yang kaya

sekresilemak/sebum (genital, telingan bagian luar).

Factor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH rendah,

asam lemak pada sekresi sebasea danadanya lisozim. Jumlah mikroorganisme pada

permukaan kulit mungkin bias berkurang dengan jalan menggosok-gosoknya dengan sabun

Page 12: Laporan Tutorial 2 2.2

yang mengandung heksaklorofen atau desinfektan lain, namun flora secara cepat muncul

kembali dari kelenjar sebasea dan keringat.

FLORA NORMAL PADA MULUT DAN SALURAN NAFAS BAGIAN ATAS

Pada hidung terdapat flora normal utama yaitu dari Corinebacteria, stafilococcus (S.

epidermidids, S. aureus) dan streptococcus.

Saat lahir, selaput lendir(mukosa) pada mulut dan faring akan terkontaminasi oleh flora.

Kemudian setelah 4 – 12 jam setelah lahir flora seperti Streptococcus viridians menjadi

flora tetap yang utama sepanjang hidup.

Ketika gigi mulai tumbuh, akan muncul spirochaeta anaerob, spesies prevotella

(terutama P. melaninogenica), spesies fusobakterium, spesies rothia dan spesies

capnocytophaga muncul secara bersamaan dengan vibrio anaerob dan lactobasili. Spesies

Actinomyces secara normal terdapat pada jaringan tonsil dan pada gingival orang dewasa,

begitu pula dengan beberapa protozoa. Begitu pula dengan ragi (spesies Candida) terdapat

pada mulut.

Faring dan Trakhea

Pada daerah ini juga terdapat flora normal yang sama. Organism normal pada saluran nafas

bagian atas, teruatama pada faring adalah streptococcus non hemoliticus dan alfa

hemoliticus serta Neisseria.

FLORA NORMAL PADA SALURAN PENCERNAAN

Saat lahir, kondisi usus steril namun organism akan segera masuk bersamaan dengan

makanan yang dimakan oleh bayi.

Saat menyusui, usus akan mengandung flora seperti Strptocokokki asam laktat dan

lactobacilli dalam jumlah besar. Organisme aerob dan anaerob, gram positif, non motil ini

menghasilkan asam dari karbohidrat dan tahan pada pH 5,0.

Pada orang dewasa, esophagus terdiri atas mikroorganisme yang masuk bersama dengan

saliva dan makanan. pH asam lambung yang di hasilkan akan melindungi terhadap infeksi

bakteri pathogen usus seperti cholera. Pada duodenum terdapat 105 – 108 bakteri/gram.

Page 13: Laporan Tutorial 2 2.2

Pada usus halus bagian atas, lactobacillus dan enterococcus mendominasi dan pada usus

halus bagian bawah yang mendominasi adalah flora tinja. Pada kolon sigmoid dan dan

rectum, terdapat sekitar 1011bakteri/gram isi kolon.

FLORA NORMAL PADA URETRA

Uretra anterior baik itu pada wanita ataupun pria mengandung sedikit mikroorganisme

yang berjenis sama seperti pada kulit dan perineum. Mikroorganisme ini terdapat dalam air

kemih normal dengan jumlah 102 – 104/ ml.

FLORA NORMAL PADA VAGINA

Saat lahir, lactobacil aerob muncul dalam vagina dan menetap selama pH tetap asam.

Apabila pH ini menjadi netral akan terdapat flora campuran yaitu coccus dan bacil.

Saat Pubertas, lactobacil aerob dan anaerob ditemukan kembali dalam jumlah yang besar

dan akan mempertahankan keasaman pH melalui pembentukan asam dari karbohidrat

khususnya glikogen. Keuntungan pembentukan asam ini yaitu untuk mencegah bakteri

yang bersifat pathogen dalam vagina.

Setelah Monopause, lactobacil akan berkurang jumlahnnya dan flora campuran coccus

dan bacil akan muncul kembali.

FLORA NORMAL PADA MATA (konjungtiva)

Mikroorganisme yang terdapat pada mata yang paling utama adalah

difteroid(Corynebacterium xerosis), S. epidermidis dan streptococcus non hemolitik. Flora

normal ini dikendalikan oleh lisozim yang terdapat pada air mata.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri spiral Gram

negatif

A. Treponema pallidum

Manusia merupakan hospes alami satu-satunya bagi Treponema pallidum, dan infeksi

terjadi akibat kontak seksual. Treponema pallidum yang merupakan patogen yang paling

virulen terhadap manusia, menyebabkan sifilis venerik pada manusia dan menimbulkan

lesi pada kulit dan testis. Organisme ini menembus selaput mukosa atau memasuki kulit

Page 14: Laporan Tutorial 2 2.2

yang mempunyai luka kecil. Setelah berada di dalam hospes,organisme tersebut

terlokalisasi pada tempat masuknya dan mulai memperbanyak diri.Treponema pallidum

segera memasuki aliran darah dan pembuluh limfe kemudian tersebar ke jaringan

lainnya. Dengan demikian, sejak awal sifilis merupakan penyakit yang menyerang

seluruh bagian tubuh, menyerang jaringan meliputikelenjar limfe, kulit, selaput mukosa,

hati, limfa, ginjal, jantung, tulang, laring, mata, otak, selaput otak, dan susunan saraf

pusat. Pada wanita lesi awal biasanya terdapat pada labia, dinding vagina atau pada

serviks, sedangkan pada pria lesi awal terdapat p[ada batang penis atau pada dlans penis.

Lesi primer dapat pula terjadi pada bibir, lidah, tonsil, atau daerah kulit lainya.

B. Leptospira

Leptospirosis disebabkan oleh kontaminasi (kontak dengan) spirochaeta yang dapat

ditemukan dalam air yang terkontaminasi air ken cing hewan. Ini biasanya terjadi pada

daerah beriklim tropis.- Masa inkubasi 2 sampai 26 hari (rata-rata 10 hari)- Demam tiba-

tiba, menggigil, nyeri otot dan nyeri kepala merupakan gejala awal.- Mual, muntah dan

diare dialami oleh 50% kasus- Batuk kering dialami oleh 25-35 % kasus- Nyeri sendi,

nyeri tulang, sakit tenggorokan dan sakit perut dapat juga dijumpai tetapi agak jarang-

Pendarahan conjuctiva merupakan tanda khas penyakit ini pada fase leptospira beredar di

dalam darah penderita- Pada fase ke dua atau fase imunitas, menjadi asimtomatis;

demam tidak terlalu tinggi, nyeri otot dan gejala gangguan saluran pencernaan menjadi

ringan- Gejala meningitis merupakan tanda khas fase kedua (50%). Kasus berat dengan

gejala karakteristik berupa demam tinggi disertai perdarahan, kuning (jaundice) dan

gagal ginjal dikenal dengan Weil’s disease; pada keadaan ini angka kematian sangat

tinggi.

C. Borrelia

Borrelia adalah genus dari bakteri kelas spirochete.spesies dari borrelia, dan yang dikenal

saat ini adalah 37 spesies. Pada tahun 1970-an, penelitian tentang kasus lyme,pengenalan

akan Penyakit Lyme yang jelas sungguh ada. Ini tidak sampai 1982pertama kali

teridentifikasi bahwa ini disebabkan kutu dari New York, oleh Dr. willyBurgdorfer di

Laboratorium Gunung Rocky., National Institut of Allergy andInfection Diseases

(Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi) , di Hamilton,Montana. Penyakit Lyme

biasanya kebanyakan infeksi kutu pada utara Amerika danEropa. Seperti pada tahun

1975 ditemukan sejumlah kasus tentang munculnyapenyakit Lyme di 47 negara bagian,

juga dikenal di Eropa, Uni Soviet, Cina, Jepangdan Australia. Penyakit ini disebabkan

oleh Bakteri Borrelia burgdorferi, yangbiasanya ditularkan melalui kutu kecil pada rusa.

Page 15: Laporan Tutorial 2 2.2

Penyakit Lyme adalah penyakitperadangan akut yang ditandai oleh perubahan

kulit,peradangan sendidan gejala yangmenyerupai flu. Lyme biasanya terjadi pada saat

musim panas dan awalmusim gugur, lebih sering menyerang anak-anak dan dewasa

muda yang tinggal didaerah perhutanan.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri kokus Gram

negatif

Neisseria

Golongan Neisseria ini merupakan kokus gram (-) yang biasanya tampak berpasangan, dan

biasanya ditemukan bersama sel polimorfonuklear .

Terdapat dua jenis Neisseria yang bersifat patogen :

1) Neisseria gonorrhoeae (gonokokus)

2) Neisseria meningitidis (meningokokus)

Ada beberapa perbedaan dari dua jenis Neisseria ini, seperti :

Patogenesis

1) Neisseria gonorrhoeae (gonokokus)

Neisseria gonorrhoeae mempunyai pertahanan / menghindari dari pertahanan sel inang,

karena punya struktur :

a. Pili - membantu pelekatan pada sel inang dan resistensi terhadap fagositosis

b. Por (protein I) – untuk membentuk pori – pori di permukaan sehingga tempat

masuknya nutrien kedalam sel.

c. Opa (protein II) – untuk perlekatan gonokokus di dalam koloninya dan perlekatan

gonokokus pada sel inang.

d. Rmp (protein III) – berkerja sama dengan Por untuk membentuk pori – pori .

Gonokokus Meningokokus

1. Tidak mempunyai simpai

polisakarida

2. Punya plasmid

3. Penyakit khas pada infeksi sel

kelamin

1. Mempunyai simpai polisakarida

2. Jarang memiliki plasmid

3. Penyakit khas ditemukan di sel

napas bagian atas.

Page 16: Laporan Tutorial 2 2.2

Prosesnya :

Gonokokus menyerang selaput lendir sel genitaurinari, mata, rektum yang mengakibatkan

supuratif akut. Pada pria menyebabkan uretritis, nanah yang berwarna kuning dan nyeri

waktu kencing, sedangkan pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas ke

uretra dan vagina mengakibatkan sekret mukopurulen.

2) Neisseria meningitidis (meningokokus)

Ditularkan melalui batuk / bersin dari orang penderita (kontak dengan cairan respirasi /

tenggorokan).

Prosesnya :

Infeksi biasanya terjadi pada nasofaring, dengan cara melekat pada sel epitel mukosa dengan

bantuan pili, dengan enzim yg bersifat litiknya, dia merusak sel, dan masuk kedalam darah

dan terjadi keadaan bakteriemia , mengikuti jalur edar darah, termasuk ke selaput otak, dan

menyebabkan radang selaput otak (meningitis) dan dapat diikuti dengan demam dan kejang.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri basil Gram negatif

1. Bakteri Batang Gram Negatif Salmonella

Salmonela umumnya bersifat patogen untuk manusia atau hewan bila masuk melalui

mulut. Organisme ini ditularkan dari hewan dan produk hewan ke manusia, dan

menyebabkan enteritis, infeksi sistemik, dan demam enterik.

Morfologi dan Klasifikasi

Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidakberspora, bergerak dengan

flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5-0,8 μm. Salmonella sp. tumbuh cepat dalam

media yang sederhana (Jawet’z,dkk, 2005), hampir tidak pernah memfermentasi laktosa

dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanya

memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar bergaris

tengah 2-8 milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP tidak

menyebabkan hemolisis, pada media Mac Conceykoloni Salmonella sp. Tidak

memfermentasi laktosa (NLF), konsistensinya smooth (WHO, 2003) Salmonella sp.

tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam waktu yang lama, bakteri ini resisten

terhadap bahan kimia tertentu (misalnya hijau brillian, sodium tetrathionat, sodium

Page 17: Laporan Tutorial 2 2.2

deoxycholate) yang menghambat pertumbuhan bakteri enterik lain, tetapi senyawa

tersebut berguna untuk ditambahkan pada media isolasi Salmonella sp.

Pada sampel feses. Klasifikasi kuman Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya

diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia, serotipe yang diidentifikasi menurut

struktur antigen O, H, dan Vi yang spesifik (Jawet’z, dkk, 2005 ;Bennasar, A.,et al ,

2000). Menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp.dapat diklasifikasikan menjadi tiga

spesies yaitu S. typhi, S. enteritidis, S.cholerasuis, disebut bagan kauffman-white

(Irianto, 2006). Berdasarkan serotipenya di klasifikasikan menjadi empat serotipe

yaitu S. paratyphi A (Serotipe group A), S. Paratyphi B (Serotipe group B), S. Paratyphi

C (Serotipe group ), dan S. typhi dari Serotipe group D (Jawet’z, 2005).

Patogenesis dan Gambaran Klinis

Salmonella Thypi, Salmonella Choleraesuis, dan mungkin juga Salmonella Paratyphi B

bersifat infeksius untuk manusia, dan infeksi oleh organisme tersebut didapatkan dari

manusia. Namun, sebagian besar salmonella bersifat pathogen terutama bagi hewan yang

menjadi reservoir untuk menjadi manusia: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak,

binatang piaraan (dari kura-kura hingga burung kakatua), dan banyak lainnya. Organisme

ini hampir selalu masuk melalui rute oral, biasanya bersama makanan atau minuman

yang terkontaminasi. Dosis efektif rata-rata untuk menimbulakn infeksi klinis atau

subklinis pada manusia adalah 105-108 Salmonella. Beberapa factor pejamu yang

menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella adalah keasaman lambung, flora

normal usus dan kekebalan usus.

Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri Jenis Ini

Berikut macam macam penyakit yang disebabkan oleh Salmonella yaitu :

1. Demam Enterik (Demam Tifoid)

HCL dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya Salmonella typhi dan

bakteri lain. Jika Salmonella typhi masuk bersama-sama cairan, maka terjadi

pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadap

mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan

menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga Salmonella typhi dapat

masuk ke dalam usus penderita. Salmonella typhi seterusnya memasuki folikel-

folikel limfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi

dengan cepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella typhi. Setelah itu,

Page 18: Laporan Tutorial 2 2.2

Salmonella typhi memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah.

Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan melewati kapiler-

kapiler yang terdapat dalam dinding kandung empedu atau secara tidak langsung

melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka bakteri dapat mencapai

empedu dan larut disana.

2. Bakterimia dengan Lesi Fokal

Keadaan ini umumnya disebabkan oleh S.choleraesuis, tetapi juga dapat disebabkan

oleh serotype salmonella apapun. Setelah infeksi melalui mulut, terjadi invasi dini

kealiran darah (dengan kemungkinan lesi fokal di paru, tulang, meningens, dan lain-

lain), tetapi manifestasi di usus sering tidak ada.

Bayi dan anak-anak jauh lebih rentan terhadap infeksi terutama Salmonella, mudah

dicapai dengan menelan sejumlah kecil bakteri. Telah menunjukkan bahwa,

pada bayi, pencemaran bisa melalui inhalasi debu bakteri-sarat. Setelah masa

inkubasi singkat beberapa jam sampai satu hari, kuman berkembang biak di dalam

lumen usus menyebabkan radang usus dengan diare yang sering muco-bernanah dan

berdarah. Pada bayi, dehidrasi dapat menyebabkan keadaan parah toksikosis.

Normalnya tidak adasepsis, tetapi bisa terjadi sebagai komplikasi pada pasien usia

lanjut melemah (penyakit Hodgkin), misalnya. Lokalisasi ekstraintestinal yang

mungkin, terutama Salmonella meningitis pada anak-anak, osteitis, dll. Salmonella

(misalnya, Salmonella entericasub sp. enterica serovar enteritidis) dapat

menyebabkan diare, yang biasanya tidak memerlukan antibiotik pengobatan. Namun,

pada orang yang berisiko seperti bayi, anak kecil, orang tua, infeksi Salmonella bisa

menjadi sangat serius, mengarah ke komplikasi. Jika hal ini tidak diobati, pada pasien

HIV dan orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah bisa menjadi sakit parah Anak

dengan anemia sel sabit yang terinfeksi Salmonella bisa terjadi osteomyelitis.

3. Enterokolitis

Enterokolitis merupakan manifestasi infeksi salmonella yang paling sering terjadi. Di

AS Salmonella thypimurium dan Salmonella enteriditis lebih menonjol, tetapi

enterokolitis dapat disebabkan oleh lebih dari 1400 serotype Salmonella grup 1.

Delapan hingga 48 jam setelah tertelannya salmonella timbul mual, sakit kepala,

muntah dan diare hebat, dengan beberapa leukosit di dalam feses. Sering timbul

demam ringan tetapi biasanya sembuh sendiri dalam 2-3 hari. Terdapat lesi inflamasi

pada usus halus dan usus besar. Bakterimia jarang terjadi, kecuali pada pasien yang

mengalami imunodefisiensi. Biakan darah baiasanya negative, tetapi biakan feses

Page 19: Laporan Tutorial 2 2.2

biasanya positif untuk salmonella dan dapat tetap positif selama beberaoa minggu

setelah penyakit sembuh secara kinis.

2. Bakteri Batang Gram Negatif Pseudomonas

Kuman Pseudomonas berbentuk batang bergerak dan menghasilkan pigmen yang mudah

larut dalam air dan berdifusi didalam medium pertumbuhan. Kuman ini terdapat banyak

pada tanah, sampah, air dan udara. Diantara 30 species dari Pseudomonas yang

diketahiui hanya satu yang pathogen terhadap hewan dan manusia yaitu Pseudomonas

aeruginosa. Sedillet (1850) seorang ahli bedah Perancis sudah melihat adanya eksudat

yang berwarna biru kehijauan pada pakaian-pakaian operasi. Fordas (1860) dapat

mengisolasi Kristal dari kain linen yang terkena luka bernanah dan menamakannya

pyocianine. Gessard dapat mengisolasi penyebabnya dan terus dipelajarinya sampai

tahun 1882-1925.

Morfologi dan Identifikasi

Kuman ini berbentuk batang pendek lurus atau bengkok. Ukuran 0,5×1-3 mikron.

Bergerak aktif dengan satu atau lebih flagella dan flagellanya terletak pada kedua ujung

kuman. Tidak berspora dan tidak berselubung serta Gram (-). Sifat pertumbuhan

Pseudomonas aeruginosa pada 37 – 42ºC, pertumbuhan pada 42ºC membantu

membedakannya dari spesies Pseudomonas pada kelompok fluoresen bersifat oksidase

positif.

Sifat Biakan tumbuh aerob, membentuk pigmen biru kehijauan dan dalam keadaan

anaerob tidak membuat pigmen. Tumbuh di media biasa, di media padat bentuk koloni

besar tidak teratur, abu-abu gelap dan terlihat adanya untaian pada tepinya. Pigmen

disebarkan dalam medium pertumbuhan. Pseudomonas aeruginosa bersifat aerobik

obligat yang tumbuh dengan cepat pada berbagai tipe media, kadang memproduksi bau

manis seperti anggur atau jagung.

Struktur Antigen dan Toksin

Pseudomonas aeruginosa memiliki 2 macam antigen yaitu antigen-H dan antigen-O dan

paling sedikit ada 7 tipe antigen Pseudomonas aeruginosa yang telah ditetepkan.

Lipopolisakarida menentukan kekhususan antigen. Vaksin dari tipe-tipe ini yang

diberikan pada penderita ‘’high-risk’’ akan memberikan perlindungan terhadap sepsis

Page 20: Laporan Tutorial 2 2.2

Pseudomonas 10 hari kemudian. Pengobatan seperti ini diberikan pada kasus-kasus

leukemia, luka bakar, fibrosis kristik dan penekanan immune.

Banyak galur Pseudomonas aeruginosa memproduksi eksotosin A yang menyebabkan

jaringan nekrosis dan jika bentuk murni disuntikkan pada binatang dapat mematikan.

Toksin memblok sintesis protein dengan sebuah mekanisme yang identik dengan toksin

difteria, meskipun struktur kedua toksin tidak identik. Antitoksin terhadap eksotoksin A

ditemukan dibeberapa serum manusia, termasuk pada pasien yang sembuh dari infeksi

Pseudomonas aeruginosa.

Patogenesis

Pseudomonas aeruginosa menjadi patogenik hanya jika berada pada tempat dengan daya

tahan tidak normal, misalnya di selaput lender dan kulit yang rusak akibat kerusakan

jaringan: jika menggunakan kateter pembuluh darah atau saluran kencing, atau pada

neutropenia seperti kemoterapi kanker. Bakteri menempel dan menyerang selaput lendir

atau kulit, menyebar dan berakibat penyakit sistemik.

Patologi

Faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada

pada Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan

toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam

hati; eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu

menghambat sintesis protein eukariota. Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang

merusak barrier tubuh dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas

aeruginosa menyerang jaringan. Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri

gram negatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat

sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria

(walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian

ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2.

Gambaran Klinis

Kuman ini dapat menginfeksi tratus uregenitalis, septicemia, ulcus cornea, gastroenteritis

pada anak-anak dan meningitis. Pseudomonas aeruginosa menybabkan infeksi pada luka

bakar menghasilkan nanah berwarna hijau biru. Penyerangan pada saluran nafas

khususnya respirator yang tercemar mengakibatkan pneumonia nekrotika. Bakteri sering

Page 21: Laporan Tutorial 2 2.2

ditemukan pada otitis ekterna ringan pada perenang. Infeksi pada mata, yang mengarah

pada kerusakan mata dengan cepat, biasanya terjadi sesudah luka atau operasi mata.

Sebagian besar infeksi Pseudomonas aeruginosa, gejala dan tandanya tidak spesifik dan

berkaitan dengan organ yang terserang.

Penyakit pada Manusia

Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di dunia dan terdapat di tanah, sampah, air dan

udara. Pseudomonas aeruginosa dapat berada pada orang sehat, dimana bersifat saprofit.

Ini menyebabkan penyakit pada manusia dengan ketahanan tubuh yang tidak normal.

Infeksi pada manusia adalah karena kulit tercemar oleh Pseudomonas aeruginosa dan

adanya predisposisi seperti lecet atau berupa luka-luka tusuk.

3. Bakteri Batang Gram Negatif Shigella

Habitat asli shigella terbatas pada saluran cerna manusia dan primata lain, tempat

organisme ini menimbulkan disenteri basilar.

Morfologi dan Identifikasi

Ciri khas organisme

Shigella adalah batang gram-negatif yang ramping bentuk kokobasil ditemukan pada

biakan yang muda.

Biakan

Shigella bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh  paling baik secara aerob. Koloni

berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter

sekitar 2 mm dalam 24 jam.

Sifat pertumbuhan

Shigella membentuk asam dari karbonhidrat tetapi jarang menghasilkan gas. Organisme

ini juga dapat dibagi menjdi organisme yang memfermentasikan manitol dan tidak

memfermentasikan manitol.

Struktur Antigen

Page 22: Laporan Tutorial 2 2.2

Shigella memiliki struktur antigen yang kompleks. Terdapat tumpang tindih pada sifat

serologik berbagai spesies, dan sebagian organisme memiliki antigen O yang sama

dengan basil enterik lain. Antigen O somatik shigella adalah lipopolisakarida.

Patogenesis dan Patologi

Infeksi shigella hampir slalu terbatas di saluran cerna jarang terjadi invasi ke aliran

darah. Proses patologi yang paling penting adalah invasi ke sel epitel mukosa (misal, sel

M), dengan menginduksi fagositosis, keluar dari vakuola fagositik, bermultiplikasi dan

menyebar di dalam sitoplasma sel epitel, dan menyebar ke sel yang ada di dekatnya.

Mikroabses di dinding usus besar dan ileum terminal menyebabkan nekrosis membran

mukosa, ulserasi suprfisial, perdarahan dan membentuk “pseudomembran” pada daerah

ulserasi. Pseudomembran ini terdiri dari fibrin, lekosit, debris sel, membran mukosa yang

nekrotik, dan bakteri.

Gambaran Klinik

Setelah masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), secara mendadak timbul rasa nyeri perut,

demam, dan diare cair. Diare ini disebabkan oleh kerja enterotoksin di usus halus. Sehari

atau beberapa hari kemudian, ketika infeksi mengenai ileum dan kolom, jumlah feses

meningkat. Feses lebih kental tetapi sering mengandung lendir dan darah. Penyakit yang

disebabkan oleh S dysenterae kadang-kadang dapat sangat parah. Pada pemulihan,

kebanyakkan orang mengeluarkan basil disentri dalam waktu singkat, tetapi beberapa

orang tetap menjadi carrier usus kronik dan dapat mengalami serangan penyakit secara

berulang. Setelah sembuh dari infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi sirkulasi

terhadap shigella, tetapi antibodi ini tidak mencegah terjdi infeksi ulang.

4. Bakteri Batang Gram Negatif Vibrio

Morfologi dan Identifikasi

-ciri organisme: V. Cholerae  berbentuk koma,batang kurva dengan panjang 2-4 mikro.

Motil aktif dikarenakan memiliki flagela polar. Vibrio bisa menjadi batang yang lurus

yang mirip dengan bakteri enterik gram negatif.

Kultur : V. Cholerae menghasilkan koloni yang cembung, halus dan bulat

keruh (opaque) dan bergranul bila disinari. Tumbuh dengan baik pada suhu 37o Celcius

Page 23: Laporan Tutorial 2 2.2

pada berbagai jenis media, yang mengandung garam mineral sebagai sumber karbon dan

nitrogen.

Sifat Pertumbuhan : V. Cholerae biasanya memfermentasi sukrosa dan manosa. Tes

oksidase positif merupakan langkah kunci dalam identifikasi dari V. Cholerae. Sebagian

spesies adalah halototerant, dan NaCl sering menstimulasi pertumbuhannya. Beberapa

diantaranya bersifat halofilik, membutuhkan kehadiran NaCl untuk pertumbuhan.

Patogenesis dan Patologi

V. cholerae adalah patogen terhadap manusia. Jika mediator adalah makanan sebanyak

102-104 organisme diperlukan, karena kapasitas bufer yang cukup dari makanan.

Beberapa pengobatan dapat menurunkan kadar asam dalam perut membuat seseorang

lebih sensitif terhadap infeksi V. Cholerae. Kolera bukan merupakan infeksi yang invasif.

Tidak mencapai aliran darah tetapi tetap di dalam saluran usus. V. Cholerae yang virulen

menempel pada mikrovili permukaan sel epitelial. Disana mereka akan memperbanyak

dan melepaskan racun kolera.

Gambaran klinis

Sekitar 60% infeksi yang disebabkan oleh V.cholerae cenderung tidak bergejala. Periode

inkubasi selama 1-4 hari untuk sampai timbul gejala. Gejala yang timbul mual,muntah,

serta diare hebat disertai kram perut. Tinja yang mirip cucian beras (rice water stool)

mengandung mukus, sel epitel, dan sejumlah besar vibrio. Penderita akan kehilangan

cairan dan elektrolit dengan cepat yang dapat mengarah pada dehidrasi berat, syok, dan

anuria. Tingkat kematian dengan tanpa pengobatan adalah 25% dan 50%. Bagaimana

pun kasus berat dan ringan tidak mudah dibedakan dari penyakit yang lain.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada infeksi bakteri Gram

negatif

KOKUS GRAM NEGATIF

1. Neisseria Meningitidis

Infeksi meningokokus terutsama N. meningitides dalam bahan yang didapat dari

penderita. Jika bahan berupa eksudat, misalnya likuor serebrospinalis, maka dapat

dibuat diagnosis presumtif yang cepat dengan cara menemukan diplokokus negative

gram dalam sediaan apus. Kuman kadang-kadang juga dapat ditemukan dalam

Page 24: Laporan Tutorial 2 2.2

sediaan apus yang berasal dari petekie. Dalam kasus septicemia, kuman juga dapat

ditemukan dalam sediaan apus darah tepi.

Bahan pemeriksaan dapat berupa darah, likuor serebrospinalis, bahan dari petekie,

cairan sendi, usap tenggorokan. Medium selektif Thayer-Martin dipergunakan

untuk pemeriksaan bahan yang mengandung bermacam-macam bakteri, sedangkan

bahan-bahan yang berasal dari darh, likuor atau bahan-bahan yang secara normal

steril, ditanamkan dalam kaldu trypticase soy dalam sungkup CO2.

2. Neisseria Gonorrhoeae

Bahan pemeriksaan untuk diagnosis dapat berasal dari secret uretra, konjungtiva

atau serviks. Untuk kasus-kasus tertentu diambil bahan dari cairan synovial, darah

atau bilasan lambung.

Dari bahan pemeriksaan dibuat sediaan Gram dan kultur. Dalam sediaan Gram akan

ditemukan diplokokus negative Gram (DNG) intrasel leukosit polimorfonuklear dan

DNG ekstrasel. DNG intrasel terutama ditemukan pada kasus-kasus akut. Untuk

pemeriksaan mikroskopik ini dapat pula dilakukan tes fluoresensi zat anti. Sediaan

DNG dicampur dengan IgG anti gonokokus dan fluoresensi isotiosianat. Kuman

akan Nampak berfluoresensi di bawah mikroskop fluoresen.

BATANG NEGATIF GRAM

1. ESCHERICHIA COLI

Diagnosis laboratorium penyakit diare yang disebabkan oleh E. coli masih sulit

dilakukan secara rutin. Beberapa metode baru berdasarkan tes imunologi dan teknik

hibridasi DNA sudah dikembangkan, tetapi belum beredar di pasaran luas, misalnya

tes Elisa (enzyme-linked immunosorbent assay) particle agglunation methods

Coagglunation

2. SHIGELLA

Bahan pemeriksaan yang paling baik untuk diagnosis etiologic shigella adalah usap

dubur atau diambil dari tukak pada mukosa usus pada saat sedang dilakukannya

pemeriksaan sigmoidoskopi.

3. SALMONELLA

Ada tiga metode untuk diagnosis penyakit demam tifoid yaitu

a. Diagnosis Mikrobiologik

Page 25: Laporan Tutorial 2 2.2

Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih

dari 90% penderita yang tidak diobati, kultur darah positif dalam minggu

pertama.

b. Diagnosis Serologik

Tergantung pada antibody yang timbul terhadap antigen O dan H yang dapat

dideteksi dengan reaksi aglutinasi (tes Widal)

c. Diagnosis Klinik

SPIROCHAETALES

1. TREPONEMA PALLIDUM

a. Tes Serologi

Pada dasarnya ada dua macam tes serologi, yaitu tes serologi yang menggunakn

antigen nontroponema atau tes reagen dan tes serologi menggunakan antigen

troponema atau tes antibody troponema

b. Tes flokuasi

Tes ini didasarkan atas kenyataan bahwa partikel antigen yang berupa lipid akan

mengalami flokuasi dalam beberapa menit setelah dikocok dengan reagen. Tes

flokuasi yang semula positif akan berubah menjadi negative dalam 6-24 bulan

setelah pengobatan yang efektif pada sifilis early. Contoh tes flokuasi, antara

lain tes Kahn.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan farmakologi antibiotik pada infeksi bakteri Gram

negatif

Berbagai keluarga antibiotik digunakan untuk berbagai jenis mikroorganisme untuk

mencapai kontrol dan membantu pertahanan tubuh selama masa infeksi. Antibiotik adalah

produk mikroorganisme yang bereaksi dengan dan menghambat pertumbuhan

mikroorganisme lainnya. Antibiotik harus selektif meracuni mikroorganisme patogen,

sebaiknya tidak memicu reaksi alergi dalam tubuh, sebaiknya tidak mengganggu populasi

mikroba normal berbagai situs tubuh, dan tidak harus mendorong perkembangan resistensi

obat.

Page 26: Laporan Tutorial 2 2.2

Penisilin. Penisilin mencegah bakteri Gram-positif dari pembentukan peptidoglikan,

komponen utama dari dinding sel. Tanpa peptidoglikan, tekanan internal menyebabkan

bakteri membengkak dan meledak.

Antibiotik: Pengertian Contoh Kegunaan

Penisilin tidak satu antibiotik, tapi sebuah keluarga antibiotik. Keluarga termasuk

penisilin F, penisilin G, dan penisilin X, serta ampisilin, amoksisilin, nafcillin, dan

tikarsilin. Yang pertama penisilin berasal dari jamur Penicillium hijau, tapi kebanyakan

penisilin sekarang diproduksi dengan cara sintetis. Beberapa digunakan untuk melawan

bakteri Gram-negatif.

Orang alergi terhadap penisilin dapat menderita reaksi alergi lokal atau reaksi

seluruh tubuh yang dikenal sebagai anafilaksis. Penggunaan jangka panjang dari penisilin

mendorong munculnya bakteri resisten penisilin karena bakteri ini menghasilkan

penisilinase, enzim yang mengubah asam penisilin untuk penicilloic.

Antibiotik sefalosporin. Antibiotik sefalosporin termasuk cefazolin, cefoxitin, sefotaksim,

cefuroxime, dan moxalactam. Antibiotik pertama kali diproduksi oleh jamur

Cephalosporium. Mereka mencegah sintesis dinding sel bakteri, dan paling berguna

terhadap bakteri Gram-positif, antibiotik sefalosporin baru juga efektif terhadap bakteri

Gram-negatif. Sefalosporin sangat berguna melawan bakteri resisten penisilin dan sering

digunakan sebagai pengganti penisilin.

Antibiotik aminoglikosida. Antibiotik aminoglikosida menghambat sintesis protein

pada bakteri Gram-negatif. Anggota kelompok ini termasuk antibiotik gentamisin,

kanamisin, tobramycin, dan streptomisin. Awalnya terisolasi dari anggota bakteri genus

Streptomyces, para aminoglikosida sekarang diproduksi secara sintetis atau

semisynthetically. Streptomisin efektif terhadap bakteri TBC. Sayangnya, banyak

Page 27: Laporan Tutorial 2 2.2

aminoglikosida memiliki efek merusak pada telinga dan merusak pendengaran.

Antibiotik tetrasiklin. Antibiotik tetrasiklin adalah obat broadspectrum yang menghambat

pertumbuhan bakteri Gram-negatif, rickettsia, klamidia, dan bakteri Gram-positif tertentu.

Mereka melakukannya dengan menghambat sintesis protein. Dibandingkan dengan

antibiotik lainnya, tetrasiklin memiliki efek samping yang relatif ringan, tetapi mereka

dikenal untuk menghancurkan bakteri bermanfaat dalam tubuh. Juga, mereka mengganggu

dengan penumpukan kalsium dalam tubuh, sehingga mereka tidak harus digunakan pada

anak-anak yang sangat muda. Awalnya diisolasi dari anggota genus Streptomyces,

tetrasiklin termasuk antibiotik seperti minocycline, doxycycline, dan tetrasiklin.

Antibiotik antibakteri lainnya. Antibiotik eritromisin bisa digunakan sebagai

pengganti penisilin ketika penisilin kesensitivitas atau alergi penisilin ada. Eritromisin

berguna terhadap bakteri Gram-positif dan telah ditemukan efektif terhadap organisme

yang menyebabkan Legionnaires 'penyakit dan pneumonia mikoplasma. Hal ini

menghambat sintesis protein.

Tuberkulosis adalah penyakit sulit untuk mengobati karena agen etiologi adalah

sangat tahan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Lima obat saat ini berguna untuk

mengobati tuberkulosis: rifampisin, etambutol, streptomisin, asam para-Aminosalisilat, dan

isoniazid. Rifampisin juga digunakan untuk mengobati bakteri meningitis.

Bacitracin digunakan untuk pengobatan infeksi kulit karena bakteri Gram-positif.

Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel bakteri dan dapat digunakan secara internal,

tetapi dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

Vancomycin saat ini digunakan terhadap bakteri menampilkan resistensi terhadap

penisilin, sefalosporin, dan antibiotik lainnya. Vancomycin adalah antibiotik sangat mahal

dengan berbagai efek samping, dan digunakan hanya dalam situasi yang mengancam jiwa.

Ini mengganggu pembentukan dinding sel bakteri.

Kloramfenikol efektif terhadap berbagai bakteri termasuk bakteri Gram-positif dan

Gram-negatif, rickettsia, dan klamidia. Namun, ia memiliki efek samping yang serius

seperti anemia aplastik (sel darah tanpa hemoglobin), dan dapat menyebabkan sindrom

abu-abu (sejenis kolaps kardiovaskular) pada bayi. Oleh karena itu, digunakan untuk hanya

infeksi bakteri yang paling serius seperti demam tifoid dan meningitis.

Page 28: Laporan Tutorial 2 2.2

Obat sulfa seperti sulfametoksazol dan sulfisoxazole efektif terhadap bakteri Gram-

positif. Bakteri ini memproduksi asam folat, dan obat sulfa mengganggu produksi dengan

mengganti asam para-aminobenzoic (PABA) dalam molekul asam folat. Tindakan ini

menggambarkan bagaimana antibiotik dapat mengganggu jalur metabolisme pada bakteri.

Obat antijamur. Beberapa antibiotik antijamur yang tersedia untuk mengobati penyakit

menular saat ini. Salah satu contoh adalah griseofulvin, yang digunakan untuk melawan

jamur kurap dan kaki atlet. Contoh lain adalah nistatin, clotrimazole, ketoconazole, dan

miconazole, yang semuanya digunakan untuk melawan infeksi vagina karena Candida

albicans. Untuk infeksi jamur sistemik, antibiotik amfoterisin B tersedia, meskipun

memiliki efek samping yang serius.

Obat antivirus. Obat antivirus tidak tersedia secara luas karena virus memiliki

beberapa fungsi atau struktur dengan mana obat dapat mengganggu. Namun demikian,

obat-obatan tertentu yang tersedia untuk mengganggu replikasi virus. Salah satu contoh

adalah azidothymidine (AZT), yang digunakan untuk mengganggu replikasi human

immunodeficiency virus. Contoh lain adalah asiklovir, yang digunakan untuk melawan

virus herpes dan virus cacar, gansiklovir, yang digunakan untuk melawan cytomega-

lovirus, amantadine, yang diresepkan terhadap virus influenza, dan interferon, yang telah

digunakan terhadap virus rabies dan virus kanker tertentu.

Obat antiprotozoal. Banyak antibiotik digunakan untuk melawan bakteri, misalnya,

tetrasiklin, juga berguna terhadap protozoa. Di antara obat yang digunakan secara luas

sebagai agen antiprotozoal adalah metronidazol (), yang digunakan untuk melawan

Trichomonas vaginalis, kina, yang digunakan untuk melawan malaria, dan pentamidin

isetionat, yang berharga terhadap Pneumocystis carinii. Resistensi obat. Selama dekade

terakhir, yang resistan terhadap obat telah dikembangkan pada bakteri. Strain ini mungkin

ada pada populasi mikroba, tetapi mekanisme resistensi mereka tidak diperlukan karena

organisme tidak berhadapan dengan antibiotik. Dengan penggunaan antibiotik secara luas,

bakteri rentan meninggal off, dan bakteri resisten muncul. Mereka berkembang biak untuk

membentuk populasi mikroorganisme yang resistan terhadap obat.

Mikroorganisme dapat menunjukkan perlawanan mereka dalam berbagai cara.

Misalnya, mereka dapat melepaskan enzim (seperti penisilinase) untuk menonaktifkan

antibiotik sebelum antibiotik membunuh mikroorganisme, atau mereka dapat berhenti

memproduksi struktur yang peka terhadap obat atau memodifikasi struktur sehingga tidak

Page 29: Laporan Tutorial 2 2.2

lagi sensitif terhadap obat, atau mereka dapat mengubah struktur membran plasma sehingga

antibiotik tidak dapat lolos ke sitoplasma.

Korelasi positif antara jumlah Streptococcus mutans ( S. mutans ) dalam plak gigi

dan prevalensi karies gigi . Akibatnya, mikroorganisme ini telah menjadi target utama

untuk pencegahan karies gigi . Propolis menjadi substansi yang dibuat oleh lebah madu ,

adalah agen antibakteri yang kuat .

Bahan kimia utama yang ada dalam propolis adalah kelas flavonoid . Flavonoid

adalah senyawa tanaman terkenal yang memiliki properti antibakteri . Karena S. mutans

diterima menjadi salah satu mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk karies gigi dan

flavonoid dalam propolis adalah antibakteri , tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengevaluasi secara in vitro aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap S.

mutans sebagai langkah pertama dalam kemungkinan penggunaan sebagai agen anti-karies

alternatif.

Flavonoid ekstrak dimurnikan dari ekstrak etanol propolis yang diperoleh dari

Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan menggunakan kromatografi lapis tipis .

Pemurnian flavonoid adalah dilakukan - oleh UVradiation di λmax 254 nm dan 366 nm

λmax dan pengobatan dengan amonia . Flavonoid ekstrak diencerkan dengan aquadest

sampai 0,05 % , 0,075 % , 0,1 % , 0,25 % , 0,5 % , konsentrasi 0,75% .

Aquadest dan 10 % povidone iodine juga digunakan sebagai solusi kontrol. S

mutans ditumbuhkan dalam medium glukosa nutrisi agar dan diinkubasi dengan flavonoid

selama 24 dan 48 jam , pada suhu 37 ° C. Aktivitas antibakteri tercermin oleh diameter

zona inhibisi sekitar silinder stainless steel . Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA

dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf signifikansi 5 % . Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa setelah diinkubasi selama 24 dan 48 jam , semua konsentrasi

flavonoid secara signifikan ( p < 0,05 ) menghambat pertumbuhan S mutans . 0,1 %

flavonoid merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan S

mutans setelah 24 jam inkubasi dan 0,5 % flavonoid setelah 48 jam dari inkubator .

8. Mahasiswa mampu menyebutkan upaya pencegahan infeksi bakteri Gram negatif

Untuk mengatasi berbagai aktifi tas bakteri yang dapat merugikan, perlu di lakukan

tindakan yang tepat. Tindakah tersebut dapat berupa tindakan pencegahan (preventif)

Page 30: Laporan Tutorial 2 2.2

maupun tindakan pengobatan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi,

sterilisasi, dan pasteurisasi, dan pengawetan bahan makanan. 

Vaksinasi adalah pencegahan penyakit dengan pemberian vaksin, bakteri yang

sudah dilemahkan, sehingga tubuh menerima dapat terhadap bakteri penyebab

penyakit tertentu. Beberapa contoh vaksin untuk pencegahan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri adalah vaksin kolera untuk mencegah penyakit kolera,

vaksin tifus untuk mencegah penyakit tifus, vaksin BCG (Bacile Calmette-Guerin)

untuk mencegah penyakit TBC, vaksin DTP (Dipteria-Tetanus-Pertusis vaccines)

untuk mencegah penyakit difterie, pertusis (batuk rejan), dan tetanus), dan vaksin

TCD (Typus Chorela Disentry) untuk mencegah penyakit typus, kholera, dan

desentri.

Sterilisasi adalah pemusnahan bakteri misalnya dalam pengawetan makanan.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi steril (suci hama), metodenya disebut

aseptis. Sterilisasi dapat dilakukan melalui pemanasan dengan menggunakan udara

panas atau uap air panas bertekanan tinggi. Sterilisasi dengan udara panas

menggunakan oven dengan temperatur 170 OC – 180 OC. Cara ini digunakan untuk

mensterilisasikan peralatan di laboratorium. Sterilisasi dengan uap air

panas bertekanan tinggi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut autoklaf,

pada temperatur 115 – 134 OC. Autoklaf digunakan untuk sterilisasi bahan dan

peralatan.Sterilisasi pada umumnya digunakan pada industri makanan atau

minuman kaleng, penelitian bidang mikrobiologi, dan untuk memperoleh

biakan murni suatu jenis bakteri.

Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu 63 OC - 72 OC selama 15 - 30 menit.

Pasteurisasi dilakukan pada bahan makanan yang tidak tahan pemanasan dalam

suhu tinggi, misalnya susu. Sehingga untuk mematikan bakteri patogen

(Salmonella rasa dan aroma khas susu dapat dipertahankan. 

Page 31: Laporan Tutorial 2 2.2

KEPUSTAKAAN

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/cara-mencegah-mengatasi-bakteri-merugikan-

patogen.html#ixzz2iEbNRULX

Brooks,Geo.F,dkk.2005.MIKROBIOLOGIKEDOKTERAN.Jakarta:SalembaMedika.

abbott S: Klebsiella, Enterobacter, Citrobacter, Serratia, Plesiomonas and Other

Enterobacteriaceae. In:Manual of Clinical Microbiology, 8th ed. Murray PR et al (editors). ASM

Press, 2003.

BoppCA et al:Escherichia, Shigella, and Salmonella. In:Manual of Clinical Microbiologi, 8th ed.

Murray PR et al(editors). ASM Press, 2003.

Dupont HL: Shigella species (bacillary desentry). In:Mandell, Douglas, and Bennetts’s

Principles and Practice of Infectious disease, 5th ed.Mandel GL, Bennett JE, Dorlin R (editors).

Churchill Livingstone, 2000.

Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2002. Microbiology. 5th Ed. Boston: McGraw-Hill.

Levinson, W.E, and Jaetz, E. 1994. Medical Microbiology and Immunology. Appleton and

Lange, USA.

Jawetz, Melnick & Adelbergh’s: Mikrobiologi Kedokteran”. Buku I, Edisi I, Alih bahasa: Bagian

Mikrobiologi, FKU Unair, Salemba Medika, Jakarta. Buwono, I.D., 1993