#laporan pendahuluan ge

72
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE (GASTROENTRITIS) PADA ANAK A. DEFINISI Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004). Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali,

Upload: ni-putu-dian-yuniantari

Post on 21-Jul-2016

346 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: #Laporan Pendahuluan GE

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE (GASTROENTRITIS) PADA ANAK

A. DEFINISI

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak

atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.

Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja

>10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10

g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu

penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek

sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,

yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau

tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama

pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode

diare berat (Simatupang, 2004).

Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja

yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare

bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur

lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali (Simatupang, 2004.)

Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam

usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare

setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara

berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat

melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis)

atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut

dan kronis (Wong, 2009).

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal

yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau

Page 2: #Laporan Pendahuluan GE

tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada

lambung atau usus

B. ETIOLOGI

Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari

sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,

salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,

stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-

bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang

pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan

saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur

terutama canalida.

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:

a) Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan

mineral.

b) Kurang kalori protein.

1) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar,

tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan

infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang dikelompokan sebagai

berikut: (Lebenthal, 1989; Daldiyono, 1990; Dep Kes RI, 1999; Yatsuyanagi, 2002)

a. Infeksi :

1) Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus

Cereus, Clostridium perfringens, Staphilococ

Usaurfus,Camfylobacter, Aeromonas)

Page 3: #Laporan Pendahuluan GE

2) Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)

3) Parasit

- Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium

Coli, Crypto Sparidium)

- Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis

Huminis)

- Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens

b. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.

c. Alergi: alergi makanan

d. Keracunan :

1)    Keracunan bahan-bahan kimia

2)    Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :

- Jazad renik, Algae

- Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran

e. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll

f. Sebab-sebab lain: Faktor lingkungan dan perilaku, Psikologi: rasa takut

dan cemas

C. EPIDEMOLOGI

Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak

pertahun dalam dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun

pertama kehidupan. Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000

mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/ 1000 penduduk, berarti

meningkat dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih

merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita.

D. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam

penyebab dari diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam

kelainan pokok yang berupa :

Page 4: #Laporan Pendahuluan GE

1. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)

Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat

menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga

cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu yang

terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung empedu.

Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di

jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon.

Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada

permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang

peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon

saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa.

usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan

glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga. dapat menyebabkan

terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma Zollinger Ellison atau pada

Jejunitis.

2. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea)

Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus

makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan. berada

dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga. waktu sentuhan yang adekuat

antara khim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi

yang normal. Permukaan mukosa usus halus kemampuannya berfungsi sangat

kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih dapat hidup setelah

reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat. Motilitas usus

merupakan faktor yang berperanan penting dalam ketahanan local mukosa

usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro organisme

berkembang biak secara berlebihan (tumbuh lampau atau overgrowth) yang

kemudian dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan

absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare. Hipermotilitas dapat terjadi

karena rangsangan hormon prostaglandin, gastrin, pankreosimin; dalam hal ini

Page 5: #Laporan Pendahuluan GE

dapat memberikan efek langsung sebagai diare. Selain itu hipermotilitas juga

dapat terjadi karena pengaruh enterotoksin staphilococcus maupun kholera

atau karena ulkus mikro yang invasif o1eh Shigella atau Salmonella.Selain

uraian di atas haruslah diingat bahwa hubungan antara aktivitas otot polos

usus,gerakan isi lumen usus dan absorpsi mukosa usus merupakan suatu

mekanisme yang sangat kompleks.

3. Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus).

Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi

kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya

malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan

kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal, sehingga akan dapat

menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat arang pada umumnya

sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim laktase.

Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna mengalami

hidrolisis dan kurang di absorpsi oleh usus halus. Kemudian bakteri-bakteri

dalam usus besar memecah laktosa menjadi monosakharida dan fermentasi

seterusnya menjadi gugusan asam organik dengan rantai atom karbon yang

lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekul-molekul inilah yang

secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga terjadi diare.

Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang lebih luas sebagai

defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase, isomaltase dan trehalase)

dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus halus. Hal tersebut dapat

terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada brush border epitel mukosa

usus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak dapat menyebabkan tingginya

tekanan osmotik dalam lumen usus karena asam ini tidak larut dalam air.

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

Page 6: #Laporan Pendahuluan GE

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan

ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya

diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga

timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri

timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup

ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme

tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin

tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan

(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme

lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,

terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk

metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan

oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari

cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada

anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya

gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan

absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah

menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

Page 7: #Laporan Pendahuluan GE

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan

oleh:

- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah

yang bertambah hebat.

- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu

yang encer ini diberikan terlalu lama.

- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan

baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,

akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah

berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila

tidak segera diatasi klien akan meninggal.

Page 8: #Laporan Pendahuluan GE

PATHWAY

Infeksi

Berkembang di usus

Isi Usus

Makanan

Toksik tak dapat diserap

Hiperperistaltik

Penyerapan makanan diusus menurun

Hipersekresi air & elektrolit

Ansietas

Malabsorbsi KH, lemak, protein

Peningkatan tekanan osmotik

Psikologi

Frekuensi BABmeningkat

Pergeseran air dan elektrolit ke usus

Hilang cairan & elekltrolit berlebih

Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit

Dehidrasi

Kekurangan Volume Cairan

Kerusakan integritas Kulit

DIARE

Distensi Abdomen

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Mual muntah

Nafsu makan menurun

Overhidrasi

Kelebihan Volume Cairan

Hipertermi

Syok Hipovolemik

Intoleransi Aktifitas

Suplai Oksigen seluruh tubuh

HB menurun

Hospitalsasi, Tindakan

IvasifTakut

Kurang Pengetahuan

Page 9: #Laporan Pendahuluan GE

E. KLASIFIKASI

1. Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :

a. Lama waktu diare

1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.

Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global

Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang

cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung

kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit

kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika

dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).

2) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

b. Mekanisme patofisiologik

1) Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.

2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.

3) Malabsorbsi asam empedu.

4) Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di

enterosit.

5) Motilitas dan waktu transport usus abnormal.

6)   Gangguan permeabilitas usus.

7)   Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.

8)   Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.

c. Penyakit infektif atau non-infektif.

d. Penyakit organik atau fungsional

2. Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.

c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

d. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang, 2004).

3. Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi

Page 10: #Laporan Pendahuluan GE

a. Akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4

minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab

infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen.

10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi

lain.

b. Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut,

penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi

seperti allergi dan lain-lain.

4. Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa

berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare

dapat dibagi menjadi :

a. Diare tanpa dehidrasi

Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena

frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda

dehidrasi.

b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)

Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-

kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan

menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau

takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)

Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang

kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun

besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan

mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian

kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan

pucat.

d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)

Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh

dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan

Page 11: #Laporan Pendahuluan GE

pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak

ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung,

tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai

apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat

memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Secara Umum Manifestasi klinis diare yaitu

a. Sering buang air besar

dengan konsistensi tinja

cair atau encer

b. Kram perut

c. Demam

d. Mual

e. Muntah

f. Kembung

g. Anoreksia

h. Lemah

i. Pucat

j. Urin output menurun

(oliguria, anuria)

k. Turgor kulit menurun

sampai jelek

l. Ubun-ubun / fontanela

cekung

m. Kelopak mata cekung

n. Membran mukosa kering

Jika Pada Anak – Anak Manifestasi klinis diare yaitu :

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,

nafsu makan berkurang.

2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang

disertai wial dan wiata.

3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih

asam akibat banyaknya asam laktat.

5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan

disertai penurunan berat badan.

Page 12: #Laporan Pendahuluan GE

6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,

denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,

samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan

cepat dan dalam. (Kusmaul).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai

berikut :

1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap

diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal.

Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan

adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting

sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan

M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin

C difficle harus diperiksa.

2. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi

enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses

24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus

dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore

atau diare tanpa malabsorbsi lemak.

3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses

>300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr

mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan

proses malabsorbstif.

4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu

steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak

orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False

negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk

mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir.

Page 13: #Laporan Pendahuluan GE

Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa

intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.

5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare

osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus

diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses

adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K)

dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur,

metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk

anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon

kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi

yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam

sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan

normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori.

Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.

6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya

Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora

yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.

7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang

meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan

mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.

Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan

abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam

lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi

lemak pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi

limfatik postmukosa. Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun

tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah

mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau

obstruksi limfatik.

8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat

diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome),

Page 14: #Laporan Pendahuluan GE

calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda

urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).

9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi

feses dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif

feses terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses

lainnya. Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic

seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.

Pemeriksaan Penunjang Lain

1. Biopsi Usus Halus

Biopsi usus halus diindikasikan pada (a) pasien dengan diare yang tidak dapat

dijelaskan atau steatore,(b) anemia defisiensi Fe yang tidak dapat dijelaskan

yang mungkin menggambarkan absorbsi Fe yang buruk pada celiac spure dan

(c) Osteoporosis idiopatik yang menggambarkan defisiensi terisolasi terhadap

absorbs kalsium.

2. Enteroskopi Usus Halus

Memerlukan keterampilan khusus yang dapat membantu menidentifikasi lesi

pada usus halus.

3. Protosigmoidoskopi dengan Biopsi Mukosa

Pemeriksaan ini dapat membantu dalam mendeteksi IBD termasuk colitus

mikroskopik, melanosis coli dan indikasi penggunaan kronis anthraguinone

laksatif.

4. Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus

Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala

sesuatu ayng terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan flouroskopi

dalam memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat

menjelaskan dalam 6 jam pemeriksaan dengan interval 30 menit. Tube

dimasukkan ke usus halus melewati ligamentum treitz, kemudian diijeksikan

suspensi barium melalui tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil selulosa

diinjeksikan.

5. Imaging

Page 15: #Laporan Pendahuluan GE

Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging jika

diindikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal dapat

mengkonfirmasi pankreatitis kronis. Studi Seri Gastrointestinal aatas atau

enterokolosis dapat membantu dalam mengevaluasi Chron’s disease,

Limfoma atau sindroma carcinoid. Kolososkopi dapat membantu

mengevaluasi IBD. Endoskopi dengan biopsy usus halus berguna dalam

mendiagnosa dugaan malabsorbsi akibat penyakit pada mukosa. Endoskopi

dengan aspirasi duodenum dan biopsy usus halus berguna pada pasien AIDS,

Cryptosporidium, Mccrosporida, Infeksi M Avium Intraseluler. CT

Abdpminal dapat menolong dalam mendeteksi pankreatitis kronis atau

endokrin pancreas.

6. Beberapa Tes Untuk Malabsorbsi (Daldiyono, 1990 cit Sutadi, 2003)

a. Tes Untuk Menilai Abnormalitas Mukosa

1) The d-xylose absorption test: Absorbsi xylose tidak lengkap

dimetabolisme di usus halus bagian proksimal, Abnormalitas ini

ditandai jika eksresi pada ginjal rendah kurang dari 4 gram urine

setelah pemberian 25 gr dosis oral. False positif terjadi pada renal

insufisiensi, hipertensi portal dan penggunaan NSAID.

2) Breath Hidrogen Test : Hidrogen dihasilkan dari fermentasi bakteri

dari karbohidrat, dimana akan meningkat pada pertumbuhan bakteri

dan intolerans laktosa. Hidrogen Breath Test akan mencapai pucaknya

2 jam setelah pertumbuhan bakteri dan 3-6 jam pada pasien dengan

defisiensi lactase atau insufisiensi pancreas. Membedakan defisiensi

lactase dan insufisiensi pancreas, pemberian enzim pancreas akan

menurunkan Breath hydrogen.

b. Test Menilai Fungsi pancreas

1) Schiling test : Protease pancreas dari ikatan R-protein diperlukan untuk

pembelahan B12 sebelum bergabung dengan factor intrinsic dimana

pada insufisiensi pancreas berat kan menurunkan absorbsi B12. Label

yang digunakan adalah Cobalamin (CO) dengan isotop yang berbeda.

Page 16: #Laporan Pendahuluan GE

CO ini mengikat R protein dan factor intrinsic. Pada insufisiensi

pancreas CO tidak diabsorbsi.

2) Test Stimulasi Pankreas : Pankreas dapat distimulasi dengan CCK

intravena atau sekretin atau makanan yang mengandung lemak,protein

dan karbohidrat. Cairan pancreas diaspirasi melalui kateter dari

duodenum sebagai bikarbonat atau enzim pancreas spesifik. Tidak

adanya peningkatan bikarbonat atau enzim pancreas setelah distimulasi

menunjukkan insufisiensi pancreas.

c. Test Menilai Pertumbuhan Bakreri

Kultur bakteri kuantitatif : Dilakukan intubasi pada duodenum atau

jejunum proksimal kemudian diinjeksikan NaCl steril kedalam lumen dan

kemudian ddiaspirasi. Terdapatnya >105 bakteri/ml menunjukkan

pertumbuhan bakteri.

H. Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah

LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan

Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya

cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat

diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS Diare

(Lima Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:

1. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah

tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia

berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit

saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas

yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan

cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.

Page 17: #Laporan Pendahuluan GE

Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan

untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :

a. Diare tanpa dehidrasi

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :

1) Keadaan Umum : baik

2) Mata : Normal

3) Rasa haus : Normal, minum biasa

4) Turgor kulit : kembali cepat

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :

1) Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

2) Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

3) Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini

atau lebih:

1) Keadaan Umum       : Gelisah, rewel

2) Mata                           : Cekung

3) Rasa haus                : Haus, ingin minum banyak

4) Turgor kulit                : Kembali lambat

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.

c. Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

1) Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

2) Mata : Cekung

3) Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum

4) Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Page 18: #Laporan Pendahuluan GE

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas untuk di infus.

2. Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana

ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi

epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat

keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume

tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.

(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai

efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study

menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %

(Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare

harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

1) Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari

2) Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc:

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut

berikan pada anak diare.

3. Pemberian ASI / Makanan :

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di

beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari

Page 19: #Laporan Pendahuluan GE

biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan

makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan

sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian

makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan.

4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare

pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada

penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek

kolera.

Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita

diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan

kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun

meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek

samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa

digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

5. Pemberian Nasehat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat

tentang :

a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

1) Diare lebih sering

2) Muntah berulang

3) Sangat haus

4) Makan/minum sedikit

5) Timbul demam

6) Tinja berdarah

7) Tidak membaik dalam 3 hari.

I. KOMPLIKASI

Page 20: #Laporan Pendahuluan GE

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,

terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera

kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang

cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia

dan asidosis metabolik.(Hendarwanto, 1996; Ciesla et al, 2003)

Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak RSUD

Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:

Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic

Syok

Kejang

Sepsis

Gagal Ginjal Akut

Ileus Paralitik

Malnutrisi

Gangguan tumbuh kembang

J. PENCEGAHAN

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan

adalah:

1. Perilaku Sehat

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan

tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap

secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga

pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang

dibutuhkan selama masa ini.

ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula

atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat

terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan

atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak

Page 21: #Laporan Pendahuluan GE

dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare.

Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI

Eksklusif).

Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah

6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil

ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya

antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan

perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI

secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare

daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal

usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol

untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat

mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

b. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap

mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian

makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan,

apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping

ASI, yaitu:

1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat

teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak

berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).

Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak

dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.

2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-

bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,

kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam

makanannya.

Page 22: #Laporan Pendahuluan GE

3) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi

anak dengan sendok yang bersih.

4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang

dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral

kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui

makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-

jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci

dengan air tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih

mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan

masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi

mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Ambil air dari sumber air yang bersih

2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan

gayung khusus untuk mengambil air.

3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-

anak

4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

5) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang

bersih dan cukup.

d. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan

dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan

Page 23: #Laporan Pendahuluan GE

sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan

angka kejadian diare sebesar 47%).

e. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap

penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.

f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini

tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-

anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di

jangkau olehnya.

3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di

dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan

dengan sabun.

g. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah

agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering

disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah

diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi

berumur 9 bulan.

2. Penyehatan Lingkungan

a. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air

antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit

mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik

Page 24: #Laporan Pendahuluan GE

secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air

bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu

perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.

b. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya

vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah

dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan

estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak

dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk

mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan,

sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat

penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan

pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan

pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola

sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana

pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan

bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk

dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit

seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada

saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan,

agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang

tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

Page 25: #Laporan Pendahuluan GE

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

DIARE PADA ANAK

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama

kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.

Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini

membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih

besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.

Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enteric

menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga

berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

2. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x, muntah, diare,  kembung, demam.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.

Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari

(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare

kronis).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid

jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),

alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,

porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.

kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan

makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci

tangan.

Page 26: #Laporan Pendahuluan GE

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,

lingkungan tempat tinggal.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan

mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak

umur 1 tahun lebih

d. Mata : cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic

meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum

normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit

atau kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis

metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun

pada diare sedang .

h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu

meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary

refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24

jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress

yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan

invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian

menerima.

Page 27: #Laporan Pendahuluan GE

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare b.d factor psikologis  (tingkat stress dan   cemas tinggi), faktor 

situasional ( keracunan, penyalahgunaan laksatif,  pemberian makanan

melalui selang efek samping obat, kontaminasi, traveling), factor fisiologis

(inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi, iritas, parasit)

2. Hipertermi b.d peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi,   medikasi

3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif, kegagalan

dalam mekanisme pengaturan.

4. PK : Syok hipovolemik b.d dehidrasi

5. Ansietas orang tua b.d proses penyakit anaknya

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA  KEP NOC / TUJUAN NIC / INTERVENSI

1. Diare b.d faktor

psikologis (stress,

cemas), faktor

situasional (kera-

cunan, kontaminasi,

pem-berian makanan

melalui selang,

penyalahgunaan

laksatif, efek samping

obat, travelling,

malabsorbsi, proses

infeksi, parasit,

iritasi)

Batasan karakteristik:

Setelah dilakukan

tindakan perawatan

selama … X 24 jam

pasien tidak me-ngalami

diare / diare berkurang,

dengan criteria :

Bowel Elemination

(0501)

Frekuensi bab normal

< 3 kali / hari

Konsistensi feses

normal (lunak dan

berbentuk)

Gerakan usus tidak

me-ningkat (terjadi

Manajemen Diare (0460)

Identifikasi faktor yang

mungkin me-nyebabkan

diare (bakteri, obat,

makanan, selang makanan,

dll )

Evaluasi efek samping

obat

Ajari pasien menggunakan

obat diare dengan tepat

(smekta diberikan  1-2 jam

setelah minum obat yang

lain)

Anjurkan pasien /

keluarga untuk men-catat

warna, volume, frekuensi,

Page 28: #Laporan Pendahuluan GE

Bab > 3 x/hari

Konsistensi

encer / cair

Suara usus

hiperaktif

Nyeri perut

Kram

tiap 10 -30 detik)

Warna feses normal

Tidak ada lendir, darah

Tidak ada nyeri

Tidak ada diare

Tidak ada  kram

Gambaran peristaltic

tidak tampak

Bau fese normal (tidak

amis, bau busuk)

bau, konsistensi feses.

Dorong klien makan

sedikit tapi sering (tambah

secara bertahap)

Anjurkan klien

menghindari makanan

yang berbumbu dan

menghasilkan gas.

Sarankan klien untuk

menghindari ma-kanan

yang banyak mengandung

laktosa.

Monitor tanda dan gejala

diare

Anjurkan klien untuk

menghubungi pe-tugas

setiap episode diare

Observasi turgor kulit

secara teratur

Monitor area kulit di

daerah perianal dari iritasi

dan ulserasi

Ukur diare / keluaran isi

usus

Timbang Berat Badan

secara teratur

Konsultasikan dokter jika

tanda dan gejala diare

menetap.

Kolaborasi dokter jika ada

Page 29: #Laporan Pendahuluan GE

peningkatan suara  usus

Kolaborasi dokter jika

tanda dan gejala diare

menetap.

Anjurkan diet rendah serat

Anjurkan untuk

menghindari laksatif

Ajari klien / keluarga

bagaimana meme-lihara 

catatan makanan

Ajari klien teknik

mengurangi stress

Monitor keamanan

preparat makanan

Manajemen Nutrisi

Hindari makanan yang 

membuat alergi

Hindari makanan yang

tidak bisa di-toleransi 

oleh klien

Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

kebutuhan kalori dan jenis

makanan yang dibutuhkan

Berikan makanan secara

selektif

Berikan buah segar

(pisang) atau jus buah

Berikan informasi tentang

Page 30: #Laporan Pendahuluan GE

kebutuhan nutrisi  yang

dibutuhkan kien dan ba-

gaimana  cara makannya

Bowel Incontinence Care

Tentukan faktor fisik atau

psikis yang menyebabkan

diare.

Terangkan penyebab

masalah dan alasan

dilakukan tindakan.

Diskusikan prosedur dan

hasil yang diharapkan

dengan klien / keluarga

Anjurkan klien / keluarga

untuk  mencatat keluaran

feses

Cuci area perianal dengan

sabun dan air dan

keringkan setiap setelah

habis bab

Gunakan  cream di area

perianal

Jaga tempat tidur selalu

bersih dan kering

 

Perawatan Perineal

Bersihkan secara teratur

dengan teknik aseptik

Jaga daerah perineum

Page 31: #Laporan Pendahuluan GE

selalu kering

Pertahankan klien pada

posisi yang nyaman

Berikan obat anti nyeri /

inflamasi dengan tepat

2. Hipertermi b.d

dehidrasi,

peningkatan

metabolik, inflamasi

usus

Batasan karakteristik:

Suhu tubuh >

normal

Kejang

Takikardi

Respirasi

meningkat

Diraba hangat

Kulit memerah

Setelah dilakukan

tindakan perawatan

selama … X 24 jam suhu

badan klien normal,

dengan criteria :

Termoregulasi (0800)

Suhu kulit normal

Suhu badan 35,9˚C- 

37,3˚C

Tidak ada sakit kepala

Tidak ada nyeri otot

Tidak ada perubahan

war-na kulit

Nadi, respirasi dalam

ba-tas normal

Hidrasi adekuat

Pasien menyatakan  

nya-man

Tidak menggigil

Tidak iritabel /

gragapan /   kejang

Pengaturan Panas

Monitor suhu sesuai

kebutuhan

Monitor  tekanan darah,

nadi dan respirasi

Monitor suhu dan warna

kulit

Monitor dan laporkan

tanda dan gejala 

hipertermi

Anjurkan intake cairan

dan nutrisi yang adekuat

6.    Ajarkan klien

bagaimana mencegah

panas yang    tinggi

Berikan obat antipiretik

Berikan obat  untuk

mencegah atau

mengontrol  menggigil

Pengobatan Panas (3740)

Monitor suhu sesuai

kebutuhan

Page 32: #Laporan Pendahuluan GE

Monitor IWL

Monitor suhu dan warna

kulit

Monitor tekanan darah,

nadi dan respirasi

Monitor derajat penurunan

kesadaran

Monitor kemampuan

aktivitas

Monitor leukosit,

hematokrit

Monitor intake dan output

Monitor adanya aritmia

jantung

Dorong peningkatan

intake cairan

Berikan cairan intravena

Tingkatkan sirkulasi udara

dengan kipas angin

Dorong atau lakukan oral

hygiene

Berikan obat antipiretik

untuk mencegah pasien

menggigil / kejang

Berikan obat antibiotic

untuk mengobati

penyebab demam

Berikan oksigen

Kompres dingin

diselangkangan, dahi dan

Page 33: #Laporan Pendahuluan GE

aksila bila suhu badan 

39˚C atau lebih

Kompres hangat

diselangkangan, dahi dan

aksila bila suhu badan  <

39˚C

Anjurkan klien untuk

tidak memakai selimut 

Anjurkan klien memakai  

baju berbahan dingin, tipis

dan menyerap keringat

Manajemen Lingkungan

Berikan ruangan sendiri

sesuai indikasi

Berikan tempat tidur dan

kain / linen yang bersih 

dan nyaman

Batasi pengunjung

Mengontrol Infeksi

(6540)

Anjurkan klien untuk

mencuci tangan sebelum

makan

Gunakan sabun untuk

mencuci tangan

Cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan 

Page 34: #Laporan Pendahuluan GE

kegiatan perawatan 

Ganti tempat infuse dan

bersihkan sesuai dengan 

SOP

Berikan perawatan kulit di

area yang odem

Dorong klien untuk cukup

istirahat

Lakukan pemasangan

infus dengan teknik

aseptik    

Anjurkan koien minum

antibiotik sesuai advis

dokter                       

 3. Kekurangan volume

ca-iran b.d  intake

kurang, kehilangan

volume cairan aktif,

kegagalan dalam

mekanisme

pengaturan

Batasan karakteristik:

Kelemahan

Haus

-          Penurunan

turgor    kulit

Membran mucus /

kulit kering

Nadi meningkat,

Setelah dilakukan

tindakan perawatan

selama … X 24  jam

kebutuhan  cairan dan

elektrolit adekuat, dengan

kriteria :

Hidrasi

Hidrasi kulit adekuat

Tekanan darah dalam

ba-tas normal

Nadi teraba

Membran mukosa

lembab

Turgor kulit normal

Berat badan stabil dan

Monitor Cairan

Tentukan riwayat jenis

dan banyaknya intake

cairan dan kebiasaan

eleminasi

Tentukan faktor resiko

yang menyebabkan

ketidakseimbangan cairan

(hipertermi, diu-retik,

kelainan ginjal, muntah,

poliuri, diare, diaporesis,

terpapar panas, infeksi)

Menimbang BB secara

teratur

Monitor vital sign

Monitor intake dan output

Page 35: #Laporan Pendahuluan GE

te-kanan darah 

menu-run,

tekanan nadi

menurun

Penurunan

pengisian kapiler

Perubahan status

mental

Penurunan urin

out-put

Peningkatan

konsen-trasi urin

Peningkatan suhu

tubuh

Hematokrit

mening-kat

Kehilangan berat

ba-dan mendadak.

dalam batas normal

Kelopak mata tidak

ce-kung

Fontanela tidak

cekung

Urin output normal

Tidak demam

Tidak ada rasa haus

yang sangat

Tidak ada napas

pendek  / kusmaul

Balance Cairan

Tekanan darah normal

Nadi perifer teraba

Tidak terjadi ortostatik

hypotension

Intake-output

seimbang dalam 24

jam

Serum, elektrolit

dalam  batas normal.

Hmt dalam batas

normal

Tidak ada suara napas 

tambahan

BB stabil

Tidak ada asites,

edema perifer

Tidak ada distensi

Periksa serum, elektrolit

dan membatasi  cairan bila

diperlukan

Jaga keakuratan catatan

intake dan output

Monitor membrane

mukosa, turgor kulit dan 

rasa  haus

Monitor warna dan jumlah

urin

Monitor distensi vena

leher, krakles,  odem

perifer dan peningkatan

berat badan.

Monitor akses intravena

Monitor tanda dan gejala

asites

Catat adanya vertigo

Pertahankan aliran infuse

sesua advis dokter

Manajemen Cairan

Timbang berat badan dan

monitor ke-

cenderungannya.

Timbang popok

Pertahankan keakuratan

catatan intake dan output

Pasang kateter bila perlu

Monitor status hidrasi

Page 36: #Laporan Pendahuluan GE

vena leher

Mata tidak cekung

Tidak bingung

Rasa haus tidak

berlebih-an

Membrane mukosa

lem-bab

Hidrasi kulit adekuat

(kelembaban membrane

mukosa, denyut nadi,

tekanan darah)

Monitor vital sign

Monitor tanda-tanda

overhidrasi / ke-lebihan

cairan (krakles, edema

perifer, distensi vena

leher, asites, edema

pulmo)

Berikan cairan intravena

Monitor status nutrisi

Berikan intake oral selama

24 jam

Berikan cairan dengan

selang (NGT) bila  perlu

Monitor respon pasien

terhadap terapi elektrolit

Kolaborasi dokter jika ada

tanda dan gejala kelebihan

cairan

Manajemen Hipovolemia

Monitor status cairan 

intake dan output

Pertahankan patensi akses

intravena

Monitor Hb dan Hct

Monitor kehilangan cairan

Page 37: #Laporan Pendahuluan GE

(muntah dan  diare)

Monitor tanda vital

Monitor respon pasien

terhadap perubahan cairan

Berikan cairan isotonic  / 

kristaloid (Na-Cl, RL,

Asering) untuk rehidrasi

eks-traseluler

Monitor tempat tusukan

intravena dari tanda

infiltrasi atau infeksi

Monitor  IWL (misalnya :

diaporesis)

Anjurkan klien untuk

menghindari meng-ubah 

posisi dengan cepat, dari

tidur ke duduk atau berdiri

Monitor berat badan

secara teratur

Monitor tanda-tanda 

dehidrasi ( turgor kulit

menurun, pengisian

kapiler lambat, membrane

mukosa kering, urin

output menurun, hipotensi,

rasa haus meningkat, nadi

lemah.

Dorong intake oral

(distribusikan cairan

selama  24 jam dan beri

Page 38: #Laporan Pendahuluan GE

cairan diantara waktu

makan)

Pertahankan aliran infus

Posisi pasien

Trendelenburg / kaki

elevasi lebih tinggi dari

kepala ketika hipotensi

jika perlu

Monitoring Elektrolit

Monitor elektrolit serum

Kolaborasi dokter jika ada

ketidakseimbangan

elektrolit

Monitor tanda dan gejala

ketidakseimbangan

elektrolit (kejang, kram

perut, tremor, mual dan

muntah, letargi, cemas,

bingung, disorientasi,

kram otot, nyeri tulang,

depresi pernapasan,

gangguan irama jantung, 

penurunan kesadaran :  

apatis, coma)

Manajemen Elektrolit

Pertahankan cairan infuse

yang me-ngandung

Page 39: #Laporan Pendahuluan GE

elektrolit

Monitor kehilangan

elektrolit lewat suction

nasogastrik, diare,

diaporesis

Bilas NGT dengan normal

salin

Berikan diet makanan

yang kaya kalium

Berikan lingkungan yang

aman bagi klien yang

mengalami gangguan

neurologis atau

neuromuskuler

Ajari klien dan keluarga

tentang tipe, penyebab,

dan pengobatan ketidakse-

imbangan elektrolit

Kolaborasi dokter bila

tanda dan gejala

ketidakseimbangan

elektrolit menetap.

Monitor respon klien

terhadap terapi elektrolit

Monitor efek samping

pemberian suplemen

elektrolit.

Kolaborasi dokter

pemberian obat yang 

mengandung elektrolit

Page 40: #Laporan Pendahuluan GE

(aldakton, kalsium

glukonas, KCl).

Berikan suplemen

elektrolit baik lewat oral, 

NGT, atau infus sesuai

advis dokter

4. PK: Syok

hipovolemia b.d

dehidrasi

Setelah dilakukan tindak-

an / penanganan   selama

1 jam   diharapkan klien

mempunyai perfusi yang

adekuat, dengan criteria :

Kriteria hasil :

Amplitudo nadi

perifer  meningkat

Pengisian kapiler

singkat (< 2 detik)

Tekanan darah dalam

rentang normal

CVP > atau = 5 cm

H2O

Frekuensi jantung

teratur

Berorientasi terhadap

waktu, tempat, dan

orang

Keluaran urin > atau =

30 ml/jam

Kaji dan catat status

perfusi perifer. Laporkan

temuan bermakna :

ekstremitas dingin dan

pucat, penurunan

amplitude nadi, pengisian

kapiler lambat.

Pantau tekanan darah pada

interval sering ; waspadai

pada pembacaan lebih dari

20 mmHg di bawah

rentang normal klien atau

indicator lain dari

hipotensi : pusing,

perubahan mental,

keluaran urin menurun.

Bila hipotensi terjadi,

tempatkan klien pada

posisi telentang untuk

meningkatkan aliran balik

vena. Ingat bahwa tekanan

darah > atau = 80/60

mmHg untuk perfusi

Page 41: #Laporan Pendahuluan GE

Akral hangat

Nadi teraba

Membran mukosa

lembab

Turgor kulit normal

Berat badan stabil dan

dalam batas normal

Kelopak mata tidak

cekung

Tidak demam

Tidak ada rasa haus

yang sangat

Tidak ada napas pen-

dek /kusmaul

koroner dan arteri ginjal

yang adekuat.

Pantau CVp (bila jalur

dipasang) untuk

menentukan keadekuatan

aliran balik vena dan

volume darah; 5-10  cm

H2O biasanya dianggap

rentang yang adekuat.

Nilai mendekati 0

menunjukkan

hipovolemia, khususnya

bila terkait dengan

keluaran urin menurun,

vasokonstriksi, dan

peningkatan frekuensi

jantung yang ditemukan

pada hipovolemia.

Observasi terhadap

indicator perfusi serebral

menurun : gelisah,

konfusi, penurunan tingkat

kesadaran. Bila indicator

positif terjadi, lindungi

klien dari cidera dengan

meninggikan pengaman

tempat tidur dan

menempatkan tempat tidur

pada posisi paling rendah.

Reorientasikan klien

Page 42: #Laporan Pendahuluan GE

sesuai indikasi.

Pantau terhadap indicator

perfusi arteri koroner

menurun : nyeri dada,

frekuensi jantung tidak

teratur.

Pantau hasil laboratorium

terhadap BUN (>20

mg/dl) dan kreatinin (>1,5

mg/dl) meninggi ;

laporkan peningkatan.

Pantau nilai elektrolit

terhadap bukti ketidak

seimbangan , terutama

Natrium (>147 mEq/L)

dan Kalium (>5 mEq/L).

Waspadai tanda

hiperkalemia : kelemahan

otot, hiporefleksia,

frekuensi jantung tidak

teratur. Juga pantau tanda

hipernatremia, retensi

cairan dan edema.

Berikan cairan sesuai

program untuk

meningkatkan volume

vaskuler. Jenis dan jumlah

cairan tergantung pada

jenis syok dan situasi

Page 43: #Laporan Pendahuluan GE

klinis klien : RL, Asering

Siapkan untuk

pemindahan klien ke

ICU/PICU

Page 44: #Laporan Pendahuluan GE

5 Takut b.d tindakan

inva-sif, hospitalisasi,

penga-laman

lingkungan yang

kurang bersahabat.

Batasan karakteristik:

Panik

Teror

Perilaku

menghindar   atau

menyerang

Impulsif

Nadi,  respirasi, 

TD sistolik

meningkat

Anoreksia

Mual, muntah

Pucat

Stimulus sebagai

an-caman

Lelah

Otot tegang

Keringat

meningkat

Gempar

Ketegangan

mening-kat

Menyatakan takut

Menangis

Protes

Setelah dilakukan tindak-

an keperawatan selama …

X 24 jam rasa takut klien

berkurang, dengan

criteria:

Fear control:

Klien tidak menyerang

atau menghindari

sumber yang

menakutkan

Klien menggunakan

tek-nik relaksasi untuk

me-ngurangi takut

Klien mampu

mengontrol respon

takut

Klien tidak melarikan 

diri

Durasi takut menurun

Klien kooperatif saat

di-lakukan perawatan

dan pengobatan

Anxiety control

Tidur pasien adekuat

Tidak ada manifestasi

fisik

Tidak ada manifestasi

perilaku

Klien mau berinteraksi

Coping enhancement 

Kaji respon takut pasien :

data objektif dan subyektif

Jelaskan klien / keluarga

tentang proses penyakit

Terangkan klien  /

keluarga tentang semua

pemeriksaan dan

pengobatan

Sampaikan sikap empati

(diam, memberikan sen-

tuhan, mengijinkan mena-

ngis, berbicara dll)

Dorong orang tua untuk

selalu menemani anak

Berikan pilihan yang

realistis tentang aspek

perawatan

Dorong klien untuk

melakukan aktifitas sosial

dan komunitas

Dorong penggunaan

sumber spiritual

 Anxiety Reduction

Jelaskan semua prosedur

termasuk perasaan yang

mungkin dialami selama

menjalani prosedur

Berikan objek yang

memberikan rasa aman

Page 45: #Laporan Pendahuluan GE

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.

New Jersey: Upper Saddle River

Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Anonim.2013. Laporan Pendahuluan Diare.( dalam;

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporan-pendahuluan-

diare.html#.Uy_HLldaQdU). Diakses tanggal 23 Maret 2014 Pukul

19.00 Wita.