laporan pendahuluan ge

Upload: yunitakhoirotussalamah

Post on 17-Oct-2015

256 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gastroentritis

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS AKUT

(Di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan)

Oleh:YUNITA KHOIROTUS SALAMAHNIM. 011211223009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA2013

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGastroenteritis (diare) sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun.Menurut data United Nations Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diareDi Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.Sementara itu, menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur, selama tiga tahun berturut-turut diare mendapat top skor kasus terbanyak di rumah sakit di Jawa Timur. Dalam data tahun 2008-2010 tersebut dirincikan penderita diare sebanyak 33,06% (2008) dari total kasus penyakit yang tercatat, 21,58% pada 2009 dan 19,76% di 2010. Sedangkan di data Puskesmas di Jatim 2011 Jatim, hingga November ini diare telah menempati urutan ke 2 dengan prosentase 22,27%. Terbanyak kasus influensa dengan prosentase 47,80%. Dari studi kasus selama tahun 2007-2010 di Dinkes Jatim, banyaknya peningkatan kasus diare pada bulan Mei, November dan Desember. Biasanya dimulai bulan Desember saat awal musim hujan. Puncak kasus terjadi pada pertengahan bulan Januari.Program pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan Diare mencakup upaya promotif, preventiv, kuratif dan rehabilitatif dengan alasan penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian dan asuhan kebidanan pada anak dengan gastroenteritis akut.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumMahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada anak dengan gastroenteritis akut menurut pemikiran varney dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus Mahasiswa mampu:1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif 2. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial yang mungkin timbul pada anak gastroenteritis akut3. Merencanakan Asuhan Kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan anak dengan gastroenteritis akut4. Melaksanakan Asuhan Kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.5. Melakukan evaluasi terhadap Asuhan yang dilaksanakan.6. Melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan

1.3 Pelaksanaan Kegiatan praktik klinik dilaksanakan di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Jl. Pemuda Kaffa Bangkalan, Madura pada tanggal 6 sampai 19 Juli 2013.

1.4 Sistematika Penulisan Agar dapat dipahami oleh pembaca maka penyusunan laporan ini terbagi dalam beberapa bab yang sistematika. Penyusunannya adalah sebagai berikut :BAB 1PendahuluanBAB 2Tinjauan PustakaBAB 3Tinjauan KasusBAB 4PembahasanBAB 5PenutupDaftar Pustaka

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gastroenteritis Akut2.2.1 Pengertian Menurut Broker (2009:571) Gastroenteritis adalah keracunan makanan disertai inflamasi mukosa lambung dan usus halus, biasanya disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat kimia, jamur beracun, dll. Pada kondisi ini, terjadi diare dan muntah baik akibat multipikasi mikroorganisme (gastroenteritis usus invasif) maupun dari makanan yang terkontaminasi dengan toksin bakteri (intoksikasi).Menurut Betz dan Sowden (2009:185) menyatakan bahwa gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus. Gasroenteritis akut ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit.Gastroenteritis akut merupakan keracunan makanan (food poisoning) yang disebabkan oleh makanan terkontaminasi oleh bakteri hidup atau oleh toksin yang dihasilkannya atau oleh sebab zat-zat anorganik dan racun yang berasal dari tanaman atau binatang (Candra:2009)

2.2.2 Etiologi Menurut Schwartz (2005:88) etiologi gastroenteritis akut adalah virus walaupun infeksi bakteri dan protozoa dapat juga terjadi. Infeksi virus antara lain disebabkan oleh:a. Virus norwalkb. Rotavirus (muncul pada saat musim dingin)c. Enterovirus (muncul saat musim panas)d. Koronaviruse. AdenovirusSedangkan infeksi bakteri ditandai dengan adanya hematokezia atau adanya mukus di dalam tinja dan disebabkan oleh infeksi bakteri:a. Salmonella b. Shigellac. Campylobacterd. Yersiniae. Eschericia coli patogenf. Spesies vibrioClostridium difficale dapat menyebabkan kolitis pseudomembranosa yang menimbulkan nyeri abdomen dan diare, terutama setelah pemakaian antibiotik. Giardia lamblia dan cryptosporidium adalah parasit yang menyebabkan wabah di tempat perawatan. Giardia juga ditemukan di air sumur yang tercemar.Disamping itu, terdapat pula faktor lain yang menjadi penyebab gastroenteritis akut, yaitu :a. Infeksi parasit (Cacing, protozoa, dan jamur)b. Faktor malabsorbsi, yaitu Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.c. Faktor makanan, yaitu Makanan basi beracun dan alergi makanan.d. Faktor kebersihan seperti penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan.e. Faktor psikologi, yaitu adanya rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan peristaltik usus. (Ngastiyah:2005)

2.2.3 KarakteristikBerikut ini adalah tabel karakteristik gastroenteritis akut menurut Betz dan Sowden (2009:186-189)

PatogenMuntahDiareDemamKarakteristikfesesNyeri abdomenGambaran epidemiologi

rotavirusSangat sering5-7 hari, organisme dikeluarkan dalam feses dengan gejala ringan atau tanppa gejalaSering Banyak, cair, hijau, kuning atau bening, tidak ada darah atau pusTenesmus Inkubasi 1-3 hari

Adenovirus enterikkadangSekitar 14 hariKadang,derajat rendahcairInkubasi 3-10 hari

Virus NorwalkSangat seringJarang, 1-3 hariSering CairNyeri kram sedang sampai beratInkubasi 12-48 jam, sering pada anak usia sekolah

Salmonella Kadang 2-7 hari, 40% mengekskresikan organisme dalm feses selama 4 minggu. 45% anak 5 tahun terus mengekskresikan organisme selama 12 mingguSangat seringHijau, cair, bau busuk, darah bisa ada atau tidakSering dengan tenesmusInkubasi 6-72 jam, karier kronis

Shigella Jarang 1 minggu organisme dikeluarkan selama 7-30 hari, jarang lebih dari itu. Jika antibiotik diberikan pengeluaran berkurangSering Mukoid, berdarah, hijau dengan pus (disentri dengan ciri diare cair, demam tinggi, malaise diikuti dengan tenesmus dan kolitis dalam 24 jam)Nyeri tekan, sangat sering terkadang kramInkubasi 1-7 hari, mudah ditularkan.

Campylobacter jejuni Mual, jarang muntah3-7 hariSering Dimulai cair, sering disertai darah atau mukusNyeri kram, nyeri tekanInkubasi 2-4 hari, terkadang selama 7 hari. Pemberian ASI dapat melindungi

Escheriia coli- enterotoksigenikTidak ada5hari, kadang selama 10 hariJarang Feses cair, kadang dengan mukus tetapi tidak ada pus atau darahKram sangat seringInkubasi 10 jam-6 hari

Eschericia coli-enteroinvasifSering 7-10 hariSering Feses cair, dapat berdarah atau tidak (volume lebih sedikit dari pada strain enterotoksigenikNyeri abdomenInkubasi 10 jam-6 hari

Eschericia coli-enteropatogenikSering 1 minggu pada anak yang lebih dewasa. Dapat berlangsung 2 minggu atau lebih pada bayiKadang Feses banyak, tidak ada darah atau mukusNyeri kramInkubasi 10 jam-6 hari

Yersinia enterocoliticaTidak terjadi pada anak 120Sedang (120-140)>140

Catatan:Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut bila dicubit selama 30-60 detik kemudian dilepas, jika kulit kembali normal dalam waktu: a. 2-5 detik: turgor agak kurang (dehidrasi ringan)b. 5-10 detik: turgor kurang (dehidrasi sedang)c. 10 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)3. Berdasarkan MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)a. Dehidrasi beratTerdapat dua atau lebih tanda-tanda brikut: Letargis atau tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum atau malas minum Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambatb. Dehidrasi ringan/sedang Gelisah, rewel/marah Mata cekung Haus, minum dengan lahap Cubitan perut kembalinya lambatc. Tanpa dehidrasi Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan ssebagai dehidrasi berat atau sedang.

2.2.8 Pemeriksaan DiagnostikMenurut Mansyur (2001), pemeriksaan diagnostik pada klien gastroenteritis adalah sebagai berikut:1. Pemeriksaan tinjaa. Makroskopis dan mikroskopisb. Biakan kuman untuk mencari kuman penyebabc. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten)d. PH dan kadar gula jika diduga ada toleransi gula (sugar intolerance)2. Pemeriksaan daraha. Darah perifer lengkapb. Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum pada diare yang disertai kejang)c. PH cadangan alkali untuk menentukan gangguan keseimbangan asam basad. Kadar ureum dan kreatin darah untuk mengetahui faal ginjal3. Duodenal intubation Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik

2.2.9 Penanganan dasar pengobatan diare menurut Ngastiyah (2005) adalah:1. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan2. Dietetik3. Obat-obatanKetiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:1. Pemberian cairan pada pasien dengan memperhatikan dehidrasinya dan keadaan umumJenis cairan aadalah:1) Cairan peroralPada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum dibawa berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.2) Cairan parenteral:a. Belum ada dehidrasiPeroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasib. Dehidrasi ringan1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB per oral (intragastrik), selanjutnya 125ml/Kg BB/haric. Dehidrasi sedang1 jam pertama: 50-100 ml/KgBB peroral/intragastrik, selanjutnya 125 ml/KgBB/harid. Dehidrasi berat Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun, berat badan 3-10 Kg 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit. 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ). 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.Untuk anak lebih dari 2 - 5 tahun dengan BB 10 15 Kg Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10 15 kg. 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ). 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan berat badan 15 25 kg. 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ). 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral. Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2-3 Kg Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/KgBB/24 jam Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml/Kg BB/jam atau 6 tetes/KgBB/menit, 8 tetes/KgBB/menit 20 jam berikutnya 150 ml/KgBB/menit, atau 2,5 tetes/KgBB/menit3) Pengobatan dietetikUntuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, jenis makanan:a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh)b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukanCara memberikan:a. Hari pertama: setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-selingb. Hari kedua-keempat : ASI/susu formula rendah laktosa penuhc. Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa4) Obat-obatan a. Obat antisekresi : dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 1 mg/KgBB/harib. Obat spasmolitikc. Antibiotik

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Anak dengan Gastroenteritis AkutPengkajian Tanggal pengkajian pukul . Oleh ..Tempat

A. Subyektif (S)1. Identitas / BiodataUmur Anak: Angka kejadian tertinggi bisanya pada anak antara usia 3 bulan 3 tahun (Betz dan Sowden:2009)Pendidikan orang tua: Tingkat pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kebersihan diri, lingkungan maupun tempat tinggal anakPekerjaan :sosial ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi pemenuhan gizi anak terkait dengan gastroenteritis akibat malabsorbsi (Betz dan Sowden:2009)Alamat: Tinggal di fasilitas day care meningkatkan risiko gastroenteritis, selain bepergian ke negara berkembang. (Betz dan Sowden:2009)

2. Anamnesa a. Keluhan : Keluhan yang sering ada pada anak dengan gastroenteritis adalah : Anak cengeng Suhu tubuh meningkat Nafsu makan menurun, tidak ada Timbul diare (tinja cair atau darah/lendir, warna hijau berubah hijau karena bercampur empedu) Anus dan sekitarnya lecet, karena sering defekasi yang makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dan pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus Muntah (dapat terjadi sebelum dan sesudah diare) Dehidrasi (banyak kehilangan air dan elektrolit) dengan gejala BB menurun, tonus otot dan turgor menurun.(Suraatmaja:2007)

3. Riwayat Penyakit DahuluPada anak dengan malnutrisi dapat meningkatkan risiko terjadinya gastroenteritis serta menyebabkan lama proses penyembuhan. Pemakaian antibiotik pada infeksi Clostridium difficale dapat menyebabkan kolitis pseudomembranosa yang menimbulkan nyeri abdomen dan diare. (Betz & Sowden:2009)

4. Riwayat Penyakit SekarangPada umumnya terdapat muntah, diare, demam, kolitis, nyeri, kram, dan tenesmus. Konsistensi feses dapat banyak, sedikit, cair/padat, ada darah/tidak, warna hijau/kuning/bening tergantung jenis patogen yang menjadi etiologi dari gastroenteritis (Betz & Sowden:2009)

5. Riwayat Kesehatan KeluargaDalam keluarga jika ada yang menderita gastroenteritis, maka akan meningkatkan risiko penularan gastroenteritis secara oral fekal pada anak. (Betz & Sowden:2009)

6. Pola kebiasaan sehari-hari NutrisiGastroenteritis dapat terjadi karena adanya Faktor malabsorbsi, yaitu Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. Dapat pula dari faktor makanan, yaitu makanan basi beracun dan alergi makanan, Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Disamping itu, anak-anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh.Pada pola nutrisinya, pada umumnya anak mengalami penurunan nafsu makan maupun tidak mau makan. Pada anak gastroenteritis dengan dehidrasi, dia akan lahap minum. (Ngastiyah: 2005) EliminasiTimbul diare (tinja cair atau darah/lendir, warna hijau berubah hijau karena bercampur empedu) Personal higineTidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang. (Ngastiyah: 2005) IstirahatPada umumnya terganggu (Ngastiyah: 2005)

7. Riwayat Kesehatan LingkunganKesehatan lingkungan yang dapat meningkatkan risiko gastroenteritis dan penularannya adalah : Mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang. Tinggal di fasilitas day care (Betz & Sowden : 2009; Ngastiyah: 2005)

8. Riwayat psikologis Yaitu adanya rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan peristaltik usus (Ngastiyah: 2005)

B. Data Obyektif (O)1. Pemeriksaan UmumKeadaan umum: anak cengeng, gelisah, marahKesadaran : letargis pada gastroenteritis dengan dehidrasi beratNadi : > 120 - >140x/menitSuhu: suhu dapat meningkat hingga 40oC (pada infeksi yersinia enterocolitica)Tekanan Darah: normal - turunBerat Badan: berat badan dapat menurunsebagai berikut (Ngastiyah: 2005): Dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 2,5 5% Dehidrasi sedang: bila terjadi penurunan berat badan 5 7% Dehidrasi berat: bila terjadi penurunan berat badan 7 10%Lingkar Abdomen: lingkar abdomen membesar (Mansyur, A: 2001)Lingkar Lengan Kiri : lingkar lengan mengecil (Mansyur, A: 2001)

2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Kepala : ubun-ubun besar dapat normal cekung, muka tampak pucat jika gastroenteritis disertai dehidrasiMata: tampak cekung (pada GE dengan dehidrasi sedang dan beratMulut: normal kering (Suraatmaja: 2007)

b. PalpasiAbdomen : turgor kulit normal-sangat kurang 2-5 detik: turgor agak kurang (dehidrasi ringan) 5-10 detik: turgor kurang (dehidrasi sedang) 10 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)c. Perkusi Abdomen: terdengar bunyi meteorismus d. Auskultasi Abdomen: bising usus lebih dari normal (Suraatmaja: 2007)3. Pemeriksaan Khusus (Atas Indikasi) a. Pemeriksaan tinja Makroskopis dan mikroskopis Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten) PH dan kadar gula jika diduga ada toleransi gula (sugar intolerance)b. Pemeriksaan darah Darah perifer lengkap Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum pada diare yang disertai kejang) PH cadangan alkali untuk menentukan gangguan keseimbangan asam basa Kadar ureum dan kreatin darah untuk mengetahui faal ginjal

c. Duodenal intubation Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik(Mansyur A:2001)C. Assesment (A)1. Diagnosa Anak .. usia. Dengan Gastroenteritis Akut2. Masalah : dehidrasi ringan berat 3. Diagnosa potensial Hipernatremia Hiponatremia Demam Kejang Syok hipovolemik Edema/overhidrasi Intoleransi laktosa Malabsorbsi glukosa Muntah Gagal ginjal (Suraatmaja:2007)4. Planning (P)1. Memberitahukan hasil pemeriksaan R/Memberi pengetahuan tentang keadaannya saat ini 2. Memberikan penjelasan terhadap ibu ataupun keluarga tentang gastroenteritis yang diderita anaknyaR/ Ibu dan keluarga mendapatkan informasi tentang kondisi gastroenteritis yang diderita anaknya3. Memberikan penanganan berupa pemberian cairan dengan mempehatikan jenis cairan yang dibutuhkan anak, cara memberikan dan jumlah cairannyaR/ memberikan penanganan sesuai dengan kebutuhan anak dalam mencukupi kebutuhan cairannya4. Memberikan penangan dietetik berupa:Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, jenis makanan: Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukanCara memberikan: Hari pertama: setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling Hari kedua-keempat : ASI/susu formula rendah laktosa penuh Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasaR/ memberikan penanganan sesuai dengan nutrisi dan kebutuhan rehidrasi bayi/anak 5. Memberikan penanganan berupa obat-obatan Obat antisekresi : dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 1 mg/KgBB/hari Obat spasmolitik Antibiotik R/ memberikan terapi sesuai dengan tanda gejala dan kebutuhan anak sehingga dapat melengkapi terapi cairan maupun dietetik6. Memberikan KIE pada ibu tentang personal higine yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum, sesudah makan dan sesudah BAB serta mencuci alat makan maupun botol susu dengan sabun dan air yang bersih. R/ menurunkan risiko penularan gastroenteritis oral-fekal

5. ImplementasiDilakukan berdasarkan planning

BAB 3TINJAUAN KASUS

Pengkaji: Yunita Khoirotus SalamahTanggal pengkajian: 10 Juli 2013 pukul : 09.30 WIBTempat: RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan

A. Subyektif (S)1. Identitas / BiodataNama Anak: Anak TJenis kelamin: Perempuan Umur: 23 bulan Nama orang tua: Ny. L / Tn. KUmur : 33 TahunAgama: IslamSuku / bangsa: Madura/ IndonesiaPendidikan : S1/D3Pekerjaan : PNS/SwastaAlamat: Graha Lavender blok O/14, Mlajeh Bangkalan

2. Anamnesa Keluhan : Ibu mengeluh anaknya mengalami diare sebanyak 2 kali, encer dan ada ampasnya sedikit, anaknya panas, mual dan tidak mau makan sejak 3 hari yang lalu. Anak mengalami diare setelah diberikan kerupuk sempeng (kerang)

3. Riwayat Penyakit DahuluSebelumnya, anak pernah menderita diare karena makanan tertentu, tetapi tidak sampai dirawat inap di Rumah Sakit

4. Riwayat Penyakit SekarangAnak mengalami diare sebanyak 2 kali/hari selama 3 hari, cair, ampas sedikit, anak mual, nafsu makan menurun dan badannya panas, sebelum diare berat badan anaknya 10,2 Kg

5. Riwayat Kesehatan KeluargaDalam keluarga tidak ada yang sedang menderita diare dan tidak ada yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu

6. Pola kebiasaan sehari-hari NutrisiMakan: 2x/hari masing-masing 5 sendok kecil bubur, minum 5 botol susu sehari 500 mlAnak mengalami penurunan nafsu makan, karena biasanya anak makan 3x/hari masing-masing 8-10 sendok kecil EliminasiBAB 2x/hari , warna kuning kehijauan, konsistensi cair, ampas sedikit Personal higineAnak mandi 2x/hari, dalam keluargA terdapat kebiasaan mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anaknya IstirahatTidur anak terganggu karena panas dan perutnya terasa tidak nyaman. Tidur anak 6 jam

7. Riwayat Kesehatan LingkunganIbu selalu mencuci botol susu habis pakai dengan merebusnya dan menggunakan sabun khusus pencuci botol susu. Air yang digunakan untuk kebutuhan sehri-hari adalah air PDAM, dan untuk konsumsi, ibu membeli air mineral tersendiri.

B. Data Obyektif (O)1. Pemeriksaan UmumKeadaan umum: anak cengeng, gelisahKesadaran : composmentisNadi : 100x/menitSuhu: 37,8oCBerat Badan: 10 Kg

2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Kepala : ubun-ubun besar dapat normal, muka tampak gelisahMata: tidak cekung, konjungtiva merah muda, sklera putihMulut: sedikit kering

b. PalpasiAbdomen : turgor kulit baik, kembali dalam 1 detik saat dicubitc. Perkusi Abdomen: terdengar bunyi meteorismus d. Auskultasi Abdomen: bising usus 19x/menit

3. Pemeriksaan KhususMenggunakan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) terdapat 2 tanda anak mengalami dehidrasi ringan yaitu tanda anak gelisah/rewel dan anak minum dengan lahap.

D. Assesment (A)1. Diagnosa Anak T usia 23 bulan Dengan Gastroenteritis Akut2. Masalah : dehidrasi ringan 3. Diagnosa potensial :Dehidrasi berat

E. Planning (P)1. Memberitahukan hasil pemeriksaan E/ Ibu memperoleh informasi tentang kondisi anaknya saat ini yaitu mengalami gastrroenteritis akut 2. Memberikan penjelasan terhadap ibu ataupun keluarga tentang gastroenteritis yang diderita anaknyaE/ Ibu dan keluarga mendapatkan informasi bahwa anaknya mengalami gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan3. Menganjurkan ibu untuk memberikan Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh) untuk memenuhi cairan pada anak dan mencegah dhidrasi beratE/ Ibu mengangguk dan bersedia untuk melakukan anjuran tersebut4. Menganjurkan ibu untuk memberikan anaknya makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) untuk memenuhi nutrisi anaknyaE/ ibu menyatakan kesediaannya untuk memberi anaknya bubur atau nasi tim5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan anaknya dan rajin mencuci tanganE/ Ibu mengangguk dan bersedia untuk senantiasa menjaga kebersihan dan rajin mencuci tangan 6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapiE/ Ibu menerima terapi untuk anaknya yaitu amoxilin sirup 3x1 sendok teh (5 ml), CTM 3x1 mg, paracetamol sirup 3x1 sendok teh (5 ml) dan L-Bio 2x1 sachet (1 gr)7. Menganjurkan ibu untuk membawa keembali anaknya ke fasilitas kesehatan bila diare tidak sembuh atau bila ada keluhan lainE/ Ibu mengerti dan akan kembali ke pelayanan kesehatan bila ada keluhan pada anaknya.

BAB 4 PEMBAHASAN

Apada pengkajian data subjektif, ibu mengeluhkan bahwa anaknya diare sebanyak 2 kali/hari. Pada umumnya, diare terjadi lebih dari 3 kali/hari. Namun meskipun diare terjadi 2kali/hari, namun disertai dengan dehidrasi ringan, mual, berkurangnya nafsu makan dan berat badan. Selain itu, adanya gejala-gejala tersebut karena sebelumnya anak mengkonsumsi makanan tertentu sehingga dapat digolongkan pada gastoenteritis akut.Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu dan sekarang, pengkajian pola nutrisi, personal higine dan istirahat, tidak terdapat kesenjangan dengan teori yang ada.Sedangkan pada pengkajian kesehatan linkungan, dalam keluarga air yang digunakan adalah air bersih, sehingga faktor kesehatan lingkungan bukan menjadi penyebab terjadinya gastroenteritis. Akan tetapi penyebab terjadinya adalah lebih mengarah pada konsumsi makanan yang salah.Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktiknya. Hasil yang diperoleh adalah menunjukkan adanya tanda gastroenteritis akut disertai dengan dehidrasi ringan pada anak. Pemeriksaan penunjang menurut teori adalah dengan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan tinja, pemeriksaan darah maupun intubation duodenal, akan tetapi pada pemeriksaan anak ini tidak dilakukan, hanya dilakukan pengkajian MTBS karena penyebab diare adalah dari makanan yang ia makan yaitu kerupuk kerang dan kondisi anak tidak memerlukan untuk pemeriksaan laboratorium.Penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan teori penanganan gastroenteritis akut yang disertai dengan dehidrasi ringan pada anak.

BAB 5PENUTUP

5.1 SimpulanSimpulan yang dapat diambil dari uraian asuhan kebidanan pada anak dengan gastroenteritis akut yang telah disusun adalah sebagai berikut :1.Dalam melakukan pengkajian data, pengkaji tidak menemukan kesulitan karena ibu kooperatif dan memberikan umpan baik positif pada setiap pertanyaan yang diajukan. 2.Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif , diagnosa dapat ditegakkan sesuai dengan teori yaitu gastroenteritis akut yang disebabkan oleh makanan beracun disertai masalah adanya dehidrasi ringan 3.Rencana disusun sesuai kebutuhan pasien, semua rencana yang ada di teori terdapat pula pada tinjauan kasus. 4.Tindakan yang dilakukan sesuai rencana dan advise dokter5.Hasil evaluasi dari kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang keberhasilan dalam memberikan asuhan kebidanan.

5.2 Saran 5.2.1 Bagi Institusi Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan diharapkan juga dapat menambah kajian baru serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk penyusunan laporan yang akan datang.5.2.2 Bagi Tempat PraktikDapat menjadikan laporan ini sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan 5.2.3 Bagi MahasiswaDapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data untuk penyusunan laporan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily lynn dan Linda A. Sowdan. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC.Chandra, Budiman. 2005. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta: EGCMansyur, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Octopus.Ngstiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGCSchwartz, William. 2009. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGCSuraatmaja, Sudayat.2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.

29