depresi pada anak
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
Gangguan depresi termasuk sebagai gangguan mood. Mood merupakan
subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat diutarakan oleh pasien dan
terpantau oleh orang lain. Kepustakaan lain, mengemukakan mood, merupakan
perasaan, atau nada “perasaan hati” seseorang, khususnya yang dihayati secara
batiniah. Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperilihatkan kehilangan
energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilang nafsu makan,
berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam
tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara, dan fungsi vegetatif (termasuk tidur,
aktivitas seksual, dan ritme biologis yang lain). Gangguan ini hampir selalu
menghasilkan hendaya interpersonal, sosial, dan fungsi pekerjaan.1
Penderita gangguan depresi rata-rata berusia sekitar 40 tahun. Hampir 50
persen awitan diantara usia 20-50 tahun. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi
sekitar 2 persen. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut
usia. Gangguan mood dan afek pada anak semakin dikenali sehingga insiden
depresi meningkat secara dramatis dalam 40-50 tahun ini. 2,3 Sebelum tahun 1970,
depresi pada anak jarang dikenal karena dianggap anak terlalu muda untuk
megalami yang berhubungan dengan depresi.4 Di Amerika, penyakit ini dilaporkan
telah dialami beribu-ribu anak dibawah usia 18 tahun. Menurut, Dalton dan
Forman, insiden gangguan depresi berat pada anak prapubertas 1,8%, remaja 3,5-
5%, dan anak perempuan lebih banyak dari laki-laki 5
Walaupun dari sisi epidemiologi jumlah kasus gangguan depresi pada anak
jauh lebih sedikit dibandingkan dewasa, banyak kasus depresi pada anak yang
masih mengalami underdiagnose. Hal ini terjadi karena pada masa tumbuh
kembang banyak terjadi perubahan perilaku, sehingga sering kali mengalami
kesulitan untuk menentukan apakah gangguan perilaku tersebut bersifat sementara
akibat proses tumbuh kembang atau akibat gangguan depresi itu sendiri. Selain itu,
gejala gangguan depresi pada anak dan dewasa juga terdapat perbedaan yang
cukup bermakna. 6,7Disamping itu diagnosa yang terlambat membuat tatalaksana
tidak dapat segera dilakukan. Sedangkan tatalaksana dini dapat membuat
1
tatalaksana yang dilakukan menjadi lebih efektif. Selain itu, dampak yang
ditimbulkan akibat gangguan depresi pun dapat diminimalisir.8
Tujuan saya pribadi menuliskan referat ini adalah saya merasa bahwa
kehidupan masa anak-anak jaman sekarang memiliki tuntutan yang lebih berat
dibandingkan jaman saya dahulu. Dahulu sewaktu saya masih kecil, selain belajar
saya merasa masih memiliki banyak waktu luang untuk bermain bersama teman-
teman saya. Kini saya merasa anak-anak memiliki kegiatan belajar mengajar yang
sangat padat di sekolah dan tidak hanya itu setelah bersekolah pun sering kali
anak-anak masih dituntut untuk mengikuti berbagai jenis les yang diinginkan oleh
orang tua mereka. Keadaan ini tentunya akan membebani pikiran anak-anak dan
sering kali anak-anak belum dapat mengungkapkan keinginan mereka kepada
orang tuanya. Bila dibiarkan anak dapat mengalami keadaan depresi. Dengan
kondisi seperti ini angka kejadian depresi pada anak pun pasti akan meningkat.
Hal ini yang membuat saya ingin membuat topik ini, agar saya dapat mengetahui
bagaimana cara mengenali depresi pada anak dan tatalaksana apa yang dapat
dilakukan.
Depresi sendiri memiliki banyak pengertian. Yang pertama, depresi sering
kali dikaitkan dengan perasaan subjektif seseorang. Misalnya saja saat bila
seseorang sedang mengalami kehilangan seseorang, tentunya orang tersebut
merasa sangat sedih dan bisa jatuh kedalam keadaan depresi. Namun hal ini
merupakan situasi yang wajar dan pada umumnya orang tersebut akan mencari
bantuan kepada orang lain (bukan dalam bidang kesehatan) untuk membantu
meringankan beban yang sedang dialaminya. Yang kedua, seringkali depresi
menjadi gejala dari gangguan medis lainnya. Misalnya pada kasus insomnia
dimana depresi juga dapat menjadi gejala dari penyakit tersebut. Yang ketiga,
dimana depresi merupakan suatu penyakit tersendiri yang memiliki kriteria khusus
seperti yang dicantumkan pada PPDGJ III ataupun pada DSM-V. Pada keadaan ini
pasien sering kali mencari bantuan ke bagian psikiatrik.
Referat ini akan membahas gangguan depresi sebagai suatu penyakit
tersendiri yang dapat terjadi pada anak. Diagnosa dan tatalaksana depresi pada
anak akan menjadi pembahasan utama referat ini.
2
BAB IIRUJUKAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi Depresi
Depresi adalah suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai
dengan kesedihan, perasaan putus asa, tidak bersemangat, rasa bersalah, harga diri
yang rendah, dan perasaan kosong.9
Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya serta gagasan bunuh diri.10
2.2 Epidemiologi Depresi
Frekuensi depresi meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
Gangguan mood jarang terjadi pada anak yang belum sekolah. Angka kejadian
depresi pada anak sebelum usia sekolah diperkirakan sebesar 0,9%. Sedangkan
pada anak prapubertas prevalensi terjadinya depresi adalah sebesar 1%. Pada usia
sekolah, angka kejadian depresi pada anak memiliki jumlah yang sama antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Pada kalangan remaja, angka kejadian depresi
mayor berkisar antara 1-6% dan kejadian depresi terjadi dua kali lebih banyak
pada remaja berjenis kelamin perempuan.11
Dysthymic Disorder pada anak usia prapubertas memiliki insidens yang
lebih rendah dibandingkan dengan depresi mayor, yaitu 5 dari 100.000 anak usia
prapubertas. Angka kejadian depresi juga mengalami peningkatan pada anak yang
mengalami perawatan dirumah sakit, dimana angka kejadian depresi adalah 20%.11
2.3 Etiologi
Berdasarkan bukti penelitian. Gangguan mood pada anak memiliki etiologi
yang sama seperti pada dewasa, dimana faktor yang berperan antara lain: 11
1. Studi Genetik Molekular
Dua gen telah diidentifikasi yang diduga membuat individu rentan
mengalami gangguan depresi. Gen pertama adalah gen MAOA, yaitu gen yang
3
berperan terhadap fungsi dari monoamine oxidase. Gen kedua adalah serotonin
transporter gene (5-HTT). Serotonin transporter gene merupakan gen yang
bertanggung jawab dalam pembentukan serotonin. 5-HTT terdiri dari homozygous
long alleles; heterozygous, one-long-and-one-short-allele pair; dan homozygous
short alleles. Studi di New Zealand membuktikan terdapat relasi antara paparan
stress pada usia dini dan depresi pada anak yang memiliki satu atau dua short
alleles, namun hal ini tidak terjadi pada anak dengan dua long alleles. Hal ini
dapat terjadi akibat short alleles tidak efektif pada proses transkripsi, sehingga
dapat disimpulkan gangguan pada serotonin transporter gene merupakan indikator
bahwa seseorang mengalami kerentanan terhadap gangguan depresi.11
2. Faktor Keluarga
Faktor keluarga sangatlah berperan pada gangguan mood yang dialami
oleh anak, remaja, dan orang dewasa. Peningkatan insiden gangguan mood
umumnya ditemui pada anak dengan riwayat orang tua atau saudara kandung
memiliki gangguan yang serupa. Riwayat salah satu orang tua mengalami
gangguan mood meningkatkan risiko dua kali lebih besar pada anak untuk
mengalami gangguan yang serupa. Sedangkan riwayat kedua orang tua mengalami
gangguan mood meningkatkan risiko empat kali lebih besar pada anak untuk
mengalami gangguan mood sebelum usia 18 tahun dibandingkan dengan anak
yang memiliki orang tua tidak memiliki riwayat gangguan mood. Frekuensi
rekurensi gangguan depresi pada orang tua juga ikut meningkatkan risiko anak
untuk mengalami depresi. Sehingga pada anak yang mengalami gangguan depresi,
amatlah penting untuk menilai riwayat gangguan depresi pada keluarga.11
3. Faktor Biologis
Penelitan pada gangguan depresi mayor prapubertal dan gangguan mood
pada remaja membuktikan bahwa terdapat berbagai macam kelainan biologis pada
anak. Contohnya pada anak prapubertas dengan gangguan depresi ditemukan
mengalami peningkatan hormon pertumbuhan pada saat tidur dibandingan dengan
anak normal dan mereka yang tidak memiliki gangguan mental. Selain itu,
hipersekeresi dari kortisol juga ditemukan pada pasien dengan gangguan depresi
mayor.11
Pada penilitian dengan menggunakan MRI scan pada 100 anak dengan
gangguan mood, ditemukan terdapat penurunan volume lobus frontalis dan
4
peningkatan volume ventricular. Hal ini sesuai dengan penilitian post mortem
yang dilakukan pada dewasa dengan gangguan depresi mayor, dimana ditemukan
pula penurunan jumlah sel dan serotonin pada lobus frontalis. Lobus frontalis
memiliki berbagai hubungan dengan bagian otak lain, antara lain basal ganglia dan
sistem limbik dan gangguan pada hubungan ini diduga merupakan neuropatologi
pada gangguan depresi.11
Pada anak dengan gangguan depresi ditemukan pula penurunan kadar free
total thyroxine (FT4), dimana kadar TSH tidak mengalami penurunan. Hal ini
membuktikan meskipun fungsi tiroid masih dalam nilai normal, kadar FT4
mengalami penurunan pada anak dengan gangguan depresi. Penurunan kadar FT4
ini dikaitkan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan depresi. Beberapa
penelitian menyarankan pemberian hormon tiroid eksogen dapat memberikan efek
antidepresan pada orang dewasa yang mengalami gangguan depresi.11
4. Faktor Sosial
Fator genetik tidak berperan sepenuhnya pada gangguan depresi pada anak.
Diperlukan faktor lain untuk menimbulkan gangguan depresi, yaitu keadaan sosial.
Keadaan sosial tempat anak tumbuh sangat berperan untuk kesehatan mental anak.
Keadaan sosial yang tidak mendukung seperti konflik pada keluarga, kekerasan
pada anak, keadaan sosioekonomi dari keluarga, dan perceraian merupakan
penyebab utama terjadinya depresi pada anak. Kehilangan figur ayah sebelum usia
13 tahun juga meningkatkan risiko depresi pada anak. 11
2.4 Kriteria Diagnosa
Menurut dengan DSM V, yang termasuk dengan gangguan depresi antara
lain disruptive mood dysregulation disorder, major depressive disorder, persistent
depressive disorder (dysthymia), premenstrual dysphoric disorder,
substance/medication-induced depressive disorder, dan unspecified depressive
disorder. Terdapat perbedaan antara DSM V dan DSM IV, dimana pada DSM V
gangguan depresi dibedakan dengan gangguan bipolar dan lainnya. Gambaran
umum dari gangguan depresi antara lain terdapatnya perasaan sedih, kekosongan,
mudah marah, diiringi oleh perubahan somatik dan kognitif sehingga
menyebabkan gangguan fungsi individu sehari-hari12
Pada DSM V, terdapat diagnosis baru pada yaitu disruptive mood
dysregulation disorder. Diagnosis ini ditambahkan akibat terdapatnya
5
overdiagnosis pada kasus gangguan bipolar pada anak. Disruptive mood
dysregulation disorder ditandai dengan sifat irritable yang menetap pada anak dan
beberapa episode dari ketidakmampuan untuk mengontrol diri yang diderita anak
sampai usia 12 tahun. Gangguan ini dikhususkan bagi anak-anak yang sedang
mengalami perkembangan menuju remaja dan dewasa.12
Gangguan depresi mayor ditandai dengan beberapa episode perubahan dari
afek, kognisi, fungsi neurovegetative dan remisi antar episode yang berlangsung
selama dua minggu. Bentuk kronis dari gangguan depresi mayor disebut sebagai
persistent depressive disorder (dysthymia). Penegakan diagnosis dari dysthymia
ini apabila gangguan mood berlangsung selama lebih dari dua tahun pada dewasa
sedangkan satu tahun pada anak.12
Beberapa obat-obatan dan kondisi medis tertentu dapat menimbulkan
depression-like phenomena. Sehingga terdapat diagnos gangguan depresi yang
disebabkan pengguanaan zat atau obat tertentu dan gangguan depresi yang
disebabkan oleh kondisi medis tertentu.12
Kriteria diagnosis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM V) dapat digunakan untuk semua kelompok umur. Namun
gambaran klinis atau ekspresi gangguan depresi yang digambarkan oleh setiap
kelompok umur berbeda-beda. Pada anak usia lebih muda yang mengalami
gangguan depresi menunjukan gejala yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak
yang berusia lebih tua. Gejala yang dapat ditunjukan seperti gejala somatik,
withdrawn, sedih, dan kurang kesadaran diri. Namun terdapat beberapa gejala
yang tidak dipengaruhi oleh umur dan status perkembangan seperti ide bunuh diri,
rasa tertekan atau mood yang irritable, insomnia, dan ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi.11
Berikut kriteria diagnostic dari ganguaan depresi menurut DSM V:
1. Disruptive Mood Dysregulation Disorder13
A. Ledakan emosional yang berulang dapat bermanifestasi melalui verbal
dan/atau tingkah laku yang berlebihan dari intesitas dan durasi pada situasi
atau provokasi tertentu
6
B. Ledakan emosional tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
C. Ledakan emosional ini terjadi sebanyak 3-4 kali dalam seminggu
D. Kondisi mood diantara ledakan emosional cenderung irritable atau penuh
kemarahan di sepanjang hari, dan keadaan ini disadari oleh orang lain
(seperti guru, orang tua, teman)
E. Kriteria A-D harus berlangsung selama 12 bulan atau lebih. Selama waktu
tersebut, penderita tidak boleh mengalami selama 3 bulan atau lebih tanpa
disertai kriteria A-D.
F. Kriteria A-D terdapat pada setidaknya 3 tempat (misalnya rumah, sekolah)
dan kondisi paling berat dirasakan setidaknya disalah satu tempat tersebut
G. Diagnosis ini tidak dapat ditegakan pertama kali pada usia sebelum enam
tahun atau lebih dari 18 tahun
H. Berdasarkan observasi dari klinisi, onset dari kriteria A-E pada usia
kurang dari 10 tahun.
I. Tidak pernah ditemui penderita memenuhi kriteria diatas selama lebih dari
satu hari kecuali episode manik atau hipomanik telah dijumpai
J. Perilaku ini tidak terjadi pada gangguan episodik depresi mayor dan tidak
berkaitan dengan gangguan mental lainnya (misalnya autism spectrum
disorder, post-traumatic stress disorder, separation anxiety disorder,
persistent depressive disorder )
K. Gejala ini tidak disebabkan akibat penggunaan zat atau pengobatan tertentu
atau gangguan neurologis tertentu
2. Gangguan Depresi Mayor13
A. Lima atau lebih beberapa gejala dibawah dapat ditemukan selama 2
minggu dan terdapat pula perubahan fungsional sehari-hari; Sedikitnya
salah satu gejala antara lain mood yang depresi atau kehilangan
ketertarikan atau kepuasan
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari, hampir terjadi setiap hari,
yang ditunjukan dari keluhan subjektif (perasaan sedih,
kekosongan, putus asa) atau ditunjukan berdasarkan observasi oleh
orang lain (tampak ketakutan). Untuk anak dan remaja, dapat
disertai mood irritable.
7
2. Kehilangan ketertarikan atau kepuasan dalam semua hal atau
hampir semua hal, sebagian besar aktivitas sepanjang hari, hampir
setiap hari (dapat ditunjukan berdasarkan keluhan subjektif atau
observasi)
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika sedang tidak
mengalami diet atau peningkatan berat badan (perubahan lebih dari
5% dari berat badan dalam satu bulan). Pada anak, dapat
dipertimbangkan apabila seorang anak mengalami kegagalan
mencapai berat badan yang diinginkan.
4. Insomnia atau hypersomnia yang terjadi hampir setiap hari
5. Terdapat agitasi atau retardasi dari psikomotor yang terjadi hampir
setiap hari (berdasarkan observasi yang dilakukan oleh orang lain)
6. Kelelahan dan kehilangan energi yang hampir terjadi setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang tidak sesuai atau
berlebihan, terjadi hampir setiap hari
8. Kehilangan kemampuan untuk berpikir dan berkonsentrasi, atau
kebimbangan, yang terjadi hampir setiap hari (berdasarkan keluhan
subjektif atau observasi orang lain)
9. Terdapat pemikiran untuk mati yang berulang, atau ide untuk
bunuh diri yang berulang tanpa rencana yang spesifik, atau
percobaan bunuh diri atau rencana spesifik untuk bunuh diri.
B. Gejala diatas menyebabkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi sosial,
okupasi, atau fungsi lain.
C. Episode ini tidak disebabkan akibat penggunaan zat atau penggunaan
medikasi tertentu.
Catatan: kriteria A-C menunjukan episode depresi mayor
D. Gangguan ini tidak berhubungan dengan gangguan schizoafective,
schizophrenia, gangguan schizophreniform, gangguan delusi, atau gejala
spesifik atau tidak spesifik dari schizophrenia spectrum atau gangguan
psikotik lainnya.
E. Tidak pernah ditemukan episode manik atau hipomanik
3. Persistent Depressive Disorder (Dysthymia)13
8
A. Mood depresi yang ditemukan hampir sepanjang hari, selama beberapa
hari, yang ditunjukan berdasarkan perasaan subjektif atau observasi dan
terjadi selama dua tahun. Catatan: untuk anak dan remaja, dapat
ditemukan mood irritable dan durasi setidaknya selama satu tahun
B. Saat mood depresi ditemukan dua atau lebih gejala berikut:
1) Gangguan pola makan: dapat berlebih atau berkurang
2) Insomnia atau hypersomnia
3) Tidak berenergi atau mudah lelah
4) Penghargaan diri yang rendah
5) Konsentrasi yang buruk atau kesulitan mengambil keputusan
6) Perasaan putus asa
C. Selama periode dua tahun (1 tahun untuk anak dan remaja), penderita tidak
pernah bebas dari kriteria A dan B selama lebih dari dua bulan.
D. Kriteria gangguan depresi mayor harus berlajut selama lebih dari dua tahun
E. Tidak pernah ditemukan episode manik atau hipomanik, dan kriteria
gangguan cyclothymic tidak pernah ditemui
F. Gangguan ini tidak berhubungan dengan gangguan schizoafective,
schizophrenia, gangguan schizophreniform, gangguan delusi, atau gejala
spesifik atau tidak spesifik dari schizophrenia spectrum atau gangguan
psikotik lainnya.
G. Episode ini tidak disebabkan akibat penggunaan zat atau kondisi medis
tertentu
H. Gejala diatas menyebabkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi sosial,
okupasi, atau fungsi lain.
4. Substance/medication-induced depressive disorder 13
A. Gangguan mood yang menonjol dan persisten dengan gambaran klinis
lebih menjurus ke mood depresi atau kehilangan minat atau kepuasan
dalam segala hal.
9
B. Terdapat bukti yang ditemukan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium, dimana ditemukan dua keadaan dibawah ini
1. Kriteria A terjadi akibat selama atau setelah penggunaan zat yang
menimbulkan gejala intoksikasi atau withdrawl atau setelah paparan
pengobatan
2. Keterlibatan zat atau pengobatan mampu menimbulkan kriteria A
C. Gangguan depresi tidak disebabkan oleh faktor lain selain akibat
penggunaan zat dan medikasi
D. Gangguan ini tidak disebabkan akibat kondisi delirium
E. Gangguan ini menyebabkan penderitaan dan gangguan fungsi sosial,
okupasi, atau fungsi penting lain.
5. Unspecified Depresive Disorder
Gejala klinis menggambarkan gangguan depresi yang
menyebabkan timbulnya penderitaan dan gangguan pada fungsi sosial,
okupasi, atau fungsi penting lainnya namun tidak memenuhi kriteria untuk
kategori gangguan depresi lainnya. Diagnosa ini ditegakan apabila klinisi
belum mampu menjelaskan mengapa kriteria belum dapat memenuhi
gangguan depresi spesifik dan termasuk akibat klinisi belum mendapatkan
informasi yang cukup untuk menegakan diagnosis (pada kasus gawat
darurat)13
2.5 Diagnosis Banding
Depresi harus dibedakan dengan kesedihan yang normal dan gangguan
psikiatris lainnya. Sebelum diagnosis psikiatris ditegakkan, kondisi organik
yang mirip ataupun yang menimbulkan gejala-gejala psikiatris harus
disingkirkan terlebih dahulu seperti gangguan organik, intoksikasi zat,
ketergantungan dan abstinensi, gangguan kepribadian, berkabung, serta
gangguan penyesuaian.10,12 Keadaan seperti ini sangat bervariasi, tergantung
umur. Karenanya, pengetahuan tentang perkembangan anak normal dan
penyakit fisik dengan manifestasi psikiatris sangat diperlukan untuk dapat
menegakkan diagnosis yang akurat.
Anak prasekolah yang menunjukkan gejala depresi perlu dievaluasi
kemungkinan adanya suatu keganasan, child neglect/abuse, gangguan cemas
10
perpisahan, dan gangguan penyesuaian diri dengan alam perasaan (mood)
terdepresi. Penting untuk dibedakan antara depresi agitasi atau manic
episode dan ADHD, dimana aktivitas berlebihan dapat menimbulkan
kesulitan untuk menegakan diagnosa. Gangguan depresi yang bersifat agitasi
pada anak pra pubertas tidak menunjukan gejala klasik seperti meremas-
remas tangan. Gejala ketidakmampuan untuk duduk diam dan ledakan
emosional secara tiba-tiba merupakan gejala yang sering ditemui pada anak.
Terkadang diagnosa dapat ditegakan apabila episode depresi sudah mereda.
Apabila anak tidak mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, tidak
memiliki sifat hiperaktif setelah pulih dari episode depresi, dan bebas dari
penggunaan obat, diagnosa ADHD sudah dapat disingkirkan. 12
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan untuk
menegakan diagnosa dari gangguan mood. Pemeriksaan skrining dari fungsi
tiroid dapat menyingkirkan kemungkinan dari masalah endokrin yang
berhubungan dengan gangguan mood. Dexamethasone-suppresion test dapat
dilakukan pada kasus gangguan depresi mayor untuk melihat apakah kadar
kortisol mengalami penurunan pasca pemeriksaan.12
2.7. Tatalaksana
a. Perawatan rumah sakit
Faktor keamanan pasien haruslah dipertimbangkan terutama pada
kasus anak yang mengalami gangguan depresi mayor. Berbagai macam ide
dan tindakan bunuh diri dapat timbul pada kasus depresi pada anak.
Perawatan rumah sakit dianggap dapat melakukan evaluasi yang ketat pada
pasien dengan ide dan tindakan bunuh diri, sehingga rumah sakit dapat
menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien dan kemungkinan pasien
untuk mencoba bunuh diri dapat diminimalisir. Perawatan rumah sakit juga
diperlukan pada anak dan remaja yang mengalami ketergantungan obat.11
b. Psikoterapi
CBT (Cognitive-behavioral therapy) sudah dikenal sebagai metode
terapi intervensi pada kasus depresi berat pada anak. CBT dianggap dapat
merubah pola pikir anak dalam adaptasi terhadap lingkungan, pemecahan
masalah, dan kemampuan sosial. Penelitian telah membuktikan terapi CBT
11
pada anak secara konsisten memberikan hasil yang memuaskan. Terapi lain
seperti terapi relaksasi dapat digunakan sebaga terapi pelengkap pada kasus
depresi pada anak. Salah satu penelitian membandingkan intervensi CBT
dengan systemic behavioral family therapy, pada kedua kelompok 70%
remaja mengalami kemajuan; Tetapi terapi CBT menunjukan efek kemajuan
yang paling cepat. Faktor yang mempengaruhi terapi CBT yaitu terdapatnya
gangguan anxietas yang sudah ada sebelum episode gangguan depresi.11
Partisipasi dan edukasi keluarga merupakan komponen penting
pada anak dengan gangguan depresi, khususnya untuk membantu anak
dalam memecahkan masalah. Fungsi psikososial pada anak dengan
gangguan depresi dapat terus terganggu meskipun episode gangguan depresi
sudah mengalami perbaikan. Dukungan sosial dari keluarga dalam waktu
yang lama sangatlah membantu. Teknik modeling dan role-playing dapat
melatih anak dalam pemecahan masalah.11
C.Farmakoterapi
Terdapat berbagai pendapat tentang penggunaan obat anti depresan
pada kasus depresi. Pada tahun 2004, U.S Food and Drug Aministration
(FDA) mengungkapkan penelitian randomized controled trial mengenai
penggunaan sembilan jenis anti-depresan pada kasus depresi anak. Pada
penelitian ini disimpulkan penggunaan obat anti-depresan pada anak yang
mengalami depresi meningkatkan risiko untuk bunuh diri. Meskipun tidak
ada tindakan bunuh diri yang terjadi, tingkat ide dan perilaku bunuh diri
adalah 2% pada kelompok plasebo dibandingkan 4% pada kelompok dengan
pengobatan anti-depresan. Sejak saat itu, FDA menciptakan peringatan
“black box” pada obat-obatan anti-depresan yang berisikan tentang
pengobatan dapat menimbulkan peningkatan risiko bunuh diri dan
dibutuhkan pengawasan ketat terhadap ide atau tindakan bunuh diri.11
Sejak saat itu banyak penilitian yang mengungkapkan bahwa
penggunaan anti-depresan tidak meningkatkan risiko untuk bunuh diri. Anti-
depresan dipercaya merupakan terapi protektif pada pasien untuk mencegah
onset baru dari depresi dan ide bunuh diri. Salah satu penelitian yang
membahas tingkat bunuh diri pada kelompok dengan pengobatan
antidepresan dengan kelompok tidak menggunakan anti-depresan
12
membuktikan bahwa kelompok pengguna anti depresan memiliki tingkat
bunuh diri sepertiga dari seluruh kasus percobaan bunuh diri. Oleh karena
itu, psikiater harus segera memberikan pengobatan anti-depresan pada anak
dan remaja dengan keinginan bunuh diri. Tetapi disaat bersamaan psikiater
harus melakukan pengawasan ketat terhadap pengobatan yang diberikan.11
Fluoxetine merupan satu-satunya antidepresan yang telah disetujui
oleh FDA untuk mengatasi depresi pada anak. Pemberian dosis permulaan
adalah 2,5-10 mg dan dosis target adalah 20-40 mg/hari. Efek samping yang
sering timbul antara lain nyeri kepala, gangguan pencernaan, efek sedasi,
dan insomnia.11
Penelitian mengenai penggunaan setraline yang bersifat double-
blind, dengan menggunakan metode placebo-controlled trials dari 376 anak
dan remaja mengungkapkan bahwa penggunaan sentraline dalam range 50-
200 mg per hari efektif dalam mengatasi gangguan depresi. Penilitian
menunjukan bahwa terjadi penurunan lebih dari 40% dari depression rating
scale pada 69% kelompok yang mendapatkan terapi setraline. Efek samping
yang sering muncul antara lain anoreksia, muntah, diare, dan agitasi.11
Citalopram diungkapkan efektif dalam menangani depresi pada
anak menurut penelitian RCT di Amerika Serikat. Citalopram sebanyak 20-
40 mg per hari atau plasebo diberikan kepada 174 anak dan remaja selama 8
minggu. Secara signifikan kelompok dengan pengobatan citolopram
mengalami penurunan pada depression rating scale (CDRRS-R)
dibandingkan dengan kelompok plasebo. Penurunan dianggap signifikan
apabila skor CDRRS-R kurang dari 28. Penurunan yang signifikan
ditemukan sebanyak 35% ada kelompok pemberian citolopram, sedangkan
24% pada kelompok pemberian plasebo. Efek samping yang sering muncul
antara lain nyeri kepala, mual, insomnia, rhinitis, nyeri perut, kelelahan, dan
flu-like symptoms.11
Ketika pengobatan lini pertama dengan menggunakan SSRI tidak
memberikan perbaikan, dapat digunakan golongan antidepresan lain
meskipun belum disertai uji efisiensi. Sebagai contoh, bupropion yang
memiliki efek stimulan juga meberikan efek antidepresan yang efisien dan
telah banyak digunakan dalam pengobatan ADHD dan depresi. Contoh lain
adalah venlafaxine dimana cara kerjanya dengan mencegah uptake serotonin
13
dan norepinefrine, telah digunakan dalam pengobatan depresi pada remaja.
Efek samping yang ditimbulkan biasanya bersifat ringan seperti agitasi,
gugup, dan mual. Antidepresan trisiklik tidak direkomendasikan dalam
pengobatan depresi pada anak dan remaja. Antidepresan trisiklik tidak
dianjurkan akibat risiko dari aritmia jantung pada penggunanya.11
Berdasarkan data penelitian mengenai pengobatan gangguan
depresi mayor pada anak dan remaja, rekomendasi lama pengobatan dengan
menggunakan anti depresan adalah 1 tahun pada anak dengan respon terapi
yang baik. Setelah itu pengobatan dihentikan ketika anak dalam kondisi
tidak stress.11
Berdasarkan data yang tersedia, rekomendasi farmakologis, pada
konsensus untuk Texas Children’s Medication Algorithm Project( TMAP),
pengobatan yang pertama yang diberikan pada gangguan depresi pada anak
adalah antidepresan golongan SSRI. Bila pengobatan tidak memberikan
perbaikan selama 3 bulan, berikan antidepresan golongan SSRI yang lain.
Apabila pengobatan dengan golongan SSRI lain tidak memberikan
perbaikan, penggunaan kombinasi antidepresan dengan menggunakan
antidepresan golongan lain atau meningkatkan dosis dapat menjadi pilihan.11
BAB III
PEMBAHASAN
Depresi pada anak memiliki kriteria diagnosa yang sudah jelas pada
DSM V. Tidak ada pemisahan bab khusus yang membahas tentang depresi
pada anak. Namun, beberapa kriteria diagnosa memiliki catatan tambahan
14
apabila kriteria tersebut digunakan pada anak. Catatan tambahan tersebut
dapat berupa onset penyakit, gejala klinis yang berbeda, dan lain- lain.
Karakteristik gangguan depresi antara lain anhedonia
(ketidakmampuan merasakan kepuasaan dalam aktivitas yang biasanya dapat
memberikan kepuasan), kesedihan, mudah lelah, rendahnya penghargaan
terhadap diri sendiri, menangis, hiperaktivitas setelah umur dua tahun, dan
ide-ide yang membahas tentang kematian. Perasaan untuk sulit merasakan
kesenangan pada sesuatu yang membawa kesenangan merupakan
karakteristik utama gangguan depresi anak. Namun terdapat perbedaan
pendekatan diagnosa depresi pada anak, mengingat anak mengalami tumbuh
kembang dimana setiap fase memiliki gejala klinis yang berbeda. Berikut
adalah gejala klinis depresi pada anak yang berkaitan dengan umur.14
Dibawah umur 3 tahun
Pada kelompok umur ini, anak belum dapat mengekspresikan rasa
sedih yang dirasakan melalui bahasa. Perubahan perilaku biasanya dirasakan
oleh pengasuh anak yang merawat setiap hari. Perubahan yang dirasakan
seperti gangguan pola makan, mengalami kegagalan untuk tumbuh dan
berkembang tanpa penyebab fisik yang jelas, tantrums, kehilangan minat
untuk bermain, dan apatis.7,14
Usia 3-5 tahun
Anak yang mengalami gangguan depresi pada kelompok umur ini
memiliki karakteristik ceroboh, memiliki phobia spesifik, memiliki
keterlambatan perkembangan menurut milestones seperti toilet training,
permintaan maaf yang berlebihan pada kesalahan kecil, dan masalah lain
seperti sering menumpahkan makanan atau lupa meletakan mainan.7,14
Usia 6-8 tahun
Pada kelompok umur ini, gangguan depresi pada anak dapat
ditunjukan melalui keluhan gangguan fisik yang tidak jelas, perilaku yang
agresif, tidak bisa berada jauh dari orang tua, dan perilaku menghindar
ketika bertemu orang asing dan tantangan.7,14
Usia 9-12 tahun
15
Pada kelompok umur ini, gangguan depresi pada anak dapat
ditunjukan melalui pemikiran yang tidak wajar, kecemasan yang berlebihan
terhadap kegiatan sekolah, insomnia, keluhan somatik (sakit kepala dan sakit
perut), mood irritable dan menyalahkan diri sendiri akibat dianggap
mengecewakan orang tua ataupun guru.7,14
Anak dengan gangguan depresi mayor dapat disertai pula dengan
gejala halusinasi dan delusi. Biasanya gejala ini timbul konsisten di saat
episode depresi terjadi dan tidak termasuk gejala halusinasi yang bersifat
memerintah seperti pada schizophrenia. Halusinasi yang dialami biasanya
berbentuk suara tunggal yang berasal dari luar kepala dengan tema bunuh
diri dan penghinaan. Delusi yang dialami bertemakan tentang rasa bersalah,
penyakit fisik, kematian, hukuman, dan penyiksaan.11
Tidak semua anak dengan gejala klinis diatas memiliki gangguan
depresi. Namun ketika gejala tersebut bersifat berat dan atau terus bertahan
selama sebulan atau lebih, sangatlah penting melakukan evaluasi pada anak
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman.7
Penilaian yang bersifat objektif dibutuhkan untuk menilai gangguan
depresi pada anak. Terdapat banyak penilaian yang memiliki fungsi menilai
depresi pada anak, antara lain Children’s Depressive Rating Scale (CDRS),
Children’s Depression Scale (CDS), dan Children’s Depression Inventory
(CDI). Skala penilaian yang digunakan secara umum untuk menilai
gangguan depresi pada anak adalah Children’s Depression Inventory (CDI).
Penilaian CDI sudah dibuktikan menghasilkan hasil yang memuaskan dan
sudah diterjemahkan ke 20 bahasa yang berbeda.15
CDI adalah skala penilaian yang berfungsi untuk menilai adanya
dan tingkat keparahan gangguan depresi pada anak. Skala penilaian ini
digunakan untuk rentang umur antara 7-17 tahun. Sangatlah penting untuk
mengetahui perilaku anak dan perasaan menurut penilaian anak itu sendiri.
Penilaian ini memungkinkan untuk mengetahui perilaku dan perasaan anak
yang mungkin saja tidak diketahui oleh orang tua ataupun guru. Sehingga
klinisi mengetahui bantuan apa saja yang dapat diberikan kepada seorang
anak. Selain itu, CDI juga dapat digunakan untuk mengetahui perbaikan
dari pengobatan yang diberikan dan screening untuk gangguan depresi pada
anak.16
16
Penilaian meliputi masalah emosional, mood negatif, gejala fisik,
rendahnya penghargaan diri, masalah fungsi dalam akitvitas sehari-hari, dan
masalah interpersonal. Hasil data akan dianalisa dengan metode penilaian
T-score (CI 90%), lalu akan diintepretasikan sesuai guideline yang ada.
Pertanyaan yang diajukan meliputi tabel dibawah ini.16
Tabel 3.1 Penilaian CDI 15
Terapi gangguan depresi pada anak secara garis besar terdiri dari
psikoterapi, farmakoterapi, atau kombinasi dari kedua terapi tersebut. Terapi
yang diberikan dipengaruhi tingkat keparahan gangguan depresi, keinginan
dari pasien, tingkat perkembanga dari anak, faktor risiko yang berkaitan, dan
ketersediaan dari pelayanan. Terapi termasuk juga edukasi kepada keluarga
dan pasien sendiri mengenai kerugian dan keuntungan dari terapi, butuhnya
pengawasan dari keluarga terhadap pengobatan pasien, dan follow up dari
terapi.17,14
The American Psychiatric Association dan The American Academy
of Child and Adolescent Psychiatry merekomendasikan psikoterapi selalu
menjadi komponen terapi pada gangguan depresi pada anak. Psikoterapi
direkomendasikan sebagai pilihan terapi pada depresi ringan, dan sebagai
terapi kombinasi pada depresi sedang sampai berat.17,18
Cognitive behavior therapy (CBT) dan interpersonal therapy
terbukti efektif dalam mengatasi gangguan depresi pada anak. Pada beberapa
17
negara seperti di Inggris, CBT digunakan sebagai terapi lini pertama pada
depresi ringan dan menjadi terapi pelengkap pada depresi sedang-berat. CBT
terdiri dari behavioural activation techniques dan peningkatan kemampuan
untuk berkomunikasi dan hubungan antar sesama, penyelesaian masalah,
regulasi emosi, dan pola pikir saat mengatasi masalah. Terapi kombinasi
antara CBT dan medikasi lebih efektif dalam menjaga kekambuhan episode
depresi dibandingkan dengan terapi CBT saja. Medikasi yang sering
digunakan dalam terapi kombinasi antara lain adalah fluoxetine dimana
menunjukan respon terapi yang baik.17,18
Terapi interpersonal berfokuskan kepada adaptasi terhadap
perubahan dalam hubungan, perubahan dalam peranan pribadi, dan
membentuk hubungan interpersonal. Belum ada penelitian yang
membandingkan efisiensi antara terapi interpersonal dengan medikasi, terapi
kombinasi atau plasebo. Namun terapi interpersonal dibuktikan efektif
dalam mengatasi gangguan depresi dibandingkan dengan pasien tanpa terapi
sama sekali.18
Meskipun psikoterapi merupakan komponen utama dalam
mengatasi gangguan depresi pada anak dan remaja, penggunaan
farmakoterapi dibutuhkan dalam kasus tertentu. Pemberian farmakoterapi
harus dipertimbangkan dengan tingkat keparahan dari depresi dan riwayat
depresi sebelumnya. Penilaian yang dilakukan sebelum klinisi memberikan
farmakoterapi pada gangguan depresi pada anak terdapat pada tabel 2,
Ketika semua pertanyaan dijawab dengan “ya”, permberian farmakoterapi
dapat dipertimbangkan.17
Questions to Guide Initiation of Pharmacotherapy in Children and
Adolescents with Depression
Is the depression of moderate to severe severity?
Has there been a prior episode of depression?
Has the patient been treated for depression with medication in the past?
18
Is there a family history of depression?
Is there a family history of depression with significant response to medication?
Have environmental stressors been modified with no associated improvements in mood?
Has evidence-based psychotherapy (i.e., cognitive behavior therapy, interpersonal therapy) been attempted without success?
NOTE: If the patient answers “yes” to any question, consider initiating pharmacotherapy.
Tabel.3.2 Pertanyaan yang diajukan pada gangguan depresi pada anak
untuk memulai farmakoterapi.17
Antidepresan trisiklik yang efektif untuk mengobati gangguan
depresi pada dewasa, tidak efektif bila diberikan kepada anak. Belum
diketahui mengapa antidepresan trisiklik tidak efektif pada pasien anak.
Sebagai perbandingan, terdapat penelitian meta-analisis yang membahas
penggunaan fluoxetine dalam mengatasi depresi pada anak dan remaja
(dengan rentang umur 6-18 tahun). Golongan SSRI lain belum terbukti
konsisten efektif dalam mengatasi gangguan depresi pada anak, walaupun
obat escitalopram telah disetujui dalam mengatasi gangguan depresi pada
remaja menurut penelitian RCT di Amerika serikat. Dosis terapi harus
dimulai dengan dosis terkecil yang dianjurkan lalu dititrasi naik secara
perlahan sesuai dengan respon dari terapi dan efek samping yang muncul.17,18
Dalam penggunaan SSRI, klinisi harus memiliki pertimbangan
tertentu terhadap beberapa isu yang berkembang. Pertama, tingkat efektifitas
dari pengobatan SSRI terhadap gangguan depresi adalah sedang, mengingat
pengobatan dengan plasebo juga membawa hasil yang baik. Kedua,
pengobatan dengan SSRI juga disertai efek samping seperti tingginya
kemungkinan seseorang mengalami kelemahan atau pengurangan kekuatan
dalam aktivitas sehari-hari. Ketiga, SSRI memang efektif dalam mengatasi
19
gejala depresi, namun di lain pihak juga mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. Yang terakhir masih terdapat kontroversi mengenai penggunaan
SSRI yang sering dihubungkan dengan peningkatan risiko ide bunuh diri bila
dibandingkan dengan penggunaan plasebo. Namun semua hal ini tidak
menghalangi pemberian antidepresan pada pasien dengan gangguan depresi.
Hal ini dibuktikan dengan number needed to treat pada pengobatan
antidepresan adalah 10, sedangkan number needed to harm adalah 143. Hal
diatas merupakan pertimbangan yang harus dipikirkan dalam pemberian
SSRI, dimana klinis harus melakukan pemantauan yang ketat akan
kemungkinanan dari bunuh diri atau efek samping lain yang ditimbulkan.18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Depresi merupakan suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai
dengan kesedihan, perasaan putus asa, tidak bersemangat, rasa bersalah, harga diri
yang rendah, dan perasaan kosong.
Depresi dapat terjadi pada anak sebagaimana orang dewasa dan insidennya
cenderung meningkat sehingga perlu diagnosis dini untuk memperoleh hasil terapi
yang efektif. Penegakan diagnosis gangguan depresi pada anak dapat
menggunakan kriteria DSM V, dimana sudah terdapat kriteria khusus yang berlaku
untuk pasien anak. Gambaran klinis yang muncul pada gangguan depresi pada
anak berbeda dengan dewasa, hal ini terjadi karena anak masih mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Sehingga gambaran klinis yang muncul sesuai
dengan usia anak. Terdapat skala penilaian yang sudah secara umum digunakan
untuk menilai gangguan depresi pada anak, yaitu Children’s Depression Inventory
(CDI).
Tatalaksana dari gangguan depresi pada anak meliputi psikoterapi,
farmakoterapi, dan terapi kombinasi. Psikoterapi merupakan komponen utama
20
dalam gangguan depresi pada anak. Psikoterapi yang paling efektif adalah
Cognitve Behavioural Therapy (CBT). Dibutuhkan penilaian sebelum melakukan
farmakoterapi. Farmakoterapi yang direkomendasikan adalah antidepresan
golongan SSRI yaitu Fluoxetine. Kombinasi CBT dan fluoxetine dinilai lebih
unggul dibandingkan psikiterapi atau farmakoterapi sendiri.
Orang yang berada di sekitar anak seperti orang tua dan guru, harus
memiliki pengetahuan mengenai gejala awal gangguan depresi pada anak.
Mengingat gangguan depresi pada anak memiliki gambaran yang cukup berbeda
dengan orang dewasa. Skrining dan diagnosis dini dibutuhkan pada gangguan
depresi pada anak, agar tatalaksana dini dapat dilakukan untuk mencegah dampak
yang lebih berat dari gangguan depresi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira, DS, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
2. Watkins C. Depression in children and adolescents. Dikutip dari:
http://www.baltimorepsych.com/cadepress.htm.
3. Guan DKS. Childhood behavioral problems and their management. J
Pediatr Obstet Gynecol 1997; 11:7-8.
4. Fassler DA. Childhood Depression. J Am Acad child adolesc psychiatry
1977. Dikutip dari: http://www.aacad.org/whatsnew/fassler.htm.
5. Dalton R, Forman MA. Mood disorders. Dalam : Behrman RE, Kliegman
RM, Arvin AM, Nelson WE, penyunting. Nelson Textbook of pediatrics.
Edisi ke-15. Philadelphia : Saunders, 1996. h. 84-5.
6. Fact for Families: The Depressed Child. Edisi July 2013. Diunduh dari:
http://www.aacap.org
7. Cash, RE. Depression in Young Children: Information for Parents and
Educators.Nava Southeastern University 2004; 11:41-44
21
8. Depression in Children and Adolescent. Edisi 2013. Diunduh dari
http://www.nimh.nih.gov/health/topics/depression/depression-in-children-
and-adolescents.shtml
9. Hartanto H. Kamus kedokteran Dorland. edisi 29. Jakarta: EGC; 2002. p.
588.
10. Kaplan HI, Sadock BJ. Depresi. Dalam: Ilmu kedokteran jiwa darurat.
Jakarta: Widya Medika, 1998; p. 227-32.
11. Sadock BJ, Sadock VA. Concise Textbook of Childhood And Adolescent
Psychiatry.New york, 2009; p.132-46
12. Diagnostic and Statistical Manual of Metal Disorders: Fifth Edition. United
States Of America: American Psychiatric Association, 2013; p.155-188
13. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkasan dari PPDGJ III dan DSM V Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atmajaya. Jakarta, 2001.
14. Son, SE , Kirchner JT. Depression in Children and Adolescents. AAFP
2000;62(10):2297-308
15. Thompson AH. Childhood Depression Revisited: Indicators, Normative
Test,s and Clinical Course. Journal Canada Academy Child Adolescent
Psychiatry 2012:1:5-8
16. Kovacs M. Children’s Depression Inventory 2nd Edition: Self Report. MHS
2011:1:1-6
17. Clark MS, et al. Treatment of Childhood and Adolescent Depression.
AAFP 2012; 86(5):442-8
18. Maughan B, et al. Depression in Childhood and Adolescence. Journal
Canada Academy Child Adolescent Psychiatry 2013:22(1):35-40
22