asuhan keperawatan gerontik depresi klp iii

55
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. M DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KASIH SAYANG IBU "GANGGUAN ALAM PERASAAN : DEPRESI" DI SUSUN OLEH : Kelompok III 1. RIKA GUSNERI 2. ANGGI FASKAL PRATAMA 3. CHINTIA OKTARINA 4. MILA AFRIYANTI 5. TIYA MONICA BAMINDA 6. MEGIKO PUTRA 7. FEBRISAL DIRJAS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

Upload: rika-gusneri-part-ii

Post on 27-Oct-2015

150 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. M DI PANTI SOSIAL

TRESNA WERDHA KASIH SAYANG IBU

"GANGGUAN ALAM PERASAAN : DEPRESI"

DI SUSUN OLEH :

Kelompok III

1. RIKA GUSNERI

2. ANGGI FASKAL PRATAMA

3. CHINTIA OKTARINA

4. MILA AFRIYANTI

5. TIYA MONICA BAMINDA

6. MEGIKO PUTRA

7. FEBRISAL DIRJAS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

ALIFAH PADANG

2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,dan

karunianya makalah ini dapat terselesaikan oleh penulis tepat pada waktunya.

Dalam pembuatan mklah ini penulis bertujuan untuk memenuhui tugas kuliah “

Keperawatan Gerontik ”.Dan pun kami bahas pada makalah ini adalah mengenai “

Gangguan Alam Perasaan Pada Lansia ”.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan atas

kerjasama kelompok dan bantuan dari beberapa pihak,untuk itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih atas dorongan,perhatian dan

kerjasamanya. Namun penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran,kritik yang membangun sangatlah

diharapkan agar lebih maju dimasa yang akan datang.

Harapan penulis makalah ini dapat jadi reverensi bagi penulis dan pembaca untuk

membangun tenaga kesehatan yang lebih professional dan bermutu dalam profesi

keperawatan.

Padang, Mei 2013

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………...………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan......................................................................................................... 1

BAB II KONSEP DASAR TEORI

A. Gangguan alam perasaan ……………………………………………….. 2B. Mania ……………………………………………………………........... 2

C. Depresi ……………………………………………….............................. 2D. Proses Keperawatan……………………………………………………... 3

a. Pengkajian............................................................................................ 3b. Masalah keperawatan .......................................................................... 5c. Analisa data.......................................................................................... 6

d. Diagnosa keperawatan.......................................................................... 6e. Intervensi ............................................................................................ 7f. Evaluasi ............................................................................................... 10

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………. 11B. Saran…………………………………………………………………....... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum

ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas

sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stres yang dialami oleh

seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar di antara kita pernah merasa sedih atau

jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang

dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum

perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup

singkat dan mudah dihalau (Wilkinson et al, 1998).

Depresi dan lanjut usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa

di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta

menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang.

Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup

yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang

beruntun, stres yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau

kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya.

Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media

bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan

kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala

bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice, 1994).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), depresi adalah gangguan mental

yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini

menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan

hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan

yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif.

Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung

terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60

persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (Anonim, 2009).

Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri

pada penduduk yang didiagnosis  mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah suatu

pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan diri akibat

gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia

15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini. Pria yang

berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri 38/100.000 dibandingkan dengan

angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika Serikat (Anonim, 2009).

Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita

depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi

meningkat secara drastis di antara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 persen

sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan

sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak

terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen) mengalami gejala-gejala yang cukup

parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan merupakan gangguan psikiatri

yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat

(Hermana, 2006).

Selain itu   prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil

meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata

depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6.

Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti

perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita depresi (Anonim,

2009).

Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak

khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan

kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga

tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah

faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stres kronis,

penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak,

faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi

pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Anonim, 2009).

B. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah adalah untuk melatih dan menambah

pengetahuan tentang gangguan alam perasaan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Gangguan Alam Perasaan

Gangguan afek (suasana hati) dengan manifestasi gejala-gejala mania dan

atau depresi. Klien dengan gangguan alam perasaan biasanya akan didapat suatu

keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir.

Keadaan emosional yang berkepanjangan dan mempengaruhi seluruh

kehidupan dan fungsi kehidupan seseorang.

B. Mania

Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang

meningkat atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.

Dapat diiringi perilaku berupa peningkatan aktivitas flight of idea, euphoria,

penyimpangan sex.

Perilaku yang berhubungan dengan mania :

a. Afektif

Gambaran berlebihan, peningkatan harga diri, tidak tahan kritik

b. Kognitif

Ambisi mudah terpengaruh, mudah beralih perhatian, waham kebosanan, flight of

idea.

c. Fisik

Gangguan tidur, nutrisi tidak adekuat, peningkatan aktivitas, dehidrasi.

d. Tingkah laku

Agresif, aktivitas motorik meningkat, kurang perawatan, seks berlebihan dan bicara

bertele-tele.

C. Depresi

Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang

berlebihan dan berkepanjangan. Perilaku yang berhubungan dengan depresi :

a. Afektif

Sedih, cemas, apatis, perasaan ditolak/bersalah, merasa tidak berdaya, putus asa,

merasa sendirian dan tidak berharga.

b. Kognitif

Bingung, ragu, sulit berkonsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri

sendiri, pikiran merusak diri.

c. Fisik

Sakit perut, anoreksia, mual dan muntah, gangguan pencernaan, pusing.

d. Tingkah laku

Gangguan tingkat aktivitas, menarik diri, isolasi sosial, irritable (mudah marah).

DEPRESI PADA LANSIA

I. PENGERTIAN

Depresi adalah gangguan mood yang reversible yang dihubungkan dengan adanya

stress yang akut maupun kronik, penyakit kronik, pengobatan, dan factor biokimia.

( Annete, 1996)

Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan

berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Stuart & Laraia)

Gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa

bersalah,putus asa dan perasaan kosong ( Keliat Budi, 1996 )

Depresi sebagai salah satu gangguan alam perasan yang ditandai dengan kemurungan

dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup

perilaku tapi dalam batas normal namun tidak mengalami gangguan realita (Hawari,

2004)

II. RENTANG RESPON EMOSIONAL

RENTANG ADAPTIF RENTANG MAL ADAPTIF

Responsif Reaksi Supresif Reaksi kehilangan Maniak /

kehilangan memanjang depresi

yang wajar

Responsif

Respon individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Mampu bereaksi dengan

dunia eksternal dan internal

Reaksi Kehilangan Yang Wajar

Normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Individu menghadapi realita

dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan yang meliputi bersedih, berfokus pada

diri sendiri, berhenti melakukankegiatan sehari - hari tapi tidak lama (keadaan ini bersifat

temporer)

Supresi

Merupakan tahap awal dari respon mal adaptif, dimana individu menyangkal, menekan

atau menginternalisasi semua aspek perasaannya ke dalam lingkungan

Reaksi Kehilangan Yang Memanjang

Merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang tapi tidak tampak reaksi

emosional terhadap kehilangan , dapat terjadi hingga beberapa tahun

Maniak /depresi

Merupakan respon emosional yang berat. Dapat melalui intensitas dan pengaruhnya

terhadap fisik individu dan fungsi sosialnya. Maniak ditandai dengan gangguan alam

perasaan meningkat,meluas, emosional mudah tersinggung,/terangsang . Dalam hal

perilaku dengan peningkatan kegiatan, banyak bicara, flig of idea. senda gurau tertawa

berlebihan,penyimpangan seksual. Sedangkan depresi ditandai dengan perasaan bersedih

dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

III. ETIOLOGI DEPRESI

a. Organobiologik

Perubahan neuro biologi sitem persyarafan

Penyakit kronik degeneratif

Gangguan endokrin

Pengaruh obat

Genetik

b. Psikososial

Perubahan peran sosial

Berbagai bentuk kehilangan

Ciri kepribadian yang rentan

Dukungan psikososial yang buruk

Peristiwa kehidupan yang menyakitkan

FAKTOR PREDISPOSISI

1. Faktor Genetik

Dimana transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan

Frekwensinya meningkat pada kembar monozigot

Menurut Cloninger (1989) :

Gangguan jiwa persepsi sensori dan gangguan jiwa psikotik erat sekali

penyebabnya dengan factor genetic

Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu atau anak dari klien yang

mengalami gangguan jiwa memiliki kecendrungan 10%, sedangkan keponakan

atau cucu 2-4%

Individu yang memiliki hubungan kembar identik dengan klien memiliki

kecendrungan 46-48% , sedangkan dyzigot kecendrungannya 14-17%

Faktor genetic tersebut sangat ditunjang oleh pola asuh yang diwariskajn sesuai

dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang memiliki

gangguan jiwa.

2. Teori Agregasi Berbalik Pada Diri Sendiri

Depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan kepada diri sendiri.berbalik

Menurut Freud, kehilangan banyak orang / objek akan mengakibatkan orang menjadi

ambivalen antara benci dan cinta yang akhirnya menjadikan dia menyalahkan diri

sendiri.

3. Teori Kehilangan

Berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan orang tua pada masa

anak-anak, perpisahan dengan orang yang sangat dicintai. Sehingga individu tidak

berdaya untuk mengatasi kehilangan.

4. Teori Kepribadian

Tipe kepribadian tertentu menyebabkan individu mengalami depresi. Hal ini

merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri

sendiri.

5. Model Belajar Ketidakberdayaan

Depresi disebabkan oleh kehilangan kendali diri, individu yang mengalami

kehilangan menjadi pasif, tidak mampu menghadapi masalah, sehingga lama-

kelamaan timbul keyakinan bahwa dirinya tidak mampu mengendalikan kehidupan.

6. Model Perilaku

Depresi terjadi karena kurangnya reinforcement positif selam berinteraksi dengan

lingkungan

7. Model Biologis

Depresi terjadi karena adanya perubahan dalam kimia tubuh. Perubahan tersebut

termasuk dalam hal system endokrin dimana terjadi defisiensi katekolamin.

Katekolamin tidak berfungsi namun terjadi hipersekresi kortisol yang terus-menerus.

FAKTOR PRESIPITASI

1. Faktor Biologis

Peubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik

seperti infeksi, neoplasme, dan ketidakseimbangan metabolisme

2. Faktor Psikologis

Kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta, kehilangna seseorang,

kehilangan harga diri

IV. KLASIFIKASI DEPRESI

Depresi dapat dibagi dalam 3 macam (Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan)

1. Depresi reaktif / eksogeneus

Adalah depresi yang dimulai dengan mendadak dan adanya kejadian pencetus. Klien

mengetahui mengapa dia mengalami depresi

2. Gangguan afektif unipolar / depresi primer / endogenous

Adalah depresi yang ditandai dengan hilangnya minat dalam pekerjaan dan rumah ,

ketidakmampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan depresi yang dalam (disforia).

Depresi primer ini dapat bersifat primer (tidak berhubungan dengan masalah kesehatan

lain) atau sekunder akibat suatu masalah kesehatan seperti gangguan fisik atau

psikiatrik atau pemakaian obat.

3. Gangguan afektif bipolar

Adalah gabungan antara 2 mood yaitu antara maniak (euphoria) dan depresi (disforia).

Depresi pada usia lanjut dibagi dalam 2 kategori yaitu :

1. Depresi disorder

Adalah depresi yang terjadi 2 tahun atau lebih tanpa adanya periode maniak

2. Bipolar disorder

Adalah depresi yang diselingi dengan periode maniak.

V.GEJALA DEPRESI

Gejala – gejala Depresi pada lansia adalah :

1. Afektif

Merasa sedih, cemas, apatis, murung, perasaan ditolak/bersalah, merasa tidak berdaya,

putus asa, merasa sendirian, rendah diri, tidak berharga, cemas, penurunan keinginan

seksual

2. Kognitif

Konsentrasi dan perhatian berkurang, paranoid, agitasi, fokus pada kejadian lalu,

menyalahkan diri sendiri, menganggap diri tidak berguna, pandangan masa depan yang

suram/kabur, berpikir untuk membahayakn diri/bunuh diri.

3. Perilaku

Kesulitan dalam ADL, perubahan pola tidur (biasanya insomnia), menarik diri, isolasi

social, harga diri dan kepercayaan berkurang, penurunan nafsu makan, iritabel (mudah

marah).

4. Fisik

Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, berkurangnya

energi, mudah lelah, lemah, lesu, insomnia, pusing, mulut kering.

VI.SINDROM KLINIS TERTENTU YANG DAPAT MUNCUL PADA LANSIA

(DEPKES 2001)

a. Depresi Agitatif

Ditandai dengan peningkatan aktifitas, mondar mndir, mengejar ngejar orang dan terus

menerus meremas remas tangan

b. Depresi dan Anxietas

Gangguan cemas menyeluruh dan fobia

c. Depresi terselubung

Tidak muncul gejala atau mood depresi

d. Somatisasi

Gejala somatik dapat menyembunyika gejala yang sesungguhnya dan dsapat

memperberat dengan adanya depresi

e. Pseudo Dimensia

Pasien depresi yang menunjukan gejala ganggua memori yang bermakna seperti

dimensia

f. Depresi sekunder pada dimensia

Depresi yang terjadi pada stadium awal dimensia

VII.DETEKSI DINI KEMUNGKINAN DEPRESI PADA LANSIA

Usia lanjut dengan penyakit Degeneratif

Usia lanjut yang mengalami perawatan yang lama di RS

Usia lanjut dengan keluhan somatis kronis dan Dokter Shoping

Usia lanjut dengan Imobilisasi yang berkepanjangan

Usia lanjut dengan Isolasi social

Usia lanjut dengan social ekonomi yang lemah

Usia lanjut yang kehilangan dukungan sosial

VII. TERAPI PENUNJANG

Pengobatan, secara umum terbagi 2 :

1. Anti depresi trisiklik : nortriptilin, aventyl

2. Penghambat monoaminoksidase (MAO) : tranilsipromin sulfat, isokarboksazid

Efek samping obat-obatan : sedasi, mengantuk, hipotensi, retensi urin, konstipasi, mulut dan

mata kering, penglihatan kabur.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi factor predisposisi dan factor

presipitasi dan perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien.

Riwayat kesehatan sekarang (tanda dan gejala), RKD, RKK, Riwayat pengobatan,

Riwayat nutrisi, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan status mental, Pengkajian keluarga,

pengkajian ADL.

2. Masalah

Berduka disfungsional

Koping individu tidak efektif

Perubahan proses keluarga

Gangguan interaksi sosial

Ketidakberdayaan

Gangguan pola tidur

Perubahan nutrisi

Defisit perawatan diri

Distres kepercayaan

3. Tujuan

Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas

serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan

4. Intervensi

a. Fase akut 6 – 12 minngu

Tujuan tidakan mengurangi gejala jika kondisi membaik setelah dilakukan tindakan

maka pasien sehat

b. Fase berkelanjutan 4 – 6 bulan

Tujuan mencegah kekambuhan ,meningkatkan proses penyembuhan

Penyebab kambuh adalah kegagalan mempertahankan keadaa yang telah membaik

c. Fase mempertahankan

Tujuan rencana tindakan untuk mencegah tanda dan gejala depresi yang lebih berat/

atau memperberat tanda depresi

5. Implementasi

Pada fase akut

Ajarkan pasien tentang Depresi

Ajarkan klien tentang pengobatan depresi

Mengajarkan cara mempertahan kan status nutrisi

Bantu klien untuk mengembangkan aktifitas sendiri

Ajarkan pada keluarga tanda- tanda resiko bunuh diri

Kaji dinamika keluarga , hargadiri dan persepsi klien

Pada Fase berkelanjutan

Ajarkan bila gejala muncul segra mencari bantuan

Beri reinforcement positif terhadap kemajuan yang di lakukan klien

Ajarkan teknik meningkatkan diri yang sehat , kemampuan komunikasi asertif,teknik

relaksasi

Ajarkan teknik peningkatan mekanisme koping

Pada Fase mempertahankan

Beri Reinforcement positif

Ajarkan kemampuan memecahkan masalah, teknik relaksasi, distraksi

Proses Keperawatan

A. Pengkajian

1. Faktor Predisposisi

b. Faktor genetik

Dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat

keluarga atau keturunan.

c. Teori agresi menyerang ke dalam

Menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang

ditunjukkan kepada diri sendiri.

d. Teori kehilangan objek

Merujuk kepada perpisahan traumatis individu dengan benda atau yang

sangat berarti.

e. Teori organisasi kepribadian

Mengusulkan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah

mempengaruhi dalam keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor.

f. Model kognitif

Menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi

oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang

dan masa depan seseorang.

g. Model ketidakberdayaan yang dipelajari

Menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi

tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil

yang penting dalam kehidupannya.

h. Model perilaku

Berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi penyebab

depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi

dengan lingkungan.

i. Model biologik

Menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa

depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi

dan variasi periodik dalam irama biologis.

2. Faktor Presipitasi

a. Kehilangan keterikatan yang nyata yang dibayangkan, termasuk kehilangan

cinta seseorang, kedudukan atau harga diri.

b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahuluan

episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang

dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan

depresi, terutama pada wanita.

d. Perubahan fisiologik yang disebabkan oleh obat-obatan berbagai penyakit

fisik.

3. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang

adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang

hebat. Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi,

mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme

pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang efektifnya koping

dalam menghadapi kehilangan.

4. Perilaku

Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran

utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada

keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi

agitasi.

B. Masalah Keperawatan

a) Gangguan harga diri : harga diri rendah

b) Kerusakan interaksi sosial

c) Perubahan proses berpikir

d) Ketidakberdayaan

e) Perubahan nutrisi kurang dari ketubuhan tubuh

f) Gangguan pola tidur

g) Defisit perawatan diri

h) Risiko tinggi cidera

i) Koping individu tidak efektif

j) Gangguan komunikasi verbal

C. Analisa Data

No Data Masalah

1 DS :

Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya,

tidak berharga, tidak ada harapan setelah

ditinggal suami dan anak satu-satunya.

DO :

Klien tampak sedih

Klien tampak menangis

Gangguan alam

perasaan : koping

individu maladaptive

2 DS :

Klien mengatakan ingin memukul diri

sendiri jiwa ingat suami dan anak-anaknya

Klien mengatakan bila ingat suami dan

anaknya lebih banyak sendiri dan marah-

marah

DO :

Klien tampak gelisah

Klien tampak memukul diri sendiri

Klien tampak tidak bisa mengontrol impuls

Risiko menciderai diri

sendiri : depresi

D. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptive

2. Risiko tinggi menciderai diri : berhubungan dengan depresi

E. Intervensi

No Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Gangguan alam

perasaan : depresi

berhubungan dengan

koping individu

maladaptif

TUM :

Klien tidak

terjadi

gangguan alam

perasaan  :

depresi

TUK (1) :

Dapat membina

hubungan

saling percaya

TUK (2) :

Klien dapat

menggunakan

koping adaptif.

Klien

menunjukkan

tanda-tanda

percaya

kepada

perawat

Klien mampu

menggunakan

koping adaptif

yang baik.

1. Bina hubungan

saling percaya

Sapa klien

dengan ramah,

ucapkan dengan

sopan, ciptakan

suasana tenang

dan santai.

Terima klien apa

adanya

Pertahankan

kontak mata saat

berhubungan

Tunjukkan sikap

empati dan penuh

perhatian pada

klien

Jujur dan

menepati janji

Perhatikan

kebutuhan klien

2. Tanyakan kepada

klien tentang

perasaan saat ini

Beri dorongan

untuk

mengungkapkan

perasaannya dan

mengatakan

Hubungan saling percaya

sebagai dasar interaksi

yang terapeutik

Memberikan hal-hal yang

adaptif yang dapat

digunakan oleh klien bila

ada masalah

bahwa perawat

memahami apa

yang dirasakan

Tanyakan kepada

pasien cara yang

bisa dilakukan

mengatasi

perasaan sedih/

menyakitkan

Diskusikan

dengan pasien

manfaat dari

koping yang biasa

digunakan

Bersama klien

mencari berbagai

alternatif koping

Beri dorongan

kepada pasien

untuk memilih

koping yang

paling tepat dan

dapat diterima

Beri dorongan

kepada pasien

untuk mencoba

koping yang telah

dipilih

Anjurkan pasien

untuk mencoba

alternatif lain

dalam

menyelesaikan

masalah

2 Risiko menciderai diri

berhubungan dengan

depresi

TUM :

Klien tidak

menciderai diri

sendiri

TUK :

Klien

terlindung dari

perilaku

menciderai diri

Klien dapat

menggunakan

obat dengan

benar dan tepat

Klien

menunjukkan

tidak ada

tanda-tanda

untuk

menciderai

diri dengan

tanda : tenang

Klien minum

obat secara

benar dan

tepat

Pantau dengan

seksama risiko

bunuh diri/melukai

diri

Jauhkan dan simpan

alat-alat yang

digunakan oleh

pasien untuk

menciderai dirinya di

tempat yang aman

dan terkunci

Jauhkan alat-alat

yang membahayakan

pasien

Awasi dan

tempatkan pasien di

ruang yang mudah

dipantau oleh

petugas

Diskusikan tentang

obat (nama, dosis,

frekuensi, efek

samping minum

obat)

Bantu menggunakan

obat dengan prinsip 5

benar (benar pasien,

Memantau secara

seksama dapat

mengetahui lebih dini

tanda-tanda ingin

menciderai diri

Dapat menghindari

keinginan pasien untuk

melukai diri.

Mempermudah perawat

mengawasi pasien

Minum obat secara benar

dapat membantu

penyembuhan pasien

obat, dosis, cara dan

waktu)

Anjurkan

membicarakan efek

samping yang

dihasilkan

Beri reinforcement

(+) bila

menggunakan obat

dengan benar

F. Evaluasi

a) Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.

b) Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal

dapat digali.

c) Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.

d) Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi

sepenuhnya.

e) Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.

f) Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.

g) Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.

BAB IV

TINJAUAN KASUS

NAMA PANTI : Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu

ALAMAT PANTI : Batusangkar

TANGGAL MASUK : Klien masuk kira-kira 1 tahun yang lalu

NO. REGISTER : tidak diketahui

I. IDENTITAS

A. Nama : Ny.M

B. Jenis Kelamin : Perempuan

C. Umur : 65 tahun

D. Agama : Islam

E. Status Perkawinan : Kawin (janda)

F. Pendidikan Terakhir : SD

G. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

H. Alamat rumah : Batusangkar

II. ALASAN KUNJUNGAN KE PANTI

Klien masuk panti sosial karena keinginan pribadi, dengan alasan klien ingin

melupakan trauma masa lalunya. Yaitu kira-kira 10 tahun yang lalu cucu Ny. M

meninggal karena tenggelam di kolam yang ada di belakang rumahnya. Saat itu cucu

Ny. M tinggal di rumah bersama Ny. M karena orang tua cucunya itu bekerja. Ny. M

merasa sangat bersalah atas peristiwa tersebut. Sejak itu Ny. M sering melamun,

menyendiri di dalam kamar dan menangis sendirian terutama di malam hari. Anak-anak

Ny.M dan cucunya sibuk beraktivitas diluar rumah sehingga Ny. M sering tinggal

sendirian diluar rumah. Untuk mengatasi rasa sepi yang beliau alami , maka beliau

memutuskan untuk tinggal di panti dengan alasan di panti ini banyak teman tempat

bercerita.

III. RIWAYAT KESEHATAN

1. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini

Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya, tidak berharga, tidak ada harapan

setelah ditinggal suami dan anak satu-satunya. Ny. M terlihat lesu, kontak mata

dengan pengkaji kurang, dan sering mengungkapkan kata yang menyalahkan diri

sendiri

2. Masalah kesehatan keluarga/keturunan

Tidak ada penyakit keturunan

IV. KEBIASAAN SEHARI-HARI

A. BIOLOGIS

- Pola Makan

Klien makan 3 x sehari, porsi hanya habis separuh, menu seimbang, diet buah 2

x seminggu. Klien kurang suka makan sayuran.

- Pola Minum

Klien minum hanya 1 mug (kira-kira 500 ml) sehari dan kadang-kadang tidak

habis. Selain itu klien juga rutin minum segelas air teh setiap pagi.Minum susu

1 x seminggu

- Pola Tidur

Klien tidur kira-kira 5 jam sehari yaitu dari jam 20.00- 01.00. Ny. M

mengatakan susah tidur pada malam hari. Tidurnya tidak pulas dan sering

terbangun pada malam hari sekitar pukul 01.00. Saat terbangun, Ny. M

biasanya langsung teringat pada peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M

tidak dapat tidur kembali sampai pagi dan Ny. M juga menyatakan tidak pernah

dan sulit untuk tidur siang. Saat pengkajian, pengkaji melihat ada lingkaran

hitam di bawah mata Ny. M, wajah tampak lesu dan kelelahan. Saat menjawab

pertanyaan pengkaji, Ny. M tampak tidak konsentrasi dan sering tidak ada

kontak mata dengan pengkaji. Klien mengatakan bahwa ia sering merasa malas

karena kurang tidur.

- Pola Eliminasi ( B.A.B/B.A.K)

BAB : Frekuensi BAB 1x seminggu, konsistensi keras, warna coklat tua.

Ny. M menyatakan ia belum BAB sejak hari Kamis dan perubahan pola

BAB ini terjadi lebih kurang satu tahun belakangan. Dan pada saat BAB

Ny. M selalu mengejan.

BAK : Frekuensi BAK 3-4 x sehari, jumlah sedikit, warna kuning jernih

- Aktifitas sehari-hari

Waktu subuh klien shalat subuh berjamah di mesjid, kemudian mandi. Setelah

itu klien biasanya menyapu rumah sesuai jadwal piket. Kira-kira jam 08.00

klien makan. Setelah makan klien bercengkrama dengan teman-

temannya.Selain itu kadangkala klien juga menonton TV dikamar perawat

pengawas. mengaji dikamarnya. Ketika bangun itu, klien sering termenung

kemudian menagis sendirian. Pada siang hari, kalau klien sendirian di kamar

- Rekreasi

Klien rekreasi ke luar panti seperti ke Malibo Anai dan tempat lain 1 x 2 bulan.

Kadang-kadang anak klien datang ke panti untuk mengajak jalan-jalan.

B. PSIKOLOGIS

B.1 Keadaan Emosi

Ny. M selalu mengingat kejadian yang menyebabkan cucunya meninggal,

sehingga Ny. M sering melamun dan menangis hampir tiap malam.Ny. M

mengatakan kejadian kematian cucunya tersebut masih segar dalam ingatannya

dan hal tersebutlah membuat klien menjadi sering melamun dan menangis pada

malam hari.

Pada saaat pengkajian Ny. M mengatakan sangat bersalah atas kejadian

yang menimpa cucunya karena lambat menyelamtkan cucunya walaupun orang tua

si anak dan keluarga lainnya tidak pernah menyalahkan beliau. Ny. M bercerita

kenapa beliau tidak dapat mencegah kejadian tersebut dan berusaha mencari

cucunya tersebut ke kolam yang ada di belakang rumahnya sendiri malahan beliau

mencari ke rumah orang lain.

C. SOSIAL

- Dukungan Keluarga

Keluarga sering mengunjungi Ny. M kepanti , cucunya sering menelpon untuk

menanyakan keadaan Ny. M

- Hubungan Antar Keluarga

Masih terjalin hubungan komunikasi dengan keluarga lain

- Hubungan Dengan Orang Lain

Pasien mampu untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan orang lain

D. SPIRITUAL/KULTURAL

- Pelaksanaan Ibadah

Klien adalah seorang muslim yang taat melakukan ibadah dengan cara

berjamaah di mushalla dalam lingkungan panti, kadang-kadang klien sering

juga shalat berjamaah di masjid luar panti.

- Keyakinan tentang kesehatan

Menurut klien sehat adalah mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sakit

adalah tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari.

E. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital

Keadaan umum : lemah, kurang bersemangat

Kesadaran : compos mentis

Suhu : 37,1 0 C

Nadi : 72 x / menit

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Pernapasan : 18 x /menit

Tinggi Badan : 145 cm

Berat Badan : 40 cm

Pemeriksaan fisik head to toe

Kebersihan perorangan

1. Kepala

- I : simetris

- P : tampak bersih

Rambut

- I : rambut sudah banyak uban

- P : tidak ada benjolan

Mata

- I : simetris

o ketajaman penglihatan : kurang baik sehingga menggunakan alat bantu

penglihatan

o konjungtiva : tidak anemis

o sclera : tidak ikterus

o pupil : isokor (kanan dan kiri)

o pemakaian alat bantu : memakai kaca mata baik membaca ataupun

tidak membaca.

- P : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata.

Hidung

- I : - bentuk : simetris

o fungsi penciuman : baik,dapat membedakan bau

o pendarahan : tidak mengalami perdarahan

- P : tidak ada bengkak dan nyeri tekan

Mulut

- I : - keadaan bibir : bibir klien kering

o keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan gusi dan gigi, gigi terlihat

bersih dan tidak lengkap.

o keadaan lidah : tidak ada tanda perdarahan.

Telinga

- I : - bentuk telinga : simetris

o lubang telinga : terdapat serumen tapi masih dalam batas

normal

o ketajaman pendengaran : kurang mendengar karena sudah tua

- P : tidak ada nyeri tekan

2. Leher

- I : warna kulit sama dengan lain integritas kulit baik

bentuk simetris

- P :- tyroid : tidak terdapat

Pembesaran KGB

- denyut nadi karotis : teraba

- vena jugularis : teraba

3. Dada / thorax

Dada

- I bentuk thorax : simetris (kiri dan kanan)

o Pernafasan : frequensi 24 kali/mnt

Irama teratur dan tidak ada suara tambahan,

Tidak ada tanda kesulitan bernafas.

Paru – paru

- I bentuk thorax : simetris kiri dan kanan

Tidak menggunakan otot bantu pernafasan

- P : terdengar dan teratur

- P : bunyi normal : sonor

- A : suara nafas teratur

Abdomen

- I bentuk abdomen : simetris kiri dan kanan

tidak ada benjola

- P : tanda nyeri tekan : tidak ada

o Hepar : tidak ada pembengkakan

o Benjolan : tidak ada

- P asites : tidak ada

- A bising usus : 13/16 menit

Musculoskeletal

- I kesimetrisan otot : simetris kiri dan kanan

o edema : tidak ada edema

o Kekuatan otot : kekuatan otot telah berkurang

V. INFORMASI PENUNJANG : tidak ada

Diagnosa Medis

Laboratorium

Terapi Medis

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

KEPERAWATAN

1. DS :

Klien mengatakan :

Selalu mengingat kejadian yang membuat cucunya meninggal

Kejadian kematian cucunya tersebut masih segar dalam

ingatannya

Sering melamun dan menangis pada malam hari mengingat

kematian cucunya 10 tahun yang lalu

Sangat bersalah atas kejadian yang menimpa cucunya karena

lambat menyelamatkan cucunya walaupun orang tua si anak dan

keluarga lainnya tidak pernah menyalahkan beliau

Susah tidur di malam hari

Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari

sekitar pukul 01.00

Saat terbangun, Ny. M biasanya langsung teringat pada

peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak dapat tidur

kembali sampai pagi

DO :

Klien terlihat lesu

Klien sering menyalahkan dirinya sendiri pada saat

menceritakan kejadian kematian cucunya

Berduka fungsional

2. DS :

Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya, tidak berharga,

tidak ada harapan setelah ditinggal suami dan anak satu-

satunya.

Gangguan alam perasaan :

koping individu

maladaptive

DO :

Klien tampak sedih

Klien tampak menangis

Klien sering melamun

Klien sering menyendiri

kontak mata dengan pengkaji kurang

sering mengungkapkan kata yang menyalahkan diri sendiri.

3.

DS :

Klien mengatakan :

Tidur kira-kira 5 jam sehari yaitu dari jam 20.00- 01.00

Susah tidur pada malam hari

Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari

sekitar pukul 01.00

Saat terbangun, Ny. M biasanya langsung teringat pada

peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak dapat tidur

kembali sampai pagi

Tidak pernah dan sulit untuk tidur siang

Sering merasa malas karena kurang tidur

DO :

Terdapat lingkaran hitam di bawah mata Ny. M

Wajah tampak lesu dan kelelahan.

Saat menjawab pertanyaan pengkaji, Ny. M tampak tidak

konsentrasi

Sering tidak ada kontak mata dengan pengkaji

Gangguan pola tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Berduka disfungsional b.d kematian dan koping individu tak efektif pada Ny. M Di Panti

Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu

2. Gangguan pola tidur b.d depresi Ny. M Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu

3. Gangguan alam perasaan b.d koping individu maladaptive Ny. M Di Panti Sosial Tresna

Werdha Kasih Sayang Ibu

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA KASIH SAYANG IBU

N

O

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN/KRITERIA

HASIL

RENCANA KEPERAWATAN

INTERVENSI RASIONAL

1. Berduka disfungsional

b.d kematian dan

koping individu tak

efektif pada Ny. M Di

Panti Sosial Tresna

Werdha Kasih Sayang

Ibu

Kriteria Hasil :

- Klien mengutarakan

kehilangan

- Klien menggambarkan

perasaan yang

diharapkan dengan

kehilangan

- Klien mengidentifikasi

perilaku dan

konsekuensi perilaku

- Klien mengidentifikasi

kekuatan diri dan

dorongan yang diterima

- Klien mengutarakan

akan mencari bantuan

dari tenaga profesional

1. Kaji faktor-faktor

penyebab dan penunjang

berduka disfungsional

2. Tingkatkan hubungan

saling percaya

3. kaji faktor resiko

terhadap ketidakefektifan

koping pada lansia

4. Dukung klien terhadap

reaksi berduka

5. Berikan penyuluhan

kesehatan dan rujuk sesuai

indikasi

2. Gangguan alam perasaan

: depresi berhubungan

dengan koping individu

maladaptif Ny. M Di

Panti Sosial Tresna

Werdha Kasih Sayang

Ibu

Klien tidak terjadi gangguan

alam perasaan  : depresi

dengan kriteria hasil :

- Klien menunjukkan

tanda-tanda percaya

kepada perawat

- Klien mampu

1. Bina hubungan saling percaya

Sapa klien dengan ramah,

ucapkan dengan sopan,

ciptakan suasana tenang dan

santai.

Terima klien apa adanya

Pertahankan kontak mata

saat berhubungan

menggunakan koping

adaptif yang baik.

Tunjukkan sikap empati dan

penuh perhatian pada klien

Jujur dan menepati janji

Perhatikan kebutuhan klien

2. Tanyakan kepada klien

tentang perasaan saat ini

Beri dorongan untuk

mengungkapkan

perasaannya dan

mengatakan bahwa perawat

memahami apa yang

dirasakan

Tanyakan kepada pasien

cara yang bisa dilakukan

mengatasi perasaan sedih/

menyakitkan

Diskusikan dengan pasien

manfaat dari koping yang

biasa digunakan

Bersama klien mencari

berbagai alternatif koping

Beri dorongan kepada

pasien untuk memilih

koping yang paling tepat dan

dapat diterima

Beri dorongan kepada

pasien untuk mencoba

koping yang telah dipilih

Anjurkan pasien untuk

mencoba alternatif lain

dalam menyelesaikan

masalah

3. Gangguan pola tidur

b.d depresi Ny. M Di

Panti Sosial Tresna

Werdha Kasih Sayang

Ibu

Setelah diberikan asuhan

keperawatan 2 x 24 jam

diharapkan pasien bisa

tidur nyenyak dengan

Kriteria Hasil :

- Klien mengidentifikasi

teknik-teknik untuk

mempermudah tidur

- Klien menjelaskan

faktor-faktor

penghambat atau

pencegah tidur

- Klien melaporkan

keseimbangan yang

optimal antara aktivitas

dan istirahat

- Klien mengungkapkan

rasa segar

3. Identifikasi faktor-

faktor penyebab dan

penunjang

4. Kurangi atau hilangkan

distraksi lingkungan dan

penghentian tidur

5. Tingkatkan aktifitas

sehari-hari jika

memungkinkan

6. Tingkatkan tidur dengan

menggunakan bantuan

7. Kurangi potensial

terhadap cidera selama tidur

8. berikan penyuluhan

kesehatan dan rujukan jika

diindikasikan

implementasi dan evaluasi keperawatan

No.

dx

Hari tanggal Implementasi Evaluasi

1. 20 mei 2013 - mengkaji faktor-faktor penyebab dan

penunjang berduka disfungsional

- meningkatkan hubungan saling

percaya

- mengkaji faktor resiko terhadap

ketidakefektifan koping pada lansia

- mendukung klien terhadap reaksi

berduka

- memberikan penyuluhan kesehatan

dan rujuk sesuai indikasi

S : klien mampu mengungkapkan

perasaannya

O : Lansia tampak bahagia dan tampak

terhibur

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensidilanjutkan

2. 20 mei 2013 - membina hubungan saling percaya

- memberikan dorongan untuk

mengungkapkan perasaannya dan

mengatakan bahwa perawat memahami

apa yang dirasakan

- menanyakan kepada pasien cara yang bisa

dilakukan mengatasi perasaan sedih/

menyakitkan

S :

O : Klien sudah menunjukan tanda-tanda

percaya kepada perawat.

A : masalah teratasi sebagia

P : intervensi dilanjutkan

3. 20 mei 2013 - mengidentifikasi faktor-faktor

penyebab dan penunjang

- mengurangi atau hilangkan distraksi

lingkungan dan penghentian tidur

- meningkatkan aktifitas sehari-hari jika

Memungkinkan

- meningkatkan tidur dengan

S : klien mengatakan masih belum bisa tidur

lelap

O : lingkaran hitam di bawah mata klien

sudah sedikit hilang.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensidilanjutkan

menggunakan bantuan

- mengurangi potensial terhadap cidera

selama tidur

- memberikan penyuluhan kesehatan

dan rujukan jika diindikasikan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian pada klien didapatkan masalah pada klien sebagai

berikut : risiko menciderai diri, gangguan alam perasaan : depresi, isolasi sosial, depresi,

harga diri rendah dan koping maladaptif.

B. Saran

1.      Pada perawat diharapkan dapat :

a. Memenuhi kebutuhan dasar klien

b. Meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik terhadap klien sehingga

asuhan keperawatan dapat terlaksana secara optimal.

I. Pada klien dianjurkan untuk dapat :

a. Minum obat secara teratur

b. Dapat menggunakan koping adaptif bila ada masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat B.A. (1999). “Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa”. JakartaFIK-UI.

Keliat, B.A. (2005). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta : EGC.

Marilynn E. Doenges. (2006). “Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri”. Jakarta : PenerbitBuku Kedokteran : EGC.