asuhan keperawatan gerontik depresi klp iii
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. M DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA KASIH SAYANG IBU
"GANGGUAN ALAM PERASAAN : DEPRESI"
DI SUSUN OLEH :
Kelompok III
1. RIKA GUSNERI
2. ANGGI FASKAL PRATAMA
3. CHINTIA OKTARINA
4. MILA AFRIYANTI
5. TIYA MONICA BAMINDA
6. MEGIKO PUTRA
7. FEBRISAL DIRJAS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
ALIFAH PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,dan
karunianya makalah ini dapat terselesaikan oleh penulis tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan mklah ini penulis bertujuan untuk memenuhui tugas kuliah “
Keperawatan Gerontik ”.Dan pun kami bahas pada makalah ini adalah mengenai “
Gangguan Alam Perasaan Pada Lansia ”.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan atas
kerjasama kelompok dan bantuan dari beberapa pihak,untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih atas dorongan,perhatian dan
kerjasamanya. Namun penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran,kritik yang membangun sangatlah
diharapkan agar lebih maju dimasa yang akan datang.
Harapan penulis makalah ini dapat jadi reverensi bagi penulis dan pembaca untuk
membangun tenaga kesehatan yang lebih professional dan bermutu dalam profesi
keperawatan.
Padang, Mei 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………...………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II KONSEP DASAR TEORI
A. Gangguan alam perasaan ……………………………………………….. 2B. Mania ……………………………………………………………........... 2
C. Depresi ……………………………………………….............................. 2D. Proses Keperawatan……………………………………………………... 3
a. Pengkajian............................................................................................ 3b. Masalah keperawatan .......................................................................... 5c. Analisa data.......................................................................................... 6
d. Diagnosa keperawatan.......................................................................... 6e. Intervensi ............................................................................................ 7f. Evaluasi ............................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 11B. Saran…………………………………………………………………....... 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum
ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas
sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stres yang dialami oleh
seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar di antara kita pernah merasa sedih atau
jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang
dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum
perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup
singkat dan mudah dihalau (Wilkinson et al, 1998).
Depresi dan lanjut usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa
di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta
menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang.
Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup
yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang
beruntun, stres yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau
kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya.
Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media
bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan
kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala
bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice, 1994).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), depresi adalah gangguan mental
yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini
menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan
hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan
yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif.
Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung
terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60
persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (Anonim, 2009).
Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri
pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah suatu
pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan diri akibat
gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia
15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini. Pria yang
berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri 38/100.000 dibandingkan dengan
angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika Serikat (Anonim, 2009).
Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita
depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi
meningkat secara drastis di antara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 persen
sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan
sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak
terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen) mengalami gejala-gejala yang cukup
parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan merupakan gangguan psikiatri
yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat
(Hermana, 2006).
Selain itu prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil
meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata
depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6.
Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti
perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita depresi (Anonim,
2009).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak
khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan
kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga
tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah
faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stres kronis,
penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak,
faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi
pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Anonim, 2009).
B. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah adalah untuk melatih dan menambah
pengetahuan tentang gangguan alam perasaan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Gangguan Alam Perasaan
Gangguan afek (suasana hati) dengan manifestasi gejala-gejala mania dan
atau depresi. Klien dengan gangguan alam perasaan biasanya akan didapat suatu
keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir.
Keadaan emosional yang berkepanjangan dan mempengaruhi seluruh
kehidupan dan fungsi kehidupan seseorang.
B. Mania
Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang
meningkat atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.
Dapat diiringi perilaku berupa peningkatan aktivitas flight of idea, euphoria,
penyimpangan sex.
Perilaku yang berhubungan dengan mania :
a. Afektif
Gambaran berlebihan, peningkatan harga diri, tidak tahan kritik
b. Kognitif
Ambisi mudah terpengaruh, mudah beralih perhatian, waham kebosanan, flight of
idea.
c. Fisik
Gangguan tidur, nutrisi tidak adekuat, peningkatan aktivitas, dehidrasi.
d. Tingkah laku
Agresif, aktivitas motorik meningkat, kurang perawatan, seks berlebihan dan bicara
bertele-tele.
C. Depresi
Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang
berlebihan dan berkepanjangan. Perilaku yang berhubungan dengan depresi :
a. Afektif
Sedih, cemas, apatis, perasaan ditolak/bersalah, merasa tidak berdaya, putus asa,
merasa sendirian dan tidak berharga.
b. Kognitif
Bingung, ragu, sulit berkonsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri
sendiri, pikiran merusak diri.
c. Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual dan muntah, gangguan pencernaan, pusing.
d. Tingkah laku
Gangguan tingkat aktivitas, menarik diri, isolasi sosial, irritable (mudah marah).
DEPRESI PADA LANSIA
I. PENGERTIAN
Depresi adalah gangguan mood yang reversible yang dihubungkan dengan adanya
stress yang akut maupun kronik, penyakit kronik, pengobatan, dan factor biokimia.
( Annete, 1996)
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan
berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Stuart & Laraia)
Gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa
bersalah,putus asa dan perasaan kosong ( Keliat Budi, 1996 )
Depresi sebagai salah satu gangguan alam perasan yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup
perilaku tapi dalam batas normal namun tidak mengalami gangguan realita (Hawari,
2004)
II. RENTANG RESPON EMOSIONAL
RENTANG ADAPTIF RENTANG MAL ADAPTIF
Responsif Reaksi Supresif Reaksi kehilangan Maniak /
kehilangan memanjang depresi
yang wajar
Responsif
Respon individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Mampu bereaksi dengan
dunia eksternal dan internal
Reaksi Kehilangan Yang Wajar
Normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Individu menghadapi realita
dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan yang meliputi bersedih, berfokus pada
diri sendiri, berhenti melakukankegiatan sehari - hari tapi tidak lama (keadaan ini bersifat
temporer)
Supresi
Merupakan tahap awal dari respon mal adaptif, dimana individu menyangkal, menekan
atau menginternalisasi semua aspek perasaannya ke dalam lingkungan
Reaksi Kehilangan Yang Memanjang
Merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang tapi tidak tampak reaksi
emosional terhadap kehilangan , dapat terjadi hingga beberapa tahun
Maniak /depresi
Merupakan respon emosional yang berat. Dapat melalui intensitas dan pengaruhnya
terhadap fisik individu dan fungsi sosialnya. Maniak ditandai dengan gangguan alam
perasaan meningkat,meluas, emosional mudah tersinggung,/terangsang . Dalam hal
perilaku dengan peningkatan kegiatan, banyak bicara, flig of idea. senda gurau tertawa
berlebihan,penyimpangan seksual. Sedangkan depresi ditandai dengan perasaan bersedih
dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
III. ETIOLOGI DEPRESI
a. Organobiologik
Perubahan neuro biologi sitem persyarafan
Penyakit kronik degeneratif
Gangguan endokrin
Pengaruh obat
Genetik
b. Psikososial
Perubahan peran sosial
Berbagai bentuk kehilangan
Ciri kepribadian yang rentan
Dukungan psikososial yang buruk
Peristiwa kehidupan yang menyakitkan
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor Genetik
Dimana transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan
Frekwensinya meningkat pada kembar monozigot
Menurut Cloninger (1989) :
Gangguan jiwa persepsi sensori dan gangguan jiwa psikotik erat sekali
penyebabnya dengan factor genetic
Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu atau anak dari klien yang
mengalami gangguan jiwa memiliki kecendrungan 10%, sedangkan keponakan
atau cucu 2-4%
Individu yang memiliki hubungan kembar identik dengan klien memiliki
kecendrungan 46-48% , sedangkan dyzigot kecendrungannya 14-17%
Faktor genetic tersebut sangat ditunjang oleh pola asuh yang diwariskajn sesuai
dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang memiliki
gangguan jiwa.
2. Teori Agregasi Berbalik Pada Diri Sendiri
Depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan kepada diri sendiri.berbalik
Menurut Freud, kehilangan banyak orang / objek akan mengakibatkan orang menjadi
ambivalen antara benci dan cinta yang akhirnya menjadikan dia menyalahkan diri
sendiri.
3. Teori Kehilangan
Berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan orang tua pada masa
anak-anak, perpisahan dengan orang yang sangat dicintai. Sehingga individu tidak
berdaya untuk mengatasi kehilangan.
4. Teori Kepribadian
Tipe kepribadian tertentu menyebabkan individu mengalami depresi. Hal ini
merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri
sendiri.
5. Model Belajar Ketidakberdayaan
Depresi disebabkan oleh kehilangan kendali diri, individu yang mengalami
kehilangan menjadi pasif, tidak mampu menghadapi masalah, sehingga lama-
kelamaan timbul keyakinan bahwa dirinya tidak mampu mengendalikan kehidupan.
6. Model Perilaku
Depresi terjadi karena kurangnya reinforcement positif selam berinteraksi dengan
lingkungan
7. Model Biologis
Depresi terjadi karena adanya perubahan dalam kimia tubuh. Perubahan tersebut
termasuk dalam hal system endokrin dimana terjadi defisiensi katekolamin.
Katekolamin tidak berfungsi namun terjadi hipersekresi kortisol yang terus-menerus.
FAKTOR PRESIPITASI
1. Faktor Biologis
Peubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, neoplasme, dan ketidakseimbangan metabolisme
2. Faktor Psikologis
Kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta, kehilangna seseorang,
kehilangan harga diri
IV. KLASIFIKASI DEPRESI
Depresi dapat dibagi dalam 3 macam (Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan)
1. Depresi reaktif / eksogeneus
Adalah depresi yang dimulai dengan mendadak dan adanya kejadian pencetus. Klien
mengetahui mengapa dia mengalami depresi
2. Gangguan afektif unipolar / depresi primer / endogenous
Adalah depresi yang ditandai dengan hilangnya minat dalam pekerjaan dan rumah ,
ketidakmampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan depresi yang dalam (disforia).
Depresi primer ini dapat bersifat primer (tidak berhubungan dengan masalah kesehatan
lain) atau sekunder akibat suatu masalah kesehatan seperti gangguan fisik atau
psikiatrik atau pemakaian obat.
3. Gangguan afektif bipolar
Adalah gabungan antara 2 mood yaitu antara maniak (euphoria) dan depresi (disforia).
Depresi pada usia lanjut dibagi dalam 2 kategori yaitu :
1. Depresi disorder
Adalah depresi yang terjadi 2 tahun atau lebih tanpa adanya periode maniak
2. Bipolar disorder
Adalah depresi yang diselingi dengan periode maniak.
V.GEJALA DEPRESI
Gejala – gejala Depresi pada lansia adalah :
1. Afektif
Merasa sedih, cemas, apatis, murung, perasaan ditolak/bersalah, merasa tidak berdaya,
putus asa, merasa sendirian, rendah diri, tidak berharga, cemas, penurunan keinginan
seksual
2. Kognitif
Konsentrasi dan perhatian berkurang, paranoid, agitasi, fokus pada kejadian lalu,
menyalahkan diri sendiri, menganggap diri tidak berguna, pandangan masa depan yang
suram/kabur, berpikir untuk membahayakn diri/bunuh diri.
3. Perilaku
Kesulitan dalam ADL, perubahan pola tidur (biasanya insomnia), menarik diri, isolasi
social, harga diri dan kepercayaan berkurang, penurunan nafsu makan, iritabel (mudah
marah).
4. Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, berkurangnya
energi, mudah lelah, lemah, lesu, insomnia, pusing, mulut kering.
VI.SINDROM KLINIS TERTENTU YANG DAPAT MUNCUL PADA LANSIA
(DEPKES 2001)
a. Depresi Agitatif
Ditandai dengan peningkatan aktifitas, mondar mndir, mengejar ngejar orang dan terus
menerus meremas remas tangan
b. Depresi dan Anxietas
Gangguan cemas menyeluruh dan fobia
c. Depresi terselubung
Tidak muncul gejala atau mood depresi
d. Somatisasi
Gejala somatik dapat menyembunyika gejala yang sesungguhnya dan dsapat
memperberat dengan adanya depresi
e. Pseudo Dimensia
Pasien depresi yang menunjukan gejala ganggua memori yang bermakna seperti
dimensia
f. Depresi sekunder pada dimensia
Depresi yang terjadi pada stadium awal dimensia
VII.DETEKSI DINI KEMUNGKINAN DEPRESI PADA LANSIA
Usia lanjut dengan penyakit Degeneratif
Usia lanjut yang mengalami perawatan yang lama di RS
Usia lanjut dengan keluhan somatis kronis dan Dokter Shoping
Usia lanjut dengan Imobilisasi yang berkepanjangan
Usia lanjut dengan Isolasi social
Usia lanjut dengan social ekonomi yang lemah
Usia lanjut yang kehilangan dukungan sosial
VII. TERAPI PENUNJANG
Pengobatan, secara umum terbagi 2 :
1. Anti depresi trisiklik : nortriptilin, aventyl
2. Penghambat monoaminoksidase (MAO) : tranilsipromin sulfat, isokarboksazid
Efek samping obat-obatan : sedasi, mengantuk, hipotensi, retensi urin, konstipasi, mulut dan
mata kering, penglihatan kabur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi factor predisposisi dan factor
presipitasi dan perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien.
Riwayat kesehatan sekarang (tanda dan gejala), RKD, RKK, Riwayat pengobatan,
Riwayat nutrisi, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan status mental, Pengkajian keluarga,
pengkajian ADL.
2. Masalah
Berduka disfungsional
Koping individu tidak efektif
Perubahan proses keluarga
Gangguan interaksi sosial
Ketidakberdayaan
Gangguan pola tidur
Perubahan nutrisi
Defisit perawatan diri
Distres kepercayaan
3. Tujuan
Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas
serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan
4. Intervensi
a. Fase akut 6 – 12 minngu
Tujuan tidakan mengurangi gejala jika kondisi membaik setelah dilakukan tindakan
maka pasien sehat
b. Fase berkelanjutan 4 – 6 bulan
Tujuan mencegah kekambuhan ,meningkatkan proses penyembuhan
Penyebab kambuh adalah kegagalan mempertahankan keadaa yang telah membaik
c. Fase mempertahankan
Tujuan rencana tindakan untuk mencegah tanda dan gejala depresi yang lebih berat/
atau memperberat tanda depresi
5. Implementasi
Pada fase akut
Ajarkan pasien tentang Depresi
Ajarkan klien tentang pengobatan depresi
Mengajarkan cara mempertahan kan status nutrisi
Bantu klien untuk mengembangkan aktifitas sendiri
Ajarkan pada keluarga tanda- tanda resiko bunuh diri
Kaji dinamika keluarga , hargadiri dan persepsi klien
Pada Fase berkelanjutan
Ajarkan bila gejala muncul segra mencari bantuan
Beri reinforcement positif terhadap kemajuan yang di lakukan klien
Ajarkan teknik meningkatkan diri yang sehat , kemampuan komunikasi asertif,teknik
relaksasi
Ajarkan teknik peningkatan mekanisme koping
Pada Fase mempertahankan
Beri Reinforcement positif
Ajarkan kemampuan memecahkan masalah, teknik relaksasi, distraksi
Proses Keperawatan
A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
b. Faktor genetik
Dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat
keluarga atau keturunan.
c. Teori agresi menyerang ke dalam
Menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang
ditunjukkan kepada diri sendiri.
d. Teori kehilangan objek
Merujuk kepada perpisahan traumatis individu dengan benda atau yang
sangat berarti.
e. Teori organisasi kepribadian
Mengusulkan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah
mempengaruhi dalam keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor.
f. Model kognitif
Menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi
oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang
dan masa depan seseorang.
g. Model ketidakberdayaan yang dipelajari
Menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi
tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil
yang penting dalam kehidupannya.
h. Model perilaku
Berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi penyebab
depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi
dengan lingkungan.
i. Model biologik
Menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa
depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi
dan variasi periodik dalam irama biologis.
2. Faktor Presipitasi
a. Kehilangan keterikatan yang nyata yang dibayangkan, termasuk kehilangan
cinta seseorang, kedudukan atau harga diri.
b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahuluan
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan
depresi, terutama pada wanita.
d. Perubahan fisiologik yang disebabkan oleh obat-obatan berbagai penyakit
fisik.
3. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang
adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang
hebat. Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi,
mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme
pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang efektifnya koping
dalam menghadapi kehilangan.
4. Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran
utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada
keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi
agitasi.
B. Masalah Keperawatan
a) Gangguan harga diri : harga diri rendah
b) Kerusakan interaksi sosial
c) Perubahan proses berpikir
d) Ketidakberdayaan
e) Perubahan nutrisi kurang dari ketubuhan tubuh
f) Gangguan pola tidur
g) Defisit perawatan diri
h) Risiko tinggi cidera
i) Koping individu tidak efektif
j) Gangguan komunikasi verbal
C. Analisa Data
No Data Masalah
1 DS :
Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya,
tidak berharga, tidak ada harapan setelah
ditinggal suami dan anak satu-satunya.
DO :
Klien tampak sedih
Klien tampak menangis
Gangguan alam
perasaan : koping
individu maladaptive
2 DS :
Klien mengatakan ingin memukul diri
sendiri jiwa ingat suami dan anak-anaknya
Klien mengatakan bila ingat suami dan
anaknya lebih banyak sendiri dan marah-
marah
DO :
Klien tampak gelisah
Klien tampak memukul diri sendiri
Klien tampak tidak bisa mengontrol impuls
Risiko menciderai diri
sendiri : depresi
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptive
2. Risiko tinggi menciderai diri : berhubungan dengan depresi
E. Intervensi
No Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan alam
perasaan : depresi
berhubungan dengan
koping individu
maladaptif
TUM :
Klien tidak
terjadi
gangguan alam
perasaan :
depresi
TUK (1) :
Dapat membina
hubungan
saling percaya
TUK (2) :
Klien dapat
menggunakan
koping adaptif.
Klien
menunjukkan
tanda-tanda
percaya
kepada
perawat
Klien mampu
menggunakan
koping adaptif
yang baik.
1. Bina hubungan
saling percaya
Sapa klien
dengan ramah,
ucapkan dengan
sopan, ciptakan
suasana tenang
dan santai.
Terima klien apa
adanya
Pertahankan
kontak mata saat
berhubungan
Tunjukkan sikap
empati dan penuh
perhatian pada
klien
Jujur dan
menepati janji
Perhatikan
kebutuhan klien
2. Tanyakan kepada
klien tentang
perasaan saat ini
Beri dorongan
untuk
mengungkapkan
perasaannya dan
mengatakan
Hubungan saling percaya
sebagai dasar interaksi
yang terapeutik
Memberikan hal-hal yang
adaptif yang dapat
digunakan oleh klien bila
ada masalah
bahwa perawat
memahami apa
yang dirasakan
Tanyakan kepada
pasien cara yang
bisa dilakukan
mengatasi
perasaan sedih/
menyakitkan
Diskusikan
dengan pasien
manfaat dari
koping yang biasa
digunakan
Bersama klien
mencari berbagai
alternatif koping
Beri dorongan
kepada pasien
untuk memilih
koping yang
paling tepat dan
dapat diterima
Beri dorongan
kepada pasien
untuk mencoba
koping yang telah
dipilih
Anjurkan pasien
untuk mencoba
alternatif lain
dalam
menyelesaikan
masalah
2 Risiko menciderai diri
berhubungan dengan
depresi
TUM :
Klien tidak
menciderai diri
sendiri
TUK :
Klien
terlindung dari
perilaku
menciderai diri
Klien dapat
menggunakan
obat dengan
benar dan tepat
Klien
menunjukkan
tidak ada
tanda-tanda
untuk
menciderai
diri dengan
tanda : tenang
Klien minum
obat secara
benar dan
tepat
Pantau dengan
seksama risiko
bunuh diri/melukai
diri
Jauhkan dan simpan
alat-alat yang
digunakan oleh
pasien untuk
menciderai dirinya di
tempat yang aman
dan terkunci
Jauhkan alat-alat
yang membahayakan
pasien
Awasi dan
tempatkan pasien di
ruang yang mudah
dipantau oleh
petugas
Diskusikan tentang
obat (nama, dosis,
frekuensi, efek
samping minum
obat)
Bantu menggunakan
obat dengan prinsip 5
benar (benar pasien,
Memantau secara
seksama dapat
mengetahui lebih dini
tanda-tanda ingin
menciderai diri
Dapat menghindari
keinginan pasien untuk
melukai diri.
Mempermudah perawat
mengawasi pasien
Minum obat secara benar
dapat membantu
penyembuhan pasien
obat, dosis, cara dan
waktu)
Anjurkan
membicarakan efek
samping yang
dihasilkan
Beri reinforcement
(+) bila
menggunakan obat
dengan benar
F. Evaluasi
a) Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.
b) Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal
dapat digali.
c) Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.
d) Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi
sepenuhnya.
e) Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.
f) Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.
g) Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
NAMA PANTI : Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
ALAMAT PANTI : Batusangkar
TANGGAL MASUK : Klien masuk kira-kira 1 tahun yang lalu
NO. REGISTER : tidak diketahui
I. IDENTITAS
A. Nama : Ny.M
B. Jenis Kelamin : Perempuan
C. Umur : 65 tahun
D. Agama : Islam
E. Status Perkawinan : Kawin (janda)
F. Pendidikan Terakhir : SD
G. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
H. Alamat rumah : Batusangkar
II. ALASAN KUNJUNGAN KE PANTI
Klien masuk panti sosial karena keinginan pribadi, dengan alasan klien ingin
melupakan trauma masa lalunya. Yaitu kira-kira 10 tahun yang lalu cucu Ny. M
meninggal karena tenggelam di kolam yang ada di belakang rumahnya. Saat itu cucu
Ny. M tinggal di rumah bersama Ny. M karena orang tua cucunya itu bekerja. Ny. M
merasa sangat bersalah atas peristiwa tersebut. Sejak itu Ny. M sering melamun,
menyendiri di dalam kamar dan menangis sendirian terutama di malam hari. Anak-anak
Ny.M dan cucunya sibuk beraktivitas diluar rumah sehingga Ny. M sering tinggal
sendirian diluar rumah. Untuk mengatasi rasa sepi yang beliau alami , maka beliau
memutuskan untuk tinggal di panti dengan alasan di panti ini banyak teman tempat
bercerita.
III. RIWAYAT KESEHATAN
1. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya, tidak berharga, tidak ada harapan
setelah ditinggal suami dan anak satu-satunya. Ny. M terlihat lesu, kontak mata
dengan pengkaji kurang, dan sering mengungkapkan kata yang menyalahkan diri
sendiri
2. Masalah kesehatan keluarga/keturunan
Tidak ada penyakit keturunan
IV. KEBIASAAN SEHARI-HARI
A. BIOLOGIS
- Pola Makan
Klien makan 3 x sehari, porsi hanya habis separuh, menu seimbang, diet buah 2
x seminggu. Klien kurang suka makan sayuran.
- Pola Minum
Klien minum hanya 1 mug (kira-kira 500 ml) sehari dan kadang-kadang tidak
habis. Selain itu klien juga rutin minum segelas air teh setiap pagi.Minum susu
1 x seminggu
- Pola Tidur
Klien tidur kira-kira 5 jam sehari yaitu dari jam 20.00- 01.00. Ny. M
mengatakan susah tidur pada malam hari. Tidurnya tidak pulas dan sering
terbangun pada malam hari sekitar pukul 01.00. Saat terbangun, Ny. M
biasanya langsung teringat pada peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M
tidak dapat tidur kembali sampai pagi dan Ny. M juga menyatakan tidak pernah
dan sulit untuk tidur siang. Saat pengkajian, pengkaji melihat ada lingkaran
hitam di bawah mata Ny. M, wajah tampak lesu dan kelelahan. Saat menjawab
pertanyaan pengkaji, Ny. M tampak tidak konsentrasi dan sering tidak ada
kontak mata dengan pengkaji. Klien mengatakan bahwa ia sering merasa malas
karena kurang tidur.
- Pola Eliminasi ( B.A.B/B.A.K)
BAB : Frekuensi BAB 1x seminggu, konsistensi keras, warna coklat tua.
Ny. M menyatakan ia belum BAB sejak hari Kamis dan perubahan pola
BAB ini terjadi lebih kurang satu tahun belakangan. Dan pada saat BAB
Ny. M selalu mengejan.
BAK : Frekuensi BAK 3-4 x sehari, jumlah sedikit, warna kuning jernih
- Aktifitas sehari-hari
Waktu subuh klien shalat subuh berjamah di mesjid, kemudian mandi. Setelah
itu klien biasanya menyapu rumah sesuai jadwal piket. Kira-kira jam 08.00
klien makan. Setelah makan klien bercengkrama dengan teman-
temannya.Selain itu kadangkala klien juga menonton TV dikamar perawat
pengawas. mengaji dikamarnya. Ketika bangun itu, klien sering termenung
kemudian menagis sendirian. Pada siang hari, kalau klien sendirian di kamar
- Rekreasi
Klien rekreasi ke luar panti seperti ke Malibo Anai dan tempat lain 1 x 2 bulan.
Kadang-kadang anak klien datang ke panti untuk mengajak jalan-jalan.
B. PSIKOLOGIS
B.1 Keadaan Emosi
Ny. M selalu mengingat kejadian yang menyebabkan cucunya meninggal,
sehingga Ny. M sering melamun dan menangis hampir tiap malam.Ny. M
mengatakan kejadian kematian cucunya tersebut masih segar dalam ingatannya
dan hal tersebutlah membuat klien menjadi sering melamun dan menangis pada
malam hari.
Pada saaat pengkajian Ny. M mengatakan sangat bersalah atas kejadian
yang menimpa cucunya karena lambat menyelamtkan cucunya walaupun orang tua
si anak dan keluarga lainnya tidak pernah menyalahkan beliau. Ny. M bercerita
kenapa beliau tidak dapat mencegah kejadian tersebut dan berusaha mencari
cucunya tersebut ke kolam yang ada di belakang rumahnya sendiri malahan beliau
mencari ke rumah orang lain.
C. SOSIAL
- Dukungan Keluarga
Keluarga sering mengunjungi Ny. M kepanti , cucunya sering menelpon untuk
menanyakan keadaan Ny. M
- Hubungan Antar Keluarga
Masih terjalin hubungan komunikasi dengan keluarga lain
- Hubungan Dengan Orang Lain
Pasien mampu untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan orang lain
D. SPIRITUAL/KULTURAL
- Pelaksanaan Ibadah
Klien adalah seorang muslim yang taat melakukan ibadah dengan cara
berjamaah di mushalla dalam lingkungan panti, kadang-kadang klien sering
juga shalat berjamaah di masjid luar panti.
- Keyakinan tentang kesehatan
Menurut klien sehat adalah mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sakit
adalah tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Keadaan umum : lemah, kurang bersemangat
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 37,1 0 C
Nadi : 72 x / menit
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Pernapasan : 18 x /menit
Tinggi Badan : 145 cm
Berat Badan : 40 cm
Pemeriksaan fisik head to toe
Kebersihan perorangan
1. Kepala
- I : simetris
- P : tampak bersih
Rambut
- I : rambut sudah banyak uban
- P : tidak ada benjolan
Mata
- I : simetris
o ketajaman penglihatan : kurang baik sehingga menggunakan alat bantu
penglihatan
o konjungtiva : tidak anemis
o sclera : tidak ikterus
o pupil : isokor (kanan dan kiri)
o pemakaian alat bantu : memakai kaca mata baik membaca ataupun
tidak membaca.
- P : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata.
Hidung
- I : - bentuk : simetris
o fungsi penciuman : baik,dapat membedakan bau
o pendarahan : tidak mengalami perdarahan
- P : tidak ada bengkak dan nyeri tekan
Mulut
- I : - keadaan bibir : bibir klien kering
o keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan gusi dan gigi, gigi terlihat
bersih dan tidak lengkap.
o keadaan lidah : tidak ada tanda perdarahan.
Telinga
- I : - bentuk telinga : simetris
o lubang telinga : terdapat serumen tapi masih dalam batas
normal
o ketajaman pendengaran : kurang mendengar karena sudah tua
- P : tidak ada nyeri tekan
2. Leher
- I : warna kulit sama dengan lain integritas kulit baik
bentuk simetris
- P :- tyroid : tidak terdapat
Pembesaran KGB
- denyut nadi karotis : teraba
- vena jugularis : teraba
3. Dada / thorax
Dada
- I bentuk thorax : simetris (kiri dan kanan)
o Pernafasan : frequensi 24 kali/mnt
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan,
Tidak ada tanda kesulitan bernafas.
Paru – paru
- I bentuk thorax : simetris kiri dan kanan
Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
- P : terdengar dan teratur
- P : bunyi normal : sonor
- A : suara nafas teratur
Abdomen
- I bentuk abdomen : simetris kiri dan kanan
tidak ada benjola
- P : tanda nyeri tekan : tidak ada
o Hepar : tidak ada pembengkakan
o Benjolan : tidak ada
- P asites : tidak ada
- A bising usus : 13/16 menit
Musculoskeletal
- I kesimetrisan otot : simetris kiri dan kanan
o edema : tidak ada edema
o Kekuatan otot : kekuatan otot telah berkurang
V. INFORMASI PENUNJANG : tidak ada
Diagnosa Medis
Laboratorium
Terapi Medis
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS :
Klien mengatakan :
Selalu mengingat kejadian yang membuat cucunya meninggal
Kejadian kematian cucunya tersebut masih segar dalam
ingatannya
Sering melamun dan menangis pada malam hari mengingat
kematian cucunya 10 tahun yang lalu
Sangat bersalah atas kejadian yang menimpa cucunya karena
lambat menyelamatkan cucunya walaupun orang tua si anak dan
keluarga lainnya tidak pernah menyalahkan beliau
Susah tidur di malam hari
Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari
sekitar pukul 01.00
Saat terbangun, Ny. M biasanya langsung teringat pada
peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak dapat tidur
kembali sampai pagi
DO :
Klien terlihat lesu
Klien sering menyalahkan dirinya sendiri pada saat
menceritakan kejadian kematian cucunya
Berduka fungsional
2. DS :
Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya, tidak berharga,
tidak ada harapan setelah ditinggal suami dan anak satu-
satunya.
Gangguan alam perasaan :
koping individu
maladaptive
DO :
Klien tampak sedih
Klien tampak menangis
Klien sering melamun
Klien sering menyendiri
kontak mata dengan pengkaji kurang
sering mengungkapkan kata yang menyalahkan diri sendiri.
3.
DS :
Klien mengatakan :
Tidur kira-kira 5 jam sehari yaitu dari jam 20.00- 01.00
Susah tidur pada malam hari
Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari
sekitar pukul 01.00
Saat terbangun, Ny. M biasanya langsung teringat pada
peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak dapat tidur
kembali sampai pagi
Tidak pernah dan sulit untuk tidur siang
Sering merasa malas karena kurang tidur
DO :
Terdapat lingkaran hitam di bawah mata Ny. M
Wajah tampak lesu dan kelelahan.
Saat menjawab pertanyaan pengkaji, Ny. M tampak tidak
konsentrasi
Sering tidak ada kontak mata dengan pengkaji
Gangguan pola tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Berduka disfungsional b.d kematian dan koping individu tak efektif pada Ny. M Di Panti
Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
2. Gangguan pola tidur b.d depresi Ny. M Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
3. Gangguan alam perasaan b.d koping individu maladaptive Ny. M Di Panti Sosial Tresna
Werdha Kasih Sayang Ibu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA KASIH SAYANG IBU
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN/KRITERIA
HASIL
RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
1. Berduka disfungsional
b.d kematian dan
koping individu tak
efektif pada Ny. M Di
Panti Sosial Tresna
Werdha Kasih Sayang
Ibu
Kriteria Hasil :
- Klien mengutarakan
kehilangan
- Klien menggambarkan
perasaan yang
diharapkan dengan
kehilangan
- Klien mengidentifikasi
perilaku dan
konsekuensi perilaku
- Klien mengidentifikasi
kekuatan diri dan
dorongan yang diterima
- Klien mengutarakan
akan mencari bantuan
dari tenaga profesional
1. Kaji faktor-faktor
penyebab dan penunjang
berduka disfungsional
2. Tingkatkan hubungan
saling percaya
3. kaji faktor resiko
terhadap ketidakefektifan
koping pada lansia
4. Dukung klien terhadap
reaksi berduka
5. Berikan penyuluhan
kesehatan dan rujuk sesuai
indikasi
2. Gangguan alam perasaan
: depresi berhubungan
dengan koping individu
maladaptif Ny. M Di
Panti Sosial Tresna
Werdha Kasih Sayang
Ibu
Klien tidak terjadi gangguan
alam perasaan : depresi
dengan kriteria hasil :
- Klien menunjukkan
tanda-tanda percaya
kepada perawat
- Klien mampu
1. Bina hubungan saling percaya
Sapa klien dengan ramah,
ucapkan dengan sopan,
ciptakan suasana tenang dan
santai.
Terima klien apa adanya
Pertahankan kontak mata
saat berhubungan
menggunakan koping
adaptif yang baik.
Tunjukkan sikap empati dan
penuh perhatian pada klien
Jujur dan menepati janji
Perhatikan kebutuhan klien
2. Tanyakan kepada klien
tentang perasaan saat ini
Beri dorongan untuk
mengungkapkan
perasaannya dan
mengatakan bahwa perawat
memahami apa yang
dirasakan
Tanyakan kepada pasien
cara yang bisa dilakukan
mengatasi perasaan sedih/
menyakitkan
Diskusikan dengan pasien
manfaat dari koping yang
biasa digunakan
Bersama klien mencari
berbagai alternatif koping
Beri dorongan kepada
pasien untuk memilih
koping yang paling tepat dan
dapat diterima
Beri dorongan kepada
pasien untuk mencoba
koping yang telah dipilih
Anjurkan pasien untuk
mencoba alternatif lain
dalam menyelesaikan
masalah
3. Gangguan pola tidur
b.d depresi Ny. M Di
Panti Sosial Tresna
Werdha Kasih Sayang
Ibu
Setelah diberikan asuhan
keperawatan 2 x 24 jam
diharapkan pasien bisa
tidur nyenyak dengan
Kriteria Hasil :
- Klien mengidentifikasi
teknik-teknik untuk
mempermudah tidur
- Klien menjelaskan
faktor-faktor
penghambat atau
pencegah tidur
- Klien melaporkan
keseimbangan yang
optimal antara aktivitas
dan istirahat
- Klien mengungkapkan
rasa segar
3. Identifikasi faktor-
faktor penyebab dan
penunjang
4. Kurangi atau hilangkan
distraksi lingkungan dan
penghentian tidur
5. Tingkatkan aktifitas
sehari-hari jika
memungkinkan
6. Tingkatkan tidur dengan
menggunakan bantuan
7. Kurangi potensial
terhadap cidera selama tidur
8. berikan penyuluhan
kesehatan dan rujukan jika
diindikasikan
implementasi dan evaluasi keperawatan
No.
dx
Hari tanggal Implementasi Evaluasi
1. 20 mei 2013 - mengkaji faktor-faktor penyebab dan
penunjang berduka disfungsional
- meningkatkan hubungan saling
percaya
- mengkaji faktor resiko terhadap
ketidakefektifan koping pada lansia
- mendukung klien terhadap reaksi
berduka
- memberikan penyuluhan kesehatan
dan rujuk sesuai indikasi
S : klien mampu mengungkapkan
perasaannya
O : Lansia tampak bahagia dan tampak
terhibur
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensidilanjutkan
2. 20 mei 2013 - membina hubungan saling percaya
- memberikan dorongan untuk
mengungkapkan perasaannya dan
mengatakan bahwa perawat memahami
apa yang dirasakan
- menanyakan kepada pasien cara yang bisa
dilakukan mengatasi perasaan sedih/
menyakitkan
S :
O : Klien sudah menunjukan tanda-tanda
percaya kepada perawat.
A : masalah teratasi sebagia
P : intervensi dilanjutkan
3. 20 mei 2013 - mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab dan penunjang
- mengurangi atau hilangkan distraksi
lingkungan dan penghentian tidur
- meningkatkan aktifitas sehari-hari jika
Memungkinkan
- meningkatkan tidur dengan
S : klien mengatakan masih belum bisa tidur
lelap
O : lingkaran hitam di bawah mata klien
sudah sedikit hilang.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensidilanjutkan
menggunakan bantuan
- mengurangi potensial terhadap cidera
selama tidur
- memberikan penyuluhan kesehatan
dan rujukan jika diindikasikan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien didapatkan masalah pada klien sebagai
berikut : risiko menciderai diri, gangguan alam perasaan : depresi, isolasi sosial, depresi,
harga diri rendah dan koping maladaptif.
B. Saran
1. Pada perawat diharapkan dapat :
a. Memenuhi kebutuhan dasar klien
b. Meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik terhadap klien sehingga
asuhan keperawatan dapat terlaksana secara optimal.
I. Pada klien dianjurkan untuk dapat :
a. Minum obat secara teratur
b. Dapat menggunakan koping adaptif bila ada masalah.