laporan pbl sistem imunologi modul 3
DESCRIPTION
PBL Imunologi FKK UMJTRANSCRIPT
LAPORAN PBL SISTEM IMMUNOLOGI
MODUL GATAL-GATAL
KELOMPOK 12 TUTOR: dr. Risqa
Ardiansyah 2008730050Arga Aditya 2008730006Komarudin 2008730078Wartono 2008730000Elsis Leli Murtika 2008730063Darari Genadita 2008730008Shela Maulida S 2008730035Uly Evita Ananda 2008730042Elsis Le 2008730008Shela Maulida S 2008730035Uly Evita Ananda 2008730042Sami Rahmawati 2008730111Sterani Vinadia 2008730039Ayu Annastasia Putri 2008730053
PROGRAM STUDI KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas
kebesaran dan kehendak-Nya sehingga dapat diselesaikannya Tugas PBL ini.
Shalawat beserta Salam kepada junjungan alam Rasulullah Muhammad SAW sebagai
suri tauladan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,. Laporan
ini merupakan kelengkapan bagi mahasiswa agar dapat memahami konsep masalah
yang telah diberikan. Laporan ini dirancang sedemikian rupa agar materi yang akan
disajikan ringkas tetapi jelas. Laporan ini juga diharapkan dapat digunakan oleh
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah.
Materi modul ini disintesis dari berbagai sumber baik dari pakar, media cetak
maupun media elektronik. Modul ini disusun terutama untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen sebagai laporan hasil pleno dalam rangka studi kasus. Penulis
telah berusaha untuk menyeleraskan kasus ini seringkas dan sejelas mungkin tetapi
lengkap, serta mudah dipahami. Namun tiada gading yang tak retak Penulis juga
menyadari sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya belum seberapa dan masih
perlu banyak belajar, bahwa laporan ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar
laporan ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.
Harapan penulis mudah-mudahan laporan yang sederhana ini benar-benar
membuktikan bahwa pelajar dapat berperan serta dalam pembangunan kesehatan
masyarakat pada kenyataan sehari-hari dan bermanfaat bagi pembaca, rekan pelajar
dan ibu pertiwi. Amin
Jakarta, Juli 2009
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ........................................................................................ 4
1.2 Tujuan
………………….. ...................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Skenario................................................................................................... 7
2.2 Kata Kunci.............................................................................................. 7
2.3 Pertanyaan …………….......................................................................... 7
2.4 Jawaban…………………....................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 59
3.2 Saran .......................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 60
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATARBELAKANG
1.2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang anatomi, histologi, fisiologi dan imunopatogenesis
terjadinya reaksi alergi, kerusakan jaringan yang ditimbulkan, gejala klinis,
mendiagnosis, penatalaksanaan dan prognosa pada kelainan imunologis
dengan gejala gatal.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa akan dapat:
1. menjelaskan gambaran histology, anatomi dan faal organ kulit
2. mempelajari tentang fisiologi sistem imun dan reaksinya pada organ
kulit
3. menjelaskan imunopatogenesis penyakit-penyakit kulit dengan gejala
reaksi hipersensitivitas.
4. Menjelaskan mekanisme dasar hipersensitivitas
a. Menjelaskan teori dasar timbulnya reaksi hipersensitivitas.
b. Menjelaskan tentang jaringan, sel, molekul yang terlibat dalam
reaksi hipersensitivitas.
c. Menjelaskan berbagai reaksi hipersensitivitas dan
patofisiologinya
4
d. Menjelaskan perubahan histopatologis reaksi hipersensitivitas
pada organ kulit
e. Menjelaskan proses remodelling pada jaringan kulit
f. Menjelsalaskan perbedaan histopatologis reaksi inflamasi pada
infeksi dan hipersensitivitas
5. Menjelaskan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding pada penyakit kulit
akibat hipersensitivitas
6. Menjelaskan faktor penyebab, pencetus, dan komplikasi pada penyakit
dengan kelainan hipersensitivitas pada kulit.
7. menjelaskan penatalaksanaan penyakit kelainan hipersensitivitas pada
kulit.
a. Menjelaskan penata laksanaan secara medika mentosa dan non
medika mentosa.
b. Menjelaskan tentang imunoterapi / desensitisasi
c. Menjelaskan tindakan pencegahan penyakit dengan kelainan
hipersensitivitas
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1 SKENARIO
Seorang wanita 27 tahun belum menikah, datang ke dokter dengan keluhan
meriang, menggigil, kadang-kadang batuk sejak satu minggu yang lalu. Sakit
kepala, tenggorokan terasa panas, kelenjar dileher dan ketiak terasa
membesar. Menyangkal pernah memakai narkoba suntik. Diakui pernah
melakukan hubungan dengan pacar, beberapa kali berganti pacar, terakhir
kira-kira enam bulan yang lalu dengan laki-laki yang kemudian mengaku HIV
positif. Segera melakukan tes HIV, hasilnya negatif. Sejak saat itu tidak
pernah lagi berhubungan.
2.2 KATA SULIT
Biduran
2.3 KATA KUNCI
Ibu Rumah tangga usia 30 tahun Menggunakan lipstick yang sama bertahun-tahun tanpa keluhan Bibir terlihat kemerahan, bengkak, lecet, berair, teraba hangat dan gatal-gatal. Riwayat Biduran 3 bulan yang lalu.
2.4 PERTANYAAN
6
1. Jelaskan definisi dan Mekanisme Gatal
2. Jelaskan berbegai reaksi Imun pada kulit?
3. Jelaskan Imunopatogenesis penyakit kulit dengan gejala
hipersensitivitas?
4. Jelaskan mekanisme dasar hipersensitivitas dan penyakit-penyakitnya!
5. Jelaskan Anatomi, Histologi, dan faal kulit!
6. Apakah ada hubungan riwayat biduran dengan gejala saat ini
7. Jelaskan perbedaan Histopatologi reaksi inflamasi dan hipersensitivitas
8. Apakah ada hubungannya lipstik yang dipakai bertahun dengan
keluhan
2.5 PEMBAHASAN
Dari kasus diatas kelompok kami menjadikan HIV sebagai pokok
masalah dalam kasus ini.dan dilihat dari gejala-gejala yang ada kelompok
kami dapat menyimpulkan DD
1. Dermatitis Alergi
2. Perioral dermatitis
3. Urtikaria
ANATOMI KULIT
7
Dikutip dari :Epidermis
Terbagi atas empat lapisan
1) Lapisan basal atau stratum germinativum
Lapisan basal terdiri dari satu lapis sel-sel kuboid yang tegak lurus
terhadap dermis. Didalam sel terdapat sitoplasma yang basofilik
dengan inti yang besar, lonjong, dan berwarna hitam. Sel-sel basal ini
tersusun sebaggai tiang pagar (palisade). Lapisan basal merupakan
lapisan yang paling bawah dari epidermis dan berbatasan dengan
dermis. Dalam lapisan basal juga terdapat melanosit. Melanosit adalah
sel dendritik yang membentuk melanin. Melanosit berasal dari bagian
neural embrio. Melanin berfungsi untuk melindungi kulit terhadap sinar
matahari. Perbedaan warna kulit tergantung pada kegiatan melanosit.
2) Lapisan malpighi atau stratum spinosum
Lapisan malpighi merupakan lapisan epidermis yang paling tebal dan
kuat. Terdiri dari sel-sel poligonal yang dilapisan atas menjadi lebih
gepeng. Sel-sel mempunyai protoplasma yang menonjol dan terlihat
seperti duri-duri.
3) Lapisan granular atau stratum granulosum
Lapisan granular terdiri dari 1- 4 baris sel-sel berbentuk intan, berisi
butir-butir atau granul keratohialin yang basofilik.
4) Lapisan tandung atau stratum korneum
Lapisan tanduk terdiri dari 20 – 25 lapisan sel-sel tanduk tanpa inti,
gepeng, tipis dan mati. Pada permukaan lapisan ini sel-sel mati terus-
menerus mengelupas tanpa terlihat.
8
Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan dibawah epidermis dan di atas
jaringan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang di lapisan atas terjalin
rapat (pars papillaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebih longgar (pars
reticularis). Lapisan pars reticularis mengandung pembuluh darah, saraf,
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.
Jaringan Subkutan (subkutis atau hipodermis)
Jaringan subkutan merupakan lapisam yang langsung di bawah dermis.
Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang
terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan subkutan
mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfe, kandung rambut, dan di
lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan
subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat
penumpukan energi.
FUNGSI KULIT
1. Pelindung
Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya
benda-benda dari luar dan keluarnya cairan yang berlebihan dari
tubuh. Melanin yang memberi warna pada kulit melindungi kulit dari
akibat buruk dari sinal UV.
2. Pengatur Suhu
Pada saat suhu dingin peredaran darah dikulit berkurang guna untuk
mempertahankan suhu badan. Sedangkan pada waktu suhu panas,
peredaran darah dikulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari
kelenjar keringt sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.
9
3. Penyerap
Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang
larut dalam lemak tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit.
Zat-zat yang larut dalam lemak lebih mudah masuk kedalam kulit dan
masuk ke peredaran darah kerena dapat bercampur dengan lemak
yang menutupi permukaan kulit. Masuknya zat-zat tersebut melalui
folikel rambut dan hanya sedikit sekali yang masuk melalui muara
kelenjar keringat.
4. Indera Perasa
Indera perasa dikulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf
sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang pokok yaitu
merasakan nyeri, perabaab, panas, dan dingin.
5. Fungsi Pergetahan
Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan yaitu sebum dan keringat. Getah
sebum dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat dihasilkan oleh
kelenjar keringat. Sebum adalah sejenis lemak yang membuat kulit
lentur.
FAAL KULIT
10
Dikutip dari : buku ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
edisi kelima FKUI,2007.
1. Fungsi Proteksi
Beberapa Contoh Gangguan Pada Kulit
Gangguan fisis atau mekanik tekanan, gesekan, dan tarikan.
Gangguan kimiawi zat-zat kimia terutama yang
bersifat iritan, contohnya lisol,
karbol, asam, dan alkali kuat
lainnya.
Gangguan bersifat panas radiasi dan sinar ultra violet.
Gangguan infeksi dari luar kuman/bakteri dan jamur.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas dimungkinkan karena
adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut
jaringan penunjang yang berperanan sebagai pelindung terhadap
gangguan fisis tesebut.
Melanosit juga turut berperan dalam melindungi kulit terhadap
pejanan sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi
rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu
terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kmia
dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil
ekskresi keringan dan sebum. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit
berkisar antara pH 5 – 6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi
terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses keratinisasijuga
berperan sebagai sawar (barrier) mekanisme karena sel-sel mati
melepaskan diri secara teratur.
11
2. Fungsi absorsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan
dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah
diserap, begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2,
CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada
fungsi repirasi. Kemampuan absorsi kulit dipengaruhi oleh tebal dan
tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel-
sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak
yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang
tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,
urea, asam urat, dan amonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh
hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi
kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai
vernix caseosa. Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena
lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air
yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar
lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5 –
6,5.
4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di
dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh
badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin
diperankan oleh badan-nadan Krause yang terletak di dermis. Badan
taktil Meissner terletak pada epitel di papila dernis berperan terhadap
rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap takanan diperankan olej badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan
peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
12
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit yang kaya dengan pembuluh
darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik.
Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi
biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna,
sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi tampak lebih
edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na.
6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentukan pigmen (melanosit),
terletak dibagian basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Perbandingan
jumlah sel basal dengan melanosit adalah 1 : 10. Jumlah melanosit
dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes)
menentukan warna kulit ras maupun individu. Pada pulasan H.E. sel ini
jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut pula sebagai
clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim
tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari
mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis
melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan ke lapisan kulit
dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit., melainkan juga oleh tebal
tipisnya kulit reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.
7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel
utama yaitu : keratinosit, sel langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai
dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum makin
ke atas sel kan menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinoit ini akan
menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus
seumur hidup, dan sampai saat ini masih belum dimengerti.
8. Fungsi pembentukan vit. D, dimungkinkan dengan mengubah 7
hidroksi kolestrol dengan bantuan sinar matahari. Tetapi kebutuhan
13
tubuh akan vit. D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga
pemberian vit. D sistemik masih tetap diperlukan.
KULIT DILIHAT SECARA HISTOLOGI
Dikutip dari :BukuILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
Edisi kelima,FKUI 2007
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :
1) Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas :
a) Stratum Korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling
luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak
berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b) Stratum Lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum,
merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti protoplasma yang
berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak
lebih jelas ditelapak tangan dan kaki.
c) Stratum Granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis
sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di
antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga
tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
d) Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau disebut pula prickle cell
layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti
14
terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin
gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat
jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-
jembatan ini membentuk bualatan-bulatan kecil yang disebut nodulus
Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans.
Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
e) Stratum Basale terdiri ata sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang
tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti
pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis paling
bawah.
Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif.
Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu :
i) Sel-sel yang berbetuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti
lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh
jembatan antar sel.
ii) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-
sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan mengandung
butir pigmen (melanosomes).
2) Lapisan Dermis
Adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
menjadi dua bagian yakni :
Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
15
Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang
misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks)
lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin
sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen
dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang
mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat
lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga
makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin
biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah
mengembang serta lebih elastis.
3) Lapisan Subkutis
Adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu sama lain trabekula
yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi
sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-unjung saraf
tepi, pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan makanan
tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di abodemen dapat mencapai
ketebalan 3 cm, sedangkan di daerah kelopak mata dan penis sangat
sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (plesus
profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di
papil dermis, plesus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan
anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar.
Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.
16
Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku.
1) Kelenjar Kulit
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri atas :
a) Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Ada dua macam kelenjar keringat yaitu :
i) Kelenjar ekrim yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan
sekret yang encer.
Kelenjar ekrim telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan
dan baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kelenjar
ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit.
Terdapat diseluruh permukaan kulit dan terbanyak pada bagian
kaki, telapak tangan dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa
faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas dan stres
emosional.
ii) Kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan
sekretnya lebih kental.
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di
aksila, aerola mame, pubis, labia minora dan saluran telinga luar.
Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil,
tetapi pada pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret.
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat dan glukosa
biasanya pH sekitar 4 – 6,8.
b) Klenjar Palit (glandula sebasea). Terletak di seluruh permukaan kulit
manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga
kelenjar holokrinkarena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal
dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di
samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut
17
(folikel rambut). Sebum mengandung trigiserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon
androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas
menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif.
Reaksi hepersensitivitas tipe 1a.penyebabnyaKontak pertama :
alergen menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi, yaitu IgE. Ig E kemudian masuk ke aliran darah dan berikatan dengan reseptor di sel mastosit dan basofil sehingga sel mastosit atau basofil menjadi tersensitisasi. Kontak ulang
allergen akan berikatan dengan Ig E yang berikatan dengan antibody di sel mastosit atau basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi. Degranulasi menyebakan pelepasan mediator inflamasi primer dan sekunder.
Mediator Primer
HistamineMeningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan kontraksi otot polos
SerotoninMeningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan kontraksi otot polos
ECF-A Kemotaksis eosinofil
NCF-A Kemotaksis eosinofil
proteases Sekresi mucus, degradasi jaringan penghubung
MediatorSekunder
LeukotrienesMeningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan kontraksi otot polos
ProstaglandinsVasodilatasi pembuluh darah, aktivasi platelet, kontaksi otot polos
18
BradykininMeningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan kontraksi otot polos
Cytokines Aktivasi sel endothelium, penarikan eosinofil
Mekanisme
c.FAKTOR PEMICU Defisiensi sel T
Penurunan jumlah sel T diasosiasikan dengan peningkatan dari jumlah serum IgE pada penyakit Eczema. Juga ada perbedaan jumlah sel T pada bayi yang disusui dengan ASI dan dengan susu bubuk.
Mediator feecbackMenurut penelitian, inhibisi reseptor H2 oleh pelepasan enzim lisosom dan
aktivasi penahan sel T oleh histamine akan meningkatkan jumlah IgE Factor lingkungan
Polutan seperti SO2, NO, asap kendaraan dapat meningkatkan permeabilitas mukosa sehingga meningkatkan pemasukkan antigen dan respon IgE
D.Dampak Anafilatoksis local ( alergi atopik )
batuk, mata berair, bersin karena alergen masuk ke saluran respirasi (alergi rhinitis)
Terakumulasinya mucus di alveolus paru-paru dan kontraksi otot polos kontraksi yang mempersempit jalan udara ke paru-paru sehingga menjadi sesak
19
Kulit memerah atau pucat, gatal (urticaria) karena alergi makanan. Anafilatoksis sistemik
sulit bernafas karena kontraksi otot polos yang menyebabkan tertutupnya bronkus paru-paru, dilatasi arteriol sehingga tekanan darah menurun dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan tubuh keluar ke jaringan. Gejala ini dapat menyebabkan kematian karena tekanan darah turun drastis dan pembuluh darah collapse ( shock anafilatoksis)
E.PENGOBATAN anafilatoksis lokal
menghindari allergen dan makanan yang dapat menyebabkan alergi Bila allergen sulit dihindari ( seperti pollen, debu, spora, dll) dapat
digunakan antihistamin untuk menghambat pelepasan histamine dari sel mastosit. Bila terjadi sesak nafas pengobatan dapat berupa bronkoditalor yang dapat merelaksasi otot bronkus dan ekspektoran yang dapat mengeluarkan mucus
Injeksi allergen secara berulang dapar dosis tertentu secara subkutan dengan harapan pembentukan IgG meningkat sehingga mampu mengeliminasi allergen sebelum allergen berikatan dengan IgE pada sel mast. Proses ini disebut desensitisasi atau hiposensitisasi.
Anafilatoksis sistemikmenyuntikan epinefrin (meningkatkan tekanan darah) atau antihistamin
(memblok pelepasan histamine) secara intravena
Reaksi hepersensitivitas tipe II• Reaksi sitotoksik• Hipersensitivitas tipe II melibatkan IgG dan IgM.• Antibodi ditujukan pada antigen yang berada di permukaan
sel atau matriks ekstraseluler.• Ikatan Ag-Ab → aktifkan komplemen → lisis.
20
IMUNOPATOLOGI1. Kerusakan pada eritrosit
- IgM menimbulkan aglutinasi, aktivasi komplemen dan hemolisis intravaskular pada sistem ABO.
- IgG menembus barier plasenta masuk ke sirkulasi janin, melapisi permukaan eritrosit janin → hipersensitivitas tipe II. Terjadi pada sistem rhesus.
2. Kerusakan jaringan transplantasi- Antigen sel pada organ transplantasi dianggap asing. - Antibodi pada darah resipien bereaksi dengan antigen pada organ transplantasi yang menyebabkan aktivasi komplemen dan neutrofil
3. Reaksi karena obat- Obat berikatan dengan unsur tubuh menjadi hapten lengkap, yang
meyebabkan orang-orang tertentu menjadi sensitif.- Obat membentuk kompleks antigenik dengan permukaan suatu elemen yang
ada pada darah dan merangsang pembentukan antibodi.- Contoh:
Pemakaian terus menerus klorpromazin atau fenacetin pada agranulositosis
21
Reaksi hepersensitivitas tipe IIIMerupakan reaksi hipersensitivitas yang dipicu oleh terbentuknya kompleks antigen dan antibodi
a.Mekanisme reaksinya Antibodi bereaksi dengan antigen bersangkutan membentuk kompleks antigen
antibodi Aktivasi sistem komplemen, menyebabkan pelepasan berbagai mediator oleh
mastosit. Vasodilatasi dan akumulasi PMN yang menghancurkan kompleks. Merangsang PMN sehingga sel–sel tersebut melepaskan isi granula berupa
enzim proteolitik diantaranya proteinase, kolegenase, dan enzim pembentuk kinin.
Kompleks antigen-antibodi itu mengendap dijaringan, proses diatas bersama–sama dengan aktivasi komplemen dapat sekaligus merusak jaringan sekitar kompleks.
B.gejala klinisnya Bisa tergantung dari perbandingan relatif kadar antigen dan antibodi. Antigen tidak jauh lebih banyak > kompleks cepat mengendap. Antigen jauh lebih banyak > kompleks tidak cepat mengendap. Gejala daat berbeda sesuai tempat pengendapan. Demam, nyeri, malaise Gatal, edema
22
Pengurangan komplemen di dalam darah Glomerulonephritis (ginjal) Arthritis (persendian) Rheumatik penyakit jantung
c.Faktor yang berpengaruh Ukuran kompleks imun Kelas imunoglobulin Aktivasi komplemen Permeabilitas pembuluh darah Proses hemodinamik Afinitas antigen pada jaringan
d.Pengobatan Obat anti-inflamasi\antihistamin Menghindari sejumlah besar antigen dan berhati-hati terhadap immunisasi dan
antitoksin
23
Reaksi hepersensitivitas tipe IV Tipe lambat Melibatkan Sel T Helper yang akan mengaktifkan TDTH sehingga menghasilkan
sitokin. IL-8, MCP Makrofag kemotaktik IFN-ɣ, TNF-β Aktifasi Makrofag IL-3, GM-CSF Perkenalan prekursor
neutrofil dan makrofag IL-8, TNF-α Makrofag kemotaktik
24
Adakah pengaryhnya terhadap lipstick yang digunakan dengan gatal2 ?
Iya,karena ini mungkin hipersensitivitas tipe 4yang lama prosesnya yang akan di
jelaskan di bawah ini:
Hapten masuk dan di tangkap oleh sel langerhans setalah itu diproses secara
kimiawi dan di konjugasikan ke molekul HLA-DR menjadi antigen lengkap. Sel
langerhans masuk ke kelenjar getah bening melalui saluran limfe. Di dalam kelenjar
limfe, sel langerhans mempresentasikan komopleks HLA-DR- antigen ke sel T
penolong spesifik. Sel langerhans mensekresikan IL-1 yang menstimulasi sel T untuk
mensekresi IL-2 dan mengeskpresi reseptor-IL-2 (IL-2R). sitokin ini akan
menstimulasi proliferasi sel T spesifik, sehingga menjadi lebih banyak. Turunan sel
ini adalah sel T memori akan meninggalkan kelenjar getah bening dan beredar
keseluruh tubuh. Inilah yang di sebut fase sensitisasi
Fase kedua (elisitasi) hipesensitivitas tipe lambat terjadi pajaman ulang allergen
(hapten). Seperti pada fese sensitisasi, hapten di tangkap dan diproses secara kimiawi
menjadi antigen, di ikat oleh HLA-DR kemudian di ekspresikan dipermukaan sel.
Kompleks HLA-DR-antigen akan di presentasikan kepada sel T memori. Sel
langerhans mensekresikan IL-1 yang menstimulasi sel T untuk mensekresi IL-2 dan
mengeskpresi reseptor-IL-2 (IL-2R) yang menyebabkan proliferasi dan ekspensi
populasi sel T di kulit. Sel T teraktivasi mengeluarkan IFN- yang akan mengaktifkan
keratinosit mengekspresi ICAM-1 dan HLA-DR. keratinosit menghasilkan sejumlah
sitokin antaralain IL-1, IL-6 dll, dan semuanya dapat mengaktivasi sel T. IL-1 dapat
menstimulasi keratinosit me ghasilkan eikosanoid dan bersama sitokin akan
mengaktifkan sel mas dan makrofag. Sel mas yang berada di dekat pembuluh darah
dermis akan melepaskan histamine dan berbagai jenis factor kemotatik. Eikosanoid
dari sel mas maupun dari keratinosit menyebabkan di latasi vaskular dan
meningkatkan permeabilitas sehingga molekul larut seperti komplemen dan kini
mudah berdifusi ke dalam dermis dan epidemis.
Beberapa zat kimia merupakan allergen yang cukup kuat,yang dengan sekali
paparan bisa menyebabkan terjadinya sensitivitas. Sedangkan sebagian besar zat
25
kimia lain memerlukan paparan berulang-ulang sebelum timbul sensitisasi. Mungkin
saja paparan allergen telah berlangsung bertahun-tahun, namun secara mendadak baru
terjadi hipersesitivita. Mungkin dari sini kita juga bisa tau kalau zat kimia juga dapat
mempengaruhi terjadinya hipersesitivitas, karena yang telah dituliskan di atas ada zat
kimia yang langsung terjadinya sensitivitas sekali paparan dan ada yang memerlukan
waktu yang cukup lama untuk timbulnya sensitisasi.
Apa hubungan antara riwayat biduran (urtikaria) 3 bulan yang lalu dengan
gatal-gatal pada bibir yang diderita pasien?
Berdasarkan patofisiologinya urtikaria menunjukkan adanya dilatasi pembuluh
darah dermal di bawah kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit infiltrasi sel
perivaskuler, di antaranya yang paling dominan adalah eosinofil. Kelainan ini
disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama histamine, akibat degranulasi sel mast
kutan atau subkutan, dan leukotrien juga dapat berperan.
Histamine akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di bawah kulit
sehingga kulit berwarna merah (eritema). Histamine juga menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan dan sel, terutama eosinofil, keluar dari
pembuluh darah dan mengakibatkan pembengkakan kulit local. Cairan serta sel yang
keluar akan merangsang ujung saraf perifer kulit sehingga timbul rasa gatal.
Terjadilah bentol merah yang gatal.
26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari data yang telah kami peroleh dari berbagai sumber untuk
mengetahui penyakit apa yang ada di skenario ini , kami dapat
menyimpulkan bahwa wanita yang ada di skenario ini menderita penyakit
dermatitis Alergi
Saran
Dari hasil laporan kami murngkin ada sebagian isinya yang
memiliki kekurangan maka dari itu kami harapkan saran dari semua pihak
guna memperbaiki hasil laporan kami, jadi hasil laporan kami untuk
kedepannya supaya lebih baik lagi, terima kasih.
28