laporan pbl muskuloskeletal modul 1.doc

34
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan – jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut.Hipotesis bahwa tulang kepala berhubungan dengan tulang leher tampaknya cukup beralasan. Oleh karena itu tulang terdiri dari bermacam – macam sel, maka kelainan yang mengenainya banyak dan bermacam – macam. Dan pada masa sekarang ini penyakit – penyakit muskuloskeletal banyak ditemukan ditengah masyarakat. Dan kita diharapkan mampu untuk memecahkan dan menanggulanginya maka dari itu kita diberikan skenario mengenai masalah mengenai penyakit – penyakit muskuloskeletal. I.2 Tujuan Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang diagnosis nyeri sendi,penyebab – penyebab nyeri sendi,patofisiologi terjadinya nyeri sendi,dapat membedakan nyeri sendi akibat karena inflamasi dan nyeri sendi akibat karena mekanik. 1

Upload: arga-aditya

Post on 29-Nov-2015

373 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

PBL Muskulo FKK UMJ

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam

pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan

jaringan – jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut.Hipotesis bahwa tulang

kepala berhubungan dengan tulang leher tampaknya cukup beralasan. Oleh karena itu tulang

terdiri dari bermacam – macam sel, maka kelainan yang mengenainya banyak dan bermacam

– macam.

Dan pada masa sekarang ini penyakit – penyakit muskuloskeletal banyak ditemukan

ditengah masyarakat. Dan kita diharapkan mampu untuk memecahkan dan

menanggulanginya maka dari itu kita diberikan skenario mengenai masalah mengenai

penyakit – penyakit muskuloskeletal.

I.2 Tujuan

Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang diagnosis nyeri sendi,penyebab –

penyebab nyeri sendi,patofisiologi terjadinya nyeri sendi,dapat membedakan nyeri sendi

akibat karena inflamasi dan nyeri sendi akibat karena mekanik.

I.3 Sasaran Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anatomi sendi lutut,tangan dan kaki.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang lingkup gerak sendi masing – masing sendi

tersebut di atas.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme nyeri akibat inflamasi.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme nyeri akibat gangguan mekanik.

5. Mahasiswa mampu mengetahui sendi – sendi yang sering mengenai arthritis gout,

osteoarthritis dan arthritis rheumatoid.

1

Page 2: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

6. Mahasiswa mampu menggambarkan kelainan – kelainan sendi akibat karena

inflamasi dan gangguan mekanik.

7. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis – jenis pemeriksaan yang diperlukan untuk

mengarahkan diagnosis penyakit ini.

8. Mahasiswa mampu memberikan terapi yang sesuai dengan penyakitnya.

9. Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi penyakit.

10. Mahasiswa mampu menyebutkan diagnosis banding dari arthritis gout,osteoarthritis

dan arthritis rheumatoid.

11. Mampu menyebutkan cara – cara pencegahan nyeri sendi.

2

Page 3: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Seorang wanita muda, dikonsul dari poliklinik kulit dengan keluhan nyeri sendi pada pergelangan tangan beserta jari – jari tangan, bersifat simetris. Penderita berobat di poli kulit oleh karena ada kemerahan di pipi kiri – kanan yang menurut penderita akibat karena alergi bedak pemutih yang dibelinya di took obat secara bebas. Namun kemerahan tersebut tidak menghilang sekalipun penderita telah menghentikan memakai bedak pemutih tersebut. Tidak ada saudaranya yang lain yang menderita seperti ini.

2.2 Kata kunci

1. Wanita muda2. Keluhan nyeri sendi pada pergelangan tangan beserta jari – jari tangan, bersifat

simetris3. Kemerahan di pipi kiri dan kanan4. Alergi bedak pemutih5. Kemerahan tidak hilang walaupun telah menghentikan bedak pemutih6. Tidak ada saudaranya yang lain yang menderita seperti ini

2.3 Pertanyaan

1. Apa yang di maksud nyeri? Mekanisme nyeri, inflamasi dan mekanik2. Apa itu nyeri sendi?3. Anatomi sendi lutut, tangan dan kaki4. Macam penyakit sendi dan Sebutkan ciri – ciri dari masing- masing penyakit tersebut?

(perbandingannya?)5. Penyebab wanita mengalami kemerahan dan kenapa kemerahan tersebut tidak hilang

walaupun sudah menghentikan bedak pemutih?6. Obat apa saja yang dapat menyebabkan penyakit dalam skenario?7. Diagnosis sementara penyakit pada skenario?8. Penatalaksanaan pada penyakit tersebut?9. Jenis pemeriksaan?10. Cara pencegahan penyakit?

2.4 Jawaban

3

Page 4: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

1. PENGERTIAN NYERI

Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi.Pada sebagian besar pasien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cedera atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi mencederai (berbahaya). Pada kasus cedera atau berpotensi mencederai, nyeri memiliki fungsi protektif, memicu respons terhadap stress berupa penarikan, melarikan diri, atau imobilisasi bagian tubuh (misalnya, menarik jari tangan dari kompor panas). Namun, apabila fungsi protektif ini sudah selesai, nyeri yang berlanjut dapat memperlemah pasien, karena sering disertai oleh suatu respons stress berupa meningkatnya rasa cemas, denyut jantung,tekanan darah, dan kecepatan pernapasan. Walaupun merupakan pengalaman subjektif dengan komponen sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, nyeri memperlihatkan beberapa bukti objektif. Mengamati ekspresi wajah pasien, mendengarkan tangisan, atau erangan dan mengamati tanda-tanda vital dapat memberi petunjuk mengenai derajat nyeri yang dialami pasien.

MEKANISME NYERI INFLAMASI

Pada proses inflamasi, misalnya pada arthritis,proses nyeri terjadi karena stimulus nosiseptor akibat pembebasan berbagai mediator biokimiawi selama proses inflamasi terjadi. Inflamasi terjadi akibat rangkaian reaksi imunologik yang dimulai oleh adanya antigen yang kemudian diproses oleh antigen presenting cells (APC) yang kemudia akan diekskresikan ke permukaan sel dengan determinan HLA yang sesuai. Antigen yang di ekspresikan tersebut akan diikat oleh sel T melalui reseptor sel T pada permukaan sel T membentuk kompleks trimokuler. Kompleks trimokuler tersebut akan mencetuskan rangkaian reaksi imunologik dengan pelepasan berbagai sitokin (IL-1, IL-2) sehingga terjadi aktifasi mitosis dan poliferasi sel T tersebut. Sel T yang teraktifasi juga akan menghasilkan berbagai limfokin dan mediator inflamasi yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktifitas fagositosisnya dan merangsang poliferasi sel B untuk memproduksi antibody.Antibody yang dihasilkan akan membentuk kompleks imun yang akan menendap pada organ target dan mengaktifkan sel radang untuk melakukan fagositosis yang diikuti oleh pembebasan metabolit asam arakidonat, radikal oksigen bebas, enzim prates yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada organ target tersebut.Prostaglandin berperan dalam meninbulkan nyeri pada proses inflamasi dapat memprovokasi nyeri secara langsung, tetapi harus ada kerjasama sinergistik dengan mediator inflamasi yang lain seperti histamine dan bradikinin.Pada proses inflamasi, terjadi interaksi 4 sistem yaitu system pembekuan darah, system kinin, system fibrinolisis dan system complement, yang akan membebaskan

4

Page 5: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

berbagai protein inflamatif baik amin vasoaktif amupun zat kemotaktik yang akan menarik lebih banyak sel radang ke daerah inflamasi.

MEKANISME AKIBAT GANGGUAN MEKANIK

Jika ada antigen yg masuk ke dalam tubuh dan kemudian tubuh membentuk antibodi yang kemudian membentuk makrofag dan sitokinin, makrofag dan sitokinin itu kemudian membentuk interleukin 1 dan prostalgladin yang menyebabkan nyeri.

Klasifikasi Nyeri

1. Nyeri nosiseptik

Adalah nyeri yang timbul akibat perangsangan pada nosiseptor ( serabut a-delta dan

serabut – c) oleh rangsang mekanik,termal atau kemikal. Nyeri ini di bagi lagimenjadi

2 yaitu

Nyeri somatic

Adalah nyeri yang timbul pada organ non visceral, misal nyeri pasca bedah, nyeri

metastatik, nyeri tulang, nyeri artritik.

Nyeri Viseral

Adalah nyeri yang berasal dari organ visceral, biasanyaakibat distensi organ yang

berongga,misalnya usus, kandung empedu, pancreas, jantung.

2. Nyeri non- nosiseptif

Dibagi menjadi 2 yaitu

Nyeri Neuropati

Timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf. Nyeri sering kali persisten, walaupun

penyebabnya sudah tidak ada, biasanya pasien merasakan seperti rasa tebakar,

tersengan listrik atau alodini dan disestesia.

Nyeri psikogenik

Yaitu nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri somatik dan nyeri neuropati dan

memenuhi kriteria untuk depresi atau kelainan psikosomatik.

2. NYERI SENDI

5

Page 6: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Nyeri sendi adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang dan di tandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang barupada permukaan persendian.Nyeri sendi sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orangyang berusia lebih dari 45 tahun.Gambaran klinis nyeri sendi umumnya akan terasa nyeri pada sendi apabila sendi bergerak atau menanggung beban. Nyeri ini akan berkurang bila pasien beristirahat. Ciri khas yang sering terlihat pada gambaran radiogram adalah penyempitan ruang sendi, keadaan ini terjadi karena rawan sendi menyusut.

3. ANATOMI SENDI LUTUT,TANGAN DAN KAKI

6

Page 7: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

ANATOMI SENDI

Articulatio humeri

Articulatio : persedian terjadi antara caput humeri yang bulat dengan cavitas glenoidalis scapulae yang dangkal dan berbentuk seperti buah pir. Fasies artikularis diliputi oleh rawan sendi hialin, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya bibir fibro cartilage yang dinamakan labrum glenoidale.

Tipe : Sinovial “ball and socket”. Capsula : Meliputi sendi dan di medial melekat pada pinggir cavitas

glenoidalis diluar labrum; dilateral capsula melekat pada collum anatomikum humeri. Capsula artikularis ini tipis dan lemas memungkinkan gerakan yang luas. Capsula artikularis diperkuat oleh lembaran fibrosa yang berasal dari tendo muskuli subcapulari, supra spinatus, infra spinatus, dan teres minor (otot-otot manset rotator).

Ligamentum : Ligamentum Glenohumerale, Ligamentum humerale transversum, dan ligamentum coracohumerale.

Persarafan : Nervus axillaris dan nervus suprascapularis. Pergerakan : sedikit gerakan meluncur dapat dilakukan. Membrana sinovial : Melapisi capsula artikularis dan melekat pada pinggir cartilage yang

meliputi fasies artikularis. Membrane ini membentuk sarung disekitar tendon msculi biseps brachii caput longum. Membrane ini menonjol keluar dari dinding anterior capsula untuk membentuk bursa subscapularis yang terletak dibawah musculus subscapularis.

Articulatio intercarpalia

Articulatio : Di antara masing-masing tulang pada deretan proksimal ossa carpi; di antara masing-masing tulang deretan distal ossa carpi; dan akhirnya articulatio mediocarpalia di antara ossa carpi deretan proksimal dan deretan distal.

Tipe : Sendi plane sinovial. Capsula : Capsula mengelilingi masing-masing sendi.

7

Page 8: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Ligamentum : Tulang-tulang dihubungkan dengan ligamentum anterior, posterior, dan interosseus yang kuat.

Membrana sinovial : Melapisi capsula dan melekat pada pinggir-pinggir facies articularis. Rongga sendi (cavum articulare) articulation mediocarpalia meluas tidak hanya dikedua deretan ossa carpi tetapi juga ke atas di antara ossa carpi yang menyusun deretan proksimal dan kebawah di antara ossa carpi yang menyusun deretan distal.

Persarafan : Nervus interosseus anterior, ramus profundus nervi radialis, dan ramus profundus nervi ulnaris.

Pergerakan : sedikit gerakan meluncur dapat dilakukan.

Articulatio Carpometacarpea Dan Articulation Intermetacarpea

Dua sendi ini merupakan plana juncture synovialis yang mempunyai ligamentum anterior, posterior, dan interrosseus. Semuanya mempunyai rongga sendi bersama. Dan dapat dilakukan sedikit gerakan meluncur.

Articulatio Carpometacarpea Pollex

Articulatio : Di antara Os trapezium dan basis ossis metacarpi I yang berbentuk pelana.

Tipe : Sendi plane sinovial. Capsula : Capsula mengelilingi sendi. Membrana sinovial : Melapisi capsula dan membentuk rongga sendi yang terpisah. Pergerakan : Flexio, Extentio, Abductio, Adductio, dan Rotatio.

Articulatio Metacarpophalangea

Articulatio : Di antara caput ossis metacarpi dan basis phalanges proximali Tipe : Sendi plane sinovial. Capsula : Capsula mengelilingi masing-masing sendi. Ligamentum : Ligamentum palmare merupakan ligamentum yang kuat dan

mengandung beberapa fibrocartilago. Ligamentum ini melekat dengan erat pada phalanges

Membrana sinovial : Melapisi capsula dan melekat pada pinggir-pinggir facies articulari, tetapi hanya sedikit pada os metacarpal. Ligamentum palmare sendi kedua, ketiga, keempat, dan kelima dihubungkan oleh ligamentum metacarpi transverasa profunda, yang memfiksasi caput ossis metacarpi secara bersama-sana. Ligamentum collaterale berbentuk seperti pita yang terdapat pada masing-masing sendi. Masing-masing ligamentum berjalan ke distal dan depan dari caput ossa metacarpal menuju basis phalanges. Ligamentum collaterale tegang sewaktu flexio dan kendur sewaktu ekstensi.

Pergerakan : Flexio, Extentio, Abductio, dan Adductio.

Articulatio Coxae, 588

8

Page 9: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Articulatio : Adalah persendian antara caput femoris yang berbentuk hemisfer dan acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk. Permukaan sendi actabulum berbentuk tapal kuda dan dibagian bawah takik disebut insicura acetabuli. Rongga acetabulum diperdalam dengan adanya fibrocartilago di bagian pinggirnya yang disebut sebagai labrum acetabuli. Labrum ini menghubungkan insicura acetabuli dan disini dikenal sebagai ligament transversum acetabuli.

Tipe : Sinovial “ball and socket”. Capsula : Capsula membungkus sendi dan melekat di medial pada labrum

acetabuli. Di lateral, capsula ini melekat di depan pada linea intertrochanterica femoris dan di belakang pada setengah aspek posterior collum femoris. Pada pelekatannya di depan, yaitu pada linea intertrochanterica, beberapa serabutnya yang diikuti oleh pembuluh darah, melipat ke atas sepanjang collum femoris sebagai sebuah pita, yang disebut retinacula. Pembuluh darah ini mendarahi caput dan collum femoris

Ligamentum : Ligamentum iliofemorale, ligamentum pubofemorale, ligamentum ischiofemorale, ligamentum transversum acetabuli, ligamentum teres femoris.

Membrana sinovial : Melapisi capsula dan melekat pada pinggir-pinggir facies articularis. Rongga sendi (cavum articulare) articulation mediocarpalia meluas tidak hanya dikedua deretan ossa carpi tetapi juga ke atas di antara ossa carpi yang menyusun deretan proksimal dan kebawah di antara ossa carpi yang menyusun deretan distal.

Persarafan : N. femoris, n. obturatouis, n. peroneus communis, dan n. tibial Pergerakan : Fleksi, Ekstensi, Rotasi Lateral, dan Rotasi medial.

Articulatio Genus

Articulatio : Di atas terdapat condylus femoris yang bulat; di bawah terdapat condylus tibiae dan meniscuris cartilaginosa; di depan terdapat articulation antara ujung bawah femur dan patella. Facies articularis femoris, tibia, dan patella diliputi oleh cartilage hyaline. Perhatikan bahwa facies articularis condylus medialis dan lateralis.

Tipe : Sendi antara femur dan tibia adalah sebuah sendi sinovial tipe ginglymus (sendi Engsel), tetapi mempunyai sedikit kemungkinan gerak rotasi. Sendi antara patella dan femur adalah sendi sinovial jenis plana.

Capsula : Capsula melekat pada pinggir facies articularis dan sekeliling sisi serta aspek posterior sendi. Capsula tidak terdapat pada permukaan sendi, sehingga memungkinkan membrana sinovial membentuk kantung ke atas di bawah tendon.

Ligamentum : Ligamentum Extracapsular: Ligamentum collaterale laterale, ligamentum collaterale mediale, ligamentum popliteum obliquem. Ligamentum Intracapsular: Ligamentum cruciatum, Ligamentum cruciatum anterius, Ligamentum cruciatum posterious, Menisci.

Membrana sinovial : Melapisi capsula dan melekat pada pinggir-pinggir facies articularis.

9

Page 10: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Persarafan : N. femoris, n. obturatouis, n. ischiadicus, dan nervus untuk m. quadratus femoris.

Pergerakan : Fleksi, Ekstensi, Abduksi, Adduksi, Rotasi Lateral, Rotasi medial, dan Circumduksi.

Articulatio Tibiofibularis Proksimalis

Articulatio : Antara condylus lateralis tibiae dan caput fibulae. Facies articularis rata dan diliputi oleh cartilage hialin.

Tipe : Sendi plane sinovial. Capsula : Mengelilingi sendi dan melekat pada pinggir-pinggir permukaan

sendi. Membrana sinovial : Melapisi capsula dan melekat pada pinggir-pinggir permukaan

sendi. Persarafan : N. peroneus communis Pergerakan : Sedikit gerakan meluncur terjadi selama pergerakan sendi lutut.

Articulatio Tibiofibularis Distal

Articulatio : Antara insicura fibularis pada ujung bawah tibia dan ujung bawah fibula. Permukan tulang yang berhadapan kasar.

Tipe : Fibrosa Capsula : Tidak ada Ligamentum : Ligamentum interosseum, ligamentum anterior dan posterior, dan

transversum. Persarafan : N. peroneus communis Pergerakan : Sedikit gerakan terjadi selama gerakan pada sendi pergelangan

kaki.

Articulationes Tarsi:

1. Articularis Subtalaris Articulatio : Antara permukaan inferior corpus tali dan facies medial permukaan

atas calcaneus. Facies articulare diliputi cartilage hyaline. Tipe : Sendi plane sinovial. Capsula : Membungkus sendi dan melekat pada pinggir area sendi kedua

tulang.

Ligamentum : Ligamentum mediale dan laterale, dan ligamentum interoseus. Membrana sinovial : Melapisi capsula articulare. Pergerakan : meluncur dan rotasi.

2. Articulatio Talocruraris

10

Page 11: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Articulatio : Antara caput tali yang bulat, permukaan atas sustentaculum tali, dan permukaan posterior atau yang cekung dari os naviculare. Facies articulare diliputi oleh cartilage hyaline.

Tipe : Sinovial. Capsula : Membungkus sendi dengan tidak sempurna Ligamentum : Ligamentum calcaneonaviculare plantare. Membrana sinovial : Melapisi capsula articulare. Pergerakan : Meluncur dan rotasi.

3. Articulatio calcaneocuboidea Articulatio : Antara ujung anterior calcaneus dan permukaan posterior os

cuboideum. Permukaan sendi ditutupi catilago hyaline. Tipe : Sendi plane sinovial. Capsula : Membungkus sendi Ligamentum : Ligamentum bifurcartum, Ligamentum plantare longum,

ligamentum plantare brevis Membrana sinovial : Melapisi capsula articulare. Pergerakan : meluncur dan rotasi.

4. PENYAKIT – PENYAKIT NYERI SENDI

1. Artritis Gout (Pirai )

Adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus yaitu artritis akut,

merupakan jenis penyakit reumatik yang penatalaksanaannya mudah dan efektif. Gangguan

metabolisme yang berdasarkan gout adalah hiperurikemia yang di definisikan sebagai

peninggian kadar urat lebih dari

Epidemiologi

Gout merupakan penyakit dominan pada laki – laki dewasa. Sebagaimana apa yang

disampaikan oleh Hippocrates bahwa gout jarang pada pria sebelum masa remaja

(adolescens) sedangkan pada perempuan jarang sebelum menopause.

Patogenesis Artritis Gout

Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung

pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat

proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.

11

Page 12: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Pada keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat setelah pubertas. Pada

wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan

ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause kadar urat serum meningkat seperti

pada pria.

Gout jarang terjadi pada wanita. Sekitar 95% penderita gout adalah pria. Gout dapat

ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia. Ada prevalensi familial dalam penyakit

gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini. Namun ada sejumlah faktor

yang agaknya mempengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan, dan gaya

hidup.

Diagnosis

Diagnosis artritis gout didasarkan pada kriteria American Rheumatism Association

(ARA), yaitu :

Terdapat kristal urat dalam cairan sendi atau tofus dan atau

Bila ditemukan 6 dari 12 kriteria tersebut dibawah ini :

1. Inflamasi maksimum pada hari pertama

2. Serangan artritis akut lebih dari satu kali

3. artritis nonartikuler

4. Sendi yang terkena berwarna kemerahan

5. Pembengkakan dan sakit pada sendi metatarsofalangeal

6. Serangan pada sendi metatarsofalangeal unilateral

7. Serangan pada sendi tarsal unilateral

8. Adanya fokus

9. Hiperurisemia

10. Pada foto sinar-x tampak pembengkakan sendi asimetris

11. Pada foto sinar-x tampak kista subkortikal tanpa erosi

12. kultur bakteri cairan sendi negatif

12

Page 13: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Diagnosa banding terutama dengan penyakit artritis monoartikular dan artritis yang

timbulnya akut, yaitu pseudogout, artritis piogenik, demam reumatik, artritis reumatoid,

artritis virus dan lain-lain. Dalam praktek sehari-hari ada dua jenis penyakit sendi yang harus

dibedakan dengan penyakit pirai sendi yaitu pseudogout dan artritis piogenik.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terapi artritis gout sebaiknya mengikuti pedoman terapi sebagai berikut :

Hentikan serangan nyeri yang hebat pada serangan artritis gout akut

Berikan kolkisin sebagai pencegahan terhadap serangan berulang dari artritis gout

Evaluasi kadar asam urat dalam urine selama 24 jam setelah terapi nonfarmakologi

diberikan yaitu diet rendah purin dijalankan

Penanggulangan untuk artritis gout kronis

2. Osteoartritis

Adalah penyakit sendi degeneratif yang mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi, yang

berkembang secara lambat,disertai dengan pembentukan tulang baru, serta merupakan suatu

penyakit sendi degeneratif yang terutama terjadi pada orang yang berusia lanjut dan ditandai

oleh degenerasi kartilago artikularis, perubahan pada membran sinovia serta hipertrofi tulang

pada tepinya. Rasa nyeri dan kaku, khususnya setelah melakukan aktivitas yang lama akan

menyertai perubahan degeneratif tersebut.

Insidens, Etiologi dan Patologi

Osteoarthritis merupakan bentuk penyakit sendi yang paling sering ditemukan.

Diperkirakan ⅓ dari orang berusia >35 tahun, menunjukkan bukti radiografik yang

memperlihatkan penyakit osteoarthritis dengan prevalensi yang terus meningkat sampai

80 tahun. Meskipun mayoritas pasien, khususnya yang berusia muda, menderita penyakit

ringan dan relatif asimptomatik, osteoarthritis merupakan salah satu dari beberapa

penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun.

13

Page 14: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

PenatalaksanaanTujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mencegah atau menahan kerusakan yang lebih lanjut pada tersebut,dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahankan mobilitas.Terapi fisik penting untuk menghilangkan nyeri dan mempertahankan kekuatan ototdan jangkauan gerakan. Pemakaian obat – obatan dirancang untuk mengontrol nyeri pada sendi demikian pula untuk mengendalikan timbulnya sinovitis. Obat – obat analgesik yang dapat dibeli bebas seperti asetominofen,aspirin dan ibuprofen biasanya cukup untuk menghilangkan nyeri.

3. Artritis Reumatoid

Adalah penyakit inflamasi yang mengenai jaringan ikat sendi, bersifat progresif,

simetrik, dan sistemik serta cenderung menjadi kronik. Atau arthritis reumatoid adalah

kelainan sistemik dengan manifestasi utama pada persendian yang berkembang secara

perlahan-lahan dalam beberapa minggu.

Keluhan dan gejala

Sebagian besar pasien arthritis reumatoid yang berusia lanjut menderita penyakit tersebut

sebagai suatu proses yang tengah berlangsung dan sudah dimulai.Kalau arthritis reumatoid

baru terjadi ketika seseorang sudah berusia lanjut, onsetnya dapat timbul perlahan atau terjadi

secara akut. Pada kebanyakan pasien, keadaan artritis disertai dengan gejala konstitutional

yang ringan atau sedang.

Biasanya arthritis reumatoid terutama ditemukan pada persendian yang kecil pada tangan

(yaitu di artikulasio interfalangeal proksimal, metakarpofalangeal), kemudian kaki (pada

artikulasio metatarsofalangeal, interfalangeal) dan pergelangan tangan, baru kemudian

penyakit ini mengenai persendian yang besar (misalnya sendi siku, bahu, lutut).

Gejala Khas

1. Rasa kaku dan lemah pada pagi hari yang berlansung lebih dari 30 menit

2. Mengenai sendi – sendi kecil seperti sendi – sendi jari tangan,jari kaki,sendi pada

rahang,siku,lutut selain itu dapat menyerang otot,paru – paru,kulit,pembuluh

darah,syaraf,dan mata

3. Cenderung mengenai wanita dari pada laki – laki terutama wanita usia produktif

14

Page 15: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Diagnosis

Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar pada

evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala.

Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:

1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)

1. Arthritis pada tiga atau lebih sendi

2. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan

3. Arthritis yang simetris

4. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum

5. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)

Penatalaksanaan

Tujuan dari program pengobatan adalah

1.Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.

2. untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita.

3. untuk mencegah atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.

4. Lupus Eritematosus sistemik

Penyakit inflamasi multisistem yang tidak diketahui etiologinya dengan manifestasi klinik dan laboratorik beragam. Prototipe penyakit autoimun.

Gambaran klinis

Gejala yang paling sering adalah arthritis simetris atau atralgia, gangguan ini dapat ditemukan pada sekitar 90 % dari seluruh kasus, sering kali sebagai manifestasi awal. Sensi-sendi yang paling sering terserang adalah sendi-sendi proksimal tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, lutut, dan pergelangan kaki. Medula subkutan juga jarang ditemukan pada penyakit ini.

Gejala-gejala konstitusional adalah demam, rasa lelah, lemah, dan berkurangnya berat badan yang biasanya timbul pada masa awal penyakit dan dapat berulang dalam perjalanan penyakit ini. Keletihan dan rasa lemah bias timbul sebagai gejala sekunder dari anemia ringan yang ditimbulkan oleh SLE.

Manifestasi kulit mencakup ruang erithematosa yang dapat timbul pada pipi, leher, dan anggota gerak atau pada tubuh. Dapat timbul alopesia ( rambut rontok ), yang mana kadang-kadang dapat menjadi berat. Pleuritis ( nyeri dada ) dapat timbul akibat proses

15

Page 16: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

peradangan kronik dari SLE. SLE juga dapat menyebabkan karditis yang menyerang miokardium, endokardium, atau pericardium.

Nefritis lupus timbul pada waktu antibodi antinuclear ( anti-DNA ) melekat pada antigennya ( asam deoksiribonukleat, atau DNA ) dan diendapkan pada glomerulus ginjal.

SLE juga dapat menyerang system saraf pusat maupun perifer. Gejala-gejala yang ditimbulkannya meliputi perubahan tingkah laku ( depresi, psikosis ), kejang-kejang, gangguan saraf otak, dan neuropati perifer.

DIAGNOSIS

The American Rheumatism Association telah mengembangkan criteria untuk memilah SLE. Adanya empat atau lebih dari ke-sebelas criteria baik secara serial maupun simultan cukup untuk menegakkan diagnosis.

1. Ruam di daerah malar

2. Ruam discoid

3. Fotosensitifitas

4. Ulkus mulut

5. Artritis ( tidak erosi, pada dua atau lebih sendi-sendi perifer )

6. Serositis : pleuritis atau perikarditis

7. Gangguan pada ginjal : proteinuria persisten yang lebih dari 0,5 g/hr atau adanya silinder selular

8. Gangguan neurologik : kejang-kejang atau psikosis

9. Gangguan darah : anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia, atau trombositopenia.

10. Gangguan imunologik : sel-sel lupus eritematosus positif, anti-DNA, Anti Sm, atau suatu uji serologic positif palsu atau sifilis.

11. Anti bodi antinuclear

PENYEBAB LUPUS

Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanantubuh dalam melawan infeksi. Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan tubuh, dimana antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga terjadi penyakit menahun.

16

Page 17: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Mekanisme maupun penyebab dari penyakit autoimun ini belum sepenuhnyadimengerti. Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktorlingkungan dan keturunan.

Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:

Infeksi

Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin) Sinar ultraviolet Stresyang berlebihan Obat-obatan tertentu Hormon.

Meskipun lupus diketahui merupakan penyakit keturunan, tetapi genpenyebabnya tidak diketahui. Penemuan terakhir menyebutkan tentang gen darikromosom 1. Hanya 10% dari penderita yang memiliki kerabat (orang tua maupun saudarakandung) yang telah maupun akan menderita lupus.Statistik menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% anak dari penderita lupus yang akan menderita penyakit ini.Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga bisa diderita oleh pria. Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun wanita, meskipun 10-15 kali lebih sering ditemukan pada wanita. Faktor hormonal mungkin bisa menjelaskan mengapa lupus lebih sering menyerang wanita. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi dan/atau selama kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama estrogen) mungkin berperan dalam timbulnya penyakit ini.Meskipun demikian, penyebab yang pasti dari lebih tingginya angka kejadian pada wanita dan pada masa pra-menstruasi, masih belum diketahui.Kadang-kadang obat jantung tertentu (hidralazin, prokainamid dan beta-bloker) dapat menyebabkan sindroma mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat dihentikan.

SLE KARENA OBAT

Ada sejumlah obat yang dapat menginduksi penyakit SLE pada orang-orang yang pekat. Sindrome ini memberikan gejala-gejala yang menyerupai gejala-gejala SLE, termasuk uji anti nuclear antibody ( ANA) yang positif, tetapi jarang menyerang ginjal dan system saraf pusat. Gejala-gejala SLE yang timbul akan menghilang dalam waktu beberapa minggu setelah obat yang menyebabkannya dihentikan. Hidralazin dan prokainamid adalh dua dari kelompok obat-obatan yang paling sering menimbulkan gangguan ini. Selain itu ada juga beberapa obat yang menimbulkan ANA positif, misalnya penisilamin, hisoniazid, klorpromazin, dan obat-obatan anti konvulsan seperti barbiturate, fenitoid, etosuksimid, metsuksimid, dan primidon. Beberapa obat dapat menyebabkan eksaserbasi SLE pada penderita yang sebelumnya berada dalam keadaan remisi. Kelompok ini mencakup sulfonamide, penisilin, dan kontraseptif oral.

17

Page 18: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

5. PENYEBAB WANITA MENGALAMI KEMERAHAN DAN MENGAPA KEMERAHAN TERSEBUT TIDAK HILANG WALAUPUN TELAH MENGHENTIKAN PEMAKAIAN BEDAK PEMUTIH

Kemerahan dapat terjadi akibat alergi, dermatitis, sinar UV, pemakaian obat tertentu dan lainnya. Sehingga pengobatannya juga berbeda. Pemutih yang di pakai tidak terkontrol juga dapat menyebabkan proses timbulnya pembuluh darah di kulit. Kelainan ini dapat dihilangkan dengan pemakaian laser long pulse atau V beam yang mematikan pembuluh darah tersebut dengan pengobatan berulang pembuluh darah dapat hilang dan kulit bebas dari masalah kemerahan.

6 . JENIS OBAT YANG DAPAT MENYEBABKAN PENYAKIT DALAM

SKENARIO

Klorpromazin –o Klas kimia: Alifatik

o Potensi klinik: rendah

o Toksisitas ekstrapiramidal: sedang

o Kerja sedative: tinggi

o Kerja hipotensif: tinggi

o Keuntungan: generic

o Kerugian: banyak efek samping

Metildopao Kerja antihipertensi metildopa dihasilkan oleh perangsangan adrenoseptor

alpha central oleh alpha minus – metilnorepinefrin atau alpha – metildopamin, berdasarkan pada bukti bukti tersebut

1. Pada binatang percobaan, dosis metildopa yang diberikan untuk menurunkan tekanan darah jauh lebih kecil, bila obat disuntikan secara langsung intraventrikular otak dibandingkan bila obat disuntikan intravena

2. Antagonis reseptor alpha, terutama antagonis alpha quadrat selective, yang diberikan secara central, akan menghambat hipertensi metildopa, baik deberikan secara central maupun intravena

3. Inhibitor yang potent terhadap dopa dekarbosilase, yang diberikan secara central, akan memblokade efek antipertensi metildopa, jadi menunjukan bahwa metabolism metildopa diperlukan untuk kerja obat tersebut.

Hidralasino Hidrafazin, suatu derivate hidrazin, melebarkan arterioli tetapi bukan vena.

Hidralazin telah ada sejak lama, walaupun pada mulanya tidak dianggap efektif karena terjadinya tatifilaksis terhadap efek antipertensi yang timbul secara cepat. Sekarang telah diketahui adanya keuntungan2 terapi kombinasi, dan hidralazin bias digunakan secara lebih efektif terutama pada hipertensi berat.

18

Page 19: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Prokainamido Kurang efektif pada penekanan aktifitas pacu ektopik yang abnormal tetapi

lebih efektif pada penghambatan saluran natrium pada sel yang mengalami depolarisasi

Isoniazino Obat paling aktif dalam pengobatan pada penderita yang dapat mentoleransi

obat tersebut atau pada mikobakterianya rentan Dilatin Penisilamin Kuinidin

7. DIAGNOSIS BANDING PENYAKIT PADA SKENARIO

Dari cirri – cirri gejala penyakit yang terdapat pada skenario menunjukkan diagnosis banding yang menunjukkan penyakit pada skenario yaitu :

a. Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama adalah poliartritis progresif, tetapi juga melibatkan seluruh organ tubuh

Selain gejala artikuler, dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa

kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan non-artikuler lainnya

• Faktor genetik dan lingkungan diduga berperan pada AR

• Adanya hubungan HLA kelas II dengan AR seropositif

• Faktor hormonal juga berperan AR, pada wanita hamil sering terjadi remisi

• Tapi pemberian hormon estrogen eksternal tidak memberikan hasil

• Thn 1930, infeksi diduga sbg penyebab krn onset peny ini timbul secara tiba2 dgn gambaran inflamsi yang dominan.

b. LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

Penyakit inflamasi multisistem yg tidak diketahui etiologinya dengan manifestasi klinik dan laboratorik beragam.

Prototipe penyakit otoimun.

Produksi Ab terhadap komponen inti sel

Menyerang wanita muda 15-40 thn selama masa reproduksi dgn ratio 5:1

Belum diketahui dengan jelas

19

Page 20: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Multifaktorial : faktor genetik, lingkungan dan hormonal terhadap respon imun

Faktor genetik à fenotip LES

KELUHAN NYERI SENDI PADA PERGELANGAN TANGAN BESERTA JARI2 TANGAN BERSIFAT SIMETRIS

Ruam kulit merupakan manifestasi LES pada kulit yg telah lama dikenal oleh para ahli

Gejala konstitusional

Kelelahan Penurunan berat badan demam

8.PENATALAKSANAAN PENYAKIT DALAM SKENARIO

Penatalaksanaan dapat bersifat multifaset dan meliputi penyuluhan,terapi obat yang kompleks,dan tindakan- tindakan pencegahan. Periode timbulnya penyakit ini tersering adalah pada akhir masa remaja dan awal dari masa dewasa dari seorang wanita. Karena masa ini adalah tahun – tahun reproduksi yang paling prima,maka diperlukan penyuluhan serius dalam mengambil keputusan akan memiliki anak atau tidak.obat – obatan sitotoksik mungkin diperlukan untuk mengendalikan penyakit ini,dan obat-obatan ini sangat berpotensi untuk mencelakakan bayi dalam kandungan. Metode kontrasertif tidak boleh dengan memakai obat – obatan oral,karena kontraseftif oral dapat memperberat penyakit ini. Alat yang dimasukkan ke dalam kandungan dapat menjadi suatu masalah bagi wanita yang mendapatkan pengobatan dengan kortikosteroid sistemik ,karena adanya potensi untuk menimbulkan infeksi.

Terapi dengan obat mencakup pemberian obat obat anti radang (OAINS),kortikosteroid,

antimalaria,dan imunosupresif. Pemilihan obat yang sesuai tergantung pada organ – organ yang terserang oleh penyakit ini. OAINS dipakai untuk mengatasi arthritis dan artralgia. Aspirin saat ini lebih jarang dipakai karena memiliki insidens hepatotoksik tertinggi , dan sebagian penderita juga mengalami gangguan pada hati. Penderita juga memiliki resiko tinggi terhadap efek samping obat – obatan AINS pada kulit,hati dan ginjal,sehingga pemberiannya harus dipantau dengan seksama

Pemberian anti malaria kadang – kadang dapat efektif apabila AINS tidak dapat mengendalikan gejala – gejala. Biasanya anti malaria mula – mula diberikan dengan dosis tinggi untuk memperoleh keadaan remisi. Bersihnya lesi kulit merupakan parameter untuk memantau pemakaian dosis. Pemberian imunosupresif ( siklofosfamid atau azatioprin) dapat dilakukan untuk menekan aktitas autoimun penyakit tersebut.

20

Page 21: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

Obat – obatan ini biasanya dipakai ketika :

1. Diagnosis pasti sudah ditegakkan2. Adanya gejala – gejala berat yang mengancam jiwa3. Kegagalan tindakan pengobatan lainnya, seperti bila pemberian steroid tidak memberikan respon atau bila dosis steroid harus diturunkan karena adanya efek samping.4. Tidak adanya infeksi,kehamilan dan neoplasma.

Serangan akut penyakit ini,terutama pada mereka yang juga memiliki nefritis interstisial,diobati dengan kortikosteroid oral dosis tinggi untuk waktu yang singkat.dosis obat – obatan ini biasanya dikurangi setelah beberapa minggu. Baik penyakit ini dan kortikosteroid sistemik dapat menimbulkan perubahan tingkah laku dan akan sulit untuk dibedakan.

Pengobatan yang masih bersifat eksperimen untuk penderita termasuk penyinaran limfoid total untuk mengubah system imunitas,dan pertukaran plasma untuk mengurangi konsentrasi antibodi intravascular,kompleks imun dan mediator peradangan lainnya.

Aspek penting dari pencegahan serangan penyakit ini adalah dengan menghindari terkena sinar ultraviolet. Bagaimana sinar matahari dapat menimbulkan serangan penyakit ini masih dapat belum dimengerti sepenuhnya.salah satu penjelasan adalah DNA yang terkena sinar matahari secara normal akan bersifat antigenik,dan hal ini akan menimbulkan serangan setelah terkena sinar. Penderita harus dianjurkan untuk memakai payung ,topi,dan baju lengan panjang apabila ke luar rumah. Tabir matahari dengan faktor proteksi 15 harus dipakai untuk menahan SINAR UV. Tabir matahari ini harus dipakai setelah berenang atau berolahraga berat. Penderita juga harus diberi daftar obat- obatan yang dapat menimbulkan serangan penyakit,agar timbulnya penyakit akibat pemakaian obat – obat ini dapat dicegah.

9.JENIS PEMERIKSAAN UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS

1. Pemeriksaan RadiologiUntuk mengetahui dengan pasti apakah ada tanda- tanda peradangan atau tidak pada sendi- sendi yang dicurigai.

2. Uji laboratoriumPemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui akan adanya antibodi yang mampu menghancurkan inti dari sel – sel tubuh sendiri. Selain mendeteksi adanya ANA, juga berguna untuk mengevaluasi pola dari ANA dan antibody spesifik. Pola ANA dapat diketahui dari pemeriksaan preparat yang diperiksa dibawah lampu ultraviolet. Suatu

21

Page 22: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

pemeriksaan banding untuk mengetahui tipe ANA spesifik ini sudah dapat dilakukan dan berguna untuk membedakan penyakit ini dari tipe – tipe gangguan lain.Antibodi terhadap DNA untai ganda (dsDNA) merupakan uji spesifik. Gangguan reumatologik lain dapat juga menyebabkan ANA positif,tetapi antibodi anti- DNA jarang ditemukan kecuali pada penyakit ini.Laju endap darah pada penderita biasanya meningkat. Ini adalah uji non spesifik untuk mengukur peradangan dan tidak berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit.Air kemih dieriksa untuk mengetahui adanya protein ,sel darah putih,sel darah merah dan silinder. Uji ini dilakukan untuk menentukan adanya komplikasi ginjal dan untuk memantau perkembangan penyakit ini. (patofisiologi Sylvia halaman 1233)

10.CARA PENCEGAHAN

Pada umumnya diet yang sehat harus meliputi vitamin penting dan mineral merupakan yang paling efektif mencegah dan memerangi lupus. Pengobatan lupus harus menjamin bahwa pasien sudah menkonsumsi nutrisi yang cukup dan pengecakan rutin. Latihan pernapasan dan meditasi dapat dicoba untuk pengobatan lupus agar menenangkan pasien dan mengurangi resiko kulit bercak bercak.

22

Page 23: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

BAB IIIKESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

Nyeri sendi adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan

progresif lambat, tidak meradang dan di tandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi

dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.penyakit sendi ada

bermacam – macam yaitu osteoarthritis,Reumatoid arthritis,Gout,lupus eritematosus sistemik

dan lain – lain. Berdasarkan gejala dari Skenario yang di dapat, kelompok kami menentukan

diagnosis bandingnya yaitu Artritis Reumatoid dan Lupus Eritematosus sistemik seperti yang sudah

dibahas dalam pembahasan di atas.

Diagnosis Penyakit

Berdasarkan riwayat penyakit, gambaran klinisnya cenderung mengarah kepada:

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

Karena LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK memiliki Gejala khas yang terdapat pada skenario antara

lain :

1. keluhan nyeri sendi pada pergelangan tangan beserta jari – jari tangan,bersifat simetris.

2. terdapat kemerahan di pipi kiri dan kanan

3. Alergi bedak pemutih yang mana lupus memang bisa disebabkan oleh obat.

Karena ciri – ciri di atas adalah cirri dari LSE maka kami menarik diagnosis sementara penyakit dalam

scenario ini adalah Lupus eritematosus sistemik.

3.2 SARAN

Untuk pencegahan SLE diusahakan menghindari faktor faktor sebagai berikut:

1. Kontak dengan sinar matahari

2. Menghindari infeksi virus/bakteri

3. Menghndri pmkaian obat-obatan yang dapat memicu terjadinya SLE, misalnya sulfa

4. Terminasi kehamilan

5. Trauma fisik

23

Page 24: Laporan PBL Muskuloskeletal Modul 1.doc

DAFTAR PUSTAKA

A price, Sylvia. 2006. Patofisiologi. Jakarta. EGC

Buku Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jakarta

Katzung, Bertram. 1997. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta. EGC

www.medicastor.com

Slide – Slide kuliah Sistem Muskuloskeletal

24