laporan lengkap fitokimia

Upload: meldian-tallutondok

Post on 08-Oct-2015

231 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

daun

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangDi Indonesia beraneka ragam tumbuhan yang tumbuh disekitar kita dan dapat memberikan manfaat kesehatan bagi penggunanya. Kemudian hal ini terus dikembangkan dan diwariskan turun - menurun antar generasi, sehingga obat tradisional dapat dimanfaatkan sampai sekarang. Salah satu dari budaya bangsa Indonesia yang berkaitan dengan pemanfaatan kekayaan alam, yaitu untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit. Budaya tersebut diperoleh dari pengalaman secara turun menurun.Modernisasi mentautkan tanaman obat dengan dunia farmasi. Perlahan lahan keampuannya diakui oleh kalangan ilmiah. Walaupun begitu pemakaian obat tradisional tetap mendapat tempat. Dengan langkah dan cara pengolahan yang benar khasiat tanaman obat tidak akan berubah (Gunawan, 2004).Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari kandungan kimia dari bahan alam yang mempunyai khasiat obat. Bahan alam meliputi tumbuhan, hewan, mineral, serta biota laut. Bahan alam tersebut mengandung beberapa komponen kimia yang dapat digunakan sebagai obat. Obat yang berasal dari bahan alam dikenal luas sebagai obat tradisional (Gunawan, 2004).Tanaman penting untuk diteliti karena mengingat pentingnya manfaat dari tanaman terutama dalam bidang kesehatan maka sudah selayaknya dilakukan penelitian dan pengembangan dari tanaman dengan melakukan uji atau identifikasi kandungan senyawa dari tanaman, agar dapat diketahu kandungan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan ,sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan penyakit.1.2 Maksud PercobaanA Ekstraksi MaserasiMengetahui cara penyarian ekstrak dari simplisia daun awar-awar (Ficus septica) menggunakan metode sederhana.B Ekstraksi Cair-Cair (Partisi Ekstrak)Mengetahui cara penyarian cair-cair dimana suatu zat terbagi dalam dua pelarut yang tidak saling berampur pada ekstrak daun awar-awar (Ficus septica).C Identifikasi Ekstrak I (KLT)Mengetahui cara mengidentifikasi komponen kimia sampel ekstrak daun awar-awar (Ficus septica) dengan metode kromotografi lapis tipis (KLT).D Identifiksai Ekstrak (Pereaksi Kimia)Mengetahui cara mengidentifikasi komponen kimia sampel ekstrak daun awar-awar (Ficus septica) dengan pereaksi kimia.1.3. Tujuan PercobaanA. Ekstraksi MaserasiMemahami cara penyarian ekstrak dari simplisia daun awar-awar (Ficus septica) menggunakan metode sederhana.B. Ekstraksi Cair-Cair (Partisi Ekstrak)Memahami cara penyarian cair-cair dimana suatu zat terbagi dalam dua pelarut yang tidak saling berampur pada ekstrak daun awar-awar (Ficus septica).C. Identifikasi Ekstrak I (KLT)Memahami cara menguidentifikasi komponen kimia sampel ekstrak daun awar-awar (Ficus septica) dengan metode kromotografi lapis tipis (KLT).D. Identifiksai Ekstrak (Pereaksi Kimia)Memahami cara menguidentifikasi komponen kimia sampel ekstrak daun awar-awar (Ficus septica) dengan pereaksi kimia

1.4 Prinsip PercobaanA. Ekstraksi MaserasiEksraksi maserasi dilakukan dengan hanya proses merendam sampel tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila diprlukan). Prinsip penariakan (eksraksi) senyawa dari sampel adalah dengan adanya gerak kinetik pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar walaupun tanpa pengocokan. B. Ekstraksi Cair-Cair (Partisi Ekstrak)Pengujian terhadap zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk cair dengan menggunakan corong pisah. Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan air.C. Identifikasi Ekstrak I (KLT)Pengujian ekstrak sampel tanaman daun awar-awar (Ficus septica) dengan menggunakan eluen polar pada perbandingan 9:2:1 (etil asetat : heksan : air) dan eluen non-polar 9:1 (heksan : etil asetat) sebagai fase gerak dan lempeng KLT sebagai fase diam. Kemudian diamati dengan lampu UV 254nm dan 366 nm serta di hitung nilai Rf-nya.D. Identifiksai Ekstrak (Pereaksi Kimia)Pengujian ekstrak sampel tanaman daun awar-awar (Ficus septica) dengan menggunakan pereaksi kimia pada uji alkaloid, tanin, saponin, polivenol, dan flavonoid. Kemudian melihat perubahan warna dan tekstur yang dihasilkan dari setiap perlakuan serta tambahan pereaksi penguji.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Deskripsi Tanaman2.1.1 Klasifikasi Awar-awar (Anonim, 2014)Menurut Anonim (2014) klasifikasi Ficus septica Burm.F (awar awar) adalah sebagai berikut :Kingdom:PlantaeSubkingdom:TracheobiontaSuper Divisi:SpermatophytaDivisi:MagnoliophytaKelas:MagnoliopsidaSub kelas:DilleniidaeOrdo:UrticalesFamily:MoraceaeGenus:FicusSpesies:Ficus septica Burm.F2.1.2 MorfologiTanamanFicus septica Burm.F berbentuk perdu yang tumbuh secara tahunan dengan tinggi lebih dari 5 meter. Batangnya tegak berkayu, berbentuk bulat danberwarna coklat. Daun yang dimiliki berwarna hijau serta merupakan daun tunggal tersebar berbentuk lonjong dengan ujung runcing dan pangkal meruncing. Tepi daun rata, pertulangan menyirip dengan panjang lebih dari 5 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga berbetuk tunggal berkelamin dua dengan daun pelindung yang kecil berwarna hijau. Buah Ficus septica Burm.Fberupa buah buni bulat denagn diameter kurang lebih 1,5 cm dan berwarna merah. (Ferro dkk, 1988).

2.1.3 Kandungan KimiaDaun tanaman Ficus septica Burm.F mengandung Polifenol,saponin, alkaloid dantanin. (Hutapea, 1994).2.1.4 KhasiatDaun awar-awar berkhasiat sebagai mengobati penyakit kulit,digunakan untuk mengatasi bisul,sesak nafas,asma,kepala pusing,penawar racun dan sebagai obat pencahar. (Lee dkk, 2000).2.2. Uraian Bahan dan Sampel2.2.1. Uraian Bahan1. Akuades ( FI Ed. III, Hal. 96 )Nama resmi: AQUA DESTILATANama lain: Air sulingRM / BM: H2S / 18,02Pemerian:Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.Kelarutan: -Kegunaan: PelarutPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.2. Etanol ( FI Ed. III, Hal. 65)Nama resmi: AETHANOLUMNama lain: EtanolRM / BM: C2H5OH / 46.00Pemerian:Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak , bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan nyala biru yang tidak berasa.Kelarutan: Sangat mudah larut dalam mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.Kegunaan: Sebagai PelarutPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

3. Kloroform ( FI Ed. IV, Hal. 206 )Nama resmi:CLOROFORMUMNama lain: KloroformRM / BM: CHCl3 / 119,38Pemerian: Cairan mudah menguap, tidak berwarna, bau khas, rasa mani dan membakar.Kelarutan: Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.Kegunaan: Sebagai eluenPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.4. Etil asetat ( FI Ed. III, Hal. 673 )Nama resmi: ETHIL ACETATNama lain: Etil asetatRM / BM: CH3COOC2H5 / 88,1Pemerian:Cairan ; tidak berwarna : bau khasKelarutan: Larut dalam 15 bagian air : dapat bercampur dengan etanol (95%) P dan dengan eter P.Kegunaan: Sebagai EluenPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat5. Heksana ( FI Ed. IV, hal. 1159 )Nama resmi: N - HEKSANANama lain:n - heksanaRM / BM: C6H14 / 86,18Pemerian:Cairan jernih, mudah menguap, berbau seperti eter lemah atau bau seperti petroleum.Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak ; dapat campur dengan eter, dengan kloroform, dengan benzene dan dengan sebagian beasar minyak lemak dan minyak atsiri.Kegunaan : Sebagai eluenPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari nyala api dan simpan di tempat sejuk.6. Metanol ( FI Ed. III, Hal. 706 )Nama resmi: METHANOLNama lain: MetanolRM / BM: CH3OH / 34,00Pemerian:Cairan tidak berwarna, gliserin, bau khasKelarutan: Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak berwarnaKegunaan: Sebagai Pelarut dan eluenPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat7. Asam Klorida (FI III, hal. 53)Nama resmi: Acidum HydrochloridumNama lain: Asam KloridaRM/BM: HCl / 36,46Pemerian: Cairan, tidak berwarna; berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan: Sebagai pereaksi.8. Besi (III) Klorida (FI III, hal. 659)Nama Resmi: Besi (III) KloridaNama lain: Besi (III) KloridaPemerian: Hablur atau serbuk hablur; hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat yang telah terpengaruh oleh kelembaban.Kelarutan: Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna jinggaPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan: Sebagai pereaksi.2.2 Metode EkstraksiMetode ekstraksi maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada temperatur ruangan.proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding sel dan membran akibat perbedaan konsentrasi sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena diatur lama perendaman yang dilakukan.pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut.secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder (Astawan,2010).2.3 KLT (Kromatografi Lapis Tipis)Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh (Egon, 1985).

BAB IIIMETODOLOGI KERJA3.1. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 09 Oktober 2014 sampai pada tanggal 24 November 2014 di Laboratorium Fitokimia Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako Palu.

3.2. Alat dan BahanA. Maserasi1. Alat Gunting Neraca analitik Toples kaca Mangkuk kaca Rotavapor Batang pengaduk2. Bahan Metanol Akuades Kertas koran Kain saringB. Ekstraksi Cair-Cair(Partisi Ekstrak)1. Alat Cawan petri Timbangan analitik Satif / Klem Corong pisah Gelas ukur Gelas kimia Corong kaca Batang pengaduk Botol vial Botol semprot2. Bahan Ekstrak daun awar-awar (Ficus septica) Akuades n-heksan Etil asetat Kertas saring/TissuC. Identifikasi Dengan Kromotografi Lapis Tipis1. Alat Gelas kimia Gelas ukur Pipa kapiler Cawan porselin Lempeng KLT2. Bahan Ekstrak metanol daun awar-awar (Ficus septica) Akuades Etil asetat n-heksan Kertas saringD. Identifikasi dengan Pereaksi Kimia1. Alat Tabung reaksi Hot plate Gegep kayu Cawan porseli Refluks Timbangan analitik2. Bahan Ekstrak metanol daun awar-awar (Ficus septica) Pereaksi dagendrof HCl 2N Akuades Etanol Mg serbuk Nacl Fecl3 3.3. Prosedur KerjaA. Ekstraksi1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Timbang sampel lalu dimasukan kedalam bejana maserasi(toples) hingga sepertiga bejana.3. Masukkan metanol hingga menutupi sampel.4. Rendam selama 3x24 jam,dihidari dari cahaya. 5. Saring dengan kertas saring atau kain kasa.6. Ekstrak kental di simpan pada wadah, angin-anginkan.7. Saring sehingga menghasilkan residu ekstrak dan larutan ekstrak.8. Keringkan residu ekstrak yang diperoleh.9. Uapkan pelarut pada larutan ekstrak menggunakan alat rotavapor kemudian ditimbang dan dicatat bobor ekstraknya.B. Ekstraksi cair-cair1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Larutkan sampel sebanyak 4 gram menggunakan akuades 15ml kedalm gelas kimia.3. Masukkan sampel kedalam corong pisah tambahkan n-heksan 7,5ml. kocok selama 5 menit.4. Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali.5. Pisahkan hasil ekstrak n-heksan tambakan etil asetat 7,5ml. kocok selama 5 menit.6. Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali.7. Keringkan hasil ekstrak n-heksan dan etil asetat.C. Identifikasi Dengan Metode Kromotografi Lapis Tipis1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Buat eluen polar(etil asetat:n-heksan:air) dan non polar(heksan:etil asetat) sebanyak 10ml .3. Buat lempeng KLT dan siapkan ekstrak metanol,heksan,etil astat untuk penotolan sampel pada lempeng.4. Ambil ekstrak dengan menggunakn pipa penotol kemudian ditotolkan pada lempeng yang tela disiapkan.5. Masukkan pada chamber yang tela dijenuhkan bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silika gel, maka lempeng tersebut dikeluarkan.6. Amati penampakan noda pada UV 254 dan UV 366 nm. Diamati noda yang tampak.7. Hitung nilai Rfnya.D. Identifikasi Dengan Metode Pereaksi Kimiaa. Uji Alkaloid1. Siapakan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Ambil ekstrak metanol 0.5g, tambahkan HCl 2 ml 2N, masukan dalam tabung reaksi kemudian saring.3. Tambahkan 3 tetes reaksi dragendorff.4. Amati pembentukan endapan, hasil positif bila terbentuk endapan orange/merah bata.b. Uji Saponin1. Siapakan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Ambil ekstrak metanol 0.5g masukan dalam tabung reaksi kemudian panaskan.3. Tambahakn akuades 10ml.4. Kocok kuat-kuat.5. Tambahkan larutan asam klorida encer.6. Amati konsistensi busa, hasil positif bila busa tetap setelah ditambahkan larutan asam klorida encer.c. Uji Flavanoid1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Ambil ekstrak metanol 0.5g masukan dalam tabung reaksi,tambahkan akuades,etanol 96%,mg serbuk.3. Amati perubahan warna larutan, hasil positif menunjukan perubahan warna biru-ungu.d. Uji Steroid1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Ambil ekstrak metanol 0.5g masukan dalam tabung reaksi,tambahkan akuades, 5 tetes Fecl3.3. Amati perubahan warna larutan, hasil positif menunjukan perubahan warna biru kehitaman.e. Uji Tannin1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Ambil ekstrak metanol 0.5g masukan dalam tabung reaksi,tambahkan akuades,Nacl10%, 5 tetes Fecl3.3. Amati perubahan warna larutan, hasil positif menunjukan perubahan warna biru kehitaman.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil PraktikumA. Pengambilan dan Pengolahan Sampel (Maserasi)Diketahui : - Bobot sampel basah = 1000 gram Bobot sampel kering = 200 gram Susut pengeringan = 80%Perhitungan : Susut Pengeringan = x 100% = x 100% = 80%B. Ekstraksi Cair-CairDiketahui : - Berat ekstrak metanol= 49 g Ekstrak n-heksan yang diperoleh = 0.48 g Ekstrak etil asetat yang diperoleh= 0.55 g

Perhitungan : % ekstrak n-heksan = x 100% = x 100% = 12%% ekstrak n-heksan = x 100% = x 100% = 13,75%C. Identifikasi ekstrak dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)1. Gambar Hasil PengamatanGambarEluenNilai RfKeterangan

1. Polar dan Non polarA:MetanolB:HeksanC:Etil asetatA:0.28B:0.62C:0

A:0.27B:0.25C:0

Setelah mengalami proses elusi

Polar

A:MetanolB:HeksanC:Etil asetat

A:0.28B:0.62C:0

Lampu UV 254nm Sampel tanaman Awar-awar (Ficus septica)

Nonpolar

A:MetanolB:HeksanC:Etil asetat

A:0.27B:0.25C:0

Lampu UV 254nm Sampel tanaman Awar-awar (Ficus septica)

Polar

A:MetanolB:HeksanC:Etil asetat

A:0.28B:0.62C:0

Lampu UV 366nm Sampel tanaman Awar-awar (Ficus septica)

Nonpolar

A:MetanolB:HeksanC:Etil asetat

A:0.27B:0.25C:0

Lampu UV 366nm Sampel tanaman Awar-awar (Ficus septica)

2. Perhitungan Eluen dan Nilai Rfa. Eluen PolarDiketahui :Dibuat 10 mL dengan perbandingan :Etil asetat : Heksan : Air (9 : 2 : 1) Diketahui :Panjang Plat KLT (y) = 7cmEkstrak Metanol = 2cmEkstrak Heksan = 4.4cmEkstrak etil asetat = 0 = 0.28 = 0.62 = 0b. Eluen NonpolarDiketahui :Dibuat 10 mL dengan perbandingan :Heksan : Etil asetat (9 : 1) Diketahui :Panjang Plat KLT (y) = 7cmEkstrak Metanol = 1.9cmEkstrak Heksan = 1.8cmEkstrak etil asetat = 0 = 0.27 = 0.25 = 0

D. Identifikasi ekstrak dengan Pereaksi KimiaGambarUjiKeterangan

Tannin

(+)

Flavonoid(-)

Saponin(+)

Alkaloid

(+)

Polifenol(+)

4.2. Pembahasan Tanaman merupakan bahan alam yang sering digunakan sebagai sumber bahan obat. Di Indonesia terdapat berbagai macam tanaman yang berpotensi atau dapat dijadikan sebagai bahan baku obat, khususnya obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun menurun. Keuntungan obat tradisional ini karena mudah diperoleh serta bahan bakunya dapat diekmbangkan sendiri. Bahan alam memang sangat mudah digunakan sebagai obat, Karena mudah ditemukan disekitar kita, namun tetap saja memiliki cara cara tertentu dalam pengambilan dan proses pengolahannya.Fitokimia adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang membahas mengenai kandungan kimia bahan alam. Di dalamnya dipelajari cara cara mengekstraksi, mengisolasi, dan mengidentifikasi kandungan kimia bahan alam.Demi kesempurnaan praktikum ini dilakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang bertujuan untuk mengambil dan mengumpulkan sampel baik sampel darat maupun sampel laut yang dianggap memiliki khasiat sebagai obat yang didasarkan pada pengalaman masyarakat sekitar desa tempat pengambilan sampel. Pada proses pengambilan sampel dilakukan pada waktu pagi hari (pkl. 07.00-11.00), karena pada pagi hari proses fotosintesis dari tumbuhan berlangsung dengan sempurna sehingga diharapkan dapat diperoleh komponen kimia yang maksimal dari sampel tersebut (daun). Ada juga literatur yang mengatakan bahwa waktu panen sebainya pagi hari (pukul 07.00 10.00) atau sore hari (pukul 15.00 18.00). waktu panen pagi atau sore akan mendatangkan gizi lebih tinggi ketimbang panen pada siang bolong (Santoso, H, 2006). TanamanFicus septica Burm.F berbentuk perdu yang tumbuh secara tahunan dengan tinggi lebih dari 5 meter. Batangnya tegak berkayu, berbentuk bulat danberwarna coklat. Daun yang dimiliki berwarna hijau serta merupakan daun tunggal tersebar berbentuk lonjong dengan ujung runcing dan pangkal meruncing. Tepi daun rata, pertulangan menyirip dengan panjang lebih dari 5 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga berbetuk tunggal berkelamin dua dengan daun pelindung yang kecil berwarna hijau. Buah Ficus septica Burm.Fberupa buah buni bulat denagn diameter kurang lebih 1,5 cm dan berwarna merah. (Ferro dkk, 1988)). Melalui tahapan-tahapan dalam pembuatan simplisia dilakukan proses pencucian pada air mengalir yang bertujuan untuk membersihkan sampel tanaman dari kotoran atau benda asing yang menempel, kemudian untuk pengubahan bentuk dilakukan dengan cara perajangan atau memotong-motong halus dau tanaman tersebut agar luas permukaannya menjadi lebih kecil untuk mempermudah proses pengeringan dengan cara diangin-anginkan pada suhu ruangan 30 C. Proses pengeringan yang dilakukan pada daun awar-awar adalah selama 11 hari dengan berat kering 270 gram, dan berat basa bahan baku 2000 gram, sehingga kadar air yang diperoleh yaitu 86,5% (daun awar-awar), dan berat kering bahan baku 269,5 gram serta berat basah bahan baku 3000 gram sehingga kadar air yang diperoleh yaitu 91,01 % (daun awar-awar). Daun tanaman Ficus septica Burm.F mengandung Polifenol,saponin, alkaloid dantanin. (Hutapea, 1994).Adapun wadah yang digunakan pada proses pengeringan simplisia ini yaitu koran. Fungsi koran dalam hal ini untuk menyerap kadar air yang terdapat pada bahan baku tanaman. Partisi sangat berguna untuk memisahkan zat yang terkandung dalam sampel dengan cara partisi dengan sampel menggunakan pelarut yang saling tidak bercampur. Salah satu fase berupa air dan fase lainnya adalah pelarut organik. Dalam hal in pelarut organikyang digunakan adalah n-heksan dan etil asetat.Tujuan dilakukannya partisi adalah untuk memishkan komponen kimia dari ekstrak berdasarkan kepolarannya. Digunakan partisi cair cair karena ekstrak Ficus septica ( daun awar awar) dapat larut dalam air. Dalam percobaan ini digunakan pelarut air untuk menarik senyawa yang larut air (sifat polar) dalam sampel, sedangkan pelarut n-heksan dan etil asetat untuk menarik senyawa yang bersifat non-polar (larut lemak) dalam sampel.Pertama tama ditimbang ekstrak 4 gram kemudian larutkan dalam 30 ml air dan tambahkan 15 ml n-heksan lalu pisahkan menggunakan corong pisah, ulangi sebanyak 3 kali. Setelah itu ditambahkan 15 ml etil asetat, lalu dipisahkan menggunakan corong pisah ,diulangi sebanyak 3 kali, kemudian fraksi yang diperoleh diuapkan (dikeringkan) dan kemudian timbang.Dalam proses pemisahan senyawa yang bersifat non-polar akan berada di fase bawah, sedangkan senyawa yang bersifat polar akan berada di fase atas. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan berat jenis. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh bahwa berat ekstrak n-heksan 0,48 gram dan persentase 12% dan berat ekstrak etil asetat yang diperoleh 0,55 gram, dengan persentase 13,75 gram.Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrak zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen komponennya. Pada kromatografi komponen komponen yang akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Prinsip KLT adalah partisi dan absorpsi, dimana eluen sebagai fase gerak dan lempeng KLT sebagai fase diam.Pada praktikum kali ini digunakan fase gerak yaitu eluen dan terdiri dari etil asetat : heksan : air, sebagai eluen polar dengan perbandingan 9 : 2: 1 dan eluen non-polar heksan : etil asetat (9 : 1) masing masing dibuat 10 ml. fase diam yang digunakan yaitu lempeng KLT, yang mengandung silika gel yang berfungsi sebagai penyerap komponen yang polar. Adapun cara kerja yaitu setelah dibuat eluen, kemudian siapkan ekstrak methanol, n-heksan, etil asetat untuk penotolan pada lempeng. Setelah itu ditotolkan pada lat KLT, masukkan kedalam chamber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan, bila eluen telah mencapai batas atas plat KLT, maka keluarkan lempeng, dan angin-anginkan tujuannya agar pada saat diamati pada lampu uv nodanya terlihat jelas. Selanjutnya diamati noda yang terbentuk, pada lampu uv 254 nm dan tandai noda yang terbentuk pada plat KLT menggunakan pensil, kemudian hitung nilai Rf.Berdasarkan hasil engamatan, maka diperoleh nilai Rf untuk pelarut non-polar dan pelarut polar, ekstrak metanol, n-heksan, dan etil asetat berturut-turut yaitu 0,27; 0,25; dan 0; serta 0,28; 0,62; dan 0.Dalam mengidentifikasi suatu senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak atau tanaman maka dilakukan uji pendahuluan yang bertujuan untuk mengamati kandungan kandungan kimia senyawa yaitu tanin, alkaloid, saponin, flavanoid, dan polifenol yang mungkin terdapat pada simplisia daun awar awar (Ficus septica).Tanin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat, anti peradangan dan anti kanker (anticarcinogenic). Tanin dikenal juga sebagai sat jamak untuk pengawetan kulit, yang merupakan efek tanin yang utama sebagai adstringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam kosmetik (Nurheti Yuliarti 2009;105).Alkaloid merupakan senyawa organik bernitrogen dan bersifat basa, umumnya berasal dari tumbuhan, misalnya turunan piridina, kuinolina, isokuinolina, dan pirola, banyak yang berkhasiat sebagai obat, bersifat narkotik atau toksik (Handyana .A. Pudjuatmaka, 2001;26).Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama saponin adalah biji-bijian khususnya kedelai. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal. Bergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Pangkalan ide, 2010).Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol. Flavonoid sangat efektif untuk digunakan sebagai antioksidan (Astawan 2010;31).Polifenol merupakan senyawa kimia yang terkandung didalam tanaman yang bersifat antioksidan kuat.polifenol berfungsi melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas sehingga mencegah proses inflamasi pada sel tubuh.Pada percobaan kali ini, dilakukan identifikai terhadap senyawa alkaloid, saponin, tannin, polifenol dan flavonoid. Identifikasi alkaloid dilakukan dengan penambahan etanol untuk melarutkan ekstrak yang tidak dapat larut dengan air kemudian ditambahkan aquadest, HCl dan pereaksi Dragendorff. Hal ini berkaitan dengan sebagian besar alkaloid alami yang bersifat asam memberikan endapan dengan reaksi yang terjadi dengan reagen mayer dengan reagen Dragendorff, endapan ini berbentuk amorf atau terdiri dari Kristal dari berbagai warna coklat kemerahan. Hasil menunjukkan positif (+) karena hasil akhir membentuk warna merh kekuningan.Identifikasi saponin dilakukan uji buih, ketika ekstrak ditambahkan air panas dan dikocok kuat-kuat maka akan menimbulkan busa tetap. Hasil menunjukkan ekstrak positif (+) mengandung saponin. Identifikasi tannin dilakukan dengan penambahan aquadest untuk melrutkan ekstrak, dan penambahan NaCl 10% untuk menghilangkan pengotor dari protein sehingga mencegah terjadinya negative palsu pada uji warna. Penambahan FeCl3 akan terjadi perubahan warna menjadi warna hijau kehitaman. Warna dihasilkan oleh penambahan FeCl3 sehingga terjadi reaksi kimia antara ferriklorida dan gugus fenol dari tannin. Karena mengalami perubahan menjadi biru kehitaman, sehingga ekstrak positif (+) mengandung tannin. Sedangakan identifikasi polifenol sama seperti identifikasi tannin yang juga menghasilkan hasil positif (+) berubah menjadi biru kehitaman.Identifikasi flavonoid dilakukan dengan penambahan air da kemudian dipanaskan. Kemudian ditambahkan etanol, HCl dan serbuk Mg lalu didiamkan. Hasil menunjukkan negative (-) karena hasil akhir tidak menunjukkan warna merah ungu.Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa daun awar-awar (Ficus septica) tidak mengandung senyawa alkaloid, saponin, polivenol, dan tannin. Daun awar-awar (Ficus septica) tidak mengandung senyawa flavonoid. Jika dibandingkan dengan literatur (Utami, 2008), kandungan kimia pada daun awar-awar yaitu antara lain tanin, alkaloid,polifenol,tanin,dan saponin terkandung di dalamnya. Pada saat praktikum senyawa flavanoid tidak teridentifikasi, hal ini dikarenakan tidak ada ketelitian dari praktikan atau dari zat pereaksi yang digunakan sudah tidak murni lagi, dan sudah terlalu lama.

BAB VPENUTUP5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan dari praktikum fitokimia yang telah dilakukan, dapat didimpulkan bahwa :1. Daun awar-awar (Ficus septica Burm) dapat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan menggunakan metanol (15-30C) sebagai pelarut. Susut Pengeringan yang diperoleh pada saat pengambilan dan pengolahan sampel adalah 80%.2. Pengujian pada ekstraksi cair-cair diperoleh persentase ekstrak n-heksan sebesar 48% dan persentase ekstrak etil asetat sebesar 55%.3. Pada percobaan identifikasi ekstrak dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT), diperoleh harga Rf :a. Eluen PolarEtil asetat : Heksan : Air (9:2:1) Harga Rf ektrak metanol= 0.28 Harga Rf ekstrak heksan= 0.62 Haerga Rf ekstrak etil asetat= 0b. Eluen non polarHeksan : Etil asetat (9:1) Harga Rf ektrak metanol= 0.27 Harga Rf ekstrak heksan= 0.25 Haerga Rf ekstrak etil asetat= 04. Pada percobaan identifikasi ekstrak dengan pereaksi warna diperoleh bahwa ekstrak metanol daun awar-awar (Ficus septica) positif mengandung alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid.5.2. SaranDisarankan dalam praktikum Fitokimia, agar dosen penanggung jawab dapat hadir dan membimbing praktikan dalam melakukan setiap percobaan ini, agar dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang diakibatkan baik oleh asisten ataupun praktikan.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2014. www.plantamor.com .Di akses pada tanggal 22 november 2014: Palu.Astwan M. 2010. Tanaman Awar Awar. Jurnal Tanaman Obat : Jakarta.Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.Egon, Sthal. 1985. Analisis Obat kromatografi dan Mikroskopi. ITB : Bandung.Ferro, E. A, Schinini, Maldona, J. Rosner ,G.S Hirscman. 1988. Eugenia Uniflora Leaf Ekstrat and Lipid Metabolism in Cevus Apella Mangkeys. Journal of EthnopharmacologyGunawan. 2004. Ilmu Obat Jilid I. Swadaya:Jakarta. Hutapea , Parulian, dan Nurianna Thoha. 2008. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.Ide, pangkalan.2010.Health Secret Of Papino. Gramedia;Jakarta.Lee ,M., Chiou J., Yen K., dan Yang I. 2000. EBV DNA Polymerose Inhibition of Tannis from Eugenia Uniflora, Cancer Letters.Pudjuatmaka.A.Handyana.2002.Kamus Kmia.Balai Pustaka;JakartaSantoso, Hieronymus. 2006. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Agromedia; JakartaUtami, prapti.2008.Buku Pintar Tanaman Obat.Redaksi Agromedia;JakartaYuliarti,nurheti.2009. Ato Z Food Supplement.KDT;JakartaLAPORAN LENGKAP FITOKIMIAPage 5