92975614 laporan lengkap fitokimia kel iii

135
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Identifikasi Komponen Kimia Dan Ekstraksi Daun Belimbing Wuluh (Averhoa bilimbi folium), Klika Mangga (Mangifera corteks) dan Teripang (Holothuria indica) dari Desa Lampoko, Kec. Balusu Kab. Barru, Sulawesi Selatan OLEH KELOMPOK III (TIGA) L1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Upload: heru-mohamad

Post on 26-Oct-2015

146 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Identifikasi Komponen Kimia Dan Ekstraksi Daun Belimbing

Wuluh (Averhoa bilimbi folium), Klika Mangga (Mangifera

corteks) dan Teripang (Holothuria indica) dari Desa Lampoko,

Kec. Balusu Kab. Barru, Sulawesi Selatan

OLEH

KELOMPOK III (TIGA)

L1

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2011

Page 2: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat

berpotensi untuk dikembangkan dalam pencarian senyawa bioaktif.

Diantara sekian banyak spesies tumbuhan yang memiliki potensi

bioaktifikasi, hanya sebagian kecil yang diteliti secara fitokimia

(Heyne,K. 1978).

Tahun teakhir ini penggunaan bahan alam sebagai obat

tradisional mengalami peningkatan yang sangat menggembirakan, hal

ini terbukti dengan makin banyaknya obat tradisional yang beredar

dipasaran, untuk itu perlu langkah yang tepat dalam usaha

pengembangannya dengan cara mengembangkan dan menggalakkan

penelitian obat tradisional, sehingga penggunaannya dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan bukan berdasarkan pada

pengalaman saja (Dharma. 1985)

Penggunaan tanaman sudah diketahui efeknya dan khasiatnya

tetapi belum diketahui komponen senyawa kimianya. Jika kita

menyadari bahwa tumbuh-tumbuhan dapat mengandung beribu-ribu

kandungan kimia, maka dari itu diperlukan metode pemisahan,

pemurnian, identifikasi kandungan yang terdapat dalam tumbuhan

Page 3: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

yang sifatnya berbedadan dalam jumlah yang banyak itu (Harborne.

1987).

Penelitian terhadap tanaman obat yang paling berkembang,

terutama pada segi fitokimianya dan pada segi farmakologinya. Hasil

penelitian tersebut tentunya lebih memantapkan para pengguna

tumbuhan obat akan khasiat maupun penggunaannya (Dalimartha,

2003).

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat

yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan

lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM. 1979).

Salah satu tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat

tradisional oleh masyarakat adalah belimbung wuluh (Aerhoa belimbi)

sebagai obat hipertensi, diabetes mellitus, demam, batuk, antiseptic

dan dapat menghilangkan jerawat. Senyawa kimia yang telah diketahui

pada daun belimbing wuluh yaitu senyawa kimia asam asetat dan

kalium, tannin, sulfur, asam format peroxidase, ca. oksalat, dan kalium

sitrat (Hembing, 1994)

Pembuatan simplisia harus memenuhi standar yang berlaku

yaitu GAP (Good Agriculture Practice), atau cara penanaman dan

pemanenan yang benar dan GMP (Good Manufacturing Practice) atau

cara pembuatan dan produksi obat bahan alam yang benar. Agar

produksi simplisia memenuhi standar maka penyiapan bahan harus

Page 4: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

dijaga mutunya sejak proses penanaman, panen, hingga pembuatan

simplisia (Amin, 2010).

Pada praktikum kali ini sampel yang kami gunakan adalah daun

belimbing wuluh (Averhoa folium) dari tanaman asal Averhoa belimbi L

dan klika mangga (Mangifera cortex) dari tanaman asal Mangifera

indica L. dimana kedua sampel tersebut mewakili sampel yang

bertekstur lunak dan bertekstur keras. Kedua sampel ini diambil di

desa Lampoko Kec. Balusu Kab. Barru, Sulawesi Selatan

Hal-hal yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah antara

lain : pengolahan sampel, ekstraksi sampel, penguapan ekstrak, partisi

ekstrak, dan identifikasi komponen kimia.

Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan atau

penyarian komponen kimia dari suatu sampel dengan menggunakan

pelarut tertentu. Dimana ekstraksi ini bertujuan untuk menarik

komponen kimia yang terdapat dalam simplisia atau sampel. Ekstraksi

dapat kita lakukan pada sampel yang berasal dari tumbuhan atau

tanaman, hewan dan mineral atau pelican.

Dalam farmakope IV ekstrak adalah sediaan kental yang

diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati

atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian

semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk

yang tersisisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku

yang telah ditetapkan.

Page 5: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah cara mengekstraksi dan mengidentifikasi

kandungan kimia dari Daun Belimbing wuluh (Averrhoa folium), Klika

manga (Mangifera cortex) dan Teripang (Holothuria indica) dari Desa

Lampoko Kec. Balusu Kab. Barru, Sulawesi Selatan?

C. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan

memahami cara ekstraksi dan identifikasi komponen kimia yang

terkandung dalam Daun Belimbing wuluh (Averrhoa folium), Klika manga

(Mangifera cortex) dan Teripang (Holothuria indica) dari Desa Lampoko

Kec. Balusu Kab. Barru, Sulawesi Selatan.

Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui cara ekstraksi dan

identifikasi komponen kimia yang terkandung dalam Daun Belimbing

wuluh (Averrhoa folium), Klika manga (Mangifera cortex) dan Teripang

(Holothuria indica) dari Desa Lampoko Kec. Balusu Kab. Barru, Sulawesi

Selatan.

D. Prinsip Kerja

1. Prinsip Metode Ekstraksi

a. Infudasi

Penentuan penyarian secara infudasi pada serbuk simplisia

dengan cara merendam serbuk dengan cairan penyari yaitu

aquadest dalam gelas kimia, dipanaskan pada suhu 90oC selama 15

menit sambil diaduk

Page 6: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

b. Perkolasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan

ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori,

cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut,

cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang

dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya

kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh

dikumpulkan, lalu dipekatkan.

c. Maserasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari

pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan

masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di

luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar

dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses

difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama

proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan

penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan.

Page 7: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

d. Soxhletasi

Penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan

penyari dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyari

terkondensasi menjadi molekul-molekul cairan oleh pendingin dan

turun menyari simplisia di dalam klonsong. Dan selanjutnya masuk

kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon,

proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna dan

ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa siphon

tersebut .

e. Refluks

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan

cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan

penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan

menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian

seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai

penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali

setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan.Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk

mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan

tahan pemanasan langsung. Sedangkan kerugian metode ini adalah

Page 8: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah

manipulasi dari operator.

f. Destilasi Uap Air

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air

ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan

menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil

mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap

air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor

dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran

air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan

akan memisah antara air dan minyak atsiri.

2. Prinsip Ekstraksi Cair-Cair

a. Partisi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan disperse

komponen kimia di antara 2 fase cair yang tidak saling bercampur di

mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian

larut pada fase kedua, di mana fase kedua setelah dikocok bersama

fase pertama yang mengandung zat terdispersi, didiamkan sampai

terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair oleh

karena perbedaan bobot jenis (BJ) sehingga zat akan terpisah ke

dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya.

b. Partisi Padat-Cair.

Page 9: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Penentuan ekstraksi padat–cair pada ekstrak dengan

menambahkan 20 ml pelarut organik dan dilakukan pengadukan

secara magnetik selama 15 menit.

3. Prinsip Penguapan dengan Rotavapor

Berdasarkan pada proses penguapan dengan tekanan yang

diturunkan karena adanya pengaruh dari pompa vakum serta adanya

pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat,

menyebabkan cairan menguap pada suhu 5o-10o C di bawah titik didih

pelarut yang digunakan, uap yang keluar terhisap masuk ke dalam

kondensor kemudian terjadi kondensasi menjadi molekul molekul

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat. Penguapan

dilakukan sampai diperoleh ekstrak yang kental.

4. Prinsip Identifikasi KLT

Teknik pemisahan komponen kimia secara cepat berdasarkan

prinsip adsorbsi dan partisi dimana komponen kimia bergerak terelusi

mengikuti naiknya cairan pengembang, oleh karena perbedaan

kemampuan perikatan zat aktif oleh adsorben dan kelarutan zat dalam

pelarut (eluen) sehingga gerakan komponen kimia mempunyai

perbedaan kecepatan yang berbeda-beda menyebabkan terjadinya

pemisahan.

Page 10: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tumbuhan

1. Sampel I Daun Belimbing wuluh (Averrhoa folium),

a. Klasifikasi tumbuhan(www.Plantamor.2011)

Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Rosidae

Ordo :Geraniales

Family : Oxalidaceae

Genus : : Averrhoa.

Species : Averrhoa bilimbi L

b. Morfologi tumbuhan (www.wikipedia.com)

Pohon tahunan dengan tinggi dapat mencapai 5-10m.Batang

utamanya pendek dan cabangnya rendah.Batangnya bergelombang

(tidak rata).Daunnya majemuk, berselang-seling, panjang 30-60 cm

dan berkelompok di ujung cabang.Pada setiap daun terdapat 11

sampai 37 anak daun yang berselang-seling atau setengah

berpasangan.Anak daun berbentuk oval.

c. Ekologi Tumbuhan(www.wikipedia.com)

Belimbing sayur, belimbing wuluh, belimbing buluh, atau

belimbing asam adalah sejenis pohon kecil yang diperkirakan

Page 11: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

berasal dari Kepulauan Maluku, dan dikembangbiakkan serta

tumbuh bebas di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Myanmar, dan

Malaysia. Tumbuhan ini biasa ditanam di pekarangan untuk diambil

buahnya.Buahnya yang memiliki rasa asam sering digunakan

sebagai bumbu masakan dan campuran ramuan jamu.

d. Nama daerah(www.wikipedia.com)

Bugis Soppeng: Caleneng,Aceh: Limeng ungkot,

selimeng,Gayo: selemeng, Batak: asom, belimbing, balimbingan,

Nias: malimbi,Minangkabau: balimbieng,Melayu: belimbing

asam,Lampung: balimbing,Sunda: calincing, balingbing,Jawa:

blimbing wuluh,Madura: bhalingbhing bulu,Bali: blingbing

buloh,Bima: limbi,Flores: balimbeng,Sawu: libi,Sangir:

belerang,Banjarmasin: Belimbing tunjuk.Makassar : Bainang.

e. Kandungan Kimia (www.tanamanobat.com)

Kandungan kimia yang terdapat dalam belimbing wuluh (Averhoa

bilimbi) adalah :Kalium oksalat; Flavonoid; Pektin; Tanin; Asam

galat; Asam ferulat

f. Penggunaan / Khasiat (www.tanaman herbal.wordpress.com )

Digunakan sebagai Antipiretik; Ekspektoran; kencing manis;

sariawan; tekanan darah tinggi; dan dapat mengatasi panu.

2. Sampel II Klika manga (Mangifera cortex)

a. Klasifikasi tanaman (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Page 12: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Anacardiaceae

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera indica L.

b. Morfologi tumbuhan (www.wikipedia.com)

Mangga Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai

tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya

sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat;

dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk

kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit

batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-

sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah

tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.

Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat

panjang hingga bisa mencapai 6 m. Akar cabang makin ke bawah

semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih

kurang 30-60 cm.

Page 13: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu.

Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya

membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun

pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya

makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran

(roset).

Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai

lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap,

berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung

meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa variasi

bentuk daun mangga:

1. Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.

2. Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak.

3. Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.

4. Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.

Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan

atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada bagian

permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian

permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1

tahun atau lebih.

c. Ekologi Tumbuhan (www.worldagroforestrycentre.org/sea/Publications)

Mangga merupakan jenis buah tropis yang digemari oleh

masyarakat di dunia dan menjadi komoditas perdagangan antar

Page 14: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

negara. Publitas mangga dikenal sebagai The Best Loved-Tropical ,

mendampingi popularitas durian sebagai King of Fruit. Komoditas

hortikultura, khususnya buah-buahan salah satunya buah mangga

mempunyai prospek baik bila dikembangkan secara intensif dan dalam

skala agribisnis. Dari tahun ke tahun permintaan buah tropis didalam

dan luar negeri semakin meningkat, baik dalam bentuk segar maupun

olahan.

d. Nama daerah(www.warintek.ristek.go.id/pertanian/mangga.pdf)

Daerah Makassar menyebutnya dengan taipa; orang Lombok biasa

menamainya dengan pao’; di daerah Bima menyebut manga dengan

sebutan Fo’o; daerah acah menyebutnya dengan memplam.

e. Kandungan kimia(www.warintek.ristek.go.id/pertanian/mangga.pdf)

Tanaman ini mengandung senyawa kimia diantaranya asam galat;

flavonoid; antosianin; alkaloid; saponin; vitamin C; ribovlavin; dan

asam amino.

f. Khasiat(www.warintek.ristek.go.id/pertanian/mangga.pdf)

Berbagai referensi menyebutkan tanaman ini memiliki sifat kimia

dan efek farmakologis tertentu.Yaitu, bersifat pengelat (astringent),

peluruh kencing, penyegar, penambah nafsu makan, pencahar ringan,

peluruh dahak dan antioksidan.Kandungan asam galat pada mangga

sangat baik untuk saluran pencernaan.Sedangkan kandungan

riboflavinnya sangat baik untuk kesehatan mata, mulut, dan

tenggorokan.Karena berbagai kandungan zat dan senyawa itu mangga

Page 15: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

juga memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan

gangguan.Di antaranya radang kulit, influenza, asma, gangguan

penglihatan, gusi berdarah, radang tenggorokan, radang saluran

napas, sesak napas, dan borok.Selain itu juga bisa mengatasi bisul,

kudis, eksim, perut mulas, diare, mabuk perjalanan, cacingan, kurang

nafsu makan, keputihan, gangguan menstruasi, hernia, dan rematik.

3.  Sampel Biota Laut Teripang (Holthuria indica)

a. Klasifikasi Sampel Teripang (Holthuria indica)

(www.wikipidia/klasifikasi teripang.com)

Kerajaan : Animalia

Filum : Echinodermata

Upafilum : Echinozoa

Kelas : Holothuroidea

Genus : Holothuria

Spesies : Holothuria indica

b. Kandungan Kimia (www.mediaindonesia.com)

Kalogen, Mukopolisakarida / Glycosaminoglycan Acid,

Glucosamine dan Chondroitin, Saponin.Kandungan lainnya :

Gamapeptide, Omega 3, 6 dan 9, Protein (Asam Amino, Lektin),

Vitamin : A, B1, B2, B3, Sodium, Kuprum, Potasium, Iodin,

Fosforus, Zinc, dan Magnesium.

Page 16: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

c. Manfaat Dari Teripang (Holothuria indica)

(www.mediaindonesia.com)

Kalogen

1. Mempercepat penyembuhan luka.

2. Memelihara kesehatan sendi dan tulang, mencegah

osteoporosis.

3. Membuat kulit menjadi lebih muda, meningkatkan kecantikan

dan memperlambat penuaan dini.

Mukopolisakarida / Glycosaminoglycan Acid

1. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

2. Anti kanker dan anti tumor

3. Mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan luka.

4. Mengurangi kadar gula darah dan kekentalan darah,

mengendalikan lemak darah,dan mengurangi kolesterol

5. Sebagai antivirus dan anti radioaktif

Glucosamine dan Chondroitin

1. Mencegah inflamasi dan mengurangi rasa sakit secara alami.

2. Menyokong kesehatan tulang rawan, tendon dan ligamen.

3. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Saponin

1. Antioksidan, anti mikroba, dan anti kanker.

2. Merangsang pembentukan sunsum tulang, memproduksi darah

dan mencegah anemia.

Page 17: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

A. Metode Ekstraksi Bahan Alam

1. Tujuan Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif

dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk

biota laut.Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan

beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa

yang mudah larut dalam pelarut organik.Pelarut organik yang paling

umum digunakan untuk mengekstraksikan komponen kimia dari sel

tanaman adalah metanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton,

benzen dan etil asetat (Hembing, 1994).

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan

massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan

mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke

dalam pelarut v (Hembing, 1994).

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman

adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke

dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut

dalam pelarut organic di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi

keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi

keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar

sel (Ditjen POM, 1986).

Page 18: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Jadi, tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-

zat yang dapat larut dalam bahan yang tidak larut dengan

menggunakan pelarut cair (Ditjen POM, 1986).

2. Jenis-jenis ekstraksi

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah :

a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel

langsung dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan

untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.

b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana

untuk maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia,

sedangkan soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan dan

uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi

dan turun menyari simplisia (Gembong, 1991).

3. Cara-cara ekstraksi

a. Infudasi

Infudasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari

simplisia dengan air pada suhu 90 C selama 15 manit. Infudasi

merupakan proses penyarian yang paling umum digunakan untuk

menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan

nabati. Penyarian dengan cara ini menghasikan sari yang tidak

stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang sehingga tidak

boleh disimpanl lebih dari 24 jam (Ferdi, 2009).

Infus dibuat dengan cara :(Anonim, 2009).

Page 19: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

1. Membasahi bahan bakunya biasanya dengan air 2 kali bobotbahan,

untuk bunga 4 kali bobot, unutk karagen 10 kali bobot bahan.

2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit

pada suhu 90 C

3. Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah

bahan kimia misalnya : asam sittrat unutk infus kina dan lain-lain

4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali

bahan yang mengandung bahan yang mudah menguap.

b. Maserasi

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang

sederhana, yang dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada

temperatur yang terlindung oleh cahaya (Anonim, 2009).

Maserasi dilakukan untuk penyarian simplisia yang

mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengandung bahan yang mudah mengembang dalam cairan

penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dll (Fachruddin, 2001).

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian

simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok

kedalam sebuah bejana, ditungi dengan 75 bagian penyari, dan

ditutup, serta dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil

sekali-kali diaduk, diserkai dan peras, cuci ampas dengan cairan

penyari secukupnya sampai diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke

Page 20: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk dan terlindung dari

cahaya selama 2 hari.(Fachruddin, 2001).

c. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah

dibasahi. Prinsipnya adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam

bejana silinder yang bagian bawahnya di beri sekat berpori, cairan

penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan

penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang

dialalui sampai mencapai keadaan jenuh, gerakan ke bawah

disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan

penyari dari cairan diatasnya dikurangi dengan daya kapiler yang

cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Anonim, 2009).

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator,

cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau

menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari

atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian

disebut ampas atau sisa perkolasi (Gembong, 1991).

d. Soxhletasi

Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu

diserbukkan dan ditimbang kemudaian dimasukkan ke dalam

klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa (tinggi

sampel dalam klonsong tidak boleh lebih dari pipa siphon)

Page 21: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai

kemudian ditempatkan di atas waterbath atau heating mantel dan

diklaim dengan kuat kemudian klonsong yang telah diisi sampel

dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klaim dan

cairan penyari ditambahkan unuk membasahi sampel yang ada

dalam klonsong (diusahakan tidak terjadi sirkulasi) (Anonim, 2009).

Setelah itu, kondensor dipasang tegak lurus dan diklaim

pada statif dengan kuat. Aliran air dan pemanas dijalankan hingga

terjadi proses ekstraksi zat aktif sampai sempurna (biasanya 20-25

x sirkulasi) (Fachruddin, 2001).

Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap

penyari mengembun karena didinginkan oleh pendingin

balik.Embun turun melalui serbuka simplisia sambil melarutkan zat

aktifnya dan kembali ke labu. Karena adanya sifon, maka setelah

cairan mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan kembali ke

labu. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui

serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping (Gembong, 1991).

e. Refluks

Simplisia yang biasa diekstraksi dengan metode refluks

adalah yang mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap

pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar,

batang, buah, biji, dan herba.(Fachruddin, 2001).

Page 22: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Cara ini termasuk cara ekstraksi berkesinambungan. Bahan

yang akan diekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu

alas bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak, kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap, uap

tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun kembali

menyari zat aktif dalam simplisia demikian seterusnya. Ekstraksi

secara refluks biasanya dilakukan selama 3 x 4 jam (Anonim,

2009).

f. Destilasi Uap Air

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi

minyak-minyak menguap (minyak esensial) dari sampel tanaman.

Destilasi uap berpegang pada prinsip fisik yaitu, jika dua

cairan tidak bercampur digabungkan, tiap cairan bertindak seolah-

olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap

(Hembing, 1994).

B. Penguapan ekstrak

1. Pengertian

Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan

konsistensi ekstrak yang lebih pekat. Tujuan dilakukannya penguapan

adalah untuk menghilangkan cairan penyari yang digunakan, agar

tidak mengganggu pada proses ekstraksi cair-cair (corong pisah) atau

padat cair (Anonim, 2009)

Page 23: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

2. Metode penguapan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu

penguapan sederhana menggunakan pemanasan, penguapan pada

tekanan yang diturunkan, penguapan dengan aliran gas, beku kering,

vakum desikator dan oven (Anonim, 2009).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penguapan, antara lain :

(Anonim, 2009).

a. Periksa lebih dulu oil level pada pompa vakum

b. Bilas labu sampel dengan eter dan ditambahkan larutan penyari

pada penampungan

c. Proses penguapan dilakukan sampai diperoleh ekstrak kental yang

ditandai gelembung udara yang pecah-pecah pada permukaan

ekstrak dalam labu alas bulat.

4. Pembagian ekstrak

Menurut farmakope Indonesia III dikenal tiga macam ekstrak,

yaitu:(Anonim, 2009).

a. Ekstrak cair : adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian

bahan alam masih mengandung larutan penyari.

b. Ekstrak kental : adalah ekstrak yang telah mengalami proses

penguapan, dan tidak mengandung cairan penyari lagi, tetapi

konsistensinya tetap cair pada suhu kamar.

c. Ekstrak kering : adalah ekstrak yang telah mengalami proses

Page 24: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

penguapan dan tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai

konsistensi padat (berwujud kering).

C. Partisi ekstrak

1. Partisi cair-cair

Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut di

dalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan

kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik

dan pelarut air (Anonim, 2009).

Ekstraksi cair-cair biasa juga disebut sebagai metode corong

pisah. Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah

dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan yang

pertama, akan terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari campuran

akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya

disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan

konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu yang diperlukan untuk

tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran

keduanya dalam corong pisah (Ditjen POM, 1986)

Pelarut yang mudah menguap tidak dicampur dengan fase air

yang panas (atau bahkan hangat). Hal ini dapat menyebabkan

peningkatan tekanan uap sangat besar yang dihasilkan sehingga tutup

corong pisah terbang dan isinya tersemprot keluar. Hal ini dapat juga

terjadi dengan cairan dingin jika terjadi reaksi eksotermis misal

Page 25: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

pencampuran asam dan basa, pengenceran asam-asam kuat (Ditjen

POM, 1986).

Waktu yang diperlukan untuk tercapainya kessetimbangan

biasanya dipersingkat oleh percampuran kedua fase tersebut dalam

corong pisah (Ditjen POM, 1986).

Yang sangat penting diperhatikan dalam hal ini adalah pelarut

yang mudah menguap tidak bercampur dengan fase air yang panas

(atau bahkan hangat). Hal ini dapat menyebabkan peningkatan

tekanan uap sangat besar yang dihasilkan sehingga tutup corong

pisah terbang dan isinya tersemprot keluar. Hal ini dapat juga terjadi

dengan cairan dingin jika terjadi reaksi eksotermis, misalnya

pencampuran asam dan basa, pengenceran asam-asam kuat.

(Fachruddin, 2001).

Beberapa fase organik mudah emulsi dengan fase air,

khususnya jika terdapat partikel kecil atau yang terbentuk oleh

pengendapan (Fachruddin, 2001).

2. Partisi padat-cair

Partisi padat-cair (lactithing) adalah proses pemisahan untuk

memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan

dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Anonim, 2009).

Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah

dilarutkan dalam cairan lain yang tidak bercampur dengan yang

Page 26: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

pertama akan terbentuk 2 lapisan. Satu komponen dari campuran akan

memilki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut

fase) dan setelah beberapa waktu mencapai kesetimbangan

konsentrasi dalam kedua lapisan (Anonim, 2009).

Beberapa fase organik mudah membentuk emulsi dengan fase

air, khususnya jika terdapat partikel kecil atau terbentuk oleh

pengendapan. Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase

pada suhu tertentu tergantung pada kemiripan kepolarannya dengan

fase cair, menggunakan prinsip "like dissolve like". Molekul bermuatan

yang memiliki afinitas tinggi terhadap cairan dengan sejumlah besar

ion bermuatan berlawanan dan juga dalam kasus ini menarik yang

berlawanan"misalnya senyawa asam akan lebih larut dalam fase air

yang basa daripada yang netral atau asam. Ratio konsentrasi senyawa

dalam kedua fase disebut koefesien partisi (K). Senyawa yang

berbeda akan mempunyai koefesien partisi yang berbeda, sehingga

jika satu senyawa sangat polar, koefesien partisi relatifnya ke fase

polar lebih tinggi daripada senyawa nonpolar (Ditjen POM, 1986).

D. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatogradi lapis tipis adalah suatu metode analisis yang

digunakan untuk memisahkan suatu canmpuran senyawa secara cepat

dan sederhana.Prinsipnya didasarkan atas paritsi dan adsorpsi.Zat

penyerap merupakan fase stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba

rata dan tipis diatas lempeng kaca (Hembing, 1994).

Page 27: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Fase diam yang umum diguankan adalah silica gel, baik yang

normal fase maupun reversed fase. Pada KLT komponen bergerak

degan kecepatan yang berbeda-beda mengkuti naiknya eluen, katrena

daya serap adsorben pada komponen-komponen tidak sama, maka

komponen bergerak dengan kecepatan berbeda dan hal inilah yang

merupakan atau menyebabkan terjadinya pemisahan. Perbandingan

kecepatan permukaan dari pelarut dengan jarak yang ditempuh oleh

senyawa terlarut merupakan dasar untuk mengidentifikasi komponen-

komponen yang terdapat dalam ekstrak atau campuran senyawa

tersebut (Hembing, 1994).

E. Penampak Bercak pada KLT (Anonim, 2009)

Penampak bercak pada KLT berdasarkan senyawa yang di

identifikasi, antara lain :

1. Kumarin

Penampak bercak : ammonia atau kalium hidroksida 5% etanol

(90 %) LP

2. sFlavanoid

Penampak bercak : difenilboriloksietilamina

3. Antraglikosida, arbutin, glikosida jantung, zat pahit

Penampak bercak antraglikosida : kalium hidroksida 5%

etanol (95%).

Penampak bercak glikosida jantung : kedde LP, antimony (III)

Page 28: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

klorida LP

Penampak bercak zat pahit : vanillin-asam sulfat, besi

(III) , klorida, biru permanen LP, komarowsky LP   

4. Minyak atsiri

Penampak bercak : vanillin-asam sulfat, besi (III) klorida, biru

permanen LP, komarowsky LP

5. Saponin

Penampak bercak : vanillin-asam sulfat LP, darah LP

6. Valepotriat

Penampak bercak : asam klorida-asam asetat LP

7. Alkaloid

Penampak bercak : dragendorf LP, mayer, wagner, iodoplatina LP

8. Triterpenoid dan steroid

Penampak bercak : Liebermann Burchardat LP

1. Lampu UV (Sebastian, 2009)

a. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat

oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya

yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat

energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali

ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Energi inilah yang

Page 29: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

menyebabkan perbedaan fluoresensi warna yang dihasilkan oleh

tiap noda.

b. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat

oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Sehingga noda

yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel

yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

2. Pereaksi KLT (Anonim, 2009)

Penentuan cairan elusi berdasarkan hasil uji pendahuluan

sebelumnya yaitu :

1. Kumarin

Cairan elusi dengan dietil eter P-toluene P (1:1) dijenuhkan

dengan larutan asam asetat P 10 %.

2. Flavanoid

Cairan elusi etil asetat P-asam format P-asam asetat glasial P-

air (100:11:11:27)

3. Antraglikosida, arbutin, glikosida jantung, zat pahit

Cairan elusi etil asetat P-metanol P-air (100:13,5:10)

4. Minyak atsiri

Cairan elusi kloroform P-etanol P—asam asetat glasial P

(94:5:1)

5. Saponin

Page 30: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Cairan elusi kloroform P-metanol P-air (64:50:10)

6. Valepotriat

Cairan elusi toluene P-etil asetat P (93:7)

7. Alkaloid

Cairan elusi toluene P-etil asetat P-dietilamin P (70:20:10)

8. Triterpenoid dan steroid

Cairan elusi n-hexan-etilasetat

F. Prosedur Kerja (Anonim, 2009)

1. Ekstraksi Sampel

a. Maserasi

Ekstraksi dengan pelarut metanol menggunakan metode

maserasi. Adapun caranya yaitu sampel sebanyak 100 gr

dimasukkan dalam toples kaca, kemudian direndam dengan pelarut

metanol sampai tinggi 1-2 cm di atas sampel yang terendam,

disimpan pada tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung

sekali-kali diaduk. Dimaserasi selama 5 hari.Penyarian dilakukan

sebanyak 3 kali. Ekstrak cair yang diperoleh diuapkan dengan

rotavapor hingga mengental dan dikeringkan dengan penguapan

pada kompor listrik di depan kipas angin. Setelah kering betul

dimasukkan dalam vial dan diberi label. Dimasukkan dalam

eksikator.

2. Partisi Cair-cair

a. Partisi Cair-cair dengan pelarut eter

Page 31: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

10 gram ekstrak disuspensi dengan 5 ml air.Dimasukkan

dalam corong pisah kemudian ditambah 15 ml eter.Kocok

kemudian keluarkan airnya.Eter dipisahkan.Air dimasukkan lagi dan

ditambah 15 ml Eter.Airnya dikeluarkan dan heksan

dipisahkan.Lakukan sebanyak 3 kali.

b. Partisi Cair-cair dengan Pelarut n-Butanol

10 gram ekstrak disuspensi dengan 5 ml air.Dimasukkan

dalam corong pisah kemudian ditambah 15 ml n-Butanol.Kocok

kemudian keluarkan airnya.N-Butanol dipisahkan.Air dimasukkan

lagi ditambah 15 ml butanol.N-Butanol dipisahkan.Lakukan

sebanyak 3 kali.

3. Partisi Padat-cair

Ekstrak metanol kering yang diperoleh, diambil sebanyak 4 gram untuk

diekstraksi dengan pelarut dietil eter dengan cara partisi padat cair

yaitu ekstrak metanol kering tersebut dimasukkan ke dalam labu

Erlenmeyer 250 ml lalu ditambahkan sekitar 20 ml dietil eter. Batang

pengaduk magnetik dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer kemudian

diletakkan di atas plat stirrer. Stirrer disambungkan dengan sumber

arus listrik dan distel dengan kecepatan yang sesuai.Biarkan sampai

pelarut jenuh, kemudian suspensi dikeluarkan dan dipisahkan antara

padatan dan cairan.Bagian yang tidak larut dimasukkan kembali ke

dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 20 ml dietil eter yang baru lalu

dilakukan seperti pada perlakuan pertama. Proses partisi padat cair ini

Page 32: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

dilakukan hingga pelarut dietil eter yang ditambahkan bening. Fraksi

larut dietil eter dikumpulkan, pelarutnya diuapkan hingga diperoleh

ekstrak dietil eter kering.

4. Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

a. Pembuatan Lempeng KLT

1. Lempeng KLT diaktifkan dalam oven pada suhu 105-110 0C

selama setengah jam.

2. Lempeng dikeluarkan dan digunting dengan ukuran 7 x 2 cm.

3. Lempeng siap digunakan.

b.Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Ekstrak n-Heksan/eter (dilarutkan dengan kloroform), ekstrak

metanol/etanol (dilarutkan dalam campuran kloroform dan

metanol dengan perbandingan 1:1) serta ekstrak n-butanol

(dilarutkan dengan metanol)

3. Ekstrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian

ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan sebanyak 5-20

mikroliter

4. Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk

menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber

yang telah dijenuhkan

Page 33: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

5. Dikeluarkan kemudian dilihat nodanya pada UV 254 nm dan

366 nm. Diberi tanda pada lempeng nodanya. Lalu semprot

dengan H2SO4 10 %

6. Ukur jarak noda dan jarak pelarut. Kemudian dihitung nilai

Rfnya.

Page 34: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

BAB III

METODOLOGI KERJA

A. Alat dan Bahan

a. Pengolahan sampel

Alat-alat yang digunakan adalah gunting, kantong plastik,

kotak, pisau/cutter, parang, timbangan kue.

Bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, Daun

Belimbing Wuluh (Averrhoa folium), Klika Mangga (Mangifera

cortex) dan Kertas Koran.

b. Ekstraksi

Adapun alat yang digunakan adalah batang pengaduk,

bejana maserasi, cawan porselin, corong kaca, heater, labu alas

bulat dan kondensor.

Bahan yang digunakan adalah aquadest, batu didih, Daun

Belimbing Wuluh (Averrhoa folium), Klika Mangga (Mangifera

cortex) etanol 70%, kertas saring, panci, tissue, dan vaselin.

c.  Penguapan Pelarut Pada Sampel

Alat yang digunakan yaitu corong kaca, pompa vakum,

rotavapor. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ekstrak cair

etanol Averrhoa folium (daun belimbing wuluh) dan Mangifera

cortex ( klika mangga).

Page 35: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

d.  Partisi Ekstrak

Alat yang digunakan adalah corong pisah, corong kaca,

eksikator, Erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, statif, stirrer, klem,

vial. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquades, ekstrak

kental etanol Averrhoa folium (daun belimbing wuluh) dan

Mangifera cortex ( klika mangga), ekstrak n-butanol Averrhoa

folium (daun belimbing wuluh) dan Mangifera cortex ( klika

mangga), ekstrak n-heksan Averrhoa folium (daun belimbing wuluh)

dan Mangifera cortex ( klika mangga), n-butanol jenuh air, dan n-

heksan.

e.  Identifikasi Noda/Bercak dengan KLT

Alat yang digunakan adalah chamber KLT, cutter, kertas

saring, lampu UV 254 nm dan 366 nm, lempeng KLT (silica gel),

mistar, pensil 2B, pinset, dan pipa kapiler. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah aluminium foil, ekstrak n-heksan, ekstrak n-

butanol, ekstrak etanol, kertas saring, pelarut n-heksan, pelarut n-

butanol, eluen n-heksan : etil (7 : 3), eluen kloroform : metanol (8 :

2), iod 0,1 M dan tissue.

C. Prosedur Kerja

1. Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Pengambilan sampel diambil dalam kegiatan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Desa Lampoko, Kec. Balusu, Kab. Barru Sulawesi

Selatan pada tanggal 30 oktober 2011.

Page 36: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

a. Sampel I daun belimbing wuluh (Averrhoa folium).

1. Disiapkan alat yang akan digunakan

2. Dipilih tanaman yang akan dipanen.

3. Dipetik daun Belimbing wuluh (Averhoa folium) kelima dari

pucuk, waktu pemanenan pada pukul 07.00 – 11.00 WITA.

4. Dicuci sampel dengan air mengalir.

5. Disortasi kering

6. Dirajang dan dipotong kecil-kecil

7. Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

8. Ditimbang sampel yang telah dirajang

b. Sampel II Kulit / Klika batang manga (Mangifera cortex)

1. Disiapkan alat yang akan digunakan

2. Dipilih tanaman yang akan dipanen.

3. Dipetik daun Belimbing wuluh (Averhoa folium) kelima dari

pucuk, waktu pemanenan pada pukul 07.00 – 11.00

4. Dicuci sampel dengan air mengalir.

5. Disortasi kering

6. Dirajang dan dipotong kecil-kecil

7. Dikeringkan dengan cara ditempatkan dibawah sinar matahari

langsung

8. Ditimbang sampel yang telah dirajang

c. Sampel biota laut Teripang (Holothuria indica)

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Page 37: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

2. Dipanen sampel teripang (Holothuria indica) dari laut

3. Dimasukan dalm toples yang telah berisi etanol 70% untuk

diawetkan.

4. Ditutup toples dengan rapat, dimana pada bagian toples dililit

dengan solasi ban agar pelarutnya tidak menguap.

2. Metode Ekstraksi yang Digunakan

a. Sampel Daun Belimbing wuluh (Averhoa folium)

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ditimbang daun belimbing wuluh (Averhoa folium) sebanyak 150

gram

3. Dimasukkan sampel daun belimbing wuluh (Averhoa folium)

4. Ditambahkan cairan penyari etanol 70% hingga sampel terendam

seluruhnya (2,9 liter)

5. Ditutup toples kemudian didiamkan selama 3x24 jam dan sesekali

diaduk.

b. Sampel klika mangga (Mangifera cortex)

Ekstraksi dengan metode refluks

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ditimbang sampel klika mangga (Mangifera cortex) sebanyak 100

gram

3. Ditambahkan dengan etanol 70% hingga terendam seluruhnya

(500 ml)

Page 38: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

4. Dipasang labu alas bulat pada kondensor (pada ujung kondensor

yang terhubung dengan labu alas bulat diolesi dengan vaselin).

5. Direfluks selama 4-8 jam.

6. Diamati cairan penyari (apabila sudah pekat maka pengerjaan

dianggap telah selesai)

3. Penguapan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Sampel atau ekstrak cair daun Belimbing wuluh (Averhoa folium)

yang akan diuapkan dimasukkan kedalam labu alas bulat dengan

volume 2/3 bagian dari volume labu alas bulat yang digunakan,

kemudian water bath distel pada suhu yang sesuai (5-10oC

dibawah titik didih pelarut yang digunakan) dengan menekan

tombol on-off.

3. Setelah suhu tercapai, lalu alas bulat yang telah diisi dengan

ekstrak dipasang dengan kuat pada ujung rotor yang

emnghubungkan kondensor. Aliran air pendingin dan pompa vakum

kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan tertentu,

kemudian dilanjutkan dengan mengaktifkan pompa vakum.

4. Ekstrak dapat ditambah melalui selang pemasuk yang terlebih

dahulu memutar tombol rotor ke arah nol dengan sendirinya ekstrak

akan terisap masuk kedalam labu, setelah itu penguapan

dilanjutkan dengan memutar kembali rotor pada kecepatan semula.

Page 39: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

5. Setelah proses penguapan selesai maka alat dihentikan dengan

menekan tombol off pada water batch rotor dan pompa vakum.

6. Dipindahkan sampel yang telah diuapkan kedalam wadah yang

baru kemudian diuapkan dengan diangin-anginkan atau

menggunakan hiredryer. Untuk sampel klika mangga (Mangifera

cortex) diuapkan menggunakan hiredryer.

4. Metode Partisi

a. Partisi padat cair Sampel I (Averhoa belimbi) dan Sampel II

(Mangifera indica L)

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ekstrak etanol kering yang diperoleh, diambil sebanyak 5 gram

3. Dilarutkan dengan pelarut n-heksan sebanyak 30 ml pada

Erlenmeyer

4. Dihomogenkan diatas stirrer, kemudian didiamkan.

5. Diambil residunya dan filtratnya ditambahkan lagi dengan

pelarut n-heksan sebanyak 30 ml, dilakukan hingga 3 kali.

6. Diambil lagi kembali ekstrak n-heksan (filtratnya) kemudian

7. ditambahkan dengan n-butanol jenuh air sebanyak 30 ml.

8. Dihomogenkan diatas stirrer.

9. Diambil residunya/ekstrak n-butanol

Page 40: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

10.Dikeringkan masing-masing ekstrak n-heksan dan n-butanol

kemudian ditimbang

11.Dilakukan hal yang sama pada sampel klika mangga (Mangifera

cortex)

Partisi cair-cair pada sampel Teripang (Holothuria indica)

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang ekstrak etanol Teripang (Holothuria indica)

sebanyak   5 gram.

3. Dilarutkan ekstrak etanol yang diperoleh dengan aquades

sebanyak 15 ml.

4. Dimasukkan dalam corong pisah

5. Ditambahkan dengan pelarut n-heksan sebanyak 30 ml.

6. Dihomogenka, dengan cara corong pisah diputar satu arah.

7. Didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan.

8. Diambil lapisan pertama dan disimpan pada cawan porselin

sedangkan lapisan kedua yaitu filtranya ditambahkan dengan

n- heksan. Dilakukan hingga 3 kali.

9. Ditambahkan lagi filtratnya dengan n-butanol sebanyak 30 ml

10. Diambil lapisan n-butanol, kemudian ditempatkan pada

cawan porselin.

11. Dikeringkan masing-masing hasil partisi.

12. Ditimbang.

Page 41: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

5. Identifikasi dengan Metode KLT

A. Penjenuhan Chamber

1. Chamber diisi dengan eluen (n-heksan : etil dengan

perbandingan 7:3 dan kloroform : methanol perbandingan

8:2 ).

2. Dimasukkan kertas saring hingga dasar gelas, dimana ujung

yang satunya keluar dari gelas, kemudian ditutup.

3. Chamber telah jenuh bila kertas saring telah basah sampai

pada mulut gelas.

B. Penotolan Sampel

1. Ekstrak n-heksan dan ekstrak n-butanol ditotolkan pada

suatu lempeng pada titik awal, menggunakan pipa kapiler

secara tegak lurus dengan permukaan lempeng, sampai

diperoleh penotolan yang sempurna

2. Lempeng yang telah ditotol kemudian dimasukkan ke dalam

chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen (n-heksan (7) :

etil (3), kloroform (8) : metanol (2)), dengan posisi berdiri

dengan kemiringan lebih kurang 50 (diusahakan tempat

penotolan sampel tidak terendam eluen).

3. Chamber ditutup dan lempeng dibiarkan terelusi sampai

garis akhir.

4. Lempeng dikeluarkan dari chamber kemudian diangin-

anginkan hingga kering dan siap diamati penampakan noda

Page 42: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

C. Penampakan noda dengan sinar UV 254 nm dan 366 nm

1. Lempeng yang telah dielusi dan telah dikeringkan diamati

dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm.

2. Penampakan noda pada lempeng diamati dan digambar

pada kertas kalkir, kemudian dihitung nila Rf-nya.

D. Penampakan noda dengan Iod 0,1 M

1. Untuk noda yang tidak tampak pada sinar UV diamati

dengan Iod 0.1 M

2. Iod 0,1 M dimasukkan ke dalam Chamber secukupnya

(Pengganti eluen sebelumnya)

3. Lempeng kemudian dimasukkan ke dalam chamber yang

berisi Iod 0,1 M, didiamkan beberapa menit hingga nodanya

tampak

4. Noda-noda yang tampak dan digambar pada kertas kalkir

5. Nilai Rf noda dihitung.

Page 43: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Sampel I : Daun Belimbing wuluh (Averhoa folium).

Sampel II : Klika mangga (Mangifera cortex).

No. Pengamatan Sampel I Sampel II

1.

2.

3.

Bobot Sampel Basah

Bobot Sampel Kering

Susut pengeringan

6000 g

4000 g

33,33 %

7000 g

5.500 g

21,43 %

Perhitungan Susut pengeringan

Sampel I :

Susut pengeringan¿ bobot sampelbasah−bobot sampel keringbobot sampelbasah

x100 %

¿6000−4000

6000x100 %=33,33 %

Sampel II :

Susut pengeringan¿ bobot sampelbasah−bobot sampel keringbobot sampelbasah

x100 %

¿7000−5500

7000x 100 %=21,43 %

Page 44: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

2. Maserasi

1. Sampel I : Daun Belimbing wuluh (Averhoa folium).

2. Sampel II : Klika mangga (Mangifera cortex).

No. Pengamatan Sampel I Sampel II

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Berat sampel sebelum ekstraksi

Berat sampel setelah ekstraksi

Persentase

Jumlah cairan penyari

Jumlah ekstrak cair

Persentase

150 g

110 g

36,36 %

4000 ml

3900 ml

2,7 %

100 g

90 g

10 %

500 ml

340 ml

32 %

Perhitungan Sampel dan Cairan Penyari

Sampel I :

Sampel ¿bobot sampel sebelum−bobot sampel sesudah

bobot sampel sebelumx 100 %

¿150−40

150x100 %=36,36 %

Cairan Penyari =bobot sampel sebelum−bobot sampel sesudah

bobot sampel sebelumx 100 %

¿4000−3900

4000x100 %=2,7 %

Sampel II :

Sampel ¿bobot sampel sebelum−bobot sampel sesudah

bobot sampel sebelumx 100 %

¿100−90

100x100 %=10 %

Cairan Penyari =bobot sampel sebelum−bobot sampel sesudah

bobot sampel sebelumx 100 %

Page 45: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

¿500−340

500x100 %=32 %

3. Penguapan

1. Sampel I : Daun Belimbing wuluh (Averhoa folium).

2. Sampel II : Klika mangga (Mangifera cortex).

No. Pengamatan Sampel I Sampel II

1.

2.

3.

4.

Volume sampel sebelum diuapkan

Volume sampel setelah diuapkan

(ekstrak pekat)

Persentase

Berat sampel setelah diuapkan

(ekstrak kental)

200 ml

70 ml

65 %

0,5 gram

500 ml

340 ml

32 %

5,4 gram

Perhitungan Sampel

Sampel I :

Sampel ¿bobot sampel sebelum−bobot sampel sesudah

bobot sampel sebelumx 100 %

¿200−70

200x100 %=65 %

Sampel II :

Sampel ¿bobot sampel sebelum−bobot sampel sesudah

bobot sampel sebelumx 100 %

¿500−340

500x100 %=32 %

Page 46: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

4. Partisi Ekstrak

Sampel I : Daun Belimbing (Averhoa folium)

Sampel II : Klika Mangga ( Mangifera cortex)

No

Pengamatan

Berat Ekstrak

etanol N-

Heksan

% N-

Heksan

N-butanol

% N-

butanol

1.

2.

Sampel I

Sampel II

5 g

5 g

0,48 g

1,69 g

9,6 %

33,8 %

0,28

1,02 g

58,33 %

60,36 %

Perhitungan :

Sampel I :

Ekstrak etanol = 5 g

Ekstrak n-heksan = 0,48

Persentase = 5 – 0,48 x 100 %

5

= 90,4 %

Page 47: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Persentase n-heksan = 100%-90,6%

= 9,6%

Ekstrak n-butanol = 0,28 g

Persentase = 0,48 – 0,28 x 100 %

0,48

= 41,67%

Persentase n-butanol = 100%-41,67%

= 58,33%

Sampel II

Ekstrak Etanol = 5 g

Ekstrak n-heksan = 1,69 g

persentase = 5 – 1,69 x 100%

5

= 66,2%

Persentase n-butanol = 100%-66,2%

= 33,8%

Ekstrak n-butanol = 1,69 – 1,02 x 100 %

1,6 g

= 39,64 %

= 100 – 39,64

= 60,36 %

Page 48: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

5. Identifikasi Noda/Bercak dengan KLT

5.1 Ekstrak n-heksan sampel 1 (Averrhoa folium)

Eluen

Jumlah Noda

Keterangan UV 254 UV 366 H2 SO4

n-heksan : EtAc (7:3) 7 7 -

n-heksan : EtAc (8:2) - - -

n-heksan : EtAc (9:1) - - -

5.2 Ekstrak n-Butanol Sampel 1 (Averrhoa Folium)

Eluen

Jumlah Noda

Ket UV 254 UV 366 H2 SO4

CHCl3:MeOH:H2O(10:6:1) - - -

CHCl3:MeOH:H2O(15:6:1) - - -

CHCl3:MeOH:H2O(8:2:1) 6 6 -

Page 49: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

5.3 Ekstrak n-heksan Sampel II (Mangifera Cortex)

Eluen

Jumlah Noda

Keterangan UV 254 UV 366 H2 SO4

n-heksan : EtAc (7:3) - - -

n-heksan : EtAc (8:2) 8 8 -

n-heksan : EtAc (9:1) - - -

5.4. Ekstrak n-Butanol Sampel II (Mangifera cortex)

Eluen

Jumlah Noda

Ket UV 254 UV 366 Iod

CHCl3:MeOH:H2O(10:6:1) - - -

CHCl3:MeOH:H2O(15:6:1) - - -

CHCl3:MeOH:H2O(8:2:1) 3 3 3

Page 50: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

5.5 Warna noda dan nilai Rf Ekstrak n-Heksan Sampel 1 (Averrhoa

Folium) dengan eluen n-heksan (7 ): etil (3) pada sinar UV 254 nm

No.Noda

Harga Rf Warna Noda

A B C A B C

1

2

3

4

5

6

7

Rf =0,94

Rf =0,87

Rf=0,76

Rf=0,56

Rf=0,53

Rf=0,44

Rf=0,31

Hijau

Hijau

Hijau

Hijau

Hijau

Hijau

Hijau muda

C = n heksan : etil = 7 : 3

Perhitungan Rf

5,2 2,4Rf1 = = 0,94 Rf 6 = = 0,44 5,5 5,5 4,8 1,7Rf2 = = 0,87 Rf7 = = 0,31 5,5 5,5

4,2Rf3 = = 0,76 5,5

3,1Rf4 = = 0,56 5,5

Page 51: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

2,9Rf5 = = 0,53 5,55.6 Warna noda dan nilai Rf ekstrak n-heksan (Averrhoa Folium) dengan

eluen n-heksan (7) : etil(3) pada sinar UV 366

No.Noda

Harga Rf Warna Noda

A B C A B C

1

2

3

4

5

6

7

Rf =0,94

Rf =0,87

Rf=0,76

Rf=0,56

Rf=0,53

Rf=0,44

Rf=0,31

Ungu

Biru keunguan

Ungu

Ungu

biru keunguan

Ungu

Ungu muda

C = n-heksan : etil, 7 : 3

Perhitungan Rf

5,2 2,4Rf1 = = 0,94 Rf 6 = = 0,44 5,5 5,5 4,8 1,7Rf2 = = 0,87 Rf7 = = 0,31 5,5 5,5

4,2Rf3 = = 0,76 5,5

3,1Rf4 = = 0,56 5,5

Page 52: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

2,9Rf5 = = 0,53 5,55.7 Warna noda dan nilai Rf Ekstrak n-butanol Sampel 1 (Averrhoa

Folium) dengan eluen kloroform (8): methanol (2) (UV 254)

No.Noda

Harga Rf Warna Noda

A B C A B C

1

2

3

4

5

6

Rf =0,69

Rf =0,58

Rf=0,52

Rf=0,43

Rf=0,38

Rf=0,25

Hijau

Hijau

Hijau

Hijau

Hijau

Hijau

A = kloroform ; metanol = 8 : 2

Perhitungan Rf

3,7 1,3Rf1 = = 0,69 Rf 6 = = 0,25 5,5 5,5 3,1 Rf2 = = 0,58 5,5

2,8Rf3 = = 0,52 5,5

2,3Rf4 = = 0,43 5,5

2,0

Page 53: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Rf5 = = 0,38 5,55.8 Warna noda dan nilai Rf Ekstrak n-butanol Sampel 1 (Averrhoa

Folium) dengan eluen kloroform (8): methanol (2) (UV 366)

No.Noda

Harga Rf Warna Noda

A B C A B C

1

2

3

4

5

6

Rf =0,69

Rf =0,58

Rf=0,52

Rf=0,43

Rf=0,38

Rf=0,25

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

A = kloroform ; metanol = 8 : 2

Perhitungan Rf

3,7 1,3Rf1 = = 0,69 Rf 6 = = 0,25 5,5 5,5 3,1 Rf2 = = 0,58 5,5

2,8Rf3 = = 0,52 5,5

2,3Rf4 = = 0,43 5,5

2,0Rf5 = = 0,38 5,5

Page 54: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

5.9 Warna noda dan nilai Rf Ekstrak n-Heksan Sampel 2 (Mangifera

cortex) dengan eluen n-heksan : etil 7:3 pada sinar UV 254 nm

No.Noda

Harga Rf Warna Noda

A B C A B C

1

2

3

4

5

6

7

8

Rf =0,87

Rf =0,73

Rf=0,6

Rf=0,51

Rf=0,46

Rf=0,4

Rf=0,29

Rf=0,2

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

C = n heksan : etil = 7 : 3

Perhitungan Rf

4,2 2,2Rf1 = = 0,87 Rf 6 = = 0,4 5,5 5,5 4 1,6Rf2 = = 0,73 Rf7 = = 0,29 5,5 5,5

3,3 1,1Rf3 = = 0,6 Rf8 = = 0,2 5,5 5,5

2,8Rf4 = = 0,51 5,5

2,5Rf5 = = 0,46 5,5

Page 55: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

5.10 Warna noda dan nilai Rf ekstrak n-heksan (Mangifera cortex) dengan

eluen n-heksan : etil 7:3 pada sinar UV 366

No.Noda

Harga Rf Warna Noda

A B C A B C

1

2

3

4

5

6

7

Rf =0,87

Rf =0,73

Rf=0,6

Rf=0,51

Rf=0,46

Rf=0,4

Rf=0,29

Ungu

Biru keunguan

Ungu

Ungu

biru keunguan

Ungu

Ungu

B = N-Heksan (7) : etil (3)

Perhitungan Rf

4,2 2,2Rf1 = = 0,87 Rf 6 = = 0,4 5,5 5,5 4 1,6Rf2 = = 0,73 Rf7 = = 0,29 5,5 5,5

3,3 1,1Rf3 = = 0,6 Rf8 = = 0,2 5,5 5,5

2,8Rf4 = = 0,51 5,5

2,5Rf5 = = 0,46 5,5

Page 56: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

5.11 Warna noda dan nilai Rf Ekstrak n-butanol Sampel II (Mangifera

cortex) dengan Iod 0,1 M

No.Noda

Harga Rf Warna Noda

A B C A B C

1

2

3

Rf =0,54

Rf =0,49

Rf=0,14

KuningKuningkuning

A = Iod 0,1 M

Perhitungan Rf

2,9 Rf1 = = 0,54 5,5 2,6 Rf2 = = 0,49 5,5

0,7 Rf3 = = 0,14 5,5

Page 57: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

PEMBAHASAN

Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang tanaman yang

berkhasiat sebagai obat, dan adapula yang mendefinisikan bahwa

Fitokimia adalah zat aktif dalam tanaman yang memberikan warna, rasa,

bau, dan perlindungan terhadap penyakit pada tanaman. Sedangkan

simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan

yang telah dikeringkan. Pada percobaan ini menggunakan beberapa

metode pengujian, diantaranya adalah :

1. Pengolahan sampel

2. Ekstraksi

3. Partisi ekstrak

4. Identifikasi komponen kimia

Pengambilan dan pengolahan sampel merupakan tahap awal

dalam melakukan praktikum selanjutnya. Untuk mendapatkan sampel

yang kualitasnya optimum maka sampel yang akan diambil dan diolah

harus berdasarkan etno farmakologisnya.

Dalam pengambilan bahan alam diperlukan cara khusus, karena

sampel yang akan diambil memiliki sifat yang berbeda dengan sampel

lainnya, begitu pula dengan waktu pengambilannya dan alat yang

digunakan pada saat pengambilan serta cara pengolahannya setelah

masa pengumpulan telah dilakukan. Untuk waktu pengambilannya yaitu

dari pukul 07.00 – 11.00 atau sebelum matahari condong ke arah barat.

Page 58: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Sedangkan alat atau mesin yang digunakan seperti parang tidak boleh

terbuat dari logam. Karena ditakutkan akan merusak senyawa kimia pada

sampel yang akan diambil. Dan alat yang digunakan untuk pengambilan

daun belimbing wuluh (Averrhoa folium) dan Klika Mangga (Mangifera

cortex) adalah pisau dan parang.

Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah daun belimbing

wuluh (Averhoa folium) dari asal tanaman Averhoa belimbi. Kandungan

kimia yang terdapat dalam belimbing wuluh (Averhoa bilimbi)

adalah :Kalium oksalat; Flavonoid; Pektin; Tanin; Asam galat; Asam

ferulat. Digunakan sebagai Antipiretik; Ekspektoran; kencing manis;

sariawan; tekanan darah tinggi; dan dapat mengatasi panu.

Kemudian sampel yang kedua adalah Klika manga (Mangifera

cortex). Tanaman ini mengandung senyawa kimia diantaranya asam galat;

flavonoid; antosianin; alkaloid; saponin; vitamin C; ribovlavin; dan asam

amino. Berkhasiat sebagai pengelat (astringent), peluruh kencing,

penyegar, penambah nafsu makan, pencahar ringan, peluruh dahak dan

antioksidan.

Tahap selanjutnya adalah ekstraksi, dimana tujuan dari ekstraksi

ini adalah untuk memisahkan komponen atau senyawa kimia yang

terkandung dalam suatu sampel. Pemilihan metode penyarian secara

khusus atau spesifik umumnya erat hubungannya dengan bahan baku

atau bahan aktif yang akan disari. Bahan baku tumbuhan yang dapat

disari bahan aktif mulai dari akar (radix), batang (caulis) klika (corteks),

Page 59: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

daun (folium), biji (semen), bunga (flos), dan buah (fructus). Bahan baku

ini ada yang keras, setengah keras hingga yang lunak. Dengan demikian

pemilihan metode penyarian juga tergantung dari bahan tersebut. Pada

dasarnya penyarian dapat dilakukan dengan cara panas atau dingin. Pada

percobaan ini metode yang digunakan untuk sampel yang bertekstur lunak

yaitu daun belimbing wuluh (Averhoa folium) adalah metode maserasi.

Sedangkan untuk sampel yang bertekstur keras yaitu klika mangga

(Mangifera kortex) adalah metode refluks.

Pada dasarnya ekstrak yang akan dihasilkan dapat berupa,

ekstrak cair, ekstrak kental dan ekstrak kering. Ekstrak cair adalah

ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian bahan alam yang masih

mengandung larutan penyari, ekstrak kental adalah ekstrak yang telah

mengalami proses penguapan, dan sudah tidak mengandung cairan

penyari lagi, tetapi konsistensinya masih dalam cairan pada suhu kamar,

dan ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses

penguapan, dan tidak lagi mengandung cairan penyari dengan konsistensi

padat pada suhu kamar.

Metode ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu metode ekstraksi

panas, misalnya destilasi uap, refluks dan sokhletasi dan metode ekstraksi

dingin misalnya maserasi, perkolasi, infundasi, sokhletasi dan lain-lain.

Pemilihan metode ekstraksi bergantung pada faktor-faktor tertentu dan

dengan keuntungan dan kerugian dari metode tersebut. Dalam praktikum

ekstraksi kali ini metode yang digunakan adalah maserasi dan refluks.

Page 60: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Alasan pemilihan metode ini adalah, untuk maserasi karena

pengerjaannya yang tidak rumit dan hasil ekstraksi yang diperoleh cukup

efektif karena pengerjaannya dilakukan secara berkesinambungan.

Sedangkan pada refluks didalam pengerjaannya tidak memerlukan

keahlian khusus dalam merangkai alat-alatnya. Jika dilihat dari hasil

ekstraksi cukup efektif karena dilakukan secara berkesinambungan,

artinya selama merefluks ditambahkan pelarut sebanyak 3 kali selama 4 –

8 jam. Tetapi dari masing-masing metode ini yang kami gunakan

membutuhkan pelarut yang banyak.

Pada metode maserasi sampel yang digunakan adalah daun

belimbing (Averhoa folium). Dimana sampel tersebut ditimbang terlebih

dulu sebanyak 150 g, kemudian dimasukkan dalam bejana (toples)

selanjutnya dimasukan cairan penyari (etanol) kedalam toples yang telah

terisi sampel daun belimbing (Avheroa folium). Kemudian didiamkan

selama 3x24 jam sesekali diaduk. Kemudian disaring ke wadah yang baru

dengan menggunakan kertas saring. Ekstrak yang disaring inilah yang

disebut dengan ekstrak cair. Kemudian ekstrak cair diuapkan dan

residunya ditambahkan lagi dengan cairan penyari, dilakukan sebanyak 3

kali atau sampai cairan penyari berubah warna dari bening menjadi hijau

kehitaman.

Metode maserasi dikatakan sebagai suatu metode yang tidak

membutuhkan ketelitian dan keterampilan tertentu, cara ini cukup

memuaskan. Hal ini didasarkan bahwa pada proses maserasi bahan baku

Page 61: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

asal cukup terendam sesuai dengan waktu dan suhu penyimpanan serta

sesekali diaduk, hasilnya akan tetap sesuai yang diharapkan.

Berbeda pada teknik lainnya misalnya perkolasi, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan secara khusus, yang apabila tidak dikerjakan

secara tepat hasilnya dapat menyimpang jauh, bahkan sama-sekali tidak

tersari.

Pada metode refluks sampel yang digunakan adalah klika

mangga (Mangifer kortex). Dimana sampel klika mangga (Mangifer kortex)

ditimbang sebanyak 100 g dan dimasukkan kedalam labu alas bulat.

Kemudian cairan penyari (etanol 70%) dimasukkan kedalam labu alas

bulat yang telah terisi sampel sebanyak 500 ml. selanjutnya labu alas

bulat dipasang pada kondensor. Kondensor yang digunakan adalah

kondensor bulat (bola-bola). Digunakan kondensor ini karena uap yang

akan mengalami kondensasi tidak terlalu cepat mengalir ke labu alas bulat

sehingga molekul-molekul cairan penyari mudah terbentuk. Kemudian

dipanaskan dengan menggunakan heater. Setelah cairan penyari

kelihatan pekat lalu disaring ke wadah yang baru kemudian ditambahkan

lagi dengan cairan penyari (etanol 70%) hingga cairan penyari berubah

menjadi bening yang menandakan komponen kimia dalam sampel sudah

tertarik maksimal. Ekstrak yang telah disaring kemudian diuapkan.

Tahap selanjutnya setelah ekstraksi adalah Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat.

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan

Page 62: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

penyari yang digunakan, agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat

dua lapisan.

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini

yaitu penguapan dengan menggunakan rotavapor. Proses yang dilakukan

yaitu ekstrak etanol daun belimbing (Avheroa folium) dimasukkan dalam

labu alas bulat (2/3 bagian dari labu) dan dipasang pada rotor. Kemudian

selang masuk sampel dimasukkan dalam toples yang terisi ekstrak cair

etanol dari daun belimbing (Avheroa folium), kemudian diputar rotor

dengan suhu 5-100 C . Selanjutnya pompa vakum diaktifkan, kemudian

diamati kepekatan dari cairan penyari. Diambil ekstrak kental daun

belimbing (Avheroa folium) dan dipindahkan ke wadah yang baru (cawan

porselin).

Prinsip kerja dari rotavapor yaitu, penguapan dapat terjadi karena

adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alas bulat, dan

cairan penyari dapat menguap 5-10 oC dibawah titik didih pelarutnya

disebabkan oleh adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa

vakum uap larutan penyari akan menguap pada kondensor dan

mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni

yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Proses penguapan

berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada labu

alas bulat tempat sampel

Keuntungan dari penggunaan rotavapor yaitu proses penguapan

dapat berlangsung dengan cepat dan dengan kualitas yang lebi baik,

Page 63: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

dalam artian alat ini bersifat efektif dan efisien. Selain itu alat ini pun

memiliki kelemahan, yakni tidak cocok untuk sampel yang mengandung

saponin karena akan terjadi flooting pada saat rotavapor bekerja

(berputar).

Sedangkan pada sampel klika mangga (Mangifera kortex)

menuangkan ekstrak pada wadah yang lebih mudah mengalami sirkulasi

udara bebas (misalnya piring atau mangkuk), kemudian ditempatkan di

depan kipas angin, dan dibiarkan hingga semua cairan penyari

mengering. Setelah di dapatkan ekstrak kering, maka langsung

dimasukkan ke dalam wadah tertutup baik, (biasanya digunakan vial).

Ekstrak kental yang diperoleh dari penguapan selanjutnya

dilakukan pengujian pada aquades untuk menentukan apakah sampel

yang digunakan termasuk partisi cair-cair atau partisi padat-cair. Pada

percobaan ini sampel yang digunakan yaitu daun belimbing wuluh

(Averhoa folium) dan klika mangga (Mangifera kortex) metode yang

digunakan adalah partisi padat-cair karena tidak larut dalam aquadest.

Sedangkan jika sampelnya larut dalam aquades maka metode yang

digunakan adalah partisi cair-cair.

Prinsip dari proses partisi yaitu digunakannya dua pelarut

yang saling tidak bercampur untuk melarutkan zat-zat yang ada dalam

ekstrak. Ekstrak yang digunakan untuk melakukan partisi cair-cair yaitu

biasanya ekstrak metanol. Pelarut yang digunakan yaitu pelarut yang

bersifat polar dan nonpolar.

Page 64: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Pada pengerjaan awal, ekstrak hasil penguapan dilarutkan

dengan 30 ml n-heksan dalam Erlenmeyer di atas stirrer hingga

homogen, kemudian residunya diambil dan filtratnya ditambahkan

dengan n-heksan, pengerjaannya dilakukan sebanyak 3 kali, kemudian

ekstrak n-heksannya diuapkan dan filtratnya ditambahkan denga. pelarut

n-butanol jenuh air sebanyak 3 kali masing-masing 30 ml. Alasan

digunakan n-butanol jenuh air karena berdasarkan rumus kimianya C4 H10

OH yang dapat mengikat 9 – 10 molekul air (H2O) sehingga membentuk

jembatan hidrogen. Dalam hal ini n-butanol jenuh air mampu untuk

mengikat atau menyerap sisa air yang ada pada hasil partisi sebelumnya.

Pada saat partisi, digunakan n-heksan terlebih dahulu daripada n-

butanol karena didasarkan pada tingkat kepolaran dari kedua pelarut

tersebut dimana n-butanol lebih polar dibandingkan n-heksan. Dimana

pada saat partisi sebaiknya digunakan pelarteut non-polal terlebih dahulu

karena jika pelarut polar yang terlebih dahulu digunakan maka ditakutkan

pelarut dapat menarik senyawa polar dan non-polar yang ada dalam

sampel.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepolaran yaitu

antara lain konstanta dielktrik, panjangnya rantai karbon dimana semakin

panjang rantai karbon, maka senyawa tersbut semakin polar. Selain itu

dikenal istilah gugus FON yang mana hal ini didasarkan pada tingkat

kelektronegatifan dari atom F, O dan N. Dimana pada table system

Page 65: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

periodi menyatakan bahwa semakin ke kanan letak suatu unsur maka

semakin bersifat elekronegativ artinya semakin bersifat polar.

Didalam melakukan partisi ekstrak biasanya terbentuk tiga

lapisan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, pengaruh

adanya zat pengotor dan adanya zat lemak atau minyak yang dihasilkan

oleh eter pada partisi sebelumnya. Hal ini dapat diatasi dengan

penambahan sedikit metanol melalui dinding corong pisah, selain itu juga

dapat diatasi dengan penambahan emulgator seperti tragakan dan

tween.

Ekstrak yang diperoleh berupa n-heksan dan n-butanol jenuh air

dari hasil partisi tadi kemudian pada Kromatografi Lapis Tipis. Pertama,

ekstrak n-heksan dilarutkan dalam pelarut n-heksan dan n-butanol

dilarutkan dalam pelarut n-butanol secukupnya. Kemudian dilakukan

penjenuhan chamber dengan cara dihomogenkan.

Eluen yang digunakan untuk proses elusi adalah eluen yang

bersifat polar dan non-polar yang berperan sebagai fase gerak dan fase

diamnya adalah silica gel.

Eluen polar yang digunakan adalah kloroform : metanol dengan

variasi perbandingan 8 : 2 dan eluen non-polar yang digunakan adalah n-

heksan-etil dengan variasi perbandingan 7 : 3. Eluen dibuat dari beberapa

macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan semua noda yang

ada dalam sampel. Eluen yang digunakan merupakan kombinasi dari dua

atau tiga macam pelarut, hal ini dimaksudkan untuk mencapai semua

Page 66: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat mengangkat noda

dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula. Pada penampakan

noda biasanya terjadi noda berekor, hal ini disebabkan karena masih

adanya kandungan air pada lempeng maka dari itu sebelum penotolan

lempeng KLT dipanaskan shingga uap air yang masih ada sudah tidak

ada lagi dan pada eluen yang masih mengandung air akibat dilakukan

penjenuhan lebih dahulu. Selain itu, konsentrasi eluen yang terlalu pekat

juga dapat menyebabkan terbentuknya noda berekor. Noda terkadang

juga bertumpuk dibawah atau diatas.

Langkah selanjutnya yaitu lempeng dielusi dalam chamber yang

telah dijenuhkan dengan eluen. Chamber diketahui jenuh apabila kertas

saring yang dimasukkan ke dalam chamber telah basah. Dan diusahakan

tempat penotolan tidak terendam oleh eluen. Tujuan penjenuhan

chamber agar pelarut-pelarut yang digunakan saling menyatu sehingga

proses elusi hanya berasal dari eluen saja. Jika chamber tidak dijenuhkan

maka pelarut yang digunakan akan saling tidak bercampur (tidak

homogen) sehingga fase diam (silica gel) hanya menyerap salah satu

pelarut yang menguap dari chamber.

Setelah lempeng dielusi dalam chamber yang berisi eluen, maka

lempeng dikeluarkan dari chamber, kemudian dibiarkan hingga kering

selanjutnya noda yang terbentuk pada lempeng diamati dibawah sinar UV

254 nm dan pada UV 366 nm, sedangkan noda yang tidak tampak

Page 67: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

pada UV digunakan H2 SO4 10% atau Iod 0,1 M sebagai pengganti eluen

sebelumnya hingga lempengnya menunjukkan noda yang sempurna.

Penampakan noda pada lampu UV 254 nm karena adanya daya

interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

Ausokrom yang ada pada noda tersebut. Flourosensi senyawa yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elketron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi. Energi inilah yang menyebabkan perbedaan

flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda. Sedangkan

penampakan noda pada lamu UV 366 nm adalah karena adanya molekul

yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi yang berflourosensi yang

terikat dengan gugus ausokromnya yang dapat dieksitasi ke tingkat energi

yang lebih tinggi dan panjang gelombang dimana absorbs tejadi

tergantung elkton. Elektron dalam ikatan rangkap dua/tiga cukup mudah

tereksitasi ke orbital π lebih tinggi. Dalam molekul terkonjugasi

(mengandung sederetan ikatan rangkap berselang-seling) terjadi

prgeseran batokromik. Energi ini yang menstabilkan persssbedaan

flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda.

Berdasarkan hasil penampakan noda pada 254 nm dan 366 nm

terlihat adanya perbedaan warna noda pada kedua lampu UV tersebut.

Hal ini sesuai dengan literatur yang ada, yang menyatakan bahwa

perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja dari kedua lampu UV

Page 68: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

tersebut. Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan berflouresensi

sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap sedangkan pada UV 366

nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.

Sedangkan noda yang tidak tampak di lampu UV disemprot dengan

H2 SO4 10% dan kemudian dipanaskan diatas pemanas hingga tampak

noda pada lempeng atau menggunakan iod. Fungsi pemanasan lempeng

setelah disemprotkan dengan H2 SO4 10% untuk memperoleh noda yang

sempurna (stabil). Digunakan H2 SO4 10% karena asam sulfat ini bersifat

reduktor sehingga dapat memutuskan ikatan rangkap sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang sehingga dapat

terlihat oleh mata. Konsentrasi asam sulfat yang digunakan adalah 10%

karena jika konsentrasinya telalu pekat dapat merusak lempeng namun

jika konsentrasinya telalu rendah maka kemampuan pemutusan ikatannya

tidak maksimal. Proses pemanasan dimaksudkan untuk membantu proses

pemutusan ikatan rangkap oleh asam sulfat.

Pada percobaan ini, khusunya ekstrak n-butanol klika mangga

dengan eluen kloroform : methanol (8 : 2) tidak menampakan noda pada

lempeng, hal ini disebabkan karena ketidaksesuaian variasi eluen dengan

ekstrak yang digunakan.

Alasan dilakukan uji skrining pada pengujian aktiivitas antimikroba

pada bahan alam ini yaitu untuk mengetahui apakah ekstrak menghambat

pertumbuhan mikroba atau tidak dan diketahui juga mikroba apa saja

yang dihambat pertumbuhannya sehingga dapat diketahui bahwa ekstrak

Page 69: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

itu mengandung senyawa antimikroba yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroba.

Uji Aktifitas Antimiroba Bahan Alam dilakukan untuk mengetahui

antimikroba yang dihasilkan oleh suatu bahan alam dapat mengobati

infeksi atau tidak.

Pada uji skrining, sampel yang digunakan adalah ekstrak metanol

daun mengkudu yang diduga sebagai suatu tanaman yang berkhasiat

sebagai antimikroba. ekstrak klika jambu mete dilarutkan dalam vial

menggunakan pelarut DMSO sebanyak 0,2 ml, karena pelarut ini bersifat

semi polar sehingga senyawa yang bersifat polar dan non polar akan ikut

terekstraksi, selain itu DMSO tidak bersifat toksik. Ditambahkan dengan

medium NA sebanyak 10 ml dan dihomogenkan untuk NA bakteri dan

PDA untuk jamur . Campuran tersebut dimasukkan dalam cawan petri

steril, dan didiamkan hingga memadat. Dimasukkan biakan bakteri

kedalam cawan petri sebanyak satu ose dengan digoreskan kepermukaan

medium sesuai dengan pembagiannya. Diinkubasi selama 1 x 24 jam

pada suhu 37oC untuk bakteri dan 3 x 24 jam pada suhu 25o C untuk

jamur.

Pada uji aktivitas antimikroba dengan metode KLT bioautografi,

mula-mula sampel atau ekstrak diencerkan dengan eluen Kloroform : Etil

asetat (4 : 1) sampai batas elusi. Di usahakan pada chamber atau alat-alat

yang digunakan tidak mengandung air karena akan terjadi hidrolisis antara

air dan eluen. Medium NA seanyak 10 ml dimasukkan kedalam botol vial

Page 70: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

dan ditambahkan biakan bakteri sebanyak 1 ose dan dihomogenkan dan

dipindahkan dalam cawan petri steril, dibiarkan memadat. Lempeng yang

telah di elusi tadi dimasukkan dalam cawan petri dengan ujung di lipat

agar memudahkan pada saat pengambilan lempeng. Kemudian lempeng

dirapatkan atau ditekan-tekan, dibiarkan selama 60 menit, lalu di inkubasi

selama 1 X 24 jam pada suhu 37oC.

Berikut hasil dari percobaan mengenai ekstrak metanol daun

menkudu. Dimana pada metode difusi agar untuk bakteri Streptococcus

epidermis (SE), pada konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1% tidak menunjukkan

zona hambatan. Untuk bakteri (EC) pada konsentrasi 0,1% diameter zona

hambatnya 9,2 mm, konsentrasi 0,5% dan konsentrasi 1% tidak

menunjukkan zona hambat

Dari hasil percobaan yang dilakukan kami memperoleh nilai Rf

adalah ekstrak n-heksan sampel daun belimbing dengan eluen n-heksan :

etil (8 : 2) diamati pada UV 254 dan 366 nm sebanyak 7 noda dengan

masing-masing Rf1 = 0,94, Rf2 = 0,87, Rf3 = 0,76, Rf4 = 0,56, Rf5 = 0,53,

Rf6 = 0,44, Rf7 = 0,31, sedangkan pada eluen kloroform : methanol (8:2)

diamati pada UV 254 dan 366 nm sebanyak 6 noda dengan masing-

masing Rf1 =0,69, Rf2 =0,58, Rf3=0,52, Rf4=0,43, Rf5=0,38, Rf6=0,25.

Dan nilai Rf untuk ekstrak n-butanol sampel klika mangga dengan eluen n-

heksan : etil (7 : 3) diamati pada UV 366 dan 254 sebanyak 7 noda

dengan masing-masing Rf1 =0,87, Rf2=0,73, Rf3=0,6, Rf4=0,51,

Rf5=0,46, Rf6=0,4, Rf7= 29. Khusus pada ekstrak n-butanol pada sampel

Page 71: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

klika mangga dengan eluen iod diperoleh nilai Rf yaitu Rf1 = 0,54, Rf2,

0,49 dan Rf3 = 0,14.

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah :

a. Pada proses pengolahan sampel, kurangnya ketelitian dalam cara

pengubahan bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel.

b. Pada proses ekstraksi, pelarut organik yang dipakai sangat terbatas

sehingga ekstrak yang dihasilkan sangat sedikit.

c. Pada proses partisi ekstrak, adanya zat pengotor sehingga terbentuk

tiga lapisan pada corpis, hal ini disebabkan karena kurangnya

kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan.

d. Pada proses KLT, kurangnya ketelitian dalam proses penotolan

sehingga menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan

varisi perbandingan dari eluen kurang sesuai sehingga noda tidak

tampak pada lempeng, sebelum dan setelah dipaparkan dibawah

sinar UV.

Page 72: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sampel yang digunakan pada percobaan adalah daun belimbing

wuluh (Averhoa folium) dari asal tanaman Averhoa belimbi dan

klika mangga (Mangifera cortex) dari asal tanaman Mangifera

indica L.

2. Nilai Rf yang diperoleh adalah untuk ekstrak n-heksan sampel

daun belimbing dengan eluen n-heksan : etil (8 : 2) diamati pada

UV 254 dan 366 nm sebanyak 7 noda dengan masing-masing Rf1

= 0,94, Rf2 = 0,87, Rf3 = 0,76, Rf4 = 0,56, Rf5 = 0,53, Rf6 = 0,44,

Rf7 = 0,31, sedangkan pada eluen kloroform : methanol (8:2)

diamati pada UV 254 dan 366 nm sebanyak 6 noda dengan

masing-masing Rf1 =0,69, Rf2 =0,58, Rf3=0,52, Rf4=0,43,

Rf5=0,38, Rf6=0,25. Dan nilai Rf untuk ekstrak n-butanol sampel

klika mangga dengan eluen n-heksan : etil (7 : 3) diamati pada UV

366 dan 254 sebanyak 7 noda dengan masing-masing Rf1 =0,87,

Rf2=0,73, Rf3=0,6, Rf4=0,51, Rf5=0,46, Rf6=0,4, Rf7=0,29.

Khusus pada ekstrak n-butanol pada sampel klika mangga dengan

eluen iod diperoleh nilai Rf yaitu Rf1 = 0,54, Rf2, 0,49 dan Rf3 =

0,14.

Page 73: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

3. Uji aktivitas antimikroba terhadap bahan alam untuk sampel daun

mengkudu. Esktrak Metanol daun mengkudu dapat menghambat

bakteri Salmonella thyposa (ST) dengan daerah diameter zona

hambat yang lebih luas.

B. Saran

Agar teman-teman praktikan lebih memperhatikan bagaimana

asisten menjelaskan saat proses praktikum berlangsung agar tidak

kewalahan dalam membuat laporan. Diharapkan kepada teman-

teman untuk kerja bersama-sama dalam membuat laporan. Untuk

laboratorium agar alat dan bahan-bahan seperti pereaksi dilengkapi

lagi agar tidak menghambat jalannya proses praktikum.

Page 74: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Asni. 2010. Buku Kuliah Farmakognosi I. Fakultas Farmasi UMI. Makassar

Anonim, 2009, “Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 1”, UMI, Makassar.

Dalimartha, S. 2003. “ Atlas Tumbuhan Obat Indonesia” Jilid 3. Puspa Swara, Jakarta

Ditjen POM, 1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Ditjen POM, 1986."Sediaan Galenik", Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dharma, A.P, 1985. “Tanaman Obat Indonesia” Balai Pustaka, Jakarta

Fachruddin, Tobo. 2001, "Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I", Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

Ferdi, 2009,Ekstrak Jahe,(Online),(http://deelblogger.blogspot.com/_ 151209)

Gembong, 1991, "Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta)", UGM Press, Yogyakarta.

Harbone, J.B, 1987. “Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi Tumbuhan” Terjemahan Padmawinata, K. Penerbit ITB Bandung

Hembing, 1994, "Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia", Jilid Keempat, Penerbit Kartini, Jakarta.

Heyne K. 1978. “Tumbuhan Berguna Indonesia II”. Badan Litbang Departemen Kehutanan, Jakarta

Sebastian, 2009, Duwet (Eugenia cumini Merr), (online), (Blog at WordPress.com._151209).

http://www.Plantamor.2011, 20 November, pukul 20:00

http://www.tanamanherbal.wordpress.com, 2011. 20 November, pukul 20 :10

Page 75: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

http://www.wikipedia.com. 2011, 20 November, pukul 20:05

http://www.mediaindonesia.com. 2011, 13 Desember, pukul 06:40

http://www.worldagroforestycentre.org.2011, 15 November, pukul 19:30

http://www.warintek.ristek.go.id.2011, 15 november, pukul 19.35

Page 76: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

LAMPIRAN I

SKEMA KERJA

Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Penyiapan Alat dan Bahan

Pemanenan sampel

(Daun Belimbing dan Klika Mangga )

Pencucuian dan Sortasi Basah

Pengubahan bentuk/Perajangan

Pengeringan dan Sortasi Kering

(Diangin-anginkan dan dibawah sinar matahari langsung)

Timbang simplisia 250 gram

Perlakuan ekstraksi

Page 77: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Ekstraksi Sampel

Maserasi

Timbang 150 g Daun Belimbing (Averhoa folium)

Dimasukkan dalam toples

Ditambahkan etanol 70% hingga sampel terendam (2,9 L)

Diaduk, kemudian ditutup toples

Dibiarkan selama 3x24 jam, sesekali diaduk

Disaring

Ditambahkan lagi dengan etanol 70% (1,1 L)

Dibiarkan selama 3x24 jam, sesekali diaduk

Disaring

Hasil saringan (ekstrak cair) ditempatkan Pada wadah

yang baru untuk dilakukan tahap selanjutnya (penguapan)

Page 78: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Refluks

Timbang 100 g sampel klika mangga

(Mangifera cortex)

Dimasukkan dalam labu alas bulat

Ditambahkan pelarut etano 70%l

Hingga sampel terendam ( 500 ml)

Disambungkan labu alas bulat

dengan kondensor

Dipanaskan (4-8 jam)

Hasil refluks disaring

Ditempatkan pada wadah yang baru

Untuk dilakukan tahap selanjutnya (penguapan)

Page 79: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Partisi Ekstrak

I. Ekstraksi Cair - Cair Dengan Pelarut n-heksan

Ekstrak etanol disuspensikan dalam air 15 ml

Dimasukkan dalam corong pisah

Ditambah n-heksan 30 ml

Dikocok

Didiamkan beberapa menit hingga terbentuk lapisan ekstrak dan lapisan

air

Lapisan yang terbentuk di pisahkan dalam wadah terpisah

Lapisan air diekstraksi kembali dengan menambahkan 30 ml n-heksan dalam corong pisah, dilakukan sebanyak 3 kali

Didiamkan hingga terbentuk lapisan

Lapisan yang terbentuk dipisahkan kemudian diuapkan, lapisan air diekstraksi kembali dengan n-butanol jenuh air 30 ml

Ektrak n-butanol yang diperoleh di uapkan

Ektrak kental

Dimasukkan dalam wadah

timbang

Page 80: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

II.  Ekstraksi Padat-Cair Dengan Pelarut n- butanol

Lapisan air dari hasil ekstraksi

Ditambahkan n- butanol jenuh 30 ml

Dikocok

Diamkan beberapa menit hingga terbentuk lapisan

Lapisan yang terbentuk dipisahkan

Lapisan air diektraksi lagi sebanyak 2 kali dengan n- butanol 30 ml

Lapisan n- butanol diuapkan hingga didapat ekstrak kental

Dimasukkan dalam wadah

timbang

Page 81: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Identifikasi Noda/Bercak Dengan Kromatografi Lapis Tipis.

a. Ekstrak n-heksan

Ekstrak n-heksan

Ditotolkan pada bagian bawah lempeng dengan menggunakan pipa kapiler

Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen N-heksan(7) : etil(3) yang telah dijenuhkan

Chamber ditutup dan dibiarkan terelusi sampai 0,5 cm dari atas lempeng

Dikeluarkan lempeng dari chamber, dibiarkan kering

Diamati noda-noda terbentuk dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm

Digambar dan dihitung nilai Rfnya

Page 82: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

b. Ekstrak n-butanol

Ekstrak n-butanol

Ditotolkan pada bagian bawah lempeng dengan menggunakan pipa kapiler

Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen (kloroform(8): methanol (2) yang telah dijenuhkan

Chamber ditutup dan dibiarkan terelusi sampai 0,5 cm dari atas lempeng

Dikeluarkan lempeng dari chamber, dibiarkan kering

Diamati noda-noda terbentuk dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm

Digambar dan dihitung nilai Rfnya

Page 83: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Uji Skrining Aktivitas Antimikroba Terhadap Bahan Alam

Ekstrak 0,1 ml

DMSO 0,2 ml (1)

(2) Medium NA 10 ml

(3)

Di homogenkan

Inkubasi pada suhu

37 oC, 1 x 24 jam

Diamati pertumbuhan mikroba dan diukur zona hambatnya

LAMPIRAN II

13

2

45

6

Page 84: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Gambar Hasil KLT

Ekstrak n-butanol daun belimbing (Averhoa folium) dengan

Eluen :Kloroform : MeOH (8 : 2)

Page 85: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Ekstrak n-Butanol Klika Mangga (Mangifera cortex) dengan Iod 0,1 M

Rf3 = 0,14

Rf2 = 0,49

Rf1 = 0,54

Page 86: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Ekstrak n-heksan klika mangga (Mangifera cortex) dengan

Eluen : n-heksan : etil (7 : 3) dan ekstrak n-heksan daun belimbing

(Averrhoa folium) dengan eluen n-heksan : etil (7:3)

Page 87: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

LAMPIRAN III

Gambar Alat

A. Maserasi

1

3

2 4

Gambar alat maserasi

Keterangan

1. Tutup toples

2. Badan toples

3. Cairan penyari

4. Simplisia yang direndam

Page 88: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

B. Refluks

Keterangan :

1. Statif dan klem

2. Kondensor bola

3. Selang air keluar

4. Selang air masuk

5. Labu alas bulat

6. Mantel pemanas

7. Simplisia yang

diekstraksi

8. Cairan penyari

9. Stecker

Gambar alat Refluks

1

2

3

4

7

6

58

9

Page 89: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

3

C. Soxhlet

Keterangan :

1. Kondensor bola

2. Klonsong

3. Pipa samping

4. Pipa siphon

5. Kertas saring

6. Labu alas bulat

7. Klem

8. Statif

9. Mantel pemanas

Selang air masuk

10.Selang air keluar

11.Stecker

1

2

7

8

6

10

11

4

5

12

9

Page 90: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

D. Perkolasi

Gambar alat perkolasi

Keterangan

I. Perkolator bentuk tabung

II. Perkolator bentuk paruh

III. Perkolator bentuk corong

1. Statif

2. Klem

3. Tabung percolator

4. Cairan penyari

5. Simplisia

6. Kapas penyumbat

7. Kran

8. Selang kapiler

9. Wadah penampung

10.Ekstrak simplisia

I

III

II

5

5

5

5

Page 91: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

E. Destilasi uap air

Gambar alat destilasi uap air

Keterangan :

Bejana A (tempat air suling)

1. Api besar

2. Bejana B (tempat sampel)

3. Api kecil

4. Kondensor lurus

5. Corong pisah penampung

6. Pipa penghubung tempat uap mengalir

7. Selang air keluar

8. Selang air masuk

9. Pipa alonga

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

Page 92: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

10. Sampel

11. Statif

12. Klem

Bejana A (tempat air suling)

13. Api besar

14. Bejana B (tempat sampel)

15. Api kecil

16. Kondensor lurus

17. Corong pisah penampung

18. Pipa penghubung tempat uap mengalir

19. Selang air keluar

20. Selang air masuk

Page 93: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

F. Corong pisah

1

3

2

5 4

Gambar corong pisah

Keterangan :

1. Penutup Corong pisah

2. Badan corong pisah

3. Cairan pada lapisan pertama

4. Cairan pada lapisan kedua

5. Keran untuk mengeluarkan cairan

G. Rotavapor

Page 94: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

Gambar rotafavor

Keterangan :

1. Water bath

2. Pengatur suhu

3. Tombol on off

4. Labu alas bulat ekstrak

5. Rotor

6. Kondensor spiral

7. Selang air masuk

8. Selang air keluar

9. Selang udara keluar

pompa vakum

10.Labu penampung

cairan penyari

11.Sadel penaik dan

penurun labu alas bulat

12.Selang tempat

memasukkan ekstrak

13.Klem labu penampung

1

2

3

4

10

12

8

6

9

7

13

11

5

Page 95: 92975614 Laporan Lengkap Fitokimia Kel III

H. Chamber

Keterangan :

1. Tutup chamber

2. Eluen

3. Dinding chamber

4. Lempeng silica gel G60 F254

Gambar chamber

H. Eksikator

Keterangan :

1. Tutup eksikator

2. Badan eksikator

3. Batu kapur

4. Ekstrak sampe

Gambar eksikator

1

2

4

3

1

2

3

4