pembahasan laporan fitokimia kromatografi kolom

31
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 1/31 ARL Lawang blog laporan fitokimia kromatografi kolom Minggu, 13 Oktober 2013 laporan fitokimia kromatografi kolom LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II Isolasi dan Idendtifikasi Fraksi Aktif dari Ekstrak Daun Bunga Terompet (Mandevillae sanderi) menggunakan Kromatografi Kolom Konvensional,Kromatografi Cair Vakum dan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif OLEH : NAMA : Murdianto Usi RL STAMBUK : 150 2010 170 KELOMPOK : II (DUA) KELAS : L 1 ASISTEN : IRAMAYASARI S.Farm,Apt LABORATORIUM FARMAKOGNOSI - FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2013 BAB I PENDAHULUAN Mimpi tidak hanya membantu Anda berhadapan dengan kegagalan, tetapi mereka juga memotivasi Anda secara konstan. Sepenggal Bahasa ku ARL Lawang Ikuti 4 Semua Orang Bebas Untuk Memilih Tapi Pilihlah Sesuatu Yang Bisa Menguntungkan Semua Orang........ Lihat profil lengkapku Mengenai Saya 2014 (4) 2013 (30) Desember (1) November (2) Oktober (27) materi kuliah flavanoid makalah analisis kimia laporan fermentasi syair laguku makalah spektrofoto metri makalah sel hewan dan tumbuhan makalah elektrolit cairan dalam tubuh makalah penetapan kadar benzalkonium klorida MAKALAH ISOLASI DAN IDENTIFIK ASI SENYAWA STEROID ... laporan Arsip Blog Bagikan 1 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

Upload: wina-laili-m

Post on 24-Nov-2015

1.290 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 1/31

    ARL Lawang blog

    laporan fitokimia kromatografi kolom

    LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II Isolasi dan Idendtifikasi Fraksi Aktif dari Ekstrak Daun Bunga Terompet (Mandevillae sanderi ) meng...

    laporan isolasi dan inokulasi bakteri

    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan kita sehari hari kita tidak pernah terlepas dari berbagaimacam organi...

    laporan pemeriksaan SGPT dan SGOT

    A. MAKSUD PRAKTIKUM Adapun maksud dari praktikum ini adalah menganalisa kadar SGOT ( Serum GlutamicOxaloacetic Transaminase) dan SG...

    laporan trigliserida dan kolesterol

    A. Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini adalah menganalisis nilai normal triglesirida dan kolesteroldalam serum. B...

    laporan pemeriksaan albumin dalam serum

    A. Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini adalah u ntuk mengetahui dan memahami cara pemeriksaanalbumin dalam serum. ...

    laporan pemeriksaan urin

    A. Maksud Percobaan Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk melakukan pemeriksaan warna urin, bau urin, bobotjenis urin, PH...

    laporan uji mic dan koefisien fenol

    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnyadalam skala la...

    laporan protein total dalam serum

    A. Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini adalah Untuk mengetahui dan memahami carapemeriksaan protein tot...

    laporan pemeriksaan SGPT dan SGOT dalam darah

    A. Maksud Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur kadar AST dan ALT dalam serum darah .B. Tujuan pr...

    laporan nitrobenzen

    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu senyawa yang paling sering digunakan dalam bidang farmasi adalahnitro benzen, seh...

    Minggu, 13 Oktober 2013

    laporan fitokimia kromatografikolom

    LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II

    Isolasi dan Idendtifikasi Fraksi Aktif dari Ekstrak Daun Bunga

    Terompet (Mandevillae sanderi) menggunakan Kromatografi Kolom

    Konvensional,Kromatografi Cair Vakum dan

    Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

    OLEH :

    NAMA : Murdianto Usi RL

    STAMBUK : 150 2010 170

    KELOMPOK : II (DUA)

    KELAS : L 1

    ASISTEN : IRAMAYASARI S.Farm,Apt

    LABORATORIUM FARMAKOGNOSI - FITOKIMIA

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

    MAKASSAR

    2013

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Mimpi tidak hanya membantu Anda

    berhadapan dengan kegagalan, tetapi mereka

    juga memotivasi Anda secara konstan.

    Sepenggal Bahasa ku

    ARL Lawang Ikuti 4

    Semua Orang Bebas

    Untuk Memilih Tapi

    Pilihlah Sesuatu

    Yang Bisa

    Menguntungkan

    Semua Orang........

    Lihat profil

    lengkapku

    Mengenai Saya

    2014 (4)

    2013 (30)

    Desember (1)

    November (2)

    Oktober (27)

    materi kuliahflavanoid

    makalahanalisis kimia

    laporanfermentasi

    syair laguku

    makalahspektrofotometri

    makalah selhewan dantumbuhan

    makalahelektrolitcairan dalamtubuh

    makalahpenetapankadarbenzalkoniumklorida

    MAKALAHISOLASIDANIDENTIFIKASISENYAWASTEROID ...

    laporan

    Arsip Blog

    Bagikan 1 Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 2/31

    I.1 Latar Belakang

    Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett

    (1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari

    bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna).

    Kromatografi berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah

    cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi

    dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam

    (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat

    padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair

    atau gas. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan

    preparatif pada campuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi.

    Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung

    pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.Kromatografi

    digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi

    komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida yang terdapat

    pada tahu, tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat.

    Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan

    campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui

    kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan

    analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap

    maupun cuplikannya.

    KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang

    sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar

    dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna

    untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang

    diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara

    kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.

    Beberapa kelabihan senyawa isoflavon yang potensial bagi

    kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan,

    antitumor / antikanker, antikolestrol, antivirus, antialergi, dan dapat

    mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan

    metode kromatografi.

    I.2 Maksud dan Tujuan

    I.2.1 Maksud

    Adapun maksud dari praktikum ini adalah

    1. Untuk mengetahui dan memahami cara pemisahan senyawa

    pada ekstrak daun bunga terompet (Mandivella sanderi)

    menggunakan kromatografi kolom konvensional.

    2. Untuk mengetahui dan memahami cara memisahkan sampel

    laporanfitokimiakromatografikolom

    laporaninstrumen

    laporan uji micdan koefisienfenol

    laporan ujisterilisasiruangan

    materi kuliahantidiabetikoral

    materi kuliahantidiabetikoral

    laporannitrobenzen

    makalah sel danjaringan

    laporan ujiaktivitaspengawet

    laporan kapangdan khamir

    laporan isolasidan inokulasibakteri

    laporanaktivitasantimikroba

    laporanpemeriksaanurin

    laporanpemeriksaanSGPT danSGOT

    laporantrigliseridadankolesterol

    laporanpemeriksaanSGPT danSGOT dalamdarah

    laporan proteintotal dalamserum

    laporanpemeriksaanalbumindalam serum

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 3/31

    ekstrak daun bunga terompet (Mandivella sanderi) dengan

    menggunakan kromatografi kolom cair vakum.

    3. Untuk mengetahui dan memahami metode penentuan

    komponen kimia secara kromatografi lapis tipis preparatif

    yang terdapat dalam fraksi kasar n-heksan daun bunga

    terompet (Mandivella sanderi)

    1.2.2 Tujuan

    Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah

    1. Untuk menentukan nilai Rf masing-masing noda

    kromatogram dari sampel ekstrak daun bunga terompet

    (Mandivella sanderi) dengan menggunakan meode

    kromatografi kolom konvensional

    2. Untuk menentukan nilai Rf masing-masing noda

    kromatogram dari sampel ekstrak daun bunga terompet

    (Mandivella sanderi) dengan menggunakan meode

    kromatografi kolom cair vakum

    3. untuk memisahkan campuran senyawa dalam fraksi kasar n-

    heksan daun bunga terompet (Mandivella sanderi) dengan

    metode kromatografi lapis tipis praparatif dan untuk

    mengetahui nilai Rf.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Klasifikasi Ilmiah (http://www.plantamor.com/index.php?plant=1940)

    Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

    Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

    Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

    Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 4/31

    Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)

    Sub Kelas : Asteridae

    Ordo : Gentianales

    Famili : Apocynaceae

    Genus : Mandevilla

    Spesies : Mandevilla sanderi

    Ciri - ciri Umum Bunga Terompet

    Bunga terompet merupakan tumbuhan berkeping dua/ dikotil.

    Berikut ini ciri-ciri dari bunga terompet, yaitu

    (http://deztriya.blogspot.com/2012/04/tumbuhan-biji-terbuka-dan

    tertutup.html) :

    Ciri Umum Penjelasan

    Biji Biji mempunyai lembaga dengan 2 lembaga

    Lembaga/

    kecambah

    Akar lembaga tumbuh terus menjadi akar tungggang yang

    bercabang-cabang dan akhirnya membentuk sistem akar

    tunggang

    Ujung akar lembaga dan ujung pucuk lembaga tidak

    mempunyai pelindung khusus

    Batang Batang dari pangkal ke ujung seperti kerucut panjang,

    bercabang-cabang, buku-buku dan ruas tidak jelas

    Daun Daun tunggal atau majemuk, seringkali disertai daun

    penumpu, jarang mempunyai upih

    Daun duduknya tersebar atau berkarang

    Tulang daun menjari atau menyirip

    Bunga Bagian-bagian bunga berjumlah 2, 4 atau 5

    Anatomi Baik akar maupun batang mempunyai kambium, sehingga

    dapat tumbuh membesar (pertumbuhan sekunder)

    Letak berkas pembuluh melingkar

    Mandevilla Sandersi tanaman rambat berbunga dengan banyak

    pilihan warna.Tanaman rambat memang banyak digunakan untuk

    menciptakan suasana rumah yang asri. Disitu memang tanaman rambat

    akan lebih mendukung konsep tersebut karena mampu tumbuh rimbun dan

    mempunyai bunga yang berwarna cerah. Kesan yang muncul selain teduh

    juga mampu memberikan kombinsai warna yang menawan. Mandevilla

    sendiri disebut juga sebagai bunga terompet karena bunga yang muncul

    mirip seperti terompet. Tanaman ini diyakini berasal dari wilayah Florida,

    Amerika Serikat dengan kombinasi warna yang beragam mulai dari merah,

    putih, dan pink. Bentuk kelopak juga cukup beragam salah satunya mampu

    tumbuh menumpuk seperti halnya adenium dokson atau bunga mawar.

    Tanaman yang cukup melegenda di dunia landscape dan eksterior ini

    mempunyai karakter membutuhkan sinar matahari penuh untuk tumbuh.

    Kondisi ini tentu sangat cocok dengan fungsi tanaman sebagai naungan.

    Apalagi bila lokasi rumah berada di daerah perkotaan yang punya suhu

    udara sangat panas.

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 5/31

    Menurut Badrun Sutiyuko dari Aghissa Florist Banjarmasin yang

    menjual mandevilla, tanaman ini meski berasal dari wilayah yang dingin

    namun bisa tumbuh baik dengan lingkungan yang panas. Bahkan semakin

    banyak terkena sinar matahari warna yang muncul akan makin cerah.

    Secara fisiologis tanaman ini hampir tidak berbeda dengan tanaman

    merambat lainnya yaitu punya batang yang menjulur dan akar yang

    menempel pada tempat naungan. Kelebihan yang paling menonjol pada

    tanaman ini adalah bentuk bunga yang cukup besar. Meski disebut juga

    sebagai bunga terompet namun bentuk kelopak bunga juga hampir mirip

    dengan kembang sepatu (hibiscus rosa-sinensis L.)

    Tanaman yang di luar negeri juga disebut sebagai brazilian jasmine

    ini punya bentuk yang cukup menarik dimana untuk kelopak bunga akan

    memutar dan menutup satu dengan lainnya. Bunga akan muncul diujung

    tangkai sehingga semakin rimbun tanaman maka bunga akan muncul

    makin banyak dan serempak (bunga kompak).

    Pada bagian daun mandevilla punya karakter yang meruncing

    dengan serat daun yang menonjol. Disini daun yang tumbuh tidak terlalu

    mendominasi dibandingkan mekarnya bunga. Tidak seperti tanaman

    rambat lainnya yang lebih mendominasi adalah daun sementara bunga

    hanya muncul di beberapa bagian saja.

    Tanaman yang masuk dalam keluarga apocynaceae ini memang

    membutuhkan sinar matahari secara penuh untuk tumbuh. Sehingga saat

    menanam mandevilla diusahakan menghadap ke arah timur atau barat

    untuk mendapatkan sinar matahari yang bagus. Keunikan lain tanaman ini

    adalah mampu berbunga terus tanpa henti dalam satu tahunnya.

    Untuk kelangsungan hidup tanaman ini juga mampu tumbuh dengan

    baik meski sudah berusia antara 3-4 tahun. Jelas kelebihan ini jauh dari

    jenis tanaman lainnya yang mati setelah berbunga. Bahkan selain

    merambat mendevilla juga bisa tumbuh secara menjuntai karena

    mempunyai batang yang lemas.

    Manfaat bunga terompat, biasanya digunakan akar,daun

    dan bunga terompet untuk obat-obatan.Bunga terompet memiliki

    getah berwarna putih, getah bunga terompet memilki manfaat untuk

    pencegah kuman/bakteri dan juga obat penyakit kanker.

    Bunga terompet mengandung Hyoscyamine, atropine,

    scopolamine, sebagai zat anticholinergics (zat penghilang

    kesadaran).Selain memilki warna kuning juga ada bunga terompet

    berwarna putih, merah muda, ungu, orange melalui stek ataupun

    penyilangan.

    Ciri-ciri Bunga Terompet, Bunga terompet memiliki bentuk

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 6/31

    bunga yang dapat mencapai ukuran diameter 5-7,5 cm, Bunga

    terompet mampu tumbuh sampai lebih dari 2 meter, Bunga

    terompet memilki tangkai bungaberwarna hijau muda dan mempunyai

    daun agak kasar, Bunga terompet mekar setiap tahun.

    Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett

    (1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa

    Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti

    penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran

    yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran

    tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak

    (mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa

    bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005).

    Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu

    kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip

    mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut

    kromatogram (Khopkar, 2008)

    1. Kromatografi Kolom Konvensional

    Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di

    dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu

    senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya

    dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari

    kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik

    sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna

    (Kasiman, 2006).

    Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan

    diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom, penjerap yang berada

    dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut

    (fase gerak0, dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang

    disebabkan oleh gaya berat atau di dorong dengan tekanan. Pita

    senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda,

    memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom

    (Sudjadi, 1986).

    Kromatografi kolom dikemas kering dalam keadaan vakum

    agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan,

    pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap

    lalu divakumkan lagi dan siap di pakai. Cuplikan dilarutkan dalam

    pelarut yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian atas kolom atau

    pada lapisan prapenjerap dan dihisap perlahan-lahan kedalam kemasan

    dengan memvakumkannya. Kolom dielusi dengan campuran pelarut

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 7/31

    yang cocok, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulam

    fraksi (Sudjadi, 1986).

    Kolom keromatografi atau tabung untuk pengaliran karena

    gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya

    terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan kran. Ukuran keseluruhan

    kolom beragam, tetapi biasanya panjangnya sekurang-kurangnya 10

    kali garis tengah dalamnya dan mungkin juga sampai 100 kalinya.

    Nisbah panjang terhadap lebar sebagian besar ditentukan oleh mudah

    sukarnya pemisahan, nisbah lebih besar untuk pemisahan yang lebih

    sukar. Ukuran kolom dan banyaknya penjerap ditentukan oleh bobot

    campuran linarut yang akan dipisahkan. Sifat, derajat, atau tingkat

    keaktifan penjerap, dan ukuran partikelnya betul-betul penting dalam

    pengembangan sistem kromatografi. Ukuran penjerap biasanya lebih

    besar daripada untuk KLT. Kemasan kolom biasanya 63-250 mikro

    meter untuk kolom yang dijalankan oleh gaya gravitasi (Raymond,

    2006).

    Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik

    yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk

    memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan

    adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah

    silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada

    dua macam (Hargono, 1986):

    1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah

    diberi kapaskemudian ditambahkan cairan pengelusi.

    2. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan

    cairan pengelusi yangakan digunakan kemudian dimasukkan ke

    dalam kolom melalui dinding kolom secarakontinyu sedikit demi

    sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen

    dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen

    dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup

    dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen

    sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet

    dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi

    sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya,

    serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung

    sebagai fraksi-fraksi.

    Kolom dapat dibuat dari berbagai jenis material, seperti

    stainless steel, aluminium, tembaga, gelas dan paduan silika. Sebagian

    besar sistem kolom modern terbuat dari gelas atau paduan silika. Kolom

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 8/31

    konvensional dibuat dari material pendukung yang dilapisi fase diam

    dari berbagai pembebanan yang dikemas di dalam kolom. Kolom kapiler

    terdiri dari tabung kapiler panjang yang didalamnya dilapisi dengan

    fase diam (fase diam dapat juga direkatkan langsung pada permukaan

    silika). Sebagian besar kolom kapiler terbuat dari paduan silika yang

    dilapisi polimer di bagian luarnya. Paduan silika sangat mudah pecah

    sedangkan lapisan polimer tersebut bertindak sebagai pelindungnya

    (Seno, 1997).

    Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya

    perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang

    akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat

    puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa

    yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat

    dari senyawa non polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat

    yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa

    pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan tanpa tekanan

    udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus

    sehingga terjadi pemisahan dalam kolom (Seno, 1997).

    2. Kromatografi Cair Vakum

    Kromatografi Suction Column and Vacuum liquid

    chromatography (VLC) atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah

    bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi

    kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakuma adalah

    alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah.

    Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak

    non-polar atau ekstrak semipolar (Raymond, 2006).

    Suction coloumn merupakan alat kromatografi yang merupakan

    modifikasi kromatografi kolom serapan. Prinsip pemisahannya sama

    dengan kromatografi kolom serapan. Bedanya terletak pada adanya

    isapan pompa vakum di bagian bawah kolom ini. Alat ini dirancang

    mengingat pada kromatografi kolom serapan yang pengerjaannya

    memakan waktu yang cukup lama. Prinsip pemisahan komponen kimia

    berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat dengan isapan pompa

    vakum. Seperti halnya kromatografi kolom serapan, senyawa yang akan

    dipisahkan dilarutkan dengan pelarut yang cocok kemudian dimasukkan

    dalam kolom isap, selanjutnya ditambahkan eluen, eluen yang mengalir

    turun yang disebabkan oleh isapan pompa vakum. Hasil pemisahan

    ditampung dalam setiap fraksi. Volume penampungan 25 ml/fraksi dan

    untuk berat sampel q 10 - 30 gram volume penampungan 50 ml/fraksi.

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 9/31

    Adsorben yang digunakan sedikit lebih berbeda yaitu 35 gram silica gel

    7733 dan 10 gram silika gel 7731 (Gritter, 1991).

    Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa

    aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan

    oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal

    ini kita harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap

    tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu

    dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang selama proses fraksinasi

    akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja

    diperoleh senyawa berupa kristal tetapi keaktifan seperti yang

    ditunjukkan oleh ekstrak asal(Harborne, 1987).

    Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang

    digunakan dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom

    terbagi menjadi dua macam, yaitu(Sarker, 2006):

    a) Cara Basah

    Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan

    melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan.

    Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat

    merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase

    diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.

    b) Cara kering

    Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan

    cara memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom

    kromatografi. Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan

    pelarut yang akan digunakan.

    Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan

    sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak

    dalam KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang

    telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali

    dengan fasa diam yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan

    dengan mencampurkan sampel dengan sebagian kecil fase diam yang

    akan digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut

    diletakkan dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam dan

    ditutup kembali dengan fase diam yang sama (Sarker, 2006).

    Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang

    utama dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu (Kasiman,

    2006):

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 10/31

    1. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding

    dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor

    kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100l/menit).

    2. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor

    lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa.

    3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih

    pekat karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah

    sampel terbatas misal sampel klinis.

    3. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

    Kromatografi dalam bidang kimia merupakan sebuah tehnik

    analisis yang digunakan untuk memisahkan sebuah campuran ataupun

    persenyawaan kimia. Tehnik ini ditemukan pada tahum 1906 oleh

    Mikhail Tswett seorang ahli botani dari Italia yang lahir di Rusia. Tehnik

    pemisahan ini dilakukan terhadap pigmen tumbuhan (klorofil), dengan

    cara menuangkan ekstrak petroleum eter dari daun tumbuhan diatas

    sebuah kolom kaca yang berisi serbuk kalsium karbonat dalam arah

    yang tegak lurus (Najib, 2013).

    Dalam perkembangan selanjutnya metode ini tidak hanya

    digunakan untuk mengidentifikasi noda, akan tetapi juga untuk

    mengisolasi ekstrak. Metode ini kemudian dikenal sebagai KLT

    preparatif. Metode ini paling sederhana dan murah untuk mengisolasi

    komponen kimia dari suatu bahan alam, dengan menggunakan lempeng

    yang besar terbuat dari kaca dengan ukuran 20 x 20 cm (Najib, 2013).

    Metode kerjanya meliputi penotolen ekstrak bahan alam dalam

    bentuk pita pada lempeng. Hal ini memungkinkang sampel dalam

    jumlah besar dapat muat pada lempeng KLT, lempeng dikembangkan

    dalam pelarut yang telah diketahui mampu memisahkan komponen,

    yang paling penting adalah harus digunakan metode deteksi yang tidak

    merusak sampel (Najib, 2013).

    Pada KLT preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan

    berupa garis pada salah satu sisi plat lapisan besar dan dikembangkan

    secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan

    terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan dengan cara yang

    tidak merusak jika senyawa itu tahan warna, dan penjerap yang

    mengandung pita dikerok dari plat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari

    penjerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk memisahkan

    campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk telaah

    pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 11/31

    alam yang lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit, dan untuk

    memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi KLT kuantitatif

    (Gritter, 1991).

    Keuntungan KLTP adalah salah satu metode pemisahan yang

    memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling

    dasar. Kerugian KLTP adalah pengambilan senyawa dari plat yang

    dilanjutkan dengan pengekstraksian penjerap memerlukan waktu lama

    dan jika senyawa beracun harus dikerok dari plat akan menimbulkan

    banyak masalah serius. Serta adanya zat pencemar dan sisa dari plat

    sendiri setelah pengsekstraksian pita yang mengandung senyawa yang

    dipisahkan dengan pelarut (Hostettmann, 1995).

    Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa,

    dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparative. Hampir

    setiap campuran kimia, mulai dari bobot molekul rendah sampai tinggi,

    dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan beberapa

    metode kromatografi. Jenis pemisahan, apakah analitik atau preparatif,

    tidak ditentukan oleh ukuran cuplikan, melainkan lebih oleh keperluan

    khusus. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan

    untuk semua cuplikan, dan kromatografi hanya dilakukan jika

    diperlukan fraksi murni dari campuran (Gritter, 1991).

    Kadang-kadang kita berhasil memisahkan campuran tertentu

    dengan beberapa kali pengembangan memakai sistem pelarut yang

    sama yang nisbi nonpolar, padahal campuran itu tidak dapat dipisahkan

    dengan sekali pengembangan yang memakai sistem pelarut yang lebih

    polar. Jumlah cuplikan lebih banyak dapat dipisahkan dengan cara

    pengembangan berganda sehingga hal ini sangat penting pada KLT

    preparatif (Gritter, 1991).

    Kromatografi pada lapisan berbentuk khusus. Kadang-kadang

    lapisan KLT perlu diraut menjadi berbagai bentuk. Pada lapisan

    belandas kaca, bentuk itu dapat dibuat dengan spatula atau alat yang

    diruncing. Lapisan berlandas plastik dapat dipotong-potong memakai

    gunting (Gritter, 1991).

    Ketika pelarut muncul dari bagian lapisan yang sempit (tempat

    menotolkan cuplikan), pelarut dipaksa bergerak menyamping dan

    sekaligus menegak. Ini berarti cuplikan akan berbentuk pita, bukan

    bercak bundar. Pita ini lebih tajam dan lebih mudah dilihat, dan kita

    dapat menunjukkan komponen yang lebih banyak (Gritter, 1991).

    Kristalisasi

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 12/31

    Kristalisasi digunakan untuk mendapatkan bahan dalam

    bentuk Kristal murni.Oleh karena itu pembentukan Kristal

    menyebabkan zat terlarut memisah dari lelehan atau larutan dimana

    yang tidak murni tetap tertinggal dalam larutan,maka kristalisasi

    juga merupakan proses pemisahan (Harborne,1987).

    Bila terdapat senyawa tunggal, beberapa senyawa dapat

    mengkristal. Kristal dapat dimurnikan dengan pengkristalan kembali

    (rekristalisasi). Teknik ini dilakukan pada produk yang kotor, mula-

    mula dilarutkan dalam sejumlah pelarut ppanas (umumnya

    digunakan solven dimana produk tersebut kurang larut dibandingkan

    kotorannya). Jika larutan panas tersebut dibiarkan mendingin produk

    yang murni memisah dari campuran, sehingga tersisa kotoran dalam

    larutannya. Kristal-kristal yang terbentuk dari produkm disaring dan

    dikeringkan (Najib, 2013).

    Jika sebuah fraksi dipekatkan dan didinginkan serta

    pelarutnya dibiarkan menguap lambat,Kristal dapat membentuk

    senyawa yang murni Kristalisasi dapat dilakukan dengan sedikit

    penggosokan pada bagian dalam dinding kaca selanjutnya

    membiarkannya di tempat dingin,bahkan dalam lemari

    pendingin.Beberapa deposit mungkin merupakan kristalin dan harus

    di cek dengan bantuan lensa tangan untuk meyakinkan bahwa

    deposit tersebut bukan bahan yang amorf yang berasal dari larutan

    saat pendinginan terjadi (Harborne,1987).

    Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa

    aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang

    ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem

    biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan

    pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif

    tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang

    selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan

    akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal tetapi

    keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal (Harborne,

    1987).

    Uji Kemurnian

    a. KLT 2 Dimensi

    Merupakan salah satu metode untuk mengetahui

    kemurnian suatu senyawa dari hasil isolat, yang di mana

    bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 13/31

    komponen solute mempunyai karakterisktik kimia yang hampir

    sama. Karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam

    asam-asam amino, selain itu 2 sistem fase gerak yang sangat

    berbeda dapat digunakan secara berurutan, sehingga

    memungkinkan untuk melakukan pemisahan analilt yang

    mempunyai tingkat polaritas yang berbeda (Sastrohamidjojo,

    1985).

    KLT dua arah adalah cara yang memungkinkan

    pemakaian lapisan fase diam yang lebih luas untuk memisahkan

    campuran yang mengandung banyak komponen. Selain itu, dua

    sistem pelarut yang sangat berbeda dapat digunakan secara

    berurutan pada campuran tertentu, jadi memungkinkan

    pemisahan campuran yang mengandung komponen yang

    kepolarannya sangat berbeda. Ekstrak ditotolkan dan dielusi

    seperti pada KLT normal kemudian diputar 900 untuk

    pengembangan kedua (Gibbons, 2006).

    Penyerap umum yang digunakan adalah silica gel,

    aluminium oksida, keiselgur, selullosa dan turunannya. Poliamida

    dll. Silica gel adalh penyerap umum yang banyak digunakan

    karena mempunyai daya pemisahan yang baik, hal ini telah

    diseleksi oleh Stahl untuk pertama kali 1958 (Stahl, 1985).

    Salah satu aplikasi untuk mengetahui kemurnian senyawa

    hasil isolat dengan metode ini yaitu dengan mengelusi noda pada

    2 arah yang berbeda dan menggunakan eluen yang berbeda,

    isolate dikatakan murni apabila noda yang dinampakkan adalah

    tunggal (Stahl, 1985).

    b. Multi Eluen

    Multi eluen merupakan penggunaan eluen atau fase gerak

    yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan

    berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda (Sastrohamidjojo,

    1985).

    Prinsipnya, like dissolve like yang dapat digunakan

    untuk pemilihan pelarut dalam menentukan jenis senyawa kimia

    yang mungkin terekstraksi dari organisme. Dimana pelarut non

    polar akan mengestraksi senyawa-senyawa non polar akan

    terekstraksi oleh pelarut polar, serta dapat juga digunakan untuk

    menganalisis kemurnian suatu isolat/senyawa kimia yang

    diperoleh dari hasil isolasi dari bahan alam (Sastrohamidjojo,

    1985).

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 14/31

    KLT Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak

    yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan

    berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda. Dalam multi eluen,

    setelah pengembang tunggal menaik,kromatogram diangkat dari

    chamber dan dikeringkan, biasanya selama 5-10 menit.

    Kromatogram tersebut kemudian dielusi lagi dalam eluen segar

    dari pelarut yang sama dalam arah yang sama untuk jarak yang

    sama.Proses ini, yang dapat diulang berkali-kali, meningkatkan

    resolusi komponen dengan nilai RF bawah 0,5. Beberapa

    pengembang dilakukan dengan pelarut yang berbeda dalam arah

    yang sama, masing-masing yang menjalankan jarak yang sama

    atau berbeda, disebut elusi bertahap.Sebuah fase kurang polar

    dapat digunakan pertama, diikuti oleh fase yang lebih polar, atau

    sebaliknya. Pemindahan material nonpolar kebagian atas

    lapisan,meninggalkan zat terlarut polar terganggu darimana dia

    berasal. Setelahkering, zat terlarut polar dipisahkan

    olehpengembang dengan eluen(Cazes, 2004).

    Multieluen adalah untuk mendapatkan resolusi yang baik

    dari hasil KLT.Memfokuskan zona pemisahan multi eluen, cocok

    digunakan untuk sampel yang memiliki noda dengannilai Rf di

    bawah 0.5. Sampel disentrifuge terlebih dahulu dengan

    menggunakan methanol p.a, sebabuntuk menjamin kemurnian

    senyawa. Sebab, methanol p.a merupakanpelarut yang khusus

    digunakan untuk analisis dan bebas dari pengotor.Berbeda dengan

    methanol teknis yang bisa saja mengandung pengotor seperti

    plasticizer dari wadah yang digunakan untuk menampung pelarut.

    agar seluruh area lempeng dapat digunakan sehingga senyawa

    yang masih menumpuk dalam satu noda, dapat ter-elusi kembali

    melalui sisi lempeng yang lain(Mary, 1996).

    BAB III

    PROSEDUR KERJA

    III.1 Alat dan Bahan

    III.1.1 Alat yang dipakai

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 15/31

    Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk,

    chamber, gunting, gelas ukur, kolom kaca, lampu UV 254 nm

    dan 366 nm, lempeng KLT, mistar, pensil 2B, pinset, pipa

    kapiler, sendok tanduk besi, statif, timbangan analitik, dan vial.

    III.1.2 Bahan yang digunakan

    Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil,

    DPPH, ekstrak n-heksan daun bunga terompet (Mandivella

    sanderi), eluen, n-heksan : EtoAC dengan perbandingan 7:3 ,

    6:4 , 5:5 , 4:6 , 3:7 , 2:8 , 1:9 dan 0:10 , label, silica gel, tissue

    III.2 Cara Kerja

    Cara kerja kromatografi kolom konvensional :

    1) Pengemasan Alat isolasi

    Kolom dipasang tegak lurus pada statif,kemudian dibebas lemakkan

    menggunakan metanol. Bagian bawah kolom dilapisi kapas kemudian silika

    gel dimasukkan sampai terisi dari kolom.lalu diketuk ketuk sampai

    tidak terbentuk gelembung gas.

    2) Pemisahan/isolasi :

    Silika gel ditimbang berdasarkan perbandingan 1 gram ekstrak : 100

    gram silika gel (tergantung ketersediaan ektrak dan kapasitas kolom) .

    Dalam praktikum ini digunakan metode basah dimana silika gel

    disuspensikan menggunakan eluen n-hexan : EtoAC dengan perbandingan

    10 : 0. Kemudian suspensi dari silika gel dimasukkan ke dalam kolom lalu

    dimampatkan.

    Ekstraksi ditimbang berdasarkan perbandingan 1 g ektrak : 100 g

    silika gel dan dikemas menggunakan metode basah yaitu sampel

    disuspensikan dengan eluen dengan perbandingan 9 : 1 selapis diatas

    permukaan kertas saring, selanjutnya dielusi sampai menghasilkan fraksi

    fraksi dan ditampung ke dalam vial. Eluen yang sebelumnya yang telah

    habis diganti dengan eluen 8 : 2 , kemudian secara berturut turut

    dilanjutkan dengan eluen perbandingan 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, dan

    0:10. Hasil kromatografi kolom berupa fraksi. Fraksi fraksi digabung

    dan dianggap satu fraksi berdasarkan warna atau profil KLT.

    3) Pengujian fraksi aktif antioksidan dengan metode KLT (Gibbons, 2006)

    Senyawa antioksidan adalah komponen penting dalam makanan dan

    berkontribusi dalam kesehatan manusia. Sifat antioksidan dari suatu

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 16/31

    senyawa bahan alam dapat diketahui dengan menggunakan metode uji

    KLT (TLC Assay). Senyawa yang mempunyai kemampuan antioksidan

    akan mampuh menstabilkan radikal 2,2-diphenyl-picrylhydrazyl (DPPH).

    Indikasi ini terdeteksi beberapa menit setelah penyemprotan DPPH

    menyebabkan terbentuknya warna kuning dengan latarbelakang ungu.

    b. Kromatograsi Cair Vakum

    c. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

    Fraksi aktif (dari KKK dan KCV) dilarutkan dengan n-heksan.

    Dibuat perbandingan eluen (9:1 atau 8:2). Didisiapkan lempeng KLTP,

    lempeng yang digunakan biasanya berukuran 20 x 20 cm. Setelah itu

    fraksi ditotolkan pada lempeng berbentuk pita pada garis penotolan

    yang telah dibuat sebelumnya. Setelah raksi ditotolkan pada lempeng,

    kemudian dikembangkan dengan eluen yang sesuai dan dapat

    memisahkan komonen kimia

    Setelah pengembangan/elusi, pita-pita tersebut dideteksi dan

    diberi tanda kemudian dikeruk yang selanjutnya disebut sebagai isolat.

    Kemudian isolate tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge lalu

    disentrifuge. Selanjutnya dilakukan pengujian antioksidan pada lempeng

    KLT dengan metode DPPH.

    1. Pengerjaan Kromatografi

    1.Penyiapan lempeng silika gel

    Dibuat lempeng dari silika gel dengan ukuran 7 cm x 1 cm

    menggunakan mistar dan lempeng silika gel dipotong dengan cutter yang

    sebelumnya telah diukur dan dilakukan penjenuhan chamber kemudian

    disiapkan chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya , chamber diisi

    eluen n-heksan : etil dengan perbandingan 8 : 2 dengan kepolaran yang

    berbeda kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya

    lebih dari tinggi chamber dan kemudian ditutup dan dibiarkan hingga eluen

    naik pada kertas saring hingga melewati penutup kaca (chamber telah

    jenuh)

    2. Penotolan sampel pada lempeng

    Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan fraksi-fraksi

    hasil kromatografi kolom cair vakum dularutkan dengan n-heksan

    kemudian masing-masing fraksi diambil dengan menggunakan pipa

    kapiler, kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan

    dan lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk

    menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber yang

    telah dijenuhkan seelah itu Dilakukan pengelusian terhadap

    lempeng yang telah ditotol dengan fraksi-fraksi n-heksan

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 17/31

    menggunakan eluen n-heksan:etil (8:2) dan bila eluen telah

    mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut

    dapat dikeluarkan menggunakan pinset dan diamati secara

    langsung dan dengan menggunakan penampak bercak UV 254, UV

    366, dan menyemprot lempeng dengan menggunakan DPPH.

    BAB IV

    Hasil Pengamatan

    IV. 1 Gambar Hasil Pengamatan

    A. Kromatografi Kolom Konvensional

    a. Fraksi 1

    b. Fraksi 2 c. Fraksi 3

    c. Fraksi 4

    d. Fraksi 5

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 18/31

    e. Fraksi 6 f. Fraksi 7

    g. Fraksi 8

    h. Fraksi 9

    Keterangan gambar :

    Fraksi 1 : Vial 1 - 17

    Fraksi 2 : Vial 18

    Fraksi 3 : Vial 19 - 21

    Fraksi 4 : Vial 22-29

    Fraksi 5 : Vial 30 - 35

    Fraksi 6 : Vial 36

    Fraksi 7 : Vial 37 40

    Fraksi 8 : Vial 41 - 50

    Fraksi 9 : Vial 51- 60

    Gambar Fraksi di Sinar UV

    a. Sinar Tampak

    b. Sinar UV 254

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 19/31

    c. Sinar UV 366

    Perhitungan Nilai Rf

    Rf =

    a. Sinar Tampak

    Tidak ada noda yang tampak

    b. Sinar UV 254

    Tidak ada noda yang tampak

    c. Sinar UV 366

    Tidak ada noda yang tampak

    B. Kromatografi Cair Vakum (KCV)

    - Gambar Fraksi

    a. Fraksi 1 b. Fraksi 2 c. Fraksi 3

    IV. 2 Perhitungan

    d. Fraksi 4 e. Fraksi 5

    e.Fraksi 6

    f. Fraksi 7 g. Fraksi 8

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 20/31

    H. Fraksi 9

    Keterangan gambar :

    Fraksi 1 : Eluen n-Heksan : etil asetat (15 : 1)

    Fraksi 2 :Eluen n-Heksan : etil asetat (10 : 1)

    Fraksi 3 :Eluen n-Heksan : etil asetat (5 : 1)

    Fraksi 4 :Eluen n-Heksan : etil asetat (1 : 1)

    Fraksi 5 : Eluen n-Heksan : etil asetat (0 : 5)

    Fraksi 6 :Eluen n-Heksan : etil asetat (0 : 50)

    Fraksi 7 : Pelarut Metanol 1

    Fraksi 8 : Etil asetat : Metanol (1 : 1)

    Fraksi 9 : Pelarut Metanol 2

    Gambar di sinar UV

    a. Sinar tampak

    b. Sinar UV 254

    c. Sinar UV 366

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 21/31

    Perhitungan Nilai Rf

    Rf =

    a. Sinar Tampak

    - Fraksi 4

    Noda 1 : 4,1. Nilai Rf = = 0,745

    Noda 2 : 4,6. Nilai Rf = = 0,836

    Noda 3 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927

    - Fraksi 5

    Noda 1 : 4,8. Nilai Rf = = 0,872

    Noda 2 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927

    b. Sinar UV 254

    - Fraksi 4

    Noda 1 : 4,1. Nilai Rf = = 0,745

    Noda 2 : 4,6. Nilai Rf = = 0,836

    Noda 3 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927

    - Fraksi 5

    Noda 1 : 4,8. Nilai Rf = = 0,872

    Noda 2 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927

    c. Sinar UV 366

    - Fraksi 4

    Noda 1 : 4,1. Nilai Rf = = 0,745

    Noda 2 : 4,6. Nilai Rf = = 0,836

    Noda 3 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927

    - Fraksi 5

    Noda 1 : 4,8. Nilai Rf = = 0,872

    Noda 2 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927

    BAB V

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 22/31

    PEMBAHASAN

    Kromatografi merupakan suatu pemisahan zat berkhasiat dan

    zat lain yang ada dalam bahan atau sediaan dengan jalan penyarian

    berfraksi, penyerapan, atau penukaran ion pada zat berpori,

    menggunakan cairan atau gas mengalir.

    Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama

    dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik

    kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Keempat teknik

    kromatografi itu adalah : Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi

    Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Gas Cair (KGC) dan Kromatografi Cair

    Kinerja Tinggi (KCKT).

    Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan

    unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu

    dari fasa ini membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang

    besar dan fasa lainnya merembes melewati dan melalui lapisan stasioner

    tersebut. Pemisahan secara kromatografi memanfaatkan sifat fisika umum

    dari molekul. Sifat utama yang terlibat adalah kecenderungan molekul

    untuk larut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul untuk

    melekat dalam cairan (adsorpsi), dan kecenderungan molekul untuk

    menguap (keatsirian)

    Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun bunga

    terompet (Mandivella sanderi ). Dalam fitokimia dilakukan suatu proses

    ekstraksi, isolasi dan identifikasi dari suatu komponen kimia dari tumbuhan

    dan biota laut yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional yang

    berkembang menjadi obat modern. Menggunakan cara yang bervariasi

    tergantung dari sifat fisika dan kimia komponen tersebut. Kemudian

    dilanjutkan dengan proses pemurnian dengan kristalisasi dengan tujuan

    mendapatkan senyawa kimia yang penampakannya bagus dan kelihatan

    lebih banyak. Metode fitokimia sangat penting artinya dalam bidang

    farmasi sebagai salah satu cara meneliti senyawa aktif yang terdapat

    dalam tumbuhan.

    Dalam kromatografi,eluent adalah fasa gerak yang berperan p

    enting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa

    diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent eluent sangat menentukan

    terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen

    secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir

    eluent dan jumlah umpan.

    Sebagian besar dasar teori kromatografi kolom juga dapat

    diterapkan pada KLT. Konsep lempeng teori lebih sukar digambarkan,

    tetapi pemisahan ini dilakukan oleh keseimbangan berturutan cuplikan

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 23/31

    dalam dua fasa, satu diantaranya bergerak terhadap yang lainnya. Terjadi

    proses penyebaran molekul cuplikan karena proses nonideal.

    Sifat kromofor dari struktur senyawa ini mudah dikenali di bawah

    lampu UV sehingga memudahkan identifikasi dalam kromatografi lapis

    tipis. Pada metode isolasi senyawa -karoten dengan cara refluks yaitu

    tejadi penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel

    dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan zat

    pelarut (kloroform) lalu dipanaskan dan diberikan batu didih agar

    pemanasan berlangsung secara merata. Uap-uap pelarut terkondensasi

    pada kondensor menjadi molekul-molekul pelarut yang akan turun kembali

    menuju labu alas bulat, dan akan akan menyari kembali sampel yang

    berada pada labu alas bulat. Demikian seterusnya berlangsung secara

    berkesinambungan sampai penyarian sempurna, setelah itu filtrat yang

    diperoleh dipekatkan dengan cara evaporasi. Evaporasi yaitu proses

    pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang

    dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat. Dengan bantuan pompa

    vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan

    mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang

    ditampung dalam labu alas bulat.

    a. Kromatografi Kolom Konvensional (KKK)

    Pada metode ini, kolom diisikan dengan adsorben yang berupa

    padatan dalam hal ini adalah silika gel yang dicampurkan dengan

    pelarut n heksan hingga membentuk bubur silika (slurry). Slurry

    dimasukkan dengan hati-hati kedalam kolom kromatografi yang

    telah diisikan n-heksan yang sebelumnya telah disumbat dengan kapas

    dan kertas saring yang berfungsi sebagai penahan adsorben agar tidak

    keluar bersama eluen. Pengisian kolom harus dikerjakan secara

    seragam dan sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya

    gelembung-gelembung udara. Jika terdapat gelembung-gelembung

    udara dalam kolom maka akan berpotensi menyebabkan pecahnya

    kolom.

    Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan

    komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak

    dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi. Kolom kromatografi

    atau tabung untuk pengaloran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau

    system bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi

    dengan kran.

    Hal lain yang dapat dilakukan agar tidak terjadi pemecahan

    kolom adalah dengan menambahkan eluen secara kontinu agar udara

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 24/31

    tidak masuk kedalam kolom. Kolom yang padat diindikasikan dengan

    warna slurry yang semakin memutih dan kecepatan alir eluen yang

    semakin lambat. Jika kolom sudah memadat, larutan sampel kemudian

    diisikan kedalam kolom . Mekanisme yang terjadi pada kromatografi

    kolom ialah sample akan terelusi oleh eluen (n-heksan) melalui fase

    diam silika gel. Senyawa organik terelusi oleh eluen proses elusi terjadi

    karena keseimbangan distribusi zat analit pada fase gerak n-heksan

    dan fase diam selika gel. Elusi terus berlangsung hingga tidak ada lagi

    yang tinggal dalam kolom. Proses elusi ini menghasilkan eluat yang

    diharapkan mengandung banyak betakaroten.

    Kelebihan kromatografi kolom :

    1. Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative

    2. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran

    3. Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi

    Kekurangan kromatografi kolom :

    1. Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan

    manual

    2. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time

    consuming)

    Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun

    bunga terompet (Mandevillae folium) didapatlan hasil kromatografi

    kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen berdasarkan

    tingkat kepolaran yang lebih tinggi yang selanjutnya akan diisolasi

    kembali dengan metode yang cocok. Pada sinar UV tidak

    menampakkan noda, hal tersebut dapat disebabkan adanya faktor

    kesalahan

    b. Kromatografi Cair Vakum

    Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode

    fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-

    fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan

    kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan

    pompa vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau

    alumunium oksida

    Setelah ekstrak dievaporasi kemudian dilanjutkan proses

    pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kolom. Adapun

    cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas

    kering dengan penjerap silika gel KL 254 dalam keadaan vakum agar

    diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut

    yang kepolarannya rendah (n-heksana) dituangkan ke permukaan

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 25/31

    penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dipisah sampai kering dan

    sekarang siap dipakai. Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok,

    dimasukkan langsung pada bagian atas kolom dan dihisap perlahan-

    lahan ke dalam kemasan dengan mengvakumkannya. Kolom, dielusi

    dengan campuran pelarut yang cocok, mulai dengan pelarut yang

    kepolarannya rendah (n-heksana) lalu kepolaran ditingkatkan

    perlahan-lahan dengan cara elusi gradien antara n-heksana:etil

    asetat:metanol, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan

    fraksi.

    Pengaruh lebarnya kolom pada KVC mengakibatkan fraksi

    sampel turun satu persatu, dan bila pelarutnya telah habis maka harus

    dibuat pelarut dengan kosentrasi sama, dan diturunkan kembali

    fraksinya. Sedangkan panjang kolom, mengakibatkan semakin panjang

    kolom maka waktu atau cepat lambatnya turun fraksi senyawa.

    Adapun keuntungan dan kerugian dari kromatografi kolom

    adalahsebagai berikut :

    a.Keuntungan

    1.Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil

    disbandingdengan kolom konvensional karena pada kolom

    mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100l/menit)

    2.Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih

    ideal jika digabung dengan spectrometer massa.

    3.Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih

    pekatkarenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah

    sampelterbatas missal sampel klinis

    b.Kerugian KCV (Kromatografi Vakum Cair) :

    1.Membutuhkan waktu yang cukup lama

    2.Sampel yang dapat digunakan terbatas

    Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun

    bunga terompet (Mandevillae folium) didapatkan hasil kromatografi

    kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen. Berdasarkan

    hasil noda yang tampak ada 2 fraksi yang menampakkan noda pada

    fraksi 4, noda 1 : 4,1 cm memiliki nilai Rf = 0,745, noda 2 : 4,6 cm

    memiliki nilai Rf = 0,836, noda 3 : 5,1 cm memiliki nilai Rf = 0,927.

    Sedangkan pada fraksi 5, noda 1 : 4,8 cm memiliki nilai Rf = 0,872, dan

    pada noda 2 : 5,1 cm memiliki nilai Rf = 0,927. Senyawa tersebut

    selanjutnya akan diisolasi kembali dengan menggunakan metode

    pemisahan yang cocok, seperti Kromatografi Preparatif.

    C. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 26/31

    Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu

    metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai

    peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan

    dalam jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah

    miligram.KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka,

    masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan

    alam.

    Cuplikan pada KLTP dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum

    ditotolkan pada pelat KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri (

    heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri

    akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5% -

    10%. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin

    karena pemisahan tergantung pada lebar pita.

    KLTP klasik mempunyai beberapa kekurangan, kekurangan

    yang utama adalah pengambilan senyawa dari pelat yang dilanjutkan

    dengan pengekstrasian dari penjerap. Jika senyawa beracun harus

    dikerok dari pelat, dapat menimbulkan masalah yang serius (misalnya

    Adolf dkk. 1982). Kekurangan yang lainya ialah jangka waktu yang

    diperlukn untuk pemisahan dan adanya pencemar dan sisa dari pelat

    sendiri setelah pengekstrasian pita yang mengandung senyawa yang

    dipisahkan dengan pelarut (Szekely 1983).

    Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, beberapa

    pendekatan yang melibatkan kromatografi sentrifugal telah dicoba.

    Pada prinsipnya kromatografi sentrifugal adalah kromatografi klasik

    dengan aliran fase gerak yang dipercepat oleh gaya sentrifugal.

    Adapun keuntungan dan kerugiaan KLTP yaitu :

    keuntungan :

    Salah satu pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah

    danmemakai peralatan paling dasar adalah kromatografi lapis tipis

    preparatif.

    Kerugian:

    Ketebalan dari lempeng menyebabkan waktu yang dibutuhkan

    menjadilebih lama dibadingkan dengan KLT pada umumnya.

    Setelah fraksi senyawa didapatkan, selanjutnya dengan

    menggunakan KLT kita menghitung Rf (retention fraksion), dimana bila

    didapat senyawa yang Rfnya sama atau pola nodanya sama, maka

    kemungkinan senyawa itu adalah sama. Dan terakhir, kita uji fitokimia

    dari senyawa tersebut (ekstraks n- heksana kulit batang nangka).

    Namun langkah ini tidak dapat dilakukan karena waktu yang tidak

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 27/31

    mengizinkan lagi.

    Adapun mekanisme dan prinsip penampakan noda pada pegujian

    Kromatigrafi yaitu :

    a. Pada UV 254 nm

    Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel

    akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254

    nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan

    indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya

    yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

    tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

    tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

    sambil melepaskan energi.

    b. Pada UV 366 nm

    Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan

    berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah

    karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor

    yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi

    cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

    komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

    dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

    semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada

    lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

    berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

    c. Penyemprotan dengan DPPH

    Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas

    antioksidan adalah metode DPPH. Metode DPPH didasarkan pada

    kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan

    mendonorkan atom hidrogen. Perubahan warna ungu DPPH menjadi

    ungu kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa

    antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol positif sebagai

    pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel.

    Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor disebabkan karena :

    1. Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat

    2. Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa

    3. Lempeng yang tidak rata

    BAB V

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 28/31

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    A. Kromatografi Kolom Konvensional

    Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa

    daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatlan hasil

    kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7

    eluen berdasarkan tingkat kepolaran yang lebih tinggi yang

    selanjutnya akan diisolasi kembali dengan metode yang cocok.

    Pada sinar UV tidak menampakkan noda, hal tersebut dapat

    disebabkan adanya faktor kesalahan.

    B. Kromatografi Cair Vakum (KCV)

    Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa

    daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatkan hasil

    kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7

    eluen. Berdasarkan hasil noda yang tampak terdapat 2 fraksi yang

    menampakkan noda yaitu pada fraksi 4 dan fraksi 5 .Pada Fraksi

    4, noda 1 memiliki nilai Rf = 0,745, noda 2 memiliki nilai Rf =

    0,836, dan noda 3 memiliki nilai Rf = 0,927. Sedangkan pada fraksi

    5, noda 1 memiliki nilai Rf = 0,872, dan pada noda 2 memiliki nilai

    Rf = 0,927. Senyawa tersebut selanjutnya akan diisolasi kembali

    dengan menggunakan metode pemisahan yang cocok, seperti

    Kromatografi Preparatif.

    V.2 Saran

    Diharapkan kebersihan dan bahan lebih dilengkapi

    dilaboratorium agar praktikum lebih lancar.

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 29/31

    Diposkan oleh ARL Lawang di 00.41

    ARL Lawang

    Semua Orang Bebas Untuk Memilih Tapi Pilihlah Sesuatu Yang

    Bisa Menguntungkan Semua Orang........

    DAFTAR PUSTAKA

    Hayani, E., 2007. Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara

    Kromatografi Kolom.Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1.

    Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

    Sastrohamidjojo, Hardjono.1985. Kromatografi Edisi kedua, Liberty.

    Yogyakarta

    Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. JICA. Malang

    Sumar Hendayana. 2010. Kimia Pemisahan. PT Remaja Rosdakarya,.

    Bandung.

    Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta

    +1 Rekomendasikan ini di Google

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 30/31

    Posting Lebih Baru Posting Lama

    3 komentar

    Komentar teratas

    ARL Lawang 6 bulan lalu - Dibagikan kepada publik

    laporan fitokimia kromatografi kolom

    LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II Isolasi

    dan Idendtifikasi Fraksi Aktif dari Ekstrak Daun Bunga

    Terompet ( Mandevillae

    sanderi ) menggunakan Kromatografi

    Kolom Konvensional,Kromatografi Cair Vakum dan

    Kromatografi

    Lapis Tipis Preparatif OLEH

    : NAMA ...

    1 Balas

    ARL Lawang melalui Google+

    6 bulan lalu - Dibagikan kepada publik

    1 Balas

    ARL Lawang melalui Google+

    6 bulan lalu - Dibagikan kepada publik

    1 Balas

    Tambahkan komentar

    Beranda

    Langganan: Poskan Komentar (Atom)

    istilah - istilah farmasi, farmakologi dan farmakognosi 1. Amara : penambah nafsu makan 2. Anhidrotika : Mengurangi keluarnya

    keringat 3. Analgetika : Mengurangi rasa nyeri 4. Antelmintika : Membasmi cacing dari dalam tubuh manusia 5. Abses : Pengumpulan

    nanah dalam rongga yang terbentuk akibat kerusakan jaringan. 6. Anoreksia : Hilangnya atau berkurangnya nafsu makan. 7.

    Ansietas : Cemas,resah,rasa cemas yang berlebihan tidak sesuai dengan realitas. 8. Agranulositosis : Jumlah leukosit kurang dari

    500 mm3 dengan gejala luka infeksi pada tekak, traktus intestinal dan kulit. 9. Artritis : Radang sendi terutama pada rheumatik

    10. Anuria : Tidak terjadi eksin urin 11. Akromegali : Pembesaran disebabkan sekresi berlebihan somatotropin 12. Atonia : Relaksasi

    otot 13. Ataksia : Gangguan koordinasi gerakan 14. Asites : Penimbunan cairan dalam rongga perut 15. Asidosis : Penurunan pH

    darah dibawah 7,37 16. Anti fungi : Membasmi jamur 17. Anti hipertensi : Menurunkan tekanan darah 18. Anti piretika :

    Menurunkan suhu badan 19. Anti Emetika : Mencegah atau menghilangkan mual atau muntah 20. Anti diare : Menghentikan BAB

    yang bersifat diare 21. Anti Neuralgia : Menghilangka rasa sakit /nyeri 22. Anti reumatika : Menghilangkan sakit pada encok /

    rematik 23. Anti spasmodika : Pereda / pelawan keadaan kejang pada tubuh (pereda kejang) 24. Anti septika : Membasmi kuman

    (desinfekta) 25. Antidotum : Penawar racun 26. Antitusif : Pereda batuk tidak berdahak 27. Anti diabetika : Untuk mengobati

    kencing manis 28. Anti hemoroida : Untuk mengobati wasir 29. Anti Iritansia : Mencegah perangsangan pada kulit dan selaput

    lendir 30. Aprodisiaka : obat penguat syahwat 31. Astringensia : Menciutkan selaput lender atau pori / pengelat 32. Biopsi :

    Pengambilan jaringan dari mahluk hidup untuk pemeriksaan mikroskopik 33. Cardiaka : Untuk jantung 34. Cardiotonika : Untuk

    penguat kerja jantung 35. Cholagoga : Membantu fungsi dari empedu 36. Dismenorrhoe : Untuk menobati nyeri Haid 37. Dismenore

    : Menstruasi yang disertai dengan rasa sakit 38. Diaforetika : Memperbanyak keluarnya keringat / peluruh keringat 39. Digestiva :

    Merangsang pencernaan makanan 40. Diuretika : Melancarkan keluarnya air seni 41. Dilatator : Melebarkan pembuluh darah 42.

    Depuratif : Pembersih darah 43. Ensefalitis : Radang otak 44. Ekspektoransia : Mengurangi batuk berdahak 45. Emenagoga :

    Memperbanyak keluarnya haid / peluruh haid 46. Emetika : Menyebabkan muntah 47. Emoliensia :: menghaluskan, melembutkan, dan

  • 27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom

    http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 31/31

    melemaskan jaringan kulit. 48. Flatulensi : Terbentuknya banyak gas dalam usus 49. Gonorrhoe : Kencing nanah 50. Hair tonic :

    Menguatkan atau menyuburkan rambut 51. Holitosis : Menyegarkan nafas 52. Hemostatika : Menghentikan pendarahan 53.

    Hipotiroidisme : kekurangan aktivitas kelenjar gondok (Tiroksin) 54. Insektisida : Membasmi serangga 55. Ileus : penyumbatan

    usus 56. Keratitis : Radang kornea mata 57. Konstipasi : Sembelit / Susah BAB 58. Karminativa : Mengeluarkan angin dari dalam

    tubuh manusia 59. Laktasi : produksi susu pada kelenjar payudara wanita setelah melahirkan 60. Laktagoga : Memperlancar ASI

    61. Laktifuga : Menghentikan atau mengurangi ASI 62. Litotriptika : Menghancurkan batu pada kandung kemih 63.

    Laxantia/Laksativ : Melancarkan BAB / Pencahar 64. Meningitis : Radang selaput otak 65. Nephrolithiasis : Penyakit kencing batu

    66. Neuropsikhiatrik :: gangguan saraf, kejiwaan. 67. Paralisis : Kelumpuhan total motorik 68. Parkinson : Penyakit dengan ciri

    adanya gemetar pada tangan dan kaki 69. Parasimpatolitika : pelawan efek perangsang saraf parasimpatik. 70. Pertusis : Batuk

    rejan / batuk 100 hari 71. Post partum : Setelah kelahiran 72. Roboransia/Tonikum : Obat kuat 73. Sedativa : Obat penenang 74.

    Skabicida : Obat kudis 75. Skorbut : Sariawan, gusi berdarah karena kekurangngan Vit C 76. Stomakika : Memacu enzim-enzim

    pencernaan 77. Trikhomoniasis : Penyakit kulit yang disebabkan jamur Trichofyton 78. Urolithiasis : adanya batu pada saluran

    kemih 79. Udema : Penimbunan cairan tubuh akibat gangguan metabolisme elektrolit dan retensi 80. vasodilatansia : memperlebar

    pembuluh darah

    Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.