laporan kelompok 2
DESCRIPTION
makalah atritis septikTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penulisan Kasus
Artritis reumatoid adalah penyakit multisistem kronis yang
penyebabnya tidak diketahui. Terdapat berbagai manifestasi sistemik
pada penyakit ini, karakteristiknya adalah peradangan yang menetap pada
cairan sendi (sinovitis), biasanya menyerang area sekitar sendi dengan
distribusi yang simetris. Potensi dari inflamasi yang terjadi pada cairan
sendi dapat menyebabkan kerusakan kartilago, erosi pada tulang, dan
perubahan yang lebih lanjut pada integritas sendi sebagai tanda khas pada
penyakit ini. Walaupun berpotensi merusak, artritis reumatoid cukup
bervariasi. Beberapa penderita hanya menunjukkan penyakit
oligoartikular yang ringan dengan durasi yang singkat disertai dengan
kerusakan sendi yang minimal, sedangkan pada penderita yang lain dapat
menunjukkan poliartritis progresif yang ditandai kerusakan fungsional.
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan
dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Pada
usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih
rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.
Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun
diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami
keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya
sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik,
diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai
paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).
Dan jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat
rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian ini sering
1
menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan
pendengaran dan penglihatan, serta diabetes(Health-News,2007).
B. Daftar Kata Sulit
1. Osteoblast
2. Membran Sinovial
3. Sinovitis
4. Fibrous
5. Kolagen
6. Hematopoiesis
7. Epifisis
8. Spongi Bone
9. Perichondrium
10. Synarthrosis
11. Amphiarthrosis
12. Diarthrosis
13. Pannus
14. Kontraktur
15. Ankilosis
16. IL-1
17. HLA-DR
18. HLA-DR4
19. Krepitus
20. Atrofi
21. Bradikinin
C. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal?
2. Apa definisi dari Artritis Reumatoid?
3. Apa etiologi dari Artritis Reumatoid?
4. Apa klasifikasi dari Artritis Reumatoid?
5. Apa manifestasi klinis dari Artritis Reumatoid?
2
6. Apa pemeriksaan diagnostik dari Artritis Reumatoid?
7. Apa komplikasi dari Artritis Reumatoid?
8. Bagaimana pemeriksaan fisik dari Artritis Reumatoid?
9. Apa saja diagnosa keperawatan dari Artritis Reumatoid?
10. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit Artritis
Reumatoid, dan bagaimana intervensi rasional yang harus dilakukan?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jawaban Kata Sulit
1. Osteoblast adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan dari matriks tulang.
2. Membran sinovial adalah membran yang melapisi sendi sinovial.
3. Sinovitis adalah peradangan pada membran sinovial, jaringan yang
melapisi dan melindungi sendi.
4. fibrous adalah gangguan pertumbuhan pada tulang di mana tulang
normal digantikan oleh jaringan fibrosa atau jaringan parut.
5. Kolagen adalah salah satu protein yang menyusun tubuh manusia.
6. Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel
darah.
7. Epifisis adalah bagian tepi (epi) atau bagian “kepala” tulang.
8. Spongy bone merupakan lapisan yang teksturnya berongga dan berisi
sumsum merah.
9. Perichondrium adalah lapisan jaringan ikat padat tidak beraturan
yang mengelilingi tulang rawan.
10. Synarthrosis adalah hubungan antar tulang yang tidak memungkinkan
adanya gerak.
11. Amphiarthrosis adalah persendian yang dihubungkan oleh jaringan
tulang rawan sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
12. Dyartrosis adalah hubungan persendian yang memungkinkan
terjadinya gerakan / bergerak bebas.
13. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas
yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang.
14. Kontraktur adalah pemendekan permanen dari kulit dan atau jaringan
dibawahnya yang menyebabkan deformitas dan keterbatasan gerak.
15. Ankilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak
dapat digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu.
4
16. IL-1/Interleukin-1 adalah sebutan bagi beberapa polipeptida sitokina
IL-1α, IL-1ß dan IL-1Ra, yang memainkan peran penting dalam
regulasi sistem kekebalan dan respon peradangan.
17. HLA - DR adalah kelas II reseptor permukaan sel MHC dikodekan oleh
kompleks antigen leukosit manusia pada kromosom 6 wilayah
6p21.31 .
18. HLA - DR4 ( DR4 ) adalah serotipe HLA - DR yang mengakui DRB1 *
produk 04 gen .
19. Krepitus adalah suara renyah yang terjadi sebagai akibat dari gesekan
jaringan abnormal.
20. Atrofi adalah pengecilan atau penyusutan jaringan otot atau jaringan
saraf.
21. Bradikinin adalah peptida yang ditemukan dalam tubuh yang
membantu untuk memperbesar atau membuka pembuluh darah.
B. Jawaban Pertanyaan
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system
musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang,
5
sendi, otot, dan struktur pendukung lainnya (tendon, kartilago,
ligament, fasia, dan bursae). (Noer S, 1996)
a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-
seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang
mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
1) Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
2) Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan
jaringan lunak.
3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan
kontraksi dan pergerakan )
4) Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema
topoiesis).
5) Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan
bentuknya :
1) Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan
dua epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang
padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau
trabecular )
2) Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan
cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang
yang padat.
3) Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan
tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.
4) Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.
6
5) Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di
sekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan
didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap
lutut)
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk
kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh
atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
1) Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan
berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan sikap dan menghasilkan panas.
2) Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan,
saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh
sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control
keinginan.
3) Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan
kontraksinya tidak dibawah control keinginan
Fungsi sistem muskuler/otot:
1) Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat
otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ
internal tubuh.
2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot
menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada
dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
3) Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis
menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh
normal.
Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
1) Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang,
yang dapat atau tidak melibatkan pemendekan otot.
7
2) Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika
distimulasi oleh impuls saraf.
3) Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk
menegang melebihi panjang otot saat rileks.
4) Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah
berkontraksi atau meregang.
c. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel,
yang terbuat dari fibrous protein(kolagen). Tendon berfungsi
melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot.
d. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin
yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak
bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses
difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di
perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah
serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.
e. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang
merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen.
Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
f. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung
dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak,
misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang
antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian
yang bergerak seperti pada olecranon bursae, terletak antara
presesus dan kulit.
8
g. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar
yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial
atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang
membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh
darah.
h. Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian
rupa, sehingga dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya
gerakan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian
yaitu:
1) Synarthrosis (suture) Hubungan antara dua tulang yang tidak
dapat digerakkan, strukturnya terdiriatas fibrosa. Contoh:
Hubungan antara tulang di tengkorak.
2) Amphiarthrosis Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat
digerakkan, strukturnya adalah kartilago. Contoh: Tulang
belakang.
3) Diarthrosis Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan
pergerakan, yang terdiri daristruktur sinovial. Contoh: sendi
peluru (tangan dengan bahu), sendi engsel(siku), sendi putar
(kepala dan leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari).
2. Definisi dari artritis reumatoid
Artritis rematoid adalah penyakit jaringan penyambung sistemik
dan kronis dikarakteristikan oleh inflamasi dari membran sinovial
dari sendi diartroidial (Barbara Engram, 1998).
Artritis rematoid (AR) adalah penyakit peradangan sistemis
kronis yang tidak di ketahui penyebabnya dan manifestasi pada sendi
perifer dengan pola simetris (Zairin Noor Helmi, 2012).
9
3. Etiologi dari artritis reumatoid
a. Genetik
b. Lingkungan
c. Hormonal
d. Imunologi
4. Klasifikasi dari artritis reumatoid
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi
4 tipe, yaitu:
a. Rheumatoid arthritis klasik
b. Rheumatoid arthritis defisit
c. Probable rheumatoid arthritis
d. Possible rheumatoid arthritis
5. Manifestasi klinis dari Artritis Reumatoida. Kekakuan pagi hari di dalam dan sekitar sendi minimal satu jam.
b. Pembengkakan atau cairan di sekitar tiga atau lebih sendi secara
bersamaan.
c. Setidaknya satu bengkak di daerah pergelangan tangan, tangan,
atau sendi jari.
d. Arthritis melibatkan sendi yang sama di kedua sisi tubuh
(arthritis simetris).
e. Rheumatoid nodul, benjolan pada kulit penderita rheumatoid
arthritis. Nodul ini biasanya di titik-titik tekanan dari tubuh,
paling sering siku.
f. Jumlah faktor rematoid dalam darah abnormal.
g. X-ray tampak perubahan di tangan dan pergelangan tangan khas
dari rheumatoid arthritis, dengan kerusakan tulang di sekitar
sendi yang terlibat.
6. Pemeriksaan diagnostik dari Artritis Reumatoid
a. Tes serologi
b. Pemerikasaan radiologi
c. Aspirasi sendi
10
7. Komplikasi dari Artritis Reumatoid
AR adalah penyakit sistemis yang dapat mempengaruhi bagian
lain dari tubuh selain sendi, seperti berikut ini:
a. Neuropati perifer mempengaruhi saraf yang paling sering terjadi
di tangan dan kaki hal ini dan mengakibatkan kesumutan, mati
rasa , atau rasa terbakar
b. Anemia
c. Skleritis adalah suatu peradangan pada pembuluh darah di mata
yang dapat mengakibatkan kerusakan kornea , skleromalasia dan
dalam kasus yang parah skleritis nodular atau perforasi
d. Infeksi. Pasien dengan RA memiliki resiko lebih tinggi untuk
infeksi . obat- obatan imunosupresif perlu di pertimbangkan
e. Masalah GI. Walaupun pasien dengan RA mungkin mengalami
gangguan usus atau perut atau bahkan kangker lambung dan
kolorestal
f. Osteoporosis , osteoporosis adalah lebih umum terjadi pada
wanita postmenopause dengan AR , terutama pada area pinggul.
Resiko osteoporosis juga tampaknya lebih tinggi pada laki-laki
riwayat AR yang berusia lebih dari 60 tahun.
g. Penyakit paru. satu setudi kecil menemukan prefalensi yang
sangat tinggi terjadinya penyakit paru- paru( radang paru-paru
fibrosis) pada pasien yang baru didiagnosis AR .
namun ,berhungan dengan dengan wirayat merokok dengan
resiko AR masih perlu diteliti bagaimanapun merokok dapat
memperburuk kondisi penyakit.
h. Penyakit jangtung . AR dapat mempengaruhi pembuluh darah dan
independem meningkatkan resiko penyakit jantung koroner
iskemik.
11
i. Sindrom sjogren . sicca kratokonjungtifitis adalah komplikasi
umum dari AR . selain itu, pembesaran kelenjar muda juga
berkurang pada umumnya .
j. Sindrom felty . kondisi ini ditandai oleh kombinasi oplenomegali,
leukopenia(neutropenia) dan infeksi bakteri berulang . sindrom
felty kadang merespon pada terapi DMARD .
k. Limfomat dan kangker lainnya. Perubahan dalam sistem
kekebalan tubuh yang terkait dengan AR mungkin memainkan
peran dalam resiko yang lebih tinggi untuk limfoma.kangker lain
mungkin terjadi pada pasien dengan AR, termasuk kangker
prostat dan paru-paru.
l. Sindrom atifasimakrofak. Ini adalah komplikasi yang mengancam
nyawa AR dan membutuhkan pengobatan dengan steroid dosis
tinggi dan siklosporin A. Pasien dengan AR harus menyadari
gejala , seperti demam terus menerus, kelemahan,mengantuk,dan
kelesuan.
8. Pemeriksaan fisik dari Artritis Reumatoid
a. Inspeksi dan palpasi untuk masing-masing sendi, amati warna
kulit, ukuran, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran ROM pada sendi-sendi synovial:
1) Catat jika ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
2) Catat jika ada krepitus
3) Catat jika terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot:
1) Catat jika ada atrofi
2) Catat jika ada tonus yang berkurang
3) Ukur kekuatan otot
9. Diagnosa keperawatan dari Artritis Reumatoid
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d stimulus ujung syaraf nyeri akibat pelepasan mediator kimia bradikinin.
b. Gangguan mobilitas fisik b/d kekuatan otot menurun.
12
c. Gangguan body image b/d deformitas sendi.
d. Kurang pengetahuan b/d Kurangnya pemajanan / mengingat.
e. Resiko tinggi cedera b/d kontraktur.
f. Defisit perawatan diri b/d keterbatasan gerak.
10.Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit Artritis
Reumatoid, dan intervensi rasional yang harus dilakukan.
Diagnosa keperawatan:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d stimulus ujung syaraf nyeri
akibat pelepasan mediator kimia bradikinin.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam rasa nyeri
berkurang/teratasi
Kriteria hasil:
Klien tampak rileks, tidak menyeringai.
Intervensi Rasional
Observasi:
Kaji skala nyeri (1-10)
Mandiri:
Berikan posisi relaks pada
pasien.
HE:
Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi.
Kolaborasi :
Pemberian analgesik.
Mengetahui insietas nyeri.
Posisi relaksasi pada pasien dapat
mengalihkan fokus pikiran pasien
pada nyeri.
Tehnik relaksasi dan distraksi dapat
mengurangi rasa nyeri.
Analgesik mengurangi nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kekuatan otot menurun.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, mampu
13
memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan
Kriteria hasil :
Melaporkan peningkatan mobilitas fisik (termasuk aktivitas sehari-
hari).
Intervensi Rasional
Observasi:
Kaji tingkat mobilisasi pasien.
Mandiri:
Berikan latihan ROM.
HE:
Anjurkan penggunaan alat
bantu jika diperlukan.
Menunjukan tingkat mobilisasi
pasien dan menentukan intervensi
selanjutnya.
Memberikan latihan ROM kepada
klien untuk mobilisasi.
Alat bantu memperingan mobilisasi
pasien.
Diagnosa Keperawatan:
3. Gangguan body image b/d deformitas sendi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien
memahami perubahan-perubahan tubuhnya akibat proses penyakit.
Kriteria Hasil:
Klien tenang, klien tidak malu, klien rileks, dan menerima
kondisinya.
Intervensi Rasional
Observasi:
Kaji konsep diri pasien
Mandiri:
Kembangkan BHSP dengan
pasien.
HE:
Bantu pasien mengungkapkan
Dapat mengetahui konsep diri
pasien.
Menjalin saling percaya pada
pasien.
Menjadi tempat bertanya pasien
untuk mengungkapkan
14
masalahnya.
Kolaborasi:
Berikan obat-obatan sesuai
petunjuk, mis; anti ansietas
dan obat-obatan peningkat
alam perasaan.
masalahnya.
Mungkin dibutuhkan pada sat
munculnya depresi hebat sampai
pasien mengembangkan kemapuan
koping yang lebih
efektif.
Diagnosa Keperawatan:
4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya pemajanan atau mengingat.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
pengetahuan klien tentang proses penyakitnya meningkat.
Kriteria Hasil:
Klien paham dengan proses penyakit yang di derita.
Intervensi Rasional
Observasi:
Tinjau proses penyakit,
prognosis, dan harapan masa
depan.
Mandiri :
Bantu dalam merencanakan
jadwal aktivitas terintegrasi
yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian
obat-obatan, terapi fisik, dan
manajemen stres.
HE:
Berikan informasi mengenai
Memberikan
pengetahuan dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan
informasi.
Memberikan struktur dan
mengurangi ansietas pada waktu
menangani proses penyakit kronis
kompleks.
Mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan
15
alat bantu. memungkinkan individu untuk ikut
serta secara lebih
nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan.
Diagnosa Keperawatan:
5. Resiko tinggi cedera b/d kontraktur.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien
tidak menderita cedera.
Kriteria Hasil:
Klien dapat menghindari dari resiko cedera.
Intervensi Rasional
Mandiri:
Hindarkan klien dari satu
posisi yang menetap, ubah
posisi klien dengan hati-hati.
HE:
Ajarkan cara melindungi diri
dari trauma fisik seperti cara
mengubah posisi tubuh, dan
cara berjalan serta
menghindari perubahan posisi
yang tiba-tiba.
Perubahan posisi berguna untuk
mencegah terjadinya penekanan
punggung dan memperlancar aliran
darah serta mencegah terjadinya
dekubitus.
Mencegah terjadinya cedera pada
pasien
Diagnosa Keperawatan:
6. Defisit perawatan diri b/d keterbatasan gerak.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien
16
mulai dapat merawat diri sendiri sesuai kemampuannya.
Kriteria Hasil:
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
Intervensi Rasional
Observasi:
Kaji hambatan klien dalam
partisipasi perawatan diri.
Identifikasi/ buat rencana
untuk modifikasi lingkungan.
Mandiri:
Pertahan kan mobilitas,
kontrol terhadap nyeri, dan
program latihan.
Kolaborasi:
Konsultasi dengan ahli terapi
okupasi.
Menyiapkan klien untuk
meningkatkan kemandirian, yang
akan meningkatkan harga diri.
Mendukung kemandirian fisik/
emosional klien.
Berguna dalam menentukan alat
bantu untuk memenuhi
kebutuhan individu, misal
memasang kancing,
menggunakan alat bantu,
memakai sepatu , atau
menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran.
17
BAB III
Bagan/Skema/Konsep solusi
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Noor Zairin Helmi. (2012). Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta: Salemba
Medika.
Arinda Riskiyatul, ’Rematoid Arthritis Lansia’,
http://www.academia.edu/7579877/REUMATOID_ARTRITIS—
LANSIA, (Diakses tanggal: 29 September 2015, pukul 08.15 WIB)
Wahid, Abdul. (2013). Asuhan Keperawatan Muskuloskeletal, Jakarta:
Sagung Seto.
20