laporan kelompok 1 (pjbl 2)

Upload: arfi-nita

Post on 02-Mar-2016

114 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kelompok

TRANSCRIPT

LAPORAN KELOMPOK PjBL 2BLOK PRIMARY HEALTH CAREProgram Imunisasi pada program Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Disusun Oleh:KELOMPOK I PSIK REGULER ITRIAN AGUS HARTANTO115070200111001EDWINA NARULITA SARI115070200111005ARDIANA IUS PRIMASTUTI115070200111007ALFIN FIRSTIAN RAHARDI115070200111009IDA MARYATI TRI ROHMANITA115070200111011HERY ENI SURYANI115070200111013ARFIANITA RAMADANI115070200111015DWI HANDAYANI SUNDORO 115070200111017IRMA KURNIAWATI115070200111019I WAYAN GEDE SARASWATA115070200111021ATIKATSANI LATIFAH115070200111023MEIDA UNTARI115070200111027DSK MD DIAH PURNAMA S.115070200111029FRITA FERDINA115070200111031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2013A. PENGERTIAN, TUJUAN, SASARANa. Pengertian ImunisasiImunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Usayri, 2011).Imunisasi adalah proses pembentukan sistem kekebalan tubuh. Material imunisasi disebut imunogen. Imunogen adalah molekul antigen yang dapat merangsang kekebalan tubuh. Imunisasi diberikan pada bayi sampai menjelang usia dewasa, atau sekitar usia 1-5 tahun (Usayri, 2011).Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut (KMK No. 1611, 2005).Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi khusus adalah imunisasi yang diberikan kepada penyakit tertentu. Imunisasi yang menjadi program yaitu meningitis, demam kuning dan rabies. Imunisasi yang tidak masuk ke dalam program seperti Hepatitis A, Influenzae, Haemophilus influenza tipe b, Kolera, Japanese encephalitis, Tifus abdominalis, Pneumoni pneumokokus, Shigellosis, Rubella, Varicella, Parotitis epidemica, Rotavirus (KMK No. 1611, 2005).BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) adalah bentuk operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran semua anak kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia (KMK No. 1611, 2005).UCI (Universal Child Immunization) adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi, yaitu anak di bawah umur 1 tahun (KMK No. 1611, 2005).Imunisasi merupakan salah satu upaya promotif dan preventif yang meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Kegiatan ini berhasil membasmi penyakit cacar di Indonesia sehingga Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2005).Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tsb tidak akan menderita penyakit tsb (Kemenkes RI, 2004).Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal bayi pada usia 0-12 bulan untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Ranuh, 2008).Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio (Hidayat, 2005).Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Imunisasi melindungi masyarakat dari penyakit dimana upaya ini sudah dimulai sejak tahun 1956 sebagai upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling efektif dilihat dari segi biaya (cost effective) (Effendi dan Mafkhudli, 2009).

b. Tujuan Imunisasi(KMK No. 1611, 2005) Tujuan UmumTurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I. Tujuan Khusus1) Program Imunisasi Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/ kelurahan pada tahun 2010 Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005. Eradikasi polio pada tahun 2008. Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.2) Program Imunisasi Meningitis Meningokus Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis Meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan pada calon jemaah haji.3) Program Imunisasi Demam Kuning Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning sehingga dapat mencegah masuknya penyakit demam kuning di Indonesia.4) Program Imunisasi RabiesMenurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita dan anak pra sekolah.c. Sasaran Imunisasi(KMK No. 1611, 2005) Program imunisasiImunisasi dilakukan di seluruh kelurahan di wilayah Indonesia. Imunisasi rutin diberikan kepada bayi di bawah umur satu tahun, wanita usia subur, yaitu wanita berusia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon pengantin. Imunisasi pada bayi disebut dengan imunisasi dasar, sedangkan imunisasi pada anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur disebut dengan imunisasi lanjutan.Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin meliputi : pada bayi : hepatitis B, BCG, Polio, DPT, dan campak. pada usia anak sekolah : DT (Difteri Tetanus), campak dan Tetanus Toksoid. pada wanita usia subur : Tetanus Toksoid.Pada kejadian wabah penyakit tertentu di suatu wilayah dan waktu tertentu maka imunisasi tambahan akan diberikan bila diperlukan. Imunisasi tambahan diberikan kepada bayi dan anak. Imunisasi tambahan sering dilakukan misalnya ketika terjadi suatu wabah penyakit tertentu dalam wilayah dan waktu tertentu misalnya : pemberian polio pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) pemberian imunisasi campak pada anak sekolah.

1) Program imunisasi Meningitis MeningokusSeluruh calon / jemaah haji dan umroh, petugas Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi, Tim Kesehatan Haji Indonesia yang bertugas menyertai jemaah (kloter) dan petugas kesehatan di embarkasi/ debarkasi.2) Program imunisasi Demam KuningSemua orang yang melakukan perjalanan kecuali bayi dibawah 9 bulan dan ibu hamil trimester pertama, berasal dari negara atau ke negara yang dinyatakan endemis demam kuning (data negara endemis dikeluarkan oleh WHO yang selalu di update).3) Program imunisasi RabiesSasaran vaksinasi ditujukan pada 100% kasus gigitan yang berindikasi rabies, terutama pada lokasi tertular (selama 2 tahun terakhir pernah ada kasus klinis, epidemiologis, dan laboratoris dan desa-desa sekitarnya dalam radius 10 km).

a. Sasaran berdasarkan usia yang diimunisasi Imunisasi rutin Bayi (di bawah satu tahun) Wanita usia subur (WUS) ialah wanita berusia 15-39 tahun, termasuk ibu hamil (bumil) dan calon pengantin (cantin) Anak usia sekolah dasar Imunisasi tambahan Bayi dan anakb. Sasaran berdasarkan tingkat kekebalan yang ditimbulkan Imunisasi dasar Bayi Imunisasi lanjutan Anak usia sekolah dasar Wanita usia suburc. Sasaran wilayah/lokasi Seluruh desa/kelurahan di wilayah Indonesia

B. JENIS PENYAKIT YANG BISA DICEGAH DENGAN IMUNISASI(Buku Informasi PP&PL, 2008)Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) antara lain :1) DifteriAdalah penyakit yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphteriae dengan gejala panas lebih kurang 38C disertai adanya pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bull neck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor) dan pada pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri.Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Daya tular penyakit ini tinggi. Gejala awal penyakit adalah : gelisah, aktifitas menurun, radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi difteri berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian (Depkes, 2009, hlm.12).Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh Hyppocrates pada abad ke-5 SM dan epidemi pertama dikenal pada abad ke-6 oleh Aetius. Seorang anak dapat terinfeksi difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein seluler dan menyebabkan destruksi jaringan setempat dan terjadilah suatu selaput/membran yang dapat menyumbat jalan nafas. Toksin yang terbentuk pada membran tersebut kemudian diabsorbsi ke dalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Penyebaran toksin ini berakibat komplikasi berupa miokarditis dan neuritis, serta trombositopenia dan proteinuria (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R, 2008, hlm.143).2) PertusisAdalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella pertusis dengan gejala batuk beruntun dan pada akhir batuk menarik nafas panjang terdengar suara hup (whoop) yang khas, biasanya disertai muntah. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Akibat batuk yang berat dapat terjadi pedarahan selaput lendir mata (conjunctiva) atau pembengkakan di sekitar mata (oedema periorbital). Lamanya batuk bisa mencapai 1-3 bulan dan penyakit ini sering disebut penyakit 100 hari. Pemeriksaan lab pada apusan lendir tenggorokan dapat ditemukan kuman pertusis (Bordetella pertussis).Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh Bordetella Pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui percikan ludah yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam, dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumania Bacterialis yang dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2009, hlm.12).Sebelum ditemukan vaksinnya, pertusis merupakan penyakit tersering yang menyerang anak dan merupakan penyebab kematian (diperkirakan sekitar 300.000 kematian terjadi setiap tahun). Pertusis merupakan penyakit yang bersifat toxinmediated toxin yang dihasilkan melekat pada bulu getar saluran nafas atas akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan, berpotensi menyebabkan sumbatan jalan nafas dan pneumonia (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R,2008, hlm.144).3) TetanusAdalah penyakit disebabkan oleh Clostridium tetani dengan terdiri dari tetanus neonatorum dan tetanus. Tetanus neonatorum adalah bayi lahir hidup normal dan dapat menangis dan menetek selama 2 hari kemudian timbul gejala sulit menetek disertai kejang rangsang pada umur 3-28 hari. Tetanus dengan gejala riwayat luka, demam, kejang rangsang, risus sardonicus (muka setan), kadang-kadang disertai perut papan dan opistotonus (badan melengkung) pada umur di atas 1 bulan.4) TuberkulosisAdalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosa menyebar melalui pernapasan lewat bersin atau batuk, gejala awal adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada dan dapat terjadi batuk darah.5) CampakAdalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles, disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita, gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh, tangan serta kaki.6) PoliomielitisAdalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio type 1, 2, atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis/AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.7) Hepatitis BAdalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati dan menimbulkan kematian.8) Meningitis MeningokokusAdalah penyakit akut radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Meningitis penyebab kematian dan kesakitan diseluruh dunia, CFR melebihi 50%, tetapi dengan diagnosis dini, terapi modern dan suportif CFR menjadi 5 - 15%. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan kemoprofilkasis untuk orang-orang yang kontak dengan meningitis dan karier.9) Demam Kuning (Yellow Fever)Adalah penyakit infeksi virus akut dengan durasi pendek (inkubasi 3 sd 6 hari) dengan tingkat mortalitas yang bervariasi, disebabkan oleh virus demam kuning dari genus Flavivirus, family Flaviviridae, vektor perantara adalah Aedes aegypti. Icterus sedang ditemukan pada awal penyakit. Beberapa kasus berkembang menjadi stadium intoksikasi yang lebih berat ditandai dengan gejala hemoragik seperti epistaksis, perdarahan gingiva, hematemesis, melena, gagal ginjal dan hati, 20% - 50% kasus ikterik berakibat fatal.

C. STRATEGI PEMBERIAN IMUNISASI(KMK No. 1611, 2005)a. Program Imunisasi Kebijakan Penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait. Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi baik terhadap sasaran masyarakat maupun sasaran wilayah. Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu. Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program dan anggaran terpadu. Perhatian khusus diberikan pada wilayah rawan sosial, rawan penyakit (KLB) dan daerah-daerah sulit secara geografis Strategi Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat Membangun kemitraan dan jejaring kerja Menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin da alat suntik Menerapkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga professional / terlatih Pelaksanaa sesuai standar Memanfaatkan perkembangan metoda dan teknologi yang lebih efektif, berkualitas dan efisien. Meningkatkan advokasi, fasilitasi dan pembinaanb. Program imunisasi Meningitis MeningokokusSesuai International Health regulation setiap calon jemaah haji harus sudah diimunisasi Meningitis Meningokokus, dengan dibuktikan International Certificate of Vaccination (ICV) yang berlaku maksimal 2 tahun. Kekebalan terjadi 2 minggu setelah penyuntikan.c. Program imunisasi demam kuningSesuai International Health Regulation setiap orang yang masuk Indonesia berasal atau melewati daerah diduga terjangkit demam kuning serta daerah terjangkit telah diimunisasi demam kuning, yang dibuktikan dengan International Certificate of Vaccination (ICV) yang berlaku, masa berlaku 10 tahun. Kekebalan terjadi 10 hari setelah penyuntikan.d. Program imunisasi RabiesVaksin anti rabies (VAR) manusia diberikan pada seluruh kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) yang berindikasi, sehingga kemungkinan kematian akibat rabies dapat dicegah.Pemberdayaan Puskesmas dalam penatalaksanaan kasus gigian yaitu cuci setiap luka gigitan akibat digigit hewan penular rabies dengan menggunakan sabun/ detergen selama 10-15 menit pada air mengalir, kemudian dibilas dengan alkohol atau betadine.Di Indonesia, untuk pelayanan kesehatan pemerintah, vaksin yang termasuk dalam program imunisasi dasar diberikan secara gratis, kadang-kadang di beberapa unit pelayanan kesehatan hanya membayar kartu masuk puskesmas atau rumah sakit tergantung pada kebijakan daerah. Vaksin yang termasuk program imunisasi dasar adalah: Hepatitis B, Diptheri, Pertusis, Tetanus, polio, BCG dan vaksin campak. Untuk vaksin yang tidak termasuk program imunisasi dasar, seperti HiB, Pneumoni, MMR maka harus membayar vaksin yang diberikan. Untuk pelayanan swasta, bila vaksin bukan berasal dari vaksin pemerintah maka yang bersangkutan harus membayar biaya vaksin dan konsultasi pada pihak swasta (Depkes RI,2005).Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau Campak. Imunisasi pasif adalahpenyuntikan sejumlah antibody, sehingga kadar antibody dalam tubuh meningkat. Contohnya penyuntikan ATS (anti tetanus serum) pada orang yang mengalami kecelakaan ( Depkes RI, 2009).D. SISTEM PELAPORAN PROGRAM IMUNISASI(KMK No. 1611, 2005)a. Pencatatan1) Tingkat Desa Sasaran imunisasiPencatatan bayi dan ibu hamil untuk persiapan pelayanan imunisasi. Petugas mengkompilasikan data tersebut ke dalam buku pencatatan hasil imunisasi bayi dan ibu. Hasil cakupan imunisasiPencatatan hasil imunisasi untuk bayi (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dibuat oleh petugas imunisasi di buku kuning. Satu buku biasanya untuk 1 desa. Untuk masing-masing bayi, imunisasi yang diberikan pada hari itu dicatat di KMS. Pencatatan hasil imunisasi TT untuk WUS termasuk ibu hamil dan calon pengantin dibuat buku catatan imunisasi WUS untuk masing-masing ibu hamil dicatat di buku KIA / buku kohort ibu.Untuk anak sekolah, imunisasi DT, campak atau TT yang diberikan dicatat pada buku catatan khusus, 1 kopi diberikan kepada sekolah. Untuk masing-masing sekolah diberikan kartu TT seumur hidup yang berisi catatan pemberian tetanus toxoid. Bila saat bayi terbukti pernah mendapat DPT, maka dimulai dari DPT2 dapat dicatat sebagai TT1 dan DPT3 sebagai TT2 pada kartu TT seumur hidup, sehingga pemberian DT/TT di sekolah dicatat sebagai TT3. Bila tidak terbukti pernah mendapat suntikan DPT maka DT dicatat sebagai TT1.

2) Tingkat Puskesmas Hasil cakupan imunisasi Hasil kegiatan imunisasi di lapangan (buku kuning dan merah) ditambah laporan dari puskesmas pembantu direkap di buku pencatatan imunisasi puskesmas (buku biru). Hasil imunisasi anak sekolah direkap di buku hasil imunisasi anak sekolah. Hasil kegiatan imunisasi di komponen statik dicatat untuk sementara di buku bantu, pada akhir bulan direkap ke buku kuning atau merah sesuai dengan desa asal sasaran. Laporan hasil imunisasi di balai pengobatan swasta dicatat di buku biru dari bulan yang sesuai. Setiap catatan dari buku biru ini dibuat rangkap dua. Lembar ke 2 dibawa ke kabupaten sewaktu mengambil vaksin / konsultasi. Dalam menghitung persen cakupan, yang dihitung hanya pemberian imunisasi pada kelompok sasaran dan periode yang dipakai adalah tahun anggaran mulai dari 1 januari sampai 31 desember pada tahun tersebut.

Pencatatan vaksinKeluar masuknya vaksin terperinci menurut jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa harus dicatat ke dalam kartu stok. Sisa atau stok vaksin harus selalu dihitung pada setiap kali penerimaan dan pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis vaksin mempunyai kartu stok tersendiri. Selain itu kondisi VVM sewaktu menerima dan mengeluarkan vaksin juga perlu dicatat di SBBK (Surat Bukti Barang Keluar). Pencatatan suhu lemari esTemperatur lemari es yang terbaca pada termometer yang diletakkan di tempat yang seharusnya, harus dicatat 2 kali sehari yaitu pagi waktu datang dan sore sebelum pulang.Pencatatan harus dilakukan dengan upaya perbaikan : Bila suhu tercatat di bawah 2C, harus mencurigai vaksin DPT, DT, dan TT telah beku. Lakukan uji kocok, jangan gunakan vaksin yang rusak dan buatlah catatan pada kartu stok vaksin. Bila suhu tercatat di atas 8C, segera pindahkan vaksin ke cold box, vaccine carrier atat termos yang berisi cukup cold pack (kotak dingin beku). Bila perbaikan lemari es lebih dari 2 hari, vaksin harus dititipkan di puskesmas terdekat atau kabupaten. Vaksin yang telah kontak dengan suhu kamar lebih dari periode waktu tertentu, harus dibuang setelah dicatat di kartu stok vaksin. Pencatatan logistik imunisasiKeluar masuknya vaksin harus dicatat di buku stok vaksin. Nomor batch untuk vaksin, serta nomor seri untuk sarana cold chain (lemari es, mini freezer, vaccine carrier, container) harus dicatat ke dalam kolom keterangan. Untuk peralatan habis pakai seperti ADS, safety box, dan spare part cukup dicatat jumlah dan jenisnya.

3) Tingkat Kabupaten Hasil cakupan imunisasiKompilasi laporan hasil imunisasi dari semua puskesmas dan RSU kabupaten maupun RS swasta dilakukan setiap bulan dan dicatat di buku hasil imunisasi kabupaten. Setiap catatan dari buku ini dibuat dalam rangkap dua. Lembar ke 2 dibawa ke provinsi pada waktu mengambil vaksin / konsultasi. Pencatatan vaksinKeluar masuknya vaksin terperinci menurut jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa harus dicatat dalam buku stok vaksin. Sisa atau stok vaksin harus dihitung pada setiap kali penerimaan atau pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis vaksin mempunyai buku stok tersendiri. Selain itu kondisi VVM sewaktu menerima dan mengirimkan vaksin ke puskesmas juga perlu dicatat pada buku stok dan SBBK (Surat Bukti Barang Keluar). Pencatatan barang imunisasiKeluar masuknya barang termasuk vaksin harus dicatat di buku umum. Nomor batch untuk vaksin, serta nomor seri untuk sarana cold chain (lemari es, freezer, vaccine carrier) harus dicatat ke dalam kolom keterangan. Untuk peralatan habis pakai seperti ADS perlu juga dicatat nomor seri / lot masa kadaluarsa, jumlah dan merk, safety box cukup dicatat jumlah dan jenisnya.

4) Tingkat Provinsi Hasil cakupan imunisasiKompilasi laporan hasil imunisasi dari semua kabupaten / kota dilakukan setiap bulan dan dicatat di buku hasil vaksinasi provinsi. Setiap catatan di buku ini dibuat dalam rangkap dua. Lembar ke 2 dikirimkan ke pusat.

Pencatatan vaksinKeluar masuknya vaksin terperinci menurut jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa harus dicatat dalam buku stok vaksin. Sisa atau stok vaksin harus selalu dihitung pada setiap kali penerimaan atau pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis vaksin mempunyai buku stok tersendiri. Pencatatan barang imunisasiKeluar masuknya barang termasuk vaksin harus dicatat di buku umum. Jenis vaksin, nomor batch dan kondisi VVM saat diterima atau dikeluarkan untuk vaksin, serta nomor seri untuk sarana cold chain (lemari es, freezer, vaccine carrier, container) harus dicatat ke dalam kolom keterangan. Untuk peralatan seperti jarum, syringe dan spare part cukup dicatat jumlah dan jenisnya.

b. PelaporanPelaporan dilakukan oleh setiap unit yang melakukan kegiatan imunisasi, mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas, RSU, balai imunisasi swasta, RS swasta, rumah bersalin swasta kepada pengelola program di tingkat administrasi yang sesuai. Unit yang di bawah melaporkan hasil rangkapnya ke unit yang di atasnya.

Gambar : Skema Pelaporan

Yang dilaporkan adalah :1) Cakupan imunisasiDalam melaporkan cakupan imunisasi, harus dipisahkan pemberian imunisasi terhadap kelompok di luar sasaran. Pemisahan ini sebenarnya sudah dilakukan mulai saat pencatatan, supaya tidak mengacaukan perhitungan persen cakupan. Cakupan imunisasi rutin dilaporkan setiap bulan dari puskesmas ke kabupaten/kota paling lambat tanggal 5, dari kabupaten ke provinsi paling lambat tanggal 10 dan dari provinsi ke subdit imunisasi (pusat) paling lambat tanggal 15. Cakupan imunisasi dan pemakaian vaksin dan logistik kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah dilaporkan pada minggu pertama ddari puskesmas dari kabupaten/kota, minggu kedua dari kab/kota ke provinsi dan minggu ketiga dari provinsi ke subdit imunisasi (pusat) setelah bulan pelaksanaan.2) Stok dan pemakaian vaksinStok vaksin dan pemakaian vaksin setiap bulan harus dilaporkan bersama-sama dengan laporan cakupan imunisasi.3) Laporan pemakaian vaksin dan logistikPemakaian vaksin dan logistik dilaporkan setiap bulan bersama-sama dengan laporan cakupan imunisasi.4) Laporan keadaan rantai vaksin ( lemari es, freezer, vaccine carrier, cold box, dll) meliputi jumlah, tipe, merk, kondisi dan nomor seri dilaporkan setiap tahun secara berjenjang.5) Kasus KIPI atau diduga KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)Laporan kasus KIPI menggunakan format pelaporan KIPI. Bila dilakukan pelacakan dilengkapi dengan kronologis kejadian serta data yang lengkap seperti riwayat perawatan (jalan/inap), prosedur pelaksanaan imunisasi, penanganan vaksin dan rantai vaksin dan lain-lain.Laporan harus dibuat secepatnya sehingga keputusan dapat segera diambiluntuk melakukan tindakan atau pelacakan. Pada keadaan tertentu, laporan satu kasusu KIPI dapat dilaporkan beberapa kali sampai ada kesimpulan akhir dari kasus.Pencatatan dan pelaporan imunisasi adalah pencatatan dan pelaporan data program imunisasi meliputi hasil cakupan imunisasi dan data logistik, data inventaris peralatan imunisasi dan kasus diduga KIPI atau KIPI. KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada kejadian tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (artritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau sampai 6 bulan (infeksi virus campak vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio.Klasifikasi KIPI : Reaksi vaksin, misal : induksi vaksin, potensiasi vaksin, sifat dasar vaksin. Kesalahan program, misal : salah dosis, salah lokasi dan cara penyuntikan, semprit dan jarum tidak steril, kontaminasi vaksin dan alat suntik, penyimpanan vaksin salah. Kebetulan (coincidental), kejadian terjadi setelah imunisasi tapi tidak disebabkan oleh vaksin. Indikator faktor kebetulan diketemukannya kejadian yang sama disaat yang sama pada kelompok populasi setempat tetapi tidak mendapat imunisasi. Injection reaction disebabkan rasa takut/gelisah atau sakit dari tindakan penyuntikan, bukan dari vaksin. Misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntik, takut, pusing dan mual. Penyebab tidak diketahui, yaitu penyebab kejadian tidak dapat ditetapkan.

Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program imunisasi memegang peran penting dan sangat menentukan. Selain menunjang pelayanan imunisasi juga menjadi dasar untuk membuat perencanaan maupun evaluasi.Manfaat pencatatan dan pelaporan hasil imunisasi : Memantau hasil kegiatan dan mengambil tindakan koreksi secara cepat, terutama untuk tingkat puskesmas dan kabupaten /kota. Memantau distribusi serta efisiensi penggunaan logistic. Membuat analisis untuk perbaikan program dan perencanaan. Sebagai pertanggungjawaban akuntabilitas program.

(Ditjen PP dan PP, 2007 & Depkes RI, 2005)a. PencatatanUntuk masing-masing tingkat administrasi perlu diperhatikan hal-hal berikut :1) Pelayanan Luar Gedung (Tingkat Desa)Data Cakupan Imunisasi : Pelayanan imunisasi di luar gedung meliputi pelayanann imunisasi di rumah sakit, rumah bersalin, praktek dokter/bidan swasta, puskesmas pembantu, poskesde, dan posyandu. Petugas mengkompilasikan data sasaran ke dalam buku pencatatan hasil imunisasi bayi dan ibu. Pencatatan hasil imunisasi untuk bayi (BCG, DPT-HB, Polio, Campak,Hepatitis B Uniject) dicatatat oleh petugas imunisasi di buku kuning. Satu buku biasanya untuk 1 desa . Untuk masing-masing bayi, imunisasi yang diberikan pada hari itu dicatat juga di KMS bayi. Pencatatan hasil imunisasi TT untuk WUS termasuk ibu hamil dan calon pengantin dicatat di buku KIA/buku kohort ibu/KMS ibu hamil. Untuk anak sekolah, imunisasi DT, campak atau TT yang diberikan dicatat pada buku catatan khusus, 1 kopi diberikan kepada sekolah. Untuk masing-masing anak sekolah diberikan kartu TT seumur hidup yang berisi catatan pemberian tetanus toxoid. Bila saat bayi terbukti pernah mendapat DPT, maka dimulai dari DPT2 dapat dicatat sebagai TT1 dan DPT3 sebgai TT2 pada kartu TT seumur hidup, sehingga pemberian DT/TT di sekolah dicatat sebagai TT3 . Bila tidak terbukti pernah mendapat suntikkan DPT maka dicatat sebagai TT1.

2) Pelayanan Dalam Gedung (Tingkat Puskesmas)a) Data cakupan Imunisasi : Di dalam gedung (di puskesmas) dilakukan pelayanan imunisasi untuk bayi dan WUS (Wanita Usia Subur). Hasil kegiatan imunisasi di puskesmas dicatat di buku merah. Untuk masing -masing bayi , imunisasi yang diberikan pada hari itu dicatat juga di KMS bayi. Untuk WUS yang diimunisasi pada hari itu dicatat juga di kartu TT dan/ atau KMS bayi. Pada akhir bulan, hasil pelayanan imunisasi di puskesmas direkapitulasi di Buku Rekapitulasi Hasil Imunisasi Rutin Puskesmas (bku biru). Hasil imunisasi harus dipisahkan terhadap kelompok di luar umur sasaran dan sasaran dari luar wilayah. Pemisahan ini sebenarnya sudah dilakukan mulai saat pencatatan, supaya tidak mengacaukan perhitungan presentase cakupan.b) Data Rekapitulasi Pelayanan Imunisasi dari Luar Gedung : Hasil imunisasi anak sekolah direkapitulasi di buku rekapitulasi hasil imunisasi anak sekolah. Laporan hasil imunisasi dari rumah sakit , rumah bersalin, praktek dokter/bidan swasta, puskesmas pembantu, poskesdes, dan posyandu juga direkapitulasi di buku biru pada bulan yang sesuai. Pada akhir bulan, setelah hasil pelayanan imunisasi di luar dan di dalam gedung direkap menjadi satu di buku biru, setiap catatan dari buku biru ini buat rangkap dua. Lembar pertama dibawa/dikirim sebagai laporan ke kabupaten sewaktu mengambil vaksin / konsultasi sedangkan lembar kedua/kopi disimpan di puskesmas. Selanjutnya hasil cakupan imunisasi dianalisis dalam bentuk grafik pemantauan wilayah setempat (PWS)c) Data Vaksin dan Logistik Lainnya : Masing-masing jenis vaksin dan logistik lainnya mempunyai buku stok tersendiri. Keluar masuknya vaksin dan logistik harus dicatat di dalam buku stok vaksin dan logistik. Sisa atau stok vaksin dan logistik lainnya harus selalu dihitung setiap kali penerimaan dan pengeluaran . Pencatatan di buku stok vaksin dan logistik harus terperinci seperti : jumlah, nomor batch dan Vaccine Vial Monitor (VVM) (vaksin). nomor lot (ADS), tanggal kadaluarsa. Setiap tiga bulan dilakukan pemeriksaan stok fisik dari vaksin dan logistik, kemudian dicatat hasil tersebut pada kolom penyesuaian di buku stok vaksin dan logistik. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dibuat oleh kabupaten untuk mengeluarkan barang, puskesmas yang menerima barang harus mengarsipkannya. Vaccine Arrival Report (VAR) diisi oleh puskesmas saat vaksin tiba di puskesmas, dikirim kembali ke kabupaten, serta diarsipkan oleh puskesmas. Untuk sarana cold chain ( lemari es, freezer, vaccine carrier, cold box, dll) dicatat dalam buku inventaris meliputi : jumlah, type, merk, kondisi, dan nomor seri. Untuk peralatan habis pakai seperti ADS, Safety box, dan spare part cukup dicatat jumlah dan jenisnyad) Data Suhu Lemari Es Temperatur lemari es , harus dicatat pada kartu pencatatan suhu lemari es , dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Kartu suhu diletakkan di tempat yang mudah dilihat dekat lemari es.

b. PelaporanPelaporan dilakukan oleh setiap unit yang melakukan kegiatan imunisasi , mulai dari posyandu, poskesdes, puskesmas pembantu, puskesmaS, rumah sakit, unit pelayanan swasta (bidan/dokter praktek, rumah bersalin) kepada puskesmas. Pelaporan hasil imunisasi harus lengkap dan tepat waktu.Pelaporan hasil imunisasi unit pelayanan swasta dan RS menggunakan format laporan hasil imunisasi rutin unit pelayanan yang berisi kolom asl desa sasaran dan format ini harus dilaporkan ke puskesmas di wilayah RS/RB tersebut setiap bulan.Yang dilaporkan adalah :1) Cakupan imunisasi rutin dilaporkan setiap bulan dari puskesmas ke kabupaten / kota paling lambat tanggal 5, dari kabupaten ke provinsi paling lambat tanggal 10 dan dari provinsi ke subdit imunisasi (pusat) paling lambat tanggal 15.2) UCI desa dilaporkan dalam periode satu tahun (januari-desember). Pengiriman dari puskesmas ke kabupaten/kota pada minggu I , dari kabupaten/kota ke provinsi pada minggu II dan dari provinsi ke pusat (subdit imunisasi) minggu III bulan januari tahun berikutnya.3) Cakupan imunisasi dan pemakaian vaksin dan logistik kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dilaporkan pada minggu I dari puskesmas dari kabupaten/kota , MInggu II dari kabupaten / kota ke provinsi dan minggu III dari provinsi ke pusat (subdit imunisasi) setelah bulan pelaksanaan.4) Laporan pemakaian vaksin dan logistik.5) Pemakaian vaksin dan logistik dilaporkan setiap bulan bersama-sama dengan laporan cakupan imunisasi.6) Laporan keadaan rantai vaksin (lemari es, freezer, vaccine carrier, cold box, dll) meliputi : jumlah , type, merek, kondisi dan nomor seri dilaporkan setiap tahun secara berjenjang.7) Kasus KIPI atau diduga KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)Hal-hal yang harus diperhatikan pada pelaporan : Identitas anak lengkap dan jelas Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa yang memberikan Vaksin sisa disimpan dan diperlakukan seperti vaksin utuh (perhatikan cold chain) Nama dokter yang bertanggung jawab Riwayat KIPI pada imunisasi terdahulu Gejala klinis yang timbul dan atau diagnosis (bila ada) Pengobatan yang diberikan dan perjalanan penyakit (sembuh, dirawat, meninggal) Hasil laboratorium (bila ada) penyakit lain (bila ada) Waktu pemberian imunisasi (tanggal, jam) Saat timbulnya KIPI hingga diketahui, berapa lama interval waktu antara pemberian imunisasi dengan terjadinya KIPI, lama gejala KIPI Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI Adakah tuntutan dari keluargaKIPI yang harus dilaporkan 24 jam pasca imunisasi : Reaksi anafilaksis Anafilaksis Menangis menjerit yang tidak berhenti selama>3 jam (persistent inconsolable screaming) Hypotonic hypresponsive episode Toxic shock syndromeKIPI yang harus dilaporkan 5 hari pasca imunisasi : Reaksi lokal hebat Sepsis Abses pada tempat suntikanKIPI yang harus dilaporkan 30 hari pasca imunisasi : KIPI terjadi dalam 30 hari setelah imunisasi (satu gejala atau lebih) Ensefalopati Kejang Meningitis aseptic Trombositopenia Lumpuh layuh (accute flaccid paralysis) Meninggal, dirawat di RS Reaksi lokal yang hebat Abses di daerah suntikan Neuritis Brakhial8) Laporan kasus KIPI menggunakan kronologis kejadian serta data yang lengkap seperti : riwayat perawatan (jalan/inap), prosedur pelaksanaan imunisasi, penanganan vaksin dan rantai vaksin, data vaksin dan lain-lain. Laporan harus dibuat secepatnya , sehingga keputusan dapat segera diambil untuk melakukan tindakan atau pelacakan. Pada keadaan tertentu, laporan satu kasus KIPI dapat dilaporkan beberapa kali sampai ada kesimpulan akhir dari kasus.

TAMBAHAN

(Buku Informasi PP&PL, 2008)A. Pokok-pokok kegiatan Program PD3I1) Imunisasi rutinAdalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan.Berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi : rutin pada bayi, wanita usia subur, dan anak sekolah2) Imunisasi tambahanAdalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini sifatnya tidak rutin, membutuhkan biaya khusus dan kegiatannya dilaksanakan pada suatu periode tertentu.Yang dimaksud dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah : Backlog fightingAdalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1 - 3 tahun. Sasaran prioritas adalah desa/kelurahan yang selama 2 tahun berturut turut tidak mencapai desa UCI. Crash programeDitujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB.Kriteria pemilihan lokasi adalah : Angka kematian bayi tinggi dan angka PD3I tinggi Infrastruktur (tenaga, sarana, dana kurang) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai target UCI3) Imunisasi dalam penanganan KLB (Outbreak Response Imunization / ORI)4) Kegiatan imunisasi khusus Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Sub Pekan Imunisasi Nasional Cacth-up campaign campak

B. VaksinPengertian Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.a. Jenis-Jenis Vaksin Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine) : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) : untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin TT (Tetanus Toksoid) : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus. Vaksin DT (Difteri dan Tetanus) : untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine) : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis. Vaksin Campak : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Vaksin Hepatitis B : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin DPT / HB : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.

b. Jadwal Pemberian Imunisasi

c. Kerusakan Vaksin

d. Alat Pemantau Suhu untuk Mengetahui Kondisi Vaksin1) Vaccine Vial Monitor (VVM) VVM adalah alat pemantau paparan suhu panas, fungsi: untuk memantau suhu vaksin selama dalam perjalanan maupun dalam penyimpanan. VVM ditempelkan pada setiap vial vaksin. Mempunyai bentuk lingkaran dengan bentuk segi empat pada bagian dalamnya. Diameter VVM sekitar 0,7 cm (7mm). VVM mempunyai karakteristik yang berbeda, spesifik untuk tiap jenis vaksin. Setiap jenis vaksin mempunyai VVM tersendiri.2) Termometer Muller Suatu alat pengukur suhu tanpa menggunakan sensor pengukur. Dimasukkan ke dalam lemari es atau freezer, digunakan untuk memantau suhu selama pengiriman vaksin atau pada saat penyimpanan.3) Freeze Watch Suatu alat pemantau suhu dingin di bawah 0C. Alat ini menggunakan cairan berwarna biru sebagai indikator, bila freeze watch terpapar suhu di bawah 0C maka latar belakang putih yang ada berubah menjadi biru, kadaluarsa adalah 5 tahun dari tahun produksi.4) Freeze Tag Suatu alat pemantau suhu dingin di bawah 0C. Digerakkan dengan baterai 1,5 volt yang dapat bertahan selama 3 tahun, menggunakan sistem elaktronik dengan menampilkan tanda rumput (v) atau silang (x). Bila tanda rumput pada monitor berubah menjadi tanda silang hal ini menandakan bahwa sudah terpapar pada suhu di bawah 0C selama lebih dari 1 jam.

e. Cara Pemeriksaan VaksinUJI KOCOK (Shake Test)Dilakukan untuk meyakinkan apakah vaksin tersangka beku masih layak digunakan atau tidak.Cara melakukan uji kocok: Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku, utamakan dengan evaporator dan bagian lemari es yang paling dingin. Beri label Tersangka Beku. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label Dibekukan. Biarkan contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku sampai mencair seluruhnya. Kocok contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku secara bersamaan. Amati contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku bersebelahan untuk membandingkan waktu Pengendapan (umumnya 5-30 menit).

Bila terjadi : Pengendapan vaksin Tersangka Beku lebih lambat dari contoh Dibekukan, maka vaksin dapat digunakan. Pengendapan vaksin Tersangka Beku lebih cepat dari contoh Dibekukan, maka vaksin jangan digunakan, vaksin sudah rusak. Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis vaksinnya dengan kontrol Dibekukan yang sesuai.

f. Penanganan Vaksin RusakVaksin yang disebut rusak adalah sebagai berikut : Vaksin yang sudah menunjukkan indikator VVM pada tingkat C dan D berarti sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi Vaksin yang sudah lewat tanggal kadaluarsa (expiry date) Vaksin yang beku Vaksin yang pecahVaksin yang rusak dikeluarkan dari lemari es, kemudian dilaporkan kepada atasan petugas. Jika sedikit dapat dimusnahkan sendiri oleh Puskesmas, tetapi bila banyak dapat dikumpulkan ke Dinkes Kabupaten / Kota dengan dibuat berita acara pemusnahan.

g. Penanganan Vaksin SisaSisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan Posyandu tidak boleh digunakan lagi. Sedangkan pelayanan imunisasi stasis (di Puskesmas, Poliklinik) sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut : Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa Tetap disimpan dalam suhu 2C - 8C Kemasan tidak pernah tercampur / terendam dengan air VVM tidak menunjukkan indikasi paparan panas yang merusak vaksin. Pada label agar ditulis tanggal pada saat Vial pertama kali dipakai/dibuka. Vaksin DPT, DT, TT, Hepatitis B, dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka. Vaksin Polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka. Vaksin Campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan, sedangkan Vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan.

Pemberian pelayanan imunusasiPelayanan imunisasi rutin1. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi dengan menggunakan vaksin DPT dan HB dalam bentuk terpisah menurut tempat lahir bayiUmurVaksinTempat

Bayi lahir di rumah:

0 bulanHB1Rumah

1 bulanBCG, Polio 1Posyandu*

2 bulanDPT1, HB2, Polio2Posyandu*

3 bulanDPT2, HB3, Polio3Posyandu*

4 bulanDPT3, Polio4Posyandu*

9 bulanCampakPosyandu*

Lahir di RS/RB/Bidan:

0 bulanHB1, Polio1, BCGRS/RB/Bidan

2 bulanDPT1, HB2, Polio2RS/RB/Bidan**

3 bulanDPT2, HB3, Polio3RS/RB/Bidan**

4 bulanDPT3, Poilio4RS/RB/Bidan**

9 bulanCampakRS/RB/Bidan**

Keterangan:*: atau tempat pelayanan lain**: atau posyandu2. Tabel pemberian imunisasi pada bayi dengan menggunakan vaksin DPT dan HB dalam bentuk terpisah menurut frekuensi dan selang waktu dan umur pemberianVaksinPemberian imunisasiSelang waktu pemberian minimalUmurKeterangan

BCG1X-0-11 bulan

DPT3x(DPT 1, 2, 3)4 minggu2-11 bulan

Polio4X(Polio 1, 2, 3, 4)4 minggu0-11 bulan

Campak1X-9-11 bulan

HB3X(HB 1, 2, 3)4 minggu0-11 bulanUntuk bayi lahir di RS/puskesmas oleh nakes pelaksana HB segera diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran, vaksin BCG dan polio diberikan sebelum bayi pulang ke rumah

3. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi dengan menggunakan vaksin DPT/HB komboUmurVaksinTempat

Bayi lahir di rumah:

0 bulanHB1Rumah

1 bulanBCG, Polio 1Posyandu*

2 bulanDPT/HB kombo1, Polio2Posyandu*

3 bulanDPT/HB kombo2, Polio3Posyandu*

4 bulanDPT/HB kombo3, Polio4Posyandu*

9 bulanCampakPosyandu*

Lahir di RS/RB/Bidan:

0 bulanHB1, Polio1, BCGRS/RB/Bidan

2 bulanDPT/HB kombo1, Polio2RS/RB/Bidan**

3 bulanDPT/HB kombo 2, Polio3RS/RB/Bidan**

4 bulanDPT/HB kombo 3, Poilio4RS/RB/Bidan**

9 bulanCampakRS/RB/Bidan**

Keterangan:*: atau tempat pelayanan lain**: atau posyandu

4. Jadwal pemberian imunisasi pada anak sekolahImunisasi anak sekolahPemberian imunisasiDosis

Kelas 1DTCampak0,5 cc0,5 cc

Kelas 2TT0,5 cc

Kelas 3TT0,5 cc

5. Jadwal pemberian imunisasi pada wanita usia suburImunisasiPemberian imunisasiSelang waktu pemberian minimalMasa perlindunganDosis

TT WUST1T2T3T4-4 minggu setelah T14 minggu setelah T24 minggu setelah T34 minggu setelah T4-3 tahun5 tahun10 tahun25 tahun0,5 cc0,5 cc0,5 cc0,5 cc0,5 cc

Pelayanan imunisasi rutin dapat dilaksanakan di beberapa tempat, antara lain : Pelayanan imunisasi di komponen statis (puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit dan rumah bersalin). Pelayanan ini merupakan pendekatan yang ideal di mana sasaran datang mencari pelayanan. Pelayanan imunisasi rutin dapat juga diselenggarakan oleh swasta seperti rumah sakit swasta, dokter praktik, dan bidan praktik.Koordinasi pelayanan imunisasi rutin oleh swasta diperlukan untuk penyediaan vaksin dan pelaporan : Pelayanan imunisasi di komponen lapangan antara lain di sekolah, posyandu, dan kunjungan rumah. Di sekolah dasar harus dijadwalkan bersama dengan pihak sekolah dan pelaksanaannya dilakukan selama jam sekolah. Pelayanan imunisasi di posyandu diatur mengikuti sistem pelayanan lima meja. Bila pengunjung datang dapat dilakukan pendataan sasaran dan sebelum pelayanan dimulai diberikan penyuluhan kelompok. Selama pemberian imunisasi, penyuluhan perorangan diberikan. Catatan pemberian imunisasi dilakukan segera setelah pelayanan baik di KMS maupun buku catatan hasil imunisasi bayi dan ibu (bukumerah dan kuning). Kunjungan rumah dilakukan untuk pemberian imunisasi HB (0-7 hari) yang lahir di rumah.

Pekan Imunisasi NasionalPekan Imunisasi Nasional (PIN) adalah Pekan dimana setiap balita termasuk bayi baru lahir yang bertempat tinggal di Indonesia diimunisasi dengan vaksin polio, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi dilakukan 2 kali masing-masing 2 tetes dengan selang waktu satu bulanTujuan dan Sasarana. Tujuan :Tujuan Pekan Imunisasi Nasional ( PIN ) 2005 adalah : Memutus mata rantai penularan virus polio liar di seluruh wilayah Indonesia. Meningkatkan kekebalan anak balita di seluruh wilayah Indonesia terhadap virus polio liar.b. SasaranSemua Balita termasuk bayi baru lahir yang bertempat tinggal di seluruh wilayah Indonesia mendapat 2 tetes vaksin polio, secara serentak pada akhir bulan Agustus dan September 2005.

Kebijakan dan Strategia. Kebijakan PIN merupakan Gerakan Nasional, dilaksanakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus polio liar di seluruh wilayah Indonesia tahun 2005. PIN merupakan tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah. Dalam pelaksanaan PIN pemerintah bekerja sama dengan swasta nasional, badan-badan internasional seperti WHO dan UNICEF dan lain-lain.b. StrategiDalam pelaksanaan PIN diupayakan adanya : Dukungan politis dari pemerintah pusat dan daerah. Peranan kabupaten / kota sangat menentukan keberhasilan PIN. Peran aktif sektor terkait termasuk swasta, LSM, masyarakat dalam persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi PIN. Pemasaran sosial yang efektif dalam rangka penyebarluasan informasi serta penggerakan masyarakat. Penggerakan sasaran oleh sektor-sektor terkait,PKK, tokoh masyarakat serta Lembaga Swadaya Masyarakat. Dukungan sumber daya dan teknologi dalam pelayanan imunisasiJenis Pelayanan

Pencatatan dan PelaporanHasil kegiatan imunisasi dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan format pelaporan ke kabupaten setiap harinya melalui kurir atau fax. Pelaporan hasil kegiatan sementara berjenjang dari kabupaten ke provinsi dan dari provinsi ke Pusat setiap hari melalui fax.

Gambar : contoh format register, format pelaporan.

JENIS DAN CARA PEMBERIAN IMUNISASI1) IMUNISASI BCGVaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan (Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin. Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m. deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan. Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan. Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu 2 bulan : tes tuberkulin (Mantoux) Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intra kutan Pembacaan dilakukan setelah 48 72 jam penyuntikan Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan. < 5 mm : negative 6-9 mm : meragukan 10 mm : positif Tes Mantoux (-), imunisasi(+)

Kontraindikasi Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun kongenital, leukemia, keganasan Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi Hamil

2) IMUNISASI HEPATITIS B Vaksin berisi HBsAg murni Diberikan sedini mungkin setelah lahir Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml. Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8C Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B Dosis kedua 1 bulan berikutnya Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan) Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997

Efek samping Demam ringan Perasaan tidak enak pada pencernaan Rekasi nyeri pada tempat suntikanTidak ada kontraindikasi

3) IMUNISASI POLIO Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml) Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI Anak diare : gangguan penyerapan vaksin. Ada 2 jenis vaksin IPV : salk OPV : sabin , IgA local Penyimpanan pada suhu 2-8C Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang neurovirulen Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan penerima vaksin Kontra indikasi : defisiensi imunologik atau kontak dengannya

4) IMUNISASI DPT Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil. Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha. Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu. Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.Terdiri dari : toxoid difteri : racun yang dilemahkan Bordittela pertusis : bakteri yang dilemahkan toxoid tetanus : racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolatReaksi pasca imunisasi Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari : diberikan anafilatik + antipiretik Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi : demam > 40C, kejang, syok imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau DPaTKontraindikasi Kelainan neurologis n terlambat tumbuh kembang Ada riwayat kejang Penyakit degenerative Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati, kejang, renjatan, hiperpireksia, tangisan/teriakan hebat.

5) IMUNISASI CAMPAKVaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades. Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri. Disimpan pada suhu 2-8C, bisa sampai 20 derajat Celsius. Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8C. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudianEfek samping : demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang.Kontraindikasi Infeksi akut dengan demam, defisiensi imunologik, tx imunosupresif, alergi protein telur, hipersensitifitas dng kanamisin dan eritromisin, wanita hamil. Anak yang telah diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal 3 bulan. Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak

6) IMUNISASI HIB Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit. Dosis 0,5 ml diberikan IM Disimpan pada suhu 2-8C Di Asia belum diberikan secara rutin Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia.

7) IMUNISASI MMR Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun Dosis 0,5 ml secara sub kutan, diberikan minimal 1 bulan setelah suntikan imunisasi lain.Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari : Measles strain moraten (campak) Mumps strain Jeryl lynn (parotitis) Rubela strain RA (campak jerman)Kontra indikasi : wanita hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya mendapat transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur.

8) IMUNISASI TYPHUS Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun. Disimpan pada suhu 2-8C. Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi Reaksi pasca imunisasi: demam, nyeri ringan, kadang ruam kulit dan eritema, indurasi tempat suntikan, daire, muntah.Tersedia 2 jenis vaksin : suntikan (typhim) : >2 tahun oral (vivotif) : > 6 tahun, 3 dosis

9) IMUNISASI VARICELLAVaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan. Bisa diberikan pada umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun. Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan pada suhu 2-8C.Kontraindikasi : demam atau infeksi akut, hipersensitifitas terhadap neomisin, kehamilan, tx imunosupresan, keganasan, HIV, TBC belum tx, kelainan darah. Reaksi imunisasi sangat minimal, kadang terdapat demam dan erupsi papulo-vesikuler.

10) IMUNISASI HEPATITIS AImunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun. Imunisasi dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated virus strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi minimal kadang demam, lesu, lelah, mualmuntah dan hialng nafsu makan.

11) VAKSIN COMBOGabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda, misal DPT + hepatitis B +HiB atau Gabungan beberapa antigen dari galur multiple yg berasal dari organisme penyakit yang sama, misal: OPV.Tujuan pemberian Jumlah suntikan kurang, Jumlah kunjungan kurang Lebih praktis, compliance dan cakupan naik, Penambahan program imunisasi baru mudah Imunisasi terlambat mudah dikejar, Biaya lebih murahDaya proteksiTiter antibodi salah satu antigen lebih rendah namun masih diatas ambang protektif. Efektivitasnya sama di berbagai jadwal imunisasi. Bisa terjadi kemampuan membuat antibodi utk mengikat antigen berkurang. Dapat terjadi respon imun antigen kedua berubah. Reaktogenitas yang ditentukan terutama oleh ajuvan tidak berbeda jauh. Nyeri berat lebih sering terjadi pada vaksin kombo (Bogaerts, Belgia).

DAFTAR PUSTAKA

Alan R Tumbelaka, Sri Rezeki S Hadinegoro. 2008. Difteria, tetanus, pertusis. Dalam I.G.N. Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri Rezeki S Hadinegoro, Cissy B. Kartasasmita, Ismoedijanto, Soedjatmiko : Pedoman imunisasi di indonesia.Edisi ketiga. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.Buku Informasi PP&PL. 2008Depkes R.I. 2005. Modul 2 Pelatihan Safe Injection, Penanganan Peralatan Rantai Vaksin dan Vaksin. Diperbanyak oleh Dinkes Jateng.Effendi, F., Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.Ismalita. 2003. Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Prematur. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Halaman 163-167.Keputusan Menkes No. 1611 / Menkes / SK / XI / 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. (online). http://www.hukor.depkes.go.id/ up_prod_kepmenkes/KMK% 20No.%201611%20ttg%20Pedoman%20Penyelenggaraan%20Imunisasi.pdf Diakses pada tanggal 14 Desember 2013.Probandari, Ari N; Selvi H; Nugroho JD. 2013. Modul Field Lab Edisi Revisi II Ketrampilan Imunisasi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. (online). http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Imunisasi.pdf Diakses pada tanggal 14 Desember 2013.Usayri. 2011. Sistem Informasi Program Imunisasi (Studi Kasus di Posyandu Karang Panasan Blega Bangkalan). Program Studi D3 Manajemen Informatika Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo. (online). http://pta.trunojoyo.ac.id/ uploads/journals/080451100039/080451100039.pdf Diakses pada tanggal 14 Desember 2013.