laporan jtd3c kelompok 2

19
PRAKTIKUM SISTEM VIDEO PERCOBAAN 4 TELEVISI KABEL Disusun oleh : Kelompok 2 / JTD-3C Andika Oktavia P.P (06) Basuki Rahmat H. (07) Cunfan Satria (08) Desy Damasari (09) Devina Icta Almira (10) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Upload: devina-icta-almira

Post on 25-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Laporan TV Kabel

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM SISTEM VIDEO

PERCOBAAN 4 TELEVISI KABEL

Disusun oleh :Kelompok 2 / JTD-3CAndika Oktavia P.P (06)Basuki Rahmat H.(07)Cunfan Satria(08)Desy Damasari(09)Devina Icta Almira(10)

JURUSAN TEKNIK ELEKTROPROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASIPOLITEKNIK NEGERI MALANG2015BAB IPENDAHULUAN1.1 TujuanAdapun tujuan dari praktikum ini adalah(1) Menentukan atenuasi keluaran modulator sebelum didistribusikan ke pelanggan.(2) Menentukan besarnya atenuasi sepanjang saluran.(3) Mengetahui penguatan pada penguat televisi kabel..1.2 Peralatan yang digunakan1 Spectrum Analyzer : Gw Instek GSP 827 2,7 GHz

1 Modulator 3 Kanal : Winerset WR 582

2 Kabel koaksial RG-59 75 ( 140 m) : Belden Wire

1 Konektor N male to BNC female

1 Amplifier : Winersat WA 860 ( 40 860 MHz , 40 dB Gain )

1 Power Splitter 3 wey : Dx Antena model ED 773 ( 10 1450 MHz )

1 Konektor N male to N male

1.3 Skema Rancangan

1.4 Teori Dasara. DefinisiTelevisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat isyarat frekuensi radio yang diterima oleh antena kemudian ditransmisikan melalui serat optik yang tetap atau kabel coaxial lalu dihubungkan pada televisi.b. SejarahSistem TV kabel pertama kali berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1940-an, tepatnya di Pennsylvania. Saat itu sinyal siaran televisi ditransmisikan melalui pemancar yang diterima oleh antena televisi. Namun, transmisi sinyal ke pesawat penerima tidak dapat diterima dengan baik terutama di wilayah pegunungan, lembah dan wilayah yang lokasinya lebih jauh dari stasiun pemancar. Lalu, dibangunlah antena besar di suatu puncak gunung atau dataran tinggi. Kabel koaksial digunakan untuk menghubungkan antena dengan pesawat televisi. Hasilnya, siaran televisi dapat dinikmati oleh penduduk setempat. Hal yang sama juga dimulai di bagian lain di Arkansas dan Oregon. Pada tahun 1950-an di Amerika saja sudah tersambung 14 ribu pelanggan TV kabel. Operator TV kabel juga tidak hanya mampu mentransmisikan sinyal TV lokal saja, namun juga mampu memberikan layanan program dari berbagai stasiun TV lain di luar area operasinya. Transmisi siaran ke rumah-rumah penduduk saat itu masih menggunakan kabel koaksial.c. Sistem TV KabelPada Tv kabel adapun sistem di dalamnya yaitu : Head and dan Sistem distribusi

Headend CATVHeadend adalah jantungnya dari sebuah jaringan TV kabel yang mana berfungsi sebagai penyalur semua siaran TV yang sudah di setting dan siap di distribusikan kerumah pelanggan.Headend secara harfiah dapat dikatakan pengendali, pengumpul adalah sebuah susunan peralatan pengendali atau peralatan sumber siaran dari sebuah sistem cable antenna television (CATV). Karena sebagai pengendali maka dalam urusan channel channel siaran yang akan disiarkan dalam sebuah sistem CATV otomatis pengaturannya hanya pada headend.Biasanya dalam sebuah headend CATV akan tersusun beberapa receiver satelit sesuai dengan jumlah channel siaran yang akan dipancarkan melalui kabel. Headend sistem catv terdiri atas antena parabola, receiver, dan modulator. Adapun penjelasan fungsi dari peralatan tersebut adalah sebagai berikut:a. Antenna ParabolaAntenna parabola digunakan sebagai antenna receive sinyal dari satelit. seperti diketahui bahwa dalam sebuah satelit terdapat banyak transponder yang mempunyai alokasi frekuensi baik untuk sinyal data, video dan gambar. Sebuah sistem CATV biasanya lebih dari satu antenna parabola yang digunakan dan biasanya sinyal yang digunakan dalam sistem CATV adalah dari satelit PALAPA D, TELKOM-1, ASIASAT3S, TELSTRA18, AGILA 2 dll.b. Receiver SatelitReceiver satelit adalah alat yang digunakan untuk merubah sinyal satelit yang ditangkap oleh antenna parabola menjadi sinyal audio dan video sehingga dapat dilihat melalui televisi. Untuk mengeluarkan sinyal televisi, sebuah receiver harus disetting dulu baik dengan blind scanning maupun dengan manual scanning guna mencari siaran televisi yang hendak ditayankan nantinya. Berikut ini adalah gambar Receiver yang digunakan di PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pendopo.c. ModulatorModulator adalah sebuah modulation yang diaplikasikan untuk merubah sinyal audio video dari receiver satelit menjadi sinyal RF, dalam pengaturan alokasi frekuensi dari siaran, modulator yang memegang peranan penting, disamping itu pada modulator ini kita dapat menguatkan atau melemahkan sinyal audio maupun video sesuai dengan keinginan akan kekuatan sinyal RF yang kita harapkan. Berikut adalah gambar modulator yang digunakan di PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pendopo.

Sistem Distribusi CATVSeperti telah dijelaskan di awal bahwa dalam sistem cable antenna television, disamping ada headend tentu ada sistem distribusi yang berfungsi untuk menyebarkan siarannya sampai kepada para customernya.Sistem distribusi CATV kebanyakan adalah sebuah jaringan yang memadukan semua system Topologi dari LAN (Local Area Network) yang ada pada jaringan komputer, seperti STAR, BUS, dan TOKEN RING. Sebuah Distribusi CATV memang sangat kompleks dan penuh perhitungan, kebanyakan, dari sebuah headend CATV jaringan yang keluar adalah menggunakan sistem STAR yang artinya output sebuah headend atau server pasti mempunyai minimal 2 keluaran yaitu kanan dan kiri. Sedangkan jaringan distribusinya kebanyakan adalah BUS dan TOKEN RING.Sesuai dengan gambaran diatas, tampak bahwa dalam hal penganturan dan penempatan amplifier tersusun secara series, dan tampak bahwa sistem distribusi CATV sebenarnya identik dengan sistem jaringan LAN komputer terutama similiar dengan topology STAR, BUS dan TOKEN RING. Sesuai dengan gambar diatas maka dalam hal pendistribusian ada 2 faktor yang menjadi bahan dasar dari sistem distribusi CATV yaitu :a. KabelSistem distribusi CATV menggunakan media kabel baik kabel RG maupun kabel fiber optic yang tentunya mempunyai fungsi dan karateristik yang berbeda, untuk kabel RG yang digunakan adalah kabel RG 6 maupun RG 11 dengan impedansi ohm yaitu 75 Ohm. Penggunaan kabel RG kebayakan adalah sistem Single Side Transport Packet yaitu hanya komunikasi satu arah, sedangkan perkembangan saat ini sudah mulai ada yang beralih menggunakan kabel fiber karena untuk melayani komunikasi dua arah (two way system), artinya sebuah jaringan CATV yang menggunakan kabel fiber pastinya banyak berhubungan dengan tambahan aplikasi yaitu komunikasi data, baik itu internet maupun game online atau istilahnya yaitu BROADBAND.Dalam hal penggunaan kabel RG tentunya harus mengetahui akan kandungan losses dari kabel RG tersebut, berdasarkan data data yang sudah ada, setiap merek kabel RG mempunyai kualitas losses yang berbeda, ada yang lossesnya kecil dan ada yang lossesnya besar. Salah satu metode dalam hal pengukuran losses adalah dengan menggunakan metode pengukuran kekuatan dB dalam satu roll kabel tersebut, pengukurannya dengan menggunakan dB meter.b. AmplifierKebanyakan dalam sistem distribusi CATV, amplifier dipasang dengan sistem series pada jalur kabel yang terpasang, pemasangan ini harus terukur dengan tepat, kalau tidak akan timbul noise pada sistem distribusinya. seperti telah dijelaskan pada gambaran tentang kabel, setiap kabel yang terpasang akan mempunyai tingkat losses, nah untuk menaikkan kembali kuat sinyal diperlukan adanya amplifier.c. SplitterSplitter adalah device yang digunakan untuk memecah atau membagi jaringan backbone menjadi beberapa jaringan distribusi, sistem kerja dari spliiter ini setiap output dari splitter akan mengalami losses yang sama, splitter yang sering digunakan adalah splitter 2 Way, 4 Way.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Prosedur PercobaanSebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian pada Spectrum Analyzer. Setelah itu pengujian pada output modulator dapat dimulai.Catatan : Untuk setiap pengujian, sebelum dihubungkan ke Spectrum Analyzer akan lebih baik jika digunakan matching impedance dari 75 ke 50 (atenuasi 7,8 dB). Untuk pengukuran tiap TP, jangan menghubungkan seluruh sistem yang akan diukur. Misalnya, pengukuran TP1 yang terpasang hanya modulator saja, TP2 hanya modulator dan kabel rol saja, begitu seterusnya.1. Ukur dan Foto gambar spektrum frekuensi pada titik pengukuran (TP1) untuk melihat level sinyal output modulator pada tiap-tiap kanal. Kabel yang digunakan dalam pengujian ini berupa kabel koaxial 75 ( 2 m), dengan blok diagram seperti di bawah ini.

2. Ulangi pengujian dengan menggunakan kabel panjang ( 150 m) yaitu TP2, dengan blok diagram seperti di bawah. Foto gambar spektrum frekuensi dan tentukan levelnya. Berapa dB redaman yang terjadi pada kabel.

3. Ulangi pengujian untuk TP3, TP4, TP5, TP6, dan TP7 seperti pada langkah 1 dan 2.Tentukan penguatan pada penguat, redaman pada kabel, redaman pada splitter tiap port.

Gambar Rangkaian Pengujuan TP 3Gambar rangkaian Pengujian pada TP 4

Gambar Pengujian pada TP 5 Gambar pengujian pada TP 6

Gambar pengujian pada TP 7

4. Ulangi untuk TP 2 dan TP 4 dengan memindahkan kabel roll.

2.2 Hasil PercobaanNo.Hasil

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Analisa Hasil PercobaanDari data yang diperoleh pada Frekuensi modulator sebesar 511,2743 Mhz Dari TP1 ke TP2 mengalami pelemahan amplitude sebesar 18,9 dBm hal ini dapat dilihat dari amplitude pada TP1 yang sebesar -40,5 dBm menjadi -59,4 dBm pada TP2 yang disebabkan penambahan saluran transimi rangkaian Kabel sepanjang 150m. Dari TP2 ke TP3 mengalami penguatan amplitude sebesar 25,8 dBm dari amplitude awal pada TP2 sebesar -59,4 dBm menjadi sebesar -33,6 dBm pada TP3 yang disebabkan penambahan Amplifier pada rangkaian. Dari TP3 ke TP4 kembali mengalami pelemahan sebesar 12,5 dBm dari amplitude awal pada TP3 sebesar -33,6 dBm menjadi -46,1 dBm pada TP4 yang disebabkan penambahan rangkaian Kabel sepanjang 150m. Dari TP4 ke TP5 mengalami pelemahan sebesar 12,5 dBm yang disebabkan penambahan power spliter dari amplitude pada TP4 sebesar -46,1 dBm menjadi -58,6 dBm pada TP5. Dari TP4 ke TP6 mengalami pelemahan sebesar 36,3 dBm yang disebabkan penambahan power spliter dari amplitude pada TP4 sebesar -46,1 dBm menjadi -82,4 dBm pada TP6 Dari TP4 ke TP7 mengalami pelemahan sebesar 38,1 dBm yang disebabkan penambahan power spliter dari amplitude pada TP4 sebesar -46,1 dBm menjadi -84,2 dBm pada TP7KesimpulanPada keseluruhan analisa dapat disimpulkan bahwa dari output modulator awal mempunyai nilai amplitude sebesar -40,5 dBm mengalami pelemahan pada setiap TP namun mengalami penguatan pada TP3 dikarenakan ditambahkan penguat. Pada output rangkaian akhirnnya didapatkan nilai amplitude rata-rata sebesar -75.06 dBmSaran:Sebelum Percobaan sebaiknya periksa apakah setiap kabel dalam kondisi baik dengan menggunakan multimeter karena dengan mengetahui kondisi kabel sebelum percobaan dapat membuat percobaan lebih efektif. Selain itu cek konektor yang menancap pada masing-masing TP, apakah sudah benar-benar tertancap dengan erat atau belum, karena kurang rapatnya konektor dapat mempengaruhi hasil percobaan.