laporan igd 6 case1

13
 ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM Oleh : Danae Kristina Natasia SMF REHABILITASI MEDIK DAN KEDOKTERAN EMERGENCY 

Upload: sherenvineraa

Post on 04-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jhuili

TRANSCRIPT

CSS Gigitan Ular Berbisa

ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMOleh :Danae Kristina Natasia

SMF REHABILITASI MEDIK DAN KEDOKTERAN EMERGENCY

PENDAHULUANAnemia mikrositik hipokrom Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %). Penyebab anemia mikrositik hipokrom: Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi, Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati sertaBerkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.1Penyebab anemiamikrositik tersering adalah defisiensi besi, yang kedua adalah anemia penyakit kronis, mikrositosis terjadi sekitar 30 %kasus. Gangguan transport besi oleh makrofagdi sumsum tulangmerupakan salah satu komponen patofisiologi kelainan ini. Abnormalitas pembentukan globin yang menyebabkan anemia mikrositik terjadi pada thalasemia dan beberapa hemoglobinopati seperti hemoglobin C dan E.2PENDAHULUANAnemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoietik , karena cadangan besi kosong, sehingga pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di indonesia. Sebanyak 16-50 % laki-laki dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak yaitu infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%). 25-48 % perempuan dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak menorraghia (33%) , hemoroid (17%) dan infeksi cacing tambang (17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia menderita ADB.1KASUS

KASUS2.1 IDENTITASIdentitas penderitaNama : Ny. SJenis kelamin: PerempuanUsia: 57 thAlamat: Jl. Cilik Riwut Km. 34Pekerjaan: IRT2.2 ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada 2 Juli 20151. Keluhan utama: Badan terasa lemas2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan seluruh badan terasa lemas sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh badan terasa lemas sudah sejak 1 bulan SMRS namun dirasakan semakin bertambah 1 hari SMRS, menurut anak pasien, sebelumnya pasien memang sering mengeluh lemah kurang lebih sekitar 4 tahun ini, namun pasien masih dapat beraktifitas ringan seperti mandi sendiri, namun 1 bulan terakhir ini pasien menjadi lemas sehingga aktifitas menjadi berkurang, pasien juga sudah tidak nafsu makan sejak 1 bulan SMRS, pasien hanya makan sedikit-sedikit dan hanya ingin makan menu-menu tertentu seperti nasi dengan ayam saja. Pasien juga mengeluh mata terasa berkunang-kunag. Keluhan BAB dan muntah hitam disangkal.3. Riwayat penyakit dahulu: 4 tahun yang lalu pasien pernah mengeluh BAB hitam dan muntah hitam, diobati dan tidak pernah dialami kembali, riw. Hipertensi dan DM disangkal.KASUS

KASUSIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG2 Juli 2015GDS110 mg/dLHB3,8 g/dLHematokrit14,3%Trombosit412.000/uLLeukosit6.150/uLMCV71,9MCH19,1MCHC26,6KASUSIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG2 Juli 2015

KASUSV. DIAGNOSA a. Diagnosa BandingAnemia Defisiensi BesiAnemia Penyakit Kronikb. Diagnosa klinisAnemia Defisiensi Besi

VI. USULAN PEMERIKSAANMorfologi Darah TepiFeritin SerumKASUSVII. PENATALAKSANAANInf. NaCl 0,9 % 20 tpmPro transfuse PRC 6 kolf, 1 kolf/12 jamObservasi TD/ND/RR/SH

VIII. PROGNOSISQuo ad vitam: dubia Quo ad functionam: dubia Quo ad sanationam: dubia KESIMPULANKasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu pasien datang diantar keluarga dengan keluhan lemas. Pasien diberi label Kuning. Tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non-bedah.Berdasarkan anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik serta didukung dengan pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosa dengan anemia defisiensi besi.Penegakkan diagnose didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari anamnesa didapatkan pasien mengeluh badan terasa lemas dan terkadang mata berkunang-kunang, dari pemeriksaan fisk tampak pasien anemis, didapatkan adanya stomatitis angularis, CRT yang melambat, tanda-tanda ini merupakan salah satu gejala khas dari anemia defisiensi besi. Dari pemeriksaan penunjang juga didapatkan penurunan angka MCV, MCH dan MCHC. KESIMPULANDalam penegakkan diagnosis dari anemia defisinsi besi masih perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang lain seperti MDT dan pemeriksaan kadar ferritin serum, namun dengan data yang sudah ditemukan saat ini masih bisa disimpulkan pasien mengalami anemia defisiensi besi karena dengan penurunan angka MCV, MCH dan MCHC menandakan adanya keadaan anemia mikrositik hipokrom.Untuk tatalaksana yang diberikan, sudah sesuai dengan tatalaksana pada anemia defisiensi besi, dapat juga ditambahkan pemberian preparat besi oral, serta perbaikan pola nutrisi pada pasien ini.DAFTAR PUSTAKAAdi, Pangestu. Pengelolaan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

Tarigan Pangarapen. Tukak Gaster. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

Bakta, I Made dkk. Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006