laporan gel 6

49
LAPORAN PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING) DESA NGUTER, KECAMATAN NGUTER, KABUPATEN SUKOHARJO KELOMPOK VI COVER Disusun Oleh: M. Riza Ardiastama J230145074 Nur Khoiron J230145075 Indah Ayu Novitasari J230145060 Khoiri Fury Handayani J230145062 Fika Kharisma J230145063 Ika Septia Candrawati J230145064 Deftika Marlindaningrum J2301450765 Evie Wulan Ningsih J230145066 Mahayu Arianti J230145067 Aditya Nizar J230145072 ROGRAM PROFESI NERS 1

Upload: fika-kharisma

Post on 08-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jiwa komunitA

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING) DESA NGUTER, KECAMATAN NGUTER, KABUPATEN SUKOHARJOKELOMPOK VI

COVER

Disusun Oleh:M. Riza ArdiastamaJ230145074

Nur KhoironJ230145075

Indah Ayu NovitasariJ230145060

Khoiri Fury HandayaniJ230145062

Fika KharismaJ230145063

Ika Septia CandrawatiJ230145064

Deftika MarlindaningrumJ2301450765

Evie Wulan NingsihJ230145066

Mahayu AriantiJ230145067

Aditya NizarJ230145072

ROGRAM PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2015

31

DAFTAR ISICOVERiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN3A. LATAR BELAKANG3B. RUMUSAN MASALAH5C. TUJUAN KEGIATAN5D. MANFAAT KEGIATAN5E. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH5F. KHALAYAK SASARAN ANTARAN STRATEGIS7G. KETERKAITAN7BAB II HASIL KEGIATAN8A. EVALUASI PASIEN GANGGUAN JIWA DAN RISIKO8B. RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN TERHADAP PASIEN RISIKO14C. KEGIATAN POSYANDU SEHAT JIWA16BAB III PEMBAHASAN HASIL KEGIATAN23A. HASIL MMD (MUSAYWARAH MUFAKAT DESA)23B. KEGIATAN PEMERIKSAAN GRATIS24C. KAGIATAN JALAN SANTAI DAN SENAM BERSAMA27D. EVALUASI TINDAKAN27BAB IV PENUTUP28A. KESIMPULAN28B. SARAN28DAFTAR PUSTAKA29LAMPIRAN

BAB IPENDAHULUAN

LATAR BELAKANGGangguan jiwa merupakan adanya perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan gangguan fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu yang dapat menghambat dalam melaksanakan peran sosial baik peran di keluarga maupun masyarakat. Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami individu dapat terlihat dari penampilan, komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktivitas sehari-hari (CMHN, 2005).Menurut Depkes RI (2005) dari Studi Bank Dunia tahun 1995 di beberapa Negara menunjukkan bahwa hari produktif yang hilang sebesar 8,1 % dari Global Burden of Disease disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Besarnya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada di masyarakat. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 mendapatkan fakta bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Departemen kesehatan RI mempunyai strategi khusus dalam upaya mencapai Masyarakat yang mandiri dan hidup sehat yaitu dengan cara menggerakkan dan memberdayakan masyarakat itu sendiri atau dengan meningkatkan sistem survilans, monitoring dan sistem informasi kesehatan. Upaya tersebut menjurus ke sasaran terpenting yaitu Pada Akhir Tahun 2015, Seluruh Desa Telah Menjadi Desa Siaga (Depkes RI, 2008). Sejalan dengan strategi Depkes tersebut, paradigma kesehatan di Indonesia berfokus pada peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Kemandirian masyarakat dalam menangani masalah kesehatannya menjadi tujuan utama perawatan kesehatan di komunitas. Pemberdayaan keluarga dan komunitas adalah salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatannya (Depkes RI, 2008).Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk di dalamnya gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju Desa Siaga. Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk pengembangan dari pencanangan Desa Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008; CMHN, 2005).Piramida pelayanan kesehatan jiwa yang ditetapkan oleh direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Depkes menjabarkan bahwa pelayanan kesehatan jiwa berkesinambungan dari komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat dalam bentuk pelayanan kemandirian individu dan keluarganya, pelayanan oleh tokoh masyarakat formal dan nonformal diluar sektor kesehatan, pelayanan oleh Puskesmas dan pelayanan kesehatan utama, pelayanan di tingkat kabupaten/kota dalam bentuk kunjungan kemasyarakat, pelayanan di rumah sakit umum dalam bentuk unit rawat jalan dan inap sertapelayanan rumah sakit jiwa. Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi salah satujawabanuntukmencegahtimbulnyakejadian gangguan jiwa. Masyarakatdiharapkanmampu merawat anggota keluarga yang sudah sakit (menderita gangguan jiwa), dan mampu mencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa. Penanganan yang tepat terhadap penderita gangguan jiwa dan masyarakat yang beresiko akan dapat menekan terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005).Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh mahasiswa program Profesi Ners UMS yang dilakukan di kelurahan nguter didapatkan hasil bahwa terdapat 6 orang yang mengalami gangguan jiwa serta 41 orang mengalami gangguan psikososial yang disebabkan karena menderita penyakit kronik seperti hipertensi dan diabetes melitus menahun yang mengalami depresi dan kecemasan, dan karena adanya masalah dalam kondisi himpitan ekonomi. Screening ini menggunakan hamilton scale, dan beck scale.Menilik dari hal tersebut, warga RW V Kelurahan Nguter difasilitasi oleh mahasiswa praktik Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Surakarta melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan jiwa di wilayahnya dengan berbagai rangkaian kegiatan, diantaranya adalah mengevaluasi adanya resiko dan gangguan kejiwaan pada masyarakat, serta memberikan pelatihan kepada kader mengenai sistematika pelaksanaan posyandu sehat jiwa kepada masyarakat yang teridentifikasi memiliki resiko gangguan psikososial dan gangguan jiwa. Pemberian aktivitas berupa bengkel kerja kepada klien yang mengalami gangguan jiwa maupun resikonya dan psikoedukasi yang telah dilakukan mahasiswa program Profesi Ners UMS dan kader jiwa di RW V Desa Nguter, berdampak efektif untuk mengurangi efek dari tanda gejala yang muncul pada gangguan jiwa. Dengan memberikan kesibukan pada klien dengan gangguan jiwa akan memberikan efek positif. Selain itu pembentukan Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat (PKJM) berguna untuk memfasilitasi masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Pelayanan PKJM antara lain berupa posyandu sehat jiwa yang terdiri dari meja 1 untuk pendaftaran, meja untuk psikoedukasi, meja 3 untuk pemeriksaan penunjang, dan meja untuk konsultasi tentang masalah jiwa, PKJM diharapkan dapat memperbaiki kesehatan jiwa masyarakat setempat serta mempertahan kesehatan jiwa masyarakat.RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana hasil evaluasi kegiatan harian dari anggota keluarga yang mengalami sakit jiwa dan yang beresiko?2. Bagaimana hasil pelatihan posyandu sehat jiwa yang telah dilaksanakan?

TUJUAN KEGIATAN1. Tujuan umumKader mampu melaksanakan posyandu sehat jiwa secara maksimal2. Tujuan khususa. Melakukan evaluasi bagi penderita gangguan jiwa dan masyarakat yang mengalami risiko gangguan psikososial.b. Mendiskusikan rencana kegiatan dalam acara MMDc. Menyusun buku panduan posyandu sehat jiwa sesuai PKMJd. Melakukan pelatihan kader posyandu sehat jiwa sesuai dengan Modul buku panduan PKMJMANFAAT KEGIATAN1. Manfaat jangka pendeka. Manfaat jangka pendek dari kegiatan ini adalah kader mendapatkan informasi dan pelatihan tentang pelaksanaan posyandu sehat jiwa.b. Medapatkan infomasi evaluasi dari masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, dan mengalami risiko gangguan psikososial.2. Manfaat jangka panjangManfaat jangka panjang dari kegiatan ini adalah penurunan angka klien yang mengalami gangguan jiwa maupun yang beresiko gangguan jiwa serta menciptakan masyarakat sehat jiwa di Desa Nguter.KERANGKA PEMECAHAN MASALAHMasalah kecemasan dan depresi pada keluarga yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, stroke hingga masalah himpitan ekonomi menjadi momok yang terjadi di masyarakat Desa Nguter RW 05 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Psikoedukasi merupakan langkah awal untuk memberikan informasi kesehatan kepada warga masyarakat Desa Nguter RW 05 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo yang mengalami resiko/gangguan psikologis. Dengan psikoedukasi diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan mengatasi kecemasan atau depresi akibat penyakit kronis yang dialaminya. Psikoedukasi merupakan sarana dalam menyampaikan informasi kesehatan sesuai dengan masalah pasien. Dengan demikian dampak dari perilaku keluarga terhadap pasien resiko/gangguan psikologis akibat penyakit kronis adalah memberikan empati, perhatian, dan informasi untuk mengatasi adanya kesemasan dan atau depresi pada pasien dengan penyakit kronis.Posyandu merupakan salah satu kegiatan dari PKJM yang diaplikasikan pada posyandu sehat jiwa sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita gangguan jiwa dan mencegah terjadinya risiko gangguan psikososial pada warga RW 5 kelurahan Nguter. Pelayanan posyandu PKJM antara lain berupa meja 1 untuk pendaftaran, meja untuk pemeriksaan, meja untuk psikoedukasi, meja 4 untuk konsultasi klien yang mengalami gangguan jiwa maupun risiko gangguan psikososial.Peran kader dalam pelaksanaan posyandu sangat besar, karena selain pemberi informasi kepada masyarakat, juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu sehingga terbentuk desa sehat jiwa.

Pembentukan posyandu sebagai sarana psikoedukasi masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dan risiko gangguan psikososial.Masalah kecemasan dan depresi akibat penyakit kronis seperti DM, hipertensi, stroke serta masalah ekonomi di Desa Nguter RW 05 Kecamatan Nguter.

Pencegahan dan penanganan penderita gangguan jiwa dan risiko gangguan psikososial yang disebabkan kecemasan dan depresi pada pasien dengan penyakit kronis.

Pelatihan kader dalam pelaksanaan posyandu sehat jiwa. Yang terdiri dari pelatihan pelaksanaan psikoedukasi, dan penatalaksanaan meja posyandu 1-4

Gambar.1. kerangka pemecahan masalah

KHALAYAK SASARAN ANTARAN STRATEGISKhalayak sasaran antaran yang perlu dilibatkan dalam pengabdian masyarakat ini yaitu kader kesehatan, masyarakat, dan keluarga di RW 5 Desa Nguter.

KETERKAITANPemberian psikoedukasi tentang kecemasan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang merupakan sub sistem dari tri darma perguruan tinggi. Manfaat kegiatan ini bagi institusi pendidikan menambah angka kumulatif bagi dosen, publikasi ilmiah dan keuntungan bagi masyarakat dan kesehatan adalah berkurangnya jumlah penderita sakit jiwa dan resikonya.

BAB IIHASIL KEGIATAN

1. EVALUASIDalam pelaksanaan evaluasi pasien gangguan jiwa dan pasien yang mengalami risiko gangguan psikososial dibagi menjadi 3 tim MCHN berdasarkan RT yaitu:1. RT 1 terdiri dari : M. Riza, Khoiri, Fika2. RT 2 terdiri dari : Ika, Nur Khoiron, Deftika, Evie3. RT 3 terdiri dari : Aditya, Pipit, Mahayu, IndahTabel 1 Daftar kelompok Resiko di RT 1/ RW 5 Desa Nguter Kabupaten SukoharjoNoNama Kelompok Resiko JumlahRentang usiaAlat deteksiKet lain

1.DM dengan gangguan kecemasan ringan-30-60Hamilton

2.Hipertensi dengan Depresi ringan 35-60BECK

3.DM dengan depresi ringan-30-60BECK

4.Hipertensi dengan gangguan kecemasan ringan-30-60Hamilton

5.Stroke dengan depresi ringan/kecemasan-40-60BECKHamilton

6.Jantung dengan depresi ringan/kecemasan-40-60BECKHamilton

7.Kelompok faktor resiko penyakit jiwa-15-60Pengkajian kep. Jiwa

8.DM tanpa resiko depresi/kecemasan330-60BECKHamilton

9.Hipertensi tanpa resiko depresi/kecemasan630-60BECKHamilton

10.Stroke tanpa resiko depresi/kecemasan240-60BECKHamilton

11.Jantung tanpa resiko depresi/kecemasan140-60BECKHamilton

12Tidak teridentifikasi---Belum teridentifikasi semua usia balita dan jompo

Tabel 2 Daftar alamat kelompok resiko gangguan kecemasan di RT 1 Desa Nguter Kabupaten SukoharjoNo.Nama PasienNama KKKeterangan Penyakit

1.MujiminMujiminHipertensi selama 1 tahun

2.Rahayu GiyonoJantung sejak 3 tahun

3.LindawatiYusuf SantosoDiabetes mellitus sejak 2 tahun

4.YatinemSumarsihHipertensi sejak 10 tahun

5.SuyatmiMugiyantoHipertensi sejak 5 tahun. Stroke 10 bulan

6.MarjokoMarjokoDiabetes mellitus sejak 6 bulan

7.MulyadiMulyadiHipertensi 3 bulan, jantumg 1 tahun

8.KasniKasniJanung lemah sejak 1 tahun.

9. SupardiSupardiHipertensi sejak 6 bulan

10.MaridiMaridiDiabetes mellitus sejak 2 tahun

11. Sri HartiniSurantoHipertensi sejak 14 tahun

12.JamalJamalStroke

Keterangan : Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami kecemasan dan depresi di lingkungan RT 1 RW 5 Ds. Nguter

Tabel 3 Daftar kelompok Resiko di RW 5/Rt 2 Desa Nguter Kabupaten SukoharjoNoNama Kelompok ResikoJumlahRentang usiaAlat deteksiKet lain

1DM dengan gangguan kecemasan ringan230-60BECK/HARSMenderita DM lebih dari 3 tahun

2Hipertensi Tanpa Kecemasan/depresi1620-80BECK-

3DM tanpa Kecemasan/depresi220-80BECK-

4Hipertensi Post stroke tanpa kecemasan/depresi120-80BECK-

6Jantung tanpa kecemasan/depresi320-80BECK-

7Sakit sendi tanpa kecemasan/depresi120-80BECKMenderita sakit sendi >2 tahun

8Stroke tanpa kecemasan/depresi120-80BECK-

Tabel 4 daftar alamat kelompok resiko gangguan psikologis di RW 5/Rt 2 Desa Nguter Kabupaten SukoharjoNoNamaAlamatKeterangan

1Bp. DaliyoDesa Nguter Rt 2/ Rw 5Menderita DM sejak tahun 2011

2Ibu SadinahDesa Nguter Rt 2/ Rw 5Menderita DM > 3 tahun

Hasil Identifikasi Kelompok Resiko gangguan psikologisTabel. 5. Daftar kelompok Resiko di RW V/ RT 3 Desa Nguter Kab. SukoharjoNoNama Kelompok ResikoJumlahRentang usiaAlat deteksiKet lain

1.DM tanpa kecemasan 440-60BECKRata-rata klien mengalami DM kurang lebih selama 1 tahun. Klien belum mengalami komplikasi ke arah penyakit lain maupun belum mengalami ulkus dekubitus

2.DM dengan gangguan kecemasan ringan0---

3.Hipertensi tanpa kecemasan445-60HamiltonRata-rata klien mengalami penyakit hipertensi kurang lebih 4-10 tahun, klien juga sering aktif kontrol ke puskesmas maupun aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia

4.Hipertensi dengan Depresi ringan0---

5.Hipertensi dengan kecemasan150-60BECKKlien mengalami penyakit hipertensi selama 1 tahun, tidak pernah mengikuti posyandu lansia, klien jarang kontrol ke puskesmas

6.DM dengan depresi ringan0---

7.Hipertensi dengan gangguan kecemasan ringan----

8.Kelompok faktor resiko penyakit jiwa (lain-lain tanpa penyakit penyerta)3-HamiltonHimpitan ekonomi

9. Stroke tanpa kecemasan250-65HamiltonKlien mengalami stroke kurang lebih selama 1 sampai 2 tahun. Klien tidak pernah mengikuti posyandu lansia, tetapi klien kadang-kadang masih kontrol ke dokter maupun ke rumah sakit

10.Stroke dengan kecemasan160HamiltonKlien mengalami stroke kurang lebih selama 2 tahun, mengalami penurunan produktivitas dari sebelumnya

11. Penyakit jantung tanpa kecemasan250-60HamiltonKlien rata-rata menderita 1 sampai 6 tahun

15.Tidak teridentifikasiBelum diidentifikasi usia balita dan jompo

Tabel 6. Daftar Alamat Kelompok Resiko Gangguan Psikologis di RT 03 / RW 05, Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten SukoharjoNoNamaKeteranganAlamat

1.Ny. YatmiHimpitan ekonomi, rumah disita oleh Bank, klien mengalami kebangkrutanRt 03 / Rw 05, Ds. Nguter, Kec. Nguter, Kab. Sukoharjo

2.Ny. PariyemHimpitan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk makan saja klien kekurangan, klien harus mengambil sisa-sisa padi dari tetangga yang panen, rumah klien bocor, jadi ketika hujan turun klien terpaksa harus tidur di teras rumah, selain itu rumah klien hanya menggunakan lampu teplok (Bukan lampu PLN) karena klien tidak memiiki saluran listrik (spidometer), klien mengalami tekanan karena anak klien mengalami gangguan jiwaRt 03 / Rw 05, Ds. Nguter, Kec. Nguter, Kab. Sukoharjo

3.Tn. MarimoKlien mengatakan sering pusing karena tidak punya uang (Himpitan ekonomi) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariRt 03 / Rw 05, Ds. Nguter, Kec. Nguter, Kab. Sukoharjo

4.Tn. SadinoKlien mengalami perubahan drastis pada kehidupannya, yang dahulu klien bisa aktif bekerja sebagai seorang sopir truk jarak jauh, sekarang klien hanya bisa menganggur di rumah karena penyakit stroke yang dideritanya selama 2 tahun. Ekstremitas kiri atas dan bawah mengalami kelemahan Rt 03 / Rw 05, Ds. Nguter, Kec. Nguter, Kab. Sukoharjo

Evaluasi pasien gangguan jiwa di Nguter RW 5, Nguter, Sukoharjo1. Nama: Sdr. AlvianAlamat: Nguter RT 02/RW 05 Nguter, SukoharjoSaat mencoba melakukan pengkajian sebanyak 2 kali pada keluarga Alvian, keluarga selalu menolak untuk memberikan informasi mengenai anggota keluarganya dan keluarga selalu menutupi keberadaan Sdr. Alvian dengan mengatakan bahwa Alvian tidak ada di rumah.2. Nama: Tn. RudiAlamat: Nguter RT 02/RW 05 Nguter, SukoharjoSelama praktek komunitas 2 minggu di Desa Nguter kondisi Tn. Rudi sudah membaik ditandai dengan Tn. Rudi sudah mampu bersosialisasi dengan warga sekitar dan tidak mengganggu lingkungan masyarakat. Tn. Rudi dapat melakukan ADL sehari-hari seperti mandi, makan, berpakaian, dll. Tetapi masyarakat masih melihat Tn. Rudi sering keluyuran di sekitar dusun. Selama 2 minggu Tn. Rudi juga dilibatkan dalam kegiatan sehari-hari seperti membuang sampah, membersihkan halaman rumah dengan diberikan imbalan makan dan rokok. Tn. Rudi diajak untuk memancing karena memancing merupakan hobi dari Tn.Rudi. Tn. Rudi juga bercerita tentang bengkel kerjanya yang masih hidup tetapi ia tidak mau menyiram dan merawat tanamannya karena Tn.Rudi beranggapan menyiram dan merawat tanaman merupakan tugas seorang wanita. Saat dilakukan wawancara, Tn. Rudi mengatakan bahwa sebenarnya ia mau diajak periksa ke puskesmas tetapi harus ada yang mendampinginya pergi ke puskesmas. Keluarga mengatakan sempat membawa Tn. Rudi periksa ke puskesmas tetapi obat yang diberikan tidak di minum dengan teratur.3. Nama: Ny. WagiyantiAlamat: Nguter RT 03/RW 05 Nguter, SukoharjoSelama 2 minggu dilakukan evaluasi, kondisi Ny.Wagiyanti sudah membaik. Ny. Wagiyanti bekerja mencuci baju untuk mendapatkan uang. Saat ditanya tentang bengkel kerjanya, Ny. Wagiyanti mengatakan ia selalu merawat tanaman yang telah diberikan, terlihat tanamannya telah berbuah. Dari penjelasan kader RT 03 Ny.Wagiyanti suka bersosialisasi dan sering ikut serta dalam kegiatan masyarakat. Pada kegiatan jalan sehat dalam memperingati Hari Kartini yang diselenggarakan oleh RT 02 Ny.Wagiyanti turut ikut serta memeriahkan kegiatan tersebut.4. Nama Klien: Tn. TriyonoAlamat: Nguter RT 03/ RW 05 Nguter SukoharjoKlien merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara, dirumah tinggal bersama ibunya. Klien sudah mengalami gangguan mental sejak lahir, tetapi saat dewasa sering jalan jalan disekitar desa dan mengakibatkan kecelakaan pada matanya jadi klien sekarang keadaannya buta pada mata kiri. Karena pada saat kecelakaan klien dirujuk untuk dibawa ke Rumah Sakit yang lebih lengkap peralatannya tetapi oleh keluarga tidak dibawa disebabkan ada masalah ekonomi sehingga klien tidak mendapat pengobatan secara maksimal. Selama praktek kita berkunjung ke rumah klien mendapatkan informasi dari ibunya karena klien tidak mampu berkomunikasi disebabkan karena klien tuna wicara. Pada saat pemeriksaan gratis klien datang bersama ibunya hasil tanda vital nomal dengan tekanan darah 130/80 mmHg. Klien saat ini keadaannya tuna wicara, keluar liur dari mulutnya, klien mampu berjalan, mampu membersihkan diri sendiri, tetapi klien tidak mampu mengendalikan gerakan tubuhnya. 5. Nama Klien : MulyaniAlamat : Nguter RT 03/ RW 05 Nguter sukoharjoPada saat usia 4 tahun klien mengalami kejang secara tiba tiba oleh keluarga hanya dibawa ke puskesmas dari hari ke hari klien tidak mampu berjalan dan bicara. Selama 2 minggu kami berkunjung dirumahnya mendapatkan informasi dari ibu dan bapak bahwa klien selama ini tidak pernah kontrol ke pelayanan kesehatan karena saat mau diperiksa klien menangis dan tidak mau. Pada saat ini keadaannya sudah mampu berjalan tetapi pada kaki kanan membengkak, klien tuna wicara dan kebiasaannya setiap hari mandi lebih dari 5 kali, menangis saat ibunya beraktivitas jauh dari tempat duduk kllien. 6. Nama: Sdr. Teguh Alamat: RT 03/RW 05 Desa Nguter SukoharjoSelama praktek komunitas jiwa 2 minggu di Desa Nguter kondisi sdr. Teguh sudah membaik. Selama 2 minggu kelompok melakukan evaluasi pada kondisi Teguh saat ini, keluarga mengatakan bahwa Sdr. Teguh membaik. Keluarga mengatakan bahwa Teguh sudah dapat melakukan aktivitas dengan baik, tetapi hanya kadang-kadang. Selama 2 minggu kelompok berkunjung ke rumah klien, klien jarang keluar dan lebih sering berdiam di dalam rumah. Berdasarkan evaluasi, keluarga klien tidak memberikan informasi yang mendalam tentang kondisi klien. Saat kelompok menggali informasi tentang kondisi klien saat ini, keluarga banyak menutupi kondisi klien. 7. Nama: SuratmiAlamat: RT 03/RW 05 Desa Nguter SukoharjoSejak lahir klien memiliki gangguan keterbatasan mental. Selama 2 minggu praktek jiwa komunitas di Desa Nguter kelompok melakukan evaluasi pada klien. Klien tampak berbicara sendiri dan tidak jelas arti dan artikulasinya. Klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari dengan dibantu oleh keluarganya. Saat kelompok berkunjung ke rumah klien, klien tampak berbicara dan ketawa sendiri, klien tidak mampu mempertahankan kontak mata saat berinteraksi dan tidak nyambung saat diajak komunikasi. Ketika klien diajak berkomunikasi, klien selalu mengulang kata yang pertama didengar klien dan ketika difokuskan pembicaraan tidak bisa karena klien selalu mengulang kata-kata yang didengarnya.RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN TERHADAP PASIEN RESIKODalam perencanaan Musyawarah Mufakat Desa pada Selasa, 22 April 2015 mulai pukul 16.00 wib selesai akan disampaikan hasil identifikasi masalah dilapangan oleh tim CMHN NERS XIII gelombang 6 berisi data :1. Laporan evaluasi screening data yang telah dilakukan kelompok sebelumnya.2. Kekurangan dan hambatan saat dilakukannya evaluasi daftar rekapitulasi kelompok sebelumnya.3. Pelatihan kader tentang pelaksanaan posyandu sehat jiwa disertai dengan Role Play.KEGIATAN POSYANDU SEHAT JIWA1. Meja 1 : Pendaftaran Pendaftaran merupakan proses pencatatan data yang berisi tentang identitas. Pada meja pendaftaran ini, klien diharuskan membawa KTP/KK dan Kartu Kontrol Sehat Jiwa (KKJS). Adapun meja pendaftaran ini dicatat dibuku besar yang berisi : nama kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, nama pasien, tanda-tanda gejala, riwayat keluarga dst.Kegiatan ini dilakukan minimal oleh 2-3 kader yang telah dilatih oleh tim atau tenaga kesehatan karena data berat badan, dan tekanan darah pada pasien gangguan jiwa dapat dipengaruhi oleh obat.Alat alat yang digunakan :a. Bolpointb. Buku besarc. KKSJd. Kursi 2 buah, meja panjang 1 buah dan Nomor antrian

2. Meja 2 : PemeriksaanMeja 2 merupakan tempat untuk melakukan tindakan pemeriksaan misalnya pemeriksaan berat badan, tinggi badan, tekanan darah, GDS, asam urat, dan kolesterol yang berguna sebagai pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnosa. Tugas kader di meja 2 antara lain :a. Kader menentukan masalah dari keluhan klienb. Kader mengukur berat badan, tinggi badan, tekanan darah, gula darah, kolesterol, atau asam urat. c. Kader tanda tangan sebagai keterangan tindakan yang dilakukan.

3. Meja 3: PsikoedukasiPsikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitasi. Sasaran dari psikoedukasi adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan penerimaan pasien terhadap penyakit ataupun gangguan yang ia alami, meningkatkan pertisipasi pasien dalam terapi, dan pengembangan coping mechanism ketika pasien menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit tersebut. (Bordbar & Faridhosseini, 2010).Tugas kader: a. Memberikan pengarahan pada klien atau warga yang periksa tentang peran keluarga, keparuhan minum obat dan cara mengontrol kecemasan.b. Mengajarkan cara mengatasi masalah pasien saat periksa.c. Mengevaluasi cara yang telah diajarkan terhadap keluhan yang dirasakan klien saat periksa.

4. Meja IV : KonselingMeja IV merupakan layanan bagi klien untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan sesuai dengan keluhan yang dirasakan oleh klien. Selain itu, petugas kesehatan dapat memberikan saran kepada klien maupun keluarga untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut ( Rumah sakit umum atau Rumah sakit jiwa ).a. Memberikan pelayananan dan konseling kesehatan jiwa oleh petugas kesehatan atau dokter atau perawat.b. Merujuk pasien gangguan jiwa ke rumah sakit jiwa jika diperlukan.MATERI PSIKOEDUKASI1. Depresi ( Sedih yang mendalam ) Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu gangguan depresi.a. Tanda dan Gejala : Gejala Fisik : Sakit kepala, gangguan tidur, dan nafsu makan menurun Gejala Perilaku : Banyak diam, kurang sosialisasi dan bisa berkeinginan untuk mencederai diri.b. Penanganannya : Membantu dalam kegiatan sehari hari, memberikan dukungan untuk mengatasi kesedihan klien.2. Perilaku Kekerasan Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.a. Tanda dan Gejala Gejala Fisik : Ekspresi wajah menunjukkan kekesalan, mata melotot, dan tangan mengepal. Gejala Perilaku : Menolak berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, menyalahkan orang lain dan Tuhan serta berperilaku kasar. b. Penanganan : Membina hubungan saling percaya dengan cara berbicara ramah dan member kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

3. CemasKecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasan-perasan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah.a. Tanda dan Gejala : Gejala Fisik : Deg degan, keluar keringat banyak, dan malas beraktivitas. Gejala Perilaku : Bingung, berbicara tidak jelas. b. Penanganannya : Bersikap tenang, member kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dan ajarkan relaksasi nafas dalam.4. Halusinasi Halusinasi adalah persepsi yang kuat atas suatu peristiwa atau objek yang sebenarnya tidak ada. Dapat berupak halusinasi pendengaran, penglihatan, perasa, penciuman, atau perabaan.a. Tanda dan Gejala : Bicara sendiri, mondar-mandir, merasa ada membisikinya. b. Penanganannya : Diajak ngobrol, menunjukkan kenyataan yang ada, berdoa sesuai kepercayaan.5. Defisit Perawatan DiriDefisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).a. Tanda dan GejalaFisik : Badan bau, pakaian kotor, Rambut dan kulit kotor, Kuku panjang dan kotor, Gigi kotor disertai mulut bau, Penampilan tidak rapi, Pemakaian pakaian tidak seperti biasanya.Psikologis : Malas, tidak ada inisiatif, Menarik diri, isolasi diri, Merasa tak berdaya, Rendah diri dan merasa hina.Sosial: Interaksi kurang, Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai norma, Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, Tidak mau gosok gigi dan mandi, Tidak mampu berpakaian sendirib. Penatalaksanaan : Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri. Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri: andi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan. Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri. Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga.6. Isolasi Sosial : Menarik DiriIsolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan dengan orang lain.a. Tanda dan gejalaAspek fisik : Makan dan minum kurang, Penampilan kurang rapi, kurang bisa merawat diri, Tidur terganggu / kurang.Aspek emosi : Bicara tidak jelas, Ragu, takut salah, Merasa malu dan bersalah, Mudah panik, dan tiba-tiba marah.Aspek sosial : Duduk menyendiri, Selalu menunduk saat diajak berkomunikasi, Tidak mau memandang lawan bicara, Melamun, tidak memperdulikan lingkungan, Tergantung pada orang lain.Aspek intelektual : Bicara terbatas atau membisu, Hidup dalam dunianya sendiri (tidak memperdulikan orang lain), Bicara tidak bisa di mengerti oleh orang lain.Aspek spiritual : Merasa sendiri, tidak ada sokongan / dukungan spiritual, Putus asa, Kurang percaya diri.b. Penatalaksanaan Bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain. Motivasi klien untuk selalu menikuti kegiatan rutin di masyarakat. Tingkatkan aktivitas dan interaksi klien dengan masyarakat. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.7. Demensia Demensia adalah suatu kondisi dimana kemampuan otak seseorang mengalami penurunan. Serig dialami pada pasien lanjut usia.a. Tanda dan gejala Penurunan daya ingat mengenai hal yang baru terjadi, misalnya penderita lupa apakah sudah makan, mandi, lupa meletakkan barangnya dan lain-lain. Penurunan daya pikir, misalnya tak mampu lagi berhitung yang biasanya mudah dia lakukan. Penurunan daya nilai, misalnya sulit membedakan yang baik dan yang buruk. Penurunan kemampuan berbahasa, misalnya sulit untuk mencari kata-kata untuk menyatakan pendapat. Penurunan fungsi sehari-hari, misalnya tak mampu berpakaian, mandi, mencuci, memasak dan melakukan kegiatan lainnya sendiri. Kehilangan kendali emosional, misalnya mudah bingung, menangis atau mudah tersinggung Menjadi gaduh gelisah, pencuriga dan emosi yang meledak-ledak.b. Penatalaksanaan Demensia memang sering terjadi pada usia lanjut. Jika kehilangan daya ingat hanya ringan, pertimbangkan penggunaan alat bantu atau pengingat. Hindari penempatan penderita di tempat atau situasi yang asing.8. WahamWaham adalah suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.a. Tanda dan GejalaBerfikiran tidak realistik dan logis, Egosentris, Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, Klien mempunyai perasaan curiga dengan orang lain, Klien menunjukkan perilaku merusak (diri, orang lain, lingkungan), Takut, kadang panik, Ekspresi wajah tegang, Klien mudah tersinggung.b. Penatalaksanaan Bina hubungan saling percaya dengan klien, Lakukan komunikasi terapeutik, Yakinkan klien ke kenyataan yang ada, Anjurkan klien untuk meminum obat secara teratur.9. Harga Diri RendahHarga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. a. Tanda dan Gejala Merasa bersalah, perasaan khawatir, sulit bergaul, tidak merasa puas dengan apa yang dimilikinya, tidak berani menatap lawan bicara dan lebih banyak menunduk.b. Penanganannya Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, Diskusikan dengan klien tentang aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan lingkungan, Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

BAB IIIPEMBAHASAN HASIL KEGIATAN

1. HASIL MMD (MUSYAWARAH MUFAKAT DESA)1. PelaksanaanKegiatan Musyawarah Mufakat Desa (MMD) dibuka oleh ketua panitia dan dilanjutkan penyampaian laporan hasil evaluasi pasien yang mengalami resiko gangguan jiwa dan evaluasi kegiatan pasien gangguan jiwa yang ada di desa nguter RW 5. Setelah dilakukan pembukaan dilanjutkan presentasi evaluasi gelombang 5 dan penyampaian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada gelombang 6 yang terdiri dari penyusunan buku pedoman posyandu PKJM, pelatihan kader tentang pelaksanaan posyandu sehat jiwa, serta evaluasi penderita gangguan jiwa dan risiko gangguan psikososial.Kegiatan MMD dilaksanakan pada tanggal 21 April 2015 di kediaman Alm. Ibu Ponirah yang sekaligus dijadikan base camp tim jiwa komunitas Gelombang 6 RW 5 Desa Nguter mulai pukul 16.00 s.d 18.00 WIB. Jumlah tamu undangan yang hadir 12 orang yang terdiri, ketua RT 02 dan 03, kader posyandu dan pemuda karang taruna. Adapun susunan kegiatan sebagai berikut :SUSUNAN ACARA MMD KELOMPOK VINOWAKTUKEGIATANPELAKSANA

1.19.30-19.45Pembukaan oleh MCAditya Nizar

2. 19.45-19.55Tilawah Nur Khoiron dan Deftika M.

3. 19.55-20.45Acara Intia. Pelaporan hasil evaluasi warga RW 5, evaluasi kegiatan harian pasien sakit jiwa.b. Penjelasan tentang sistematika pelaksanaan posyandu PKMJ. c. Role Play posyandu PKMJ.Moderator : M. Riza A.Pemateri : Indah Ayu N.Role Play :Pipit S., Evie W., Ika S., Khoiri F., Mahayu A.

4.20.45-21.30Diskusi M. Riza A.

5.21.30-22.00Penutup Aditya N.

2. Hasil KegiatanMusyawarah mufakat desa yang dihadiri oleh 3 ketua RT dan 9 orang kader dengan pemaparan hasil screening kesehatan warga RW 05, RT 01, 02, 03 menghasilkan Pemaparan Dari hasil screening yang dilakukan oleh mahasiswa praktik komunitas jiwa gelombang 6 (3 orang diantaranya mengalami retardasi mental) didapatkan pasien dengan risiko gangguan psikososial yang disebabkan karena penyakit kronis 38 pasien. Dari hasil pemaparan tersebut yang kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan oleh peserta MMD dengan rincian sebagai berikut :a. Ketua kader : Ibu Sih LestariMenanyakan tentang kelanjutan dari progaram kegiatan jiwa komunitas, bu sih mengatakan bahwa RW 5 membutuehkan adanya bantuan dari UMS untuk melanjutkan kegiatan yang sudah diadakan seperti posyandu, bantuan tenaga profesional untuk membantu posyandu di meja konsultasi.Ibu Rita menanggapi pertanyaan dari ketua kader dengan mengatakan bahwa kelanjutan dari program ini belum dimusyawarahkan secara khusus oleh tim. Ibu Rita berharap semoga bisa ada kelanjutan dari program ini, sehingga dapat mewujudkan Desa Siaga Sehat Jiwa.b. Ketua RT 3: SutrisnoPak sutrisno bertanya tentang kelanjutan perawatan untuk Rudi, Pak Sutrisno menyatakan bahwa semua surat-surat yang diperlukan untuk membawa Rudi ke RSJ sudah dipersiapkan, dari JAMKESDA, KK, KTP, tetapi tidak ada kelanjutan untuk membawa Rudi kontrol ke RSJ. Kemudian Bu Sih menanggapi dengan mengatakan bahwa Rudi sebenarnya hanya perlu pekerjaan yang bisa menyibukkan dia, sehingga mencegah Rudi untuk kumat. Kemudian Bu Rita menanggapi bahwa untuk menyembuhkan Rudi dibutuhkan bantuan dan dukungan juga dari keluarga. Terdapat beberapa kriteria pasien yang membutuhkan rawat inap di RSJ pertama membahayakan lingkungan, tidak mau minum obat, perawatan diri kurang, interaksi tidak bisa. harus diberikan pengertian kepada keluarga tentang kondisi pasien, keluarganya harus diberikan pengertian untuk mengajak Tn.Rudi kontrol dan rutin minum obat.Kegiatan Pemeriksaan Gratis1. Jalannya KegiatanKegiatan pemeriksaan gratis ini kami lakukan sebagai upaya untuk melakukan evaluasi dari pemeriksaan sebelumnya yang telah dilakukan oleh gelombang 5 dalam kegiatan screening ulang penderita risiko gangguan psikososial yang disebabkan karena menderita penyakit kronis. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 20 April 2015 jam 14.00-17.30. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan standar posyandu PKMJ. Yakni meja 1 untuk pendaftaran, meja 2 untuk pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tekanan darah, GDS, Asam Urat, Kolesterol, meja 3 untuk meja Psikoedukasi yang berfungsi sebagai meja untuk penyuluan tentang masalah Psikososial, maupun untuk penyuluhan kesehatan, dan meja 4 untuk konsultasi. Berikut mahasiswa yang bertugas di meja 1-4 :Meja 1 : Khoiri, Indah, Nur Khoiron, Meja 2 : Deftika, Mahayu, Evie, M. RizaMeja 3 : Ika S., Aditya N., Pipit Meja 4 : Ibu Rita S.Kep, Ns.Posyandu ini dihadiri oleh 41 orang yang mencakup RT 02, dan RT 03, sedangkan penduduk di RT 01 tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini dikarenakan banyak yang bekerja pada jam tersebut. Sehingga kami tidak dapat mengevaluasi penduduk yang mengalami gangguan psikososial di RT 01. Ketua kader RT 01 menjelaskan bahwa penduduk di RT 01 memang tidak pernah ikut berpartisipasi dalam kegiatan RW atau RT. Kondisi ekonomi RT 01 yang menengah ke atas juga berpengaruh terhadap kurang aktifnya masyarakat RT 01 karena mereka menganggap lebih baik langsung ke dokter daripada ke posyandu. Screening data kurang lengkap karena banyak warga yang tidak datang, terutama warga RT 1 yang sebagian besar merupakan pedagang pasar. Pemeriksaan dilaksanakan pada hari Senin, sehingga yang datang sedikit karena hari Senin merupakan hari aktif kerja, selain itu sebagian masyarakat juga bekerja dari jam 08.00 sampai jam 17.00. Para konsultan datang pada siang hari, sehingga membuat klien menunggu sangat lama untuk konsultasi.2. Program AntisipasiJika ada warga yang datang selain warga RW 05, di perbolehkan mengikuti pemeriksaan kesehatan, namun dibatasi hanya untuk pemeriksaan tanda-tanda vital serta konsultasi masalah kesehatan.Karena untuk pemeriksaan gula darah sewaktu alatnya terbatas dan hanya digunakan untuk warga yang terdeteksi penyakit diabetes mellitus.3. Hambatan Screening data kurang lengkap karena banyak warga yang tidak datang, terutama warga RT 1 yang sebagian besar merupakan pedagang pasar. Pemeriksaan dilaksanakan pada hari Senin, sehingga yang datang sedikit karena hari Senin merupakan hari aktif kerja, selain itu sebagian masyarakat juga bekerja dari jam 08.00 sampai jam 17.00. Kegiatan Jalan Santai dan Senam Bersama1. Jalannya KegiatanPada kegiatan ini kami ikut serta dengan dengan kegiatan hari kartini RT 02 yaitu jalan santai dan senam bersama pada tanggal 18 April 2015 jam 16.00. Dalam acara ini kami ikut berpartisipasi sekaligus memberikan penyuluhan tentang senam kaki Diabetes Mellitus. Respon masyarakat sangat baik dan tampak antusias ketika mengikuti senam kaki diabetes mellitus.2. Peserta yang hadirPeserta yang mengikuti kegiatan ini adalah para Ibu rumah tangga dari RT 02. Evaluasi Tindakan Hambatan :RT 11. Sebagian warga RT 01 kurang bersosialisasi atau tertutup sehingga untuk mendapatkan informasi kurang.2. Sebagian besar warga RT 01 bermata pencaharian pedagang karena lokasi yang ditempati oleh RT 01 merupakan area pasar sehingga warga sering sibuk dan jarang ada waktu, dan pada saat diselenggarakan Pemeriksaan Gratis hanya beberapa orang saja yang mengikuti.3. Keterbatasan data yang kami peroleh dari ketua RT 01 maupun dari kader setempat tidak ada data yang valid mengenai siapa saja warga yang sakit.4. Sebagian besar RT 01 bersifat individu, kurangnya komunikasi serta sosialisasi dengan lingkungan.RT 21. Terdapat satu warga yang tidak dapat dikaji dikarenakan setiap kali berkunjung keluarga menutup diri untuk tidak memberikan penjelasan tentang anggota keluarganya yang sakit. Menurut laporan warga di sekitar rumah menyatakan bahwa warga tersebut memang kurang besosialisasi.2. Sebagian besar warga RT 02 Nguter bekerja sebagai pedagang sehingga sulit untuk dilakukan pengkajian.

RT 3Berdasarkan evaluasi yang dilakukan kelompok selama 2 minggu kegiatan, terdapat beberapa hambatan antara lain:1. Selama 2 minggu kegiatan, kelompok mengalami kesulitan dalam bertemu dengan kader untuk berdiskusi tentang informasi keadaan klien.2. Sebagian besar warga RT 3 kooperatif saat dilakukan pengkajian maupun evaluasi, tetapi pada keluarga yang terdapat anggota keluarga yang menderita retardasi mental, kelompok mengalami kesulitan dalam menggali informasi karena terdapat hambatan dalam komunikasi. Dan dari pihak keluarga kurang dapat memaparkan kondisi klien secara jelas.3. Saat kegiatan pemeriksaan gratis banyak warga yang tidak datang karena jarak RT 3 yang lebih jauh dari pada RT lainnya.4. BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULANDari hasil pelaksanaan praktek jiwa komunitas yang sudah dilaksanakan oleh gelombang 6, dapat disimpulkan bahwa ditemukan 6 pasien yang mengalami resiko sakit jiwa diantaranya 1 klien mengalami kecemasan akibat sakit diabetes mellitus yang tinggal di RT II, 1 klien mengalami kecemasan akibat sakit hipertensi yang tinggal di RT II, 1 klien mengalami kecemasan akibat sakit stroke yang tinggal di RT III, 2 klien mengalami kecemasan akibat himpitan ekonomi yang tinggal di RT III, 1 klien mengalami kecemasan akibat hipertensi dan himpitan ekonomi yang tinggal di RT III. Dari hasil evaluasi terhadap 6 pasien yang mengalami sakit jiwa (3 orang diantaranya mengalami retardasi mental). Tn. Rudi dan Nn. Wagiyanti sudah cukup kooperatif dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan dapat bekerja seperti biasa, dan 4 orang lainnya kurang berinteraksi dengan lingkungan.

B. SARANDalam pelaksanaan praktek jiwa komunitas (Comuniy Mental Health Nursing) yang sudah dilaksanakan kelompok 6 mulai tanggal 13 April 2015 hingga tanggal 25 April 2015, ada beberapa hal yang belum kami laksanakan karena terkendala oleh minimnya waktu, diantaranya yaitu dari hasil evaluasi pada warga RW V yang mengalami masalah kesehatan khususnya yang berkaitan dengan masalah psikologi. Diharapkan setelah diadakannya pelatihan kader tentang posyandu sehat jiwa dapat menjadi pedoman bagi kader kesehatan jiwa masyarakat dalam melaksanakan posyandu sehat jiwa sesuai dengan sistematika yang tercantum dalam buku panduan posyandu PKJM.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. e.d. Hubungan motivasi internal dan eksternal dengan kinerja petugas CMHN.Arif L.S. , 2006. Skizofrenia residual, memahami dinamika keluarga pasien. Jakarta : Penerbit Refika Aditama.Direja, Ade, H.S., 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.FKUI dan WHO. 2006. Model-model praktik keperawatan profesional jiwa (MPKP jiwa). Jakarta : FKUI.Hawari D. ,2006. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia residual. Jakarta : balai penerbit FKUI.Isaac A. 2005. Panduan belajar keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik (terjemahan), 3th edition. Jakarta : EGC.Keliat B.A., 2007. Gangguan konsep diri. Jakarta : EGC.Khasanah, Arifah Nur. (2011). Tutor Community Mental Health Nursing (CMHN). Arifah Territoire. Diakses pada tanggal 24 May 2012 dari http://arifahpratidina.blogspot.com/2011/04/tutor-community-mental-health-nursing.htmlKusumawati, F., Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.Rahmayani. 2010. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Jiwa CMHN (Community Mental Health Nurse) Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas Di Kabupaten Bireuen. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat. FKM USU MedanUI, Fikep dan WHO. Modul basic course Comunity Mental Health Nursing. Jakarta : Universitas Indonesia.