laporan pendahuluan fraktur femur igd

15
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR 1. Definisi Fraktur atau patah tulang aalah terputusn!a k"ntinuitas #aringan tula ng atau tulang ra$an !ang u%u%n!a ise&a& kan "le h rua paks a 'Kapita (elekta Ke"kteran) *+++ , -/. Defenisi fraktur fe%ur Rusakn! a k"ntinuitas tulang pangkal paha !ang apat ise&a&kan "leh trau%a lang sung ) kelelahan "t"t) k"n isi0k"n isi terte ntu seperti egenerasi tulang "ste"p"r"sis. *. Eti"l"gi Fraktur pat" l"gi s2 frakt ur !ang iaki& atkan "leh trau%a %ini%al atau tanpa trau%a &erupa !ang ise&a&kan "leh suatu pr"ses. !aitu , 3 Oste"p"r"sis 4%perfekta 3 Oste"p"r"sis 3 Pen!akit %eta&"li5 Trau%a Di&agi %en#ai ua) !aitu , 1. Trau%a langsung) !aitu &enturan paa tulang. 6i asa n!a penerita ter #atuh enga n p"s isi %irin g i%an a aerah tr"khanter %a! "r langsung ter&entur engan &ena keras '#alanan/. *. Tr au%a ta k la ngsung) !a it u ti ti k tu %puan &e nt ur an a n fr ak tur  &er#auhan) %isaln!a #atuh terpeleset i ka%ar %ani paa "rangtua -. Kl asif ikasi  Aa * t!pe ari fraktur fe%ur) !aitu , 1. Fr aktur 4ntr akapsuler fe%ur !ang ter# ai i ala% tulang seni) panggul an Melalui kepala fe%ur '5apital fraktur/ Han!a i &a$ah kepala fe%ur Melalui leher ari fe%ur *. Fr aktur Ekst rakaps ul er2 Ter#ai i luar seni an kapsul) %elalui tr"khanter fe%ur !ang le&ih &esar!ang le&ih ke5il paa aerah intertr"khanter. Ter#ai i &agian istal %enu#u leher fe%ur tetapi tiak le&ih ari * in5i i &a$ah tr"khanter ke5il. -. Pa t" fi si "l "gi

Upload: hadi0455

Post on 11-Oct-2015

161 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

IGD

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

1. Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 36).

Defenisi fraktur femur

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

2. Etiologi

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses. yaitu :

Osteoporosis Imperfekta

Osteoporosis

Penyakit metabolic

Trauma

Dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

2. Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua3. Klasifikasi

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur)

Hanya di bawah kepala femur

Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebihbesar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

3. Patofisiologi

4. Tanda dan gejalaNyeri hebat di tempat fraktur

Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

Rotasi luar dari kaki lebih pendek

Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi

berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.5. Komplikasia) Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler.

Hal ini dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.

b) Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak

memadai.

c) Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur,

trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatumemerlukanbone graftingdan fiksasi interna.

d) Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus diakibatkanoleh kombinasi gaya ini.

e) Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi (2)

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi untuk memastikan daerah fraktur dengan.

- 2 arah (antero-posterior dan lateral).

- 2 waktu yang berbeda (saat setelah trauma dari 10 hari setelah trauma).

- 2 sendi : sendi proksimal dan distal dari fraktur harus terlihat pada film.

- 2 ekstremitas : sebagai pembanding, bila garis fraktur meragukan terutama pada anak-anak.

b. Pemeriksaan laboratorium

(Pedoman diagnosis dan terapi, UPF, 1994: 137)

7. Penatalaksanaan medisa. Patah tulang terbuka

Prinsip

1. Harus ditegakkan dan ditangani dahulu akibat trauma yang membahayakan jiwa airway, breathing, circulation.

2. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang Memerlukan penanganan segera yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan dengan perban tekan, menghentikan perdarahan besar dengan klem.

3. Pemberian antibiotika.4. Debridement dan irigasi sempurna.

5. Stabilisasi.

6.Penutub luka.

7.Rehabilitasi.

1. Life Saving

Semua penderita patah tulang terbuka harus di ingat sebagai penderita dengan kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain yang serius. Hal ini perlu ditekankan mengingat bahwa untuk terjadinya patah tulang diperlukan suatu gaya yang cukup kuat yang sering kali tidak hanya berakibat total, tetapi berakibat multi organ. Untuk life saving prinsip dasar yaitu : airway, breath and circulation.

2. Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat daruratDengan terbukanya barier jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang tebuka luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminsi (golden periode) dan setelah waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan patuah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka, tercapai walaupun ditinjau dari segi prioritas penanganannya. Tulang secara primer menempati urutan prioritas ke 6. Sasaran akhir di maksud adalah mencegah sepsis, penyembuhan tulang, pulihnya fungsi.

3. Pemberian antibiotika

Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi tergantung dimana patah tulang ini terjadi. Pemberian antibiotika yang tepat sukar untuk ditentukan hany saja sebagai pemikiran dasar. Sebaliklnya antibiotika dengan spektrum luas untuk kuman gram positif maupun negatif.

4. Debridemen dan irigasi

Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada darah patah terbuka baik berupa benda asing maupun jaringan lokal yang mati.

Irigasi untuk mengurangi kepadatan kuman dengan cara mencuci luka dengan larutan fisiologis dalam jumlah banyak baik dengan tekanan maupun tanpa tekanan.

Di Intion is solution for polution untuk mengetahui kualitas dari otot hendaknya selalu di ingat 4 C : Contractibility, color, consistency, capacity to bleed.

Kedua tindakan ini harus dilakukan sesempurna mungkin sebelum penanganan definitif.

5. Stabilisasi.

Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilisasi fragmen tulang, cara stabilisasi tulang tergantung pada derajat patah tulang terbukanya dan fasilitas yang ada.

Pada derajat 1 dan 2 dapat dipertimbangkan pemasangan fiksasi dalam secara primer. Untuk derajat 3 dianjurkan pemasangan fiksasi luar. Stabilisasi ini harus sempurna agar dapat segera dilakukan langkah awal dari rahabilitasi penderita.

6. Penutup luka

Penutup luka primer dapat dipertimbangkan pada patah tulang derajat 1 dan 2 tidak dianjurkan penutupan luka primer. Hanya saja kalau memungkinkan tulang yang nampak diusahakan ditutup dengan jaringan lunak (otot) untuk memperkuat hidupnya.

7. Rehabilitasi Dini

Perlu dilaksanakan sebab dengan demikian maka keadaan umum penderita akan jadi sangat baik dan fungsi anggota gerak di harapkan kembali secara normal. (Pedoman diagnosis dan terapi, UPF, 1994: 133)

b. Patah tulang tertutup

1. Pertolongan darurat (Emergency)

Pemasangan bidal (splint)

a. Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

b. Mengurangi rasa nyeri.

c. Menekan kemungkinan terjadinya emboli dan syok.

d. Memudahkan transportasi dan pengambilan foto.

2.Pengobatan definitif

-Reposisi secara tertutup

a. Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi terbatas hanya pada patah tulang tertentu.

b. Traksi dengan melakukan tarikan pada ekstremitas bagian distal.

- Imobilisasi

a. Gips (Plaster of paris castis)

b.Traksi secara kontinue : traksi kulit, traksi tulang.

- Reposisi secara terbuka

Melakukan reposisi dengan operasi kemudian melakukan imobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa plat, pen dan kawat.

3. Rehabilitasi

Tujuan umum

a.Mempertahankan ruang gerak sendi.

b. Mempertahankan kekuatan otot.

c.Mempercepat proses penyembuhan fraktur.

d.Mempercepat pengambilan fungsi penderita

Latihan terdiri dari

-Mempertahankan ruang gerak sendi.

- Latihan otot.

-Latihan berjalan

(Pedoman diagnosis dan terapi, UPF, 1994: 138)

Traksi

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin

Metode Pemasangan traksi:

Traksi ManualTujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu :

Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.8. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

1. Nyeri akut berhubungan dengan dagen injuri fisik (fraktur)

Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan dan disuse

2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap informasi, terbatasnya kognitif

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

NODIAGNOSA KEPERAWATANNOCNIC

1.Nyeri akut b/d agen injuri fisik, frakturSetelah dilakukan Asuhan keperawatan . jam tingkat kenyamanan klien meningkat, tingkat nyeri terkontrol dengan KH:

Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3

Ekspresi wajah tenang

klien dapat istirahat dan tidur

tanda-tanda vital dalam batas normolManajemen nyeri :

Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.

Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.

Kurangi faktor presipitasi nyeri.

Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).

Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.

Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.

Administrasi analgetik :.

Cek program pemberian analgetik; jenis, dosis, dan frekuensi.

Cek riwayat alergi.

Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.

Monitor TV

Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.

Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.

2. Risiko infeksi b/d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive, frakturSetelah dilakukan asuhan keperawatan jam tidak terdapat faktor risiko infeksi dan infeksi terdeteksi dg KH:

Tdk ada tanda-tanda infeksi

AL normal

tanda-tanda vital dalam batas normolKonrol infeksi :

Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.

Batasi pengunjung bila perlu.

Intruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan sesudahnya.

Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.

Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.

Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.

Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.

Lakukan perawatan luka, dainage, dresing infus dan dan kateter setiap hari.

Tingkatkan intake nutrisi dan cairan

berikan antibiotik sesuai program.

Jelaskan tanda gejala infeksi dan anjurkan u/ segera lapor petugas

Monitor V/S

Proteksi terhadap infeksi

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

Monitor hitung granulosit dan WBC.

Monitor kerentanan terhadap infeksi..

Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.

Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.

Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.

Ambil kultur, dan laporkan bila hasil positip jika perlu

Dorong istirahat yang cukup.

Dorong peningkatan mobilitas dan latihan sesuai indikasi

3.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan

dengan patah tulangSetelah dilakukan askep jam terjadi peningkatan Ambulasi :Tingkat mobilisasi, Perawtan diri Dg KH :

Peningkatan aktivitas fisikTerapi ambulasi

Kaji kemampuan pasien dalam melakukan ambulasi

Kolaborasi dg fisioterapi untuk perencanaan ambulasi

Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai kemampuan

Ajarkan pasien berpindah tempat secara bertahap

Evaluasi pasien dalam kemampuan ambulasi

Pendidikan kesehatan

Edukasi pada pasien dan keluarga pentingnya ambulasi dini

Edukasi pada pasien dan keluarga tahap ambulasi

Berikan reinforcement positip atas usaha yang dilakukan pasien.

4Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap informasi, keterbatan kognitifSetelah dilakukan askep . Jam pengetahuan klien meningkat dg KH:

Klien dapat mengungkapkan kembali yg dijelaskan.

Klien kooperatif saat dilakukan tindakanPendidikan kesehatan : proses penyakit

Kaji pengetahuan klien.

Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda gejala serta komplikasi yang mungkin terjadi

Berikan informasi pada keluarga tentang perkembangan klien.

Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.

Diskusikan pilihan terapi

Berikan penjelasan tentang pentingnya ambulasi dini

jelaskan komplikasi kronik yang mungkin akan muncul

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

RUANG IGD

NAMA: Hadi Subhan

NIM: 11.IK.173

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA

BANJARMASIN 2014LEMBAR PERSETUJUAN LAMPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS FRAKTUR FEMUR

DI RUANG IGD RUMAH SAKIT ULIN BANJARMASIN

Banjarmasin,20.

Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKES Sari Mulia

pembimbing (CI)

Pembimbing (CT)