laporan antara -4

Upload: ruslanyunus

Post on 02-Jun-2018

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    1/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-1

    BAB IV

    PENGUMPULAN DATA

    IV.1 Hasil Pengumpulan Data

    Hasil pengumpulan data penelitian mencakup individu tukang dan

    perusahaan konstruksi. Potret Tukang Konstruksi di Sulawesi Tengah dalam

    penelitian ini akan digambarkan oleh profil responden penelitian, profil

    proyek dan pendapatan individu, tingkat kompetensi individu, profil

    sertifikasi, kesiapan menghadapi pasar tunggal ASEAN serta persepsi pihak

    perusahaan konstruksi. Data yang diperoleh pada perusahaan konstruksi

    ditujukan untuk mengklarifikasi maupun untuk mendalami kondisi tenaga

    kerja dilingkungan perusahaan.

    a. Profil Individu Tukang Konstruksi

    1)Jumlah Responden Individu Tukang Konstruksi

    Penelitian ini telah mengumpulkan data individu tukang melalui

    kuesioner sebanyak 41 kuesioner dan 6 responden konstruksi . Dari

    hasil analisis data, dari 41 responden tukang, telah diperoleh

    prosentase tukang batu/beton sebanyak 63%, tukang kayu 20% dan dan

    tukang besi 17%. Dari 41 kuesioner yang disebar dan diikuti

    wawancara, terdapat 8 atau 17,10 % responden bersertifikat dan berada

    di lokasi proyek dan 2,44 % bersertifikat tetapi tidak berada pada

    proyek yang menggunakan sertifikatnya. 19,51% responden sedang

    bekerja pada proyek pemerintah. Sementara pada proyek swasta, tidak

    ditemukan tukang konstruksi bersertifikat. Hal ini menunjukan indikasi

    bahwa penggunaan sertifikat ketrampilan belum cukup efektif bagi

    tukang konstruksi khususnya tukang batu, tukang kayu dan tukang besi.

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    2/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-2

    Tabel 4.1 Responden Penelitian

    No Tukang

    Konstruksi

    Bersertifikat Belum

    Bersertifikat

    Jumlah Prosentase

    (%)

    1 Tukang Batu 6 20 26 63.41%

    2 Tukang Kayu 1 7 8 19.51%

    3 Tukang Besi 1 6 7 17.07%

    Jumlah 8 33 41 100.00%

    Prosentase (%) 19.51% 80.49% 100.00%

    Sumber : Hasil Pengumpulan Data 2013

    Tabel 4.1 memberi informasi bahwa pemegang sertifikat belum

    cukup aktif bekerja pada proyek-proyek konstruksi khususnya pada

    proyek swasta disebabkan sertifikasi belum menjadi kriteria utama

    dalam rekruitmen tukang konstruksi

    2)Usia Tukang Konstruksi

    Ditinjau dari usia tukang konstruksi yang menjadi responden

    penelitian, rata-rata umur tukang 37 Tahun dengan umur tertua 62

    tahun, umur termuda 17 tahun. Profil umur responden diperlihatkan

    pada Gambar 4.1

    Gambar 4.1 Umur Responden

    Individu Tukang Konstruksi

    3)Pendidikan Tukang Konstruksi

    Secara ideal, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah

    seseorang untuk hambatan hidupnya, termasuk dalam melakukan

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    3/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-3

    pekerjaan yang diminati. Sebaran pendidikan individu tukang tukang

    konstruksi di Kota Palu, diperlihatkan pada Gambar 4.2

    Hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa pendidikan

    formal para tukang konstruksi masih berlatar belakang pendidikan

    dasar. Hal ini menunjukan bahwa secara akademik terdapat hambatan

    untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk sekolah menengah,

    lulusan SMA masih lebih dominan dibanding lulusan SMK.

    Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan

    Terakhir Individu Tukang

    4)Pengalaman Kerja Individu Tukang

    Pengalaman kerja individu tukang akan dapat meningkatkan

    kemampuan tukang konstruksi jika memiliki pengetahuan dasar

    pekerjaan yang dilakukan. Semakin lama individu tukang bekerja,

    makin meningkat kompetensi yang dimiliki. Namun demikian, jenis

    pekerjaan yang dikerjakan akan mempengaruhi pula peningkatan

    kompetensi. Variasi pekerjaan yang dilaksanakan selama masa kerja

    akan mempengaruhi kurva belajar. Pengalaman responden individu

    tukang pada penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 4.3

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    4/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-4

    Gambar 4.3 Pengalaman

    Individu Tukang

    Informasi yang diperlihatkan pada Gambar 4.3 menunjukan

    bahwa pengalaman tukang konstruksi yang menjadi responden

    29,27% adalah tukang muda yang berpengalaman < 5 tahun, 19,51%

    berpengalaman 5-10 tahun dan 12,20% berpengalaman 15-20 tahun,

    dan 17,07%.

    5) Status Individu Tukang di Perusahaan

    Berdasarkan hasil penelusuran data yang diperoleh melalui

    kuesioner, diperoleh informasi bahwa semua tukang konstruksi yang

    menjadi responden yang sedang bekerja di proyek tempat bekerja

    sebagai karyawan tidak tetap.

    6)

    Status Kependudukan

    Tukang konstruksi yang berstatus sebagai pendatang dilatar

    belakangi oleh beberapa faktor antara lain : melanjutkan pendidikan di

    universitas, mencari peluang kerja, mengharapkan upah yang lebih

    baik, aspek sosial dan lingkungan yang lebih baik. Meskipun gesekan

    sosial di Sulawesi Tengah yang timbul dalam bentuk konflik selama ini

    telah terjadi di Sulawesi Tengah sejak tahun 1998, tetapi pendatang

    yang berprofesi sebagai tukang konstruksi merasa bahwa Kota Palu dan

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    5/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-5

    pada umumnya Provinsi Sulawesi Tengah dapat memberikan harapan

    bagi masa depan mereka. Ada 2 faktor yang menjadi penyebab : 1)

    Pendatang yang berprofesi sebagai tukang konstruksi di Kota Palu,

    merasa lebih mampu beradaptasi di tengah masyarakat Kota Palu yang

    majemuk karena mereka telah memiliki jaringan keluarga yang telah

    lama bermukim di Kota Palu khususnya Sulawesi Tengah pada

    umumnya. 2) Tekanan hidup khususnya aspek ekonomi dan sosial di

    daerah asal yang cukup berat yang membuat pilihan untuk merantau

    lebih memberi harapan

    Meskipun demikian, pendatang yang dimaksud terdiri dari 2

    kategori, pendatang yang telah bermukim lama > 6 tahun atau dapat

    didefinisikan sudah menyatu dengan penduduk lokal. Tukang

    konstruksi pendatang yang berasal dari Pulau Jawa umumnya tukang

    konstruksi dari pedesaan yang di mobilisasi oleh kontraktor melalui

    agen-agen tenaga kerja. Meskipun belum memiliki sertifikat, mereka

    dapat diterima perusahaan karena lebih fokus pada pekerjaan

    dilapangan dan dapat memberikan waktu yang lebih banyak di proyek.

    Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui pula bahwa permasalahan

    tukang konstruksi yang didatangkan dari Jawa perlu untuk kembali

    setiap 4 bulan.meskipun untuk waktu seminggu di kampung halaman.

    7)Jenis Proyek yang Ditangani

    Jenis proyek yang ditangani oleh tukang konstruksi di Sulawesi

    Tengah 90% bangunan gedung selebihnya jalan dan jembatan. Namun

    demikian, kondisi ini lebih disebabkan oleh lokasi penelitian yang

    berada di ibukota Provinsi dengan sasaran proyek yang sedang berjalan.

    Jenis proyek yang ditangani responden individu tukang

    konstruksi diperlihatkan pada Gambar 4.4

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    6/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-6

    Gambar 4.4 Jenis Konstruksi yang

    ditangani Responden

    8)Profil Pendapatan Aktif Individu Tukang

    Pendapatan tahunan dari tukang menggambarkan pula

    produktifitas dalam nilai uang. Berdasarkan hasil pengumpulan data,

    dapat dikemukakan bahwa pendapatan tukang konstruksi/tahun

    didominasi oleh nilai 18-21 juta/tahun dengan prosentase 40%, 14 juta

    rupiah/tahun sebesar 27% dan 14-17 juta rupiah sebesar 18%. Dilihat

    dari sisi peningkatan pendapatan, diperoleh informasi peningkatanpendapatan terbesar adalah sebesar 36% dengan peningkatan sebesar 5-

    10% dari pendapatan total. Pendapatan aktif dan peningkatan

    pendapatan tukang konstruksi di Sulawesi tengah diperlihatkan pada

    Gambar 4.5 dan Gambar 4.6

    Gambar 4.5 Pendapatan Aktif

    Tahunan Tukang Konstruksi

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    7/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-7

    Pendapatan aktif akan menggambarkan produktifitas tahunan

    tukang konstruksi. Makin tinggi pendapatan, makin tinggi keaktifan

    individu tukang. Peningkatan pendapatan akan menggambarkan

    penghargaan terhadap jasa yang diberikan sekaligus menggambarkan

    persaingan dalam hal upah.

    Gambar 4.6 Peningkatan Pendapatan Aktif

    Tahunan Tukang Konstruksi

    9)Hasil Penilaian Kompetensi oleh Individu Tukang Konstruksi

    Hasil pengukuran kompetensi profesional dari sudut pandang

    responden diklasifikasi berdasarkan 3 jenis responden, yakni tukang

    batu, tukang kayu dan tukang besi. Analisis hasil pengukuran

    berdasarkan skala likert 1-5 dengan kriteria 1 = Kurang 2 = Kurang

    3=Sedang 4 = Baik, 5 =Sangat Baik

    Hasil pengukuran rata-rata untuk 3 bidang kompetensi tukang

    konstruksi diperlihatkan diuraikan sebagai berikut :

    a) Kompetensi Tukang Batu

    Hasil analisis data pengukuran kompetensi tukang batu

    diperlihatkan pada Gambar 4.7

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    8/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-8

    Gambar 4.7 Nilai Rata-rata Hasil Pengukuran

    Kompetensi Tukang Batu

    Hasil pengukuran kompetensi tukang batu menunjukan

    bahwa rata-rata kompetensi tukang menunjukan nilai diantara

    skala sedang hingga baik. Nilai tertinggi dari 9 kompetensi

    yang terukur adalah kompetensi individu untuk mengikuti

    instruksi kerja dan aimattik dasar membuat siku. Kompetensi

    terendah berdasarkan skala adalah menyiapkan dan memasang

    bronjong dengan nilai 3,35 berada pada skala sedang hingga

    baik.

    Hasil angket menunjukan kompetensi yang menonjol

    untuk jabatan kerja tukang batu adalah menyusun batu baik batu

    pondasi maupun batu bata. Untuk kompetensi yang rendahjabatan tukang batu diperlihatkan pada Gambar 4.8

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    9/37

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    10/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-10

    nilai yang mendekati kriteria baik. Nilai rata-rata kompetensi

    individu tukang kayu diperlihatkan pada Gambar 4.10

    Gambar 4.10 Nilai Rata-rata Hasil Pengukuran

    Kompetensi Tukang Kayu

    Berdasarkan informasi yang disajikan pada Gambar 4.10

    dapat dilihat bahwa dari 9 kompetensi memberikan nilai rata-rata antara 3,88-4,5 atau berada pada nilai mendekat baik hingga

    sangat baik. Terdapat 3 jenis kompetensi yang relatif berada

    dibawah skala 4 yakni, Pengetahuan K3, Membuat Bekisting

    Beton Praktis, Membuat, Merakit dan dan memasang

    konstruksi dinding, pagar, lantai dan tangga dengan nilai

    3,88 mendekati baik.

    Kompetensi tertinggi dari tukang kayu adalah merawat alat.

    Hal ini sangat logis, sebab tanpa alat yang terawat tukang akan

    kesulitan melakukan pekerjaannya. Demikian pula dengan

    pembersihan tempat kerja dalam pekerjaan-pekerjaan kayu akan

    membahayakan dan mengurangi manuver individu tukang

    dalam bekerja. Nilai skala pengukuran yang menunjukan

    kompetensi tukang kayu dari mendekati baik hingga sangat baik

    didukung oleh kondisi lokal yang sebagai salah satu penghasil

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    11/37

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    12/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-12

    tukang kayu. Upaya yang dimaksud dilakukan melalui belajar

    dari rekan sejawat, mahasiswa kerja praktek, mandor maupun

    pelaksana.

    10) Sertifikasi Individu Tukang

    Hasil penelusuran dan pengumpulan data seperti dikemukakan

    pada sub bab jumlah reponden tukang konstruksi bersertifikat

    sebanyak 41 responden, 8 Orang (19,51%) dan 80,49% belum

    bersertifikat. Dari 8 tukang konstruksi yang bersertifikat, dapat maka

    dapat dikemukakan rincian umur sertifikat seperti diperlihatkan pada

    Gambar 4.12

    Gambar 4.12 Umur sertifikat

    Individu Tukang

    11) Harapan Tukang Konstruksi terkait dukungan pemerintah,

    LPJK, institusi diklat dalam meningkatkan kompetensi

    Pada umumnya tukang konstruksi di Sulawesi Tengah belum

    memahami peran pemerintah, LPJK, asosiasi maupun institusi diklat.

    Hal ini tergambarkan dari jawaban yang diberikan oleh responden

    tukang konstruksi baik tukang batu, tukang kayu maupun tukang besi.

    Harapan terhadap ketiga lembaga yang dimaksud diatas diperlihatkan

    pada Tabel 4.2

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    13/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-13

    Tabel 4.2 Harapan Tukang Konstruksi terkait dukungan

    pemerintah, LPJK, institusi diklat dalam meningkatkan

    kompetensiPemerintah LPJK Badan Diklat

    1.

    Perbaikan Sistem

    Penyelenggaraan Konstruksi;2.Pendanaan Pelatihan;3.Membuka Jaringan / Akses

    Informasi Lapangan Kerja;4.Meningkatkan K3;5.

    Pelatihan

    6.Perhatian khusus kepada

    Tenaga Kerja TukangKonstruksi

    7.Modal alat dan modal kerja

    1.

    Pelatihan,

    2.

    PenambahanWawasan

    3. Percepatan

    PenerbitanSertifikat

    4.

    Sertifikat tidak

    perlu

    diperpanjang

    1.

    Peningkatan

    SDM secaraumum

    2. Pelatihan

    terbimbing,3. Materi Pelatihan

    sesuai Lapangan.

    Sumber: Hasil Analisis 2013

    12)

    Persepsi Tukang Konstruksi terhadap masuknya tenaga asing

    Hasil penelusuran data tentang persepsi tukang terhadap

    AFTA 2015 masuknya tenaga asing diperlihatkan pada Gambar

    4.13

    Gambar 4.13 Persepsi Tukang Konstruksiterhadap Masuknya Tukang Konstruksi dari Negara

    ASEAN lainnya

    Tukang konstruksi yang menyatakan mobilitas tenaga asing

    sebagai ancaman sebesar 46% dan 44% menganggap sebagai peluang,

    selebihnya 10% tidak menentukan pilihan. Kondisi ini perlu menjadi

    pertimbangan untuk menetapkan strategi pengembangan SDM,

    khususnya dalam

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    14/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-14

    Gambar 4. 14 Keinginan Tukang Konstruksi untuk

    Bekerja di Luar Provinsi Sulawesi Tengah

    dan Luar Negeri

    Berdasarkan hasil informasi diatas, dapat dikemukakan bahwa

    harapan untuk bekerja diluar daerah bagi oleh responden sangat

    rendah. Demikian pula untuk bekerja di luar negeri.

    13) Kendala Kesiapan Tukang Konstruksi Menghadapi AFTA

    Kendala untuk mewujudkan kesiapan dalam menghadapi

    AFTA 2015 berdasarkan persepsi tukang konstruksi mencakupkurangnya dukungan pemerintah, kurangnya informasi, kurangnya

    informasi & pengetahuan, bahasa, bahan/material, peralatan kerja,

    komunikasi, modal, anggaran tidak sesuai pekerjaan, kompetensi

    yang masih perlu ditingkatkan. Kendala meningkatkan kompetensi

    diperlihatkan pada Gambar 4.15

    Gambar 4.15 Kendala Mewujudkan KesiapanMenurut Persepsi Tukang Konstruksi

    3%

    10% 5%

    10%

    7%

    10%

    2%

    12%

    2%

    29%

    10%

    Dukungan Pemerintah

    Informasi

    Informasi & Pengetahuan

    Bahasa

    Bahan/Material

    Peralatan Kerja

    Komunikasi

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    15/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-15

    14) Dukungan dari Pemerintah dalam Mengatasi Kendala

    Untuk memperoleh persepsi responden terhadap dukungan

    pemerintah kuesioner yang dilakukan wawancara. Proses wawancara

    dilakukan secara terbuka dimana jawaban semua jawaban responden

    diterima, baik berupa keluhan, harapan maupun pernyataan yang

    berkaitan dengan perlunya dukungan pemerintah. Keluhan, harapan

    maupun pernyataan tukang konstruksi di Kota Palu khususnya dan

    Sulawesi Tengah dapat dikemukakan diklasifikasikan atas 1) Anggaran

    dalam pengertian peningkatan upah, kesinambungan pekerjaan dan

    maupun anggaran pelatihan 2) Pembukaan Lapangan Kerja terkait

    dengan kesinambungan pekerjaan 3) Kebijakan mencakup regulasi

    tenaga kerja konstruksi, aturan produktifitas dan aturan yang obyektif;

    4) Peningkatan SDM melalui Pelatihan SDM khususnya teknologi baru

    5) Perhatian terhadap tenaga lokal 6) Bantuan dalam pengertian

    bantuan modal, alat dan keberpihakan pemerintah terhadap pekerja.

    Prosentase Harapan atas dukungan pemerintah diperlihatkan pada

    Gambar 4.16

    Gambar 4.16 Harapan Responden Terhadap

    Dukungan Pemerintah

    12%

    25%

    12%22%

    5%

    17%

    7%

    Anggaran

    Pembukaan

    Lapangan Kerja

    Kebijakan Umum

    Peningkatan SDM

    melalui Pelatihan

    Perhatian terhadap

    tenaga lokalBantuan

    n.a

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    16/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-16

    b) Persepsi Responden / Narasumber Perusahaan.

    1) Profil Responden/Narasumber

    Profil responden pengisi angket dan yang dijadikan nara sumber

    berumur semua pria dengan umur 40-63 tahun. Responden atau

    narasumber semua berlatar belakang pendidikan Teknik Sipil dengan

    jabatan sebagai Kepala Bagian Teknik dan Manajer Teknik,

    berkualifikasi pendidikan S1 (67%) dan S2 (33%). Narasumber yang

    dimaksud, berlatar belakang akademisi yang dipekerjakan pengembang,

    pensiunan instansi PU yang bekerja pada kontraktor dan lainnya

    bekerja sebagai karyawan swasta.

    Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan kinerja

    tukang yang bekerja di perusahaan konstruksi, penelitian ini telah

    memperoleh Perusahaan/Pengguna Jasa tukang Konstruksi yang

    dijadikan responden dan nara sumber adalah 5 perusahaan lokal yang

    telah berpengalaman dalam pekerjaan konstruksi di Sulawesi Tengah

    dengan dengan kualifikasi Grade 4-Grade 6. Perusahaan yang dimaksud

    mengerjakan proyek Bangunan Gedung Pemerintah, Gedung BUMD ,

    Jalan dan Jembatan, Mekanikal Elektrikal. 1 responden adalah

    perusahaan pengembang pusat perbelanjaan modern yang mengerjakan

    bangunan dengan cara swakelola. Kualifikasi badan usaha yang

    menjadi nara sumber diperlihatkan pada Gambar 4.17

    Gambar 4.17 Kualifikasi Badan Usaha

    16%

    17%

    50%

    17%

    Grade-4 Grade-5 Grade-6 Non Grade

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    17/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-17

    Pengalaman perusahaan yang dipilih menjadi responden

    diperlihatkan pada Gambar 4.18

    Gambar 4.18 Pengalaman Perusahaan

    dalam Bidang Konstruksi

    Gambar 4.18 memperlihatkan pengalaman perusahaan dalam

    mengerjakan proyek konstruksi. 50% perusahaan yang dijadikan responden

    adalah perusahaan yang telah berpengalaman >20 tahun, 33% 11-15 tahun dan

    17 % 16-20 tahun.

    2) Profil Proyek Perusahaan

    Ditinjau dari proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan

    di Sulawesi Tengah, 40% perusahaan mencapai keberhasilan 10-25%

    dari usulan penawaran mereka, 40% memperoleh tingkat kesuksesan

    50-75% dan hanya 20% yang >75% dalam proses tender. Pengguna

    yang melaksanakan proyek dengan swakelola. Dari hasil wawancara

    diperoleh informasi bahwa perusahaan yang memiliki succes rate >

    51-75% dan >75% yang semuanya grade 6 umumnya mengikuti tender

    jika telah yakin akan memenangkan tender. Bagi perusahaan yang

    memiliki succes rate 10-25% tidak demikian, mereka membutuhkan

    usaha yang lebih besar untuk memenangkan lelang. Hal ini terjadi

    pada perusahaan grade 4 dan 5.

    17% 0%

    33%

    0%

    50%

    < 5 5-10 Thn 11-15 Thn

    16-20 Thn > 20 Thn

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    18/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-18

    3) Profil Tenaga Terampil Perusahaan

    Jumlah tenaga terampil pada perusahaan konstruksi di Sulawesi

    Tengah pada perusahaan grade 4 keatas yang menjadi responden

    sekaligus narasumber dikemukakan seperti pada Gambar. Pada

    umumnya perusahaan memiliki jumlah tenaga trampil < 50 Orang

    dalam setiap proyek yang dikerjakan. Prosentase tenaga yang dimaksud

    diperlihatkan pada Gambar 4.19

    Gambar 4.19 Jumlah Tenaga Terampil

    pada Perusahaan Konstruksi

    Jumlah tenaga terampil tukang yang ditugaskan pada setiap

    proyek dari perusahaan yang menjadi narasumber 33%

    menyatakan < dari 5 tenaga terampil, 16,67% untuk perusahaan

    yang menugaskan 6s/d12 tenaga terampil, 13s/d19 tenaga terampil

    , 20 s/d 25 tenaga terampil. Perusahan grade 6 umumnya

    menempatkan tenaga terampil < 5 orang.

    Gambar 4.20 Jumlah Tenaga Terampil

    yang ditugaskan pada setiap proyek

    33.33%

    16.67%16.67%

    16.67%

    16.67%

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    19/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-19

    Ditinjau dari pengalaman, tenaga trampil yang dimiliki oleh

    kontraktor diperlihatkan pada gambar 4.21 Dapat dilihat bahwa

    dominan tenaga terampil berpengalaman 6-10 tahun

    Gambar 4.21 Pengalaman Tenaga

    Terampil Perusahaan

    Pengalaman tenaga terampil pada perusahaan menunjukan

    lamanya tukang konstruksi bekerja pada kegiatan konstruksi. Hasil

    analisis memberikan informasi 50% bekerja selama 5-10 tahun, 33%

    telah bekerja selama 11-15 tahun dan 17% tidak memberi jawaban

    Gambar 4.22 Tenaga Terampil

    Tetap pada Proyek

    Tenaga Terampil tetap (digunakan pada saat proyek) yang

    dimiliki perusahaan di Sulawesi Tengah lebih cenderung < 10 orang.

    Dan untuk setiap proyek yang tenaga bersertifikat umumnya hanya 1

    orang

    Sistem pembayaran tenaga terampil tukang konstruksi di

    Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu di lakukan melalui kontrak

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    20/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-20

    perproyek sesuai volume pekerjaan, bulanan, dan mingguan. Sistem

    penghargaan yang dilakukan oleh perusahaan pada tenaga trampil

    tukang berupa dengan Insentif, Asuransi Kecelakaan, ASKES, dan ada

    pula yang tidak memberi insentif.

    4) Sistem Manajemen SDM

    Sistem rekruitmen perusahaan konstruksi di Sulawesi Tengah

    dilakukan oleh kontraktor melalui penerimaan lamaran kerja, dari

    perusahaan lain dan terbanyak melalui mandor. Ditinjau dari aspek

    pembinaan, semua responden menyatakan bahwa tidak ada pembinaan

    bagi tenaga kerja mereka secara formal.Proses penilaian kinerjaperusahaan dilakukan secara informal baik lisan maupun tulisan saat

    pelaksanaan pekerjaan atas instruksi dan arahan yang diberikan,

    capaian target pelaksanaan pekerjaan. Secara umum, kinerja tenaga

    trampil yang bekerja pada perusahaan yang menjadi responden

    dinyatakan 50% menyatakan baik, 13,33% menyatakan sedang dan

    33,67% menyatakan kurang. Turn Over Rate tenaga menurut responden

    cenderung < 10%, tetapi ada 1 responden yang menyatakan 51-75%.

    Untuk mengatasi kekurangan tenaga, pihak perusahaan cenderung

    melakukan outsource kepada mandor, membuka lowongan kerja dan

    mencari tenaga tukang harian lepas. Metode untuk memperoleh tenaga

    tukang konstruksi dilakukan oleh perusahaan melalui mandor-mandor

    baik yang bekerja pada perusahaan maupun diluar perusahaan

    sepanjang telah lama dikenal. Ada pula perusahaan yang bekerjasama

    dengan SMK untuk memperoleh tenaga tukang konstruksi. Strategi

    mengatasi kelebihan tenaga perusahaan dilakukan melalui proses

    dirumahkan dengan uang tunggu, dititip di proyek diluar perusahaan,

    dirumahkan dengan uang tunggu, diberi pekerjaan lain meskipun tidak

    sesuai dengan kompetensi.

    5) Tingkat Kompetensi Tukang Konstruksi Berdasarkan Penilaian

    Perusahaan/Pengguna

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    21/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-21

    Hasil analisis data ini ditujukan untuk melakukan klarifikasi

    atas persepsi individu tukang. Untuk melakukan penilaian secara umum

    terhadap persepsi tukang terhadap kompetensinya, telah dilakukan

    pengukuran dan analisis data pada 6 jenis kompetensi kerja tukang

    yakni; 1) Pengetahuan K3 2) Mempersiapkan Bahan Pekerjaan

    sesuai daftar kebutuhan 3) Merawat alat-alat dan peralatan kerja serta

    pembersihan tempat kerja 4) Pengetahuan Tentang Gambar Kerja 5)

    Pemahaman Atas Instruksi yang diberikan 6) Kemampuan

    mempersiapkan alat kerja. Hasil analisis data diperlihatkan pada

    Gambar 4.23

    Gambar 4.23 Nilai Rata-rata Hasil Pengukuran

    Kompetensi Umum Tukang Konstruksi

    menurut Kontraktor

    Dari 6 kompetensi umum yang terukur pada pengguna tukang,

    menunjukan pengetahuan K3 berada pada skala kurang (2) sampai

    dengan sedang (3) dengan nilai rata-rata 2,33. Demikian pula

    kompetensi merawat peralatan kerja dan pembersihan tempat kerja

    dengan nilai 2,67. Kompetensi tertinggi adalah memahami instruksi

    dengan nilai rata-rata 4,17 dikuti pengetahuan atas gambar kerja dengan

    nilai rata-rata 4,00 Kedua kompetensi ini berada pada rentang baik

    hingga sangat baik. Kompetensi yang berada pada skala sedang hingga

    baik adalah mempersiapkan bahan pekerjaan sesuai daftar kebutuhan

    2.333.17

    2.67

    4.00

    4.17

    3.67

    1

    2

    3

    4

    5Pengetahuan K3

    Mempersiapkan

    Bahan Pekerjaan

    sesuai daftar

    Kebutuhan

    Merawat alat-alat dan

    peralatan kerja serta

    pembersihan tempatkerja

    Pengetahuan Tentang

    Gambar Kerja

    Pemahaman Atas

    Instruksi yang

    diberikan

    Kemampuan

    mempersiapkan alat

    kerja

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    22/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-22

    dengan nilai rata-rata 3,17, dan mempersiapkan alat kerja dengan nilai

    rata-rata skala penilaian 3,67

    Untuk mendalami persepsi pengguna terhadap kompetensi

    tukang, pada Tabel 4.3 Diperlihatkan rentang penilaian

    pengguna/kontraktor terhadap kompetensi tukang konstruksi.

    Tabel 4.3 Rentang Penilaian Pengguna/Kontraktor terhadap Kompetensi

    Tukang

    Kompetensi Rata-rata Max Min Range Ket

    1. Pengetahuan K3 2.33 3 1 2Sangat Kurang-

    Sedang

    2. Mempersiapkan Bahan

    Pekerjaan sesuai daftar

    Kebutuhan

    3.17 4 2 2 Kurang-Baik

    3. Merawat alat-alat dan peralatan

    kerja serta pembersihan tempat

    kerja

    2.67 4 1 3Sangat Kurang

    Baik4. Pengetahuan Tentang Gambar

    Kerja4.00 5 3 2

    5. Pemahaman Atas Instruksi

    yang diberikan4.17 5 3.00 2

    KurangSangat

    Baik

    6. Kemampuan mempersiapkan

    alat kerja3.67 5 2.00 3

    KurangSangatBaik

    Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013

    Hasil analisis data persepsi kontraktor maupun pengguna

    terhadap kompetensi Gambar 4. memperlihatkan 9 kompetensi tukang

    besi yang terukur. Hasil pengukuran menunjukan seluruh kompetensi

    memberikan nilai diatas 4 (baik) kecuali pengetahuan K3 yang bernilai

    nilai rata-rata 3,86 skala pengukuran yang mendekati baik. Kompetensi

    tertinggi dari tukang batu adalah meluruskan,memotong dan

    membengkokan besi beton. Hal ini sangat logis, sebab tanpa alat yang

    terawat tukang akan kesulitan melakukan pekerjaannya. Demikian pula

    dengan pembersihan tempat kerja dalam pekerjaan-pekerjaan kayu akan

    membahayakan dan mengurangi manuver individu tukang dalam

    bekerja.Usaha perusahaan untuk meningkatkan kompetensi tenaga

    trampil 66,7% perusahaan tidak memiliki usaha untuk embina tenaga

    trampil dan 33,3 % berusaha meningkatkan kompetensi melalui

    pembinaan personil dan melalui pelatihan di LPJK. Untuk

    meningkatkan kompetensi tenaga tukang konstruksi, responden

    menyatakan bahwa pemerintah perlu malakukan pelatihan praktis yang

    didukung oleh anggaran yang memadai.

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    23/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-23

    6) Persepsi Perusahaan atas Kesiapan Individu Tukang dalam

    Menghadapi AFTA 2015

    Hasil kuesioner yang disertai wawancara menemukan informasi

    bahwa 83% perusahaan memahami persaingan kerja menjelang AFTA

    2015 dan 17% belum memahami. Pengetahuan ini diperoleh dari media

    masa, internet dan kunjungan individu pemilik perusahaan keluar

    negeri. Namun disisi lain semua perusahaan dimana narasumber

    bekerja belum pernah melaksanakan pekerjaan atau terlibat dalam

    pekerjaan konstruksi di luar negeri. Ditinjau dari aspek kemungkinan

    Pergerakan Tenaga Trampil 100% responden menyatakan bahwa

    tenaga asing yang akan masuk ke Indonesia melalui perusahaan.

    Persepsi perusahaan atas pergerakan tenaga asing dianggap sebagai

    ancaman, namun sebagian perusahaan siap menghadapi, sebagian

    belum siap dan sebagian belum menentukan jawaban. Ketidak siapan

    menurut perusahaan adalah faktor komunikasi, kompetensi dasar

    maupun profesional. Kriteria untuk meningkatkan kesiapan

    menghadapi pasar bebas oleh individu tukang menurut persepsi

    perusahaan kontraktor /pengguna tukang konstruksi adalah masalah

    komunikasi khususnya dalam hal instruksi kerja, perbedaan

    pemahaman atas pengukuran kinerja, bahasa yang digunakan serta

    pemahaman atas bentuk kontrak kerja. Kompetensi tukang yang siap

    menghadapi pergerakan tenaga asing menurut pengguna jasa tukang

    konstruksi adalah tukang batu, tukang kayu, tukang besi, tukang aspal.

    Sementara tukang yang belum siap menurut perusahaan adalah tukangkeramik, tukang baja.

    Dukungan yang diharapkan dari pemerintah untuk

    meningkatkan kompetensi tukang agar siap menghadapi AFTA 2013

    adalah memperbanyak pelatihan teknologi konstruksi khususnya

    teknologi baru dengan prosedur sederhana dan tidak berbelit, sosialisasi

    dan memperbaiki kebijakan SDM konstruksi.

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    24/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-24

    c. Kesenjangan Persepsi antara Tukang Konstruksi dan Kontraktor

    dalam hal kompetensi

    Nilai sesisih kompetensi berdasarkan skala ditujukan untuk

    mengetahuistakeholders satisfactiondengan cara mengukur kesenjangan

    relatif antara kompetensi yang diharapkan kontraktor/pengguna dan

    penilaian individu tukang konstruksi. Nilai selisih ini menunjukan pula

    kebutuhan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi tukang konstruksi

    untuk memenuhi harapan pengguna pada skala lokal Kota Palu dan

    Sulawesi Tengah pada umumnya.

    Nilai positif menunjukan penilaian individu tukang lebih tinggi

    dibanding kontraktor/pngguna.Nilai negatif menunjukan penilaian

    kompetensi individu tukang dibanding kontraktor/pengguna lebih kecil.

    Hal ini berarti pula bahwa kontraktor telah merasa puas dengan

    kemampuan yang diberikan oleh individu tukang. Kesenjangan yang

    dimaksud, diperlihatkan pada Tabel 4.4

    Tabel 4.4 Selisih Penilaian Kompetensi antara Individu Tukang dan

    Kontraktor/Pengguna

    Kompetensi UmumSelisih

    TB-K TK-K TBS-K

    1. Pengetahuan K3 1.32 1.54 1.95

    2. Mempersiapkan Bahan Pekerjaan sesuai daftarKebutuhan

    0.49 1.21 1.12

    3. Merawat alat-alat dan peralatan kerja serta

    pembersihan tempat kerja1.18 1.83 1.76

    4. Pengetahuan Tentang Gambar Kerja (0.12) 0.38 0.14

    5. Pemahaman Atas Instruksi yang diberikan (0.24) 0.08 0.15

    6. Kemampuan mempersiapkan alat kerja 0.18 0.46 0.76

    Sumber: Hasil Analisis 2013

    Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan pada Tabel 4.4 diatas,

    dapat disimpulkan bahwa selisih penilaian kompetensi antara secara umum

    penilaian individu tukang berada diatas penilaian kontraktor/penggun,

    kecuali pengetahuan gambar kerja dan pemahaman atas instruksi yang

    diberikan khusus pada tukang batu. Jika diklasifikasikan dengan skala

    pengukuran, maka gap nilai antara

    Pengetahuan K3 dan Merawat peralatan kerja serta pembersihan

    lokasi memiliki gap yang besar berdasarkan persepsi tukang dan pengguna

    dengan nilai selisih > 1 skala pengukuran. Mempersiapkan bahan pekerjaan

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    25/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-25

    memiliki gap untuk tukang kayu dan tukang besi serta merawat alat pada 3

    tukang konstruksi yang diteliti.

    IV.3 Pembahasan

    a. Kajian Keaktifan Tenaga Tukang Konstruksi

    Keaktifan Tenaga Tukang Konstruksi di Sulawesi Tengah dapat

    diketahui dari keberadaan tukang bersertifikat di lokasi proyek, pendapatan

    pertahun dan peningkatannya.

    Hasil penelusuran di lokasi proyek yang sedang berjalan di Kota Palu,

    memperlihatkan minimnya tukang bersertifikat yang berada di lokasiproyek. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan pihak LPJKD

    Sulawesi Tengah, bahwa kurang dari 10% tenaga trampil bersertifikat yang

    berada dilapangan. Informasi ini menunjukan bahwa hakekat sertifikasi

    belum mencapai tujuannya.

    Berdasarkan pendapatan tahunan dapat dijelaskan tingkat kektifan

    tukang konstruksi berdasarkan analisis data diperlihatkan pada Gambar

    4.24

    Gambar 4.24 Pendapatan Tahunan

    Tukang Konstruksi

    Dari delapan tukang bersertifikat, 50% tukang yang memiliki

    pendapatan tahunan < 14 juta, 12,50% berpendapatan tahunan 14-17 juta

    25% 18-21 Juta dan 12,50% berpendapatan > 21 juta.

    50.00%

    12.50%

    25.00%

    12.50%

    21

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    26/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-26

    Demikian pula dengan peningkatan pendapatan. 87,50% tukang

    konstruksi menyatakan bersertifikat menyatakan pendapatannya

    meningkat 5-10%/tahun dan 12,5% mengalami peningkata < 5%. Tidak

    terdapat tukang bersertifikat yang menjadi responden mengalami

    peningkatan pendapatan > 10%

    Fakor-faktor penyebab yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil studi

    ini dapat di uraikan sebagai berikut: 1) Terjadi simbiosis mutualisma antara

    tukang bersertifikat dan perusahaan dengan keuntungan tukang dapat

    memperoleh penghasilan ganda yang berasal dari hasil sewa sertifikat dan

    upah kerja ditempat lain yang tidak membutuhkan sertifikat. Disisi lain,

    peusahaan lebih leluasa untuk menggunakan tenaga kerja yang telah cocok

    dan mampu mengikuti style bisnis perusahaan. 2) Terdapat tukang

    konstruksi yang bersertifikat yang melanjutkan pendidikan pada jenjang

    perguruan tinggi sehingga tidak dapat bekerja atau bekerja penuh diproyek

    yang yang menuntut kehadiran. Hal ini membuat mereka lebih mudah

    memperoleh penghasilan melalui sertifikat dapat dipersewakan meskipun

    tidak ikut bekerja. 3) Perusahaan yang mendaftarkan peserta dan

    membiayai pelatihan sehingga sertifikat berada di tangan perusahaan 4)

    Perusahaan belum melihat secara jelas perbedaan antara tukang

    bersertifikat dan belum bersertifikat khususnya kemampuan bersikap dan

    tukang pemilik sertifikat tidak mempermasalahkan penggunaan sertifikat.

    5) Jabatan tukang konstruksi yang secara hirarki organisasi proyek berada

    pada level bawah bukan merupakan pengambil keputusan, sehingga secara

    alami tidak memberi pengaruh yang besar pada resiko proyek.Hal ini tidak

    mempengaruhi keputusan pengguna untuk menggunakan tenaga terampilbersertifikat. 6) Belum adanya sistem monitoring dan inspeksi lapangan

    yang efektif menjamin kepastian tukang konstruksi bersertifikat yang

    diusulkan dalam proses lelang akan berada dilapangan. Demikian pula

    penggunaan sertifikat pada 2 atau lebih proyek dengan instansi pemerintah

    yang berbeda atau wilayah yang berbeda.

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    27/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-27

    Meskipun berdasarkan hirarki jabatan pada proyek konstruksi posisi

    tukang konstruksi berada pada level terendah, peran yang diberikan akan

    sangat besar terhadap suksesnya suatu proyek. Pada proyek gedung,

    tuntutan pekerjaan konstruksi pada gedung mengharuskan pekerja/buruh

    bekerja sama dengan tukang untuk menghasilkan produk. Hal ini telah

    melahirkan interaksi yang menghasilkan kohesi sosial yang kuat antara

    tukang dan pekerja/buruh. Buruh yang bependidikan rendah membutuhkan

    perlindungan dari tukang untuk dapat bekerja secara berkelanjutan.

    Hubungan antara tukang dan pekerja tidak hanya terjadi pada saat bekerja,

    tetapi berlanjut pada lingkungan sosial keluarga, dimana kesulitan lainnya

    yang dialami oleh buruh menjadi permasalahan tukang pula atau

    sebaliknya.

    Sebagai lingkungan binaan, proyek-proyek konstruksi yang padat

    tenaga seperti gedung dan jembatan umumnya membutuhkan tenaga kerja

    konstruksi dalam jumlah yang besar pada level jabatan terendah. Namun

    disisi lain tidak membutuhkan ketrampilan khusus. Kebutuhan SDM yang

    besar pada level jabatan terendah proyek konstruksi akan menjadi masalah

    sosial dalam proyek jika hubungan dan komunikasi yang harmonis tidak

    terbangun antara mereka.

    Untuk mengaktifkan peran tukang konstruksi bersertifikat agar bekerja

    sesuai dengan kompetensinya secara terhormat dimata masyarakat dengan

    pendapatan yang mensejahterakan. Proses aktifasi yang ajukan dapat

    dilakukan berdasarkan pendekatan peningkatan daya tarik tukangbersertifikat melalui pendekatan sebagai berikut : 1) Tuntutan pekerjaan

    konstruksi baik proses maupun produk akhir yang umumnya beresiko

    tinggi membutuhkan kompetensi yang berbeda dengan pekerjaan lainnya.

    Tekanan yang besar dari segi biaya, waktu dan pencapaian mutu dan

    rendahnya perlindungan kecelakan membutuhkan kompensasi yang lebih

    tinggi dibanding pekerjaan lainnya pada jabatan yang sama diluar proyek

    konstruksi

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    28/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-28

    Tukang Konstruksi akan lebih memiliki peran jika mengetahui lebih

    banyak tentang pekerjaannya. Selama ini mereka bekerja mengetahui

    jumlah bahan yang digunakan. Berdasarkan tuntutan kompetensi,

    seharusnya mereka mengetahui jumlah material yang digunakan dan

    volume kerja yang dilaksanakan. Kebijakan untuk memberi peran tukang

    konstruksi dalam kegiatan pencatatan material maupun pelaporan hasil

    produksinya akan bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan

    bahan dan secara praktis akan menambah pengetahuan mereka tentang

    kebutuhan material dalam suatu jenis konstruksi tertentu. Peran ini

    sekaligus dapat dijadikan sarana evaluasi diri bagi tukang untuk

    mengetahui efisiensi maupun produktifitasnya.

    Masalah penegakan hukum dalam penggunaan sertifikat menjadi

    agenda penting yang perlu diselesaikan mengingat unit sertifikasi yang

    berada pada LPJKP perlu dilengkapi dengan sub unit monitoring dan

    inspeksi untuk menjamin sertifikat atau lisensi yang diberikan digunakan

    secara benar oleh tukang yang berhak.. Demikian pula,dengan Dinas PU

    Kab/Kota untuk memastikan bahwa tenaga yang ditetapkan dalam IUJK

    benar-benar bertanggungjawab terhadap kegiatan konstruksi yang

    dilaksanakan oleh perusahaan tempat ia bekerja.

    Dengan berlakunya e-KTP pada Kemendagri, Data Pokok

    Pendidikan khususnya SMK pada Kemendikbud, e-procurement,

    SIPJAKIdan e-procurement, e-monitoring pada Pembina Jasa Konstruksi

    maupun SDM khususnya tukang konstruksi untuk memantau mobilitas

    maupun keaktifan tukang konstruksi. e-KTP dapat dijadikan untuk

    mengetahui domisili tukang konstruksi, e-procurement yang dilengkapidaftar tenaga yang diusulkan oleh kontraktor saat pengajuan proposal, e-

    monitoring untuk memantau keaktifan tenaga tukang bersertifikat. Data

    pokok pendidikan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui

    potensi akademik calon pendatang baru sekaligus memperoleh informasi

    calon tenaga kerja potensial yang akan dilatih.

    b. Kajian Keunggulan Kompetitif Tukang Konstruksi di Sulawesi

    Tengah

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    29/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-29

    Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Porter, dimana

    keunggulan kompetitif tenaga trampil tukang konstruksi akan dilihat dari

    kekuatan yang mempengaruhi persaingan.

    1)Faktor Individu Tukang Konstruksi

    Berdasarkan uraian yang dikemaukakan pada data individu

    tukang, maka dapat dikemukakan potret tukang konstruksi di

    Sulawesi Tengah. Umur tukang yang rata-rata 37 tahun. Hal ini

    menunjukan peluang untuk memperoleh pekerjaan bagi tukang

    konstruksi di Sulawesi Tengah masih cukup besar. Ditinjau dari

    pengalaman, sebab makin tinggi usia untuk memperoleh pekerjaan

    makin sulit. Namun demikian jaringan yang kuat akan memudahkan

    tukang yang lebih tinggi usianya memperoleh pekerjaan sebab

    memiliki banyak rekan sejawat. Status tenaga tukang konstrusi

    Ditinjau dari aspek status kependudukan lokal dan pendatang belum

    belum ada data yang menyatakan bahwa konflik antara tukang telah

    menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks di Sulawesi

    Tengah. Interaksi sosial akan mengandung konflik jika para pelaku

    sistem tersebut membiarkan dirinya dibimbing oleh tujuan yang

    selalu bertentangan. Namun untuk mengatasi resiko, dibutuhkan

    jaring pengaman untuk mengatasi kecemburuan sosial.

    Dari aspek pendapatan, sesuai data yang dikemukakan pada

    2)Pengaruh SDM Baru

    Pengaruh SDM baru merupakan salah satu faktor yangmempengaruhi persaingan tenaga kerja konstruksi. Berdasarkan hasil

    identifikasi, tukang konstruksi baru di Sulawesi Tengah pada

    umumnya berasal dari pekerja/buruh konstruksi yang secara alamiah

    dididik oleh kepala tukang atau tukang konstruksi. Hal ini dapat dilihat

    dari rendahnya prosentase tukang yang berasal dari jenjang pendidikan

    SMK. Rendahnya lulusan tukang konstruksi yang memiliki dasar

    pendidikan konstruksi disebabkan oleh beberapa faktor, yakni; 1)

    Rendahnya output SMK bidang rekayasa khususnya teknik bangunan,

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    30/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-30

    hal ini dapat dilihat dari kajian lingkungan yang mempengaruhi SDM

    konstruksi di Sulawesi Tengah pada Bab II. 2) Perkembangan teknologi

    elektronika, informatika dan otomotif telah menarik minat masyarakat

    untuk bekerja pada pada sektor ini sehingga untuk bidang bangunan

    untuk output jabatan tukang konstruksi mengalami penurunan. 3)

    Kebijakan penerimaan mahasiswa baru yang memberi peluang yang

    sama antara SMA Umum dan SMK telah mendorong lebih banyak

    lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi 4)

    Tingkat persaingan yang rendah untuk memasuki perguruan tinggi di

    Sulawesi Tengah yang rendah memberi peluang yang lebih besar bagi

    lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan.

    3) SDM Asing (overseas)

    SDM warga negara asing dari luar negeri berdasarkan pendapat

    responden perusahaan konstruksi akan datang melalui perusahaan. Hal

    ini memberi informasi bahwa tenaga kerja tukang konstruksi akan

    menjadi salah satu yang mempengaruhi daya saing perusahaan.

    Sebaliknya, jika perusahaan nasional di Sulawesi Tengah akan

    mengerjakan proyek di kawasan ASEAN, mereka akan membawa

    tukang konstruksi yang telah cocok dengan style perusahaan.

    4) Faktor Penentu dari Pemasok

    Pemasok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah unit-unit

    pelatihan beserta faktor yang mempengaruhinya dan unit sertifikasi

    tenaga konstruksi.

    Balai latihan kerja/loka latihan kerja yang melayani pelatihan diSulawesi Tengah berjumlah 8 Unit yakni : 1) BLK Kota Palu; 2) BLK

    Toli-toli; 3) BLK Poso; 4) BLK Luwuk; 5) LLK Parigi Moutong; 6)

    BLK Tojo Una-Una; 7) BLK Morowali, 8) UPTD LLK Kab. Donggala.

    BLK ini memiliki jenis layanan yang bervariasi. Berdasarkan hasil

    FGD internal yang telah dilaksanakan pada bulan 26 Juni 2013,

    diperoleh informasi bahwa dukungan pelatihan pada BLK Palu, terus

    menurun dengan penurunan unit cost maupun peserta dalam

    penyelenggaraan pelatihan maupun durasi waktu pelatihan.

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    31/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-31

    Disisi lain, kemampuan finansial calon tenaga kerja yang akan

    dilatih sangat terbatas untuk membiayai pelatihan secara mandiri adalah

    kendala. Besarnya angkatan kerja kurang terdidik dan minimnya

    anggaran pelatihan di BLK menyebabkan BLK hanya mampu

    menjangkau sejumlah kecil calon peserta pelatihan. Balai pelatihan

    yang dimaksud masih menyelenggarakan pelatihan untuk berbagai jenis

    ketrampilan selain pelatihan konstruksi sehingga belum dapat melayani

    pelatihan tukang konstruksi secara maksimal.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun

    2012 Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

    Pajak yang berlaku pada Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

    diperoleh informasi biaya pelatihan seperti dikemukakan pada Tabel

    4.5

    Tabel 4.5 Standar Biaya Pelatihan Tukang Konstruksi

    Kompetensi Ketrampilan Jam Rp Rp/Jam

    1) Pasang ubin 55 1.160.000 21,090.91

    2) Pembesian 57 1.180.000 20,701.75

    3) Plester dan acian 56 1.140.000 20,357.14

    4) Pasang bata 58 1.350.000 23,275.86

    5)

    Pondasi batu 50 1.400.000 28,000.00

    6) Kayu 160 3.200.000 20,000.00

    Sumber: PP No 65 Tahun 2012

    Tabel diatas memperlihatkan pula jenis pelayanan yangdapat

    dilaksanakan oleh kementrian tenaga kerja dan transmigrasi,

    Saat ini, pelatihan konstruksi mengharapkan layanan Balai

    Pelatihan Konstruksi (BPK) Wilayah V Makassar. BPK Wilayah V

    merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Badan Pembinaan

    Kompetensi Kementerian Pekerjaan Umum. Secara khusus Balai

    Pelatihan Konstruksi Wilayah IV Makassar berfungsi untuk

    melakukan usaha peningkatan kompetensi Sumber Daya manusia

    yang bekerja pada sektor usaha Jasa Konstruksi. Layanan pelatihan

    khususnya bagi tukang konstruksi mencakup : Tukang Bangunan

    Umum, Tukang Batu, Tukang Kayu dan Tukang Pasang Batu

    Belah. BPK Wilayah V Makassar melayani 21 Kabupaten dan 3 Kota

    di Pulau Sulawesi. Pada tahun 2011 BPK Wilayah V masih

  • 8/10/2019 Laporan Antara -4

    32/37

    Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-32

    menyiapkan prasarana dan sarana dengan pendanaan Rp.4.141.039.000.

    Nanti pada tahun 2012 BPK V telah melaksanakan pelayanan sesuai

    tupoksinya sejak tahun 2012.

    Berdasarkan penelusuran data pada unit e-procurement

    Kementerian Pekerjaan Umum, dapat dijelaskan bahwa kemampuan

    balai sangat tergantung dari APBN. Pendanaan kementerian PU untuk

    sektor pembinaan konstruksi yang berhubungan erat dengan pembinaan

    SDM konstruksi di kementerian PU dapat dilihat pada Tabel 4.6

    Tabel 4.6 Proporsi Anggaran Pembinaan SDM KonstruksiTahun Alokasi Anggaran BP

    Kostruksi

    Nilai Proyek Kementerian PU Prosentase

    Anggaran (%)

    Nasional BPK V

    Makassar

    Nasional Sulawesi

    Nasional BPK VMakassar

    Rp.000 Rp.000 Rp.000 Rp.000

    2013 244,773,191 7,917,949 70,026,420,707 9,183,210,063 0.3495 0.086

    2012 274,169,778 12,000,000 74,312,466,268 8,693,986,016 0.3689 0.138

    2011 56,346,869 4,141,039 54,531,932,502 7,082,519,513 0.1033 0.058

    2010 210,674,821 20,404,557 37,921,701,645 4,093,128,841 0.5556 0.499

    2009 221,726,699 20,333,043 34,539,073,820 4,092,043,826 0.6420 0.497

    Sumber: Hasil Analisis 2013

    Tabel 4.6 diatas memberi informasi bahwa dengan dana yang