laporan minggu 4

24
LO 1 Duktus Genitalia (Sadler, 1997) Pada mudigah laki-laki, testis menghasilkan testosteron yang merangsang perkembangan sistem duktus mesonefros yang terdiri dari vas deferens, duktus ejakulator, vesika seminalis, dan epididimis. Pada saat yang bersamaan, sel sertoli menyekresi substansi penghambat Mulleri yang menekan perkembangan sistem duktus paramesonefros. Pada mudigah perempuan, pengaruh estrogen yang berasal dari plasenta dan ibu merangsang perkembangan genetalia eksterna yaitu labia, klitoris, dan bagian bawah vagina. Selain itu, duktus paramesonefros terangsang dan membentuk tuba uterina, uterus, dan bagian atas vagina. Gambar . Perkembangan Gonad (Sadler, 2009)

Upload: nurfazlina

Post on 30-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

bagian laporan 1.5

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Minggu 4

LO 1

Duktus Genitalia (Sadler, 1997)

Pada mudigah laki-laki, testis menghasilkan testosteron yang merangsang perkembangan

sistem duktus mesonefros yang terdiri dari vas deferens, duktus ejakulator, vesika seminalis, dan

epididimis. Pada saat yang bersamaan, sel sertoli menyekresi substansi penghambat Mulleri yang

menekan perkembangan sistem duktus paramesonefros.

Pada mudigah perempuan, pengaruh estrogen yang berasal dari plasenta dan ibu

merangsang perkembangan genetalia eksterna yaitu labia, klitoris, dan bagian bawah vagina.

Selain itu, duktus paramesonefros terangsang dan membentuk tuba uterina, uterus, dan bagian

atas vagina.

Gambar . Perkembangan Gonad (Sadler, 2009)

Page 2: Laporan Minggu 4

Gambar . Degenerasi Duktus Mesonefrik dan Perkembangan Duktus Paramesonefrik

(Sadler, 2009)

Gambar . Desensus Testis (Sadler, 2009)

Page 3: Laporan Minggu 4

Gambar . Desensus Testis ke Dalam Skrotum (Sadler, 2009)

Gambar . Degenerasi Korda Medular Pada Wanita (Sadler, 2009)

Page 4: Laporan Minggu 4

Gambar . Pembentukan Testis dan Korda Rete Testis dari Korda Seks Primitif Laki-laki.

Testis berhubungan dengan saluran mesonefrik. Duktus mesonefrik menjadi duktus deferens.

(Sadler, 2009)

Gambar . Gonad Indeferen dengan Korda Seks Primitif Mudigah 6 Minggu. Sebagian sel

germinativum primordial dikelilingi oleh korda seks primitif. (Sadler, 2009)

Page 5: Laporan Minggu 4

Gambar . Perkembangan Sel Germinativum Primordial. (Sadler, 2009)

Gambar A menunjukkan sel germinativum primordial di dinding yolk sac dekat dengan

perlekatan alantois. Gambar B menunjukkan jalur migrasi sel germinativum primordial di

sepanjang dinding usus belakang dan mesenterium dorsal menuju genital ridge.

Sadler, T.W. 1997. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 7. Jakarta: EGC.

. 2009. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC.

LO 2

Anatomi Sistem Reproduksi

Pelvis dan Perineum

Page 6: Laporan Minggu 4

Pelvis dan perineum merupakan regio berhubungan, yang diliputi oleh os.coxae dan bagian

terminal kolom vertebra (os.sacrum dan os.coccyx). Pelvis dibagi menjadi dua bagian utama:

Pelvis major, spurium (false pelvis), yaitu bagian yang terletak cranial dari pintu atas

panggul dan linea terminalis, meliputi sisi os.ilium dan os.sacrum.Pelvis major sering

dikatakan sebagai bagian dari abdomen.

Pelvis minor, verum (true pelvis), meliputi os.ischium, os.pubicum, os.sacrum dan

os.coccyx, dimulai dari pintu atas panggul (pelvic inlet)hingga pintu bawahpanggul

(pelvic outlet).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelvis minor terletak kaudal dari

pintu atas panggul. Pintu atas panggul dikelilingi vertebra S1 (promontorium), ala

sacrum, linea terminalis dan simfisis pubis. Sedangkan pintu bawah panggul dikelilingi

oleh ramus ischiopubis, tuberositas ischadica, ligamentum sacrotuberous, os.coccyx dan

simfisis pubis. Pada proses kelahiran, fetus yang berasal dari abdomen (akibat ekspansi

uterus) akan melewati pintu atas panggul, rongga pelvis dan keluar melalui pintu bawah

panggul.

Rongga pelvis sendiri merupakan bagian dari pelvis minor yang terdiri dari pintu atas

panggul, dinding sampaidiafragma pelvis (pintu bawah panggul). Rongga pelvis adalah terusan

dari rongga abdomen, serta di dalamnya terdapat organ dari sistem urinari, sistem pencernaan

dan sistem reproduksi. Dinding pelvis mencakup os.sacrum, coccyx, serta ligamen sacrospinous

dan sacrotuberous (ligamen yang mengikat os.coxae dengan os.sacrum dan coccyx) serta

M.obturator internus dan M.piriformis. Sedangkan diafragma pelvis (pelvic floor) memisahkan

rongga pelvis dari  perineum, terdiri atas otot-otot dan fascia. Lantai pelvis terutama dibentuk

oleh sepasang M.levator ani (M.iliococcygeus, M.pubococcygeus, M.puborectalis, otot sirkular

dan longitudinal). Sedangkan fascia yang menutupi meliputi fascia obturatoria, fascia

diafragmatis pelvis inferior dan superior.

Adapun perineum terletak caudaldari rongga, dinding dan diafragma pelvis, diapit oleh kedua

ekstremitas inferior. Dapat dikatakan perineum menutupi permukaan inferior diafragma pelvis

dan batas-batasnya sesuai dengan batas-batas pintu bawah panggul. Perineum mencakup

genitalia eksternal serta orifisium sistem genitourinari dan gastrointestinal. Sebuah garis imajiner

antara tuberositas ischadica membagi perineum menjadi dua bagian:

Page 7: Laporan Minggu 4

Trigonum urogenital (anterior), mengandung ujung dari genitalia eksternal. Pada wanita

meliputi orifisium uretra dan vagina, sedangkan pada pria uretra yang dikelilingi oleh

jaringan erektil (penis).

Trigonum anale (posterior), mengandung apertura anale.

Perineum dipersarafi oleh sistem saraf somatis dan viseral. Untuk persarafan somatis,

terutama melalui N.pudendus yang berasal dari pleksus sacralis S2-S4. Nervus ini meninggalkan

rongga pelvis melalui foramen ischiadica major, melewati ligamentum sacrospinous, foramen

ischiadica minus lalu memasuki trigonum anale perineum. Di perineum N.pudendus tersebut

bercabang menjadi tiga bagian:

N. rectalis inferior, mempersarafi M.sphincter ani eksternus dan M.levator ani di

sekitarnya. Selain itu serabut saraf ini juga mengantarkan impuls sensorik dari segitiga

anal perineum.

N. perinei, mempersarafi segitiga urogenital. Saraf (motorik) ini mensuplai otot-otot

rangka di segitiga urogenital. Saraf ini juga berfungsi mengantarkan impuls sensorik,

yaitu melalui N.scrotal posterior (pada pria) atau N.labial posterior (pada wanita).

N. dorsalis penis/clitoris, memasuki kantung perineal, menuju bagian inferior simfisis

pubis untuk masuk ke daerah penis/clitoris. Saraf ini bersifat sensoris untuk menghantar

impuls dari bagian dorsal penis/clitoris. Saraf-saraf somatis lain memasuki perineum dan

bersifat sensorik, meliputi cabang dari N.ilio-inguinal, genitofemoral, posterior femoral

cutaneous, dan ancoccygeal.

Perineum juga dipersarafi oleh saraf viseral, yang masuk melalui dua rute:

Yang menuju ke bagian kulit, umumnya simpatis postganglionik. Seratnya  berjalan

bersama-sama dengan N.pudendus dari ramus yang menghubungkan trunkus simpatikus

pelvis dan ramus anterior sakralis.

Yang menuju ke jaringan erektil, bersifat parasimpatis. Serabutnya melewati pleksus

hipogastrik di rongga pelvis, berasal dari saraf splanknik medula spinalis S2-S4. Saraf ini

bersifat memicu terjadinya ereksi.

Page 8: Laporan Minggu 4

Vaskularisasi pada perineum terutama disuplai oleh A.pudenda  interna. Selain itu juga

A.pudenda eksterna, A.testikular dan A.cremaster. A. pudenda interna merupakan cabang dari

A.iliaka interna.  Arteri ini berjalan bersama dengan N.pudendus, lalu sama seperti N.pudendus

akan bercabang menjadi tiga:

A.rectalis inferior, yang melewati fossa ischio-anal untuk mempendarahi otot dan kulit

terkait. Arteri ini akan beranastomosis dari A.rectalis medial dan superior (yang berasal

dari A.iliaka interna dan A.mesenterika inferior) untuk mensuplai rektum dan anal canal.

A.perinei, mempendarahi jaringan dan kulit di daerah skrotum atau labia.

Arteri yang menuju jaringan erektil. Pada pria A.pudenda interna akan berakhir menjadi

A.bulbiurethrae (mensuplai kelenjar bulbourethral dan korpus spongiosum), A.uretralis

(mensuplai uretra), A.profunda penis (mensuplai crus dan korpus kavernosum) dan

A.dorsalis penis (mensuplai glans penis dan jaringan superfisial). Sedangkan pada

wanita, A.pudenda interna berakhir menjadi A.clitoridis dengan cabang meliputi

A.bulbivestibuli(mensuplai vestibular dan vagina), A.profunda clitoris (mensuplai crus

dan korpus kavernosum), dan A.dorsalis clitoris (mensuplai clitoris).

Vena –vena di perineum bermuara ke V.pudenda interna lalu V.interna iliaka. Pengecualian

untuk V.dorsalis profunda penis/clitoris yang bermuara ke vena yang mengelilingi prostat (pada

pria) atau kandung kemih (pada wanita). Sedangkan V.pudenda eksterna, yang menerima suplai

dari pars anterior labia mayor/skrotum akan bermuara ke V.femoralis. Getah bening dari

perineum menuju NNll. Inguinales superficiales.

Pria

Testis

Testis pada masa pembentukannya berkembang di dinding abdomen posterior lalu turun

ke scrotum melalui kanalis inguinalis sebelum lahir. Selama desensus tersebut testis mengandung

pembuluh darah, limf dan saraf serta vas deferens.

Pada aspek posterior testis melekat funiculus spermaticus. Lapisan yang membungkus

testis dari dalam ke luar adalah:

Page 9: Laporan Minggu 4

Tunica vasculosa, berisi pleksus pembuluh darah dan jaringan penyambung halus.

Tunica albuginea, menutupi seluruh testis, kecuali pada caput dan cauda epididimis. Pada

tepi posterior testis tunica albuginea berproyeksi ke dalam testis sebagai mediastinum

testis.

Tunica vaginalis propria, berasal dari peritoneum yang berubah menjadi jaringan ikat

setelah desensus testis.

Fascia spermaticus internal

Fascia dan M.cremaster

Fascia spermaticus excternal

Fascia dartos

Skrotum

Dalam kompartemen testis, di antara septula testis terdapat tubulus-tubulus seminiferus.

Saluran-saluran ini mencapai apeks lobulus testis, beranastomosis dan membentuk rete testis di

mediastinum. Di ujung atas mediastinum rete testis berkumpul menjadi ductuli efferentes yang

bermuara ke epididimis.

Ductulus Efferens

Di kutub atas mediastinum testis, sekitar 12-20 ductulus efferens menembus tunica

albuginea menuju epididimis. Ductus-ductus ini bermuara ke dalam saluran epididimis yang

tunggal, yang keloknya membentuk corpus dan cauda epididimis. Sewaktu mendekati cauda

epididimis, saluran epididimis menjadi tebal (ductus deferens).

Epididimis

Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok lanjutan dari ductulus eferentes. Terdiri

atas caput yang lebar di sebelah superior, corpus di tengah, dan cauda yang mengarah ke inferior.

Ductus/Vas Deferens

Ductus deferens adalah kelanjutan cauda epididimis ke arah distal, naik di sepanjang

aspek posterior testis, medial terhadap epididimis. Ductus deferens naik ke dalam funiculus

Page 10: Laporan Minggu 4

spermaticus,  melintasi canalis inguinalis, keluar melalui anulus inguinalis interna. Lalu

menyilang A.epigastrica inferior dan A.iliaka eksterna. Selanjutnya membelok ke belakang dan

serong ke bawah menyilang ureter dan menuju arah basis vesicae. Di sini ductus deferens

mengalami sedikit pelebaran (ampulla). Di sebelah caudal ampulla ductus deferens menuju

Gl.prostat dan bergabung dengan saluran Gl.vesiculosa membentuk ductus ejakulatorius.

Ductus Ejaculatorius

Dibentuk oleh penyatuan ductus excretorius Gl.vesiculosa dengan ductus deferens.

Penis

Penis terdiri atas radiks penis yang melekat pada trigonum urogenital dan corpus yang

tertutup sempurna oleh kulit serta glans penis yang berbentuk kerucut bulat. Radiks penis terdiri

atas dua crus dan satu bulbus yang berasal dari arah simfisis pubis. Kedua crus membentuk

corpus cavernosum, sedangkan bulbus menjadi corpus spongiosum. Crus penis tertutup oleh

M.ischiocavernosus, sedangkan bulbus penis tertutup oleh M.bulbospongiosus.

Corpus penis terdiri atas dua corpus cavernosum dan satu corpus spongiosum yang dapat

membesar apabila terisi darah selama peristiwa ereksi. Ketiganya ditutupi oleh tunica albuginea.

Permukaan dorsal penis berisi V.dorsalis penis profunda, A.dorsalis penis dan N.dorsalis penis.

Corpus cavernosum disuplai oleh A.profunda penis dan cabang A.dorsalis penis. Corpus

spongiosum membentuk glans penis, dan disuplai oleh A.bulbi urethrae dan A.urethralis. 

Urethra berada di dalam corpus spongiosum yang berujung pada orificium urethrae externum.

Glandula Vesiculosa/Vesikula Seminalis

Dua gl.vesiculosa terletak antara bagian posteroinferior vesica urinaria dan rectum.

Berbentuk seperti kerucut, ujung caudal pada salurannya bergabung dengan ductus deferens

membentuk ductus ejaculatorius. Di sebelah anterior Gl.vesiculosa terdapat basis vesicae, di

sebelah posterior terdapat rectum. Di sepanjang tepi medialnya terdapat ampulla ductus deferens.

Pendarahan Gl.vesiculisa disuplai oleh A.vesicalis inferior dan A.rectalis media, sedangkan

persarafan dari pleksus hipogastrik inferior.

Page 11: Laporan Minggu 4

Glandula prostat

Merupakan bangunan yang mengelilingi pangkal urethra, bersifat kelenjar sekaligus

jaringan fibromuskular. Letaknya di antara tepi inferior simfisis dan arcus pubis dengan ampulla.

Urethra pars prostatica dan ductus ejakulatorius menembus Gl.prostat di daerah basisnya dan

meninggalkannya pada permukaan anteriornya.

Pendarahan Gl.prostat disuplai oleh cabang A.iliaca interna yaitu A.pudenda interna,

A.vesicalis inferior dan A.rectalis media. Lobus medius prostat sering mengalami pembesaran

dan menyumbat orifisium urethrae internum.

Glandula Bulbourethralis

Terdapat sepasang Gl.bulbourethralis, masing-masing di sebelah lateral urethra pars

membranosa. Kelenjar ini terbungkus oleh serabut M.sphincter urethre dan saluran keluarnya

menembus membrana  perinealis, menuju urethra pars spongiosa.

Wanita

Organ reproduksi wanita terdiri atas organ genitaliainterna yang terletak di dalam rongga

panggul, yakni ovarium, tuba uterina, uterus danvagina, serta organ

genitaliaexterna/pudendum/vulva yang meliputi mons pubis, labia major, labia minor, clitoris,

bulbus vestibuli, Gl.vestibularis major dan vestibulum.

Ovarium

Ovarium adalah homolog dengan testis pada pria. Terdapat sepasang ovarium, berbentuk

seperti buah almond, terletak mendekati dinding rongga panggul caudal dari pintu atas panggul.

Ovarium mempunyai permukaan lateral dan medial, ekstremitas tubaria dan uterina, dan tepi

mesovaricus dan libera. Setiap ovarium melekat pada aspek posterosuperior lig.latum uteri, di

sebelah posteroinferior terhadap tuba uterina, pada fossa ovarica Waldeyer di dinding lateral

panggul. Di sebelah anterior, margo mesovaricus ovarium dilekatkan pada permukaan belakang

lig.latum oleh mesovarium dan menghadap lig.umbilical lateral. Di sebelah posterior, margo

libera menghadap ureter dan A.iliaca interna. Ke arah superior, ekstremitas tubaria berbatasan

Page 12: Laporan Minggu 4

dengan fimbria dan lig.susprensorium ovarii yang berisi pembuluh-pembuluh. Ekstremitas

uterina (inferior) dilekatkan ke sudut lateral uterus oleh lig.ovarii propium.

Pendarahan ovarium disuplai oleh A.ovarica (cabang aorta abdominalis), sedangkan

venanya muncul dari hilus ovarium sebagai pleksus pampiniformis, diteruskan ke V.ovarica lalu

ke V.cava inferior (kecuali V.ovarica kiri yang terlebih dahulu bermuara ke V.renalis sinistra).

Persarafan oleh plexus ovaricus yang berasal dari plexus hypogastricus inferior.

Tuba Uterina

Tuba uterina terletak pada tepi atas mesosalpinx (bagian cranial lig. latum uteri),

panjangnya sekitar 10cm dan bermuara ke sudut superior cavum uteri. Terdapat ujung

berfimbriae yang disebut infundibulum pada ovarium. Ke arah uterus, infundibulum berlanjut

dengan bagian ampulla, isthmus, dan intramural (jaringan otot uterus).

Pendarahan disuplai oleh A.ovarica dan A.uterina. N.vagus mempersarafi bagian lateral tuba

uterina, sedangkan N.splanchnicus pelvicus mempersarafi bagian medialnya. Pada bagian

ampulla tuba uterina dapat terjadi implantasi (kehamilan ektopik) yang menyebabkan ruptur tuba

uterina.

Uterus

Merupakan organ otot berdinding tebal, berongga, berbentuk seperti buah pear dan

terletak dalam rongga panggul antara vesica urinaria (di sebelah anteroinferior) dengan colon

sigmoideum dan rectum (di sebelah posterosuperior). Ke dalam masing-masing sisi bagian atas

cavum uteri bermuara tuba uterina. Ke arah caudal menyempit sebagai ostium internum uteri.

Uterus terbagi menjadi corpus uteri, fundus uteri dan cervix uteri. Cervix uteri menonjol masuk

ke arah dinding anterior vagina, membagi cervix menjadi daerah supravaginal dan vaginal. Di

sekeliling vaginal cervix dengan dinding vagina terbentuk alur fornices vaginae (fornix). Ostium

externum uteri yang terbuka ke dalam vagina berbentuk lingkar bulat kecil.

Pendarahan disuplai oleh A.uterina cabang A.iliaka interna. A.uterina beranastomosis

dengan A.ovarica dan A.vaginalis. Sistem venanya mengikuti sistem pembuluh nadinya.

Page 13: Laporan Minggu 4

Vagina

Merupakan saluran fibromuskular yang naik ke arah posterosuperior, membentang dari

vestibulum (celah antara kedua labia minora) sampai uterus. Ujung atas vagina mengelilingi

proyeksi portio vaginalis cervicis. Terdapat recessus yang disebut fornices (fornix) antara cervix

uteri dan dinding vagina.

Dinding anterior vagina berbatasan dengan urethra dan basis vesicae. Di sebelah posterior

terdapat rectum dan anal canal. Di sebelah lateral berbatasan dengan M.levator ani dan fascia

pelvis.

Pendarahan disuplai oleh A.vaginalis, A.uterina, A.pudenda interna dan A.rectalis media.

Persarafan otonom dari plekxus ovarica dan hypogastricus inferior.

Mons pubis

Jaringan lemak subkutis anterior terhadap simfisis pubis, ditumbuhi oleh rambut pubis.

Labia majora

Dua lipatan kulit longitudinal mulai dari mons pubis sampai perineum, membentuk batas

lateral celah pudendum/vulva. Berisi jaringan penyambung, lemak, otot polos, pembuluh, saraf

dan kelenjar. Ligamentum teres uteri berakhir di labia majora ini. Pertemuan antara kedua labia

major membentuk commisura anterior dan commisura posterior.

Labia minora

Dua lipatan kulit yang kecil, tidak berlemak di antara kedua labia majora. Ke arah

anterior setiap labia minora mengalami percabangan menjadi prepusium clitoridis (di sebelah

atas clitoris) dan frenulum (di sebalah caudal clitoris). Pada ujung posterior dapat dijumpai

frenulum labiorum minorum pudendi.

Vestibulum

Page 14: Laporan Minggu 4

Terletak antara kedua labia minor, berisi orificium vaginae, orificium uretra externum

dan muara salurang gastrointestinal. Antara orificium vaginae dan frenulum labiorum minorum

terdapat fossa vestibuli.

Clitoris

Struktur erektil yang letaknya posteroinferior terhadap commisura anterior, sebagian

tertutup ujung bifurkasi bagian anterior labia minora (prepusium dan frenulum).Clitoris

mempunyai dua corpus cavernosum yang terdiri dari jaringan erektil. Masing-masin corpus

melekat pada ramus ischiopubis melalui sebuah crus yang diikat oleh M.ischiocavernosus. Glans

clitoridis merupakan ujung distal corpus cavernosum yang tampak sebagai tonjol bulat.

Orificium Urethrae Externum

Terletak 2,5 cm di sebelah posteroinferior glans clitoridis, di sebelah anterior terhadap

orificium vaginae.

Orificium Vaginae

Merupakan celah sagital yang posisinya posteroinferior terhadap orificium urethrae

externum.

Hymen Vaginae

Merupakan lipatan mukosa tipis di sebelah dalam orificium vaginae.

Bulbus Vestibuli

Homolog dengan bulbus dan corpus spongiosum penis, merupakan dua massa erektil

memanjang di sisi orificium vaginae dan menyatu di sebelah ventral orificium vaginae dengan

glans clitoris. Masing-masing bulbus vestibuli tertutup oleh M.bulbospongiosus.

Glandula Vestibularis Major Bartholini

Page 15: Laporan Minggu 4

Homolog dengan gl.bulbourethralis, merupakan dua bangunan bulat kecil, menyisir sisi

orifisium vaginae, bersentuhan/tumpang tindih dengan ujung posterior bulbus vestibuli. Melalui

ductus yang panjangnya sekitar 2 cm, kelenjar ini bermuara pada alur antara hymen dengan labia

minora.

Glandula Mammae

Gl.mammae terdiri atas: 1) jaringan kelenjar jenis tubuloalveolar yang mampu

mensekresikan ASI, 2) jaringan ikat fibrosa yang menghubungkan lobus-lobusnya, dan 3)

jaringan lemak interlobar, bersama dengan pembuluh darah, getah bening dan saraf.

Pada wanita payudara terletak di dalam fascia superficialis, ventral terhadap M.pectoralis

major, M.serratus anterior, M.obliquus abdominis externus dan aponeurosisnya. Sedangkan ke

arah dalam di antara otot-otot tersebut terdapat fascia pectoralis profunda dan ruang retrommary.

Secara vertikal payudara membentang sejajar dari tulang iga 4 sampai 6, secara

horizontal membentang sejajar dari tulang iga 4 mulai dari linea parasternalis sampai linea

aksilaris media.

Masing-masing Gl.mammae memiliki 15-20 lobus yang berpencar dari puting ke arah

dalam. Diliputi oleh jaringan subkutis dan sekat fibrosa yang menyangga lobulus-lobulus

kelenjar. Papilla mammae yang terletak di sebelah bawah bagian tengah aspek anterior

Gl.mammae, merupakan muara dari duktus laktiferus dan mengalami pelebaran pada sinus

laktiferus. Papilla banyak mengandung sel otot polos tersusun sirkular yang dapat berkontraksi

(menegang).

Dasar papilla dikelilingi areola mammae yang berwarna merah hingga gelap. Areola

mammae berisi kelenjar sebasea yang membesar sewaktu hamil dan laktasi, sebagai tuberkel

subkutaneus yang mensekresikan lemaknya guna pelumasan selama laktasi.

Pendarahan  Gl.mammae disuplai dari cabang-cabang A.axillaris, A.thoracica interna

(cabang A.subclavia) dan Aa.intercostalis (cabang aorta abdominalis). Pembuluh balik berakhir

di V.axilaris dan V.thoracica interna.

Page 16: Laporan Minggu 4

Persarafan sensorik dan serabut simpatisnya dihantarkan lewat cabang kutaneus anterior

dan lateralis Nn.intercostales 4-6. Getah bening menuju Nnll.axilaris, Nnll.parasternalis.

Referensi: (Ini sumber2 dari situsnya)

Drake R, Vogl W, Mitchell A. Gray’s Anatomy for Students. 21st ed. USA: Bartleby.com; 2000.

Gunardi S. Anatomi Sistem Reproduksi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2005

Van de Graaf KM. Human Anatomy 6th ed. US: The McGraw-Hill Companies; 2001.

LO 7 (Price, 2003)

Hipogonadisme

Hipogonadisme pada laki-laki ditandai dengan penurunan abnormal dari aktivitas

fungsional testis. Akibat hipogonadisme berbeda-beda tergantung dari:

a) saat awitan defisiensi testosteron selama embriogenesis, sebelum pubertas, atau setelah

pubertas

b) penyebab utama kelainan yaitu kelainan testis atau hipotalamus-hipofisis

c) status fungsional testis yaitu produksi testosteron rendah mengakibatkan terganggunya

spermatogenesis.

Penyebab hipogonadisme dapat merupakan kelainan kongenital. Hipogonadisme primer

disebabkan oleh kekurangan testosteron yang menyebabkan peningkatan produksi GnRH dan

sindrom Klinefelter, sindrom Reifenstein, dan sindrom Turner pria. Hipogonadisme disebabkan

oleh kekurangan testosteron yang menyebabkan penurunan kadar GnRh dari hipotalamus atau

penurunan kadar hormon gonadotropin dari hipofisis. Contohnya: hipopituitarisme, difesiensi

FSH, dan sindrom Kallman.

Page 17: Laporan Minggu 4

Penilaian Hipogonadisme

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan memperhatikan perubahan keaadaan hormonal

adalah langkah utama dalam penilaian klinis. Penilaian hipogonadisme meliputi pengambilan

kadar testosteron serum, kadar gonadotropin serum dan kariotip, tes stimulasi dengan klomifen,

tes stimulasi GnRh, tes stimulasi hCG, serta analisis semen untuk kuatitas dan kualitas sperma.

Batasan kadar normal testosteron serum yaitu 3 sampai 10 ng/ml. peningkatan

gonadotropin serum menunjukkan adanya penyakit testis dan penyakit FSH menunjukkan

penyakit tubular yang berat dan irreversibel.

Klomifen adalah agonis estrogen nonsteroid lemah yang merangsang pelepasan

gonadotropin. Tes stimulasi klomifen dan stimulasi GnRH dilakukan jika kadar gonadotropin

rendah akibat rendahnya testosterone serum. Kadar testosteron dan gonadotroin rendah

menggambarkan klomifen yang menyebabkan peningkatan ICSH sebesar 50 %. Jika ICSH tidak

meningkat, tes stimulasi klomifen menunjukkan insufisiensi hipotalamus-hipofisis. Tes ini

membutuhkan 100 mg klomifen tiap hari selama seminggu.

Pemberian 100 µg GnRHmengakibatkan kadar puncak LH tiga kali lipat dari kontrol

dalam 20 menit. Pada disfungsi hipotalamus, respon tidak timbul sampai diberikan beberapa

injeksi selama beberapa hari. Respon berlebihan menunjukkan penurunan respon umpan balik,

sekunder terhadap testosterone dan ekstradiol rendah.

Jika tidak terdapat ketidakjelasan genetalia laki-laki, dilakukan apusan selaput lender

bukal untuk mencari badan Barr yang bersifat diagnostik untuk sindrom klinefelter. Terkadang

perlu dilakukan pemeriksaaan kariotip. \

Human chorionic gonadotropin (hCG) merangsang pembentukkan testosterone. Tes

stimulasi hCG dilakukan untuk menentukan respon sel Leydig terhadap perubahan produksi

testosterone. Peningkatan testosteron serum sebesar 50% selama 1 sampai 3 hari menunjukkan

fungsi yang normal.

Page 18: Laporan Minggu 4

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit Volume 2. Jakarta: EGC.