lapangan

18
LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI DASAR (GEL 0103) ACARA LAPANGAN IDENTIFIKASI KENAMPAKAN BENTUKLAHAN DI LAPANGAN DISUSUN OLEH : Nama : Lilik Andriyani NIM : 13/348106/GE/07576 Prodi : Pembangunan Wilayah Jadwal Praktikum : Jumat, 13.00 – 15.00 WIB Asisten : 1. Rini Meiarti, S.Si 2. Werdiningsih, S.Si LABORATURIUM GEOMORFOLOGI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

Upload: yosefganang

Post on 28-Dec-2015

122 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

geomorfo

TRANSCRIPT

Page 1: LAPANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOMORFOLOGI DASAR

(GEL 0103)

ACARA LAPANGAN

IDENTIFIKASI KENAMPAKAN BENTUKLAHAN DI LAPANGAN

DISUSUN OLEH :

Nama : Lilik Andriyani

NIM : 13/348106/GE/07576

Prodi : Pembangunan Wilayah

Jadwal Praktikum : Jumat, 13.00 – 15.00 WIB

Asisten : 1. Rini Meiarti, S.Si

2. Werdiningsih, S.Si

LABORATURIUM GEOMORFOLOGI

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: LAPANGAN

ACARA LAPANGANIDENTIFIKASI KENAMPAKAN BENTUKLAHAN DI LAPANGAN

I. Tujuana. Mengenal berbagai bentuklahan asal proses menurut genesanya di lapangan (termasuk

relief/topografi, batuan/material permukaan, dan geomorfologi)b. Mengidentifikasi bentuklahan-bentuklahan yang ditemui sepanjang kegiatan lapangan

II. Deskripsi Lokasi PengamatanPeta Overview Rute Praktikum Lapangan Daerah Istimewa Yogyakarta

(Sumber : Citra Google Earth Daerah Istimewa Yogyakarta Skala 1:35.000)Gambar 1. Lokasi Praktikum Lapangan Geomorfologi Dasar

Dalam melakukan pengamatan terhadap bentuklahan-bentuklahan yang berasal dari proses-proses geomorfologis haruslah mencakup seluruh fenomena geosfer, berupa atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer, serta antroposfer yang terakumulasi secara khusus menjadi bentangalam yang kemudian menjadi kajian dalam pengenalan dan identifkasi secara khusus tentang konsepsi dan ruang lingkup bentanglahan. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beragam bentuklahan yang tersebar dari zona utara Yogyakarta, zona tengah, hingga zona selatan Yogyakarta. Setiap bentuklahan tersebut pun memiliki ciri/karakteristik masing-masing yang khas yang menarik untuk dikaji.

Bentuklahan vulkanis yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di daerah Kaliurang terbentuk dari aktivitas Gunungapi Merapi. Gunungapi Merapi dapat diamati melalui Kali Gendol yang juga merupakan salah satu hasil aktivitas vulkanik gunungapi tersebut. Bentuklahan asal vulkanis terjadi karena aktivitas gunung api, baik bahan gunung api yang sudah keluar ke permukaan bumi atau membeku di bawah permukaan bumi. (Widiyanto dan Dibyosaputro, 1994). Beberapa bentukan yang berasal dari aktivitas gunungapi merapi dan sangat jelas untuk diamati adalah kawah, kerucut, lereng atas, lereng tengah, lereng bawah, kaki lereng, dataran kaki, dataran fluvio vuklanik, medan lahar, serta medan lava.

Bentuklahan yang tampak selanjutnya adalah bentuklahan asal proses struktural yang berada disekitar kawasan Candi Ratuboko. Bentuklahan struktural sendiri terjadi akibat adanya tenaga endogen yang bersifat tektonisme, sebab tektonisme mengakibatkan perubahan letak (dislokasi) dari bentuk kulit bumi (Hartono,2007). Proses struktural yang terjadi pun telah menghasilkan patahan jalur Baturagung yang berupa gawir. Dibagian utara dari titik pengamatan terdapat dataran alluvial, serta dibagian ujung selatan dari titik pengamatan merupakan bagian blok sesar yang turun.

Pada titik pengamatan bentuklahan struktural dapat pula diamati bentuklahan asal proses denudasional yang tercermin dari adanya bentukan yang terkena erosi berlebih yang tampak seperti proses penelanjangan lahan, proses denudasional ini sering terjadi pada satuan perbukitan yang memiliki material mudah lapuk dan tidak berstruktur. (Sunardi,1985). Bentuklahan denudasional yang terlihat tidak terlalu spesifik dan detail, namun terlihat sedikit berbukit hingga nyaris rata.

Pertemuan antara sungai opak dan sungai oyo menunjukkan kenampakan bentuklahan asal proses fluvial yang terjadi akibat proses air yang mengalir, baik yang terkonsesntrasi atau memusat (sungai) maupun yang berupa aliran permukaan bebas

Page 3: LAPANGAN

(overland flow). Proses yang terjadi berupa erosi, transportasi, dan deposisi/sedimentasi. (Dibyosaputro,1997). Beberapa bentuklahan asal proses fluvial yang sangat jelas terlihat adalah adanya gosong sungai, meander sungai, serta tanggul sungai.

Bentuklahan asal proses pelarutan berada di daerah Panggang, Gunung Kidul. Dari daerah Panggang dapat ditemukan banyaknya batu gamping yang terbentuk akibat adanya proses pelarutan atau solusional. Berkebangnya topografi karst di Panggang dikarenakan terdapatnya batuan yang mudah larut, yaitu batu gamping dan ada pula dolomit. Pada titik pengamatan di Panggang juga ditemukan bentukan doline yang cukup luas dan telah dimanfaatkan menjadi sawah, serta banyak ditumbuhi oleh berbagai vegetasi lainnya. Bentuk topografi karst ini dapat diamati di permukaan tanah, namun dapat juga diamati dibawah permukaan tanah seperti bentukan goa karst (Endarto,2007).

Pantai Parangkusumo merupakan salah satu bentuklahan asal proses marine yang ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bentuklahan marine ini terbentuk karena adanya pengaruh dari aktivitas gelombang dan arus laut yang berada di selatan Pulau Jawa yaitu Samudra Hindia. Bentukan marine yang dapat dijumpai adalah cliff, gisik, beting gisik, serta dapat melihat bagian zona pecah gelombang dan coastal line.

Bentuklahan asal proses angin atau eolin di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan satu-satunya bentuklahan asal proses angin di Indonesia. Bentuklahan asal proses angin yang terlihat berupa gumuk pasir di daerah Parangtritis. Terbentuknya gumuk pasir ini juga terpengauh adanya proses vulkanis yang mengirimkan material pasir, dan juga proses marin karena dekat dengan daerah pantai. (Dibyosaptro,1997).

III. METODE3.1 Alat dan Bahan

ALAT a. Alat tulis (pensil, pulpen)b. Buku catatanc. Kamerad. Palu geologi e. Kompas geologi f. GPSg. Komparator

BAHANh. Peta Rupa bumi/peta topografi Daerah Istimewa Yogyakartai. Peta geologi Daerah Istimewa Yogyakartaj. HCL

3.2 Cara pengamatan1. Menuju ke titik lokasi pengamatan2. Mencatat titik koordinat lokasi yang telah terlihat pada GPS untuk

bentuklahan asal proses vulkanik, struktural, fluvial, solusional, marine, dan eolin

3. Mendengarkan serta mencatat penjelasan dari pemandu praktikum lapangan untuk bentuklahan asal proses vulkanik, struktural, fluvial, solusional, marine, dan eolin

4. Melakukan pengamatan dan mengambil dokumentasi bentuklahan yang ada disekitar titik lokasi pengamatan untuk bentuklahan asal proses vulkanik, struktural, fluvial, solusional, marine, dan eolin

Page 4: LAPANGAN

5. Mengidentifikasi bentuklahan yang ada sebisa mungkin disesuaikan dengan apa yang telah dipelajari dan dijelaskan dalam acara praktikum sebelumnya untuk bentuklahan asal proses vulkanik, struktural, fluvial, solusional, marine, dan eolin

IV. Hasil dan PembahasanTitik pengamatan 1 : Kali Gendol Koordinat 49 M X: 0440884

Y: 9152967Kepulauan indonesia berada di bagian barat hingga tengah lingkar Pasifik. Lingkar

ini dikenal sebagai cincin api yang merupakan lokasi pembentukan deretan gunungapi aktif di sekeliling samudra Pasifik. Gunungapi di indonesia, salah satunya gunungapi Merapi terbentuk akibat subdaksi dua lempeng yang tidak sejenis sehingga batuan yang dihasilkan bersifat andesitik yang kaya hara sehingga merupakan wilayah yang sangat subur.

Gunungapi Merapi memiliki fase awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic dari awan panas, breksiasi lava dan lahar hasil dari erupsi Merapi. Fase yang membentuk gunungapi merapi hingga saat ini merupakan fase merapi tua, merapi menengah, dan fase merapi muda. Erupsi Merapi tidak begitu eksplosif namun demikian aliran piroklastik hampir selalu terjadi pada setiap erupsinya. Secara visual aktivitas erupsi Merapi terlihat melalui proses yang panjang sejak dimulai dengan pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan awan panas. Gunung merapi merupakan gunung api teraktif di dunia. Gunung ini merupakan gunung tipe strato yang bertipe lereng lebih tajam dan tinggi dengan berbagai macam bentuk letusan. Mekanisme magma terdapat mekanisme letusan dan meanisme aliran. Usia dari suatu letusan dapat dilihat dari lapisan ketebalan endapan yang ada. Perbedaan warna yang terdapat pada tubuh gunung Merapi merupakan pengaruh dari arah aliran erupsinya. Jika daerah tersebut terkena aliran maka tidak akan ada tumbuhan yang tumbuh, sedangkan jika terdapat vegetasi maka arah erupsi lahar tidak melalui daerah tersebut.

Relief gunungapi Merapi yang bergunung dan terlihat kasar karena adanya proses erosi dari erosi percik hingga menjadi erosi parit. Erosi yang terjadi juga disebabkan oleh adanya pengaruh hujan. Tingkat  curah hujan pada dataran tinggi sangatlah tinggi, alhasil tarjadilah berbagai erosi di beberapa tempat. Saat erosi parit terjadi maka akan terbentuk lembah-lembah sungai yang curam dan rapat yang dibatasi langsung oleh igir-igir yang runcing dengan pola mengikuti aliran sungai-sungainya. Sungai yang terbentuk akan membentuk pola aliran radial sentrifugal. Erosi – erosi tersebut mengalami sebuah proses, yakni proses erosi vertikal yang kuat pada bagian hulu akibat aliran lava/lahar dan curah hujan yang tinggi membentuk. Proses erosi dan denudasional yang bekerjasama sehingga membuat  terbentuknya relief yang kasar dan topografi yang tinggi serta kemiringan lereng yang curam pada bagian lereng atas, kemudian terdapat tekuk lereng (break of slope) yang mencirikan munculnya mata air membentuk sabuk mata air (spring belt), sehingga daerah ini sangat banyak terdapat mata air dan baik untuk

Page 5: LAPANGAN

dimanfaatkan dalam berbagai keperluan seperti minum dan pengairan perkebuanan ataupun sawah, kondisi tanahpun sangat subur.

Kali Gendol, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan berada tepat dibagian lereng atas kurang lebih 10 km dari gunungapi Merapi. Letusan Gunungapi Merapi hampir terjadi

setiap tahun baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil. Saat letusan Gunungapi Merapi yang cukup besar dan menyebabkan terjadinya aliran awan panas yang mengarah ke sungai – sungai di lereng bagian selatan yang sebagian besar berdeposit di hulu Kali Gendol sebesar ± 4 juta m3. Oleh hujan yang turun, deposit sedimen yang berada dihulu kali gendol akan berpotensi menyebabkan banjir lahar hujan / banjir lahar dingin. Hal ini jika tidak diantisipasi

dengan benar dapat menyebabkan bencana yang dapat membahayakan kehidupan manusia di sekitarnya dan dapat merusak fasilitas di sekitar Gunung Merapi.

Salah satu upaya untuk mengurangi ancaman bahaya banjir lahar yang terlihat adalah adanya sabo dam. Sabo dam diletakan pada bagian tengah alur Kali Gendol yang merupakan daerah transportasi sedimen. Alasan letak pembangunan sabo dam berada di daerah / bagian tengah Kali Gendol adalah bahwa daerah tengah merupakan daerah transportasi sedimen dan jarak dengan bangunan sabo dam berikutnya cukup jauh. Dari alasan tersebut

diharapkan aliran sedimen dapat seluruhnya tertampung dan tertahan pada bagian tengah.

Kali Gendol sendiri juga telah menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar berupa penambangan pasir. Kegiatan penambangan pasir pada kali Gendol merupakan kegiatan penamabangan yang dilegalkan oleh pemerintah setempat, hal ini di tujukan disamping untuk memberikan lapangan perkerjaan dan pemasukan pendapatan asli daerah karena kualitas pasir Merapi yang nomor satu, juga di peruntukan agar kali gendol kembali kepada kondisi semula, jika sewaktu – waktu merapi kembali meletus dan mengeluarkan meterialnya, maka kali gendol dapat mengalirinya tanpa harus meluberkan material ke permukiman ataupun jalan – jalan yang terdapat disisi kali.

Titik pengamatan 2 : Candi Ratu Boko Koordinat 49 M X: 0443223

Y: 9141088Candi Ratuboko terletak pada ketinggian kurang lebih 180 meter diatas permukaan

laut dengan relief berbukit. Lokasi ini terdapat di daerah Sumberharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman di sisi Timur. Daerah ini merupakan bagian dari bentuklahan asal proses strktural. Proses pembentukannya meliputi dua tenaga yaitu endogen berupa pengangkatan dan eksogen berupa erosi yang juga dapat menyebabkan munculnya proses denudasional.

Tampak adanya perubahan lereng yang sangat signifikan dan terlihat mengalami pengangkatan yang ditandai dengan adanya dinding terjal karena proses struktural tersebut. Ada bagian yang naik dan ada juga bagian yang turun sehingga perbedaannya sangat terlihat dan dapat dikatakan sebagai daerah yang mengalami patahan bertingkat. Daerah yang lebih tinggi dikenal sebagai horst dan yang lebih rendah disebut dengan

Page 6: LAPANGAN

graben. Horst candi ratu boko ini memiliki tipe batuan zaman paleozoic fluvio vulkanik, dimana pembentukan batuan adalah hasil dari proses yang berlangsung kurang lebih 200-500 juta tahun yang lalu, pembentukan batuan ini dipengaruhi proses fluvial dan vulkanik.

Batuan disekitar daerah ini merupakan batuan tersier yang bersifat pasir kasar. Materialnya meliputi gamping yang dapat diuji dengan larutan HCL. Apabila HCL diteteskan pada material gamping akan mengeluarkan buih-buih. Batuan yang ada pada daerah ini merupakan batuan kalkarenit. Batuan kalkarenit adalah batuan sedimen yang terdiri dari fragmen batugamping dan fosil berukuran sedang berwarna abu-abu kecoklatan. kadang-kadang memperlihatkan perlapisan.

Terdapat formasi batuan yang beraneka macam didaerah ini yaitu formasi nglanggeran yang berasal dari aktifitas gunung api, formasi kepek terbentuk dari batuan karbonat dari terumbu karang, formasi wonosari yang terdiri dari batu gamping yang tebal. Di bawah daerah Candi Boko tampak hamparan sawah yang luas karena tanah yang ada itu tipis dan tanaman yang ditanam merupakan tanaman tahunan. Endapan alluvium menyebabkan terdapat air yang banyak dan sifatnya subur.

Dari bentuklahan struktural disekitar candi Ratuboko nampak adanya bentuklahan denudasional yang terlihat nyaris datar. Namun pada bentukan asal proses denudasional ini tidak terlalu detail karena untuk mengetahui stadium denudasionalnya perlu diketahui sejarah lokasinya terlebih dahulu. Hal tersebut dikarenakan selain lokasi tidak dikunjungi secara langsung melainkan hanya pengamatan dari Candi Ratuboko, terdapat kemungkinan daerah tersebut tidak hanya mengalami satu kali proses denudasional melainkan sudah berulang kali mengalami proses denudasi.

Titik pengamatan 3 : Wilayah pertemuan Sungai Opak dan Sungai Oyo Koordinat 49 M X: 0429929

Y: 9120532Lokasi pertemuan antara Sungai Opak dan Sungai Oyo berada di daerah Desa

Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Bentuklahan yang terbentuk pada daerah ini adalah bentuklahan fluvial yang disebabkan oleh adanya proses aliran sungai. Relief pada daerah tersebut cenderung landai. Tempat tersebut juga dinamakan tempuran karena merupakan daerah pertemuan antara sungai opak yang membawa material vulkanik dari hulu yaitu gunung merapi dan sungai oyo yang membawa material batu gamping hasil pelarutan yang berasal dari hulu bukit kapur pegunungan sewu, di kabupaten Gunung Kidul. Secara material, sungai Opak memiliki material yang lebih muda yaitu dari zaman kuarter, sedangkan sungai Oyo memiliki material yang lebih tua yang berasal dari zaman tersier.

Page 7: LAPANGAN

Model transportasi material sedimen di daerah pertemuan Sungai Opak dan Sungai Oyo terjadi secara suspended load dan bed load. Dari kedua jenis transportasi tersebut suspended load lebih dominan daripada bed load. Material sedimen di daerah pertemuan Sungai Opak dan Sungai Oyo sebagian besar diendapkan melalui mekanisme secara berangsur-angsur. Mineral yang diendapkan material sedimen di daerah pertemuan Sungai Opak dan sungai Oyo didominasi mineral pada batuan beku hasil letusan Gunung Merapi.

Hilir Sungai Opak terlihat lebih sempit dibandingkan Sungai Oyo. Pada hilir Sungai Opak terdapat gosong sungai yang berada di tengah-tengah aliran sungai sehingga aliran sungai yang hendak menuju ke daerah pertemuan sungai menjadi terpecah. Sementara hilir Sungai Oyo lebih luas karena sedimen dan material yang dibawa berupa gamping maka material cepat hancur dan mudah terbawa air menyebabkan arus aliran juga cukup deras. Di daerah pertemuan aliran sungai tersebut terjadi pengikisan tebing atau pada teras erosional. Proses pengikisan terjadi karena ketika musim hujan tiba, adanya arus aliran kedua sungai yang deras bertemu sehingga menyebabkan terjadinya pusaran air di tengah/di daerah pertemuan, sehingga mengikis teras dan tebing-tebing di sekelilignya.

Aliran sungai yang berlanjut kemudian membentuk bentuklahan fluvial, baik berupa point bar yang terbentuk dari endapan yang dibawa aliran sungai ke tepi sungai, sehingga terjadi sedimentasi di pinggiran sungai yang membentuk point bar . Sedangkan untuk tepian meander yang tidak mengalami sedimentasi tetapi mengalami pengikisan. Material yang di bawa kedua sungai tersebut dapat terakumulasi menjadi satu sehingga dapat membentuk gosong sungai. Meskipun demikian, aliran air juga membentuk dataran banjir di samping kanan kiri sungai jika terjadi luapan air sungai jika musim hujan tiba.

Titik pengamatan 4 : Panggang Kooordinat 49 M X : 0428623

Y : 9116078Daerah Panggang, kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta merupakan bagian dari plato

pegunungan sewu dimana bentuklahan yang mendominasi adalah bentuklahan asal proses

solusional. Daerah ini memiliki relief yang berbukit dengan kandungan batugamping yang tebal. Proses pembentukan daerah ini adalah proses orogenesis yaitu pegunungan yang terbentuk melalui pengangkatan dasar laut dangkal karena adanya pengaruh tenaga endogen. Daerah Perbukitan Panggang termasuk ke dalam wilayah Karst Gunung Sewu, dahulu terbentuk karena pengangkatan pada zaman Pleistosen. Bagian yang mengalami pengangkatan ini pasti memiliki diaklas/retakan.

Material yang mendominasi daerah Panggang adalah gamping, namun ada pula dolomite dan karbonat. Tebal karbonat dapat membedakan karst yang berada di

Page 8: LAPANGAN

Panggang dan di Pegunungan Menoreh. Pada batuan gamping nampak warnanya kusam kehitaman, namun setelah dipecahkan dengan palu geologi, warnanya sangat putih. Setelah dilakukan uji coba dengan meneteskan larutan HCl ke permukaan batuan gamping yang telah dipecahkan akan keluar buih sebagai hasil reaksi dan kemudian setelah buih hilang, batuan yang tadinya berwarna putih, akan muncul warna jingga seperti adanya karat.

Derah Panggang mempunyai bukit-bukit dome atau kubah yang mengelilingi doline. Pada dolin terdapat lubang yang dinamakan ponor sebagai tempat masuknya air yang menembus ke dalam. Jika lubang pada dolin tersebut besar maka dapat membentuk luweng atau gua vertikal. Doline yang terlihat sudah dimanfaatkan menjadi area sawah tadah hujan dan tegalan-tegalan. Bentukan- bentukan yang dapat diamati pada saat ini merupakan bentukan residual atau sisa dari bentukan topografi karst.

Proses geomorfologi yang terjadi di daerah ini adalah berupa erosi dan pelapukan pada batugamping sehingga lapisan lapuk dan berubah menjadi tanah yang kemudian menutupi dolin-dolin, sehingga apabila musim hujan tiba, air tidak jatuh dan langsung meresap ke bawah tanah melalui diaklas, melainkan terjebak dan dapat membentuk danau dolin. Kondisi air tanah di daerah ini adalah tidak dijumpainya air permukaan karena sebagian besar air yang jatuh ke permukaan langsung masuk kedalam tanah melalui ponor, maupun retakan-retakan atau diaklas, sehingga hampir sebagian besar tersimpan dalam sungai bawah tanah yang terdapat di gua-gua bawah tanah.

Titik pengamatan 5 : Parangkusumo Koordinat 49 M X: 0424490

Y: 9113314Pantai Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta merupakan salah satu dari banyaknya

bentuklahan asal proses marine di Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi pantai ini berdampingan dengan Pantai Depok dan Pantai Parangtritis dengan elevasi kurang lebih 20 meter. Hal tersebut memungkinkan karakteristik Pantai Parangkusumo mirip dengan dua pantai tersebut baik dari segi pasir yang ada di gisiknya hingga jenis gelombang dan arusnya.

Berbatasan langsung dengan Samudra Hindia menyebabkan Parangkusumo menjadi salah satu pantai yang gelombang dan arusnya sangat berbahaya. Arus yang terbentuk di pantai Parangkusumo ini merupakan jenis rip current yang membentuk sudut datang kecil atau sama dengan nol, sehingga terbentuk arus meretas pantai. Arus balik yang terlihat di pantai Parangkusumo merupakan aliran air gelombang datang yang membentur pantai dan kembali lagi ke laut. Arus itu bisa menjadi amat kuat karena biasanya merupakan akumulasi dari pertemuan dua atau lebih gelombang datang. Lebih bahaya lagi karena arus balik terjadi begitu cepat, bahkan dalam hitungan detik. Arus itu juga bukan hanya berlangsung di satu tempat, melainkan berganti-ganti lokasi sesuai dengan arah datangnya gelombang yang juga menyesuaikan dengan arah embusan angin dari laut menuju darat.

Beberapa bentukan yang ada di pantai Parangkusumo yang jelas terlihat adalah cliff, gisik, dan beting gisik. Cliff yang tampak juga merupakan salah satu bentukan asal

Page 9: LAPANGAN

proses struktural. Dahulu perbukitan utara masih tampak tegak lurus, namun karena terjadi proses erosi terbentuklah tebing atau cliff. Dibagian timur cliff terbentuk dari batugamping formasi wonosari. Batugamping berlapis-lapis miring ke selatan. Semakin ke barat perlapisan makin tipis. Terdapat selang-seling batugamping. Makin lama hilang kemudian muncul kembali karena adanya longsor.

Pantai Parangkusumo adalah pantai berpasir yang memiliki gisik dan beting gisik dengan pasir berwarna abu-abu kehitaman. Aliran air laut di pantai ada yang menuju daratan maupun yang kembali ke laut menyebabkan terbentuknya endapan-endapan pasir. Pasir yang berwarna gelap dikarenakan pasir mengandung banyak Fe. Endapan yang terangkat akan membentuk beting gisik. Ledok diantara beting gisik yang tampak dapat disebut swalle sementara air yang terjebak dikarena adanya beting gisik disebut lagun.

Titik pengamatan 6 : Gumuk pasir parang tritisKoordinat 49 L X: 0424635

Y: 9113817Kawasan gumuk pasir Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

merupakan contoh pembentukan bentuklahan eolin. Gumuk pasir ini terbentuk dari aktivitas vulkanik gunungapi merapi berupa letusan beberapa ribu atau jutaan tahun yang lalu. Letusan tersebut mengeluarkan pasir yang dikenal sebagai pasir kualitas kelas satu. Hasil erupsi gunungapi Merapi tersebut mengalir bersama sungai-sungai yang berhulu di lereng Merapi, salah satunya adalah hulu sungai Opak. Sungai opak yang berhulu di lereng Merapi kemudian bergabung dengan sungai Oyo di barat Siluk. Sungai Opak mengalir sepanjang tahun membawa material dari Merapi. Setelah bergabung dengan sungai Oyo maka material dari Merapi bercampur dengan material gamping yang berasal dari pegunungan Sewu.

Material batu gunungapi Merapi berguling hanyut terdorong arus sungai. Batu-batu di sungai Opak pun juga terus mengalami pengikisan hingga menjadi butiran pasir. Butiran pasir terbawa hingga muara dan bertem dengan gelombang arus laut dari Samudra Hindia. Adanya pengaruh temperatur, salinitas air laut, dan arus yang kuat membuat material pasir mengalami pengikisan atau pencucian, sehingga pasir berubah ukurannya menjadi semakin halus. kemudian butiran pasir tersebut terbawa ombak dan terendapkan di pantai.

Ketika sudah sampai di pantai, butiran pasir halus terus mengalami pergerakan searah dengan hembusan angin dari tenggara dan terakumulasi membentuk gundukan-gundukan pasir yang disebut gumuk pasir. Gumuk pasir pun terus bergeser dipindahkan dan mengikuti angin.

Bentuk gumuk pasir berupa bentuk barchan, parabolik, melintang, lidah (memanjang), serta bergelombang. Bentuk gumuk pasir yang beragam dan selalu berubah-ubah membuat bentuk kontur wilayah gumuk pasir terputus-putus karena tidak diketahui ketinggiannya. Gumuk pasir parangtritis memiliki pasir yang berwarna gelap karena kandungan materialnya yang berasal dari merapi yaitu Fe dan material berwarna cerah yaitu Feldspar. Bila angin cukup kuat, pasir dari gisik yang ringan akan terbawa secara meloncat (saltasi), yaitu butiran yang bergantian terbang dan jatuh ke arah darat.

Page 10: LAPANGAN

Simpanan air pada wilayah gumuk pasir terdapat pada air tanah. Pada kedalaman tertentu di bawah wilayah gumuk pasir dapat ditemukan air tanah yang berupa air tawar karena lokasinya berdekatan dengan laut maka ada air laut yang terjebak. Contohnya di Parang Wedang, berlokasi lumayan jauh dari pantai namun terdapat sumur dengan kandungan Na, Cl, dan Mg dan berbagai zat mineral. Parang Wedang juga sebagai pemandian air panas dengan sumber air panas alami dan dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit.

V. Kesimpulan

1. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 7 kenampakan bentuklahan yang terdistribusi di berbagai penjuru mata angin berupa bentuklahan Vulkanik (gunung api merapi ), Fluvial (sungai opak dan sungai oyo), Marin (pantai parangkusumo), Aeolin (gumuk pasir parangtritis), Denudasional (bukit dan dataran nyaris), Solusional (karst panggang), dan Struktural (patahan di kawasan candi ratu boko).

2. Ditinjau dari ujung utara hingga ujung selatan wilayah Provinsi Darah Istimewa Yogykarta, Terdapat bentukan lahan yang dijumpai selama pengamatan, yang sebenarnya saling memiliki hubungan keterkaitan yang menyebabkan terjadinya suatu bentuklahan.

Gunung merapi dengan material vulkaniknya sebagai penyuplai material batuan dan pembentuk bentuklahan membentuk bentuklahan vulkanis.

Kompleks Candi Ratu Boko yang terbentuk akibat adanya suplai batuan dari proses vulkanis dan pengangkatan karena tenaga endogen yang selanjutnya membentuk bentuklahan struktural dan mendapat tenaga eksogen dan mengalami proses pengikisan membentuk bentuklahan denudasional.

Sungai Opak sebagai jalur transportasi material vulkanik yang berasal dari Gunung Merapi dan Sungai Oyo sebagai jalur transportasi material gamping dari Gunung Sewu bertemu membentuk bentuklahan fluvial.

bentukan karst sebagai hasil dari proses pelarutan dari batuan yang mengalami pengangkatan dari terumbu karang pada dasar laut dangkal pada jutaan tahun yang lalu

gumuk pasir sebagai hasil dari proses eolin dimana pasirnya berasal dari material hasil erupsi gunungapi Merapi yang kemudian bergabung dengan proses marin sehingga terbentuk bentuklahan yang khas yaitu bentuklahan eolin.

Page 11: LAPANGAN

VI. DAFTAR PUSTAKA

Dibyosaptro, Suprapto. 1997. Geomorfologi Dasar. Yogyakata : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

Endarto, Danang. 2007. Pengantar Geomorfologi Umum. Surakarta : Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Universitas Sebelas Maret

Hartono. 2007. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung : Citra Praya.

S. J. Sunardi. 1985. Dasar-dasar Pemikiran Klasifikasi Bentuklahan. Yogakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Widiyanto., Suprapto Dibyosaputro. 1994. Evaluasi Sumber daya Lahan : geoorfologi. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada