kti
DESCRIPTION
DIARE PADA ANAK BAB IITRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIARE
1. Pengertian Diare
Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya
dengan konsistensi yang lebih encer (Nursalam, 2005).Diare adalah
pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair dengan frekuensi yang lebih
banyak dari biasanya, bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang
air besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali
buang air besar (Sudarti, 2010).
2. Jenis – Jenis Diare
Penyakit diare dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu berdasarkan
lamanya diare, berdasarkan sudut pandang klinis praktis dan berdasarkan
tingkat dehidrasi.
a. Berdasarkan lamanya, diare dibagi menjadi :
1) Diare Akut
Diare akut adalah buang air besar yang lembek / cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya
3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari
(Depkes RI, 2010).Menurut WHO (2009) diare akut (termasuk
kolera), adalah berlangsung beberapa jam atau beberapa hari dengan
bahaya utamanya adalah dehidrasi.
6
7
2) Diare Kronik
Diare Kronik adalah buang air besar yang cair / lembek dengan
jumlah lebih banyak dari normal dan berlangsung lebih dari 15
hari.Batasan kronik di Indonesia, dipilih waktu lebih dari 15 hari agar
dokter lebih waspada, serta dapat lebih cepat menginvestigasi
penyebab diare dengan tepat.
3) Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang merupakan kelanjutan dari diare
akut biasanya berlangsung 15 – 30 hari, dan menurut WHO bahaya
utama dari diare persisten adalah malnutrisi, infeksi usus dan
dehidrasi.
b. Berdasarkan Tingkat Dehidrasi
Berdasarkan tingkat dehidrasinya, diare dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu (Depkes RI, 2008)
1) Diare Tanpa Dehidrasi
Diare tanpa dehidrasi adalah buang air besar dengan konsistensi tinja
cair / lembek serta frekuensi lebih sering dari biasanya, dimana tidak
cukup tanda – tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat
atau ringan / sedang.
2) Diare dengan Dehidrasi Ringan / Sedang
Diare dengan dehidrasi ringan / sedang adalah diare yang disertai dua
atau lebih tanda – tanda : gelisah, rewel / mudah marah, mata cekung,
haus serta sangat lahap apabila diberikan minum, cubitan perut
kembali lambat.
8
3) Diare Dengan Dehidrasi Berat
Diare dengan dehidrasi berat adalah diare yang disertai dua atau lebih
tanda – tanda :letargisatau tidak sadar, mata cekung, tidak bias
minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
3. Penyebab Diare
Diare disebabkan olehfaktor infeksi, malasobsi, faktor makanan
dan faktor psikologis. Faktorinfeksi biasanya disebabkan oleh virus, parasit
atau bakteri. Virus bisamenyebabkan diare pada manusia yaitu dari
golongan bakteri Aeromonashidropoli, bacillus cereus, campylobacter
jejuni, Clostridum diffcilClostridum perfriengens, Escria Coli, Salmonella
spp, Shinggella spp, Staphylokokus auerus, Vibrio cholera, Vibrio
parahaemolitikus dan Yersiniaenterocoliticia (Depkes, RI 2007).
Golongan virus yang dapat menyebabkan diare adalah
Adenovirus,Rotavirus, Virus Norwalk, Astrovirus, Calicivirus,
Minirotavirus dan virusbulat kecil. Sedangkan golongan parasit terdiri dari
Balantidium Coli,Capillaria phippinensis, faciolopis buski, Sarcocytis
suihominis, Trichuristrichura, Candida spp, Isospora belli (Depkes, RI
2007)
4. Cara Penularan Penyakit Diare
Golongan virus menyebabkan diare dengan jarak masuk
kedalamteratus digestivirus bersama makanan dan berkembang biak
didalam usus.Selanjutnya virus tersebut merusak sel epitel usus sehingga
dapat menyerapair dan makanan akibatnya terjadi diare asmotic (Achmadi,
2011).
9
Golongan bakteri menyebabkan diare dengan cara masuk ke
traktusdigesvirus dan berkembang biak serta mengeluarkan toksin. Toksin
tersebutmerangsang usus sehingga terjadi peningkatan aktifitas enzim
adenilsiklaseatau guanil siklase. Enzim mini akan menyebabkan
peningkatan CAMP(cyclicadenosin monophoospate) atau CGMP
(Cyclicademasonmonophoospate) yang mampu mesekresi klorida, natrium
dan air dari dalamsel ke lumen usus kedalam sel. Hal ini menyebabkan
peningkatan tekananosmotik sehingga terjadi hiperperistaltik usus dan
mengeluarkan cairan yangberlebihan didalam kolom sehingga terjadi diare
(Achmadi, 2011).
5. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
a. Faktor Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan.Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman
diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula,
yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian
penyakit diare.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup :
1) Perumahan
Rumah sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi
ketetapan dan ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam
10
rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan
kesehatan sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat
kesehatan yang optimal (Adnani, 2011)
Unsur – unsur rumah sehat yang perlu diperhatikan untuk memenuhi
rumah sehat adalah :
a) Bahan bangunan
Langit langit rumah hendaknya harus mudah dibersihkan, tidak
rawan kecelakaan, berwarna terang dan batas tinggi langit – langit
dari lantai minimal 2,75 m. dinding rumah berfungsi untuk
menahan angin dan debu, dibuat tidak tembus pandang, bahan
dibuat dari batu bata, batako, bamboo, papan kayu, dinding
dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi
udara. Lantai rumah hendaknya kedap air, rata tak licin serta
mudah dibersihkan.Tinggi lantai untuk rumah bukan panggung
sekurang – kurangnya 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari
badan jalan.
b) Ventilasi
Jendela rumah berfungsi sebagai lobang angin, jalan udara segar
dan sinar matahari serta sirkulasi. Letak lobang angin yang baik
adalah searah dengan tiupan angin.Pergantian udara agar lancer
diperlukan minimum luas lubang ventilasi5 - 20 % dari luas
lantai.
11
c) Cahaya
Cahaya yang cukup dapat diperoleh apabila luas jendela kaca
minimum 20% luas lantai.Kamar tidur sebaiknya diletakkan di
sebelah timur untuk memberikan kesempatan masuknya
ultraviolet. Jika peletakan jendela kurang leluasa dapat dipasang
genteng kaca karena semua jenis cahaya dapat mematikan kuman,
hanya berbeda satu sama lain tergantung segi lamanya proses
mematikan kuman.
d) Luas bangunan rumah
Luas bangunan yang baik apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 /
orang (tiap anggota keluarga). Luas lantai kamar tidur diperlukan
minimum 3 m2 per orang untuk mencegah penularan
penyakit.Jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lain
minimum 90 cm.
2) Pembuangan kotoran manusia (tinja)
kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tibuh. Beberapa zat –
zat tersebut adalah : tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai
hasil dari proses pernapasan. Tempat pembuangannya disebut
dengan latrine (jamban atau kakus).
Macam kakus :
a) kakus cubluk : tempat penampungan tinjanya dibangun dekat
dibawah tempat injakan dan atau di bawah bangunan kakus.
b) Kakus empang : dibangun di atas empang, sungai atau rawa
12
c) Kakus kimia : dibangun pada tempat – tempat rekreasi, alat
transportasi dll
d) Kakus dengan “angsa trine” (kloset).
Jarak 10 meter antara sumur dan tangki septic merupakan jarak
ideal.Hal ini disebabkan dari bakteri E-coli patogen (bersifat
anaerob) yang biasanya mempunyai usia harapan hidup selama tiga
hari. Sedangkan kecepatan aliran air dalam tanah berkisar 3 meter
per hari (rata-rata kecepatan aliran air dalam tanah di pulau jawa 3
meter/hari), sehingga jarak ideal antara tangki septic dengan sumur
sejauh 3 meter per hari x 3 hari = 9 meter. Dari hasil perhitungan,
jarak tempuh bakteri selama 3 hari hanya 9 meter. Adapun angka 10
meter setelah ditambah satu meter sebagai jarak pengaman.
3) penyediaan air bersih
masalah kesehatan lingkungan air bersih perlu diperhatikan dengan
baik karena menyangkut sumber air minum yang dikonsumsi sehari
– hari. Apabila sumber air minum yang dikonsumsi keluarga tidak
sehat, maka seluruh anggota keluarga akan menghadapi masalah
kesehatan atau penyakit misalnya diare. Beberapa syarat air minum
yang sehat untuk dikonsumsi adalah :
a) syarat fisik : bening (tidak berwarna, tidak berasa, suhu di
bawah suhu udara di luarnya)
b) syarat bakteriologis : apabila dalam 100 cc air terdapat kurang
dari 4 buah bakteri E. Coli.
13
c) Syarat kimia : mengandung zat – zat tertentu dalam jumlah
tertentu pula, yaitu : Fluor (F), Chlor (Cl), Arsen ( As), tembaga
(Cu), Besi (Fe), zat organic, PH (keasaman)
Sumber – sumber air minum didapat dari berbagai sumber seperti :
air hujan, air sungai dan danau, mata air, air sumur dangkal dan air
sumur dalam.
4) pembuangan sampah
sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Adapun kotoran
manusia (human waste) dan air limbah atau air bekas (sewage) tidak
tergolong sampah. Sampah juga diartikan sebagai sisa kegiatan
sehari – hari manusia dan proses alam yang berbentuk padat
(Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008).
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari
sampah tersebut dapat terjadi penyebaran penyakit yang dibawa oleh
vector.Pengimpulan, pengangkutan, sampai pemusnahan atau
pengolahan yang baik sangat diperlukan agar sampah tidak
mengganggu kesehatan masyarakat dan kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan. Pengolahan sampah diantaranya :
a. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah di daerah
perkotaan sudah baik, karena merupakan tanggung jawab
pemerintah didukung oleh partisipasi masyarakat. Petugas
14
kebersihan yang mengangkut sampah sudah ada, oleh petugas
sampah akan dibawa ke tempat penampungan sementara (TPS),
kemudian dibawa ketempat penampungan akhir (TPA). Di
daerah pedesaan, sampah akan diolah sendiri oleh keluarga,
biasanya dijadikan pupuk atau makanan ternak, tetapi kadang –
kadang keluarga di pedesaan membuang sampah di pinggir kali,
kebun atau pekarangan belakang rumah.
b. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah
Pemusnahan dan pengolahan sampah dapat dilakukan melalui
berbagai cara, diantaranya adalah dengan ditanam (landfill) atau
ditimbun di dalam tanah, dibakar (inceneration) di dalam tungku
pembakaran, dan dijadikan pupuk (composting) khususnya untuk
sampah daun, sisa makanan dan sampah yang dapat membusuk
lainnya.
5) pembuangan air kotor (air limbah)
air limbah adalah sisa air yang dibuang berasal dari buangan rumah
tangga, industry, maupun tempat – tempat umum lainnya dan pada
umumnya mengandung bahan – bahan atau zat – zat yang sangat
membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu lingkungan
hidup.
b. Faktor Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk
variabel tertentu.Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat
15
diarenya.Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan yang baik
merupkan komponen utama penyembuhan diare.Balita yang gizinya
kurang sebagian besar meninggal karena diare.Hal ini disebabkan karena
dehidrasi dan malnutrisi (Supariasa, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan balita akan baik jika balita
mempunyai status kesehatan yang baik, status gizi yang baik, lingkungan
yang baik sehat dan keluarga yang baik dalam mengasuhnya (Depkes, RI
2008)
Pencerminan keberhasilan program gizi di masyarakat dapat dilihat
dari status gizi, dan penilaiannya sering dilakukan pada balita.Kurang
gizi merupakan penyakit yang tidak menular yang terjadi pada
sekelompok masyarakat.Masalah kurang gizi merupakan masalah
kesehatan yang kompleks (Indrawani, 2007). Beratnya penyakit, lama
dan resiko kematian karena diare akan meningkat pada balita yang
mengalami kurang gizi terutama gizi buruk (Depkes, RI 2007). Faktor
yang dapat mempengaruhi kejadian diare pada balita salah satunya
adalah keadaan status gizi pada balita itu sendiri.
Kurang gizi merupakan penyakit yang tidak menular yang terjadi
pada sekelompok masyarakat.Kekurangan gizi, merupakan kegagalan
mencapai kandungan gizi yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi
kesehatan fisik dan mental. Kekurangan gizi secara umum yang ditandai
dengan keterlambatan pertumbuhan, berat badan di bawah normal,
pertumbuhan yang terhambat, kekurangan mikronutrien, seperti vitamin
A, zinc, yodium dan asam folic. Resiko penyakit yang mengancam
16
adalah penyakit infeksi terutama diare, infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), rendahnya tingkat intelektual dan produktivitas kerja.
Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam
meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang.Untuk
meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat mengkonsumsi
makanan, perlu dimasyarakatkan perilaku yang baik dan benar sesuai
kaidah ilmu gizi.Perilaku ini diwujudkan dalam bentuk pesan dasar gizi
seimbang, yang pada hakekatnya merupakan perilaku konsumsi makanan
yang baik dan sesuai untuk bangsa Indonesia.Upaya – upaya perbaikan
gizi dapan diintegrasikan ke dalam berbagai program yang sudah ada
seperti pertanian, ketahanan pangan, perkembangan ekonomi, serta air
dan sanitasi. Karena masalah kekurangan gizi merupakan sebab dan
akibat dari berbagai masalah kesehatan dan tidak bisa diperbaiki hanya
oleh satu pihak saja (Soeharsono, 2006)
Berdasarkan standar baku WHO – NCHS dapat dikategorikan
dengan menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB (Atikah, 2010).
1). Klasifikasi Status Gizi
a). Gizi Lebih
Gizi lebih biasanya bersangkutan dengan kelebihan energy
didalam hidangan yang dikonsumsi relative terhadap kebutuhan
atau penggunaannya.Ada tiga zat makanan penghasil energi utama
yaitu karbohidrat, lemak dan protein.Kelebihan didalam tubuh
diubah menjadi lemak dan ditimbun dalam tempat – tempat tertentu
(Soeharsono, 2009).
17
b). Gizi Baik
Gizi baik adalah kesehatan gizi yang sesuai dengan tingkat
ekonomi yang menyebabkan tercapainya kesehatan
tersebut.Tingkat kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan gizi
optimum.Dalam kondisi ini tubuh terbebas dari penyakit dan
mempunyai daya kerja dan efisiensi yang optimal.
c). Gizi Kurang
Gizi kurang adalah keadaan tidak sehat (patologis) yang
ditimbulkan karena tidak makan, dengan demikian konsumsi energi
dan protein kurang selama jangka waktu tertentu.
c. Faktor Perilaku Kesehatan Ibu
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau
aktifitasorganisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada
hakikatnya adalahsuatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Sedangkan
perilaku itu sendiri adalahapa yang dikerjakan oleh organisme tersebut,
baik dapat diamati secaralangsung atau tidak langsung (Notoatmodjo,
2007).
Ibu sebagai pengasuh dan yang memelihara balita merupakan salah
satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare, hal ini disebabkan
karena perilaku ibu yang kurang baik. Perilaku ibu dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan yang ibu peroleh, biasanya semakin tinggi pendidikan
ibu maka semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu
(Depkes RI, 2011).
18
Dalam proses pembentukan perilaku dalam diri seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar
individu tersebut. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat
diketahui melalui pengalaman yang dihasilkan melalui panca
indera.Belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang didasari oleh
perilaku terdahulu yang berlangsung dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya.Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
seseorang adalah pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan
lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan hal tersebut di atas pemberian pengetahuan saja tidak
cukup untuk perubahan perilaku seseorang.Perilaku mereka sering
dipengaruhi oleh pandangan serta berbagai kebiasaan keluarga, kawan
dan masyarakat.Kadang – kadang hal ini bersifat positif, dapat pula
bersifat negative terhadap kesehatan. Perubahan perilaku akan
menumbuhkan dinamika yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan
sosial. Untuk mengubah perilaku sosial berarti harus mengubah
pandangan dan kebiasaan perilaku sehari – hari dari keluarga dan
masyarakat.Apa yang akhirnya dilakukan oleh para orang tua, pengasuh,
sangat sering dipengaruhi oleh apa yang dilakukan sekitar mereka
(Soeharsono, 2006).
Perilaku mencuci tangan merupakan perilaku yang sangat penting
dalam penyebaran penyakit diare, karena tangan merupakan media yang
sangat berperan dalam penyebaran penyakit melalui fecal oral. Tidak
mencuci tangan sebelum mkan atau sebelum menyiapkan makan pada
19
anak, setelah buang air besar, serta tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan atau menyiapkan susu untuk anak, hal ini dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit diare (Depkes, RI. 2007).
Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dapat mencegah berbagai
penyakit infeksi yang menyebabkan tingginya angka kesakitan atau
kematian jutaan anak di Indonesia.Perilaku CTPS merupakan
pengetahuan yang sudah umum di masyarakat, tetapi perilakunya tidak
dilakukan secara berkesinambungan, hal tersebut disebabkan karena
tidak tersedianya sarana di tempat mereka. Keuntungan perilaku CTPS
adalah menurunnya hamper separuh kasus diare dan seperempat kasus
infeksi saluran nafas atas (ISPA), mencegah infeksi kulit, mata dan orang
kena HIV/AIDS (Depkes RI, 2011). Lima waktu penting penting
melakukan CTPS adalah setelah buang air besar, setelah membersihkan
anak yang buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
makan, setelah memegang atau menyentuh hewan, serta menggunakan
lap khusus untuk mengeringkan tangan.
Adapun hygiene secara umum menurut Team Public Health
Watson-ion(2008), higyene adalah bersih, bagus, perilaku yang aman
bagi kesehatan,mengarahkan kebersihan fisik dam mental untuk
memperoleh kesehatan danlingkungan yang lebih baik kemudian
menjaga kebersihan dari area tempattinggal serta menghindari dalam
mengkonsumsi makanan yang tidak bersih.Sehingga perilaku hygiene
merupakan salah satu sasaran terhadapPerilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), dimana pengertian dari perilakuhygiene itu sendiri adalah suatu
20
aktifitas atau tindakan yang mempunyaitujuanuntuk meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai kesehatan pribadi danlingkungan, yaitu
mencangkup beberapa kebiasaan bersih yang merupakan salah satu
upaya dalam pencegahan penyakit diare. Kebiasan–kebiasaantersebut
meliputi mencuci tangan dengan memakai sabun,
mengkonsumsimakanan dan minuman yang bersih, membuang sampah
pada tempatnya serta buang air besar pada toilet (Team Publik Health
Watsan-iom, 2008).
Perilaku ibu dalam pemberian ASI juga harus dijaga.Sebelum
memberikan ASI, lakukan cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air
bersih. Kemudian cuci daerah putting susu ibu untuk menjaga kebersihan
daerah hisapan balita. Apabila ASI diletakkan diruangan yang sejuk,
segera berikan sebelum masa simpan berakhir ( 8 jam). Cuci botol susu
dengan menggunakan sabun dan air hangat terlebih dahulu (Atikah,
2008).
Menurut Wawan (2010: 17) perilaku seseorang dapat
diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,
yaitu :
a. Baik : hasil prosentase 76%-100%
b. Cukup : hasil prosentase 56%-75%
c. Kurang : hasil prosentase > 56%
21
6. Manifestasi Klinis
Menurut Ngastiyah (2005), manifestasi klinik penyakit diare antara
lain cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, feses
cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah. Kelamaan,
feses ini akan berwarna hijau dan asam, anus lecet, dehidrasi, bila menjadi
dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi
cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan
diakhiri dengan syok, berat badan menurun, turgor kulit menurun, Mata
dan ubun-ubun cekung, dan selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi
kering.
B. Pengertian Anak Balita
Anak balita sebagai masa emas atau golden age yaitu insan manusia yang
berusia 0 – 5 tahun (UU No. 20 Tahun 2005). Kelompok anak berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan fisik ( koordinasi motorik halus dan motorik
kasar), kecerdasan ( daya piker, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
yang sedang dilalui oleh anak tersebut.Balita adalah istilah umum bagi anak usia
1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih
tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
22
C. Kejadian Diare pada Balita
Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
padabayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarnahijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Ngastiyah,2005). MenurutSuharyono(2008) diare adalah buang air besar
dengan frekuensi yang tidak normal(meningkat) dan konsistensi tinja yang
lebih lembek atau cair.Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial
karena diaremerupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara
berkembang,dimana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada
balita itusendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu (host),
dan faktorlingkungan (environment) (Suharyono, 2008).
Faktor penyebab (agent) yang dapat menyebabkan kejadian diare
padabalita diantaranya karena faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor
makanan(Ngastiyah, 2005). Sedangkan dari faktor penjamu (host) yang
menyebabkandiare pada balita yaitu dari faktor status gizi balita dan faktor
perilaku hygieneyang buruk misalnya dalam perilaku mencuci tangan,
kebersihan putting susu,kebersihan dalam botol susu dan dot susu pada balita.
Kemudian dari faktorlingkungan (environment) yang menyebabkan balita
terkena diare yaitu darikondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik misalnya
dalam penggunaankebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan
makanan balita(Soegijanto, 2002).
Epidemiologi DiarePenyebab diare berkisar dari 70% sampai 90%
dapat diketahui denganpasti. Penyebab diare digolongkan menjadi dua
penyebab yaitu secaralangsung dan secara tidak langsung. Penyebab langsung
23
merupakan penyakit langsung yang disebabkan antara lain melalui infeksi
bakteri, virus dan parasit,malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun
keracunan oleh racunyang diproduksi oleh jasad ikan, buah dan sayuran.
Sedangkan penyebab tidaklangsung merupakan faktor-faktor yang
mempermudah atau mempercepatterjadinya diare seperti keadaan gizi,
sanitasi lingkungan, perilaku hidup besihdan sehat, kependudukan, sosial
ekonomi (Suharyono, 2008).
Faktor penyebab (agent) diare dapat dibagi menjadi empat faktor
yaitumeliputi faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan dan
faktorpsikologis. Faktor infeksi dibagi menjadi dua yaitu infeksi enternal
adalahinfeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diarepada anak, disebabkan oleh bakteri E. Coli, rotavirus, cacing, protozoa
danjamur, sedangkan infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat
pencernaanmakanan seperti Tonsilitis, Bronkopneumonia dan Ensefalitis.
Faktormalabsorbsi misalnya malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan
protein.Selanjutnya faktor makanan yaitu apabila seseorang mengkonsumsi
sepertimakanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. Apabila
seseorangmengalami ketakutan atau rasa cemas itu merupakan faktor
psikologis yangjuga dapat menyebabkan diare, biasanya terjadi pada orang
yang lebih besar(Ngastiyah, 2005).
Kemudian faktor penjamu (host) yang menyebabkan diare
yaitukeadaan gizi dan perilaku masyarakat (Soeharsono, 2006). Sedangakan
menurutYankes Pangalengan (2009), faktor penjamu yang menyebabkan
terjadinyadiare yaitu tidak memberikan ASI sampai 2 tahun, keadaan gizi
24
yang kurang,anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4
minggu terakhirdiakibatkan dari penurunan kekebalan tubuh penderita, umur,
dan perilakumanusia yang tidak sehat.Selanjutnya faktor lingkungan
(environment) yang merupakanepidemiologi diare atau penyebaran diare
sebagian besar disebabkan karenafaktor lingkungan yaitu sanitasi lingkungan
yang buruk dan lingkungan sosialekonomi (Anne, 2008)
Sedangkan menurut Fenioktaviani (2010) Penyebab tingginya
kejadiandiare kemungkinan besar disebabkan oleh adanya berbagai macam
faktorresiko penyakit diare antara lain kondisi sanitasi lingkungan yang
kurang baik,hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi makanan yang
kurang baik,masalah nutrisi dan imunitas tubuh, pemberian ASI eksklusif
yang rendah,pemberian makanan tambahan terlalu dini, dah stress yang
berlebihan.Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama.Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan
kematianterutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian
luar biasa(KLB) (Depkes RI, 2009). Penyakit diare ditularkan secara fecal-
oral melaluimakanan dan minuman yang tercemar atau kontak langsung
dengan tinjapenderita (Depkes, 2007).
25
D. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka TeoriSuharyono (2008), Amirudin (2007)
Kebersihan Lingkungan perumahan Penyediaan air bersih Pembuangan kotoran
manusia Sampah limbah
Perilaku Ibu Mencuci tangan Mencuci
peralatan makan Memasak air Pemberian susu Mencuci mainan
anak
Status gizi
KejadianDiare pada Balita
Faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
26
A. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Kejadian Diare pada Balita
Penyakit yang terjadi pada balita yang ditandai dengan buang air besar dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya > 4 kali dalam sehari dengan konsistensi tinja lembek / cair bahkan dapat berupa air saja
Hasil diagnosa petugas kesehatan di Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Catatan petugas pada rekam medik pasien
0 : Diare1 : Tidak
diare
Ordinal
Status Gizi Balita
Keadaan yang dihasilkan antara keseimbangan pemasukan dan pengeluaran yang diperoleh dari berat badan dibagi umur sesuai dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Mengukur berat badan balita
Timbangan KMS
0 : Gizi buruk jika berat badan balita dibawah garis merah dan diatas garis hijau
1 : gizi baik jika berat badan balita berada didalam garis hijau
Ordinal
Lingkungan Tempat tinggal
Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya diare meliputi: sistem pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, sistem pembuangan sampah, pembuangan air limbah, cara pembersihan lantai rumah, Sistem Lingkungan Rumah
Wawancara
Kuesioner 0 : Tidak sehat jika ada 1 atau lebih diantaranya tidak tersedia1 : Sehat Jika semua ke 5 sarana tersedia dengan baik
Ordinal
Perilaku kesehatan Ibu
Perilaku atau aktivitas ibu : kebiasaan mencuci tangan, cara mencuci tangan ibu, cara mencuci tangan anak, cara mencuci peralatan makan, memasak air, pemberian susu
Wawancara
kuesioner 0 : buruk jika nilai scoring > 56 %1 : Cukup jika nilai scoring 56%- 75%2 : baik jika nilai scoring 76 % -100%
Ordinal
27