kti

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Nursalam, 2005).Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Sudarti, 2010). 2. Jenis – Jenis Diare Penyakit diare dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu berdasarkan lamanya diare, berdasarkan sudut pandang klinis praktis dan berdasarkan tingkat dehidrasi. a. Berdasarkan lamanya, diare dibagi menjadi : 6

Upload: ronianasoka

Post on 10-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DIARE PADA ANAK BAB II

TRANSCRIPT

Page 1: KTI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE

1. Pengertian Diare

Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya

dengan konsistensi yang lebih encer (Nursalam, 2005).Diare adalah

pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair dengan frekuensi yang lebih

banyak dari biasanya, bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang

air besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali

buang air besar (Sudarti, 2010).

2. Jenis – Jenis Diare

Penyakit diare dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu berdasarkan

lamanya diare, berdasarkan sudut pandang klinis praktis dan berdasarkan

tingkat dehidrasi.

a. Berdasarkan lamanya, diare dibagi menjadi :

1) Diare Akut

Diare akut adalah buang air besar yang lembek / cair bahkan dapat

berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya

3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari

(Depkes RI, 2010).Menurut WHO (2009) diare akut (termasuk

kolera), adalah berlangsung beberapa jam atau beberapa hari dengan

bahaya utamanya adalah dehidrasi.

6

Page 2: KTI

7

2) Diare Kronik

Diare Kronik adalah buang air besar yang cair / lembek dengan

jumlah lebih banyak dari normal dan berlangsung lebih dari 15

hari.Batasan kronik di Indonesia, dipilih waktu lebih dari 15 hari agar

dokter lebih waspada, serta dapat lebih cepat menginvestigasi

penyebab diare dengan tepat.

3) Diare Persisten

Diare persisten adalah diare yang merupakan kelanjutan dari diare

akut biasanya berlangsung 15 – 30 hari, dan menurut WHO bahaya

utama dari diare persisten adalah malnutrisi, infeksi usus dan

dehidrasi.

b. Berdasarkan Tingkat Dehidrasi

Berdasarkan tingkat dehidrasinya, diare dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu (Depkes RI, 2008)

1) Diare Tanpa Dehidrasi

Diare tanpa dehidrasi adalah buang air besar dengan konsistensi tinja

cair / lembek serta frekuensi lebih sering dari biasanya, dimana tidak

cukup tanda – tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat

atau ringan / sedang.

2) Diare dengan Dehidrasi Ringan / Sedang

Diare dengan dehidrasi ringan / sedang adalah diare yang disertai dua

atau lebih tanda – tanda : gelisah, rewel / mudah marah, mata cekung,

haus serta sangat lahap apabila diberikan minum, cubitan perut

kembali lambat.

Page 3: KTI

8

3) Diare Dengan Dehidrasi Berat

Diare dengan dehidrasi berat adalah diare yang disertai dua atau lebih

tanda – tanda :letargisatau tidak sadar, mata cekung, tidak bias

minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.

3. Penyebab Diare

Diare disebabkan olehfaktor infeksi, malasobsi, faktor makanan

dan faktor psikologis. Faktorinfeksi biasanya disebabkan oleh virus, parasit

atau bakteri. Virus bisamenyebabkan diare pada manusia yaitu dari

golongan bakteri Aeromonashidropoli, bacillus cereus, campylobacter

jejuni, Clostridum diffcilClostridum perfriengens, Escria Coli, Salmonella

spp, Shinggella spp, Staphylokokus auerus, Vibrio cholera, Vibrio

parahaemolitikus dan Yersiniaenterocoliticia (Depkes, RI 2007).

Golongan virus yang dapat menyebabkan diare adalah

Adenovirus,Rotavirus, Virus Norwalk, Astrovirus, Calicivirus,

Minirotavirus dan virusbulat kecil. Sedangkan golongan parasit terdiri dari

Balantidium Coli,Capillaria phippinensis, faciolopis buski, Sarcocytis

suihominis, Trichuristrichura, Candida spp, Isospora belli (Depkes, RI

2007)

4. Cara Penularan Penyakit Diare

Golongan virus menyebabkan diare dengan jarak masuk

kedalamteratus digestivirus bersama makanan dan berkembang biak

didalam usus.Selanjutnya virus tersebut merusak sel epitel usus sehingga

dapat menyerapair dan makanan akibatnya terjadi diare asmotic (Achmadi,

2011).

Page 4: KTI

9

Golongan bakteri menyebabkan diare dengan cara masuk ke

traktusdigesvirus dan berkembang biak serta mengeluarkan toksin. Toksin

tersebutmerangsang usus sehingga terjadi peningkatan aktifitas enzim

adenilsiklaseatau guanil siklase. Enzim mini akan menyebabkan

peningkatan CAMP(cyclicadenosin monophoospate) atau CGMP

(Cyclicademasonmonophoospate) yang mampu mesekresi klorida, natrium

dan air dari dalamsel ke lumen usus kedalam sel. Hal ini menyebabkan

peningkatan tekananosmotik sehingga terjadi hiperperistaltik usus dan

mengeluarkan cairan yangberlebihan didalam kolom sehingga terjadi diare

(Achmadi, 2011).

5. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare

a. Faktor Lingkungan

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan.Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman

diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula,

yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian

penyakit diare.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif

terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup

kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup :

1) Perumahan

Rumah sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi

ketetapan dan ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam

Page 5: KTI

10

rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan

kesehatan sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat

kesehatan yang optimal (Adnani, 2011)

Unsur – unsur rumah sehat yang perlu diperhatikan untuk memenuhi

rumah sehat adalah :

a) Bahan bangunan

Langit langit rumah hendaknya harus mudah dibersihkan, tidak

rawan kecelakaan, berwarna terang dan batas tinggi langit – langit

dari lantai minimal 2,75 m. dinding rumah berfungsi untuk

menahan angin dan debu, dibuat tidak tembus pandang, bahan

dibuat dari batu bata, batako, bamboo, papan kayu, dinding

dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi

udara. Lantai rumah hendaknya kedap air, rata tak licin serta

mudah dibersihkan.Tinggi lantai untuk rumah bukan panggung

sekurang – kurangnya 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari

badan jalan.

b) Ventilasi

Jendela rumah berfungsi sebagai lobang angin, jalan udara segar

dan sinar matahari serta sirkulasi. Letak lobang angin yang baik

adalah searah dengan tiupan angin.Pergantian udara agar lancer

diperlukan minimum luas lubang ventilasi5 - 20 % dari luas

lantai.

Page 6: KTI

11

c) Cahaya

Cahaya yang cukup dapat diperoleh apabila luas jendela kaca

minimum 20% luas lantai.Kamar tidur sebaiknya diletakkan di

sebelah timur untuk memberikan kesempatan masuknya

ultraviolet. Jika peletakan jendela kurang leluasa dapat dipasang

genteng kaca karena semua jenis cahaya dapat mematikan kuman,

hanya berbeda satu sama lain tergantung segi lamanya proses

mematikan kuman.

d) Luas bangunan rumah

Luas bangunan yang baik apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 /

orang (tiap anggota keluarga). Luas lantai kamar tidur diperlukan

minimum 3 m2 per orang untuk mencegah penularan

penyakit.Jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lain

minimum 90 cm.

2) Pembuangan kotoran manusia (tinja)

kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi

oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tibuh. Beberapa zat –

zat tersebut adalah : tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai

hasil dari proses pernapasan. Tempat pembuangannya disebut

dengan latrine (jamban atau kakus).

Macam kakus :

a) kakus cubluk : tempat penampungan tinjanya dibangun dekat

dibawah tempat injakan dan atau di bawah bangunan kakus.

b) Kakus empang : dibangun di atas empang, sungai atau rawa

Page 7: KTI

12

c) Kakus kimia : dibangun pada tempat – tempat rekreasi, alat

transportasi dll

d) Kakus dengan “angsa trine” (kloset).

Jarak 10 meter antara sumur dan tangki septic merupakan jarak

ideal.Hal ini disebabkan dari bakteri E-coli patogen (bersifat

anaerob) yang biasanya mempunyai usia harapan hidup selama tiga

hari. Sedangkan kecepatan aliran air dalam tanah berkisar 3 meter

per hari (rata-rata kecepatan aliran air dalam tanah di pulau jawa 3

meter/hari), sehingga jarak ideal antara tangki septic dengan sumur

sejauh 3 meter per hari x 3 hari = 9 meter. Dari hasil perhitungan,

jarak tempuh bakteri selama 3 hari hanya 9 meter. Adapun angka 10

meter setelah ditambah satu meter sebagai jarak pengaman.

3) penyediaan air bersih

masalah kesehatan lingkungan air bersih perlu diperhatikan dengan

baik karena menyangkut sumber air minum yang dikonsumsi sehari

– hari. Apabila sumber air minum yang dikonsumsi keluarga tidak

sehat, maka seluruh anggota keluarga akan menghadapi masalah

kesehatan atau penyakit misalnya diare. Beberapa syarat air minum

yang sehat untuk dikonsumsi adalah :

a) syarat fisik : bening (tidak berwarna, tidak berasa, suhu di

bawah suhu udara di luarnya)

b) syarat bakteriologis : apabila dalam 100 cc air terdapat kurang

dari 4 buah bakteri E. Coli.

Page 8: KTI

13

c) Syarat kimia : mengandung zat – zat tertentu dalam jumlah

tertentu pula, yaitu : Fluor (F), Chlor (Cl), Arsen ( As), tembaga

(Cu), Besi (Fe), zat organic, PH (keasaman)

Sumber – sumber air minum didapat dari berbagai sumber seperti :

air hujan, air sungai dan danau, mata air, air sumur dangkal dan air

sumur dalam.

4) pembuangan sampah

sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak

disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Adapun kotoran

manusia (human waste) dan air limbah atau air bekas (sewage) tidak

tergolong sampah. Sampah juga diartikan sebagai sisa kegiatan

sehari – hari manusia dan proses alam yang berbentuk padat

(Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008).

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari

sampah tersebut dapat terjadi penyebaran penyakit yang dibawa oleh

vector.Pengimpulan, pengangkutan, sampai pemusnahan atau

pengolahan yang baik sangat diperlukan agar sampah tidak

mengganggu kesehatan masyarakat dan kesehatan masyarakat dan

kesehatan lingkungan. Pengolahan sampah diantaranya :

a. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah di daerah

perkotaan sudah baik, karena merupakan tanggung jawab

pemerintah didukung oleh partisipasi masyarakat. Petugas

Page 9: KTI

14

kebersihan yang mengangkut sampah sudah ada, oleh petugas

sampah akan dibawa ke tempat penampungan sementara (TPS),

kemudian dibawa ketempat penampungan akhir (TPA). Di

daerah pedesaan, sampah akan diolah sendiri oleh keluarga,

biasanya dijadikan pupuk atau makanan ternak, tetapi kadang –

kadang keluarga di pedesaan membuang sampah di pinggir kali,

kebun atau pekarangan belakang rumah.

b. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah

Pemusnahan dan pengolahan sampah dapat dilakukan melalui

berbagai cara, diantaranya adalah dengan ditanam (landfill) atau

ditimbun di dalam tanah, dibakar (inceneration) di dalam tungku

pembakaran, dan dijadikan pupuk (composting) khususnya untuk

sampah daun, sisa makanan dan sampah yang dapat membusuk

lainnya.

5) pembuangan air kotor (air limbah)

air limbah adalah sisa air yang dibuang berasal dari buangan rumah

tangga, industry, maupun tempat – tempat umum lainnya dan pada

umumnya mengandung bahan – bahan atau zat – zat yang sangat

membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu lingkungan

hidup.

b. Faktor Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk

variabel tertentu.Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat

Page 10: KTI

15

diarenya.Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan yang baik

merupkan komponen utama penyembuhan diare.Balita yang gizinya

kurang sebagian besar meninggal karena diare.Hal ini disebabkan karena

dehidrasi dan malnutrisi (Supariasa, 2011).

Pertumbuhan dan perkembangan balita akan baik jika balita

mempunyai status kesehatan yang baik, status gizi yang baik, lingkungan

yang baik sehat dan keluarga yang baik dalam mengasuhnya (Depkes, RI

2008)

Pencerminan keberhasilan program gizi di masyarakat dapat dilihat

dari status gizi, dan penilaiannya sering dilakukan pada balita.Kurang

gizi merupakan penyakit yang tidak menular yang terjadi pada

sekelompok masyarakat.Masalah kurang gizi merupakan masalah

kesehatan yang kompleks (Indrawani, 2007). Beratnya penyakit, lama

dan resiko kematian karena diare akan meningkat pada balita yang

mengalami kurang gizi terutama gizi buruk (Depkes, RI 2007). Faktor

yang dapat mempengaruhi kejadian diare pada balita salah satunya

adalah keadaan status gizi pada balita itu sendiri.

Kurang gizi merupakan penyakit yang tidak menular yang terjadi

pada sekelompok masyarakat.Kekurangan gizi, merupakan kegagalan

mencapai kandungan gizi yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi

kesehatan fisik dan mental. Kekurangan gizi secara umum yang ditandai

dengan keterlambatan pertumbuhan, berat badan di bawah normal,

pertumbuhan yang terhambat, kekurangan mikronutrien, seperti vitamin

A, zinc, yodium dan asam folic. Resiko penyakit yang mengancam

Page 11: KTI

16

adalah penyakit infeksi terutama diare, infeksi saluran pernapasan atas

(ISPA), rendahnya tingkat intelektual dan produktivitas kerja.

Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam

meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang.Untuk

meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat mengkonsumsi

makanan, perlu dimasyarakatkan perilaku yang baik dan benar sesuai

kaidah ilmu gizi.Perilaku ini diwujudkan dalam bentuk pesan dasar gizi

seimbang, yang pada hakekatnya merupakan perilaku konsumsi makanan

yang baik dan sesuai untuk bangsa Indonesia.Upaya – upaya perbaikan

gizi dapan diintegrasikan ke dalam berbagai program yang sudah ada

seperti pertanian, ketahanan pangan, perkembangan ekonomi, serta air

dan sanitasi. Karena masalah kekurangan gizi merupakan sebab dan

akibat dari berbagai masalah kesehatan dan tidak bisa diperbaiki hanya

oleh satu pihak saja (Soeharsono, 2006)

Berdasarkan standar baku WHO – NCHS dapat dikategorikan

dengan menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB (Atikah, 2010).

1). Klasifikasi Status Gizi

a). Gizi Lebih

Gizi lebih biasanya bersangkutan dengan kelebihan energy

didalam hidangan yang dikonsumsi relative terhadap kebutuhan

atau penggunaannya.Ada tiga zat makanan penghasil energi utama

yaitu karbohidrat, lemak dan protein.Kelebihan didalam tubuh

diubah menjadi lemak dan ditimbun dalam tempat – tempat tertentu

(Soeharsono, 2009).

Page 12: KTI

17

b). Gizi Baik

Gizi baik adalah kesehatan gizi yang sesuai dengan tingkat

ekonomi yang menyebabkan tercapainya kesehatan

tersebut.Tingkat kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan gizi

optimum.Dalam kondisi ini tubuh terbebas dari penyakit dan

mempunyai daya kerja dan efisiensi yang optimal.

c). Gizi Kurang

Gizi kurang adalah keadaan tidak sehat (patologis) yang

ditimbulkan karena tidak makan, dengan demikian konsumsi energi

dan protein kurang selama jangka waktu tertentu.

c. Faktor Perilaku Kesehatan Ibu

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau

aktifitasorganisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada

hakikatnya adalahsuatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Sedangkan

perilaku itu sendiri adalahapa yang dikerjakan oleh organisme tersebut,

baik dapat diamati secaralangsung atau tidak langsung (Notoatmodjo,

2007).

Ibu sebagai pengasuh dan yang memelihara balita merupakan salah

satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare, hal ini disebabkan

karena perilaku ibu yang kurang baik. Perilaku ibu dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan yang ibu peroleh, biasanya semakin tinggi pendidikan

ibu maka semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu

(Depkes RI, 2011).

Page 13: KTI

18

Dalam proses pembentukan perilaku dalam diri seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar

individu tersebut. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat

diketahui melalui pengalaman yang dihasilkan melalui panca

indera.Belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang didasari oleh

perilaku terdahulu yang berlangsung dalam interaksi manusia dengan

lingkungannya.Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku

seseorang adalah pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan

lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hal tersebut di atas pemberian pengetahuan saja tidak

cukup untuk perubahan perilaku seseorang.Perilaku mereka sering

dipengaruhi oleh pandangan serta berbagai kebiasaan keluarga, kawan

dan masyarakat.Kadang – kadang hal ini bersifat positif, dapat pula

bersifat negative terhadap kesehatan. Perubahan perilaku akan

menumbuhkan dinamika yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan

sosial. Untuk mengubah perilaku sosial berarti harus mengubah

pandangan dan kebiasaan perilaku sehari – hari dari keluarga dan

masyarakat.Apa yang akhirnya dilakukan oleh para orang tua, pengasuh,

sangat sering dipengaruhi oleh apa yang dilakukan sekitar mereka

(Soeharsono, 2006).

Perilaku mencuci tangan merupakan perilaku yang sangat penting

dalam penyebaran penyakit diare, karena tangan merupakan media yang

sangat berperan dalam penyebaran penyakit melalui fecal oral. Tidak

mencuci tangan sebelum mkan atau sebelum menyiapkan makan pada

Page 14: KTI

19

anak, setelah buang air besar, serta tidak mencuci tangan sebelum

menyiapkan makanan atau menyiapkan susu untuk anak, hal ini dapat

meningkatkan risiko terjadinya penyakit diare (Depkes, RI. 2007).

Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dapat mencegah berbagai

penyakit infeksi yang menyebabkan tingginya angka kesakitan atau

kematian jutaan anak di Indonesia.Perilaku CTPS merupakan

pengetahuan yang sudah umum di masyarakat, tetapi perilakunya tidak

dilakukan secara berkesinambungan, hal tersebut disebabkan karena

tidak tersedianya sarana di tempat mereka. Keuntungan perilaku CTPS

adalah menurunnya hamper separuh kasus diare dan seperempat kasus

infeksi saluran nafas atas (ISPA), mencegah infeksi kulit, mata dan orang

kena HIV/AIDS (Depkes RI, 2011). Lima waktu penting penting

melakukan CTPS adalah setelah buang air besar, setelah membersihkan

anak yang buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum

makan, setelah memegang atau menyentuh hewan, serta menggunakan

lap khusus untuk mengeringkan tangan.

Adapun hygiene secara umum menurut Team Public Health

Watson-ion(2008), higyene adalah bersih, bagus, perilaku yang aman

bagi kesehatan,mengarahkan kebersihan fisik dam mental untuk

memperoleh kesehatan danlingkungan yang lebih baik kemudian

menjaga kebersihan dari area tempattinggal serta menghindari dalam

mengkonsumsi makanan yang tidak bersih.Sehingga perilaku hygiene

merupakan salah satu sasaran terhadapPerilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS), dimana pengertian dari perilakuhygiene itu sendiri adalah suatu

Page 15: KTI

20

aktifitas atau tindakan yang mempunyaitujuanuntuk meningkatkan

kesadaran masyarakat mengenai kesehatan pribadi danlingkungan, yaitu

mencangkup beberapa kebiasaan bersih yang merupakan salah satu

upaya dalam pencegahan penyakit diare. Kebiasan–kebiasaantersebut

meliputi mencuci tangan dengan memakai sabun,

mengkonsumsimakanan dan minuman yang bersih, membuang sampah

pada tempatnya serta buang air besar pada toilet (Team Publik Health

Watsan-iom, 2008).

Perilaku ibu dalam pemberian ASI juga harus dijaga.Sebelum

memberikan ASI, lakukan cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air

bersih. Kemudian cuci daerah putting susu ibu untuk menjaga kebersihan

daerah hisapan balita. Apabila ASI diletakkan diruangan yang sejuk,

segera berikan sebelum masa simpan berakhir ( 8 jam). Cuci botol susu

dengan menggunakan sabun dan air hangat terlebih dahulu (Atikah,

2008).

Menurut Wawan (2010: 17) perilaku seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu :

a. Baik : hasil prosentase 76%-100%

b. Cukup : hasil prosentase 56%-75%

c. Kurang : hasil prosentase > 56%

Page 16: KTI

21

6. Manifestasi Klinis

Menurut Ngastiyah (2005), manifestasi klinik penyakit diare antara

lain cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, feses

cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah. Kelamaan,

feses ini akan berwarna hijau dan asam, anus lecet, dehidrasi, bila menjadi

dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi

cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan

diakhiri dengan syok, berat badan menurun, turgor kulit menurun, Mata

dan ubun-ubun cekung, dan selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi

kering.

B. Pengertian Anak Balita

Anak balita sebagai masa emas atau golden age yaitu insan manusia yang

berusia 0 – 5 tahun (UU No. 20 Tahun 2005). Kelompok anak berada dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan fisik ( koordinasi motorik halus dan motorik

kasar), kecerdasan ( daya piker, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan

komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

yang sedang dilalui oleh anak tersebut.Balita adalah istilah umum bagi anak usia

1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih

tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti

mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah

bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.

Page 17: KTI

22

C. Kejadian Diare pada Balita

Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali

padabayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat

berwarnahijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

(Ngastiyah,2005). MenurutSuharyono(2008) diare adalah buang air besar

dengan frekuensi yang tidak normal(meningkat) dan konsistensi tinja yang

lebih lembek atau cair.Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial

karena diaremerupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara

berkembang,dimana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada

balita itusendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu (host),

dan faktorlingkungan (environment) (Suharyono, 2008).

Faktor penyebab (agent) yang dapat menyebabkan kejadian diare

padabalita diantaranya karena faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor

makanan(Ngastiyah, 2005). Sedangkan dari faktor penjamu (host) yang

menyebabkandiare pada balita yaitu dari faktor status gizi balita dan faktor

perilaku hygieneyang buruk misalnya dalam perilaku mencuci tangan,

kebersihan putting susu,kebersihan dalam botol susu dan dot susu pada balita.

Kemudian dari faktorlingkungan (environment) yang menyebabkan balita

terkena diare yaitu darikondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik misalnya

dalam penggunaankebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan

makanan balita(Soegijanto, 2002).

Epidemiologi DiarePenyebab diare berkisar dari 70% sampai 90%

dapat diketahui denganpasti. Penyebab diare digolongkan menjadi dua

penyebab yaitu secaralangsung dan secara tidak langsung. Penyebab langsung

Page 18: KTI

23

merupakan penyakit langsung yang disebabkan antara lain melalui infeksi

bakteri, virus dan parasit,malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun

keracunan oleh racunyang diproduksi oleh jasad ikan, buah dan sayuran.

Sedangkan penyebab tidaklangsung merupakan faktor-faktor yang

mempermudah atau mempercepatterjadinya diare seperti keadaan gizi,

sanitasi lingkungan, perilaku hidup besihdan sehat, kependudukan, sosial

ekonomi (Suharyono, 2008).

Faktor penyebab (agent) diare dapat dibagi menjadi empat faktor

yaitumeliputi faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan dan

faktorpsikologis. Faktor infeksi dibagi menjadi dua yaitu infeksi enternal

adalahinfeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama

diarepada anak, disebabkan oleh bakteri E. Coli, rotavirus, cacing, protozoa

danjamur, sedangkan infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat

pencernaanmakanan seperti Tonsilitis, Bronkopneumonia dan Ensefalitis.

Faktormalabsorbsi misalnya malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan

protein.Selanjutnya faktor makanan yaitu apabila seseorang mengkonsumsi

sepertimakanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. Apabila

seseorangmengalami ketakutan atau rasa cemas itu merupakan faktor

psikologis yangjuga dapat menyebabkan diare, biasanya terjadi pada orang

yang lebih besar(Ngastiyah, 2005).

Kemudian faktor penjamu (host) yang menyebabkan diare

yaitukeadaan gizi dan perilaku masyarakat (Soeharsono, 2006). Sedangakan

menurutYankes Pangalengan (2009), faktor penjamu yang menyebabkan

terjadinyadiare yaitu tidak memberikan ASI sampai 2 tahun, keadaan gizi

Page 19: KTI

24

yang kurang,anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4

minggu terakhirdiakibatkan dari penurunan kekebalan tubuh penderita, umur,

dan perilakumanusia yang tidak sehat.Selanjutnya faktor lingkungan

(environment) yang merupakanepidemiologi diare atau penyebaran diare

sebagian besar disebabkan karenafaktor lingkungan yaitu sanitasi lingkungan

yang buruk dan lingkungan sosialekonomi (Anne, 2008)

Sedangkan menurut Fenioktaviani (2010) Penyebab tingginya

kejadiandiare kemungkinan besar disebabkan oleh adanya berbagai macam

faktorresiko penyakit diare antara lain kondisi sanitasi lingkungan yang

kurang baik,hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi makanan yang

kurang baik,masalah nutrisi dan imunitas tubuh, pemberian ASI eksklusif

yang rendah,pemberian makanan tambahan terlalu dini, dah stress yang

berlebihan.Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat

utama.Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan

kematianterutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian

luar biasa(KLB) (Depkes RI, 2009). Penyakit diare ditularkan secara fecal-

oral melaluimakanan dan minuman yang tercemar atau kontak langsung

dengan tinjapenderita (Depkes, 2007).

Page 20: KTI

25

D. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka TeoriSuharyono (2008), Amirudin (2007)

Kebersihan Lingkungan perumahan Penyediaan air bersih Pembuangan kotoran

manusia Sampah limbah

Perilaku Ibu Mencuci tangan Mencuci

peralatan makan Memasak air Pemberian susu Mencuci mainan

anak

Status gizi

KejadianDiare pada Balita

Faktor yang berhubungan dengan kejadian diare

Page 21: KTI

26

A. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Kejadian Diare pada Balita

Penyakit yang terjadi pada balita yang ditandai dengan buang air besar dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya > 4 kali dalam sehari dengan konsistensi tinja lembek / cair bahkan dapat berupa air saja

Hasil diagnosa petugas kesehatan di Puskesmas Rawat Inap Kemiling

Catatan petugas pada rekam medik pasien

0 : Diare1 : Tidak

diare

Ordinal

Status Gizi Balita

Keadaan yang dihasilkan antara keseimbangan pemasukan dan pengeluaran yang diperoleh dari berat badan dibagi umur sesuai dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Mengukur berat badan balita

Timbangan KMS

0 : Gizi buruk jika berat badan balita dibawah garis merah dan diatas garis hijau

1 : gizi baik jika berat badan balita berada didalam garis hijau

Ordinal

Lingkungan Tempat tinggal

Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya diare meliputi: sistem pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, sistem pembuangan sampah, pembuangan air limbah, cara pembersihan lantai rumah, Sistem Lingkungan Rumah

Wawancara

Kuesioner 0 : Tidak sehat jika ada 1 atau lebih diantaranya tidak tersedia1 : Sehat Jika semua ke 5 sarana tersedia dengan baik

Ordinal

Perilaku kesehatan Ibu

Perilaku atau aktivitas ibu : kebiasaan mencuci tangan, cara mencuci tangan ibu, cara mencuci tangan anak, cara mencuci peralatan makan, memasak air, pemberian susu

Wawancara

kuesioner 0 : buruk jika nilai scoring > 56 %1 : Cukup jika nilai scoring 56%- 75%2 : baik jika nilai scoring 76 % -100%

Ordinal

Page 22: KTI

27