kti fraktur

140
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sitem Muskuluskuletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap komponen utama dari sistem muskuloskletal adalah jaringan ikat. System ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon ligamen gursa jaringan khusus yang menghubungkan struktur ini. Dalam hal ini tulang sebagai jaringan yang dinamis mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi mekanik dan metabolik. Tulang sebagai pembentuk rangka tubuh yang mempunyai bergai jenis bentuk. Menurut bentuknya tulang dibedakan tulang panjang, tulang pendek dan tulang pipih. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebab kan oleh ruda paksa atau trauma yang

Upload: harry-afrian

Post on 27-Nov-2015

349 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

fraktur

TRANSCRIPT

Page 1: KTI Fraktur

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sitem Muskuluskuletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung

jawab terhadap komponen utama dari sistem muskuloskletal adalah jaringan ikat.

System ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon ligamen gursa jaringan

khusus yang menghubungkan struktur ini. Dalam hal ini tulang sebagai jaringan

yang dinamis mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi mekanik dan metabolik.

Tulang sebagai pembentuk rangka tubuh yang mempunyai bergai jenis bentuk.

Menurut bentuknya tulang dibedakan tulang panjang, tulang pendek dan tulang

pipih.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau

tulang rawan yang umumnya disebab kan oleh ruda paksa atau trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung (R. Sjamsuhidajat Win

de Jong 1997)

Negara indonesia merupakan Negara yang berkembang yang berada dalam

taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan

mobilisasi masyrakat / mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi

peningkatan penggunaan alat-alat transportasi / kendaraan bermotor khususnya

bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehinga menambah kesemrawutan

arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan

Page 2: KTI Fraktur

2

kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermoto . Kecelakaan tersebut

sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Jumlah korban Tahun 2008 di Amerika Serikat terdapat lebih dari 135.000

kasus cedera yang di sebabkan olah raga papan selancar dan sekuter, dimana

kasus cedera terbanyak adalah Frakktur sebanyak 39 % yang sebagian besar

penderitanya laki-laki di bawah umur 15 tahun. Di Negara maju seperti Australia

masalah frakur merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendapat

perhatiaan serius, dengan jumlah korban setiap tahun 20.000 penduduk.

Sedangkan di Negara Maju lainnya seperti di Kamerun dan Maroko dimana pada

tahun 2007 perbandingan insiden frktur pada kelompok umur 50 – 65 tahun, Pria

4,2 % penduduk, dan Wanita 5,4 % penduduk. Di Maroko pada tahun 2009

insiden fraktur pada pria 43,7 % penduduk, pada wanita 52 % penduduk.

Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu 47.401 orang pada

tahun 1989, menjadi 32.815 orang pada tahun 1995. Rasio jumlah korban cedera

sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan dan rasio korban meninggal sebesar 5,63

per 100.000 penduduk. Angka kematian tertinggi berada di wilayah Kalimantan

Timur, yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di Jawa Tengah, yaitu

sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Lukman, 2009).

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2007 terdapat lebih dari

delapan juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta

orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang mengalami

prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstermitas bawah sekitar 46,2%

Page 3: KTI Fraktur

3

dari insiden kecelakaan yang terjadi.( Http:// Lukman

rohamin.Blogspot.com.html.).

Berdasarkan data Kepmenkes 116/Menkes/SK/VIII/2007 di dapatkan 25 %

penderita fraktur mengalami kematiaan, 45% mengalami cacat fisik, 15 %

mengalami stress psikologis karena cemas bahkan depressi, dan 10 % mengalami

kesembuhan dengan baik. Kecelakaan merupakan pembunuh nomor 3 di

indonesia.

Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan

keperawatan langsung kapada klien yang mengalami fraktur, sebagai mendidik

memberi kan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai

peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada

klien fraktur melalui metode ilmiah.

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada

dengan Gangguan Muskuloskletal Fraktur Tibia dan Fibula.

1.1. Tujuan Penulisan

1.1.1.Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan yang diterapkan pada pasien.

Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal Post Op Fraktur Tibia Fibula yang

dirawat di Rumah Sakit.

1.1.2.Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian dengan melakukan pendekatan secara

Sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisa dan menegakkan

diagnosa keperawatan.

Page 4: KTI Fraktur

4

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada dengan Gangguan Sistem

Muskuloskletal, Post Op Fraktur Tibia Fibula.

c. Mampu membuat perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskletal,Pots Op Fraktur Tibia Fibula.

d. Melaksanakan tindakan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Muskuloskletal Post Op Fraktur Tibia Fibula.

e. Mampu membuat evaluasi berdasarkan tindakan keperawatan yang

dilakukan.

1.2. Ruang Lingkup Masalah

Mengingat luasnya permasalahan Gangguan Sistem Muskuloskletal, maka

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membatasi ruang lingkup

Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal Post Op

Fraktur Tibia Fibula.

1.3. Metode Penulisan

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode

deskriftif yaitu metode ilmiah yang bersifat menggambarkan, mengumpulkan

data, menganalisa data dan menarik kesimpulan. Sedangkan cara

mengumpulkan data yang penulis lakukan adalah:

1.4.1. Study Literatur

Dengan cara mempelajari buku-buku perpustakaan, makalah, skripsi dalam

tulisan ini yang berhubungan dengan kasus ini.

Page 5: KTI Fraktur

5

1.4.2.Wawancara (interview)

Tanya jawab langsung dengan pasien, keluarga pasien, serta tim kesehatan

lainnya.

1.4.3.Observasi

Mengamati gejala yang muncul pada pasien dengan insfeksi, palpasi, untuk

memperoleh dan mengatasi keadaan pasien sebenarnya.

1.4.4.Dokumentasi

Dengan cara melihat dan mempelajari catatan medis dan Asuhan Keperawatan

pasien itu sendiri.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematika yang terdiri dari

5 (lima) BAB yaitu:

BAB I Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang, Tujuan Penulisan,

Ruang Lingkup, Metode Penulisan, serta Sistematika

Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka Terdiri Dari:

a. Tinjauan Pustaka Medis, yang meliputi:

Defenisi, Etiologi, Anatomi Fisiologi, Patofisiologi,

Tanda dan Gejala, Komplikasi, Penatalaksanaan Medis.

b. Tinjauan Pustaka Keperawatan, yang meliputi:

Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi,

Rasional.

Page 6: KTI Fraktur

6

BAB III : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi, catatan

perkembangan.

BAB IV : Pembahasan yang meliputi tahap pengkajian, tahap diagnosa

keperawatan, tahap intervensi, tahap implementasi, tahap

evaluasi.

BAB V : Kesimpulan dan saran.

Page 7: KTI Fraktur

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tujuan Teoritis Medis

2.1.1 . Defenisi

Fraktur adalah : Patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddrat, 2000)

2.1.2. ETIOLOGI

Fraktur dapat disebabkan oleh: pukulan langsung gaya remuk, gaya

punter, mendadak, dan kontraksi otot ekstrem (Suratun, dkk, 2008).

Trauma kerena kecelakaan dari kendaraan, jatuh, olahraga, dan sekunder dari

penyakit ostogenesis imperfekta. (Suriadi 2000).

Page 8: KTI Fraktur

8

2.1.3. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1. Anatomi Tulang (Evelyn 2007)

Tulang ialah suatu bentuk khusus jaringan ikat ditandai dengan sel bercabang

panjang - panjang dan terletak (osteosit )yang mengisi rongga-rongga (lekukan )

didalam matriks yang keras terdiri atas serabut kologen pada jaringan amorf yang

mengandung gangguan fosfat kalsium.

Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawa

dan terletak medial dari fibula atau tulang betis; tibia adalah tulang pipa dengan

sebuah batang dan dua ujung.

Page 9: KTI Fraktur

9

Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tulang

itu adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung (Evelyn, 2007).

Sendi tibia fibula dibentuk antara ujung atas dan ujung bawah,kedua tungkai

bawah batang dari tulang - tulang itu digabungkan oleh sebuah ligmen antara tulang

membentuk sebuah sendi ketiga antara tulang-tulang itu (Drs.H.Syahrifuddin, 2006).

Tulang terdiri dari

1. Tulang pipih (Tulang kepala , pelpis)

2. Tulang kobaid (Tulang Vetebrata)

3. Tulang tersilia/ tulang panjang (tulang femur, tulang fibia)

Tulang panjang terdiri dari:

1. Dinfensis (Tulang kompakta dengan rongga sum-sum tulang )

2. Efisis ( Tulang sponglosa)

Fungsi Tulang

Fungsi tulang secara umum:

1. Formasi kerangka

Tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk menentuka bentuk dan

ukuran tulang tubuh tulang -tulang menyongkong struktur tubuh yang

lain.

2. Formasi Sendi

Tulang- tulang membentuk persendiaan yang bergerak dan tidak bergerak

tergantung kebutuhan fungsional.

Page 10: KTI Fraktur

10

3. Perlengketan otot

Tulang- tulang menyediakan permukaan untuk tempat melekatnya otot.

4. Sebagai Pengungkit

Untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan.

5. Menyongkong Berat Badan

Memelihara sikap tegak tubuh manusia dan menahan gaya tarikan dan

gaya tekanan yang terjadi pada tulang.

6. Proteksi

Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi struktur

yang halus seperti otak.

7. Hemopotesis

Sumsum tulang tempat penbebntukan sel-sel darah.

8. Limfosit Imunologi

Limfosit “B” dan makrofag dibentuk dalam sistem retikuloendotel sum-

sum tulang.

9. Penyimpanan Kalsium

Tulang mengandung 97% kalsium yang terdapat dalam tubuh baik dalam

bentuk anorganik maupun garam-garam teutama kalsium fosfat.. ( Syaifudin

2006).

Page 11: KTI Fraktur

11

Fungsi Tulang Secara Khusus :

1. Sinus –sinus paranalisis dapat menimbulkan nada khusus pada suara.

2. Emai gigi di khususkan untuk memotong, mengigit dan menggilas

makanan

3. Tulang-tulang kecil telinga dalam mengkonduksi gelombang suara untuk

fungsi pendengaran.

4. Panggul wanita di khususkan untuk memudahkan proses kelahiran bayi.

5. Hilangnya kemampuan gerak, penderita mungkin biasa sedikit

menggerakkan bagian yang cedera, tetapi tidak bisa menggerakkan secara

penuh. (Syaifudin 2006).

Page 12: KTI Fraktur

Daya

Tulang

Fraktur

Resiko FrakturEmboli Paru

Emboli Lemak

Terbuka Tertutup

Infeksi

Gas Gangren

Debdridemenn Delayed Union

Debdridemen

Union Malunion

Reduksi

Pemulihan

Union

Imobilisasi

Mobilisasi

12

2.1.1. Patofisiologi

Gambar 2.2. Skema Patofisiologi ( Lukman, 2009)

Trauma

Page 13: KTI Fraktur

13

Jenis-jenis Patah Tulang

1. Fisura Tulang

Disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau oleh cedera terus menerus yang

cukup lama seperti juga di temukan pada retak stress pada struktur logam.

2. Patah tulang serong

3. Patah tulang lintang

4. Patah tulang komunitif oleh cedera hebat.

5. Patah tulang segmental karena cedera hebat.

6. Patah tulang dahan hijau, pertosttetap utuh .

7. Patah tulang kompresi akibat kekuatan besar patah tulang pendek atau

epifisis tulng pipa.

8. Patah tulang impaksi, kadang juga disebut inklavasi.

9. Patah tulang impresi.

10. Patah tulang patoogis akibat tumor tulang atau proses desktruksi lain.

( R.Sjamsuhijadat Wim De Jong, 1997)

Ciri- ciri Patah Tulang

1. Situasi sekitar menimbulkan dugaan bahwa telah terjadi cedera (tulang

mencuat keluar kulit).

2. Terasa nyeri yang menusuk pada area cedera.

3. Kelainan bentuk, kadang-kadang kepatahan tulang menyebabkan bentuk yang

tidak biasa atau pembengkokan dari bagian tubuh.

Page 14: KTI Fraktur

14

2.1.4. Manifistasi Klinis

1. Nyeri yang hilang dengan istirahat

2. Nyeri tekanan

3. Bengkak

4. Kerusakan Fungsi

5. Gerakan terbatas

6. Ekimalis disekitar fraktur

7. Status neurovaskuler pada daerah distal dari tempat fraktur mengalami

penurunan

8. Krepitus disis fraktur

9. Atropi distal

2.1.5. Komplikasi

1. Deformitas ekstermitas

2. Perbedaan panjang ekstermitas

3. Keganjilan pada sendi

4. Keterbatasa garak

5. Cedera saraf yang dapat menyebabkan mati rasa

6. Pembentukan sirkulasi

7. Kontraktur iskemik volkam

8. Ganggren

9. Sindrom Kompatemen (Celci 2002)

Page 15: KTI Fraktur

15

2.1.6. Klafikasi

Fraktur terbagi dua :

1. Fraktur tertutup

Adalah Fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga

tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan /tidak mempunyai hubungan

luar.

2. Fraktur Terbuka

Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka

pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk From Within (dari dalam),

Atau From without (dari luar). (Arif Muttaqin 20004)

Klasifikasi Fraktur berdasarkan garis Patah Yaitu:

a. Sudut Patah

1. Fraktur Transversal

Adalah fraktur yang garis patahanya tegak lurus terhadap sumbu panjang

tulang

2. Fraktur Oblik

Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang

3. Fraktur Sipiral

Timbul akibat torsi pada ektermitas

b. Fraktur Multipel pada sudut tulang

1. Fraktur Segmental

Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang menyebabkan terpisahnya

segmental dari suplai darahnya.

Page 16: KTI Fraktur

16

2. Fraktur koordinata

Adalah serpihan terputusnya kebutuhann jaringan dengan lebih dari dua

fragmen tulang.

c. Fraktur Impaksi

1 .Fraktur Kompresi

Terjadi ketika dua tulang menumpuk (akibat tubrukan) tulang ketiga yang

berada di antranya, seperti satu vetebrata dengan dua bertebrata lainnya.

Fraktur Patologik

d. Fraktur yang terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah oleh

karena tumor atau proses patologik lainnya.

e. Fraktur beban (kelelahan) lainya

1. Fraktur beban terjadi pada orang

2. Orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka

f. Fraktur Grensik

Fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak korteks dan

peridiumnya menarik utuh. Fraktur ini akan segera sembuh dan segera

mengalami nomedeling kebentuk dan fungsi normal.

g. Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon

atau pun ligament Fraktur adalah fraktur yang melibatkan sendi.

(Sylvia Anderson, 2006)

Page 17: KTI Fraktur

17

Fraktur terbagi 3 derajat yaitu :

1. Derajat I

Fraktur dengan luka kurang dari 1 cm, luka bersih yang di akibatkan oleh

proporsi tonjolan tulang kecil.

2. Derajat II

Fraktur dengan luka lebih dari 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang

luas.

3. Derajat III

Fraktur dengan luka lebih dari 1 cm dengan kerusakan yaitu dengan

cedera jaringan lunak yang masih memadai,III B, yaitu fraktur dengan

kehilangan kulit, III C, yaitu fraktur yang disertai dengan cedera arteri.

( Gustit ,Merkow dan Templemen , 2005)

2.1.2. Penatalaksanaan Medis

Pada prinsipnya terapi fraktur Tibia dan Fibula adalah reposisi dan

imobilisasi. Sebagian besar fraktur dengan sedikit kerusakan jaringan lunak

dapat diterapi secara tertutup jika praktek tak bergeser atau sedikit bergeser,

gips panjang dari paha atas sampai leher natotarsal jika fraktur bergeser ini

dapat direduksi dibawah anastesi umum dengan pengawasan sinar-x diposisi

tidak perlu tetapi penjajaran harus mendekati sempurna kemudian dipasang gips

dari paha atas leher metatarsal, kemudian posisi dicetak dengan sinar-x, tungkai

ditinggikan dan pasien diobservasi selama 48-72 jam kalau terjadi

pembengkakan gips dibelah.

Page 18: KTI Fraktur

18

Selama dua minggu posisi dicetak dengan sinar-x, gips dipertahankan

sampai fraktur dimana pada anak + 8 minggu dan orang dewasa + 16 minggu.

Proses penyembuhan fraktur :

1. Pembentukan hematom fraktur.

2. Sel radang mulai muncul pada hematom/prekaleus.

3. Pembentukan kaleus (anyaman tulang fibrosa).

4. Konsolidasi (anyaman tulang yang dirangkai kembali menjadi tulang

hamelar dan fraktur diperlukan sangat kuat).

5. Remodeling : Tulang yang baru berbentuk kembali seperti struktur

normalnya.

Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi. Dan

beberapa patah tulang dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan

dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka (terutama pada anak-

anak), tulang bahu, tulang iga, jari kaki, dan jari tangan akan sembuh sempurna.

Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digunakan (imobilisasi)

imobilisasi bisa dilakukan melalui :

1. Pembidaian

Benda keras yang ditempatkan didaerah sekeliling tulang.

2. Pemasangan Gips

Merupakan bahan kuat yang dihubungkan disekitar tulang yang patah.

3. Penarikan (traksi)

Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya.

4. Fiksasi Internal

Page 19: KTI Fraktur

19

Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batangan logam

pada pecahan-pecahan tulang merupakan pengobatan terbaik untuk patah

tulang disertai komplikasi.

2.1 Tinjauan Pustaka Keperawatan

2.1.1 Pengkajian

1. Aktivitas/Istirahat

Tanda : Keterbatasan gerak kehilangan fungsi mootorik pada bagian

yang terkena (dapat segara atau sekunder akibat pembengkakan

/nyeri). Adanya kesulitan istrahat tidur akibat dari nyeri.

2. Sirkulasi

Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap

nyeri/ansitas) atau hipotensi (hipivolomi). Takikardi (respon stress

,hipovelemia). Penurunan tak teraba nadi distal, pengisian kapiler

lammmbat (Capillaryrefill), kulit dan kuku pucat? sianotik

pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.

3. Neurosensori

Gejala : Hilang gerak, sensasi, spasme otot, kebas, kesemutan (parestesis).

Tanda : Deformitas lokal, ongulasi abnormal, pemendekann rotasi,

krepiasi, spasme otot, kelemahan/hilang fungsi. Angitasi

berhubungan dengan nyeri, ansietas, trauma lain.

Page 20: KTI Fraktur

20

4. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat terjadi cedera, (mungkin

terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang

pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan syaraf.

Spasme /kram otoot (setelah imobilisasi)

5. Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, ovulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna

pembengkakan lokal.

6. Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Lingkungan cedera. (Lukman 2009)

2.1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap trauma bila kehilangan integritas (fraktur).

Tujuan : Mempertahankan stabilitas dan posisi fraktur.

Kriteria hasil : Meningkatkan stabilitas dan posisi fraktur,

Intervensi Rasional

- Pertahankan tirah baring

ekstremitas sesuai indikasi.

Berikan sokongan sendi diatas

dan dibawah fraktur bila

bergerak/membalik.

- Letakkan papan dibawah

- Meningkatkan stabilitas,

menurunkan kemungkinan

gangguan posisi / penyembuhan.

- Tempat tidur lembut atau lentur

Page 21: KTI Fraktur

21

tempat tidur atau tempatkan

pasien pada tempat tidur

orthopedi.

- Sokong fraktur dengan

bantal/gulungan selimut.

- Tugaskan petugas yang cukup

untuk membalikan pasien

dengan gips spika.

- Evaluasi pembebat ektremitas

terhadap resolusi edema.

- Pertahankan posisi integritas

traksi.

dapat membuat deformasi gips

yang masih basah, mematahkan

gips yang sudah kering atau

mempengaruhi dengan

penarikan traksi.

- Mencegah gesekan yang perlu

dan perubahan posisi.

- Gips panggul/tubuh atau

multipasi dapat membuat berat

dan tidak praktis secara ekstrem,

kegagalan untuk menyokong

ekstremitas yang di gips dapat

menyebabkan gips patah.

- Pembebat koaptasi mungkin

digunakan untuk memberikan

mobilisasi fraktur dimana

pembengkakan jaringan

berlebihan.

- Traksi memungkinkan tarikan

pada fraktur tulang dan

mengatasi tegangan

otot/pemendekan untuk

Page 22: KTI Fraktur

22

- Yakinkan bahwasanya semua

klem berfungsi.

- Pertahankan katrol tidak

terhambat dengan beban bebas

menggantung, hindari

mengangkat/menghilangkan

berat.

- Kaji ulang tahanan yang

mungkin timbul karena terapi,

contoh pergelangan tidak

menekuk/duduk dengan traksi

Buck atau tidak memutar di

bawah pergelangan dengan

traksi Russell.

- Kaji integritas alat fiksasi

eksternal.

memudahkan posisi/penyaluran.

- Yakinkan bahwa susunan

berfungsi dengan tepat untuk

penyambungan fraktur.

- Jumlah beban traksi optimal

dipertahankan. Catatan :

memastikan gerakan bebas

beban selama mengganti posisi

pasien menghindari penarikan

berlebihan tiba-tiba pada fraktur

yang menimbulkan nyeri dan

spasme otot.

- Mempertahankan integritas

tarikan traksi.

- Traksi Hoffman memberikan

stabilisasi dan sokongan kaku

untuk tulang fraktur tanpa

menggunakan katrol, tali atau

Page 23: KTI Fraktur

23

- Kaji ulang foto/evaluasi.

- Berikan/pertahankan stimulasi

listrik bila digunakan.

beban, memungkinkan

imobilisasi/ kenyamanan pasien

lebih besar dan memudahkan

perawatan luka.

- Memberikan bukti visual

mulainya pembentukan

kalus/proses penyembuhan

untuk menentukan tingkat

aktivitas dan kebutuhan

perubahan/tambahan terapi.

- Mungkin diindikasikan untuk

meningkatkan pertumbuhan

tulang pada keterlambatan

penyembuhaan/tidak menyatu.

2. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cedera

pada jaringan lunak, ditandai dengan keluhan nyeri dan distraksi.

Tujuan : Nyeri hilang/terkontrol.

Kriteria hasil :Mampu berpartisipasi dalam aktivitas/istirahat dengan

tepat.

Page 24: KTI Fraktur

24

Intervensi Rasional

- Pertahankan imobilisasi bagian

yang sakit dengan tirah baring,

gips, pembebat.

- Tinggikan ekstremitas yang

sakit.

- Hindari penggunaan

sprei/bantal plastik di bawah

ekstermitas dalam gips.

- Tingkatkan penutup tempat

tidur, pertahankan klien

terbuka pada ibu jari kaki.

- Evaluasi nyeri, lokasi,

karakteristik, intensitas (skala

0-10). Pertahankan petunjuk

nyeri non verbal (perubahan

tanda vital dan emosi/prilaku.

- Dorong klien untuk

mengekspresikan masalah

berhubungan dengan cedera.

- Jelaskan prosedur sebelum

- Mengurangi nyeri dan mencegah

kesalahan posisi tulang/tegangan

jaringan yang cedera.

- Meningkatkan aliran balik vena,

mengurangi edema, dan nyeri.

- Meningkatkan kenyamanan

karena peningkatan produksi

panas dalam gips yang kering.

- Mempertahankan kehangatan

tubuh tanpa ketidaknyamanan

karena tekana selimut pada

bagian yang sakit.

- Mempengaruhi efektifitas

intervensi, tingkat ansietas.

Klien dapat merasakan

kebutuhan untuk menghilangkan

pengalaman terhadap nyeri.

- Membantu mengatasi ansietas.

Klien dapat merasakan

kebutuhan untuk menghilangkan

pengalaman kecelakaan.

- Memungkinkan klien untuk siap

Page 25: KTI Fraktur

25

memulai tindakan.

- Berikan obat sebelum

perawatan latihan rentang

gerak pasif/aktif.

- Lakukan dan awasi latihan

/aktivitas.

- Berikan alternative tindakan

kenyamanan, seperti pijatan

punggung, perubahan posisi.

- Dorong penggunaan untuk

periode yang manajemen

stress, seperti relaksasi

progresif, latihan nafas dalam,

imajinasi visualisasi, sentuhan

terapeutik.

- Identifikasi aktivitas terapeutik

yang tepat untuk usia klien,

secara mental dalam melakukan

aktivitas, dan berpartisipasi

dalam mengontrol tingkat

ketidaknyamanan.

- Meningkatkan relaksasi otot dan

partisipasi klien.

- Mempertahankan

kekuatan/mobilitas otot yang

sakit dan memudahkan resolusi

inflamasi pada jaringan yang

cedera.

- Meningkatkan sirkulasi umum,

menurunkan area tekanan lokal

dan kelelahan otot.

- Memfokuskan kembali

perhatian, meningkatkan rasa

control, dan dapat meningkatkan

kemampuan koping dalam

manajemen nyeri, yang mungkin

menetap yang lama.

- Mencegah kebosanan,

menurunkan ketegangan,

Page 26: KTI Fraktur

26

kemampuan fisik, dan

penampilan pribadi.

- Observasi adanya keluhan

nyeri yang tidak biasa, tiba-tiba

atau dalam, lokasi progresif

atau buruk tidak hilang dengan

analgesik.

- Lakukan kompres dingin 24-48

jam pertama sesuai kebutuhan.

- Berikan obat sesuai order:

narkotik dan analgesik non

narkotik, NSAID. Berikan

narkotik sesuai order selama 3-

5 hari.

- Berikan/awasi analgesik yang

dikontrol klien.

meningkatkan kekuatan otot.

- Dapat mengindikasikan

terjadinya komplikasi, seperti

infeksi, iskemia jaringan,

sindrom kompartemen.

- Menurunkan edema atau

pembentukan hematom,

menurunkan sensasi nyeri.

- Untuk menurunkan nyeri dan

atau spasme otot.

- Pemberian rutin

mempertahankan kadar

analgesik darah secara adekuat,

mencegah fluktuasi dalam

menghilangkan nyeri akibat

spasme/ tegangan otot.

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer terjadi interupsi

Page 27: KTI Fraktur

27

aliran darah.

Tujuan : Aliran darah kembali normal.

Kriteria hasil : Mempertahankan perfusi jaringan terhadap disfungsi

neurovaskuler perifer.

Intervensi Rasional

- Lepaskan perhiasan dari

ekstremitas yang sakit.

- Evaluasi kualitas nadi perifer

distal terhadap cedera dengan

palpasi. Bandingkan dengan

ekstremitas yang sehat.

- Kaji aliran kapiler, warna kulit,

dan kehilangan distal pada

fraktur.

- Lakukan pengkajian

neuromuskuler. Perhatikan

perubahan fungsi motorik atau

- Dapat menyebabkan

bendungan bila terjadi edema.

- Penurunan/tak adanya nadi dapat

menggambarkan cedera vaskuler

dan perlunya evaluasi medis

segera terhadap status sirkulasi.

Waspadai bahwa kadang-kadang

nadi dapat terhambat oleh bekuan

halus dimana pulsasi mungkin

teraba.

- Kembalinya harus cepat (<3).

Warna kulit putih menunjukkan

gangguan arterial. Sianotik

diduga ada gangguan vena.

- Perasaan kebas, kesemutan,

peningkatan penyebaran nyeri

terjadi bila sirkulasi pada syaraf

Page 28: KTI Fraktur

28

sensori. Minta klien untuk

melokalisasi nyeri.

- Tes sensasi syaraf perifer

dengan menusuk pada kedua

selaput antara ibu jari pertama

dan kedua, kemudian kaji

kemampuan untuk dorsofleksi

ibu jari bila diindikasikan.

- Kaji jaringan sekitar akhir gips

untuk titik kasar/tekanan.

Selidiki keluhan “rasa

terbakar” dibawah gips.

- Awasi posisi/lokasi cincin

penyokong bebat.

- Pertahankan peninggian

ekstremitas yang cedera

kecuali ada kontra indikasi,

seperti adanya sindrom

kompartemen.

tidak adekuat atau syaraf rusak.

- Panjang dan posisi syaraf perifer

meningkatkan resiko cedera pada

adanya fraktur kaki,

edema/sindrom kompartemen,

atau malposisi alat traksi.

- Faktor ini disebabkan atau

mengindikasikan tekanan

jaringan/iskemia, menimbulkan

kerusakan/nekrosis.

- Alat traksi dapat menyebabkan

tekanan pada pembuluh darah

saraf, terutama pada aksila dan

lipat paha, mengakibatkan

iskemia dan kerusakan saraf

permanen.

- Meningkatkan drainase

vena/menurunkan edema.

Page 29: KTI Fraktur

29

- Kaji keseluruhan panjang

ekstremitas yang cedera untuk

pembengkakan/pembentukan

edema.

- Perhatikan keluhan nyeri

ekstrem untuk tipe cedera atau

peningkatan nyeri pada

gerakan pasif ekstremitas,

terjadinya parestesia, tegangan

otot/nyeri tekan dengan

eritema, dan perubahan nadi

distal.

- Selidiki tanda iskemia

ekstremitas tiba-tiba, contoh

penurunan suhu kulit, dan

peningkatan nyeri.

- Dorong pasien untuk secara

rutin latihan jari / sendi distal

cedera. Ambulasi sesegera

mungkin.

- Selidiki nyeri tekan,

- Peningkatan lingkar ekstremitas

yang cedera dapat diduga ada

pembengkakan jaringan/edema

umum tetapi dapat menunjukkan

perdarahan.

- Perdarahan/pembentukan edena

berlanjut dalam otot tertutup

dengan fasia ketat dapat

menyebabkan gangguan aliran

darah dan iskemia miositis atau

sindrom kompartemen, perlu

intervensi darurat untuk

menghilangkan

tekanan/memperbaiki sirkulasi.

- Dislokasi fraktur sendi dapat

menyebabkan kerusakan arteri

yang berdekatan, dengan akibat

hilangnya aliran darah ke distal.

- Meningkatkan sirkulasi dan

menurunkan pengumpulan darah

khususnya pada ekstremitas

Page 30: KTI Fraktur

30

pembengkakan pada

dorsofleksi kaki.

- Awasi tanda vital.

- Tes feses/aspirasi gaster

terhadap darah nyata.

- Berikan kompres es sekitar

fraktur sesuai indikasi.

- Bebat/buat spalk sesuai

kebutuhan.

- Kaji /awasi tekanan

intrakompartemen.

- Siapkan intervensi bedah

( fibulektomi/fasiotomi).

bawah.

- Terjadi peningkatan potensial

untuk tromboflebitis dan emboli

paru pada pasien imobilisasi

selama 5 hari atau lebih.

- Ketidak adekuatan volume

sirkulasi akan mempengaruhi

sistem perfusi jaringan.

- Peningkatan insiden perdarahan

gaster menyertai fraktur/trauma.

- Menurunkan

edema/pembentukan hematoma,

yang dapat mengganggu

sirkulasi.

- Mungkin dilakukan pada

keadaan darurat.

- Peninggian tekanan kebutuhan

evaluasi segera dan intervensi.

- Mempercepat tindakan

pembedahan.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan, pertukaran gas dan perubahan aliran

darah/emboli lemak.

Page 31: KTI Fraktur

31

Tujuan : Pertukaran gas tidak terjadi.

Kriteria hasil : Mempertahankan fungsi pernafasan adekuat dibuktikan

tidak adanya syanosis, frekuensi pernafasan dalam batas

normal.

Intervensi Rasional

- Awasi frekuensi pernafasan

dan upayanya.

- Auskultasi bunyi nafas,

perhatikan terjadinya ketidak-

samaan bunyi hiperesonan juga

adanya gemericik/ronki/mengi

dan inspirasi mengorok/bunyi

sesak napas.

- Atasi jaringan cedera tulang

dengan lembut, khusuisnya

selama beberapa hari pertama.

- Instruksikan dan bantu dalam

latihan napas dalam dan batuk.

- Perhatikan peningkatan

kegelisahan, kacau, letargi,

stupor.

- Observasi sputum untuk tanda

- Takipnea, dispnea dan

perubahan dalam mental dan

tanda dini insufisiensi

pernafasan dan mungkin hanya

indikator terjadinya emboli paru

pada tahap awal.

- Perubahan dalam/adanya bunyi

adventisus menunjukkan

tejadinya komplikasi

pernapasan.

- Ini dapat mencegah terjadinya

emboli lemak.

- Meningkatkan ventilasi alveolar

dan perfusi.

- Gangguan pertukaran

Page 32: KTI Fraktur

32

adanya darah.

- Infeksi kulit untuk ptekie

diatas garis putting pada sila,

meluas ke abdomen/tubuh,

mukosa mulut, palatum keras,

kantung konjungtiva dan

retina.

- Bantu dalam spirometri

insentif.

- Berikan tambahan 02 bila

diindikasikan.

gas/adanya emboli paru dapat

menyebabkan penyimpangan

pada tingkat kesadaran pasien

seperti terjadinya

hipoksemia/asidosis.

- Hemodialisa dapat terjadi

dengan emboli paru.

- Ini adalah karakteristik paling

nyata dari tanda emboli lemak,

yang tampak dalam 2-3 hari

setelah cedera.

- Memaksimalkan

ventilasi/oksigenasi.

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler ditandai dengan ketidakmampuan untuk bergerak sesuai

tujuan dalam lingkungan fisik.

Tujuan : Mobilitas fisik stabil.

Kriteri hasil : - Mempertahankan mobilitas fisik

Page 33: KTI Fraktur

33

- Memperhatikan posisi fungsional.

- Mampu melakukan aktivitas.

Intervensi Rasional

- Kaji imobilisasi yang

dihasilkan oleh

cedera/pengobatan dan

perhatikan persepsi pasien

terhadap imobilisasi.

- Dorong partisipasi pada

aktivitas terapeutik rekreasi.

- Dorong penggunaan latihan

isometrik mulai dengan

tungkai yang tidak sakit.

- Berikan papan kaki, bebat

pergelangan, gulungan

trokanter/tangan yang sesuai.

- Berikan dalam posisi telentang

secara periodik bila mungkin.

- Pasien mungkin dibatasi oleh

pandangan diri persepsi tentang

keterbatasan fisik aktual

memerlukan informasi untuk

kemajuan kesehatan.

- Memberikan kesempatan untuk

mengeluarkan energi,

memfokuskan kembali perhatian.

- Kontraksi otot isometrik tanpa

menekuk sendi atau

menggerakkan tungkai dan

membantu mempertahankan

kekuatan dan massa otot.

- Berguna dalam mempertahankan

posisi fungsional ekstremitas,

tangan/kaki dan mencegash

komplikasi.

- Menurunkan resiko kontraktur

fleksi panggul.

Page 34: KTI Fraktur

34

- Instruksikan dorong

menggunakan trapeze dan

pasca posisi untuk fraktur

tungkai bawah.

- Berikan atau bantu dalam

mobilisasi dengan kursi roda,

tongkat sesegera mungkin.

- Bantu dalam perawatan diri/

kebersihan.

- Awasi TD dengan melakukan

aktivitas.

- Ubah posisi secara periodik

dan dorong untuk latihan

batuk/napas dalam.

- Auskultasi bising usus.

- Dorong peningkatan masukan

cairan 2000-3000 ml/hari.

Termasuk air asam/jeruk.

- Berikan diet tinggi protein,

karbohidrat, vitamin dan

- Memudahkan gerakan selama

hygiene/perawatan kulit.

- Mobilisasi dini menurunkan

komplikasi tirah baring.

- Hipotensi postural adalah masalah

umum menyertai Tirah baring

lama dan dapat memerlukan

intervensi khusus.

- Mencegah dan menurunkan

komplikasi kulit/pernapasan.

- Tirah baring, penggunaan

analgesik, dan perubahandalam

keadaan diet.

- Mempertahankan hidrasi tubuh,

menurunkan resiko infeksi.

- Pada adanya cedera

muskuloskletal.

- Penambahan bulk pada feses

Page 35: KTI Fraktur

35

mineral.

- Tingkatkan jumlah diet kasar.

Batasi makanan pembentuk

gas.

- Konsul dengan ahli terapi fisik/

okupasi/rehabilitasi spesialis.

- Lakukan program defekasi

sesuai indikasi.

- Rujuk ke perawat spesialis

psikiatrik klinikal.

membantu mencegah konstipasi.

- Berguna dalam membuat aktivitas

individual/program latihan.

- Dilakukan untuk meningkatkan

evakuasi usus.

- Pasien/orang terdekat

memerlukan tindakan intensif.

- Berguna dalam membuat aktivitas

individual / program latihan

pasien dapat berlatih aktivitas.

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan

dengan cedera tusuk, fraktur terbuka ditandai dengan nyeri, kebas dan

gangguan permukaan kulit.

Tujuan : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria hasil : Mengatakan ketidaknyamanan hilang mencapai penyembu-

han luka sesuai waktu.

Intervensi Rasional

- Balik pasien dengan sesering

mungkin jika dapat dilakukan.

- Bersihkan kulit dengan air

- Meminimalkan tekanan pada

sekitar tepi gips.

- Menurunkan kadar kontaminasi

Page 36: KTI Fraktur

36

sabun hangat.

- Berikan tintur bezoin gunakan

plester fraksi kulit.

- Tandai garis dimana plester

keluar sepanjang ekstremitas.

- Letakkan bantal pelindung

dibawah kaki dan diatas

tonjolan tulang.

- Palpasi jaringan tiap hari dan

catat nyeri tekan.

- Tekuk ujung kawat/pen dengan

karet atau gabus pelindung.

- Beri bantal/pelindung dari kulit

domba, busa.

- Gunakan tempat tidur busa

bantal apung atau kasur udara

sesuai indikasi.

kulit.

- Kekuatan untuk penggunaan

traksi plester, traksi melingkar

tungkai dapat mempengaruhi

sirkulasi.

- Memungkinkan untuk

pengkajian cepat terhadap benda

yang terselip.

- Meminimalkan tekanan pada

zona ini.

- Bila zona dibawah plester nyeri

tekan ada iritasi kulit dan

siapkan untuk membuka balutan.

- Mencegah cedera pada bagian

kulit lain.

- Mencegah tekanan berlebihan

pada kulit meningkatkan

evaporasi kelembaban yang

menurunkan resiko nekrosis.

- Karena imobilisasi bagian tubuh

tonjolan dari zona yang sakit

oleh gips mungkin sakit karena

Page 37: KTI Fraktur

37

penurunan sirkulasi.

7. Resiko tinggi terhadap infeksi dan prosedur infasif dan traksi tulang.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu tidak

terjadi demam.

Inetrvensi Rasional

- Infeksi kulit adanya intraksi

atau robekan kontinuitas.

- Kaji sisa pen/kulit perhatikan

keluhan peningkatan nyeri,

rasa terbakar atau adanya

edema entema drainase/bau tak

enak.

- Berikan perawatan kawat/pen

steril.

- Observasi luka perubahan

warna kulit, bau drainase yang

tak enak.

- Pen atau kawat tidak harus

dimasukkan melalui kulit yang

terinfeksi atau abrasi.

- Dapat mengidentifikasi

timbulnya infeksi lokal inekrosis

jaringan yang dapat

menimbulkan osteomielesis.

- Mencegah kontaminasi silang

dan kemungkinan infeksi.

- Tanda perkiraan infeksi gangren.

Page 38: KTI Fraktur

38

- Berikan obat sesuai indikasi.

- Bantu prosedur. Contoh

insisi/drainase, therapy 02.

- Siapkan pembedahan sesuai

indikasi.

- Antibiotik spektrum luas dapat

digunakan secara profilaktik atau

dapat ditujukan pada

mikroorganisme khusus.

- Banyak prosedur dilakukan pada

pengobatan infeksi lokal gangren

gas.

- Sequestrektomi (pengangkatan

tulang nekrotik) perlu untuk

membantu pengobatan dan

mencegah perluasan proses

infeksi.

8. Kurangnya pengetahuan terhadap prognosis penyakit berhubungan dengan

salah interpretasi dirtandai dengan sering bertanya dan permintaan

informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien meningkat.

Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman tentang penyakit.

Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan

menjelaskan alasan tindakan.

Page 39: KTI Fraktur

39

Intervensi Rasional

- Kaji ulang patologis prognosis

dan harapan yang akan datang.

- Beri pengetahuan metode

mobilisasi dan ambulansi

sesuai dengan terapi fisik bila

diindikasikan.

- Dorong pasien untuk

melanjutkan latihan aktif untuk

sendi atas dan bawah fraktur.

- Memberikan dasar pengetahuan

pasien dapat membuat pilihan

informasi.

- Banyak fraktur yang

memerlukaan gips, gabat atau

penjepit selama proses

penyembuhan, kerusakan lanjut

dapat terjadi sekunder terhadap

ketidaktahuan penggunaan alat

ambulansi.

- Mencegah kekakuan sendi

kontraktur dan kelelahan otot,

meningkatkan kembali aktifitas

Page 40: KTI Fraktur

40

- Diskusikan pentingnya

perjanjian evaluasi klinis.

- Kaji ulang perawatan pen/luka

yang tepat.

sehari-hari secara dini.

- Penyembuhan fraktur

memerlukan waktu tahunan

untuk sembuh lengkap dan kerja

sama dengan pasien membantu

untuk penyatuan yang tepat.

- Menurunkan resiko

tulang/jaringan daru infeksi yang

dapat berlanjut menjadi

osteomelitis.

(Marillyn. E. Doenges, 2000)

Page 41: KTI Fraktur

41

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Pengkajian

I. Identitas Pasien

An.J dengan jenis klamin laki-laki, tempat dan tanggal lahir Lampung, 14 Agustus

1997. Pendidikan SMP dan menganut Agama Kristen Protestan. Pasien bertempat

tinggal di Jln. Tanah Jawa Panambean Marjanji Kab. Simalungun. Belum menikah,

bersuku bangsa Batak / Indonesia dan masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah

dr.Pirngadi Kota Medan pada tanggal 17 Maret 2013. Dengan diangnosa Post Op

Fraktur Tibia Fibula Sinistra, dan dirawat sekarang di ruang VII dengan nomor RM.

00.87.54.61.

II. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang :

1. Tanda Vital

TD : 118 / 75 mmHg S : 35 0 C

HR : 80 x / i BB : 47 kg

RR : 20 x / i TB : 160 cm

Page 42: KTI Fraktur

42

2. Alasan masuk ke Rumah Sakit

Pasien datang ke RSU Dr. Pirngadi Medan tanggal 17 Maret 2013

melalui UGD dengan keluhan kaki sebelah kiri pasien mengalami

patah tulang kecelakaan dari mobil Pick up.

3. Keluhan Utama :

Nyeri adanya patah tulang dibagi anterior (depan) tulang tibia dan

fubula dengan intensitas nyeri (4-6). Pasien tidak bisa berjalan.

- Faktor Pencetus : Kerena kecelakaan

- Lamanya keluhan : 1 hari yang lalu

- Upaya yang dilakukan : Pasien di bawah ke Rumas sakit Dr.

Pirngadi kota Medan

- Faktor yang memperberat : Terputusnya kontinius jaringan tulang

- Dimana lokasinya : Fraktur dibagian tibia dan fibula

sinistra

- Kapan mulai timbul : Sering

- Bagaimana terjadinya : Bertahap

- Diangnosa medis : Post Op Fraktur Tibia dan Fibula

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Informasi yang diperoleh pada saat pengkajian, pasien menumpang mobil pick

up terbuka. Pasien terjatuh dan kemudian di lindas oleh sepeda motor yang

melintas di belakang mobil pick up tersebut. Menyebabkan tulang tibia fibula

sinistra fraktur. Pasien menyatakan belum pernah di operasi dan tidak memiliki

riwaya alergi

Page 43: KTI Fraktur

43

.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Penjelasan :

Pasien berinisisal An. J anak Pertama dari 3 bersaudara anak dari Tn. W dan

Ny. R pada saat ini dirawat diruang VII. Dengan kondisi Fraktur Tibia Fibula

Sinistra dan sudah dilakukan tindakan infasif pembedahan dengan Debridement

dan pemasangan Backslab. Pada saat pengkajian, pasien terpasang Backslab

bagian extremitas bawah Sinistra dengan kondisi luka bekas operasi ± 10 cm,

sudah mulai mengering dengan jumlah jahitan 10 jahitan. Intensitas nyeri sedang

(4-6).

d. Pola kebiasaan sehari- hari

Tn. W Ny. R RR

15 Thn

Page 44: KTI Fraktur

44

1. Biologi

No Pola Sebelum Masuk RS Setelah Masuk RS

1. Nutrisi

- Pola makan

- Makanan yang disukai

- Diet

- Pola minum

- Jenis minuman

- Banyaknya

- Minuman yang disukai

3 x Sehari

Nasi Goreng

Makanan biasa

7 – 8 gls/ hari

Air putih

7 – 8 gls / hari

Jus

3 x Sehari

Tidak ada

Makanan biasa

5 – 6 gls / hari

Air putih

4 – 5 gelas

Tidak ada

2. Pola Tidur

- Kebiasaan tidur malam

- Kebisaan tidur siang

- Kesulitan tudur

- Cara mengatasinya

6 – 8 jam

1 – 2 jam

Tidak ada

Tidak ada

7 jam

2 – 3 jam, tidak teratur

Tidak ada

Tidak ada

3. Pola Eleminasi Fekal / BAB

- Frekuensidan benyaknya

- Konsistensi dan warna

1 kali sehari

Lembek dan

Kekuning - kuningan

1 x sehari

Lembek dan

Kekuning – kuningan

4. Pola Eleminasi Urine

Frekuensi dan banyak nya 1500 - 2000 cc / hari 1000 – 1500 cc / hari

Page 45: KTI Fraktur

45

- Kejernihan dan warnanya Jernih kekuning–

kuningan

Jernih kekuning – kuningan

5. Pola Aktivitas

- Pekerjaan sekarang

- Lama bekerja

Pelajar

Tidak tentu

Tidak ada

Tidak ada

6. Pola Hygiene Personal

- Kebiasaan mandi

- Menggosok gigi

- Mencuci rabut

- Memotong kuku

- Hambatan dalam personal

Hygiene

2 x sehari

2 x sehari

1 x sehari

1 x seminggu

Tidak ada

1 x sehari

1 x sehari

Tidak tentu

1 x seminggu

Ada, Pasien di bantu oleh

keluarganya ke toilet.

2. Psikologis

Presepsi penyakit pasien mengerti tentang penyakitnya dan optimis unuk

sembuh,konsep diri baik, pasien berharap cepat sembuh, emosi pasien stabil,

pasien dapat beradaptasi dengan baik, mekanisme pertahanan diri baik, pasien

slalu berdoa agar penyakitnya segera sembuh.

3. Sosial

Page 46: KTI Fraktur

46

Hubungan antara anggota kelurga pasien harmonis, Pasien dapat membina

hubungan dengan orang lain. Respon pasien terhadap lawan bicara baik,

komunikasi 2 arah. Bahasa yangg digunakan sehari-hari adalah bahasa Batak dan

Indonesia.

4. Spiritual

Pola ibadah pasien taat beribadah. Mengikuti kebaktian, keyakinan tentang

kesehatan, pasien yakin akan sembuh dengan pengobatan dan perawatan di rumah

sakit .

III. Pemeriksaan Fisik

A. Tanda – tanda Vital . Tgl: 08 April 2013

Pasien berinisial An.J pada saat ini dirawat diruang VII dengan kondisi

Fraktur tibia fibula sinistra. Tinggkat kesadarannya compos mentis, suhu 350 C,

tekann darah 118 / 75, Nadi / denyut jantung 80 x / i, pernafasan 20 x / i, tinggi

badan 160 cm dan berat badan 47 kg.

B. Head to toe dan pengkjiaan system

1. Kepala.

Bentuk kapala pasien bulat, posisi simetris kanan dan kiri, warna rambut

hitam, ikal, kulit kepala bersih tidak ada keluhan pada kepala.

2. Mata / Pengelihatan.

Bentuk mata pasien bulat, tidak ada anemis pada konjungtiva, pupil

isokor kanan dan kiri, dan keadaan simetrisi, ketajaman pengelihatan baik

(dapat membaca buku ± 30 cm). Refleks cahaya baik, tidak memakai alat

Page 47: KTI Fraktur

47

bantu dan tidak ditemukan tanda-tanda peradangan, serta kebutuhan pada

lensa.

3. Hidung / Penciuman.

Posisi simetris kanan dan kiri. Tidak ada peradangan, perdarahan dan

sumbatan (polip). Fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau parfum

dan buah mangga).

4. Tenggorokkan.

Pasien tidak mengalami kesulitan menelan dan tidak ada tanda-tanda

peradangan pada kelenjar thyroid.

5. Telinga / Pendengaran.

Bentuk dan posisi telinga pasien simetris kanan dan kiri, tidak ada

ditemukan tanda-tanda peradangan, perdarahan. Fungsi pendengaran

pasien baik dan dapat mendengar suara panggilan keluarganya. Pasien

tidak memakai alat bantu pendengaran dan tidak ada keluhan.

6. Mulut dan Gigi.

Bibir dan mukosa gusi pasien lembab, tidak ada masalah pada lidah,

terdapat caries gigi, tidak ada pembengkakan tonsil, fungsi pengecapan

baik, tidak ditemukan tanda-tanda peradangan dan perdarahan.

Nutrisi :

Jenis diet makanan biasa, nafsu makan pasien baik. Tidak ada smasalah

seperti mual dan muntah. Intake 1500-2000 ml /hari OutPut 1000-1500

ml/hari, terpasang infuse RL 20 gtt / i.

Page 48: KTI Fraktur

48

7. Thorak.

Bentuk thorak pasien simetris kanan dan kiri. Bunyi nafas vesikuler dan

teratur. Jenis pernafasan thorakoabdominal, sesak (-) dan nyeri dada (-).

8. Sirkulasi.

HR : 80 x / i tidak terjadi haematoma pada (fraktur) dan terpasangnya

backslab pada kaki sebelah kiri.

9. Abdomen.

Bentuk abdomen pasien simetris kanan dan kiri, turgor kulit baik, tidak

ada pembesaran hepar, ginjal tidak teraba, bising usus 12 x/I, tidak ada

nyeri abdomen, fungsi pencernaan baik.

10. Genetalia.

Kebersihan genetalia terjaga karena pasien dapat menjaga personal

hygiene (genetalia) dengan baik, tidak ada peradangan, alat genetalianya

terjaga kebersihannya.

11. Genitounaria.

Pasien tidak memakai kateter karena dapat bereleminasi kekamar mandi

dan tidak ada masalah, hematuri tidak ada, inkontinensia urine out put tidak

tentu tetapi ke kamar mandi perlu dibantu keluarganya seperti BAK, ini di

karenakan Tibia Fibula Sinistra terpasang beckslab.

12. Ekstermitas Atas.

Bentuk simetris kanan dan kiri, rentang gerak normal, tangan kiri

terpasang infuse RL. 20 gtt / i. Post tranfusi darah 700 cc (RBC) Free

operasi.

Page 49: KTI Fraktur

49

13. Ekstermitas Bawah.

Terjadi fraktur tibia dan fibula sinistra, dengan indikasi pemasangan

Backslab. Rentang gerak tidak baik ( harus di gerakkan perlahan ) elastis

dan skala nyeri ( 4 – 6), berjalan dengan menggunakan tongkat dan kadang

- kadang di bantu oleh keluarganya bila ingin ke toilet.

14. Neurologis.

Tingkat kesadaran pasien compos mentis dengan, dapat berorientasi

dengan baik terhadap orang lain, dapat mengenal perawat, keluarga dan

pasien lain diruangannya.

15. Muskuloskletal.

Terjadi gangguan integritas tulang (fraktur) dan luka bekas operasi

dengan tindakan pembedahan debridement dan backslab.

Page 50: KTI Fraktur

50

DATA PENUNJANG / PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal Pemeriksaan : 17 Maret 2013-06-03

No.RM : 00.87.54.61

Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHEMATOLOGI

Darah RutinWBCRBCHGBHCTMCVMCHPLT

Glukosa AdrondomUreum

CreatininUric Acid

Atrium, kalium, cloridaNatriumKalium

107003,398,125,474,923,9

18100010837

1,056,81434,0

4000 – 10000 / UL4,5 – 5,5 / 10 6 / UL

13 – 16 / gr / dl39,0 – 48,0 / %80,0 – 97,0 / FL27,0 – 33,7 / pg

150000 – 440000 / UL<140 mg / dl /

10 – 50 mg / dl / 0,6 – 1,2 mg / dl /3,5 – 7,0 mg / dl /

136 – 155 mmol / dl /3,5 – 5,5 mmol / dl /

Therapy :

1. Infus RL. 20 gtt / i

2. Inj. Terfacef 1 gr / 12 jam

3. Inj. Metronidazole 500 mg / 12 jam

4. Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam

5. Inj. Ranitidine 1 amp / 8 jam

6. Inj. Gentamycin 80 mg / 12 jam

Page 51: KTI Fraktur

51

ANALISA DATA

No Data Kemungkinan penyebab Masalah

1. Ds : Pasien mengatakan

nyeri pada kaki kiri

dengan intensitas

nyeri sedang(4-6)

Do : Pasien tampak

meringis kesakitan

dan tidak tampak

haematoma pada sisi

fraktur. Terpasang

backslab dengan

kondisi luka bersih.

TD : 118 / 75 mmHg

HR : 80 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 35 ºc

Trauma

Fraktur Tibia Fibula dan

terpasang backslab

Nyeri

Nyeri

Page 52: KTI Fraktur

52

2. Ds : Pasien mengatakan

kaki kiri sulit

untuk digerakkan.

Do : Aktivitas pasien

dibantu keluarganya.

Terpasang

infuse RL 20 gtt/ i

pada tangan kiri,

backslab terpasang

daerah fraktur.

Post op Fraktur Tibia

Fibula sinistra

Keterbatasan gerak

Intoleransi aktivitas

Imobilisasi

Imobilisasi

3. Ds : Pasien mengatakan

susah untuk bergerak

karena kaki kiri

terdapat luka bekas

operasi.

Do : Pada bagian anterior

Kaki kiri pasien

tampak luka bekas

operasi ± 10 cm,

dengan 10 jahitan.

Terpasang backslab.

Trauma

langsung/kecelakaan

Open fraktur

Post op debridement dan

backslab

Luka operasi masih basah

Resiko tinggi infeksi

Resiko tinggi

infeksi

Page 53: KTI Fraktur

53

3.2. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan trauma ditandai dengan pasien meringis

kesakitan dan tidak tampak haematoma pada sisi fraktur. TD : 118/75

mmHg, HR : 80 x / i, RR : 20 x / i Temp : 35 ºc.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan post op fraktur tibia fibula

ditandai dengan Aktivitas pasien dibantu keluarganya. Terpasang infus RL

20 gtt / i pada tangan kiri, backslab terpasang daerah fraktur.

3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan post operasi

debridement dan backslab. Tampak ada luka bekas operasi ± 10 cm,

dengan jumlah jahitan 10 jahitan.

Page 54: KTI Fraktur

54

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : An. J Tanggal Masuk : 17 Maret 2013

J. Kelamin : Laki - laki Ruangan : VII / VIII

Tanggal : 10 April 2013 Diagnosa Medis : Fraktur Tibia dan

Fibula sinistra

No Tanggal Data Diagnosa Keperawatan Tujuan / KH Rencana KeperawatanIntervensi Rasional

1 10 – 04-2013 Ds : Pasien mengatakan

nyeri pada kaki kiri.

Dengan intensitas

nyeri sedang (4-6).

Do : Pasien tampak

meringis

kesakitan dan tidak

Nyeri berhubungan

dengan trauma ditandai

dengan pasien meringis

kesakitan dan tidak

tampak haematoma pada

sisi fraktur.

Nyeri hilang

K/H :

Melaporkan nyeri

hilang / terkontrol.

- Pertahankan

imobilisasi

bagian yang

sakit.

- Tinggikan dan

dukung daerah

- Menghilangkan

nyeri dan

mencegah

kesalahan

posisi tulang.

- Meningkatkan

aliran balik

Page 55: KTI Fraktur

55

tampak

haematoma pada sisi

fraktur.

TD : 118/75 mmHg

HR : 80 x / i

RR : 20 x / i

Temp : 35 ˚c.

TD : 118/75 mmHg,

HR : 80 x/I,

RR : 20 x/i

Temp : 35 ºc.

yang cedera.

- Atur posisi yang

Nyaman.

- Evaluasi keluhan

nyeri dan skala

nyeri.

- Lakukan jadwal

perawatan luka

yang telah

dianjurkan

vena.

- Memberikan

posisi yang

nyaman pada

pasien.

- Meningkatkan

kenyamanan

pasien dan

mengetahui

skala nyeri.

- Mencegah

terjadinya

infeksi.

Page 56: KTI Fraktur

56

dokter setiap

hari.

- Jelaskan

Prosedur

Sebelum

Melakukan

tindakan.

- Dorong pasien

untuk

mendiskusikan

- Memumingkan

pasien untuk siap

secara mental

untuk aktivitas dan

berpartisipasi

dalam tindakan

pengobatan.

- Membantu

menghilangkan

ansietas.

Page 57: KTI Fraktur

57

masalah

sehubungan

dengan cedera.

- Kolaborasi

dengan dokter

dalam

pengobatan.

- Menentukan

pengobatan yang

tepat.

2 11-04 -2013 Ds : Pasien mengatakan

kaki kirinya sulit

digerakkan.

Do : Aktivitas pasien

dibantu keluarganya.

Terpasang infus RL

20 gtt / i pada tangan

Kerusakan mobilitas

fisik berhubungan

dengan post op fraktur

tibia fibula dextra

ditandai dengan

Aktivitas pasien dibantu

keluarganya. Terpasang

infuse RL 20 gtt / i pada

Mobilitas fisik

stabil.

K/H :

Mampu melakukan

aktivitas.

- Kaji mobilitas

fisik yang

dihasilkan oleh

cedera.

- Instrusikan pada

pasien untuk

bantu dalam

- Pasien mungkin

dibatasi oleh

pandangan dari

keterbatasan fisik

aktual.

- Meningkatkan

aliran darah ke

otak dan tulang

Page 58: KTI Fraktur

58

kiri. Backslab

terpasang pada

daerah fraktur.

tangan kiri, backslab

terpasang daerah

fraktur.

rentang gerak

aktif pada

ekstremitas yang

sakit dan yang

sehat.

- Perhatikan

balutan / perban

elastis.

- Bantu dalam

mobilisasi

dengan tongkat.

- Berikan

untuk

meningkatkan

tonus otot.

- Mencegah

terjadinya

penyatuan fraktur

yang salah.

- Menurunkan

komplikasi tirah

baring.

- Membantu proses

penyembuhan

Page 59: KTI Fraktur

59

diet tinggi protein

karbohidrat dan

kalsium.

- Kolaborasi

dengan dokter

dala pengobatan.

dengan diet yang

baik.

- Menentukan

pengobatan

yang tepat.

3 12-04-2013 Ds : Pasien mengatakan

susah untuk bergerak

karena kaki kiri

terdapat luka operasi.

Do : Pada bagian

anterior Kaki

kiri pasien

tampak ada luka

bekas operasi ± 10

Resiko tinggi terjadinya

infeksi berhubungan

dengan post operasi

debridement dan

backslab.

Infeksi tidak

terjadi.

K/H :

Mencapai

penyembuhan luka

sesuai waktu, tidak

terjadi demam.

- Kaji tanda-tanda

infeksi.

- Observasi luka,

perubahan warna

kulit, bau yang

kurang sedap.

- Anjurkan pada

- Dapat

mengidentifikasi

terjadinya infeksi.

- Tanda perkiraan

infeksi ganggren.

- Mencegah

Page 60: KTI Fraktur

60

cm, dengan jumlah

jahitan 10 jahitan.

Terpasan backslab.

pasien untuk tidak

menyentuh luka

bekas operasi.

- Pantua TTV

pasien.

- Gunakan anti

septic (sabun)

untuk mencuci

tangan.

- Kolaborasi

dengan dokter

dalam pengobatan

terjadinya

kontaminasi yang

menyebabkan

infeksi.

- Mengetahui

keadaan umum

pasien.

- Mencegah

terjadinya infeksi

silang.

- Menentukan

pengobatan yang

tepat.

Page 61: KTI Fraktur

61

Page 62: KTI Fraktur

62

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : An.J Tanggal Masuk : 17 Maret 2013

J.Kelamin: Laki – laki Ruangan : VII

Tanggal : 10 – 04 2013 Dx Medis : Fraktur Tibia Dan Fibula

Sinistera

Hari / Tanggal

No. DX

Jam Implementasi Jam Evaluasi

Rabu

10-04-2013

08.30

08.30

08.35

08.40

- Mempertahankan

mobilisasi bagian yang

cedera dengan tirah

baring.

- Meninggikan bagian kaki

yang cedera dengan 1

bantal.

- Mengatur posisi pasien

yang nyaman dengan

memberikan 1 bantal

yang tinggi dan

merapikan tempat tidur.

- Mengevaluasi adanya

keluhan nyeri dan skala

nyeri 4 – 6 (sedang)

13.00

S : Pasien mengatakan

kaki kirinya masih

terasa sakit.

O : Pasien masih tampak

meringis kesakitan.

TD : 118 / 75 mmHg

HR : 80 x / i

RR : 20 x / i

T : 350c

A : Masalah belum

teratasi.

P : Rencana tindakan

dilanjutkan.

Page 63: KTI Fraktur

63

12.00

12.10

12.40

ditandai dengan pasien

masih tampak meringis

kesakitan.

- Menjelaskan prosedur

tindakan saat akan

memberi injeksi

Gentamycin 80 mg/12

jam.

- Memotivasi pasien agar

mau mendiskusikan

masalah sehubungan

dengan cedera.

- Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

obat.

- Infus RL. 20 gtt / i

- Inj. Terfacef 1 gr / 12

jam

- Inj. Gentamycin 80 mg /

12 jam

- Inj. Metronidazole 500

mg / 12 jam

- Inj. Ketorolac 1 amp / 8

Page 64: KTI Fraktur

64

jam

- Inj. Ranitidine 1 amp/8

jam

Rabu

10-04-2013

2 09.00

09.10

09.15

09.20

10.00

- Mengkaji imobilitas fisik

yang dihasilkan cedera

(fraktur) pasien tidak

dapat menggerakan jari –

jari kakinya.

- Menginstruksikan pasien

untuk melatih gerak aktif

pada kaki yang cedera

dengan cara

menggerakkan jari – jari

kakinya.

- Memperhatikan

balutan/perban elastis

masih terpasang dengan

tepat.

- Membantu pasien

menggunakan tongkat

saat berjalan.

- Memberikan diet tinggi

protein karbohidrat dan

14.00

S : Pasien mengatakan

kaki kirinya tidak

dapat digerakkan

spontan dan tidak

dapat melakukan

aktivitas.

O : Pasien dibantu

keluarga dalam

melakukan aktivitas

(berjalan kekamar

mandi akan BAK).

Terpasang infus RL

20 gtt/i, dibagian

tangan kiri, terpasang

backslab kaki kirinya.

A : Masalah belum

teratasi

P : Rencana tindakan

Page 65: KTI Fraktur

65

11.40

kalsium yaitu makanan

biasa + sup.

- Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

obat

- Infus RL. 20 gtt/i

- Inj. Terfacef 1 gr/12 jam

- Inj. Gentamycin 80

mg/12 jam

- Inj. Metronidazole 500

mg/12 jam

- Inj. Ketorolac 1 amp/8

jam

- Inj. Ranitidine 1 amp/8

jam

dilanjutkan.

Rabu

10-04-2013

3 08.50

10.00

- Mengkaji perubahan rasa

nyeri dengan bertanya

langsung pada pasien

skala nyeri 4 – 6

- Mengobservasi

perubahan warna kulit

untuk mendeteksi tanda –

14.35

S : Pasien mengatakan

susah untuk bergerak

karena kaki sebelah

kirinya terdapat luka

bekas operasi.

O : Pada bagian anterior

kaki kiri pasien

tampak luka bekas

Page 66: KTI Fraktur

66

10.00

12.00

13.00

13.30

tanda infeksi, tidak

tampak kemerahan pada

sekitar luka, luka tidak

bau.

- Menganjurkan pasien

agar tidak menyentuh

bagian luka operasi.

- Memantau TTV pasien

TD : 110 / 70 mmHg

HR : 82 x/i

RR : 22 x/i

T : 36,5 0c

- Menggunakan antiseptik

saat cuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan

tindakan.

- Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

obat.

operasi ±10 cm,

backslab.

A : Masalah belum

teratasi.

P : Rencana tindakan

dilanjutkan.

Page 67: KTI Fraktur

67

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : An.J Tanggal Masuk : 17 Maret 2013

J.Kelamin : Laki – laki Ruangan : VII

Page 68: KTI Fraktur

68

Tanggal : 11 April 2013 Dx Medis : Fraktur Tibia dan Fibula

Sinistera

Hari / Tanggal

No. DX

Jam Implementasi Jam Evaluasi

Kamis

11-04-2013

1 08.30

08.30

08.35

08.40

- Mempertahankan

mobilisasi bagian yang

cedera dengan tirah

baring.

- Meninggikan bagian kaki

yang cedera dengan 1

bantal.

- Mengatur posisi pasien

yang nyaman dengan

memberikan 1 bantal

yang tinggi dan

merapikan tempat tidur.

- Mengevaluasi adanya

keluhan nyeri dan skala

nyeri 4 – 6 (sedang)

ditandai dengan pasien

masih tampak meringis

12.30

S : Pasien mengatakan

kaki kirinyanya masih

terasa sakit.

O : Pasien masih tampak

meringis kesakitan.

TD : 118 / 75 mmHg

HR : 80 x / i

RR : 20 x / i

T : 350c

A : Masalah belum

teratasi.

P : Rencana tindakan

dilanjutkan.

Page 69: KTI Fraktur

69

12.00

12.10

12.40

kesakitan.

- Menjelaskan prosedur

tindakan saat akan

memberi injeksi

Gentamycin 80 mg/12

jam.

- Memotivasi pasien agar

mau mendiskusikan

masalah sehubungan

dengan cedera.

- Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

obat.

- Infus RL. 20 gtt/i

- Inj. Terfacef 1 gr/12 jam

- Inj. Gentamycin 80

mg/12 jam

- Inj. Metronidazole 500

mg/12 jam

- Inj. Ketorolac 1 amp/8

jam

- Inj. Ranitidine 1 amp/8

Page 70: KTI Fraktur

70

jam

Kamis

11-04-2013

2 09.00

09.10

09.15

09.20

10.00

- Mengkaji imobilitas fisik

yang dihasilkan cedera

(fraktur) pasien tidak

dapat menggerakan jari –

jari kakinya.

- Menginstruksikan pasien

untuk melatih gerak aktif

pada kaki yang cedera

dengan cara

menggerakkan jari – jari

kakinya.

- Memperhatikan

balutan/perban elastis

masih terpasang dengan

tepat.

- Membantu pasien

menggunakan tongkat

saat berjalan.

- Memberikan diet tinggi

protein karbohidrat dan

kalsium yaitu makanan

14.00

S : Pasien mengatakan

kaki kirinyanya tidak

dapat digerakkan

spontan dan tidak

dapat melakukan

aktivitas.

O : Pasien dibantu

keluarga dalam

melakukan aktivitas

(berjalan kekamar

mandi akan BAK).

Terpasang infus RL

20 gtt/i, dibagian

tangan kiri, terpasang

backslab kaki kirinya

.

A : Masalah belum

teratasi

P : Rencana tindakan

dilanjutkan.

Page 71: KTI Fraktur

71

11.40

biasa + sup.

- Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

obat

- Infus RL. 20 gtt/i

- Inj. Terfacef 1 gr/12 jam

- Inj. Gentamycin 80

mg/12 jam

- Inj. Metronidazole 500

mg/12 jam

- Inj. Ketorolac 1 amp/8

jam

- Inj. Ranitidine 1 amp/8

jam

Kamis

11-04 2013 3 08.50 - Mengkaji perubahan

rasa nyeri dengan

bertanya langsung

pada pasien skala

nyeri 4 – 6

14.35

S : Pasien mengatakan

susah untuk bergerak

karena kaki sebelah

kirinya terdapat luka

Page 72: KTI Fraktur

72

10.00

10.00

12.00

13.00

13.30

- Mengobservasi

perubahan warna kulit

untuk mendeteksi tanda –

tanda infeksi, tidak

tampak kemerahan pada

sekitar luka, luka tidak

bau.

- Menganjurkan pasien

agar tidak menyentuh

bagian luka operasi.

- Memantau TTV pasien

TD : 118 / 75 mmHg

HR : 80 x/i

RR : 20 x/i

T : 35 0c

- Menggunakan antiseptik

saat cuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan

tindakan.

- Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

bekas operasi.

O : Pada bagian anterior

kaki kiri pasien

tampak luka bekas

operasi ±10 cm,

dengan 10 jahitan

terpasang backslab.

A : Masalah belum

teratasi.

P : Rencana tindakan

dilanjutkan.

Page 73: KTI Fraktur

73

obat.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : An. J Tanggal Masuk : 17 Maret 2013

J.Kelamin : Laki – laki Ruangan : VII

Page 74: KTI Fraktur

74

Tanggal : 12 April 2013 Dx Medis : Fraktur Tibia dan Fibula

Sinistera

Hari / Tanggal

No. DX

Jam Implementasi Jam Evaluasi

jumat

12-04-2013

1 08.30

08.30

08.35

08.40

- Mempertahankan

mobilisasi bagian yang

cedera dengan tirah

baring.

- Meninggikan bagian kaki

yang cedera dengan 1

bantal.

- Mengatur posisi pasien

yang nyaman dengan

memberikan 1 bantal

yang tinggi dan

merapikan tempat tidur.

- Mengevaluasi adanya

keluhan nyeri dan skala

nyeri 4 – 6 (sedang)

ditandai dengan pasien

masih tampak meringis

12.30 S : Pasien mengatakan

kaki kirinya masih

terasa sakit.

O : Pasien masih tampak

meringis kesakitan.

TD : 118 / 75 mmHg

HR : 80 x / i

RR : 20 x / i

T : 350c

A : Masalah belum

teratasi.

P : Rencana tindakan

dilanjutkan.

Page 75: KTI Fraktur

75

12.00

12.10

12.40

kesakitan.

- Menjelaskan prosedur

tindakan saat akan

memberi injeksi

Gentamycin 80 mg/12

jam.

- Memotivasi pasien agar

mau mendiskusikan

masalah sehubungan

dengan cedera.

- Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

obat.

- Infus RL. 20 gtt/i

- Inj. Terfacef 1 gr/12 jam

- Inj. Gentamycin 80

mg/12 jam

- Inj. Metronidazole 500

mg/12 jam

- Inj. Ketorolac 1 amp/8

jam

- Inj. Ranitidine 1 amp/8

Page 76: KTI Fraktur

76

jam

Jumat

12-04-2013 2 09.00

09.10

09.15

09.20

10.00

- Mengkaji imobilitas fisik

yang dihasilkan cedera

(fraktur) pasien tidak

dapat menggerakan jari –

jari kakinya.

- Menginstruksikan pasien

untuk melatih gerak aktif

pada kaki yang cedera

dengan cara

menggerakkan jari – jari

kakinya.

- Memperhatikan

balutan/perban elastis

masih terpasang dengan

tepat.

- Membantu pasien

menggunakan tongkat

saat berjalan.

- Memberikan diet tinggi

protein karbohidrat dan

kalsium yaitu makanan

14.00 S : Pasien mengatakan

kaki kirinya tidak

dapat digerakkan

spontan dan tidak

dapat melakukan

aktivitas.

O : Pasien dibantu

keluarga dalam

melakukan aktivitas

(berjalan kekamar

mandi akan BAK).

Terpasang infus RL

20 gtt/i, dibagian

tangan kiri, terpasang

backslab kaki kiri.

A : Masalah belum

teratasi

P : Rencana tindakan

dilanjutkan.

Page 77: KTI Fraktur

77

11.40

biasa + sup.

- Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

obat

- Infus RL. 20 gtt/i

- Inj. Terfacef 1 gr/12 jam

- Inj. Gentamycin 80

mg/12 jam

- Inj. Metronidazole 500

mg/12 jam

- Inj. Ketorolac 1 amp/8

jam

- Inj. Ranitidine 1 amp/8

jam

Jumat

12-04-2013

3 08.50

10.00

- Mengkaji perubahan rasa

nyeri dengan bertanya

langsung pada pasien

skala nyeri 4 – 6

- Mengobservasi

perubahan warna kulit

untuk mendeteksi tanda –

tanda infeksi, tidak

14.35 S : Pasien mengatakan

susah untuk bergerak

karena kaki sebelah

kirinya terdapat luka

bekas operasi.

O : Pada bagian anterior

kaki kiri pasien

tampak luka bekas

Page 78: KTI Fraktur

78

10.00

12.00

13.00

13.30

tampak kemerahan pada

sekitar luka, luka tidak

bau.

- Menganjurkan pasien

agar tidak menyentuh

bagian luka operasi.

- Memantau TTV pasien

TD : 118 / 75 mmHg

HR : 80 x/i

RR : 20 x/i

T : 35 0c

- Menggunakan antiseptik

saat cuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan

tindakan.

- Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

obat.

operasi ±10 cm,

A : Masalah belum

teratasi.

P : Rencana tindakan

dilanjutkan.

Page 79: KTI Fraktur

79

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan muskuloskuletal fraktur tibia dan fibula post op debridement

dan pemasangan backslab di ruang VII RSU dr. Pirngadi kota medan yang di

Page 80: KTI Fraktur

80

observasi 3 hari, maka penulis akan membahas setiap permasalahan dan kesenjangan

yang di jumpai pada asuhan keperawatan pada kasus pasien.

Dalam hal ini penulis akan membahas melalui tahapan – tahapan proses

keparawatan yaitu : pengkajian, diangnosa keperawatan, intervensi, implementasi,

dan evaluasi.

4.1. Tahap Pengkajian

Didalam tahap pengkajian penulis mengadakan wawancara langsung pada

pasien. Pengkajian diawali dari pengumpulan data tentang identitas pasien, riwayat

kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan sekarang dan kebiasaan hidup sehari-hari.

Selama pasien dirawat dirumah sakit dilakukan pengkajian yang meliputi bio,

psiko, sosio dan spiritual. Selain itu juga didukung oleh data yang ada dalam catatan

keperawatan / studi dokumentasi yang mendukung pengkajian penulis.

Adapun data yang penulis temukan pada teori dan tidak ditemukan pada kasus

fraktur meliputi :

a. Keterbatasan fungsi / kehilangan fungsi pada bagian yang cedera

b. Pembengkakan / hematoma pada sisi fraktur

c. Spasme otot

d. Deformitas, pemendekan otot, keterbatasan gerak

e. Nyeri

f. Perdarahan atau perubahan warna kulit

Page 81: KTI Fraktur

81

g. Hipertensi, hipotensi, takikardia, tidak ada nadi pada bagian distal, pengisian

kapiler lambat dan parastesis.

Dari data-data tersebut (secara teori) ada beberapa data yang tidak penulis

temukan pada kasus antara lain :

a. Pemendekan Tulang

Pada kasus An. J tidak terdapat adanya deformitas. Karena sudah dilakukan

tindakan infasif pembedahan debridement dan backslab serta fraktur tampak

bersih.

b. Hipertensi, hipotensi, takikardia, tidak ada nadi pada bagian distal, pengisian

kapiler lambat dan parastesis tidak penulis temukan pada kasus karena pada

saat pengkajian penulis mendapatkan TTV pasien, TD : 118 / 75 mmHg, HR :

80 x/i, RR : 20 x/i, S : 35 0c. Karena fraktur yang dialami An. J sudah

dilakukan tindakan infasif pembedahan debridement dan pemasangan

backslab dengan grade III dan kemungkinan sangat kecil.

4.2. Tahap Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan dalam tinjauan teoritis penulis menemukan 8

(delapan) diagnosa keperawatan yaitu :

1. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas

tulang (fraktur).

2. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak.

Page 82: KTI Fraktur

82

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neuromuskuler perifer berhubungan dengan

penurunan aliran darah.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan aliran darah.

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler.

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

imobilisasi.

7. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Dari diagnosa keperawatan diatas tersebut ada beberapa diagnosa

keperawatan yang tidak penulis temukan pada kasus antara lain :

1. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas

tulang (fraktur).

Hal ini tidak ditemukan karena pasien sudah menjalani tindakan infasif

pembedahan dengan debridement dan pemasangan backslab.

2. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan

penurunan aliran darah, cedera vaskuler.

Menurut teori hal ini terjadi karena penurunan aliran darah, cedera vaskuler.

sedangkan pada kasus ini tidak dijumpai. Dimana dijumpai data terabanya

nadi, TTV stabil, pengeluaran urine normal dan kulit hangat.

Page 83: KTI Fraktur

83

3. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan aliran darah, emboli lemak.

Hal ini tidak ada ditemukan pada kasus dibuktikan dengan tidak adanya

syanosis, frekwensi pernafasan 20 x/i.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

imobilisasi fisik.

Hal ini tidak ditemukan dalam kasus karena pasien hanya mengalami fraktur

tibia fibula sinistra dan sebagian anggota gerak yang lain dapat digerakkan

dengan normal kecuali daerah yang dioperasi. Maka dalam hal ini tidak

terdapat kerusakan integritas kulit.

5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Hal ini tidak ditemukan pada kasus karena pasien memiliki keluarga yang

memberikan pengetahuan dan informasi tentang penyakitnya.

Sedangkan 3 (tiga) diagnosa yang penulis temukan pada An. J ada pada

diagnosa keperawatan tinjauan pustaka.

4.3. Tahap Intervensi

Berdasarkan dari intervensi pada diagnosa yang sama pada teori dan pada

kasus tidak semua direncanakan.

1. Nyeri.

Page 84: KTI Fraktur

84

Pada teori terdapat intervensi untuk mengatasi nyeri dengan melakukan

kompres dingin (es) 20 – 28 jam pertama sesuai keperluan. sedangkan pada

kasus An. J hal ini tidak dilakukan karena luka tidak terjadi hematoma tetapi

luka yang ada akibat insisi post operasi debridement dan pemasangan

backslab.

2. Kerusakan Mobilitas Fisik.

Pada teori yang terdapat pada intervensi untuk mengatasi kerusakan

mobilitas fisik dengan konsul, dengan ahli terapi fisik / okupasi. Tetapi pada

kasus An. J kerusakan mobilitas fisik hanya ditangani dengan tindakan

mandiri saja misalnya melatih untuk menggerakkan kaki perlahan – lahan

melatih berjalan dengan tongkat.

3. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi

Hal ini tidak ditemukan pada kasus An. J karena infeksi / ganggren tidak

terjadi dan intervensi persiapan pembedahan sesuai indikasi. Hal ini juga tidak

terdapat pada kasus An.J karena sudah dilakukan debridement dan

pemasangan backslab sebelumnya, dan tidak di jumpai tanda - tanda infeksi.

4.4. Tahap Implementasi

Pada tahap ini penulis melaksanakan semua yang sesuai dengan apa yang

direncanakan, pada prinsipnya semua yang direncanakan pada setiap diagnosa

Page 85: KTI Fraktur

85

keperawatan dapat dilaksanakan pada pasien tersebut dan sebelumnya penulis

memilih tindakan keperawatan yang sudah diberikan pada pasien.

Selama pelaksanaan penulis menemukan beberapa faktor pendukung dalam

melaksanakan tindakan keperawatan yaitu : adanya kerja sama perawat ruangan

dengan penulis, adanya kerjasama antara penulis dengan tim kesehatan lainnya

dan adanya kerjasama antara penulis dengan pasien itu sendiri.

Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan tindakan yaitu :

implementasi yang diharapkan tidak sesuai dengan intervensi yang ada

sehingga adanya keterbatasan dalam pemberian tindakan. Dan tindakan yang

diberikan hanya berdasarkan kepada implementasi yang sudah tercantum pada

rencana keperawatan. Sedangkan faktor penghambat lainnya dalam pelaksanaan

tindakan yaitu: keterbatasan waktu, dari penulis untuk melakukan tindakan

keperawatan pada pasien.

4.5. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi ini merupakan penilaian terhadap hasil dari tindakan yang

dilakukan pada tahap pelaksanaan.

Adapun diagnosa yang terdapat pada kasus antara lain :

a. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak ditandai dengan pasien

meringis kesakitan. TD : 118 / 75 mmHg, HR : 80 x/i, RR : 20 x/i, T : 35 0. S :

Pasien mengatakan susah untuk bergerak karena kaki sebelah kiri terdapat

Page 86: KTI Fraktur

86

luka bekas operasi. O : Pada bagian anterior kaki kiri pasien tampak luka

bekas operasi ± 10 cm dengan jumlah jahitan 10 jahitan, terpasang backslab di

kaki kiri, A : Masalah belum teratasi, P : Rencana tindakan dilanjutkan.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neurovaskuler ditandai dengan aktivitas dibantu keluarganya. Terpasang infus

RL 20 gtt/i pada tangan kiri, terpasang backslab pada, kaki kiri, teratasi pada

hari ke-5. sedangkan diagnosa yang sebagian masalahnya teratasi yaitu nyeri

berhubungan dengan cedera jaringan lunak ditandai dengan pasien meringis

kesakitan. TD : 118 / 75 mmHg, RR : 20 x/i, T : 350c, sehingga rencana

dilanjutkan oleh perawat ruangan. S : Pasien mengatakan susah bergerak

karena kaki kiri terdapat luka bekas operasi 10 cm, terpasang backslab di kaki

kiri. O : Pada bagian anterior kaki kiri pasien tampak ada luka bekas operasi ±

10 cm dengan jumlah jahitan 10 jahitan. Terpasang backslab di kaki kiri A :

Masalah sebagian teratasi, P : Intervensi dilanjutkan.

c. Resiko tinggi infeksi Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan

post operasi debridement dan backslab. Terpasang infus RL 20 gtt/i pada

tangan kiri, terpasang backslab pada, kaki kiri, teratasi pada hari ke-5.

sedangkan diagnosa yang sebagian masalahnya teratasi yaitu nyeri

berhubungan dengan cedera jaringan lunak ditandai dengan pasien meringis

kesakitan. TD : 118 / 75 mmHg, RR : 20 x/i, T : 350c, sehingga rencana

dilanjutkan oleh perawat ruangan. S : Pasien mengatakan susah bergerak

karena kaki kiri terdapat luka bekas operasi 10 cm, terpasang backslab di kaki

kiri. O : Pada bagian anterior kaki kiri pasien tampak ada luka bekas operasi ±

Page 87: KTI Fraktur

87

10 cm dengan jumlah jahitan 10 jahitan. Terpasang backslab di kaki kiri

A : Masalah sebagian teratasi, P : Intervensi dilanjutkan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan, penulis membuat kesimpulan :

Page 88: KTI Fraktur

88

1. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/ruda paksa atau tenaga fisik yang

ditentukan jenis dan luasnya trauma.

2. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur

dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau

kecelakaan. Sedangkan pada usia lanjut (usila) prevalensi cenderung lebih

banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang

terkait dengan perubahan hormon

3. Pada kondisi lebih lanjut, penderita fraktur kemungkinan besar akan

mengalami tindakan amputasi apabila kondisi fraktur tidak tertolong.

4. Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan

mengimobilisasi bagian fraktur, hal ini adalah salah satu metode mobilisasi

fraktur dengan Fiksasi Interna melalui Operasi Orief. Penanganan tersebut

dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

5. Keberhasilan tindakan asuhan keperawatan pada pasien fraktur sangat

tergantung kerja sama antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan dalam hal

pengobatan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

6. Pada prinsipnya terapi fraktur Tibia dan Fibula adalah reposisi dan

imobilisasi.

7. Imobilisasi pada pasien fraktur bisa dilakukan melalui :

1. Pembidaian

Benda keras yang ditempatkan didaerah sekeliling tulang.

2. Pemasangan Gips

Page 89: KTI Fraktur

89

Merupakan bahan kuat yang dihubungkan disekitar tulang yang patah.

3. Penarikan (traksi)

Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada

tempatnya.

4. Fiksasi Internal

Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batangan

logam pada pecahan-pecahan tulang merupakan pengobatan terbaik untuk

patah tulang disertai komplikasi.

5.2. Saran

Adapun saran penulis antara lain :

1. Diharapkan kepada keluarga, masyarakat terutama pasien lebih berhati – hati

dalam mencegah terjadinya suatu trauma yang dapat menyebabkan fraktur.

2. Diharapkan kepada pasien fraktur agar dapat mengikuti terapi yang diberikan

selama perawatan dan juga pengobatan.

3. Diharapkan kepada pasien fraktur agar dapat melakukan mobilisasi atau

gerakan-gerakan agar melatih daerah fraktur untuk dapat kembali normal.