hubungan penyakit jantung rematik dengan pendidikan terakhir orang tua

Upload: hendra-pajan

Post on 02-Jun-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    1/29

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyakit jantung rematik adalah peradangan jantung dan jaringan parut dipicu

    oleh reaksi autoimun terhadap infeksi streptokokus grup A. Penyakit jantung

    rematik (PJR) adalah komplikasi yang paling serius dari demam rematik. Demam

    rematik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif yang

    digolongkan pada kelainan vaskular kolagen atau kelainan jaringan ikat. Proses

    rematik ini merupakan reaksi peradangan yang dapat mengenai banyak organ

    tubuh terutama jantung, sendi dan sistem saraf pusat. 1

    Penyakit demam rematik dan gejala sisanya, yaitu penyakit jantung

    rematik, merupakan jenis penyakit jantung didapat yang paling banyak dijumpai

    pada populasi anak-anak dan dewasa muda. Demam rematik akut terjadi pada

    0,3% kasus faringitis oleh Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A (SGA) pada

    anak. Sebanyak 39% dari pasien dengan demam rematik akut akan berkembang

    menjadi pankarditis dengan berbagai derajat disertai insufisiensi katup, gagal

    jantung, perikarditis, dan bahkan kematian. Pada penyakit jantung rematik kronik,

    pasien dapat mengalami stenosis katup dengan berbagai derajat regurgitasi,

    dilatasi atrium, aritmia, dan disfungsi ventrikel.2

    Pada tahun 1994, WHO memperkirakan sekitar 12 juta orang di seluruh

    dunia menderita demam rematik dan penyakit jantung rematik (PJR), dimana 3

    juta orang di antaranya mengalami komplikasi berupa gagal jantung. Angka pasti

    prevalens dan insidens demam rematik sulit didapatkan terutama di Negara

    berkembang. Berdasarkan beberapa survei yang dilakukan oleh WHO antara

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    2/29

    2

    tahun 1986-1999, diperkirakan insidens demam rematik pada anak sekolah

    berkisar 0,2 kasus per 1.000 anak di Kuba sampai 77,8 kasus per 1.000 anak di

    Samoa. Insidens demam rematik pada anak sekolah bervariasi mulai 1/100.000 di

    Kosta Rika sampai 150/100.000 di Cina. Secara epidemiologis kelompok umur

    yang paling sering mengalami faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Beta

    Hemolitikus Grup A (SGA) adalah usia sekolah (6-15 tahun). 3

    Di beberapa Negara berkembang temasuk Indonesia, demam rematik (DR)

    dan penyakit jantung rematik (PJR) masih merupakan masalah medis dan masalah

    kesehatan masyarakat yang penting. Tingginya angka kejadian di Negara

    berkembang berhubungan dengan rendahnya sosial ekonomi, kepadatan

    penduduk, serta kurangnya pelayanan kesehatan yang memadai. Hal ini terbukti

    dari insidens DR dan prevalensi PJR sampai saat ini tak banyak berubah. Sampai

    akhir tahun 1997 prevalensi PJR di Jakarta hampir sama dengan tahun-tahun

    sebelumnya yaitu berkisar 0,3-0,8 per 1000 anak sekolah dengan rentang usia 5-

    15 tahun. 4

    Uraian di atas menunjukkan bahwa penyakit jantung rematik pada anak

    merupakan penyakit yang cukup serius. Oleh karena itu penulis merasa tertarik

    untuk meneliti mengenai Hubungan antara Penya kit Jantung Rematik pada Anak

    dengan Status Pendidikan terakhir Orang tua di RSUP Prof. DR. R. D. KandouManado periode tahun 2009 - 2014.

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    3/29

    3

    B. Rumusan masalah

    - Apakah ada hubungan antara penyakit jantung rematik pada anak dengan

    status pendidikan terakhir orang tua?

    C. Tujuan penelitian

    - Untuk menganalisis hubungan antara penyakit jantung rematik pada anak

    dengan status pendidikan terakhir orang tua.

    D. Hipotesis

    - H0 = Tidak terdapat hubungan antara penyakit jantung rematik pada

    anak dengan status pendidikan terakhir orang tua.

    - H1 = Terdapat hubungan antara penyakit jantung rematik pada anak

    dengan status pendidikan terakhir orang tua.

    E. Manfaat penelitian

    1. Bagi masyarakat

    Diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan

    tentang hubungan penyakit jantung rematik pada anak dengan status

    pendidikan terakhir orang tua.

    2.

    Bagi penelitiDiharapkan peneliti mampu menerapkan disiplin ilmu dalam

    menganalisis dan mengolah data, sehingga dapat dituangkan menjadi suatu

    karya tulis ilmiah.

    3. Bagi pendidikan

    Dapat menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    4/29

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anatomi Jantung

    Jantung adalah organ muskular yang berlubang yang berfungsi sebagai

    pompa ganda sistem kardiovaskuler. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru

    sedangkan sisi kiri jantung memompa darah ke seluruh tubuh. 5

    Jantung merupakan organ yang terdiri atas beberapa lapisan, seperti

    perikardium, miokardium, dan endokardium. Perikardium terdiri atas lapisan

    viseral bagian dalam yang menutupi jantung dan lapisan parietal luar yang

    membentuk kantung perikardium. 6 Permukaan jantung yang diliputi oleh lapisan

    viseral disebut dengan epikardium, yang meluas sampai beberapa sentimeter di

    atas pangkal aorta dan arteri pulmonal yang selanjutnya akan berefleksi menjadi

    lapisan parietal. 7

    Miokardium terdiri atas serat otot lurik mengandung miofibril yang terdiri

    dari unit kontraktil berulang secara serial yang disebut sarkomer. Lapisan ini

    merupakan otot utama jantung yang melaksanakan pemompaan untuk

    mensirkulasi darah. Endokardium merupakan lapisan yang membatasi permukaandalam ruang jantung dan katup jantung. 6,7

    Jantung mempunyai 4 ruang yang terdiri dari atrium kanan, ventrikel

    kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Atrium kanan adalah tempat mengalirnya

    darah vena yang sebelumya mengalir ke dalam jantung melalui vena cava superior

    dan inferior. 7

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    5/29

    5

    Secara fungsional ventrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk dan alur

    keluar. Ruang alur masuk ventrikel kanan dibatasi oleh katup trikuspid trabekel

    anterior dan dinding inferior ventrikel kanan berbentuk corong yang disebut

    dengan infundibulum atau kanus arteiosus. Ventrikel kanan ini memiliki ketebalan

    dinding kurang dari 0,5 cm. 6,7

    Atrium kiri memiliki tebal dinding 3 mm, sedikit lebih tebal daripada

    dinding atrium kanan dan menerima darah dari 4 vena pulmonal yang bermuara

    pada dinding postero superior atau postero lateral. Ventrikel kiri berbentuk

    lonjong dan tebalnya adalah 2-3 kali lipat dinding ventrikel kanan, sehingga

    menempati 75 % massa otot jantung seluruhnya. 7

    Jantung mempunyai empat katup utama yang terbuat dari jaringan

    endokardium. Katup merupakan bangunan mirip penutup yang membuka dan

    menutup sebagai respon terhadap pemompaan jantung. Katup terletak pada daerah

    jantung, seperti katup bikuspidal (antara atrium kanan dan ventrikel kanan), katup

    pulmonal (antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal), katup mitral (antara atrium

    kiri dan ventrikel kiri), dan katup aorta (antara ventrikel kiri dan aorta). 5

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    6/29

    6

    a. Gambar jantung bagian luar

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    7/29

    7

    b. Gambar jantung bagian dalam

    Gambar 2.1. Gambar Anatomi Jantung 8

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    8/29

    8

    2.2. Sifat-Sifat Otot Jantung

    Otot jantung mempunyai sifat-sifat khas, seperti ritme, konduktivitas (daya

    hantar), dan kontraksi. Ritme merupakan kesanggupan otot jantung secara

    otomatis dan periodik untuk mengadakan rangsangan. Konduktivitas (daya hantar)

    adalah kesanggupan otot jantung menghantarkan rangsang melalui jaringan

    khusus maupun miokard. Kontraksi merupakan kesanggupan otot jantung

    memompa darah yang masuk sewaktu diastol keluar dari ruang jantung. 7

    2.3. Denyut Jantung

    Pada orang dewasa denyut jantung rata-rata 70 kali per menit dan

    memompa darah 70 mililiter setiap denyut. Denyut jantung tersebut dapat

    menurun pada waktu tidur sebanyak 10-20 kali per menit dan dapat meningkat

    dalam keadaan emosi sampai mencapai di atas 100 kali. Sedangkan pada waktu

    banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 kali per menit dengan

    volume denyutan lebih dari 150 mililiter yang membuat daya pompa jantung

    sampai 10-20 liter setiap menit. 9

    2.4. Penyakit Jantung Rematik (PJR)

    2.4.1. Definisi PJR

    Menurut WHO, Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah cacat jantung

    akibat karditis rematik. 1 Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah penyakit jantung

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    9/29

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    10/29

    10

    bertambah secara bermakna. Hal ini bisa dikatakan bahwa insufisiensi mitral

    merupakan klasifikasi ringan, karena tidak terdapat kardiomegali yang merupakan

    salah satu gejala gagal jantung.13

    Tanda-tanda fisik insufisiensi mitral utama tergantung pada keparahannya.

    Pada penyakit ringan, tanda-tanda gagal jantung tidak akan ada. Pada insufisiensi

    berat, terdapat tanda-tanda gagal jantung kongestif kronis, meliputi kelelahan,

    lemah, berat badan turun, pucat. 14

    b. Stenosis Mitral

    Stenosis mitral merupakan kelainan katup yang paling sering diakibatkan

    oleh PJR. Perlekatan antar daun-daun katup, selain dapat menimbulkan

    insufisiensi mitral (tidak dapat menutup sempurna) juga dapat menyebabkan

    stenosis mitral (tidak dapat membuka sempurna). Ini akan menyebabkan beban

    jantung kanan akan bertambah, sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kanan yang

    dapat menyebabkan gagal jantung kanan. Dengan terjadinya gagal jantung kanan,

    stenosis mitral termasuk ke dalam kondisi yang berat. 13,14

    c. Insufisiensi Aorta (Regurgitasi Aorta)

    PJR menyebabkan sekitar 50% kasus regurgitasi aorta. Pada sebagian

    besar kasus ini terdapat penyakit katup mitralis serta stenosis aorta. 6 Regurgitasi

    aorta dapat disebabkan oleh dilatasi aorta, yaitu penyakit pangkal aorta.

    Kelainanini dapat terjadi sejak awal perjalanan penyakit akibat perubahan-perubahan yang

    terjadi setelah proses radang rematik pada katup aorta. Insufisiensi aorta ringan

    bersifat asimtomatik. Oleh karena itu, insufisiensi aorta juga bisa dikatakan

    sebagai klasifikasi PJR yang ringan. Tetapi apabila penderita PJR memiliki

    insufisiensi mitral dan insufisiensi aorta, maka klasifikasi tersebut dapat dikatakan

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    11/29

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    12/29

    12

    berkisar 0,2 kasus per 1.000 anak di Kuba sampai 77,8 kasus per 1.000 anak di

    Samoa. Insidens demam rematik pada anak sekolah bervariasi mulai 1/100.000 di

    Kosta Rika sampai 150/100.000 di Cina. Secara epidemiologis kelompok umur

    yang paling sering mengalami faringitis yang disebabkan oleh GABHS adalah

    usia sekolah (6-15 tahun). 3

    Insidens PJR tertinggi dilaporkan terjadi pada suku Samoan di Kepulauan

    Hawaii sebesar 206 penderita per 100.000 penduduk pada periode tahun 1980-

    1984. 15 Prevalens PJR di Ethiopia (Addis Ababa) tahun 1999 adalah 6,4 per

    100.000 penduduk pada kelompok usia 5-15 tahun. Dari klasifikasi PJR, yakni

    stenosis mitral, ditemukan perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki

    dengan perbandingan 7:1. 12

    2.5.2. Faktor Risiko

    Faktor risiko yang berpengaruh pada timbulnya PJR dibagi menjadi faktor

    intrinsik dan faktor ekstrinsik.

    Faktor intrinsik, antara lain :

    a. Demam Rematik (DR)

    a.1. Definisi DR

    Menurut WHO, definisi DR adalah sindrom klinis sebagai salah satu

    akibat infeksi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup A , yang ditandai olehsatu atau lebih manifestasi mayor (karditis, poliartritis, chorea, nodul subkutan,

    dan eritema marginatum) dan mempunyai ciri khas untuk kambuh kembali.

    Menurut Stollerman, DR adalah penyakit radang yang terjadi akibat sekuele akhir

    infeksi faring dengan Streptococcus beta hemolitycus grup A. Penyakit ini

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    13/29

    13

    terutama mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat, kulit, dan jaringan

    subkutan. 1,3

    a.2. Etiologi DR

    Infeksi Streptococcus beta hemolitycus group A pada tenggorok selalu

    mendahului terjadinya DR, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.

    Untuk menyebabkan serangan DR, Streptococcus beta hemolitycus group A harus

    menyebabkan infeksi pada faring, bukan hanya kolonisasi superfisial. Strain

    tertentu dari Streptococcus beta hemolitycus group A terdiri dari antigen membran

    sel yang mengadakan reaksi silang dengan antigen jaringan jantung manusia.

    Serum dari penderita demam rematik mengandung antibodi terhadap antigen

    ini. 1,5,12

    a.3. Patogenesis

    Beberapa penelitian berpendapat bahwa DR yang mengakibatkan PJR

    terjadi akibat sensitisasi dari antigen Streptococcus beta hemolitycus grup A

    sesudah 1-4 minggu infeksi Streptococcus beta hemolitycus grup A di faring. 13

    Streptococcus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, berdiameter

    0,5-1 mikron dan mempunyai karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantaiselama pertumbuhannya. 5,16

    Streptococcus beta hemolitycus grup A ini terdiri dari dua jenis, yaitu

    hemolitik dan non hemolitik. Yang menginfeksi manusia pada umumnya jenis

    hemolitik. 5

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    14/29

    14

    Lebih kurang 95% pasien menunjukkan peninggian titer antistreptolisin O

    (ASTO), antideoksiribonukleat B (anti DNA-ase B) yang merupakan dua jenis tes

    yang biasa dilakukan untuk infeksi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup

    A.14

    DR merupakan manifestasi yang timbul akibat kepekaan tubuh yang

    berlebihan (hipersensitivas) terhadap beberapa produk yang dihasilkan oleh

    Streptococcus beta hemolitycus grup A. Kaplan mengemukakan hipotesis tentang

    adanya reaksi silang antibodi terhadap Streptococcus beta hemolitycus grup A

    dengan otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip antigen

    Streptococcus beta hemolitycus grup A. Hal inilah yang menyebabkan reaksi

    autoimun. 13

    Dalam keadaan normal, sistem imun dapat membedakan antigen tubuh

    sendiri dari antigen asing, karena tubuh mempunyai toleransi terhadap self

    antigen, tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa adakalanya timbul reaksi

    autoimun. Reaksi autoimun adalah reaksi sistem imun terhadap antigen sel

    jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen, sedang antibodi yang

    dibentuk disebut autoantibodi.

    Reaksi autoantibodi dan autoantigen yang menimbulkan kerusakan

    jaringan dan gejala-gejala klinis disebut penyakit autoimun, sedangkan bila tidakdisertai gejala klinis disebut fenomena autoimun. Oleh karena itu pada umumnya

    para ahli sependapat bahwa DR termasuk dalam panyakit autoimun. 13

    a.4. Manifestasi Klinis DR

    Demam Rematik (DR) akut terdiri dari sejumlah manifestasi klinis, di

    antaranya artritis, karditis, chorea, nodulus subkutan, dan eritema marginatum.

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    15/29

    15

    Berbagai manifestasi ini cenderung terjadi bersama-sama dan dapat dipandang

    sebagai sindrom, yaitu manifestasi ini terjadi pada pasien yang sama, pada saat

    yang sama atau dalam urutan yang berdekatan.

    Manifestasi klinis ini dapat dibagi menjadi manifestasi klinis mayor dan

    manifestasi klinis minor, yaitu :

    a.4.1. Manifestasi Klinis Mayor

    Manifestasi klinis mayor terdiri dari artritis, karditis, chorea, eritema

    marginatum, dan nodul subkutan. Artritis adalah gejala mayor yang sering

    ditemukan pada DR akut. Munculnya tiba-tiba dengan rasa nyeri yang meningkat

    12-24 jam yang diikuti dengan reaksi radang. 14

    Biasanya mengenai sendi-sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, siku,

    pergelangan tangan. Sendi yang terkena menunjukkan gejala-gejala radang seperti

    bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan terjadi gangguan fungsi sendi. 13

    Kelainan pada tiap sendi akan menghilang sendiri tanpa pengobatan dalam

    beberapa hari sampai 1 minggu dan seluruh gejala sendi biasanya hilang dalam

    waktu 5 minggu, tanpa gejala sisa apapun. 13

    Karditis merupakan proses peradangan aktif yang mengenai endokardium,

    miokardium, dan perikardium. Dapat salah satu saja, seperti endokarditis,

    miokarditis, dan perikarditis. Endokarditis dapat menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan pada daun katup menyebabkan terdengarnya bising yang

    berubah-ubah. Ini menandakan bahwa kelainan yang ditimbulkan pada katup

    belum menetap. Miokarditis ditandai oleh adanya pembesaran jantung dan tanda-

    tanda gagal jantung. Sedangkan perikarditis adalah nyeri pada perikardial. Bila

    mengenai ketiga lapisan sekaligus disebut pankarditis. 5

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    16/29

    16

    Karditis ditemukan pada sekitar 50% pasien DR akut. Gejala dini karditis

    adalah rasa lelah, pucat, tidak bergairah, dan anak tampak sakit meskipun belum

    ada gejala-gejala spesifik. Karditis merupakan kelainan yang paling serius pada

    DR akut, dan dapat menyebabkan kematian selama stadium akut penyakit.

    Diagnosis klinis karditis yang pasti dapat dilakukan jika satu atau lebih tanda

    berikut ini dapat ditemukan, seperti adanya perubahan sifat bising jantung

    organik, ukuran jantung yang bertambah besar, terdapat tanda perikarditis, dan

    adanya tanda gagal jantung kongestif. 5,12,13

    Chorea merupakan gangguan sistem saraf pusat yang ditandai oleh

    gerakan tiba-tiba, tanpa tujuan, dan tidak teratur, seringkali disertai kelemahan

    otot dan emosi yang tidak stabil. Gerakan tanpa disadari akan ditemukan pada

    wajah dan anggota-anggota gerak tubuh. Gerakan ini akan menghilang pada saat

    tidur.

    Chorea biasanya muncul setelah periode laten yang panjang, yaitu 2-6

    bulan setelah infeksi streptococcus dan pada waktu seluruh manifestasi demam

    rematik lainnya mereda. Chorea ini merupakan satu-satunya manifestasi klinis

    yang memilih jenis kelamin, yakni dua kali lebih sering pada anak perempuan

    dibandingkan pada laki-laki. 12,14

    Eritema marginatum merupakan manifestasi DR pada kulit, berupa bercak- bercak merah muda dengan bagian tengahnya pucat sedangkan tepinya berbatas

    tegas, berbentuk bulat atau bergelombang, tidak nyeri, dan tidak gatal. Tempatnya

    dapat berpindah-pindah, di kulit dada dan bagian dalam lengan atas atau paha,

    tetapi tidak pernah terdapat di kulit muka. Eritema marginatum ini ditemukan

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    17/29

    17

    kira-kira 5% dari penderita DR dan merupakan manifestasi mayor yang sukar

    didagnosis. 13,14,17

    Nodul subkutan merupakan manifestasi mayor DR yang terletak di bawah

    kulit, keras, tidak terasa sakit, mudah digerakkan, berukuran antara 3-10 mm.

    Kulit di atasnya dapat bergerak bebas. Biasanya terdapat di bagian ekstensor

    persendian terutama sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki. Nodul ini

    timbul selama 6-10 minggu setelah serangan DR akut. 6,13

    a.4.2. Manifestasi Klinis Minor

    Manifestasi klinis minor merupakan manifestasi yang kurang spesifik

    tetapi diperlukan untuk memperkuat diagnosis demam rematik. Manifestasi klinis

    minor ini meliputi demam, artralgia, nyeri perut, dan epistaksis. 17

    Demam hampir selalu ada pada poliartritis rematik. Suhunya jarang

    melebihi 39C dan biasanya kembali normal dalam waktu 2 atau 3 minggu, walau

    tanpa pengobatan. Artralgia adalah nyeri sendi tanpa tanda objektif pada sendi,

    seperti nyeri, merah, hangat, yang terjadi selama beberapa hari/minggu. Rasa sakit

    akan bertambah bila penderita melakukan latihan fisik. Gejala lain adalah nyeri

    perut dan epistaksis, nyeri perut kadang-kadang menyerupai appendisitis akut.

    Sedangkan epistaksis ini membuat penderita kelihatan pucat dan epistaksis

    berulang merupakan tanda subklinis dari DR.12,13,18

    a.5. Prognosis

    Morbiditas DR akut berhubungan erat dengan derajat keterlibatan jantung.

    Mortalitas sebagian besar juga akibat karditis berat. Profilaksis sekunder yang

    efektif mencegah kambuhnya DR akut hingga mencegah jantung semakin

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    18/29

    18

    memburuk. Dengan kata lain, profilaksis dapat memberikan prognosis yang baik,

    bahkan pada penderita penyakit jantung yang berat. 12

    Oleh karena itu, prognosis demam rematik ditentukan oleh (1) beratnya

    penyakit akut; (2) persebaran ke jantung; (3) usia pasien DR akut, pada anak

    berusia < 5 tahun memiliki resiko tertinggi terhadap timbulnya karditis; (4)

    rekurensi, semakin besar jumlah rekurensi semakin tinggi insidens PJR kronis

    yang terjadi. 6

    Hal ini merupakan alasan pemberian terapi profilaktik penisilin jangka

    panjang untuk mencegah infeksi streptococcus dan juga kekambuhan demam

    rematik. 6

    a.6. Diagnosis

    DR akut ditandai oleh berbagai manifestasi klinis dan uji laboratorium.

    Oleh karena itu diagnosis DR didasarkan pada gabungan gejala dan tanda klinis

    serta kelainan laboratorium. Diagnosis DR tersebut ditetapkan pada tahun 1944

    oleh Dr. T. Duchett Jones, yang disebut dengan Kriteria Jones. Beliau menyusun

    kriteria sistematik untuk menegakkan diagnosis DR. 13

    Setelah itu, kriteria ini dimodifikasi pada tahun 1955, selanjutnya direvisi

    tahun 1965, kemudian diedit tahun 1984, dan terakhir tahun 1992 oleh Special

    Writing Group of the Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis and Kawasaki Disease of the Council on Cardiovascular Disease in the Young of the American

    Heart Association melakukan update Kriteria Jones yang telah dimodifikasi,

    direvisi dan diedit selama beberapa tahun dan disebut sebagai Kriteria Jones

    Update dan digunakan untuk menegakkan diagnosis DR sampai saat ini. 10

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    19/29

    19

    Ditambah bukti-bukti adanya suatu infeksi Streptococcus beta hemolitycus

    grup A sebelumnya yaitu hapusan tenggorok yang positif atau kenaikan titer tes

    serologi ASTO dan anti DNA-ase B. Bila terdapat adanya infeksi streptococcus

    beta hemolitycus grup A sebelumnya maka diagnosis DR didasarkan atas adanya :

    (1) Dua gejala mayor; dan (2) Satu gejala mayor dengan dua gejala minor. 14

    a.7. Pemeriksaan Laboratorium

    Terdapat tiga golongan uji laboratorium yang berguna untuk diagnosis DR

    apabila digunakan dengan manifestasi klinis. Golongan pertama meliputi uji

    radang jaringan akut, yakni reaktan fase akut. Golongan kedua adalah uji

    bakteriologis dan serologis yang membuktikan infeksi streptococcus beta

    hemolitycus grup A sebelumnya. Golongan ketiga adalah pemeriksaan radiologis,

    elektrokardiologis, dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung. 12

    Pada golongan pertama (reaktan fase akut), uji yang biasa digunakan

    adalah leukosit perifer, Laju Endapan Darah (LED), dan Protein C-reaktif (PCR).Uji leukosit perifer merupakan uji yang berubah-ubah dan tidak bisa diandalkan,

    karena sebagian besar penderita DR akut mempunyai jumlah leukosit yang

    normal. Uji LED berguna dalam memantau perjalanan penyakit. Namun pada

    gagal ginjal LED dapat menurun sampai normal. Sedangkan uji PCR merupakan

    protein yang muncul dalam serum selama proses radang tertentu. PCR tidak

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    20/29

    20

    dipengaruhi oleh gagal jantung, sehingga merupakan tanda yang lebih tepat untuk

    adanya jaringan radang dan tingkat aktivitas rematik. 12

    Pada golongan kedua, yaitu uji untuk diagnosis infeksi streptococcus . Uji

    yang sering digunakan adalah uji antistreptolisin O (ASTO) dan uji

    antideoksiribonuklease B (anti-DNAse B). 12

    Pada uji ASTO dan anti-DNAse B dapat ditunjukkan adanya infeksi

    streptococcus beta hemolitycus grup A, bila terjadi peningkatan titer ASTO dan

    anti- DNAse B. Titer ASTO positif bila besarnya 210 Todd pada orang dewasa

    dan 320 Todd pada anak-anak. Sedangkan titer pada anti-DNAse B 120 Todd

    untuk orangdewasa dan 240 Todd untuk anak-anak. 14

    Pada golongan ketiga terdapat pemeriksaan radiologis, elektrokardiologis,

    dan ekokardiogafi. Pada pemeriksaan foto dada polos tidak menunjukkan adanya

    suatu kelainan, akan tetapi dapat dijumpai pembesaran jantung, yang

    menunjukkan kemungkinan adanya efusi perikardial. 17

    Pada pemeriksaan elektrokardiografi berguna dalam diagnosis dan tata

    laksana karditis rematik akut. Pemanjangan interval P-R pada DR akut terjadi

    pada 28-40% penderita, sehingga berguna untuk diagnosis DR.

    Sedangkan pada pemeriksaan ekokardiografi dapat membantu penilaian

    jenis dan derajat kelainan jantung. Pada penderita DR akut, ekokardiografi dapatmemberikan informasi tentang karditis. 12

    Faktor DR tersebut juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

    antaranya faktor genetik, umur, dan jenis kelamin.

    Faktor genetik memiliki hubungan dengan kejadian DR yaitu dengan

    terdapatnya beberapa orang dalam satu keluarga yang menderita penyakit ini,

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    21/29

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    22/29

    22

    seiring dengan perbaikan tingkat sosial ekonomi masyarakat negara tersebut. 16

    Menurut penelitian Mbeza, masyarakat yang hidup dengan tingkat sosial ekonomi

    rendah memiliki resiko 2,68 kali menderita DR (RR=2.68).20

    b) Iklim dan Geografi

    Penyakit DR ini terbanyak didapatkan di daerah beriklim sedang, tetapi

    daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi. Di daerah yang letaknya tinggi

    mempunyai insidens DR lebih tinggi daripada di dataran rendah. Perubahan cuaca

    yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas

    meningkat, sehingga insidens DR juga meningkat. 14 Pada musim hujan

    kemungkinan terjadinya PJR 3,24 kali (RR=3,24). 20

    2.6. Pencegahan PJR

    2.6.1. Pencegahan Primordial

    Tahap pencegahan ini bertujuan memelihara kesehatan setiap orang yang

    sehat supaya tetap sehat dan terhindar dari segala macam penyakit termasuk

    penyakit jantung. Untuk mengembangkan tubuh maupun jiwa serta memelihara

    kesehatan dan kekuatan, maka diperlukan bimbingan dan latihan supaya dapat

    mempergunakan tubuh dan jiwa dengan baik untuk melangsungkan hidupnya

    sehari-hari.Cara tersebut adalah dengan menganut suatu cara hidup sehat yang

    mencakup, memakan makanan dan minuman yang menyehatkan, gerak badan

    sesuai dengan pekerjaan sehari-hari dan berolahraga, usaha menghindari dan

    mencegah terjadinya stres, dan memelihara lingkungan hidup yang sehat. 5

    2.6.2. Pencegahan Primer

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    23/29

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    24/29

    24

    karena kuman masih ada dalam jumlah sedikit di dalam jaringan faring dan

    tonsil. 12,13

    2. Obat anti radang

    Pengobatan anti radang cukup efektif dalam menekan manifestasi radang

    akut demam reumatik, seperti salisilat dan steroid. Kedua obat tersebut efektif

    untuk mengurangi gejala demam, kelainan sendi serta fase reaksi akut. Lebih

    khusus lagi, salisilat digunakan untuk demam rematik tanpa karditis dan steroid

    digunakan untuk memperbaiki keadaan umum anak, nafsu makan cepat

    bertambah dan laju endapan darah cepat menurun. Dosis dan lamanya pengobatan

    disesuaikan dengan beratnya penyakit. 13

    3. Diet

    Bentuk dan jenis makanan disesuaikan dengan keadaan penderita. Pada

    sebagian besar kasus diberikan makanan dengan kalori dan protein yang cukup.

    Selain itu diberikan juga makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas, dan

    serat untuk menghindari konstipasi. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi

    melalui makanan dapat diberikan tambahan berupa vitamin atau suplemen gizi. 13

    4. Tirah baring

    Semua pasien demam rematik akut harus tirah baring di rumah sakit.

    Pasien harus diperiksa tiap hari untuk pengobatan bila terdapat gagal jantung.Karditis hampir selalu terjadi dalam 2-3 minggu sejak dari awal serangan,

    sehingga pengamatan yang ketat harus dilakukan selama masa tersebut. 12

    2.6.4. Pencegahan Tertier

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    25/29

    25

    Pencegahan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi, di mana

    penderita akan mengalami klasifikasi dari PJR, seperti stenosis mitral, insufisiensi

    mitral, stenosis aorta, dan insufisiensi aorta.14

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode analitik retrospektif

    B. Tempat dan waktu

    Tempat penelitian : RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado

    Waktu penelitian : November dan Desember 2014

    C.

    Populasi dan sampel1. Populasi

    Sasaran populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien anak yang

    menderita penyakit jantung rematik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou

    Manado

    2. Sampel

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    26/29

    26

    Rekam medik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado periode tahun

    2009-2014

    Kriteria Inklusi

    1. Pasien anak yang menderita penyakit jantung rematik di bagian anak

    RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado

    2. Dari Rekam Medik diambil data status pendidikan terakhir orang tua

    Kriteria Eksklusi

    1. Iklim

    2. Letak geografis

    D. Variabel penelitian

    1. Variabel bebas : status pendidikan terakhir orang tua

    2. Variabel terikat : penyakit jantung rematik pada anak

    E. Instrumen Penelitian

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    menggunakan rekam medik.

    F.

    Definisi operasional1. Penyakit Jantung Rematik

    Penyakit jantung rematik adalah peradangan jantung dan jaringan parut

    dipicu oleh reaksi autoimun terhadap infeksi streptokokus grup A.

    Penyakit jantung rematik (PJR) adalah komplikasi yang paling serius

    dari demam rematik. 1

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    27/29

    27

    2. Status pendidikan terakhir orang tua

    Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan tingkat pendidikan

    orang tua yang rendah merupakan salah satu faktor yang berhubungan

    dengan tingginya angka kejadian penyakit jantung rematik di Negara

    berkembang selain status sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan

    yang kurang memadai.

    G. Cara Kerja

    1. Pengumpulan data

    Pengumpulan data dilakukan dengan melihat data lengkap pasien anak

    yang menderita penyakit jantung rematik di bagian Ilmu Kesehatan

    Anak FK UNSRAT RSUP. PROF. DR. R. D. Kandou Manado.

    Periode tahun 2009 - 2014

    2. Pengolahan data

    Pengolahan data menggunakan chi square. Digunakan analisis chi

    square karena untuk mencari hubungan variabel bebas dan variabel

    terikat.

  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    28/29

    28

    DAFTAR PUSTAKA

    1. WHO Technical Report Series. Rheumatic fever and rheumatic heart disease .

    Report of a WHO Expert Consultation. Geneva. 2001

    2. Burke AP, Butanny J. Articles : Pathology of rheumatic heart disease .

    Updated April 7th 2011. Available at :

    http://emedicine.medscape.com/article/1962779-overview. (accessed

    September 5 th 2014)

    3. Ayoub EM. Acute rheumatic fever . Dalam: Allen HD, Gutgesell HP, Clark

    EB, Discroll DJ, ed. Moss and Adams heart disease in infants, children, and

    adolescents , edisi ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2008.

    p1226-41

    4. Madiyono B, Rahayuningsih SE, Sukardi R. Demam rematik dan penyakit

    jantung rematik . Dalam Penanganan penyakit jantung pada bayi dan anak ,

    edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008. P37-46

    5. Melani TA. Karakteristik penderita penyakit jantung rematik (PJR) yang

    dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan . FK USU. Medan. 2009.

    6. Chandrasoma P. Ringkasan patologi anatomi . Jakarta: EGC. 2006.

    7. Pierce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis . Jakarta: PT. Gramedia.

    2009.

    8. CCE100. Organ in the human body heart . http://www.cce100.com/organ-in-

    the-human-body-heart/ (accessed September 12 nd 2014).

    9. Guyton. Buku ajar fisiologi kedokteran . Edisi 8, Jakarta : EGC. 1993.

    10. Siregar AA. Demam rematik dan penyakit jantung rematik permasalahan

    Indonesia . FK USU. 2007

    http://emedicine.medscape.com/article/1962779-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1962779-overview
  • 8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua

    29/29

    11. Underwood JCE. Patologi umum dan sistemik . Vol. 2. Edisi 2. EGC. Jakarta.

    2000.

    12. Sastroasmoro S, dkk. Buku ajar kardiologi anak . Jakarta : Ikatan Dokter Anak

    Indonesia. 1994.

    13. Hassan R, dkk. Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak . Jakarta: Infomedika. 2005.

    14. Sudoyo A. Ilmu penyakit dalam . Jilid 3. Edisi 4. Jakarta : Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam FK UI. 2006.

    15. Boestan IN. Penyakit jantung katup . Surabaya : Airlangga University Press.

    2007.

    16. Brooks, G.F, dkk. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta : Salemba Medika. 2001.

    17. Arvin BK. Ilmu kesehatan anak . Vol.2. Edisi 15. Jakarta : EGC. 2000.18. Joewono BS. Ilmu penyakit jantung . Surabaya : Airlangga University Press.

    2003.

    19. Suprihati, dkk. Faktor streptococcus hemolitycus beta grup-a pada penderita

    infeksi saluran pernapasan atas Di RSUP Dr. Karyadi Semarang . FK UNDIP.

    www.litbang.depkes.go.id. 2006.

    20. Mbeza BL. Survey of rheumatic heart disease in school children of Kinshasa

    town . International Journal of Cardiology, Volume 63, Issue 3, Pages 287-294.http://linkinghub.elsevier.com. 2007.

    http://www.litbang.depkes.go.id/http://linkinghub.elsevier.com/http://linkinghub.elsevier.com/http://www.litbang.depkes.go.id/