hubungan penyakit jantung rematik dengan pendidikan terakhir orang tua
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
1/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung rematik adalah peradangan jantung dan jaringan parut dipicu
oleh reaksi autoimun terhadap infeksi streptokokus grup A. Penyakit jantung
rematik (PJR) adalah komplikasi yang paling serius dari demam rematik. Demam
rematik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif yang
digolongkan pada kelainan vaskular kolagen atau kelainan jaringan ikat. Proses
rematik ini merupakan reaksi peradangan yang dapat mengenai banyak organ
tubuh terutama jantung, sendi dan sistem saraf pusat. 1
Penyakit demam rematik dan gejala sisanya, yaitu penyakit jantung
rematik, merupakan jenis penyakit jantung didapat yang paling banyak dijumpai
pada populasi anak-anak dan dewasa muda. Demam rematik akut terjadi pada
0,3% kasus faringitis oleh Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A (SGA) pada
anak. Sebanyak 39% dari pasien dengan demam rematik akut akan berkembang
menjadi pankarditis dengan berbagai derajat disertai insufisiensi katup, gagal
jantung, perikarditis, dan bahkan kematian. Pada penyakit jantung rematik kronik,
pasien dapat mengalami stenosis katup dengan berbagai derajat regurgitasi,
dilatasi atrium, aritmia, dan disfungsi ventrikel.2
Pada tahun 1994, WHO memperkirakan sekitar 12 juta orang di seluruh
dunia menderita demam rematik dan penyakit jantung rematik (PJR), dimana 3
juta orang di antaranya mengalami komplikasi berupa gagal jantung. Angka pasti
prevalens dan insidens demam rematik sulit didapatkan terutama di Negara
berkembang. Berdasarkan beberapa survei yang dilakukan oleh WHO antara
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
2/29
2
tahun 1986-1999, diperkirakan insidens demam rematik pada anak sekolah
berkisar 0,2 kasus per 1.000 anak di Kuba sampai 77,8 kasus per 1.000 anak di
Samoa. Insidens demam rematik pada anak sekolah bervariasi mulai 1/100.000 di
Kosta Rika sampai 150/100.000 di Cina. Secara epidemiologis kelompok umur
yang paling sering mengalami faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Beta
Hemolitikus Grup A (SGA) adalah usia sekolah (6-15 tahun). 3
Di beberapa Negara berkembang temasuk Indonesia, demam rematik (DR)
dan penyakit jantung rematik (PJR) masih merupakan masalah medis dan masalah
kesehatan masyarakat yang penting. Tingginya angka kejadian di Negara
berkembang berhubungan dengan rendahnya sosial ekonomi, kepadatan
penduduk, serta kurangnya pelayanan kesehatan yang memadai. Hal ini terbukti
dari insidens DR dan prevalensi PJR sampai saat ini tak banyak berubah. Sampai
akhir tahun 1997 prevalensi PJR di Jakarta hampir sama dengan tahun-tahun
sebelumnya yaitu berkisar 0,3-0,8 per 1000 anak sekolah dengan rentang usia 5-
15 tahun. 4
Uraian di atas menunjukkan bahwa penyakit jantung rematik pada anak
merupakan penyakit yang cukup serius. Oleh karena itu penulis merasa tertarik
untuk meneliti mengenai Hubungan antara Penya kit Jantung Rematik pada Anak
dengan Status Pendidikan terakhir Orang tua di RSUP Prof. DR. R. D. KandouManado periode tahun 2009 - 2014.
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
3/29
3
B. Rumusan masalah
- Apakah ada hubungan antara penyakit jantung rematik pada anak dengan
status pendidikan terakhir orang tua?
C. Tujuan penelitian
- Untuk menganalisis hubungan antara penyakit jantung rematik pada anak
dengan status pendidikan terakhir orang tua.
D. Hipotesis
- H0 = Tidak terdapat hubungan antara penyakit jantung rematik pada
anak dengan status pendidikan terakhir orang tua.
- H1 = Terdapat hubungan antara penyakit jantung rematik pada anak
dengan status pendidikan terakhir orang tua.
E. Manfaat penelitian
1. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan
tentang hubungan penyakit jantung rematik pada anak dengan status
pendidikan terakhir orang tua.
2.
Bagi penelitiDiharapkan peneliti mampu menerapkan disiplin ilmu dalam
menganalisis dan mengolah data, sehingga dapat dituangkan menjadi suatu
karya tulis ilmiah.
3. Bagi pendidikan
Dapat menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
4/29
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ muskular yang berlubang yang berfungsi sebagai
pompa ganda sistem kardiovaskuler. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru
sedangkan sisi kiri jantung memompa darah ke seluruh tubuh. 5
Jantung merupakan organ yang terdiri atas beberapa lapisan, seperti
perikardium, miokardium, dan endokardium. Perikardium terdiri atas lapisan
viseral bagian dalam yang menutupi jantung dan lapisan parietal luar yang
membentuk kantung perikardium. 6 Permukaan jantung yang diliputi oleh lapisan
viseral disebut dengan epikardium, yang meluas sampai beberapa sentimeter di
atas pangkal aorta dan arteri pulmonal yang selanjutnya akan berefleksi menjadi
lapisan parietal. 7
Miokardium terdiri atas serat otot lurik mengandung miofibril yang terdiri
dari unit kontraktil berulang secara serial yang disebut sarkomer. Lapisan ini
merupakan otot utama jantung yang melaksanakan pemompaan untuk
mensirkulasi darah. Endokardium merupakan lapisan yang membatasi permukaandalam ruang jantung dan katup jantung. 6,7
Jantung mempunyai 4 ruang yang terdiri dari atrium kanan, ventrikel
kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Atrium kanan adalah tempat mengalirnya
darah vena yang sebelumya mengalir ke dalam jantung melalui vena cava superior
dan inferior. 7
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
5/29
5
Secara fungsional ventrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk dan alur
keluar. Ruang alur masuk ventrikel kanan dibatasi oleh katup trikuspid trabekel
anterior dan dinding inferior ventrikel kanan berbentuk corong yang disebut
dengan infundibulum atau kanus arteiosus. Ventrikel kanan ini memiliki ketebalan
dinding kurang dari 0,5 cm. 6,7
Atrium kiri memiliki tebal dinding 3 mm, sedikit lebih tebal daripada
dinding atrium kanan dan menerima darah dari 4 vena pulmonal yang bermuara
pada dinding postero superior atau postero lateral. Ventrikel kiri berbentuk
lonjong dan tebalnya adalah 2-3 kali lipat dinding ventrikel kanan, sehingga
menempati 75 % massa otot jantung seluruhnya. 7
Jantung mempunyai empat katup utama yang terbuat dari jaringan
endokardium. Katup merupakan bangunan mirip penutup yang membuka dan
menutup sebagai respon terhadap pemompaan jantung. Katup terletak pada daerah
jantung, seperti katup bikuspidal (antara atrium kanan dan ventrikel kanan), katup
pulmonal (antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal), katup mitral (antara atrium
kiri dan ventrikel kiri), dan katup aorta (antara ventrikel kiri dan aorta). 5
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
6/29
6
a. Gambar jantung bagian luar
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
7/29
7
b. Gambar jantung bagian dalam
Gambar 2.1. Gambar Anatomi Jantung 8
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
8/29
8
2.2. Sifat-Sifat Otot Jantung
Otot jantung mempunyai sifat-sifat khas, seperti ritme, konduktivitas (daya
hantar), dan kontraksi. Ritme merupakan kesanggupan otot jantung secara
otomatis dan periodik untuk mengadakan rangsangan. Konduktivitas (daya hantar)
adalah kesanggupan otot jantung menghantarkan rangsang melalui jaringan
khusus maupun miokard. Kontraksi merupakan kesanggupan otot jantung
memompa darah yang masuk sewaktu diastol keluar dari ruang jantung. 7
2.3. Denyut Jantung
Pada orang dewasa denyut jantung rata-rata 70 kali per menit dan
memompa darah 70 mililiter setiap denyut. Denyut jantung tersebut dapat
menurun pada waktu tidur sebanyak 10-20 kali per menit dan dapat meningkat
dalam keadaan emosi sampai mencapai di atas 100 kali. Sedangkan pada waktu
banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 kali per menit dengan
volume denyutan lebih dari 150 mililiter yang membuat daya pompa jantung
sampai 10-20 liter setiap menit. 9
2.4. Penyakit Jantung Rematik (PJR)
2.4.1. Definisi PJR
Menurut WHO, Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah cacat jantung
akibat karditis rematik. 1 Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah penyakit jantung
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
9/29
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
10/29
10
bertambah secara bermakna. Hal ini bisa dikatakan bahwa insufisiensi mitral
merupakan klasifikasi ringan, karena tidak terdapat kardiomegali yang merupakan
salah satu gejala gagal jantung.13
Tanda-tanda fisik insufisiensi mitral utama tergantung pada keparahannya.
Pada penyakit ringan, tanda-tanda gagal jantung tidak akan ada. Pada insufisiensi
berat, terdapat tanda-tanda gagal jantung kongestif kronis, meliputi kelelahan,
lemah, berat badan turun, pucat. 14
b. Stenosis Mitral
Stenosis mitral merupakan kelainan katup yang paling sering diakibatkan
oleh PJR. Perlekatan antar daun-daun katup, selain dapat menimbulkan
insufisiensi mitral (tidak dapat menutup sempurna) juga dapat menyebabkan
stenosis mitral (tidak dapat membuka sempurna). Ini akan menyebabkan beban
jantung kanan akan bertambah, sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kanan yang
dapat menyebabkan gagal jantung kanan. Dengan terjadinya gagal jantung kanan,
stenosis mitral termasuk ke dalam kondisi yang berat. 13,14
c. Insufisiensi Aorta (Regurgitasi Aorta)
PJR menyebabkan sekitar 50% kasus regurgitasi aorta. Pada sebagian
besar kasus ini terdapat penyakit katup mitralis serta stenosis aorta. 6 Regurgitasi
aorta dapat disebabkan oleh dilatasi aorta, yaitu penyakit pangkal aorta.
Kelainanini dapat terjadi sejak awal perjalanan penyakit akibat perubahan-perubahan yang
terjadi setelah proses radang rematik pada katup aorta. Insufisiensi aorta ringan
bersifat asimtomatik. Oleh karena itu, insufisiensi aorta juga bisa dikatakan
sebagai klasifikasi PJR yang ringan. Tetapi apabila penderita PJR memiliki
insufisiensi mitral dan insufisiensi aorta, maka klasifikasi tersebut dapat dikatakan
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
11/29
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
12/29
12
berkisar 0,2 kasus per 1.000 anak di Kuba sampai 77,8 kasus per 1.000 anak di
Samoa. Insidens demam rematik pada anak sekolah bervariasi mulai 1/100.000 di
Kosta Rika sampai 150/100.000 di Cina. Secara epidemiologis kelompok umur
yang paling sering mengalami faringitis yang disebabkan oleh GABHS adalah
usia sekolah (6-15 tahun). 3
Insidens PJR tertinggi dilaporkan terjadi pada suku Samoan di Kepulauan
Hawaii sebesar 206 penderita per 100.000 penduduk pada periode tahun 1980-
1984. 15 Prevalens PJR di Ethiopia (Addis Ababa) tahun 1999 adalah 6,4 per
100.000 penduduk pada kelompok usia 5-15 tahun. Dari klasifikasi PJR, yakni
stenosis mitral, ditemukan perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki
dengan perbandingan 7:1. 12
2.5.2. Faktor Risiko
Faktor risiko yang berpengaruh pada timbulnya PJR dibagi menjadi faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, antara lain :
a. Demam Rematik (DR)
a.1. Definisi DR
Menurut WHO, definisi DR adalah sindrom klinis sebagai salah satu
akibat infeksi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup A , yang ditandai olehsatu atau lebih manifestasi mayor (karditis, poliartritis, chorea, nodul subkutan,
dan eritema marginatum) dan mempunyai ciri khas untuk kambuh kembali.
Menurut Stollerman, DR adalah penyakit radang yang terjadi akibat sekuele akhir
infeksi faring dengan Streptococcus beta hemolitycus grup A. Penyakit ini
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
13/29
13
terutama mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat, kulit, dan jaringan
subkutan. 1,3
a.2. Etiologi DR
Infeksi Streptococcus beta hemolitycus group A pada tenggorok selalu
mendahului terjadinya DR, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.
Untuk menyebabkan serangan DR, Streptococcus beta hemolitycus group A harus
menyebabkan infeksi pada faring, bukan hanya kolonisasi superfisial. Strain
tertentu dari Streptococcus beta hemolitycus group A terdiri dari antigen membran
sel yang mengadakan reaksi silang dengan antigen jaringan jantung manusia.
Serum dari penderita demam rematik mengandung antibodi terhadap antigen
ini. 1,5,12
a.3. Patogenesis
Beberapa penelitian berpendapat bahwa DR yang mengakibatkan PJR
terjadi akibat sensitisasi dari antigen Streptococcus beta hemolitycus grup A
sesudah 1-4 minggu infeksi Streptococcus beta hemolitycus grup A di faring. 13
Streptococcus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, berdiameter
0,5-1 mikron dan mempunyai karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantaiselama pertumbuhannya. 5,16
Streptococcus beta hemolitycus grup A ini terdiri dari dua jenis, yaitu
hemolitik dan non hemolitik. Yang menginfeksi manusia pada umumnya jenis
hemolitik. 5
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
14/29
14
Lebih kurang 95% pasien menunjukkan peninggian titer antistreptolisin O
(ASTO), antideoksiribonukleat B (anti DNA-ase B) yang merupakan dua jenis tes
yang biasa dilakukan untuk infeksi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup
A.14
DR merupakan manifestasi yang timbul akibat kepekaan tubuh yang
berlebihan (hipersensitivas) terhadap beberapa produk yang dihasilkan oleh
Streptococcus beta hemolitycus grup A. Kaplan mengemukakan hipotesis tentang
adanya reaksi silang antibodi terhadap Streptococcus beta hemolitycus grup A
dengan otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip antigen
Streptococcus beta hemolitycus grup A. Hal inilah yang menyebabkan reaksi
autoimun. 13
Dalam keadaan normal, sistem imun dapat membedakan antigen tubuh
sendiri dari antigen asing, karena tubuh mempunyai toleransi terhadap self
antigen, tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa adakalanya timbul reaksi
autoimun. Reaksi autoimun adalah reaksi sistem imun terhadap antigen sel
jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen, sedang antibodi yang
dibentuk disebut autoantibodi.
Reaksi autoantibodi dan autoantigen yang menimbulkan kerusakan
jaringan dan gejala-gejala klinis disebut penyakit autoimun, sedangkan bila tidakdisertai gejala klinis disebut fenomena autoimun. Oleh karena itu pada umumnya
para ahli sependapat bahwa DR termasuk dalam panyakit autoimun. 13
a.4. Manifestasi Klinis DR
Demam Rematik (DR) akut terdiri dari sejumlah manifestasi klinis, di
antaranya artritis, karditis, chorea, nodulus subkutan, dan eritema marginatum.
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
15/29
15
Berbagai manifestasi ini cenderung terjadi bersama-sama dan dapat dipandang
sebagai sindrom, yaitu manifestasi ini terjadi pada pasien yang sama, pada saat
yang sama atau dalam urutan yang berdekatan.
Manifestasi klinis ini dapat dibagi menjadi manifestasi klinis mayor dan
manifestasi klinis minor, yaitu :
a.4.1. Manifestasi Klinis Mayor
Manifestasi klinis mayor terdiri dari artritis, karditis, chorea, eritema
marginatum, dan nodul subkutan. Artritis adalah gejala mayor yang sering
ditemukan pada DR akut. Munculnya tiba-tiba dengan rasa nyeri yang meningkat
12-24 jam yang diikuti dengan reaksi radang. 14
Biasanya mengenai sendi-sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, siku,
pergelangan tangan. Sendi yang terkena menunjukkan gejala-gejala radang seperti
bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan terjadi gangguan fungsi sendi. 13
Kelainan pada tiap sendi akan menghilang sendiri tanpa pengobatan dalam
beberapa hari sampai 1 minggu dan seluruh gejala sendi biasanya hilang dalam
waktu 5 minggu, tanpa gejala sisa apapun. 13
Karditis merupakan proses peradangan aktif yang mengenai endokardium,
miokardium, dan perikardium. Dapat salah satu saja, seperti endokarditis,
miokarditis, dan perikarditis. Endokarditis dapat menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan pada daun katup menyebabkan terdengarnya bising yang
berubah-ubah. Ini menandakan bahwa kelainan yang ditimbulkan pada katup
belum menetap. Miokarditis ditandai oleh adanya pembesaran jantung dan tanda-
tanda gagal jantung. Sedangkan perikarditis adalah nyeri pada perikardial. Bila
mengenai ketiga lapisan sekaligus disebut pankarditis. 5
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
16/29
16
Karditis ditemukan pada sekitar 50% pasien DR akut. Gejala dini karditis
adalah rasa lelah, pucat, tidak bergairah, dan anak tampak sakit meskipun belum
ada gejala-gejala spesifik. Karditis merupakan kelainan yang paling serius pada
DR akut, dan dapat menyebabkan kematian selama stadium akut penyakit.
Diagnosis klinis karditis yang pasti dapat dilakukan jika satu atau lebih tanda
berikut ini dapat ditemukan, seperti adanya perubahan sifat bising jantung
organik, ukuran jantung yang bertambah besar, terdapat tanda perikarditis, dan
adanya tanda gagal jantung kongestif. 5,12,13
Chorea merupakan gangguan sistem saraf pusat yang ditandai oleh
gerakan tiba-tiba, tanpa tujuan, dan tidak teratur, seringkali disertai kelemahan
otot dan emosi yang tidak stabil. Gerakan tanpa disadari akan ditemukan pada
wajah dan anggota-anggota gerak tubuh. Gerakan ini akan menghilang pada saat
tidur.
Chorea biasanya muncul setelah periode laten yang panjang, yaitu 2-6
bulan setelah infeksi streptococcus dan pada waktu seluruh manifestasi demam
rematik lainnya mereda. Chorea ini merupakan satu-satunya manifestasi klinis
yang memilih jenis kelamin, yakni dua kali lebih sering pada anak perempuan
dibandingkan pada laki-laki. 12,14
Eritema marginatum merupakan manifestasi DR pada kulit, berupa bercak- bercak merah muda dengan bagian tengahnya pucat sedangkan tepinya berbatas
tegas, berbentuk bulat atau bergelombang, tidak nyeri, dan tidak gatal. Tempatnya
dapat berpindah-pindah, di kulit dada dan bagian dalam lengan atas atau paha,
tetapi tidak pernah terdapat di kulit muka. Eritema marginatum ini ditemukan
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
17/29
17
kira-kira 5% dari penderita DR dan merupakan manifestasi mayor yang sukar
didagnosis. 13,14,17
Nodul subkutan merupakan manifestasi mayor DR yang terletak di bawah
kulit, keras, tidak terasa sakit, mudah digerakkan, berukuran antara 3-10 mm.
Kulit di atasnya dapat bergerak bebas. Biasanya terdapat di bagian ekstensor
persendian terutama sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki. Nodul ini
timbul selama 6-10 minggu setelah serangan DR akut. 6,13
a.4.2. Manifestasi Klinis Minor
Manifestasi klinis minor merupakan manifestasi yang kurang spesifik
tetapi diperlukan untuk memperkuat diagnosis demam rematik. Manifestasi klinis
minor ini meliputi demam, artralgia, nyeri perut, dan epistaksis. 17
Demam hampir selalu ada pada poliartritis rematik. Suhunya jarang
melebihi 39C dan biasanya kembali normal dalam waktu 2 atau 3 minggu, walau
tanpa pengobatan. Artralgia adalah nyeri sendi tanpa tanda objektif pada sendi,
seperti nyeri, merah, hangat, yang terjadi selama beberapa hari/minggu. Rasa sakit
akan bertambah bila penderita melakukan latihan fisik. Gejala lain adalah nyeri
perut dan epistaksis, nyeri perut kadang-kadang menyerupai appendisitis akut.
Sedangkan epistaksis ini membuat penderita kelihatan pucat dan epistaksis
berulang merupakan tanda subklinis dari DR.12,13,18
a.5. Prognosis
Morbiditas DR akut berhubungan erat dengan derajat keterlibatan jantung.
Mortalitas sebagian besar juga akibat karditis berat. Profilaksis sekunder yang
efektif mencegah kambuhnya DR akut hingga mencegah jantung semakin
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
18/29
18
memburuk. Dengan kata lain, profilaksis dapat memberikan prognosis yang baik,
bahkan pada penderita penyakit jantung yang berat. 12
Oleh karena itu, prognosis demam rematik ditentukan oleh (1) beratnya
penyakit akut; (2) persebaran ke jantung; (3) usia pasien DR akut, pada anak
berusia < 5 tahun memiliki resiko tertinggi terhadap timbulnya karditis; (4)
rekurensi, semakin besar jumlah rekurensi semakin tinggi insidens PJR kronis
yang terjadi. 6
Hal ini merupakan alasan pemberian terapi profilaktik penisilin jangka
panjang untuk mencegah infeksi streptococcus dan juga kekambuhan demam
rematik. 6
a.6. Diagnosis
DR akut ditandai oleh berbagai manifestasi klinis dan uji laboratorium.
Oleh karena itu diagnosis DR didasarkan pada gabungan gejala dan tanda klinis
serta kelainan laboratorium. Diagnosis DR tersebut ditetapkan pada tahun 1944
oleh Dr. T. Duchett Jones, yang disebut dengan Kriteria Jones. Beliau menyusun
kriteria sistematik untuk menegakkan diagnosis DR. 13
Setelah itu, kriteria ini dimodifikasi pada tahun 1955, selanjutnya direvisi
tahun 1965, kemudian diedit tahun 1984, dan terakhir tahun 1992 oleh Special
Writing Group of the Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis and Kawasaki Disease of the Council on Cardiovascular Disease in the Young of the American
Heart Association melakukan update Kriteria Jones yang telah dimodifikasi,
direvisi dan diedit selama beberapa tahun dan disebut sebagai Kriteria Jones
Update dan digunakan untuk menegakkan diagnosis DR sampai saat ini. 10
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
19/29
19
Ditambah bukti-bukti adanya suatu infeksi Streptococcus beta hemolitycus
grup A sebelumnya yaitu hapusan tenggorok yang positif atau kenaikan titer tes
serologi ASTO dan anti DNA-ase B. Bila terdapat adanya infeksi streptococcus
beta hemolitycus grup A sebelumnya maka diagnosis DR didasarkan atas adanya :
(1) Dua gejala mayor; dan (2) Satu gejala mayor dengan dua gejala minor. 14
a.7. Pemeriksaan Laboratorium
Terdapat tiga golongan uji laboratorium yang berguna untuk diagnosis DR
apabila digunakan dengan manifestasi klinis. Golongan pertama meliputi uji
radang jaringan akut, yakni reaktan fase akut. Golongan kedua adalah uji
bakteriologis dan serologis yang membuktikan infeksi streptococcus beta
hemolitycus grup A sebelumnya. Golongan ketiga adalah pemeriksaan radiologis,
elektrokardiologis, dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung. 12
Pada golongan pertama (reaktan fase akut), uji yang biasa digunakan
adalah leukosit perifer, Laju Endapan Darah (LED), dan Protein C-reaktif (PCR).Uji leukosit perifer merupakan uji yang berubah-ubah dan tidak bisa diandalkan,
karena sebagian besar penderita DR akut mempunyai jumlah leukosit yang
normal. Uji LED berguna dalam memantau perjalanan penyakit. Namun pada
gagal ginjal LED dapat menurun sampai normal. Sedangkan uji PCR merupakan
protein yang muncul dalam serum selama proses radang tertentu. PCR tidak
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
20/29
20
dipengaruhi oleh gagal jantung, sehingga merupakan tanda yang lebih tepat untuk
adanya jaringan radang dan tingkat aktivitas rematik. 12
Pada golongan kedua, yaitu uji untuk diagnosis infeksi streptococcus . Uji
yang sering digunakan adalah uji antistreptolisin O (ASTO) dan uji
antideoksiribonuklease B (anti-DNAse B). 12
Pada uji ASTO dan anti-DNAse B dapat ditunjukkan adanya infeksi
streptococcus beta hemolitycus grup A, bila terjadi peningkatan titer ASTO dan
anti- DNAse B. Titer ASTO positif bila besarnya 210 Todd pada orang dewasa
dan 320 Todd pada anak-anak. Sedangkan titer pada anti-DNAse B 120 Todd
untuk orangdewasa dan 240 Todd untuk anak-anak. 14
Pada golongan ketiga terdapat pemeriksaan radiologis, elektrokardiologis,
dan ekokardiogafi. Pada pemeriksaan foto dada polos tidak menunjukkan adanya
suatu kelainan, akan tetapi dapat dijumpai pembesaran jantung, yang
menunjukkan kemungkinan adanya efusi perikardial. 17
Pada pemeriksaan elektrokardiografi berguna dalam diagnosis dan tata
laksana karditis rematik akut. Pemanjangan interval P-R pada DR akut terjadi
pada 28-40% penderita, sehingga berguna untuk diagnosis DR.
Sedangkan pada pemeriksaan ekokardiografi dapat membantu penilaian
jenis dan derajat kelainan jantung. Pada penderita DR akut, ekokardiografi dapatmemberikan informasi tentang karditis. 12
Faktor DR tersebut juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya faktor genetik, umur, dan jenis kelamin.
Faktor genetik memiliki hubungan dengan kejadian DR yaitu dengan
terdapatnya beberapa orang dalam satu keluarga yang menderita penyakit ini,
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
21/29
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
22/29
22
seiring dengan perbaikan tingkat sosial ekonomi masyarakat negara tersebut. 16
Menurut penelitian Mbeza, masyarakat yang hidup dengan tingkat sosial ekonomi
rendah memiliki resiko 2,68 kali menderita DR (RR=2.68).20
b) Iklim dan Geografi
Penyakit DR ini terbanyak didapatkan di daerah beriklim sedang, tetapi
daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi. Di daerah yang letaknya tinggi
mempunyai insidens DR lebih tinggi daripada di dataran rendah. Perubahan cuaca
yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas
meningkat, sehingga insidens DR juga meningkat. 14 Pada musim hujan
kemungkinan terjadinya PJR 3,24 kali (RR=3,24). 20
2.6. Pencegahan PJR
2.6.1. Pencegahan Primordial
Tahap pencegahan ini bertujuan memelihara kesehatan setiap orang yang
sehat supaya tetap sehat dan terhindar dari segala macam penyakit termasuk
penyakit jantung. Untuk mengembangkan tubuh maupun jiwa serta memelihara
kesehatan dan kekuatan, maka diperlukan bimbingan dan latihan supaya dapat
mempergunakan tubuh dan jiwa dengan baik untuk melangsungkan hidupnya
sehari-hari.Cara tersebut adalah dengan menganut suatu cara hidup sehat yang
mencakup, memakan makanan dan minuman yang menyehatkan, gerak badan
sesuai dengan pekerjaan sehari-hari dan berolahraga, usaha menghindari dan
mencegah terjadinya stres, dan memelihara lingkungan hidup yang sehat. 5
2.6.2. Pencegahan Primer
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
23/29
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
24/29
24
karena kuman masih ada dalam jumlah sedikit di dalam jaringan faring dan
tonsil. 12,13
2. Obat anti radang
Pengobatan anti radang cukup efektif dalam menekan manifestasi radang
akut demam reumatik, seperti salisilat dan steroid. Kedua obat tersebut efektif
untuk mengurangi gejala demam, kelainan sendi serta fase reaksi akut. Lebih
khusus lagi, salisilat digunakan untuk demam rematik tanpa karditis dan steroid
digunakan untuk memperbaiki keadaan umum anak, nafsu makan cepat
bertambah dan laju endapan darah cepat menurun. Dosis dan lamanya pengobatan
disesuaikan dengan beratnya penyakit. 13
3. Diet
Bentuk dan jenis makanan disesuaikan dengan keadaan penderita. Pada
sebagian besar kasus diberikan makanan dengan kalori dan protein yang cukup.
Selain itu diberikan juga makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas, dan
serat untuk menghindari konstipasi. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi
melalui makanan dapat diberikan tambahan berupa vitamin atau suplemen gizi. 13
4. Tirah baring
Semua pasien demam rematik akut harus tirah baring di rumah sakit.
Pasien harus diperiksa tiap hari untuk pengobatan bila terdapat gagal jantung.Karditis hampir selalu terjadi dalam 2-3 minggu sejak dari awal serangan,
sehingga pengamatan yang ketat harus dilakukan selama masa tersebut. 12
2.6.4. Pencegahan Tertier
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
25/29
25
Pencegahan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi, di mana
penderita akan mengalami klasifikasi dari PJR, seperti stenosis mitral, insufisiensi
mitral, stenosis aorta, dan insufisiensi aorta.14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik retrospektif
B. Tempat dan waktu
Tempat penelitian : RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado
Waktu penelitian : November dan Desember 2014
C.
Populasi dan sampel1. Populasi
Sasaran populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien anak yang
menderita penyakit jantung rematik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado
2. Sampel
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
26/29
26
Rekam medik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado periode tahun
2009-2014
Kriteria Inklusi
1. Pasien anak yang menderita penyakit jantung rematik di bagian anak
RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado
2. Dari Rekam Medik diambil data status pendidikan terakhir orang tua
Kriteria Eksklusi
1. Iklim
2. Letak geografis
D. Variabel penelitian
1. Variabel bebas : status pendidikan terakhir orang tua
2. Variabel terikat : penyakit jantung rematik pada anak
E. Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan rekam medik.
F.
Definisi operasional1. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik adalah peradangan jantung dan jaringan parut
dipicu oleh reaksi autoimun terhadap infeksi streptokokus grup A.
Penyakit jantung rematik (PJR) adalah komplikasi yang paling serius
dari demam rematik. 1
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
27/29
27
2. Status pendidikan terakhir orang tua
Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan tingkat pendidikan
orang tua yang rendah merupakan salah satu faktor yang berhubungan
dengan tingginya angka kejadian penyakit jantung rematik di Negara
berkembang selain status sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan
yang kurang memadai.
G. Cara Kerja
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan melihat data lengkap pasien anak
yang menderita penyakit jantung rematik di bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UNSRAT RSUP. PROF. DR. R. D. Kandou Manado.
Periode tahun 2009 - 2014
2. Pengolahan data
Pengolahan data menggunakan chi square. Digunakan analisis chi
square karena untuk mencari hubungan variabel bebas dan variabel
terikat.
-
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
28/29
28
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO Technical Report Series. Rheumatic fever and rheumatic heart disease .
Report of a WHO Expert Consultation. Geneva. 2001
2. Burke AP, Butanny J. Articles : Pathology of rheumatic heart disease .
Updated April 7th 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1962779-overview. (accessed
September 5 th 2014)
3. Ayoub EM. Acute rheumatic fever . Dalam: Allen HD, Gutgesell HP, Clark
EB, Discroll DJ, ed. Moss and Adams heart disease in infants, children, and
adolescents , edisi ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2008.
p1226-41
4. Madiyono B, Rahayuningsih SE, Sukardi R. Demam rematik dan penyakit
jantung rematik . Dalam Penanganan penyakit jantung pada bayi dan anak ,
edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008. P37-46
5. Melani TA. Karakteristik penderita penyakit jantung rematik (PJR) yang
dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan . FK USU. Medan. 2009.
6. Chandrasoma P. Ringkasan patologi anatomi . Jakarta: EGC. 2006.
7. Pierce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis . Jakarta: PT. Gramedia.
2009.
8. CCE100. Organ in the human body heart . http://www.cce100.com/organ-in-
the-human-body-heart/ (accessed September 12 nd 2014).
9. Guyton. Buku ajar fisiologi kedokteran . Edisi 8, Jakarta : EGC. 1993.
10. Siregar AA. Demam rematik dan penyakit jantung rematik permasalahan
Indonesia . FK USU. 2007
http://emedicine.medscape.com/article/1962779-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1962779-overview -
8/10/2019 Hubungan Penyakit Jantung Rematik dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua
29/29
11. Underwood JCE. Patologi umum dan sistemik . Vol. 2. Edisi 2. EGC. Jakarta.
2000.
12. Sastroasmoro S, dkk. Buku ajar kardiologi anak . Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 1994.
13. Hassan R, dkk. Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak . Jakarta: Infomedika. 2005.
14. Sudoyo A. Ilmu penyakit dalam . Jilid 3. Edisi 4. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2006.
15. Boestan IN. Penyakit jantung katup . Surabaya : Airlangga University Press.
2007.
16. Brooks, G.F, dkk. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta : Salemba Medika. 2001.
17. Arvin BK. Ilmu kesehatan anak . Vol.2. Edisi 15. Jakarta : EGC. 2000.18. Joewono BS. Ilmu penyakit jantung . Surabaya : Airlangga University Press.
2003.
19. Suprihati, dkk. Faktor streptococcus hemolitycus beta grup-a pada penderita
infeksi saluran pernapasan atas Di RSUP Dr. Karyadi Semarang . FK UNDIP.
www.litbang.depkes.go.id. 2006.
20. Mbeza BL. Survey of rheumatic heart disease in school children of Kinshasa
town . International Journal of Cardiology, Volume 63, Issue 3, Pages 287-294.http://linkinghub.elsevier.com. 2007.
http://www.litbang.depkes.go.id/http://linkinghub.elsevier.com/http://linkinghub.elsevier.com/http://www.litbang.depkes.go.id/