pp demam rematik
DESCRIPTION
jhgjhgjTRANSCRIPT
REFERAT
DEMAM REMATIKNama : Dony Satya Nugraha
NIM : 702008045
Pembimbing :
dr. Liza Chairani, Sp.A M.Kes
Latar Belakang
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah infeksi streptokokus grup A.
Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 5-15 tahun.
Definisi
Demam reumatik merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus grup A.
Etiologi
Pada sebagian besar kasus demam reumatik akut
terdapat peninggian kadar antibodi terhadap
Streptococcus atau dapat diisolasi kuman beta-
Streptococcus hemolyticus grup A, atau keduanya.
Infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A pada
tenggorokan selalu mendahului terjadinya demam
reumatik, baik pada serangan pertama maupun serangan
ulangan.
Faktor Resiko
1. Faktor Genetik
2. Jenis Kelamin
3. Umur
4. Keadaan Gizi dan adanya penyakit lain
5. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Patogenesis
Demam rematik merupakan penyakit autoimun. Streptococcus
diketahui dapat menghasilkan lebih dari 20 produk ekstrasel.
Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi.
Demam reumatik diduga merupakan akibat kepekaan tubuh
yang berlebihan terhadap beberapa produk ini.
Adanya reaksi silang antibodi terhadap Streptococcus dengan
otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip antigen
streptococcus, hal inilah yang menyebabkan reaksi autoimun.
Patologi
1.Jantung
Proses radang selama karditis akut paling sering pada endokardium dan miokardium, namun pada pasien dengan miokarditis berat, perikardium juga dapat terlibat.
Pada stadium awal perikarditis, bila ada dilatasi jantung, perubahan histologis dapat minimal, walaupun gangguan fungsi jantung mungkin mencolok.
Reaksi radang juga mengenai lapisan endokardium yang mengakibatkan endokarditis. Proses endokarditis tersebut mengenai jaringan katup serta dinding endokardium. Yang paling sering terlibat adalah katup mitral kemudan katup aorta.
Radang awal pada endokarditis dapat menyebabkan
terjadinya insufisiensi katup. Lesi yang khas endokarditis
reumatik adalah ’tambalan (patch) MacCallum’, daerah jaringan
menebal yang ditemukan dalam atrium kiri, yakni di atas dasar
daun katup mitral posterior.
Dengan radang yang menetap, terjadilah fibrosis dan
klasifikasi katup. Jika tidak ada pembalikan proses dan
penyembuhan, proses ini akhirnya akan menyebabkan stenosis.
Pada organ lain:
Vaskulitis
Arthritis
Ruam Kulit
Staging
Stadium I
Stadium ini berupa infeksi saluran napas bagian atas oleh kuman beta-Streptococcus hemolyticus grup A. Keluhan biasanya berupa demam, batuk, rasa sakit waktu menelan, tidak jarang disertai muntah dan bahkan pada anak kecil dapat terjadi diare. Kelenjar getah bening submandibular seringkali membesar. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, masa antara infeksi Streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium III
Merupakan fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi klinik demam reumatik.
Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung tidak menunjukkan gejala apa-apa. Tetapi pada fase ini dapat mengalami reaktivasi penyakit.
Manifestasi Klinis
Karditis
Karditis merupakan kelainan yang paling serius pada demam reumatik akut, dan menyebabkan mortalitas paling sering selama stadium akut penyakit. Bahkan sesudah fase akut, cedera sisa pada katup dapat menyebabkan gagal jantung.
Pada umumnya, tanda klinis karditis reumatik
meliputi bising patologis, terutama insufisiensi mitral,
adanya kardiomegali secara radiologis yang makin
lama makin membesar, adanya gagal jantung dan
tanda perikarditis. Terdapatnya gagal jantung
kongestif, yaitu tekanan vena jugularis yang tinggi,
hepatomegali, urin sedikit dan bahkan edema pitting.
ArthritisArtritis harus dibedakan dari artralgi,
karena pada artralgia hanya terjadi nyeri ringan tanpa tanda objektif pada sendi. Sendi besar paling sering terkena, yang terutama adalah sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan. Artritis reumatik bersifat asimetris dan berpindah-pindah (poliartritis migrans).
Korea Sydenham
Pasien tampak gugup dan menyeringai. Lidah dapat terjulur keluar dan masuk mulut dengan cepat dan menyerupai ’kantong cacing’.
Biasanya pasien berbicara tertahan-tahan dan meledak-ledak. Ekstensi lengan di atas kepala menyebabkan pronasi satu atau kedua tangan (tanda pronator). Kontraksi otot tangan yang tidak teratur tampak jelas bila pasien menggenggam jari pemeriksa.
Eritema Marginatum
Ruam ini tidak gatal dengan tepi eritema yang menjalar dari bagian satu ke bagian lain mengelilingi kulit yang tampak normal. Lesi ini berdiameter sekitar 2,5 cm, tersering pada batang tubuh dan tungkai proksimal, dan tidak melibatkan wajah.
Diagnosa
Manifestasi Mayor
Manifestasi Minor
Karditis
Poliartritis
Korea
Eritema marginatum
Nodulus subkutan
Klinik - Riwayat demam reumatik atau penyakit jantung reumatik- Artralgia- Demam
Laboratorium- Reaktans fase akut- Laju endap darah (LED)- Protein C reaktif- Leukositosis- Pemanjangan interval P-R ditambah Bukti adanya infeksi streptokokus- Kenaikan titer antibodi antisterptokokus: ASTO/lain- Biakan farings positif untuk streptokokus grup A- Demam skarlatina yang baru
Diagnosa Banding Demam reumatik Artritis reumatoid Lupus eritomatosus
sistemik
Umur 5-15 tahun 5 tahun 10 tahun
Rasio kelamin sama Wanita 1,5:1 Wanita 5:1
Kelainan sendi
Sakit
Bengkak
Kelainan Ro
Hebat
Non spesifik
Tidak ada
sedang
Non spesifik
Sering (lanjut)
Biasanya ringan
Non spesifik
Kadang-kadang
Kelainan kulit Eritema marginatum Makular Lesi kupu-kupu
Karditis ya Jarang Lanjut
Laboratorium
Lateks
Aglutinasi sel domba
Sediaa sel LE
-
-
± 10%
± 10%
± 5%
Kadang-kadang
Respon terhadap
salisilat
cepat Biasanya lambat Lambat / -
Terapi Penisilin benzatin intramuskular dengan dosis 1,2 juta
unit untuk pasien dengan berat badan > 30 kg atau 600 000-900 000 unit untuk pasien dengan berat badan < 30 kg.
Penisilin oral, 400 000 unit (250 mg) diberikan empat kali sehari selama 10 hari.
Eritromisin 50 mg/kg BB sehari dibagi dalam 4 dosis yang sama dengan maximum 250 mg 4 kali sehari selama 10 hari dianjurkan untuk pasien yang alergi penisilin.
Obat lain seperti sefalosporin yang diberikan dua kali sehari selama 10 hari.
Artritis diobati dengan aspirin dalam dosis total 100 mg/kgBB/ hari, maximum 6 g per hari dosis terbagi selama 2 minggu, dan 75 mg/kgBB/ hari selama 2-6 minggu berikutnya.
Pasien karditis harus diberi prednison mulai dengan dosis 2 mg/kgBB/hari dengan dosis terbagi, maximum 80 mg per hari.
Pada kasus yang sangat akut dan parah, terapi harus dimulai dengan metilprednisolon intravena (10-40 mg), diikuti dengan prednison oral. Sesudah 2-3 minggu prednison dapat dikurangi terhadap dengan pengurangan dosis harian sebanyak 5 mg setiap 2-3 hari.
Bila penurunan ini dimulai, aspirin dengan dosis 75 mg/kgBB/hari harus ditambahkan dan dilanjutkan selama 6 minggu setelah prednison dihentikan.
Pasien korea yang ringan pada umumnya hanya memerlukan tirah baring.
Antikonvulsan dapat diberikan: Fenobarbital diberikan dalam dosis 15-30 mg tiap 6 sampai 8 jam.
Haloperidol dimulai dengan dosis rendah (0,5 mg), kemudian dinaikkan sampai 2 mg tiap 8 jam.
Prognosis
Morbiditas demam reumatik akut berhubungan erat dengan derajat keterlibatan jantung.
Penisilin menurunkan persentase pasien berkembang menjadi penyakit valvular yaitu sebesar 60-70% menjadi sebesar 9-39%.
Profilaksis dapat memberikan prognosis yang baik, bahkan pada pasien dengan penyakit jantung yang berat.
Ringkasan
Demam reumatik merupakan suatu reaksi autoimun terhadap faringitis Streptococcus beta hemolyticus grup A yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti.
Insidens tertinggi penyakit ini ditemukan pada anak berumur 5-15 tahun dan pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut hampir meniadakan risiko terjadinya demam reumatik.
Penatalaksanaan pada demam reumatik/penyakit jantung reumatik berupa eradikasi dari kuman Streptococcus beta hemolyticus grup A. Pencegahan sekunder diharapkan dapat efektif untuk mencegah timbulnya demam reumatik berulang.