ellsa pemicu 1
TRANSCRIPT
Pemicu 1 Hidungku.MARIA ELLSA PRIMAYANA 405100256 FK UNTAR 2012
LO Anatomi, faal, histologi Saluran Nafas Atas Peranan sistem imun pada alergi di saluran nafas atas ISPA (etiologi) Infeksi hidung luar & dalam Infeksi rongga hidung, cavum nasi, sinus paranasal, Kompleks ostiomeatal, kelainan & gangguan rongga hidung & sinus paranasal, epistaksis,rhinosinositis akut, kronis,, rinitis vasomotor, rinitis alergi, avian influensa, benda asing, deviasi septum kiri.
Anatomi Saluran Nafas AtasSaluran pernapasan atas terdiri dari : Hidung Pharynx Larynx
Anatomi Hidung LuarRADIX NASI
1. Radix nasi 2. Apex nasi 3. Dorsum nasi DORSUM NASI 4. Naris 5. Alae nasi APEX NASI 6. Basis nasi Septum nasi
Kerangka HidungBagian Tulang Bagian Tulang Rawan
Os nasale Processus frontalis ossis maxillae Pars nasalis ossis frontalis
Cartilago nasi lateralis (2) Cartilago alaris major (2) Cartilago septi nasi Cartilagines alares minores
Cartilago septi nasi Lamina perpendicularis ossis ethmoidalis Os vomer
Septum nasi dibentuk oleh :
Cavitas Nasi Batas-batasnya cavitas nasi : - Anterior : nares - Posterior : choana - Lateral : choncha nasalis - Atap : os nasalis, os frontalis, os ethmoidalis, os sphenoidalis - Dasar : palatum durum Dibagi oleh septum nasi menjadi 2 bagian, kanan dan kiri. Concha : penonjolan tulang yang melengkung dari dinding lateral rongga hidung Concha nasalis suprema rudimenter Concha nasalis superior Concha nasalis media Concha nasalis inferior
Cavitas Nasi Concha nasales membagi cavitas nasi atas recessus (meatus):o Recessus sphenoethmoidalis muara sinus sphenoidalis o Meatus nasi suprema o Meatus nasi superior muara sinus ethmoidales posteriores o Meatus nasi media muara sinus frontalis, sinus ethmoidales anteriores, muara sinus maxillaris di hiatus semilunaris. o Meatus nasi inferior muara ductus nasolacrimalis o Vestibulum nasi
PerdarahanArteri Vena
A. sphenopalatina Aa. ethmoidalis anterior et posterior A. palatina major Cabang A. facialis :o A. labialis superior o A. palatina ascendens o A. nasalis lateralis
Plexus Kiesselbach rawan epistaksis.
Berupa plexus venosus ( utk termoregulasi) padat di submukosa terutama di bagian bawah septum. V. Ophthalmica V. Sphenopalatina V.facialis
Perdarahan Hidung
Persarafan Seluruh mucosa respiratorik dinding lateral & septum nasi dipersarafi oleh cabang N.trigeminus yaitu:Mukosa septum nasi anterior dipersarafi oleh N. ethmoidalis anterior (dari N. opthalmicus). Sisa septum nasi dipersarafi oleh N. nasopalatinus (dari N. maxillaris). Mukosa dinding lateral dipersarafi oleh N. palatinus major dan N. ethmoidalis anterior.
Sinus Paranasal Merupakan perluasan cavitas nasi. 1.Sinus Maxillaris 2.Sinus Ethmoidalis 3.Sinus Frontalis 4.Sinus Sphenoidalis Fungsi : Pengatur kondisi udara Penahan suhu Membantu keseimbangan kepala Membantu resonansi suara Peredam perubahan tekanan udara Membantu produksi mukus
Anatomi Sinus Paranasal
PEMBEDA
S MAXILLARIS
S FRONTALIS
S SPHENOIDALIS
S ETHMOIDALIS
LETAK
Dalam corpus maxillaris
Dalam os frontale; dipisahkan oleh septum tulang (sering menyimpang dari bidang median)
Dalam corpus Dalam os ossis sphenoidalis ethmoidalis, di antara hidung dan orbita
MUARA
Dalam meatus nasi medius melalui hiatus semilunaris
Dalam meatus nasi medius melalui infundibulum
Dalam recessus sphenoethmoidali s di atas concha nasalis superior
Anterior : dalam infundibulum Media : dalam meatus nasi medius, pada atau diatas bulla ethmoidalis Posterior : meatus nasi superior
PERSARAFA N MEMBRAN MUCOSA
n. Alveolaris superior dan n. Infraorbitalis
n. Supraorbitalis
n. Ethmoidalis posterior
n. Ethmoidalis anterior dan posterior
KOM (Kompleks Ostio-Meatal) Daerah rumit dan sempit pada 1/3 tengah dinding lateral hidung yaitu meatus medius, ada muara2 saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. KOM merupakan unit fungsional yg merupakan tempat ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yg letaknya di anterior yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan frontal. Terdiri dari : Infundibulum etmoid yg terdapat di belakang prosesus unsinatus Resesus frontalis Hiatus semilunaris Bula etmoid Agger nasi Sel2 etmoid anterior dgn ostiumnya dan ostium sinus maksila
Kompleks Ostiomeatal
Pharynx Adalah saluran pernapasan (dan pencernaan) bagian atas, terletak di belakang hidung, rongga mulut, dan larynx Batas Superior : basis cranii Inferior : Anterior : pinggir inferior cartilago cricoidea Posterior : pinggir inferior vertebra C6
Pharynx dibagi 3 Nasopharynx Oropharynx laryngopharyx
1. Nasopharynx Batas-batas Anterior : choana Superior dan posterior : permukaan inferior corpus os sphenoidalis dan pars basilaris os occipitalis Inferior : palatum molle
Ada 5 saluran : 2 tuba eustachius, 2 choana, pintu ke oropharynx Terdapat tonsilla pharyngealis
2. Oropharynx Batas-batas Anterior : faucium Superior : palatum molle Inferior : epiglottis
Terdapat : Tonsilla palatina 2 buah Tonsilla lingualis
3. Laryngopharynx Bagian dr saluran pencernaan dan pernapasan Batas-batas Superior : epiglottis Inferior : Anterior : pinggir inferior cartilago cricoidea Posterior : pinggir vertebra C6
Berhubungan dg larynx melalui aditus laryngeus
LarynxLarynx kompleks organ yg berfngsi memproduksi suara, terletak di leher depan setinggi V C3-C6, menghub laryngopharynx dg trachea Fungsi :Sbg katup yg menjaga agar tractus rewspiratorius tdk kemasukan makanan sewaktu menelan Pengatus banyakknya udara yg masuk sesuai dg berbagai keatifan Vokalisasi
Rangka pembentuk laryngx Cartilago thyroidea terbesar, cartilago hyaline, > , tdr ats 2 lamina yg bsatu di anterior membentuk prominencia laryngea (adams apple), yg lbh menonjol pd pria Cartilago cricoidea bbtk cincin stempel, bag anterior > rendah = arcus, bag posterior > tggi = lamina Epiglotis cartilago elastin bbtk spt daun, bersifat elastis, tltak di posterior radix lingua& os hyoideum, dianterior aditus laryngeus, bgrak membuka/menutup aditus laryngeus ketika menelan makanan Cartilago arytoneidea (2) bbtuk segitiga, tltak datas lamina cartilago cricoidea, berperan dlm pmbtkan suara Cartilago corniculata (2) menempel pd apex cartilago arytenoidea, muncul sbg nodul kcl di bag posterior plica arypiglittica, menyokong struktur epiglotis Cartilago cuneiformis (2) tltak didepan cartilago corniculata, muncul sbg nodul kecil di bag posterior plica arypiglottica, tdk meempel/berhub dg cartilago lain, menyokong struktur epiglotis
HISTOLOGI HIDUNG DAN TENGGOROKAN
Hidung Naris anterior (nostril) jaringan ikat fibrosa serta tulang rawan, bentuknya dapat berubahubah karena adanya gerakan otot Naris posterior tulang rawan hialin dan tulang Terdiri dari : Vestibulum & fossa nasalis Vestibulum : Kel.Sebasea Kel.Keringat Vibrissae
Epitel Berlapis Gepeng tdk memiliki lap.tanduk lg Epitel Bertingkat silindris bersilia bersel goblet : epitel respirasi
Fossa Nasalis Penonjolan tulang : concha superior, media, inferior Superior : dilapisi oleh sel epitel olfactorius Media+Inferior : dilapisi oleh sel epitel respirasi Inferior : terbesar & dilapisi o/ lapisan mukosa yg lbh tebal
Mukosa olfaktorius memperlihatkan tiga jenis sel: Sel penyokong Sel olfaktorius Sel basal
Sel basal
Sel penyokong
HISTOLOGI (epitel)
Van De Graaff Human Anatomy, 6th ed (McGraw-Hill 2001)
Rongga hidungRegio vestibulum Epitel Regio Cavum nasi Regio Olfaktorius
Sel olfaktorius Berlap. Gepeng + Bertgk. torak, silia Tanduk Sel goblet Idem Sel sustentakuler Sel basal
bertingkat bersilindrisVibrissae Lam. Prop Kel. sebasea Kel. sudorifera Limfosit, Eosinofil, Kel. Serosa Bowman Sel Plasma, (Tubulo alv. Bercab.) Makrofag. Kel. Seromukosa
Sinus Paranasalis :-Sinus Maksilaris -Sinus Frontalis Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia, sel goblet Lamina propria tipis Kelenjar seromukosa Nasofaring: Hidung Nasofaring Laring Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia Orofaring: Rongga mulut Orafaring Oesofagus Mikroskopis : Epitel belapis gepeng -Sinus Etmoidalis -Sinus Sfenoidalis
TRAKEA
BR. INTRA PULM.
BR. BRONKIOLUS TERMINAL
TN. MUKOSA
bertingkat bertingkat bertingkat bertingkat Torak Torak Torak Torak + + + + Silia + + + + Sel goblet -(LEI) + + + Tn. Musk. Muk.EpitelTN. SUBMUKOSA
Tl. Rawan Kel. Seromukosa Limfonodus Otot polos
+ + + +
+ + + +
+ + +
+
Bronkiolus TerminalTN. MUKOSA
Bronkiolus Respiratorius
Duktus Sokus Alveola Alveola Alveoli ris ris Pulm. Alveol. Gepeng, Alv. -
EpitelSilia
Selapis torak Selapis Selapis rendah + + + + +
kubis Kubis+Alv Sac.
Sel gobletTn. Musk. Muk.TN. SUBMUKOSA
Tl. Rawan Kel.Seromukosa
-
-
-
-
-
-
LimfonodusOtot polos
+
+
+
+
-
-
FAAL Respirasi internal atau seluler ; metabolisme intrasel dlm mitokondria Respirasi eksternal ; keselurahan rangkaian yg terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh Respiratori quotient /R.Q ; Rasio CO2 yg dihasilkan thd O2 yg di konsumsi, bervariasi tergantung pd jenis makanan yg di konsumsi
Fungsi Utama RespirasiMenjamin tersedianya O2 bagi kebutuhan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel-sel secara terus-menerusFungsi tambahan
Mengeluarkan air dan panas dari dalam tubuhMeningkatkan aliran balik vena ( sebagai pompa pernapasan ) Membantu proses berbicara, bernyanyi dan vokalisasi
Menjaga keseimbangan asam basaMempertahankan tubuh dari benda-benda asing Mengeluarkan , memodifikasi , mengaktifkan / menginaktifkan berbagai bahan/materi yang melewati sirkulasi pulmonal Organ penciuman
RespirasiKonduksi Saluran yang relatif kaku dan tetap terbuka Fungsinya untuk menyediakan saluran dan memelihara udara yang mengalir Terdiri dari : -Rongga hidung -Nasofaring -Laring -Trakea -Bronkhi -Bronkiolus Respirasi Fungsinya untuk pertukaran gas dan udara Terdiri dari alveoli
FISIOLOGI HIDUNG Fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal : Fungsi respirasi mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, peyeimbang dalam pertukaran udara dan mekanisme imunologik lokal Fungsi penghidu mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu Fungsi fonetik resonansi suara, bantu proses bicara dan cegah hantaran suara sendiri mll konduksi tulang Fungsi statik dan mekanik meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas Reflek nasal mukosa hidung merupakan reseptor refleks (iritasi mukosa refleks bersin napas berhenti; ransang bau sekresi kelenjar liur, lambung, pankreas)
Fisiologi hidungFungsi Hidung: Sebagai jalan nafas Inspirasi : Udara masuk melalui nares anterior naik ke atas setinggi konka media turun ke bawah ke arah nasofaring sehingga aliran udara berbentuk lengkungan atau arkus
Ekspirasi : Udara masuk melalui nares posterior sama seperti inspirasi. Tapi pada bagian depan udara memecah, sebagian ke nares anterior dan sebagian lain ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring
Fisiologi hidung Pengatur kondisi udara (air conditioning) Untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus paru Dilakukan dengan cara mengatur kelembapan udara dan mengatur suhu Mengatur kelembapan : Dilakukan oleh palut lendir (mucous blanket)
Mengatur suhu Banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas radiasi dapat berlangsung secara optimal Suhu udara setelah melalui hidung 37 C
Fisiologi hidung Sebagai penyaring dan pelindung Dilakukan oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir (mucous blanket), dan enzim lysozyme Debu dan bakteri akan melekat pada palum lendir dan partikel-partikel besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin
Indera penghidu Ada mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan 1/3 bagian atas septum Partikel bau mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.
Resonansi suara Penting untuk kualitas suara saat berbicara dan menyanyi Sumbatan hidung resonansi berkurang atau hilang suara sengau (rinolalia)
Proses bicara Membantu proses pembentukan kata-kata Kata dibentuk oleh lidah, bibir, palatum mole Pembentukan konsonan nasal (m,n,ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara
Refleks nasal Reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan Contoh : iritasi mukosa hidung refleks nafas dan bersin berhenti
Fisiologi Sinus ParanasalFungsi Sinus Paranasal: Sbg pengatur kondisi udara (air conditioning): Sinus berfungsi sbg ruang tambahan utk memanaskan dan mengatur kelembapan udara inspirasi.
Sbg penahan suhu (thermal insulators): Sbg penahan panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yg berubah-ubah.
Membantu keseimbangan kepala: Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.
Fisiologi Sinus Paranasal Membantu resonansi suara: Sinus berfungsi sbg rongga utk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara.
Sbg peredam perubahan tekanan udara: Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yg besar dan mendadak, mis pada waktu bersin atau membuang ingus.
Membantu produksi mukus: Mukus yg dihasilkan oleh sinus paranasal efektif utk membersihkan partikel yg turut masuk dgn udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius.
Mekanisme Pertahanan Tubuh Bagian bawah palut lendir tdr dari cairan serosa, yg mengandung laktoferin, lisozim, inhibitor lekoprotease sekretorik, IgA sekeretorik (s-IgA) Bagian permukaan tdr dari mukus yg elastis & banyak mengandung protein plasma (albumin, IgG, IgM, faktor komplemen) Glikoprotein utk pertahanan lokal bersifat antimikrobial IgA mengeluarkan mikroorganisme dari jaringan dgn mengikat antigen pada lumen sal.napas IgG memicu reaksi inflamasi bila terpajan dengan antigen bakteri
Refleks Bersin Refeks bersin sangat mirip dengan refleks batuk kecuali bahwa refleks ini berlangsung pada sal hidung, bukan pada sal napas bagian bawah. Rangsangan (impuls aferen) berjalan dalan nervus kelima, medula Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan refleks batuk; tetapi uvula ditekan, sehingga jumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian membantu pembersihan sal hidung dari benda asing
Pemicu Refleks BersinInfection Major cause: bacteria, virus (common cold / influenza) & fungus (aspergillus infection) Children are easily affected while playing with infected children or infected objects. External Factor Irritants - smoke, strong smells, pollution, Environment - Cold weather, rain water, smell of sand, especially during rain, dampness & temperature variations Contact with animals Household items carpets, pillows, mattresses, furred and stuffed toys Foods Herbs Drugs
Internal Factor form from the progress of diseases: Nasal - deviated nasal septum, nasal polyp and sinusitis Ear- Otitis media, CSOM, impacted cerumen
Familial In the tendency of allergic dermatitis or asthma, sneezing is found to run in families. Even though these are all the triggers of sneezing and allergy, the ultimate reason or exact cause is obscure, since bacteria or dust are normally well tolerated
Rangsangan
Reseptor taktil di hidung Nervus trigeminus
Medula Oblongata
R E F L E K S
Benda asing keluar
Aliran ekspirasi kuat melalui Rongga mulut dan hidung
Respon tubuh
Inspirasi udara ke paru Epiglotis menutupan glotis Penutupan pita suara
B E R S I N
Epiglotis dan pita suara Terbuka Uvula ke bawah
Ekspirasi mendadak
Tekanan dalam alveolus
Otot abdomen dan otot ICS interna Kontraksi kuat
Peran sistem imun dlm rhinitis alergi (patofisiologi)
RESPON IMUN MENURUT GELL DAN COOMBS1. Reaksi Anafilaksis (immediate
hypersensitivity)2. Reaksi sitotoksik / sitolitik
3. Reaksi Kompleks imun4. Reaksi Tuberkulin (delayed hypersensitivity)
Tipe I
Reaksi o.k masuknya antigen asing ke dalam tubuh :
Respons Primer
Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag) Bersifat non-spesifik dan dpt berakhir sampai di sini Jika Ag # berhasil dihilangkan seluruhnya respons sekunder Bersifat spesifik 3 kemungkinan : sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan Jika Ag berhasil dieliminasi pd tahap ini rx selesai Jika Ag masih ada atau memang sudah ada defek dr sistem imunologik respons tertier Tdk menguntungkan tubuh Dpt bersifat sementara atau menetap, tergantung daya eliminasi Ag oleh tubuh
Respons Sekunder
Respons Tertier
Respon Tubuh Terhadap AlergenPRIMER (non spesifik)
Eliminasi & fagositosis antigen
GAGAL
Polip hidung Otitis media Sinusitis paranasal Faringitis & abses retrofaringeal Meningitis Conjuctivitis
Sekunder (spesifik)
Merangsang imunitas seluler Merangsang imunitas humoral Keduanya
GAGAL GAGAL tidak menguntungkan bagi tubuh bersifat sementara atau menetap tergantung dari daya eliminasi antigen oleh tubuh
Tersier
PATOFISIOLOGI Alergi Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi : diawali dengan tahap sensitisasi diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Terdiri dari 2 fase : Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) berlangsung sejak kontak dengan alergen - 1 jam setelahnya Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam.
Fase sensitisasi
Pajanan pertama dengan alergen Aktivasi sel Th 2 oleh Ag dan rangsangan Switching IgE dalam Sel B Produksi Ig E Ikatan Ig E pada sel MastFase aktivasi
Pajanan ulang dengan alergen Aktivasi sel Mast : Penglepasan mediator
Fase efektor
Amin vasoaktif, Mediator lipid Reaksi hipersensitivitas cepat
Sitokin
Reaksi fase lambat
Tahap Sensitisasi makrofag atau monosit (Antigen Presenting Cell/APC) x alergen di mukosa hidung terbentuk fragmen pendek peptida bergabung dengan molekul HLA kelas II kompleks peptida MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) dipresentasikan pada sel T helper (Th 0). dilepaskan sitokin seperti IL-1 o/ APC yang akan mengaktifkan Th 0 Th 1 dan Th2
Th2 IL-3, IL-4, IL-5 dan IL-13.IL-4 dan IL-13 : diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B limfosit B aktif & produksi (IgE) akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) mastosit atau basofil aktif.
APC tangkap alergen
Gabung dgn HLA
MHC II
Presentasi TH0
Th2 Sitokin IL-1 IL3
IL-4
IL-5
IL-13
IgE
Fase Sensitasi
nempel di reseptornya di mastosit 7 basofil Mastosit & basofil aktif
REAKSI ALERGI Bila mukosa yang tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik degranulasi mastosit dan basofil terlepasnya mediator kimia : t.u histamin prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4) Leukotrien C4 (LT C4) Bradikinin Platelet Activating Factor (PAF) Sitokin. (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor/GM-CSF)
Terpapar dgn alergen yg sama
IgE iket alergen
Degranulasi basofil
Histamin keluar
Vasodilatasi sinusoid
Hipersekresi mukosa & permeabilitas kapiler naik
Rangsang ujung saraf
Hidung tersumbat
rinore
Gatal & bersin
Fase Aktifasi
Efek histamin : merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin hipersekresi kelenjar mukosa dan sel goblet permeabilitas kapiler meningkat rinore vasodilatasi sinusoid hidung tersumbat pengeluaran Inter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1).
Akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target ditandai : jenis dan jumlah sel inflamasi (eosinofil, limfosit, netrofil, basofil, dan mastosit) di mukosa hidung sitokin (IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM 1) pada sekret hidung.
Eosinofil gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung : Eosinophilic Cationix Protein (ECP) Eosinophilic Derived Protein (EDP) Major Basic Protein (MBP) Eosinophilic Peroxidase (EPO).
Iritasi oleh faktor nonspesifik (asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi) dapat memperberat gejala.
Tanda dan gejala Bersin berulangkali Hidung berair (rhinorrhea) Tenggorokan, hidung, kerongkongan gatal Mata merah, gatal, berair Post-nasal drip Pada SAR : sneezing, runny nose, watery & itchy eyes = most common Pada PAR : nasal congestion & post-nasal drip = most common
Gejala spesifik lain pada anak : Terdapat bayangan gelap di daerah bawah mata yg terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung (allergic shiner) Sering tampak anak menggosok-gosokkan hidung dgn punggung tangan karena gatal (allergic salute) Keadaan menggosok hidung ini lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian 1/3 bawah (allergic crease) Mulut sering terbuka dengan lengkung langit2 yg tinggi ggg pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid) Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone app.), serta dinding lateral faring menebal Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)
Pemeriksaan Fisik Pada rhinoskopi : mukosa edema, basah, berwarna pucat disertai sekret encer yang banyak. bila persisten , mukosa hidung tampak hipertrofi. Pemeriksaan nasoendoskopi: bila tersedia fasilitasnya. Gejala spesifik lain :terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata. Anak sering menggosok hidung, yang lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah yang disebut allergic crease. Ganguan gigi geligi
Pemeriksaan penunjang In vitro Hitung eusinofil Pemeriksaan IgE total Pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST atau ELISA. Pemeriksaan sitologi hidung
In vivo Test cukit kulit, uji intrakutan atau interdermal yang tunggal atau berseri (skin end point titration). Intrakutaneus Provocative Dilutional Foos Test (IPDFT).
Pemeriksaan Penunjang Rhinitis Alergi1. Allergy testing 2. Skin testing1. Skin prick test 2. Intradermal testing
3. In vitro testingSkin test untuk mengetahui alergen penyebab
Cara skin test Menyuntikkan ekstrak alergen (senyawa test) secara subkutan tunggu reaksinya Skin prick test : kulit digores dengan jarum steril, ditetesi senyawa alergen tunggu reaksinya
Pemeriksaan Rhinitis Alergi Pemeriksaan laboratorium Total IgE > 180 Jumah eosinofil > 25.000 / mm2 Usapan lendir hidung mengandung eosinofil / netrofil Tes kulit positif
GAMBARAN HISTOLOGIK Akut: Dilatasi pembuluh darah Pembesaran sel goblet dan kelenjar mukosa Pembesaran ruang interseluler Penebalan membran basal Infiltrasi sel eosinofil pada jaringan mukosa dan submukosa hidung.
Kronis: Proliferasi jaringan ikat
Mukosa hidung menebal
Hiperplasia mukosa
DiagnosisA. Anamnesis Atopic? Alergi? Faktor genetik? Duration, tipe, progresi keparahan penyakit? hampir 50% diagnosa dapat ditegakkan. Gejala khas :serangan bersin berulang. Gejala lainnya : keluarnya ingus yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal yang kadang-kadang disertai keluarnya air mata.
B. Perlu pemeriksaan fisik, riwayat pengobatan, dan riwayat keluarga C. Jika diperlukan, lakukan test : skin test/skin prick test atau RAST (Radioallergosorbent test) Caranya skin test Menyuntikkan ekstrak alergen (senyawa test) secara subkutan tunggu reaksinya Skin prick test : kulit digores dengan jarum steril, ditetesi senyawa alergen tunggu reaksinya
Diagnosa Banding Infectious rhinitis Perenial nonallergic rhinitis Pollutant and irritants Hormonal rhinitis Rhinitis medicamentosa Anatomic deformity Tumors of foreign body
Diagnosa banding
Rhinitis non spesifik
Hipertrofi Sicca Sifilis
Rhinitis
Rhinitis spesifik
TB Candida Atrofi Dipteri
Hidung
Rhinitis alergi
Rhinitis vasomotorRhinitis medikamentosa Akut Sinusitis Kronik Polip nasi Lain -lain Epistaksis Trauma wajah Sub-Akut
Rhinitis Non spesifik
Keterangan
Rhinitis Hipertropi
Konka hipertrofi Jar. lunak bengkak Rinore Penebalan periosteum Akibat infeksi hidung akut berulang, serangan sinusitis supuratif berulang.
Rhinitis Sicca
Perubahan faal hidung dalam kaitannya perubahan lingkungan, terutama udara inspirasi yang kering. Sering pd penderita peminum, gizi rendah, anemia, usia lanjut.
Rhinitis Spesifik Rhinitis Atrofik
Keterangan Utama wanita Atrofi progresif mukosa dan cavum nasi Silia hilang, kel.degenerasi Bisa tdp pada tonsil, laring, faring Penyebab Corynebacterium diphteriae Gejala : -Akut Pseudomembran hemorrhagia (+), Gejala sistemik (+), limfadenitis -Kronik Pseudomembran hemorrhagia (-), Gejala sistemik (-), menular -Invasif destruksi tulang, tjd invasi jamur ke daerah submukosa - Non Invasif fungal ball tanpa destruksi tulang -Blastomikosis - Sekret Purulenta - Aspergilosis - Pesudomembran berdarah
Rinitis Difteri
Rinitis Candida
Rhinitis Spesifik
Keterangan
Rinitis Sifilis
- Penyebab Treponema Pallidum - Bercak / bintik pada mukosa (rinitis sifilis primer & sekunder) - Ulkus septum nasi, akibatnya perforasi septum (rinitis sifilis tersier) - Gx : sekret mukopurulen berbau, krusta, perforasi septum, obstruksi nasal- Infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner - Bentuk ulkus/noduler tulang rawan hidung perforasi septum - Pemeriksaan : Sekret mukopurulen dan krusta hidung tersumbat - Diagnosis : ditegakkan dengan penemuan BTA pada sekret hidung - Gambaran histopatologi: sel datia langhans dan limfositosis
Rinitis Tuberkulosa
Istilah
Keterangan
Rhinitis Alergi
Kelainan pada hidung dengan gejala bersin2, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai IgE
Rhinitis Vasomotorik
Bentuk rinitis hipertrofik. Etiologi tidak diketahui Umumnya dianggap sbg rhinitis hipertrofik, berkaitan dengan penggunaan obat2 hidung topikal secara berlebihan
Rhinitis Medikamentosa
Terapi dan Penatalaksanaan Rhinitis Alergi Non-farmakologi Kontrol lingkungan : terutama menghindari allergenAllergen Kontrol Lingkungan
Kotoran dan debu rumah
Membungkus kasur, bantal guling, dengan sprei hipoallergenic (meminimalkan allergen) Mencuci kasur 1x/minggu dengan suhu >1300F Air purifier Memindahkan reservoir (karpet)Mengeluarkan hewan dari dalam rumah, minimal di luar kamar tidur Memandikan binatang teratur
Pets
Terapi dan Penatalaksanaan Rhinitis Alergi Farmakologis :Class Antihistamin Dekongestan Mekanisme kerja Antagonis reseptor H1 Bekerja di -andrenergic receptors, di mukosa sistem respirasi Menghambat efek pertumbuhan sel dan pelepasan mediator (latephase)
Intranasal dan oral kortikosteroids
Mast cell stabilizersAnticholinergic agents Leukotriene inhibitors
Menghambat pelepasan mediator dari sel mastAntagonis dari asetilkolin di reseptor muskarinik Antagonis reseptor leukotriene / menghambat formasi dari
Medikamentosa Antihistamin generasi 1 (klasik) lini pertama rhinitis alergi lipofilik (menembus sawar darah otak & plasenta) Yg termasuk kel ini: difenhidramin, klofeniramin, prometasin, siproheptadin, azelastin (topikal) utk mengatasi gejala respon fase cepat seperti rinore, bersin, gatak, TIDAK fase lambat lipofobik (sulit menembus sawar darah otak) 2 golongan : Gol pertama (kardiotoksik) : astemisol, terfenadin (sdh tdk ada di pasaran Gol kedua : loratadin, cetirizine, fexofenadin, desloratadin, levosetirisin
Antihistamin generasi 2 (non sedatif)
Preparat kortikosteroid Bila gejala utamanya sumbatan hidung (akibat FASE LAMBAT) & mengurangi sel mastosit Kortikosteroid topikal ( beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, triamsinolon)
Kromoglikat topikal menstabilkan sel mastosit, menghambat proses inflamasi
Preparat antikolinergik topikal (ipratropium bromida) mengatasi rinore
Anti leukotrien (zafirlukast/montelukast), anti IgE, DNA rekombinan pengobatan baru untuk rinitis alergi
Terapi dan Penatalaksanaan Rhinitis Alergi Terapi : ImmunoterapiAgent Inflamas Kongest i i Rhinorrhe a Sneezin g Nasal Ocular Itch symptom s + + + + + +
Antihistamin Generasi 1 Generasi 2 Topical antihistamin Dekongesta n Intranasal steroids
+
+ + +
+ + + + +
+ + + + +
Oral steroids +
Penatalaksanaan Operatif. Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat. Imunoterapi. Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.
Komplikasi Rhinitis Alergi Polip hidung Otitis media Sinusitis paranasal
SinusitisDefinisi : peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila : >1 sinus :multisinusitis semua sinus : disebut pansinusitis
EPIDEMIOLOGI Angka kejadian sinusitis di Indonesia belum diketahui secara pasti. Tetapi diperkirakan cukup tinggi karena masih tingginya kejadian infeksi saluran napas atas, yang merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya sinusitis. Di Eropa angka kejadian sinusitis sekitar 10% - 30% populasi, di Amerika sekitar 135 per 1000 populasi.
Etiologi Infeksi / peradangan Adanya sumbatan di daerah rongga hidung, seperti : polip tumor benda asing pembesaran tulang konka hidung Septum deviasi
Alergi pada hidung septum Lingkungan ( udara dingin, udara panas, polusi ) deviasi Air masuk ke rongga hidung ( pada perenang ) Trauma (fisik / barotrauma Infeksi pada PM 1,2 dan M 1,2,3 dapat menembus sampai rongga sinus maksilaris (pipi)
Faktor Predisposisi Obstruksi mekanik. Misalnya deviasi septum nasi. Hipertrofi konka nasi media. Benda asing dalam rongga hidung. Polip nasi. Tumor dalam rongga hidung. Rinitis. Rinitis kronis dan rinitis alergi menyebabkan obstruksi ostium sinus dan menghasilkan lendir yang banyak sehingga menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Lingkungan. Lingkungan yang berpolusi dan udara dingin & kering dapat menyebabkan perubahan mukosa dan kerusakan silia.
Klasifikasi Secara klinis sinusitis dibagi atas :Sinusitis akut Sinusitis subakut Sinusitis Kronis
Berdasarkan penyebab :Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar)
KlasifikasiBerdasarkan Lokasi : Ada beberapa sinus paranasal, antara lain sinus : frontal, ethmoidale, maxillaris and sphenoidale Sinusitis Maxilaris menyebabkan rasa sakit atau penekanan pada area maxila (pipi) Cth : sakit gigi, sakit kepala Sinusitis Frontal - menyebabkan rasa sakit atau penekanan pada area frontal (di belakang / di atas mata), cth : sakit kepala Sinusitis Ethmoidalis - menyebabkan rasa sakit atau penekanan pada area antara / belakang mata, cth : sakit kepala Sinusitis Sphenoidalis - menyebabkan rasa sakit atau penekanan pada area belakang mata, namun sering pada daerah vertex dari kepala
KlasifikasiKonsensus tahun 2004 Rinosinusitis akut batas sampai 4 minggu Rinosinusitis subakut 4 minggu sampai 3 bulan Rinosinusitis kronis lebih dari 3 bulan
Patofisiologi Sinusitis PatofisiologiOrgan yang membentuk KOM edema Mukosa yang berhadapan bertemu Silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat Tekanan negatif rongga sinus Transudasi Media baik untuk tumbuhnya bakteri Sekret purulen Hipoksia dan bakteri anarob berkembang Perubahan mukosa yaitu hipertrofi, poliploid atau pembentukan polip dan kista
Patofisiologi Rhinosinusitis
Sinus Sehat Rhinitis
Organ-organ yg membentuk KOM edema Silia tidak bisa bergerak dan ostium tersumbat Transudasi mula2 serous
Rinosinusitis non bacterial
sembuhBaik untuk Bakteri Siklus ini terus berputar hingga akhirnya mukosa berubah menjadi hipertrofi,polioid atau polip dan kista hingga akhirnya membutuhkan tindakan operasi
menetap
Sekret terkumpul di dalam sinus Sekret purulen Therapi Antiobiotika Sembuh Inflamasi berlanjut Rinosinusitis Akut Bakterial
Hipoksia dan Bakteri anerob berkembang Mukosa membengkak
Sinusitis Dentogen Penyebab penting sinusitis kronik Infeksi gigi rahang atas mudah menyebar langsung ke sinus atau melalui pembuluh darah dan limfe Harus curiga adanya sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang mengenai 1 sisi dengan ingus purulen dan napas berbau busuk Untuk mengobati sinusitisnya Gigi yg terinfeksi harus dicabut/dirawat dan pemberian antibiotik yg mencakup bakteri anaerob, seringkali perlu dilakukan irigasi sinus maksila
Sinusitis jamurAkibat: 1.Pemakaian antibiotik 2.Kortikosteroid obat imunosupresan & radioterapi Presdisposisi : 1.DM 2.Neutropenia 3.Aids 4.Perawatan yg lama di RS Waspadai: 1. Sinusitis unilateral yg sukar sembuh dgn antibiotik 2. Kerusakan tulang dinding sinus/ada membran putih abu pd irigasi antrum.
Sinusitis jamur non-invasif (sering kena sinus maxilla) Misetoma kumpulan jamur di rongga sinus tdak invasi dlm mukosa dan tulang Gxmenyerupai sinusitis kronis (rinore purulen,post nasal drip,nafas bau) Pd operasi ditemukan materi jamur warna coklat hitam kotor dgn/tdak ada pus dalam sinus.
Sinusitis jamur invasif1. Invasi akut fulminan - invasi jamur ke jar & vaskular pd DM tdk tkontrol -pasien imunosupresi (leukemia dan netropenia) -pemakaian steroid lama & imunosupresan 2. Invasi kronik indolen - pasien ggn imunologik/metabolik (DM) -gmbran klinis tdk sehebat fulminan krn penjalaran lambat. Gx sprti sinusitis bakterial tp sekret hidung kental dgn bercak hitam (koloni jamur)
Terapi Invasifpembedahan,d ebrideman,anti jamur sistemik (amfoterisin B + rifampisin/flusitosin) Non invasif hanya bedah untuk bersihkan jamur,jaga drenase dan ventilasi sinus Tdk perlu anti jamur sistemik
Gejala dan Tanda Gejala demam ingus kental dan berbau nyeri di sinus tidak enak badan letih, lesu batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari hidung meler atau hidung tersumbat.
SINUSITIS MAXILLARIS LOKASI NYERI UTAMA Di bawah kelopak mata, pipi, kadang menyebar ke alvelolus hingga terasa di gigi
SINUSITIS ETHMOIDALI S Di pangkal hidung dan kantus medius, kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya
SINUSITIS FRONTALIS Terlokalisasi di dahi atau seluruh kepala
SINUSITIS SPHENOIDALIS Di verteks, oksipital, retro orbital, dan sphenoid
LOKASI NYERI ALIHGEJALA OBYEKTIF
Gigi, dahi dan daun telingaPembengkakk an di pipi dan kelopak mata bawah
pelipis
Jarang bengkak, kecuali bila ada komplikasi
Pembengkakk an di dahi dan kelopak mata atas Tampak nanah keluar dari meatus superior 113
RINOSKOP I ANTERIOR
Tampak mukopus di meatus medius (pada sinusitis ethmoidalis posterior sama seperti pada sinusitis sphenoidalis)
Mikrobiologi Bakteri utama pada sinusitis akut Streptococcus Pneumonia (30-50%), Hemophylus Influenza (20-40%), dan Moraxella Catarrhalis (4%) Pada anak Moraxella Catarrhalis (20%) Pada sinusitis kronik , faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri gram (-) dan anaerob
Gejala sinusitis akut Keluhan utama rinosinusitis akut adalah hidung tersumbat disertai nyeri pada muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok. Dapat disertai demam dan lesu Ciri khas sinusitis akut adalah nyeri di daerah sinus Nyeri pipi, kdg2 ada nyeri alih ke gigi dan telinga sinusitis maksila Nyeri di antara atau di belakang kedua bola mata sinusitis etmoid Nyeri di dahi / seluruh kepala sinusitis frontal Nyeri di verteks, osipital, belakang bola mata dan daerah mastoid sinusitis sfenoid Sakit kepala, hiposmia/anosmia, halitosis, post nasal drip yg menyebabkan batuk dan sesak pada anak
Gejala sinusitis kronik Tidak khas, kadang2 hanya 1 atau 2 dari gejala dibawah ini yaitu : - sakit kepala kronik - post nasal drip - batuk kronik - gangguan tenggorok - gangguan telinga - sinobronkitis, bronkiektasis - yg penting adalah asma yg meningkat dan sulit diobati
Diagnosis Anamnesis Rinitis rinore, hidung tersumbat, bersin2, atau gatal Keluhan (sering) : nyeri pada wajah, hidung tersumbat, ingus purulen/postnasal drip, hiposmia/anosmia, dan demam Keluhan lain : sakit kepala, bau mulut, kelelahan, sakit pada gigi, batuk dan sakit pada telinga, batuk produktif (indikasi: infeksi IRAbawah) Pemeriksaan fisik rinoskopi anterior dan posterior, nasoendoskopi. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius ( pada sinusitis maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior ( pada sinusitis etmoid posterior dan sfenoid) Pemeriksaan penunjang foto polos atau CT scan, transiluminasi, mikrobiologik dan tes resistensi, sinuskopi
Diagnosis SinusitisGejala dan tanda : 2 mayor, 1 minor dan 2 kriteria minor
Kriteria Mayor
Kriteria Minor
Edem periorbital Sekret nasal yang purulen Sakit kepala Drenase faring yang purulen Nyeri di wajah Purulent Post Nasaldrip Sakit gigi Batuk Nyeri telinga Foto rontgen Sakit tenggorok (Watersradiograph atau air fluid Nafas berbau level) : Penebalan lebih 50% Bersin bertambah sering dari antrum Demam Coronal CT Scan : Penebalan Tes sitologi nasal (smear) : atau opaksifikasi dari mukosa neutrofil dan bakteri sinus Ultrasound
KLASIFIKASI RINOSINUSITIS DEWASA( dibentuk oleh American Academy of Otolaryingology Head & Neck Surgery (AAOHNS) & disetujui oleh American College of Allergy and Immunology (ACAI) )
NO 1
KLASIFIK ASI Akut
LAMA 4 minggu
RIWAYAT 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau skret purulen pada pemeriksaan
CATATAN Demam atau muka sakit saja tidak mendukung, tanpa adanya gejala atau tanda hidung yang lain. Pertimbangkan rinosinusitis akut bakteri, bila gejala memburuk setelah 5 hari, atau gejala menetap > 10 hari atau adanya gejala berlebihan daripada infeksi virus Sembuh sempurna setelah pengobatan yang efektif
2 3
Sub Akut Akut, Rekuren
4-12 minggu 4 episode dalam setahun, @ 7-10 hari
Seperti kronik
NO 4
KLASIFIKASI Kronik
LAMA 12 minggu
RIWAYAT 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau sekret purulen pada pemeriksaan
CATATAN Muka sakit tidak mendukung ,tanpa disertai tanda atau gejala hidung yang lain
5
Eksaserbasi akut pada kronik
Perburukan mendadak dari rinosinusitis kronik, dan kembali ke asal setelah pengobatan
PEMERIKSAANLaboratorium Tes sedimentasi, leukosit, dan C-reaktif protein dapat membantu diagnosis sinusitis akut Kultur merupakan pemeriksaan yang tidak rutin pada sinusitis akut, tapi harus dilakukan pada pasien immunocompromise dengan perawatan intensif dan pada anak-anak yang tidak respon dengan pengobatan yang tidak adekuat, dan pasien dengan komplikasi yang disebabkan sinusitis.
PEMERIKSAANImaging Rontgen sinus, dapat menunjukan suatu penebalan mukosa, airfluid level, dan perselubungan. Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk mengetahui adanya abses gigi. CT-Scan, memiliki spesifisitas yang jelek untuk diagnosis sinusitis akut, menunjukan suatu air-fluid level pada 87% pasien yang mengalami infeksi pernafasan atas dan 40% pada pasien yang asimtomatik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk luas dan beratnya sinusitis. MRI sangat bagus untuk mengevaluasi kelainan pada jaringan lunak yang menyertai sinusitis, tapi memiliki nilai yang kecil untuk mendiagnosis sinusitis akut Pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior Pemeriksaan transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal, yakni pada daerah sinus yang terinfeksi terlihat suram atau gelap. Transiluminasi menggunakan angka sebagai parameternya (0 atau 1 apabila terjadi sinusitis )
Mikrobiologis Bahan : sekret di rongga hidnung Pemeriksaan baku emas : spesimen dari pungsi atau aspirasi sinus maxillaris (tidak rutin perlu anastesi umum) Sinusitis akut bakterial koloni bakteri > 104 U/ml (bila respons terhadap pengobatan medik kurang atau tidak ada, penderita imunokompromais, atau jika penyakit sinusitis mengancam hidup pasien
Sinuskopi Ketahui/ melihat langsung mukosa sinus dan bedakan derajat kelainan sinus
Uji fungsi paru Dilakukan pada pasien dengan dasar alergi/asma Indikasi : ketahui fungsi paru dan hasil pengobatan
Rinoskopi Temukan adanya mukosa konka yang hiperemis dan edema (rinoskopi anterior); adanya postnasal drip (rinoskopi posterior)
Photo Image of Sinus Transilluminator
Transillumination of Frontal Sinus and Maxillary Sinus
Rhinoscope
Penatalaksanaan Konservatif Dekongestan Antibiotik Antialergi Mukolitik Analgetik Diatermi Proetz Pungsi dan irigasi
Pembedahan Mengangkat mukosa patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena Operasi caldwell-Luc (untuk sinus maksila) Etmoidektomi (untuk sinus ethmoidalis) Bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF)
Terapi SinusitisTUJUAN TERAPI SINUSITIS
Mempercepat penyembuhan Mencegah komplikasiMencegah perubahan menjadi kronik
PRINSIP PENGOBATAN
Membuka sumbatan di KOMdrenase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
Penatalaksanaan pada fase akut Terapi medikamentosa: Antibiotik selama 10-14 hari (dapat diperpanjang sampai semua gejala hilang) Amoxicillin , ampisilin, erhythromycin, sefaklor monohidrat, asetil sefuroksim, trimethoprimsulfametoksazol, amoxicillin -asam klavulanat, klaritromisin. Jika dalam 24-72 jam tidak ada perbaikan klinis, diganti dengan antibiotik untuk kuman penghasil laktamase: amoxicillin atau ampisilin + asam klavulanat.
Penatalaksanaan Dekongestan hidung memperlancar drainase sinus.Dapat diberikan sistemik maupun topikal. Khusus topikal dibatasi 5 hari menghindari terjadinya rinitis medikamentosa. Dekongestan sistemik yang sering digunakan: pseudoefedrin, fenilpropanolamin
Irigasi nasal dengan NaCl membantu pemindahan sekret kental dari sinus ke rongga hidung.
Penatalaksanaan Pemberian antihistamin tidak dianjurkan pada sinusitis akut Analgesik menghilangkan nyeri Mukolitik (bromheksin, ambroksol, asetilsistein) 3x 4-8 mg/hari Steroid intranasal (beklometason, flunisolid, triamnisolon)
Penatalaksanaan u/kronikAntibiotik spektrum luas / spesifik selama 10-14 hari Obat simptomatis: dekongestan lokal (tetes hidung) Analgesik Antihistamin Mukolitik Diatermi memperbaiki vaskularisasi sinus Jika belum membaik, lakukan pencucian sinus. Operasi koreksi septum Pengangkatan polip Konkotomi
PENATALAKSANAAN (NON-FARMAKOLOGIK) Pungsi atau antrostomi dan irigasi untuk sinusitis maxillaris memperbaiki drainase dan pembersihan sekret Pencucian Proetz untuk sinusitis frontalis, ethmoidalis, dan sphenoidalis. Bila dalam 5-6x tidak ada perbaikan klinis: lakukan operasi radikal
Tindakan Operasi BSEFoperasi terkini utk sinusitis kronik yg memerlukan operasi. Indikasi: Sinusitis kronik yg tdk membaik setelah terapi adekuat. Sinusitis kronik disertai kista/kelainan yg irreversible. Polip ekstensif Adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.
Pencegahan Obati segera bila menderita flu atau pilek alergi Hindari kontak dengan penderita flu, bila telah terjadi kontak pisik, segera cuci tangan. Hindari rokok karena asapnya dapat menyebabkan iritasi mukosa hidung dan sinus. Hindari udara kering, pakailah alat pelembab udara.dirumah atau dikantor Bila menderita alergi, hindari semua barang yang dapat memicu alergi
Diagnosa banding Allergic rhinitis Non-allergic rhinitis Infectious rhinitis Drug-induced rhinitis Nasal polyps Dental abscess Carcinoma of sinus Cluster headache Structural defects (septum deviation) Nasal foreign body
Komplikasi SinusitisKELAINAN ORBITA-Disebabkan oleh sinus paranasal yg berdekatan dgn mata (orbita). -Paling sering : sinusitis etmoid,frontal dan maksila. -Penyebaran infeksitromboflebitis dan perkontinuitatum. -Kelainan yg dpt timbul : edema palpebra, selulitis orbita,abses subperiostal,abses orbita,selanjutnya terjadi trombosis sinus kavernosus.
KELAINAN INTRAKRANIAL
Dapat berupa meningitis,abses ekstradural atau subdural,abses otak dan trombosis sinus kavernosus.
OSTEOMIELITIS DAN ABSES SUBPERIOSTAL
-Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. -Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral/fistula pada pipi.
KELAINAN PARU
-Seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. -Adanya kelainan sinus paranasal disertai dgn kelainan parusinobronkitis. -Dpt menyebabkan kambuhnya asma bronkial yg sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.
Prognosis Sinusitis Prognosis sinusitis akut baik sekali, 70% pasien sembuh tanpa pengobatan. Jika disebabkan kelainan anatomic, dapat dilakukan operasi dengan prognosis baik.
Differences of Rhinitis and SinusitisRHINITIS DEFINITI ON Inflammation of the nasal passages acute: < 3 weeks chronic: >=3 weeks 'Cold symptoms': stuffy nose, nasal discharge, feeling of mucus in back of throat (post nasal drip), cough SINUSITIS Inflammation of the sinuses (air cavities in the head) acute: < 3 weeks chronic: >=3 weeks Same as rhinitis, plus: facial pain, fever, more severe or intractable cough. Most patients with sinusitis will have nasal inflammation as well (i.e., rhinosinusitis). Note: the only symptom of many patients with chronic sinusitis may be chronic cough. Viral infection, bacterial infection, fungal infection, allergy, blockage by polyps. Sinusitis becomes 'chronic' when there is inadequate treatment
SYMPTO MS
MAJOR CAUSES
Viral infection, allergy, rarely bacterial infection
RHINITIS TREATMEN T Extremely variable: OTC decongestants, nasal sprays, prescription decongestants commonly prescribed. The longer symptoms continue, the more likely antibiotics will be prescribed
SINUSITIS Antibiotics are mainstay of treatment of bacterial sinusitis; however, because it is difficult to differentiate viral from bacterial sinusitis, virtually all patients with "sinusitis" or "rhinosinusitis" are treated with antibiotics. Also used are same drugs and remedies given for rhinitis. In addition, oral steroids (prednisone, methylprednisolone) are often used for chronic sinusitis, to decrease the inflammation. Viral infection is major cause of asthma, so viral sinusitis may be a prelude to asthma attacks in susceptible patients (mainly people who already have a history of asthma). Asthma can also develop following sinusitis. Finally, some patients suffering from asthma also have concomitant rhinosinusitis
RELATION SHIP TO ASTHMA
Viral infection is a major cause of asthma, so viral rhinitis may be a prelude to asthma attacks in susceptible patients (mainly people who already have a history of asthma). Asthma can also develop following viral rhinitis. Finally, some patients suffering primarily from asthma also have concomitant rhinosinusitis.
Penyebab
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Penunjang Tidak ada
Penatalaksanaan
Prognosis
Common Cold (coryza) Faringitis (semua usia)
Virus
Bersin, sumbatan dan sekret hidung Demam, nyeri tenggorokan
Simptomatik
Sembuh dalam beberapa hari Sembuh dalam 1 minggu bila penyebabnya virus Sembuh sekitar 1 minggu
Virus; kadang streptokokus
Apus tenggorok Titer ASTO
Antibiotik bila bakterial; bedah bila tumbuh abses
Laringitis (dewasa)
Virus; kadang pneumokokus atau Haemophilus spp.
Demam, suara serak
Apus tenggorok
Antibiotik, humidifikasi
Epiglotitis (anak-anak)
Haemophilus influenzae (kadang pneumokokus)
Demam, nyeri tenggorokan, stridor, obstruksi saluran pernafasan atas
Apus tenggorok, kultur darah, foto rontgen leher lateral
Antibiotik IV, humidifikasi, alat intubasi
Perbaikan lambat dengan terapi, resiko kematian akibat obstruksi jalan nafas
Bronkitis (semua usia)
Virus; kadang pneumokokus atau Haemophilus spp.
Batuk kering, nyeri retrosternal, mengi; sputum bila bakterial Nyeri kepala, nyeri wajah, hidung tersumbat
Kultur sputum
Biasanya sembuh, namun sering diberikan antibiotik
Membaik setelah seminggu
Sinusitis (semua usia)
Berbagai bakteri 15% virus
Tidak ada; foto rontgen sinus jika berat
Antibiotik; dekongestan bisa membantu; irigasi sinus atau bedah bila persisten
Sembuh bila akut; sering menjadi kronis
Infeksi virus Penyakit yang disebabkan virus adalah self-limiting disease (akan berakhir dan sembuh dengan sendirinya). ingus yang sering keluar encer dan bening Menghasilkan sekret yang tidak berbau gejala-gejala seperti sakit tenggorokan, pilek, kongesti,muntah dan diare.
Infeksi bakteri Infeksi bakteri memerlukan pengobatan tambahan dengan antibiotik minimal selama 5 hari.
ingus kental berwarna kuningkehijauan menghasilkan pus yg berbau infeksi kuman tertentu dapat disertai keluhan batuk atau pilek. organisme hidup dan dapat ditemukan di mana-mana
Virus tidak harus hidup dan tinggal di dalam sel untuk tumbuh
TAHAP PERJALANAN KLINIS ISP Tahap prepatogenesis penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa. Tahap inkubasi mikroorganisme merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah. Tahap dini penyakit dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyakit: sembuh sempurna sembuh tidak sempurna Kronis Meninggal. ateletaksis
PATOFISIOLOGI ISPAMikroorganisme masuk sebagai antigen ke saluran pernafasan Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh Mikroorganisme merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan Kean aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal,terjadi refleks batuk Kerusakan mekanisme mukosiliaris memudahkan bakteri patogen menyerang saluran pernafasan atas Mikroorganisme yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah
Rhinitis
Definisi Rhinitis Peradangan selaput lendir hidung. (Dorland edisi 29) Kondisi inflamasi yang mempengaruhi mukosa hidung. (Lange, 2nd ed)
Epidemiologi Rhinitis pd anak lebih sering drpd dewasa, 68 kali rhinitis per tahun, dewasa 2-4 kali rhinitis per tahun
Klasifikasi Rhinitis
Klasifikasi Rhinitis
Rhinitis Non Alergi dan Non Infeksi Rhinitis Vasomotor Rhinitis Medikamentosa
Rhinitis Vasomotor Definisi : terdapatnya gangguan fisiologi lapisan mukosa hidung yang disebabkan peningkatan aktivitas saraf parasimpatis.
Etiologi Rhinitis Vasomotor Belum diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan vasomotor. Keseimbangan vasomotor dipengaruhi oleh :Obat-obatan Faktor fisik (iritasi rokok, udara dingin) Faktor endokrin (kehamilan, pubertas, hipertiroid) Faktor psikis (cemas, tegang)
Patofisiologi Rhinitis Vasomotor Rangsangan saraf parasimpatis melepas astilkolin dilatasi pembuluh darah dalam konka permeabilitas kapiler dan sekresi kelenjar meningkat Diagnosa Banding :Rhinitis Alergi
Tanda dan Gejala Rhinitis Vasomotor Hidung tersumbat bergantian, sesuai posisi pasien Terdapat rinorea yang mukus dan serosa, cukup banyak Jarang disertai bersin Tidak disertai gatal di mata Gejala memburuk pada pagi hari saat bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim dan udara lembab
Pemeriksaan Fisik Rhinitis VasomotorBerdasarkan gejala dibedakan obstruksi dan rinorea Edem mukosa hidung Konka berwarna merah tua /gelap, dapat pula pucat Permukaan konka dapat licin / berbenjol Sekret :Obstruksi : sekret mukoid dan sedikit Rinorea : sekret serosa dan banyak Pemeriksaan Penunjang Rhinitis Vasomotor Tes kulit : biasanya Negatif (-)
Terapi dan Penatalaksanaan Rhinitis Vasomotor Non-farmakologis : Menghindari penyebab / alergen Operasi : bedah beku, elektrokauter, konkotomi konka inferior Neurektomi N. Vidianus, sebagai saraf otonom mukosa hidung (operasi tidak mudah dan komplikasi berat) Farmakologis : Dekongestan oral Diatermi Nitras argenti 25% / triklorasetat pekat Kortikosteroid topikal
Rinitis Medikamentosa Pengertian Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).
Gejala dan Tanda Penderita mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan konka dengan secret hidung yang berlebihan. Apabila diuji dengan adrenalin, adema konka tidak berkurang.
Tatalaksana 1. Hentikan pemakaian obat tetes dan sempror hidung. 2. Untuk mengatasi sunbatan berulang, beri kortikosteroit secara penurunan bertahab dengan menurunkan dosis 5 mg setiap hari.(misalnya hari 1: 40 mg, hari 2: 35 mg dan seterusnya). 3. Obat dekongestan oral (biasanya mengandung pseudoefredin). Apabila dengan cara ini tak ada perbaikan setelah 3 minggu pasien dirujuk ke dokter THT.
Rhinitis Non Alergi dan Infeksi Rhinitis Simplex Rhinitis Hipertrofi Rhinitis Atrofi Rhinitis Difteri Rhinitis Jamur Rhinitis Tuberkulosa Rhinitis Sifilis Rinoskleroma Myiasis Hidung
1. Rinitis simpleks common cold, flu E/ : rhinovirus, myxovirus, virus Coxsackie, virus ECHO Manifestasi klinik : Stadium prodormal : rasa panas, kering, gatal di dalam hidung Timbul bersin-bersin berulang Hidung tersumbat Ingus encer Demam Nyeri kepala Mukosa hidung merah & bengkak Infeksi sekunder ingus purulen Th/: istirahat + obat simtomatis (analgetik, antipiretik, dekongestan) + AB (ada inf sekunder)
COMMON COLD Common Cold (pilek, selesma) adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus dan saluran udara yang besar. Kelompok yang secara pasti lebih mudah tertular adalah orang-orang yang : mempunyai kelainan pada hidung atau tenggorokan (misalnya pembesaran amandel) - kelelahan atau stres emosional alergi di hidung atau tenggorokan - wanita pada pertengahan siklus menstruasi.
ETIOLOGI Berbagai virus yang berbeda menyebabkan terjadinya common cold: - Picornavirus (contohnya rhinovirus) - Virus influenza - Virus sinsisial pernafasan. Ketiganya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh penderita.
TANDA DAN GEJALA Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi. Gejala awaltidak enak di hidung atau tenggorokan. bersin-bersin, hidung meler dan merasa sakit ringan. Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul pada saat terjadinya gejala. Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari pertama jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu penderita. Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua.
KOMPLIKASI Komplikasi bisa memperpanjang terjadinya gejala: - Infeksi saluran udara (trakea) disertai sesak di dada dan rasa terbakar - Gangguan pernafasan yang lebih berat terjadi pada penderita bronkitis atau asma yang menetap - Infeksi bakteri pada telinga, sinus atau saluran udara (infeksi trakeobronkial).
TATALAKSANA Istirahat yg cukup Minum banyak cairan akan membantu mengencerkan sekret hidung sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan/dibuang. Nyeri atau demam asetaminofen atau ibuprofen. Batuk merupakan satu-satunya cara untuk membuang sekret dan debris dari saluran pernafasan. Oleh karena itu sebaiknya batuk tidak perlu diobati, kecuali jika sangat mengganggu dan menyebabkan penderita susah tidur. Jika batuknya hebat, bisa diberikan obat anti batuk. Antibiotik tidak efektif untuk mengobati common cold, antibiotik hanya diberikan jika terjadi suatu infeksi bakteri.
PENCEGAHAN Tindakan pencegahan yang paling baik adalah menjaga kebersihan. Banyak virus common cold yang ditularkan melalui kontak dengan ludah yang terinfeksi, karena itu untuk mengurangi penularan sebaiknya sering mencuci tangan, membuang tisu kotor pada tempatnya serta membersihkan permukaan barang-barang.
Konka inferior mengalami hipertrofi karena proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau sekunder Tanda & gejala:Sekret mukopurulen Hidung tersumbat mulut kering nyeri kepala, ggg tidur Konka inferior hipertrofi Pasase udara dalam rongga hidung sempit
2. Rinitis hipertrofi
Th/: kaustik konka dengan nitras argenti / trikloroasetat, kauter listrik, luksasi konka, frakturisasi konka multipel, konkoplasti, nila perlu konkotomi parsial
3. Rinitis atrofi Ditandai atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka Secara klinis mukosa hidung sekret kental, cepat mengering terbentuk krusta yang berbau busuk Histopatologik: metaplasia epitel, silia menghilang, lap submukosa menjadi lebih tipis, kel atrofi E/: Inf kuman spesifik (klebsiella, stafilokokus, streptokokus, pseudomonas aeruginosa) Def FE, vit A Sinusitis kronik Kln hormonal;
Tanda & gejala
Th/:
Napas berbau Pengobatan konservatif: Ingus kental berwarna AB spektrum luas Obat cuci hidung (hilangkan hijau bau) Ada kerak (krusta) Berikan Vit A 3x50.000 unit hijau Berikan Fe Ada ggg penghidu Pengobatan operatif: Sakit kepala Operasi penutupan lubang Hidung terasa hidung tersumbat Penyempitan lubang hidung dengan implantasi Rongga hidung Jabir osteoperiosteal sangat lapang BSEF (bedah sinus Konka inferior & endoskopik fungsional) media hipertrofi / atrofi
4. Rinitis difteri E/: inf Corynebacterium diphteriae (primer, sekunder dari tenggorok, akut, kronik) Gejala :Demam Toksemia Limfadenitis Mungkin paralisis otot pernpasan Ingus bercampur darah Pseudomembran putih yang mudah berdarah Krusta coklat di nares anterior & rongga hidung
Kronik dapat menular Th/: ADS, penisilin lokal & IM, pasien diisolasi hingga pemeriksaan kuman (-)
6. Rinitis Jamur Terjadi bersama dengan sinusitis Rinitis jamur non-invasif :Menyerupai rinolith (bola jamur) dengan inflamasi mukosa yang lebih berat Tidak terjadi destruksi kartilago & tulang
Rinitis jamur invasif :Ditemukannya hifa jamur pd lamina propia Perforasi septum/ hidung pelana
E/: aspergillus, Candida, Histoplasma, Fussarium, Mucor
Tanda & gajala:Sekret mukopurulen Ulkus/ perforasi septum Jaringan nekrotik berwarna hitam (black eschar)
Th/:Non-invasif: Mengangkat seluruh bola jamur Pemberian anti jamur oral & topikal Cuci hidung Bag yg terinfeksi diolesi gentian violet
Invasif: Debridement jar nekrotik
7. Rinitis Tuberkulosa Infeksi TB ekstrapulmoner Berbenruk noduler atau ulkus terutama pada rlg rawan septum & dapat mengakibatkan perforasi Pemeriksaan klinis:Sekret mukopurulen & krusta hidung tersumbat Ditemukan BTA pd sekret hidung Histo: sel datia Langhans dan limfositosis
Th/: antiTB, obat cuci hidung
8. Rinitis Sifilis Jarang E/: Treponema pallidum Tanda & gejala:Adanya bercak / bintik pada mukosa Ditemukan gumma/ ulkus di septum nasi perforasi septum..... (rinitis sifilis tersier) Sekret mukopurulen berbau & krusta
Th/: penilisin, obat cuci hidung
9. Rinoskleroma Penyebab: Klebsiella rhinoscleromatis Perjalanan penyakit ada 3 tahap, yaitu Tahap kataral/atrofi; Tahap granulomatosa; Tahap sikatriks Diagnosisnya khas dgn gambaran histopatologi berupa sel-sel Mikulicz Terapi: antibiotik jangka panjang&tindakan bedah obstruksi pernapasan
10. Myasis hidung Adanya infestasi larva lalat dalam rongga hidung Lalat Chrysomia bezziana dpt bertelur di orga/jaringan tubuh manusia, lalu menetas jadi larva Gejala klinis yg nampak: hidung dan muka bengkak dan merah yg dpt meluas ke dahi dan bibir, obstruksi hidung(napas lewat mulut dan suara sengau). Dapat epistaksis dan ulat keluar dari hidung
PemeriksaanRinoskopi : banyak jaringan nekrotik di rongga hidung, ulserasi membran mukosa, perforasi septum. Nasoendoskopi : suka tdk terlihat, ulat menghindari cahaya
Tata LaksanaAntibiotika spektrum luas Pengobatan lokal : kloroform, minyak terpentin (1:4)
Mikroorganisme Mikoplasma Mycoplasma pneumoniae
Kln. Yang timbul Pneumonia, bronkitis, faringitis. IRA, pneumonia Pneumonia, faringitis
Klamidia Chlamydia psittaci C.Pneumoniae
Mikroskopik tonsil
Crypt: Epithelial invaginations into the tonsillar substance lined by surface epithelium. Stratified squamous epithelium: Covers the free surface of the tonsil and lines the crypts. Lymphold nodule: Compact aggregate of lymphocytes in the midst of a diffuse sheet of lymphatic tissue. Occurs close to the epithelium. May contain germinal centers. Lymphocytes: Predominant cell type in the palatine tonsil.
Tonsil Palatina Normal
Tonsil T0 : bila sudah dioperasi T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garistengah
T3 : pembesaran mencapai garis tengah T4 : pembesaran melewati garis tengah
Tonsil Palatina T1-T4
INFLUENZA
Influenza Definisi Penyakit infeksi akut sal pernapasan yg ditandai dgn demam, mengigil, skt otot, skt kpla, dan srng disertai pilek, sakit tenggorokan, dan batuk non produktif Lama sakit blangsung antara 2-7 hari biasany sembuh sendiri
Influenza Etiologi virus influenza (klas orthomyxoviridae) Tbagi dlm 3 tipe Tipe : A, B, dan C Tipe A dan B influenza patogen primer dan menyebabkan pnykt epidemik Influenza C penyebab sporadik yg sering menyebabkan penyakit infeksi sal nafas atas
Epidemiologi Pd saat ini sdh diketahui bahwa pdu dunia dilanda pandemi o/ influenza 2-3 thn 1x Jumlah kematian pd pandemi ini dpt mencapai puluhan ribu org & jauh > dripd angka2 keadaan non pandemik
PatogenesisTransmisi virus influenza lewat partikel udaraMasuk ke dlm trak respiratorius
Virus melekat pd sel epitel di hidung dan di bronkus
Dlm beberapa jam sdh mengalami replikasi
Partikel virus baru menggabungkan diri dkt permukaan sel
Meninggalkan sel dan menginfeksi sel lain
Gejala Pdu demam, sakit kepala, sakit otot, batuk, pilek, kdng2 sakit wkt menelan dan suara serak Gjl2 d dahului o/ persaan malas & rasa dingin Gjl2 akut belangsung bbrp hari dan hlng dgn gjl spontan Stlh episode skt ini dpt dialami perasaan cape dan cpt lelah u/ bbrp wkt Batuk2 kering batuk produktif yg kdng2 mengandung bercak2 warna coklat Demam dan nyeri dada
Pemeriksaan PF # ditemukan tanda2 karakteristik kec hiperemia ringanberat pd selaput lendir tenggorok Pd pas usila hrs dpastikan apakah influenza jga mnyerang paru2 Pd keadaan tsb d temukan bunyi nafas abnormal Pd infeksi sekunder Dpt dilakukan px sinar tembus infiltrat paru, pdu akibat inf streptokokus dan Haemophilus influenzae
Pemeriksaan Penunjang Dx pasti dgn isolasi virus & px serologis Isolasi virus didaptkan dri usap tenggorok/usap hdung & hrs diperoleh sedini mngkn; biasany pd hari2 1 skt Dx serologis uji fiksasi komplemen dan inhibisi hemaglutinasi Akan menunjukkan k titer sbnyk 4x antara serum sbnyk 4x antara serum 1 dgn serum kovalesen, atau 1 titer tunggal yg
Pemeriksaan Penunjang IgM influenza Px antibodi fluoresen khusus yg tsedia u/ virus influenza A PCR dan RT-PCR dx virus lain yg menyerang sal nafas atas (adeno-virus, parainfluenza virus, rhinovirus, RSV, CMV, dan enterovirus)
Terapi Oseltamivir 2X75 mg sehari slama 5 hari memperpendek masa sakit & me-i keperluan AB u/ inf sekunder Zanamivir dpt diberikan lokal scr inhalasi, makin cpt obat d berikan, makin baik Pd pas komplikasi yg mngkn sebelumnya mndrt bronkitis kronik, g3 jantung, pnykt ginjal dpt diberikan AB Pas dgn bronkopneumonia sekunder memerlukan th/ O2 Pneumonia stafilokok sekunder hrs diatasi dgn AB yg tahan betalaktamase & kortiosteroid dosis
Pencegahan Vaksinasi diberikan 0,5 ml SC/IM Nasal spray flu vaccine (live attenuated influenza vaccine) pncegahan flu pd usia 5-50 thn & # hamil Vaksinasi perlu diberikan 3-4 mggu sblm tserang influenza Pd pekerja medis oseltamivir 75 mg, PO, 1Xsehari slama 1 mggu Bla bersihan kreatinin 10-30ml/menit oseltamivir dpt diberikan 2 hari sekali Kemoprofilaksis u/ yg # dpt diberikan vaksin rimantadine 200 mg, 2X1/ amantadine 100mg setiap 12 jam, msng2 slama 4-6 mggu (hrs hati2 pd penderita g3 fungsi ginjal & pnykt konvulsif)
Table 180-2 Antiviral Medications for Treatment and Prophylaxis of Influenza
Antiviral Drug Oseltamivir Treatment, influenza A and B Prophylaxis, influenza A and B Zanamivir Treatment, influenza A and B
Age Group (years) Children (12) Age 112, dose varies by weighta Age 112, dose varies by weightb
1364 75 mg PO bid 75 mg PO qd
65 75 mg PO bid 75 mg PO qd 10 mg bid by inhalation 10 mg qd by inhalation 100 mg/d
Age 712, 10 mg bid by inhalation
10 mg bid by inhalation 10 mg qd by inhalation Age 10, 100 mg PO bid Age 10, 100 mg PO bid
Prophylaxis, influenza A and B Amantadinec Treatment, influenza A
Age 512, 10 mg qd by inhalation
Age 19, 5 mg/kg in 2 divided doses, up to 150 mg/d
Prophylaxis, influenza A
Age 19, 5 mg/kg in 2 divided doses, up to 150 mg/d
100 mg/d
Rimantadinec Treatment, influenza A Prophylaxis, influenza A Not approved Age 19, 5 mg/kg in 2 divided doses, up to 150 mg/d 100 mg PO bid Age 10, 100 mg PO bid 100200 mg/d 100200 mg/d
a2340 kg: 60 mg bid; >40 kg: 75 mg bid. kg: 30 mg qd; >1523 kg: 45 mg qd; >2340 kg: 60 mg qd; >40 kg: 75 mg qd. cAmantadine and rimantadine are not currently recommended (20062007) because of widespread resistance in influenza A/H3N2 viruses. Their use may be reconsidered if viral susceptibility is reestablished.
Komplikasi Pneumonia virus intersitisial saturasi O2 , asidosis dan anoksia Infeksi sekunder pneumonia bakterial Pneumonia stafilokok fulminans tjd bbrp hri stlh seseorang mndrt influenza Gjl sesak nafas, diare, batuk dgn bercak drh, hipotensif, gjl2 kegagalan sirkulasi Ensefalomielitis (jrng)
Sering terjadi pada anak usia 2-4 tahun atau pasien yang memiliki keterbelakangan mental. Manifestasi klinis: Hidung tersumbat oleh sekret mukopurulen yang banyak & berbau busuk (tergantung tempat benda asing) Kadang disertai : nyeri, demam, epistaksis, bersin. Pada pemeriksaan: Edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan mungkin terdapat ulserasi Epistaksis berulang yang sulit berhenti meskipun diberi antikoagulan (bila benda asing berupa lintah) Rinoskopi anterior: benda asing berwarna coklat tua, lunak pada perabaab, melekat erat pada mukosa hidung atau nasofaring
Pemeriksaan penunjang: R untuk benda asing radioopak yang tidak jelas pada rinoskopi anterior. Penatalaksanaan: Dikeluarkan dengan forsep benda asing yang permukaannya kasar Pengait berujung tumpul benda asing yang bulat dan licin Tetesan air tembakau & dijepit pinset lintah Antibiotik sistemik bila ada infeksi hidung
Komplikasi: Dapat membahayakan bila benda asing diciba dikeluarkan oleh alat yang tidak sesuai
Benda asing di laring dan trakea sering terjadi pada bayi 5 menit pada dewasa henti jantung dan kerusakan jaringan otak