laporan pemicu 1

Upload: muhammad-luthfi-taufik

Post on 18-Oct-2015

153 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    1/29

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pemicu 1

    Nyonya Dina, usia 38 tahun menderita penyakit DM tipe 1. Ia sedang hamil untk

    ke-4 kali dan dating ke dokter kandungan untuk konsultasi dan pemeriksaan

    kehamilannya. Hasil pemeriksaan dengan ultrasonografi janin dicurigai

    anensefali. Dokter menganjurkan agar janin nyonya Dina segera diterminasi

    pada usia kehamilan 20 minggu. Janin berjenis kelamin perempuan tersebut

    memperlihatkan beberapa kelainan bawaan (multiple malformasi kongenital)

    seperti: Apronsefali (tidak adanya diensefalon dan telesenfalon) tanpa bulbus

    olfaktori dan kelainan khiasma optic; Berat otak 6,8 gram (normal 40 gram); Ataptengkorak sangat datar dan kelainan tulang tengkorak lainnya; Bagian ujung

    rostral mesensefalon terdapat nodul yang membulat. Hasil analisis kromosom

    menunjukkan kariotip janin 46 XX.

    1.1. Klarifikasi dan Definisi

    Anensefali: Gagal terbentuknya tengkorak dan tulang belakang karena

    otak dan sumsum tulang belakang gagal berkembang.

    USG: Teknologi diagnostic pagnostic pencitraan dengan menggunakan

    gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan citra struktural

    internal tubuh.

    DM tipe 1: Kelainan akibat gangguan metabolisme glukosa ditandai

    dengan hiperglikemia kronik akibat reaksi autoimun.

    Diesensefalon: Divisi otak yang terdiri dari thalamus dan hipotalamus.

    Terminasi kehamilan: Tindakan mengakhiri kehamilan dengan sengaja

    karena terjadi kelainan pada janin baik dalam keadaan hidup atau mati.

    Telensefalon: Gelembung otak yang paling rostral terdiri dari dua ventrikel

    lateral, hemisfer serebri dan bagian tengah lamina terminalis.

    Bulbus Olfaktori : Perluasan traktus olfaktoris yang menyerupai bulbus di

    permukaan bawah lobus frontalis pada kedua hemisfer serebri tempat

    masuknya nervus olfaktoris. Mesensefalon: Tonjolan berbentuk paruh pada bagian sempit otak yang

    menghubungkan rhombensefalon dan prosensefalon.

    1.2. Kata Kunci:

    Pemeriksaan kehamilan, multiple malformasi kongenital, diensefalon,

    telensefalon, bulbus olfaktori rostral mesensefalon, anensefali, kehamilan ke-4,

    usia 38 tahun, penderita DM tipe-1

    1.3. Rumusan Masalah

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    2/29

    2

    Ibu pada kehamilan ke-4 dengan usia 38 tahun, dengan DM tipe 1, mengandung

    janin perempuan, pada pemeriksaaan USG memperlihatkan multiple malformasi

    kongenital pada sistem saraf pusat.

    1.4. Analisis Masalah

    1.5. Hipotesis

    Ibu dengan DM tipe 1 dapat menyebabkan gangguan nutrisi untuk

    perkembangan janin yang dikandungnya sehingga menyebabkan terjadinya

    malformasi kongenital pada sistem saraf pusat janin tersebut dengan diperberat

    oleh faktor usia dan kehamilan ke-4.

    1.6. Pertanyaan Diskusi

    1. DM tipe 1

    a. Definisi dan Penyebab

    b. Penanganan pada penderita DM

    c. Penanganan pada ibu hamil

    2. Neuroembriogenesis

    a. Embriologi sistem SSP

    Otak

    Medula Spinalis

    b. Diferensiasi histologist

    3. Pemeriksaan prenatal untuk mengetahui perkembangan SSP pada janin

    a. USG

    b. Pemeriksaan penyaring serum

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    3/29

    3

    c. Diagnosis untuk anensefali

    4. Studi Kasus

    a. Pengaruh diabetes terhadap risiko malformasi kongenitalb. Pengaruh usia ibu terhadap risiko malformasi congenital

    c. Pengaruh graviditas (jumlah kelahiran) terhadap risiko malformasi

    kongenital

    5. Malformasi kongenital

    a. Penyebab

    b. Defek neural Tube

    6. Nutrisi Ibu hamil

    7. Bioetika terminasi

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    4/29

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Diabetes Melitus tipe 1

    2.1.1. Definisi dan Penyebab

    Diabetes mellitus adalah penyakit karena kekurangan hormon insulin

    sehingga glukosa tidak dapat diolah tubuh dan kadar glukosa dalam darah

    meningkat lalu dikeluarkan kemih yang menjadi merasa manis (Ahmad Ramali,

    2000)

    Tipe-tipe diabetes melitus :I. DM tipe 1 Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) merupakan hilangnya sel

    beta () penghasil insulin pada pulau pulau langerhans pankreas.

    Sebab-sebab DM tipe 1 :

    a. Faktor genetik

    Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu

    predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.

    Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen

    HLA.b. Faktor-faktor imunologi

    Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi

    terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

    tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi

    terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

    c. Faktor lingkungan

    Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan

    destruksi selbeta.

    2.6. DM tipe 2 non insulin dependen diabetik melitus (NIDDM)

    Defisiensi insulin relatif dan resistensi insulin.

    Akibat obesitas dan overweight

    Komplikasi sering muncul saat diagnosis

    Usia

    Riwayat keluarga

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    5/29

    5

    2.7. Diabetes Gestasional

    Diabetes melitus jenis ini adalah diabetes mellitus yang timbul selama

    kehamilan. Klasifikasi ini digunakan untuk ibu yang mengalami gangguan

    toleransi glukosa selama kehamilan tanpa melihat dipakai/tidaknya insulin atau

    apakah si ibu telah mengidap diabetes/ tidak sebelumnya. Diagnosis diabetes

    sangat penting untuk dilakukan karena dampak dari kadar glukosa tak terkendali

    pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan tepat.

    Secara sederhana terdapat berbagai klasifikasi untuk mengelompokkan

    penderita diabetes yang berasal dari kalangan ibu hamil salah satunya klasifikasi

    Pyke. Klasifikasi Pyke untuk DM gestasional:1. Diabetes gestasional, dimana DM terjadi hanya pada waktu hamil.

    2. Diabetes pregestasional, dimana DM sudah ada sebelum hamil dan berlanjut

    sesudah kehamilan.

    3. Diabetes pregestasional yang disertai dengan komplikasi angiopati.

    Munculnya diabetes pada ibuhamil diyakini bermula dari meningkatnya

    kebutuhan metabolisme karbohidrat dalam tubuh sehingga wanita hamil akan

    membutuhkan lebih banyak insulin untuk mempertahankan metabolisme

    karbohidrat yang normal. Jika tidak mampu menghasilkan lebih banyak insulinseiring meningkatnya glukosa darah maka ia dapat mengalami diabetes.

    Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan sejalan dengan

    bertambahnya usia kehamilan. Hormon-hormon ini , seperti progesteron,

    estrogen, dan laktogen plasenta, bertanggung jawab secara langsung maupun

    tidak langsung, menginduksi resistensi insulin perifer dan mengkontribusi

    terhadap perubahan sel beta pankreas. Singkatnya, diabetes akan menunjukkan

    kecenderungan lebih berat dalam kehamilan dan keperluan akan insulin

    meningkat.

    2.1.2. Penatalakasanaan penderia DM tipe 1

    Aspek umum penanganan penderita diabetes yakni sebagai berikut:

    Edukasi bagi penderita diabetes; topik edukasi terdiri dari cara memonitor

    glukosa darah sendiri, atau memonitor keton pada urin (M tipe 1),

    Nutrisi; American Diabetes Association (ADA) menyusun daftar rekomendasi

    nutrisi bagi penderita diabetes

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    6/29

    6

    Olahraga; bertujuan mengurangi resiko komplikasi kardiovaskular bagi

    penderita DM. Penderita DM 1 harus lebih berhati-hati ketika akan melakukan

    olahraga.

    Melakukan monitor terhadap level kontrol glikemik; terdiri dari pengukuran

    kadar glukosa oleh pasien dan penilaian kontrol jangka panjang oleh dokter

    (pengukuran A1C).

    Khusus untuk penderita DM tipe 1

    Managemen diabetes intensif

    Terapi insulin

    Penentuan profil produksi insulin (kadar insulin dalam darah)

    2.1.3. Penatalaksanaan diabetes bagi ibu hamil

    Pengawasan kadar glukosa darah maternal merupakan hal penting bagi

    penderita diabetes terutama di usia kehamilan 3-6 minggu. Hal ini ditujukan untuk

    mempertahankan kadar glukosa normal dan tindakan ini ditambah dengan

    manajemen diabetes pada umumnya seperti pengaturan diet, terapi insulin,

    kontrol glukosa, dan olahraga . Selain terhadap si ibu, penatalaksanaan juga

    dilaksanaan terhadap bayi. Penatalakanaan tersebut dibagi menjadi dua yakni

    surveilans antenatal dan surveilans postnatal

    1. Surveilans antenatal; pengawasan secara biokimia seperti mengukur kadar

    HbA 1C (hemoglobin glikosilat) yang berhubungan dengan anomali

    kongenital, konsentrasi fruktosamin dan albumin glikosilat, dan pengukuran

    kadar estriol.

    2. Surveilans postnatal; dilakukan pemeriksaan kadar glukosa neonatus dimulai

    dari 1 jam pertama kemudian diulangi tiap jamnya hingga selama 4 jam dan

    selanjutnya diperiksa pada 6 jam kemudian.

    2.2. Embriogenesis

    2.2.1. Embriologi Sistem Saraf Pusat

    Sistem saraf pusat (SSP) muncul pada awal minggu ketiga sebagai suatu

    lempeng penebalan ectoderm berbentuk sandal, lempeng saraf (neural plate), di

    region middorsal di depan primitive node (nodus primitif). Tepi-tepi lempeng ini

    segera membentuk lipatan saraf (neural fold).

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    7/29

    7

    Seiring dengan perkembangan lebih lanjut, lipatan saraf tersebut terus

    meninggi, saling mendekati di garis tengah, dan akhirnya menyatu membentuk

    tabung saraf (neural tube). Penyatuan dimulai di daerah servikal dan berlanjut kearah sefalik dan kaudal. Juka penyatuan telah dimulai, ujung-ujung bebas tabung

    saraf membentuk neuroporus kranialis dan kaudalis yang berhubungan dengan

    rongga amnion di atasnya. Penutupan neuroporus kranialis berlangsung kea rah

    cranial dari tempat penutupan awal di region servikal dan dari suatu tempat di

    otak depan yang terbentuk belakangan.

    Tempat yang belakangan ini berjalan kearah cranial, untuk menutup region

    paling rostral tabung saraf, dan ke arah kaudal untuk bertemu dengan penutupan

    dari daerah servikal. Penutupan akhir neuroporus kranialis terjadi pada stadium -

    18 sampai -20 somit (hari ke 25); penutupan neuroporus kaudalis terjadi sekitar 2

    hari kemudian.Ujung sefalik tabung saraf memperlihatkan tiga dilatasi, vesikel otak primer:

    (a) prosensefalon, atau otak depan (forebrain); (b) mesensefalon, atau otak

    tengah (midbrain); dan rombensefalon, atau otak belakang (hindbrain). Secara

    bersamaan ujung ini membentuk dua fleksura: (a) fleksura servikalis di taut otak

    belakang dan korda spinalis dan (b) fleksura sefalika di region otak tengah.Ketika

    mudigah berusia 5 minggu, prosensefalon terdiri dari dua bagian : (a)

    telensefalon yang dibentuk oleh bagian tengah dan dua kantong luar lateral,

    hemisferium serebri primitif dan (b) diensefalon yang ditandai oleh pertumbuhan

    vesikel mata (vesikula optika). Suatu alur dalam, istmus rombensefalon

    memisahkan memisahkan rombensefalon dan mesensefalon.Rombensefalon terdiri dari dua bagian ( a) metensefalon yang kemudian

    membentuk pons dan serebelum, dan (b) mielensefalon. Batas antara kedua

    bagian ini ditandai oleh fleksura pontina.

    Lumen korda spinalis, kanalis sentralis, bersambungan dengan lumen

    vesikel otak. Rongga rombensefalon adalah ventrikel keempat, rongga

    diensefalon adalah ventrikel ke tiga, dan rongga-rongga di hemisferium serebri

    adalah ventrikel lateral. Lumen mesensefalon menghubungkan ventrikel ketiga

    dan keempat. Lumen ini menjadi sangat sempit dan dikenal sebagai akueduktus

    sylvius. Ventrikel lateral berhubungan dengan ventrikel ketiga melalui foramen

    interventrikulare monro.

    a. Perkembangan Otak

    1.) Rhombensefalon

    Rhombensefalon dibagi dua yakni mielensefalon, bagian paling

    kaudal vesikel otak dan metensefalon yang berjalan dari fleksura pontina

    ke itsmus rombensefalon.

    a.) Mielensefalon

    Mielensefalon adalah bagian vesikel otak yang menghasilkan

    medulla oblongata. Mielensefalon memiliki lempeng basal dan alar yang

    dipisahkan sulkus limitans.

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    8/29

    8

    Lempeng basal mengandung nukleus-nukleus motorik yang

    dibagi menjadi tiga kelompok yakni:

    a. Eferen somatik mencakup neuron-neuron nervus hipoglosus yangmenyatafi sel otot lidah

    b. Eferen visceral khusus yang neuron-neuronnya menyarafi otot lurik

    arkus faring

    c. Eferen visceral umum mengandung neuron yang menyarafi otot

    involunter saluran napas, saluran cera dan jantung

    Lempeng alar mengandung tiga kelompok nucleus sensorik yakni:

    a. Aferen somatic menerima impuls dari telinga (nervus vestibulokoklearis)

    dan permukaan wajah (n. trigeminal)

    b. Aferen visceral khusus menerima impuls dari papil pengecap lidah dan

    dari orofaring, dan epiglottis.c. Aferen visceral umum menerima informasi dari saluran cerna dan

    jantung.

    Mielensefalon juga memiliki lempeng atap yang terdiri dari sel

    ependim yang kemudian akan berinvaginasi membentuk pleksus

    koroideus.

    b.) Metensefalon

    Seperti mielensefalon, metensefalon juga memiliki lempeng basal

    dan lempeng alar. Lempeng basal metensefalon mengandung tiga

    kelompok neuron motorik yaknia. Eferen somatic mengandung nucleus nervus abdusens

    b. Eferen visceral khusus mengandung nervus trigimenus dan nervus

    fasialis

    c. Eferen visceral umum yang aksonnya menyarafi kelenjar submandibula

    dan sublingual

    Lapisan marginal lempeng basal meluas dan membentuk jembatan

    untuk serabut saraf yang menghubungkan korteksi serebri dengan korda

    spinalis. Bagian ini dikenal sebagai pons.

    Lempeng alar mengandung tiga kelompok nucleus sensorik yakni:

    a. Aferen somatic yang mengandung neuron nervus trigimenus dan

    sebagian vestibulokoklear

    b. Aferen visceral khusus

    c. Aferen visceral umum

    Bagian dorosolateral lempeng alar akan menekuk ke arah medial

    dan membentuk bibir rombik dan bibir ini akan saling mendekat tepat di

    bawah mesensefalon. Bibir rombik ini kemudian membentuk lempeng

    serebelum. Pada minggu 12 lempeng ini akan memeprlihatkan vermis dan

    dua bagian lateral yakni hemisfer seperti halnya struktur serebelum pada

    orang dewasa.

    2.) Mesensefalon

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    9/29

    9

    Lempeng basal mengandung dua kelompok nucleus motorik yang

    terdiri dari kelompok eferen somatic medial, yang diwakili oleh nucleus

    okulomotoris dan nervus troklearis dan kelompok eferen visceral umumkecil yang diwakili oleh nucleus Edinger-Westphal yang menyarafi m.

    sfingter pupilae. Lempeng alar mesensefalon akan terbentuk suatu alur

    transversal yang membagi lempeng alar menjadi kolikulus anterior dan

    kolikulus posterior.

    3.) Prosensefalon

    Prosensefalon terdiri dari telensefalon yang membentuk hemisferum

    serebri dan diensefalon yang membentuk cawan optic, hipofisis, thalamus,

    hipotalamus dan epifisis.

    a.) DiensefalonDiensefalon terdiri dari suatu lempeng atap dan dua lempeng alar tetapi

    tidak memiliki lempeng basal. Berikut struktur-struktur yang akan dibentuk

    diensefalon.

    Lempeng atap diensefalon terdiri dari satu lapisan sel ependim yang

    ditutupi mesenkim vaskular dan membentuk pleksus koroideus ventrikel

    III. Bagian kaudal lempeng atap berkembang menjadi epifisis.

    Sedangkan lempeng alar akan membentuk dinding lateral diensefalon.

    Suatu alur, sulkus hipotalamikus, membagi lempeng menjadi bagian

    dorsal dan ventral dan masing-masing menjadi thalamus dan

    hipotalamus. Akibat aktivitas proliferatif, thalamus secara bertahapmenonjol ke dalam lumen diensefalon dan region thalamus dari sisi

    kanan dan kiri akan menyatu . Hipotalamus yang membentuk bagian

    bawah lempeng alar, berdiferensiasi menjadi sejumlah area nucleus

    yang mengatur fungsi alat dalam, seperti tidur, pencernaan, suhu tubuh

    dan perilaku emosi.

    Hipofisis terbentuk dari dua bagian yang sama sekali berbeda yakni

    penojolan ectoderm stomodeum tepat di depan membrane

    bukofaringealis/ kantong ratkhe dan perluasan kea rah bawah dari

    diensefalon, infundibulum.

    b.) Telensefalon

    Telensefalon, bagian paling rostral dari vesikel otak, terdiri dari dua

    penonjolan lateral, hemisferum serebri, dan suatu bagian di tengah, lamina

    terminalis. Rongga-rongga hemisfer, ventrikel lateral, berhubungan

    dengan lumen diensefalon melalui foramen interventrikulare monro.

    Berikut struktur yang berkembang pada telensefalon

    Hemisferum serebri muncul pada awal minggu kelima perkembangan

    sebagai evaginasi bilateral di dinding lateral prosensefalon. Pada

    pertengahan bulan kedua bagian basal dari hemisfer mulai tumbuh dan

    menonjol ke dalam lumen ventrikel lateral dan ke dalam lantai foramen

    monro. Region yang tumbuh ini disebut korpus striatum. Di regio

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    10/29

    10

    tempat dinding hemisfer melekat ke atap diensefalon, dinding hemisfer

    terdiri dari satu lapisan ependim yang akan membentuk pleksis

    koroideus. Sedangkan hipokampus akan terbentuk dari dindinghemisfer yang menebal tepat di atas fisura koroidea. Pertumbuhan

    hemisferum serebri yang terus menerus kearah anterior, dorsal dan

    inferior, masing-masing menyebabkan terbentuknya lobus frontalis,

    temporalis dan oksipitalis. Tahap terakhir kehidupan janin, permukaan

    hemisferum serebri tumbuh sedemikian pesat sehingga muncul banayk

    girus yang dipisahkan sulkus dan fisura.

    Korteks serebri berkembang dari palium yang memiliki dua regio yakni

    peleopalium, tepat lateral dari korus striatum dan neopalium, antara

    hipokampus dan paleopalium. Korteks akan nampak berlapis-lapis

    akibat diferensiasi sel dalam lapisan-lapisan. Korteks mengandung selpyramidal dan sel granular.

    Bagian selanjutnya yang berkembang ialah bulbus olfaktorius.

    Diferensiasi sistem olfaktorius bergantung pada interaksi epitel-

    mesenkim. Interaksi ini terjadi antara sel krista neuralis dan ektoderm

    prominensia frontonasalis untuk membentuk plakoda olfaktoria dan

    antara sel krista neuralis yang sama dengan lantai telensefalon untuk

    membentuk bulbus olfaktorius. Sel-sel di plakoda berdiferensiasi

    menjadi neuron sensorik primer epitel nasal dan akson-aksonnya akan

    berkontak dengan neuron sekunder di bulbus olfaktorius. Bulbus

    olfaktorius dan traktus olfaktorius akan bersama-sama membentuknervus olfaktorius.

    Komisura ialah sejumlah berkas serabut yang menyilang garis tengah,

    menghubungkan paruh kanan dan kiri hemisfer. Berkas-berkas serabut

    terpenting menggunakan lamina terminalis. Berkas-berkas tersebut

    yakni:

    a. Komisura anterior; berkas ini menghubungkan bulbus olfaktorius dan

    area otak terkait di satu hemisfer dengan hemisfer lainnya.

    b. Komisura hipokampus; membawa serabut dari hipokampus ke korpus

    mamilare dan hipotalamus.

    c. Korpus kalosum; menghubungkan area non-olfaktorius korteks serebrikiri dan kanan.

    Selain ketiga komisura yang terbentuk di lamina terminalis, tiga lainnya

    muncul. Dua diantaranya komisura posterior dan komisura habenularum,

    tepat di bawah sebelah dan rostral tangkai pineal. Yang ketiga, kiasma

    optikum, yang muncul di dinding rostral diensefalon, mengandung

    serabut-serabut dari separuh medial retina.

    b. Medulla Spinalis

    1.) Lapisan Neuroepitel, Mantel, dan Marginal

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    11/29

    11

    Dinding tabung saraf yang baru tertutup terdiri dari sel neuroepitel. Sel-sel

    ini terdapat di seluruh ketebalan dinding dan membentuk suatu epitel

    bertingkat semu yang tebal. Sel-sel ini dihubungkan oleh kompleks taut di

    lumen. Selama stadium alur saraf (neural groove) dan segera setelah

    penutupan sel tabung saraf, sel-sel ini membelah dengan cepat,

    menghasilkan sel neuroepitel yang semakin banyak. Secara keseluruhan,

    sel-sel ini membentuk lapisan neuroepitel atau neuroepitelium.

    Setelah tabung saraf tertutup, sel neuroepitel mulai menghasilkan jenis

    sel lain yang ditandai oleh nukleus besar bulat dengan nukleoplasma pucat

    dan nukleolus berwarna gelap. Ini adalah sel saraf primitif, atau neuroblas.Sel-sel ini membentuk lapisan mantel (mantle layer), suatu zona di sekitar

    lapisan neuroepitel. Lapisan mantel kemudian membentuk substansia grisea

    korda spinalis.

    Lapisan paling luar korda spinalis, lapisan marginal, mengandung

    serabut-serabut saraf yang keluar dari neuroblas di lapisan mantel. Akibat

    mielinasi serabut saraf, lapisan ini tampak putih sehingga disebut substansia

    alba korda spinalis.

    2.) Lempeng Basal, Alar, Atap, dan LantaiAkibat penambahan neuroblas terus menerus ke lapisan mantel, masing-

    masing sisi tabung saraf memperlihatkan penebalan ventral dan dorsal.

    Penebalan ventral, lempeng basal yang mengandung sel-sel kornu motorik

    ventral, membentuk area motorik korda spinalis; penebalan dorsal, lempeng

    alar, membentuk area sensorik. Sebuah alur longitudinal, sulkus limatans,

    menandai batas antara keduanya. Bagian garis tengah dorsal dan ventral

    dari tabung saraf yang masing-masing dikenal sebagai lempeng atap dan

    lantai, tidak mengandung neuroblas; keduanya terutama berfungsi sebagai

    jalur untuk serabut saraf yang melintas dari satu sisi ke sisi lain.

    Selain kornu motorik ventral dan kornu sensorik dorsal, sekelompok

    neuron berkumpul di antara dua area tersebut dan membentuk kornu

    intermediat kecil. Kornu ini yang mengandung neuron-neuron bagian simpatis

    sistem saraf otonom, hanya terdapat di level torakal (T1-T12) dan lumbal atas

    (L2 atau L3) korda spinalis.

    2.2.2. Diferensiasi histologist

    1. Sel saraf

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    12/29

    12

    Neuroblas, atau sel saraf primitif, muncul secara eksklusif melalui

    pembelahan sel neuroepitel.

    2. Sel gliaSebagian besar sel penunjang primitif, gliablas, terbentuk oleh sel

    neuroepitel setelah pembentukan neuroblas berhenti. Jenis lain sel

    penunjang yang mengkin berasal dari gliablas adalah sel oligodendroglia.

    Pada paruh kedua perkembangan, tipe ketiga sel penunjang, sel microglia,

    muncul di SSP. Tipe sel yang sangat fagositik ini berasal dari mesenkim.

    Ketika berhenti menghasilkan neuroblas dan gliablas, sel neuroepitel

    berdiferensiasi menjadi sel ependim yang melapisi kanalis sentralis korda

    spinalis.

    3. Sel Krista neuralis

    sel-sel Krista neuralis berasal dari ectoderm dan meluas keseluruh panjang tabung saraf. Sel-sel Krista bermigrasi ke lateral dan

    menghasilkan ganglion sensorik (ganglion radiks dorsal ) saraf spinal dan

    tipe sel lain. Ganglion radiks dorsal akan membentuk prosesus yang akan

    tumbuh ke sentral(menembus kornu dorsal) dan tumbuh perifer untuk

    membentuk trunkus saraf spinal. Selain membentuk ganglion sensorik, sel-

    sel Krista neuralis berdiferensiasi menjadi neuroblas simpatis, sel Schwann,

    sel pigmen, odontoblas, meningen, dan mesenkim arkus faring.

    4. Saraf spinal

    Serebut saraf motorik mulai muncul pada minggu keempat,

    berasal dari sel saraf di lempeng basal (kornu ventral) korda spinalis.Serabut-serabut ini menyatu membentuk berkas yang dikenal sebagai

    radiks saraf ventral. Radiks saraf dorsal terbentuk sebagai kumpulan

    serabut yang berasal dari sel di ganglion radiks dorsal (ganglion spinal).

    Prosesus sentral dari ganglion ini akan tumbuh ke dalam korda spinalis.

    Prosesus yang lainnya, prosesus perifer, bergabung dengan radiks saraf

    ventral untuk membentuk saraf spinal.

    5. Mielinasi

    Sejak bulan keempat kehidupan janin, banyak serabut saraf

    tampak keputihan akibat pengendapan myelin yang dibentuk oleh

    penyelubungan akson oleh kumparan membran sel Schwann.sel Schwann

    akan membentuk selubung myelin untuk saraf tepi

    Meskipun mielinasi serabut saraf di korda spinalis berawal pada

    sekitar bulan keempat kehidupan intrauterus, sebagian dari serabut motorik

    yang turun dari pusat-pusat otak yang lebih tinggi ke korda spinalis tidak

    mengalami mielinasi sampai tahun pertama kehidupan pascanatal.

    Berbeda dengan saraf tepi selubung myelin pada serabut saraf korda

    spinalis berasal dari sel oligodendroglia.

    2.3. Pemeriksaan prenatal

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    13/29

    13

    2.3.1. Ultrasonografi (USG)

    Ultrasonografi (USG) adalah salah satu teknologi diagnostic pencitraan(imaging) yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk

    menghasilkan citra struktur internal tubuh seperti perkembangan fetus, tendon,

    otot, dan sendi.1 Suara yang dapat kita dengar, atau biasa disebut sebagai

    gelombang audiosonik, hanya berkisar antara 20 Hz-20 kHz, sedangkan yang

    digunakan pada USG adalah gelombang ultrasonic dengan frekuensi diatas 20

    kHz. Frekuensi yang digunakan pada USG diagnostic kedokteran biasanya 3-5

    MHz untuk transabdominal dan 7-7,5 MHz untuk transvaginal.2

    Pada, USG, terdapat tiga komponen alat yang penting yaitu transducer,

    monitor, USG, dan mesin USG. Transducer adalah alat yang dipegang oleh

    dokter atau praktisi kesehatan yang berfungsi untuk memancarkan gelombang

    ultrasonic ke tubuh. Monitor berfungsi untuk menampilkan output dari USG dan

    mesin USG berfungsi sebagai alat pemrosesan input.3

    USG memanfaatkan gelombang suara untuk memproduksi tampak visual

    dari jaringan tubuh yang ingin diamati. Prinsip alat USG adalah penempatan

    suara ultrasonik terhadap jaringan yang akan diperiksa sehingga suara balik atau

    refleknya dapat diterima kembali oleh alat transducer yang sama dan selanjutnya

    akan diubah menjadi gambar, sesuai dengan susunan, jarak, dan konsistensi

    jaringan tersebut.1,2

    Prinsip pengoperasian USG adalah mengarahkan transducer pada organ

    yang akan diperiksa. Karena udara merupakan penghantar suara yang buruk, di

    antara transducer dan dinding abdomen atau vagina diberikan semacam jeli

    sehingga pengantaran gelombang suara akan berlangsung dengan baik.2

    Beberapa hal patologis dapat diamati dan terlihat pada pemeriksaan

    USG, antara lain : 2

    Keadaan patologis Keterangan

    Abortus - USG bermanfaat untuk menentukan luaspendarahan sehingga intervensi medis dapat ditentukan- Tampak daerah anekoik, bentuk tidak teratur

    Missed abortion - Tertinggal hasil konsepsi yang telah matiintrauteri- Uterus telah mengecil karena air ketubanberkurang

    Kehamilan ektopik - Terdapat luteum kista tunggal/dupleks- Kantong gestasi dapat dijumpai pada minggu ke5- Kantong gestasi di luar kavum uteri

    Hidrosefalus - Ventrikel otak mengandung banyak CSF, otakterdesak ke lateral- Tulang kepala janin menipis- Kepala relative besar dibanding normal

    Anensefali - Tidak terbentuknya otak dan medulla spinalis- Hanya terbentuk wajah

    - Dapat ditegakkan pada kehamilan 12 minggu

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    14/29

    14

    - Puncak kepala janin tidak terbentuk- Tulang orbita wajah lebih jelas

    - Dapat disertai dengan hidroamnion

    Mikrosefali - Ukuran kepala lebih kecil disbanding normal

    Spina Bifida - Tidak tertutupnya saluran neural pada kolumnavertebralis

    2.3.2. Pemeriksaan Penyaring Serum

    Pemeriksaan penyaring serum ibu digunakan sebagai penanda

    biokimiawi. Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan penilaian konsentrasi -

    fetoprotein (AFP) serum. AFP dibentuk di hati janin. Kadar AFP akna memuncak

    14 minggu bocor ke dalam sirkulasi ibu lewat plasenta. Oleh sebab itukonsentrasi AFP dalam serum ibu meningkat selama trisemester kedua dan

    turun saat usia kehamilan 30 minggu. Pada kasus cacat tabung syaraf kadar

    AFP meningkat. Konsentrasi AFP menurun dapat menyebabkan sindrom down,

    tri somi, dan kelainan kromosom.

    2.3.3. Diagnosis untuk anansefali

    Diagnosis Anensefalus dapat ditegakkan pada masa prenatal.

    Hidramnion sering terjadi pada masa gestasi anensefalik, serta konsentrasi -

    fitoprotein dan asetil kolinesterase meningkat dalam cairan amnion.

    Ultrasonografi dapat mendeteksi adanya anensefalus pada akhir trimester

    pertama.

    2.4. Studi kasus

    2.4.1. Pengaruh diabetes terhadap risiko malformasi kongenital

    Malformasi kongenital merupakan salah satu penyebab utama dari

    mortalitas pernatal pada kehamilan dengan diabetes, yaitu sekitar 30 sampai

    40% dari semua mortalitas perinatal.

    Insidens malformasi kongenital sekitar 7,5

    12,9 % dari kehamilan dengan diabetes. Ini diperkuat dengan studi di Rio de

    Janeiro, Brazil yang menunjukkan adanya asosiasi positif antara penyakit

    diabetes pada ibu dengan kejadian malformasi kongenital.Berbagai macam malformasi kongenital yang bisa terjadi yakni sebagai

    berikut.

    a. Kardiovaskuler1.) Transposisi pembuluh darah besar2.) Defek septum ventrikel3.) Defek septum atrium4.) Ventrikel kiri hipoplastik5.) Situs invesus6.) Anomali aorta

    b. Sistem syaraf pusat1.) Anensefali

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    15/29

    15

    2.) Ensefalokel3.) Meningomielokel

    4.) Mikrosefalic. Skeleta

    1.) Sindroma regresi kaudal2.) Spina bifida

    d. Genitourinaria1.) Ginjal absen (sindroma potter)2.) Ginjal polikistik3.) Ureter ganda

    e. Gastrointestinalis1.) Fistula trakheoesofageal2.) Atresia saluran cerna3.) Anus congenital15

    Mekanisme yang pasti bagaimana malformasi tersebut terjadi, belum jelasbenar. Dari penelitian terhadap binatang dan ibu hamil diperoleh hubunganantara beberapa kondisi atau keadaan dengan terjadinya malformasi congenital.

    Berikut Faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko congenicongenital diantara keturunan hewan coba atau bayi dari ibu diabetes:

    1. Hiperglikemia 5. Gangguan pada yolk sac2. Hipoglikemia 6. Penurunan mio-inositol intrasel3. Hiperketonemia 7. Defisiensi asam arakhidonat4. Inhibitor somatomedin 8. Vaskulopati maternal

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    16/29

    16

    Hiperglikemia maternal yang terjadi selama masa kritis dariorganogenesis (usia kehamilan dibawah 9 minggu) dihubungkan dengan adanya

    peningkatan frekuensi malformasi. Hemoglobin glikosilat banyak dipakai sebagaicongenital dalam pengawasan hiperglikemia selama organogenesis.

    Dari perconaan lainnya di peroleh hasil bahwa hiperglikemia dapat menyebabkanterjadinya gangguan pada yolk sec, gangguan congenital mio-inositol, danbersama-sama dengan defisiensi asam arakhidonat ditemukan dapatmenyebabkan defek congenital.

    2.4.2. Pengaruh usia ibu terhadap risiko malformasi kongenital

    Usia ibu merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh

    terhadap risiko terjadinya anomali (cacat) pada kehamilan. Usia yang terlalu

    muda (39 tahun) cenderung memiliki

    kemungkinan terjadinya anomaly yang lebih besar dibanding usia produktifseorang wanita (20-35 tahun). Berikut merupakan paparan singkat dari hasil studi

    di berbagai tempat pada periode waktu tertentu:

    a. Hasil studi di California, Amerika Serikat periode 1983-1988 menunjukkan

    bahwa prevalensi tertinggi terjadinya malformasi pada usia 40 tahun (30,9/1000 kehamilan).

    b. Studi di Lombardi, Italia, tahun 1996 menunjukkan bahwa risiko malformasi

    kongenital tertinggi pada usia kehamilan dan menurun pada awal usia 20

    tahunan. Risiko malformasi kemudian meningkat secara dramatis mulai dari

    akhir usia 30 tahunan.

    c. Prevalensi risiko malformasi kongenital pada kelahiran di benua Eropa pada

    periode 200-2004 pada usia 35-39 tahun yakni 22,6/1000 kelahiran.

    Dari ketiga studi tersebut prevalensi malformasi kongenital terhadap usia

    ibu membentuk kurva U dimana resiko tertinggi pada usia ibu

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    17/29

    17

    terhadap perkembangan sistem saraf pusat bayi. Semakin tinggi graviditas

    (gravida 4 atau lebih), kemungkinan bayi lahir dengan malformasi kongenital

    multiple pada sistem saraf pusat pun meningkat.Berikut penelitian yang pernahdilakukan mengenai pengaruh gravida terhadap perkembangan sistem saraf

    pusat bayi :

    1. Penelitian di India Utara pada 3932 anak yang lahir tahun 1988-1989

    memperlihatkan insiden 1,2 % insiden malformasi kongenital multiple. Hasil

    observasi menunjukkan jumlah insiden yang lebih tinggi pada wanita dengan

    gravida 4 atau lebih.

    2. Penelitiaan di Oman Utara tahun 2003-2005 mencatat adanya 10311

    kelahiran dengan 84 insiden malformasi kongenital multiple. Hasil observasi

    menunjukkan jumlah insiden yang lebih tinggi pada wanita dengan gravida 4

    atau lebih.3. Penelitian tahun 2005-2007 di India Tengah mencatat 9386 kelahiran

    denganinsiden malformasi kongenital multiple sebanyak 179 (1,91%).

    Penelitian ini juga menunjukan bahwa jumlah insiden yang lebih tinggi pada

    wanita dengan gravida 4 atau lebih.

    4. Penelitian di Pakistan tahun 2006-2008, mencatat 120 insiden malformasi

    kongenital. Hasil observasi menunjukkan jumlah insiden yang lebih tinggi

    pada wanita dengan gravida 4 atau lebih.

    2.5. Malformasi Kongenital

    2.5.1. Faktor penyebaba. Kelainan genetik

    Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan

    berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-

    kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi

    oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan (dominant traits) atau

    kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar,

    tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat

    membantu langkah-langkah selanjutya.

    b. Faktor eksogen : toksin dan infeksi

    Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang

    terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan.

    Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan

    gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimester

    pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula

    meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus

    pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella, infeksi virus

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    18/29

    18

    sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang

    mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf

    pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.

    c. Lingkungan

    Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat

    menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak

    diketahui.

    d. Obat-obatan

    Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester

    pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinyakelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui

    dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat

    mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Sebaiknya selama

    kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan

    yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari

    karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada

    pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau

    preparat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perludipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap

    bayi.

    e. Usia ibu

    Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi

    yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi

    baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979,

    secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran

    hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur

    35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk

    kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39

    tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 44 tahun dan 1 : 15 untuk

    kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.

    f. Hormonal

    Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian

    kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    19/29

    19

    penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan

    pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.

    g. Radiasi

    Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat

    menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Radiasi dapat mengakibatkan

    mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan

    kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik

    atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada

    hamil muda.

    h. GiziPada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan

    dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-

    penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi

    yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila

    dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada

    binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid,

    thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.

    2.5.2. Defek Neural Tube

    a. Anensefali

    Anensefali merupakan kelainan yang paling sering terjadi pada janin.

    Terjadi 1 dari tiap 500 kelahiran.

    Morfologi:

    - Hipoplasia pada kubah cranium.

    - Tulang di dasar tengkorak menebal hingga wajah menjadi mirip kodok.

    - Tidak ada neurohipofisis sehingga tidak ada hormone trofik dari

    hipotalamus.

    - Terdapat kelainan pada korpus vertebrata dan medulla spinalis.

    - Hipoplasia pada paru dan kelenjar adrenal.

    Anensefalus tidak memungkinkan kehidupan di luar uterus, dan sebagian

    besar janin meninggal dalam beberapa menit sampai jam setelah lahir. Diagnosis

    anensefalus dapat ditegakkan pada masa prenatal. Hidramnion sering terjadi

    pada gestasi anensefali, serta konsentrasi -fetoprotein dan asetilkolinesterase

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    20/29

    20

    meningkat dalam cairan amnion. Ultrasonografi dapat mendeteksi adanya

    anensefalus pada akhir trimester pertama.

    b. Ensefalokel dan Meningokel Kranium

    Ensefalokel ditandai dengan menonjolnya meningen dan parenkim otak

    yang bervariasi melalui suatu defek cranium. Sering terjadi di region oksipital

    meskipun semua bagian tengkorak dapat terkena. Ensefalokel anterior terutamabanyak terjadi di Asia Tenggara. Meningokel kranium jarang terjadi dan

    perbedaannya dengan ensefalokel hanya terletak pada adanya meningen dan

    CSS di jaringan yang mengalami herniasi.

    c. Spina bifida

    Spina bifida dapat terjadi di semua tingkatan tetapi paling sering di region

    lumbo-sakral. Pada semua kasus, terjadi hipoplasia atau kehilangan satu atau

    lebih arkus vertebra, dengan berbagai kelainan meningen dan/atau medulla

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    21/29

    21

    spinalis dibawahnya. Dua varian tersering adalah meningomielokel dan spina

    bifida okulta.

    1) Meningonmielokel

    Ditandai dengan herniasi meningen spinal dan medulla spinalis melalui

    defek di vertebra posterior untuk membentuk suatu kantong mirip kista.

    Meningen mungkin terpajan lingkungan luar atau tertutup kulit.

    Meningomielokel sering berkaitan dengan hidrosefalus dan malformasi

    Arnold-Chiari. Medula biasanya abnormal pada malformasi ini dan

    manisfetasi utama defek ini adalah infeksi, paralisis ekstremitas bawah, dan

    gangguan pengendalian kandung kemih dan buang air besar.2) Spina bifida okulta

    Merupakan bentuk paling ringan dari defek neural tube. Kelainan ini

    ditandai dengan gangguan penutupan arkus vertebra superior, dengan

    meningen dan medula spinalis intak. Letak defek kadang ditandai dengan

    adanya cekungan kecil dikulit atau sejumput rambut. Kelainan ini terjadi pada

    sekitar 20% populasi umum dan tidak menimbulkan gejala.

    Malformasi yang berkaitan dengan hidrosefalus

    Banyak gangguan berbeda yang dihubungkan dengan adanya

    hidrosefalus. Kasus hidrosefalus dihubungkan dengan kelainan yang didapat,

    seperti tumor, perdarahan, dan proses peradangan, yang mengganggu aliran

    normal dan resorpsi CSS. Pada kasus lain, kelainan perkembangan primer dapat

    menyebabkan terjadinya hidrosefalus. Malformasi primer terkait hidrosefalus

    yang sering ditemukan seperti malformasi Arnold-Chiari dan malformasi Dandy-

    Walker.

    a. Malformasi Arnold-Chiari

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    22/29

    22

    Ditandai denfan fosa kranialis posterior yang dangkal disertai ekstensi

    kaudal medula oblongata dan sebagian vermis serebelum melalui foramen

    magnum. Batang otak bagian bawah tampak memanjang dan tertekan, dengan

    satu lapisan tipis parenkim serebelum gliotik yang mengalami herniasi dan

    menutupi permukaan dorsal medulla. Akuaduktus serebri menyempit, dan di

    bagian dorsal otak tengah mengalami mal-formasi. Biasanya ditemukan

    kelainan lain di kubah tengkorak. Malformasi ini biasa disertai oleh

    hidrosefalus. Meskipun pathogenesis hidrosefalus pada malformasi ini belum

    sepenuhnya dipahami, namun saat ini sudah cukup jelas bahwa hidrosefalus

    merupakan perubahan sekunder dan bukanlah penyebab dari defek malformasiArnold-Chiari ini seperti yang diduga sebelumnya.

    b. Malformasi Dandy-Walker

    Ditandai oleh aplasia atau hipoplasia vermis serebelum, disertai dilatasi

    mirip balon pada ventrikel keempat dan membesarnya fosa posterior. Lesi

    biasanya disertai oleh hidrosefalus.

    Gangguan perkembangan otak depan

    a. Holoprosensefalus

    Merupakan malformasi yang berkaitan dengan gangguan pembentukkan

    hemisferum serebri. Kelainan semacam inidapat ditemukan pada pasien

    dengan kelainan trisomi kromosom13 dan 15, tetapi juga dapat terjadi pada

    kelainan kromosom yang spesifik. Bentuk holoprosensefalus yang paling parah

    adalah holoprosensefalus alobus, yakni tidak terjadi perkembangan hemisfer

    dan terdapat otak depan rudimenter yang menutupi satu rongga ventrikel.

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    23/29

    23

    b. Malformasi korteks serebrum

    Pembentukkan girus multipel yang abnormal hingga ketiadaan girus.

    Displasi serebrum ini merupakan salah satu penyebab penting pasien dengan

    epilepsy yang refrakter.

    Sindrom Neurokutaneus

    Sindrom neurokutaneus atau fakomatosis, adalah sekelompok penyakit

    yang ditandai dengan malformasi dan berbagai proliferasi neoplastik dan

    nonneoplastik di sistem saraf, kulit, mata, dan organ lain. Sebagian diwariskan

    sebagai sifat dominan autosomal dengan ekspresi bervariasi.

    2.8. Nutrisi Ibu Hamil

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    24/29

    24

    Nutrisi merupakan faktor yang sangat penting untuk perkembangan janin

    dalam kandungan. Hal ini disebabkan karena metabolism dalam tubuh janin

    sangat bergantung pada makanan ibu. Bahkan untuk menciptakan janin yang

    sehat ternyata kecukupan nutrisi harus dimulai sejak masa sebelum hamil atau

    merencanakan kehamilan. Proses tumbuh kembang janin membutuhkan zat gizi

    lengkap sesuai dengan tahapan pertumbuhan yang sedang dijalaninya. Janin

    memerlukan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air secara

    seimbang.

    Berikut zat gizi yang penting dalam kehamilan dan peranannya terhadap

    tumbuh kembang janin. Zat besiuntuk mengurangi resiko cacat pada janin

    Asam folatpenting untuk pembentukan otak dan tulang belakang

    Protein- membangun dan perbaikan pada kerusakan jaringan tubuh

    Kalsium- pembentukan tulang dan gigi

    Seperti yang kita ketahui bahwa orang yang hamil biasanya dibagi

    menjadi tiga trimester, trimester pertama, kedua, dan ketiga. Pada setiap

    trimester tahapan tumbuh kembang janin berbeda. Namun asupan nutrisi akan

    meningkat sesuai dengan usia kehamilan. Peningkatan kebutuhan zat gizi paling

    banyak terjadi pada trimester ketiga karena pertumbuhan janin berlangsung

    sangat cepat. Itulah sebabnya selama kehamilan harus mengkonsumsi makananyang berkualitas dalam jumlah cukup sehingga janin bisa tumbuh dan

    berkembang dengan sempurna.

    2.9. Bioetik Terminasi

    Terminasi kehamilan (abortus buatan) dapat bersifat illegal (abortus

    provocatus criminalis), atau legal (abortus provocatus therapeuticus). Abortus

    buatan illegal yang dilakukan oleh tenaga kerja yang tidak kompeten, biasanya

    memakai cara-cara seperti memijit-mijit perut bagian bawah, memasukkan benda

    asing atau jenis tumbuh-tumbuhan/rumput-rumputan ke dalam leher rahim,

    pemakaian bahan-bahan kimia yang dimasukkan ke dalam jalan lahir dan lain-

    lain, sehingga sering terjadi infeksi yang berat, bahkan dapat berakibat fatal.

    Abortus buatan legal dilakukan hanya berdasarkan indikasi medic,

    dengan persetujuan ibu hami yang bersangkutan/suami, dilaksanakan oleh

    tenaga kesehatan yang kompeten di suatu sarana kesehatan tertentu. Cara yang

    digunakan untuk abortus buatan legal ini dapat berupa tindakan operatif (paling

    sering dengan cara kuretase atau aspirasi vakum) atau dengan cara medical,

    dan dilaksanakan di rumah-rumah sakit atau klinik-klinik. Cara operatif itu

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    25/29

    25

    dilakukan juga oleh dokter-dokter atau tenaga paramedic tertentu pada kasus-

    kasus abortus buatan illegal.

    Dalam Deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran atas indikasi medic,

    disebutkan bahwa moral dasar yang dijiwai oleh seorang dokter adalah butir

    Lafal Sumpah Dokter yang berbunyi: Saya akan menghormati hidup insane

    sejak saat pembuahan. Oleh karena itu maka abortus buatan dengan indikasi

    medic, hanya dilakukan dengan syarat-syarat berikut :

    1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik

    2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui

    secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensiprofessional mereka.

    3. Prosedur itu hendaklah dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten di

    instalasi yang diakui oleh suatu otoritas yang sah.

    4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan ia melakukan

    pengguguran tersebut, maka ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan

    pelaksanaan tindakan medic itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.

    Meskipun pernyataan Oslo itu didukung oleh General Assembly dari

    WMA, namun tidak mengikat para anggotanya (ada Negara yang melegalkanabortus sebagai cara KB, penulis).

    Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan tersebut butir-butir yang

    berkaitan dengan abortus buatan legal sebagai berikut :

    Pasal 15

    1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil

    dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

    2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat

    dilakukan :

    a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan

    tersebut

    b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk

    itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan

    pertimbangan tim ahli

    c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau

    keluarganya

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    26/29

    26

    3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah.

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    27/29

    27

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Ibu dengan DM tipe 1 yang tak terkontrol menyebabkan gangguan nutrisi

    untuk perkembangan janin yang dikandungnya sehingga menyebabkan

    terjadinya multipel malformasi kongenital pada Sistem Saraf Pusat janin

    tersebut dengan diperberat oleh faktor usia dan jumlah kehamilan

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    28/29

    28

    Daftar Pustaka

    Hanafiah, M. J. dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,Ed 3. Jakarta: EGC.

    Katzung, Bertran G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Kumar, Vinay et all.2007.Buku Ajar PATOLOGI Edisi ke-7 Volume 2.Jakarta:EGC

    Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. Jakarta:EGC

    Syamhudi, Budi. Bayi dengan Ibu Diabetes Mellitus. Laboratorium Ilmu

    Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

    Simkin P. Whalley J. Keepler A. 2009. Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta :Arcan.

    Sadler, T.W. 2009. Langman Medical embriologi edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Snell, Richard S. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi5. Jakarta. EGC.

    Claudia Costa, Silvana da Gama, Maria Leal. Congenital malformations in Rio deJaneiro, Brazil: prevalence and associated factors. Cad. Sade Pblica.2006;, 22:2423-2431

    Dena Towner, Siril Kjos, Belinda Leung, Martin Montoro, Anny Xiang, JorgeMestman, Thomas Buchanan, Congenital Malformations in PregnanciesComplicated by NIDDM. Diabetes Care. 1995; 18: 1446-1451,

    Lisa Croen, Gary Shaw. Young Maternal Age and Congenital Malformations: A

    Population-Based Study.American Journal of Public Health. 1995; 85: 710-

    713

    Loane M, Dolk H, Morris J, a EUROCAT Working Group. Maternal age-specificrisk of non-chromosomal anomalies. BJOG2009;116:11111119.

    Masood SN, Jamil N, Mumtaz SN, Masood MF, Muneer S. Congenital

    malformations in newborns of consanguineous and non-consanguineous

    parents. Pak J Med Sci. 2011;27(1):1-5

    Patel PK. Profile of major congenital anomalies in the Dhahira region, Oman.Ann

    Saudi Med. 2007;27:106-111.

  • 5/28/2018 Laporan Pemicu 1

    29/29

    29

    Swain S, Agrawal A. Bhatia BD. Congenital Malformations at birth. Indian

    Pediatri. 1994;31:1187-1991.

    Taksande A, Vilhekar K, Chaturvedi P, Jain M. Congenital malformations at birth

    in Central India: A rural medical college hospital based data. Indian J Hum

    Genet. 2010;16:159-163.

    http://www.patient.co.uk/doctor/Gravidity-and-Parity-Definitions.htm

    http://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/18080/1/Faktor-resiko-yang-diduga-

    mempengaruhi-kematian-perinatal-di-Rumah-Sakit-Saiful-Anwar-Malang-Tahun-

    2004.pdf

    http://www.sonographytrainig.net/Ultrasonography.html

    http://www.patient.co.uk/doctor/Gravidity-and-Parity-Definitions.htmhttp://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/18080/1/Faktor-resiko-yang-diduga-%20mempengaruhi-kematian-perinatal-di-Rumah-Sakit-Saiful-Anwar-Malang-Tahun-2004.pdfhttp://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/18080/1/Faktor-resiko-yang-diduga-%20mempengaruhi-kematian-perinatal-di-Rumah-Sakit-Saiful-Anwar-Malang-Tahun-2004.pdfhttp://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/18080/1/Faktor-resiko-yang-diduga-%20mempengaruhi-kematian-perinatal-di-Rumah-Sakit-Saiful-Anwar-Malang-Tahun-2004.pdfhttp://www.sonographytrainig.net/Ultrasonography.htmlhttp://www.sonographytrainig.net/Ultrasonography.htmlhttp://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/18080/1/Faktor-resiko-yang-diduga-%20mempengaruhi-kematian-perinatal-di-Rumah-Sakit-Saiful-Anwar-Malang-Tahun-2004.pdfhttp://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/18080/1/Faktor-resiko-yang-diduga-%20mempengaruhi-kematian-perinatal-di-Rumah-Sakit-Saiful-Anwar-Malang-Tahun-2004.pdfhttp://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/18080/1/Faktor-resiko-yang-diduga-%20mempengaruhi-kematian-perinatal-di-Rumah-Sakit-Saiful-Anwar-Malang-Tahun-2004.pdfhttp://www.patient.co.uk/doctor/Gravidity-and-Parity-Definitions.htm