dermatitis fix

23
BAB II PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS A. DEFINISI Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005.Ilmu Penyakit Kulit) DERMATITIS lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda.

Upload: iip-sanes-saepudin

Post on 06-Aug-2015

84 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Fix

BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

A.  DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap

pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-

resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).

(Adhi Juanda,2005.Ilmu Penyakit Kulit)

DERMATITIS lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang

mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul

dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan

pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti

tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas

menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam

beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala  Dermatitis yang

muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada

berbeda.

Page 2: Dermatitis Fix

B. KLASIFIKASI DERMATITIS

Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan

gejala berbeda:

1.Contact Dermatitis

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang

menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005 Ilmu Penyakit Kulit)

Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun

yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit

memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang

meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau

alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya

bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

2.Neurodermatitis

            Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis

kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan

atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik.

(Adhi Djuanda,2005. Ilmu Penyakit Kulit)

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan

dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian

ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk

menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki,

pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.

3.Seborrheic Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua

alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor

keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita

penyakit saraf seperti Parkinson.

Page 3: Dermatitis Fix

4.Stasis Dermatitis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi

vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005.Ilmu Penyakit Dalam). Yang muncul dengan

adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi

memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi

cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi

penyebab.

5.Atopic Dermatitis

 Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang

umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan

peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A,

rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian

mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural).

(Adhi Djuanda,2005. Ilmu Penyakit Kulit)

 Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah.

Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat

alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki

asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat

keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

C.            ETIOLOGI

Penyebab Dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia

(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme

(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.

(Adhi Djuanda,2005. Ilmu Penyakit Kulit)

Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat

menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab

berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim

menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin

mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul

Page 4: Dermatitis Fix

karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan

terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan

tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.

(Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen)

D. PATHWAY DERMATITIS

( terlampir)

Page 5: Dermatitis Fix

(Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen)

Page 6: Dermatitis Fix

PATOFISIOLOGI

1. Dermatitis Kontak

Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak

dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.

Dermaitis Kontak Iritan :

Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya

berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik

dan kulit menebal disebut skin hardering.

Dermatitis Kontak Alergik :

Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas.

Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.

2. Dermatitis Atopik

Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat

stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.

3. Dermatitis Numularis

Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan

diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas,

bila kering membentuk krusta. bagian tubuh

4. Dermatitis Statis

Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan

melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler

masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama

berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit

dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi

hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama,

edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.

5. Dermatitis Seiboroika

Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering,

basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.Tempat

Page 7: Dermatitis Fix

kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal,

ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat

skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides

disertai kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga,

tengkuk, serta oozing (membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata.

Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.

(Adhi Djuanda,2005. Ilmu Penyakit Kulit)

E. MANIFESTASI KLINIK

Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti

dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau

pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas

kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau

beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit yang

longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi

biasanya terdiri atas papul.

Dermatitis madidans (basah) berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat

sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang

kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai

infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung

mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti

dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi,

artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele

telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi. (Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan

Gangguan Sistem Integumen)

E. KOMPLIKASI

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2. Infeksi sekunder

(Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen)

Page 8: Dermatitis Fix

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kultur virus.

2. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,

globulin

3. Urin : pemerikasaan histopatologi. (Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan

Gangguan Sistem Integumen).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pengobatan Topikal

Pengobatan topikal merupakan merupakan golongan azol dapat dikombinasikan

dengan regimen desonide (satu dosis per hari secara dua minggu) untuk terapi

dermatitis pada wajah. Dapat juga diberikan salep yang mengandung asam salisil

2%, sulfur 4%. Pada bayi dapat diberikan asam salisil 3-5%.

2. Pengobatan sistemik

Dapat diberikan antihistamin ataupun sedatif.pemberian dosis rendah dari terapi oral

bromidal dapat membantu penyembuhan. Terapi oral yang menggunakan dosis

rendah dari preparat hemopoetik yang mengandung potasium bromida, sodium

bromida, nikel sulfatt, dan sodiumclorida dapat memberikan perubahan yang berrti

dalam penyembuhan DS dan setelah pengunaan 10 minggu. Pada keadaan yang berat

dapat diberikan kortikosteroid sistemik, dosis prenidsolan 20-30 mg sehari, jika ada

perbaikan, dosis diturunkan perlahan kalau ada infeksi sekunder dapat diberikan

antibiotik.

(Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen)

H. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

I. PENGKAJIAN.

a. Identitas Pasien.

b. Keluhan Utama.

Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.

c. Riwayat Kesehatan.

1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Page 9: Dermatitis Fix

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama

dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.

2. Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.

3. Riwayat Penyakit Keluarga :

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit

lainnya.

4. Riwayat Psikososial :

Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress

yang berkepanjangan.

5. Riwayat Pemakaian Obat :

Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah

pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengeluh gatal setelah setiap habis

mencuci pakaian dengan detergen

1. Terlihat kemerahan pada kulit klien

Data Tambahan

Data Subjektif Data Objektif

1. Kemungkinan klien mengeluh nyeri

2. Kemungkinan klien mengeluh pola

tidurnya tidak efektif

3. Kemungkinan klien merasa cemas

terhadap kondisi penyakitnya

4. Kemunkinan klien tidak mengerti tentang

penyakitnya

5. Kemungkinan klien mengeluh tidak

1. Kemungkinan ditemukan pruritus pada

kulit klien

2. Pada saat pemeriksaan fisik

kemungkinan ditemukan adanya tanda-

tanda infeksi

3. Kemungkinan ditemukannya adanya lesi

yang terlokalisir pada kulit klien

Page 10: Dermatitis Fix

percaya diri

6. Kemungkinan klien tidak tahu resiko

penyebaran infeksi

4. Kemungkinan ditemukan adanya eritema

5. Kemungkinan ditemukan adanya edema

pada muka terutama pada palpebra dan

bibir

6. Kemungkinan ditemukan pertahanan

tubuh klien tidak adekuat ditandai

dengan kerusakan integritas kulit

7. Kemungkinan ditemukan adanya factor

predisposisi genetic pada keluarga klien

8. Kemungkinan klien tampak gelisah

9. Kemungkinan klien tidak mempunyai

pengetahuan yang cukup untuk

menghindari pemajanan pathogen.

ANALISA DATA

Data Masalah Etiologi

DS :

Klien mengeluh gatal

setelah setiap habis

mencuci pakaian dengan

detergen.

DO :

1. Terlihat kemerahan pada

kulit klien

2. Kemungkinan ditemukan

pruritus pada kulit klien

3. Pada saat pemeriksaan

fisik kemungkinan

ditemukan adanya tanda-

tanda infeksi

Gangguan integritas kulit Reaksi inflamasi yang

ditandati dengan kulit yang

tampak kemerahan yang

disertai rasa gatal

Page 11: Dermatitis Fix

4. Kemungkinan

ditemukannya adanya

lesi yang terlokalisir

pada kulit klien

5. Kemungkinan ditemukan

adanya eritema

6. Kemungkinan ditemukan

adanya edema pada

muka terutama pada

palpebra dan bibir

DS :

1. Kemungkinan klien

merasa cemas terhadap

kondisi penyakitnya

2. Kemungkinan klien tidak

tahu resiko penyebaran

infeksi

DO :

1. Kemungkinan klien

tampak gelisah

2. Kemungkinan klien tidak

mempunyai pengetahuan

yang cukup untuk

menghindari pemajanan

pathogen.

Kecemasan Kondisi penyakit, kerusakan

luas pada jaringan kulit.

DS :

Kemungkinan klien tidak

mengerti tentang

penyakitnya

Resiko tinggi serangan

penyakit

Predisposisi genetik,

perubahan hormon, status

nutrisi, infeksi, serta stres

emosional.

Page 12: Dermatitis Fix

DO :

1. Kemungkinan ditemukan

adanya factor

predisposisi genetic pada

keluarga klien

2. Kemungkinan ditemukan

pertahanan tubuh klien

tidak adekuat ditandai

dengan kerusakan

integritas kulit

3. Kemungkinan klien

tampak gelisah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan reaksi inflamasi

2. Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit, kerusakan luas pada jaringan

kulit.

3. Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan dengan predisposisi genetik,

perubahan hormon, status nutrisi, infeksi, serta stres emosional.

Page 13: Dermatitis Fix

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan reaksi inflamasi

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi

INTERVENSI RASIONAL

tingkatkan asupan nutrisi diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan

asupan dari kebutuhan pertumbahan

jaringan.

evaluasi kerusakan jarinan dan

perkembangan pertumbuhan jaringan

apabila masih belum mencapai kriteria

evaluasi 5x24 jam maka perlu dikaji ulang

faktor-faktor penghambat pertumbuhan dan

perbaikan dari lesi.

lakukan intervensi untuk mencegah

komplikasi

perawatan ditempat khusus untuk

mencegah infeksi. Monitor dan evaluasi

adanya tanda dan gejala komplikasi.

Pemantauan yang ketat terhadap TTV dan

pencatatan setiap perubahan yang serius

pada fungsi respiratorius, renal, atau

gastrointestinal dapatt mendeteksi dengan

cepat dimulainya suatu infeksi.

kolaborasi untuk pemberian kortikosteroid kolaborasi pemberian glukokortikoid

misalnya methil prednisolon 80-120mg per

oral ( 1,5 – 2 mg/ kg/BB/ hari).

kolaborasi untuk pemberian antibiotik pemberian antibiotik untuk infeksi dengan

sebaiknya antibiotik yang diberikan

berdasarkan hasil kultur kulit, mukosa, dan

sputum. Dapat dipakai injeksi gentamisin

2-3x 80 mg IV (1-1,5mg/KgBB) setiap

pemberian.

Page 14: Dermatitis Fix

2. Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit, kerusakan luas pada jaringan kulit.

kriteria hasil

pasien mengatakan kecemasan berkurang mengenal perasaannya dapat mengidentifikasi

penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, koperatif terhadap tindakan wajsrielaks

intervensi Rasional

kaji tanda verbal dan non verbal

kecemasan, dampingi pasien dan lakukan

tindakan bila menunjukan prilaku merusak.

reaksi verbal atau non verbal dapat

menunjukan rasa agitasi, marah dan

gelisah.

hindari konfrontasi konfrontasi dapatt meningkatkan rasa

marah, menurunkan kerjasama dan

mungkin memperlambat pertumbuhan

mulai melakukan tindakan untuk

mengurangi kecemasan. Beri lingkungan

yang tenanng dan suasana penuh istirahat.

mengurangi rangsangan eksternal yang

tidak perlu.

Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin

dan aktivittas yang diharapkan.

orientasi dapat menurunkan kecemasan.

beri kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan ansietasnya.

dapat menghilangkan ketegangan terhadap

kekhawatiran yang tidak di ekspresikan.

berikan privasi untuk pasien dan orang

terdekat

memberi waktu untuk mengekspresikan

perasaan, menghilangkan cemas, dan

perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan

teman-teman yang dipilih pasien melayani

aktivitas dan pengalihan (misalnya:

membaca) akan menurunkan perasaan

terisolasi.

koaborasi

- Berikan anti cemas sesuai indikasi

contohnya diazepam.

meningkatkan relaksasi dan menurunkan

kecemasan.

Page 15: Dermatitis Fix

3.Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan dengan predisposisi genetik,

perubahan hormon, status nutrisi, infeksi, serta stres emosional.

Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan dengan predisposisi genetik,

perubahan hormon, status nutrisi, infeksi, serta stres emosional.

Tujuan : terjadi penurunan resiko serangan penyakit berulang

Kriteria Hasil :

- Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan untuk

menurunkan serangan penyakit berulang.

- Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya serangan

penyakit berulang.

- Secara subjektif menyatakan motivasi yang kuat untuk menurunkan resiko.

INTERVENSI RASIONAL

Beritahu pasien / orang terdekat mengenai

dosis, aturan dan efek pengobatan, diet

yang dianjurkan, dan pembatasan aktivitas

yang dapat dilakukan.

informasi dibutuhkan untuk meningkatkan

perawatan diri, menambah kejelasan

efektivitas pengobatan dan mencegah

komplikasi.

Untuk menghindari inffeksi sekunder. pasien dan orang tua harus menjaga kondisi

kulit dan menjaga lipatan kulit agar tetap

bersih dan kering.

Berikan dukungan. dukungan positif akan memberikan

dukungan motivasi pada pasien dan orang

untuk meningkatkan upaya dalam

menurunkan resiko serangan penyakit

berulang.

Page 16: Dermatitis Fix

DAFTAR PUSTAKA

(Adhi Juanda,2005.Ilmu Penyakit Kulit)