perbaikan fix etiologi dermatitis eksfoliativa revisi

21
PENDAHULUAN Dermatitis eksfoliativa adalah istilah yang biasa dipakai untuk setiap inflamasi pada penyakit kulit yang mempengaruhi >90% permukaan tubuh. Penyakit ini merupakan suatu kelainan kulit yang ditandai dengan proses inflamasi yaitu eritema yang terjadi hampir di seluruh permukaan tubuh. Kejadian dermatitis ekfoliativa atau yang disebut eritroderma paling sering menyerang laki-laki daripada perempuan yaitu 4:1 dengan usia rata-rata penderita 40-60 tahun. Eritroderma yang diketahui penyebabnya memiliki angka kejadian yang lebih tinggi dibandingkan yang penyebabnya tidak diketahui. 1,6 Berdasarkan penyebabnya dermatitis eksfoliativa dibagi menjadi dua yaitu dermatitis eksfoliativa primer dan sekunder. Dermatitis eksfoliativa neonatorum merupkan jenis dermatitis eksfoliativa sekunder. Sedangkan dermatitis eksvoliativa akibat alergi obat secara sistemik, akibat perluasan penyakit kulit, keganasan dan penyebab lainnya dikelompokkan sebagai dermatitis eksfoliativa sekunder. Karena memiliki etiologi yang berbeda-beda, penatalaksanaan dermatitis eksfoliativa harus dilakukan dengan sangat terliti karena kekeliriuan penanganan awal akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien. 4 Di dalam referat ini akan dibahas mengenai etiologi dan penatalaksanaan dermatitis eksfoliativa. 2

Upload: nasir

Post on 15-Apr-2016

49 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kulit

TRANSCRIPT

Page 1: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

PENDAHULUAN

Dermatitis eksfoliativa adalah istilah yang biasa dipakai untuk setiap inflamasi

pada penyakit kulit yang mempengaruhi >90% permukaan tubuh. Penyakit ini

merupakan suatu kelainan kulit yang ditandai dengan proses inflamasi yaitu

eritema yang terjadi hampir di seluruh permukaan tubuh. Kejadian dermatitis

ekfoliativa atau yang disebut eritroderma paling sering menyerang laki-laki

daripada perempuan yaitu 4:1 dengan usia rata-rata penderita 40-60 tahun.

Eritroderma yang diketahui penyebabnya memiliki angka kejadian yang lebih

tinggi dibandingkan yang penyebabnya tidak diketahui.1,6

Berdasarkan penyebabnya dermatitis eksfoliativa dibagi menjadi dua yaitu

dermatitis eksfoliativa primer dan sekunder. Dermatitis eksfoliativa neonatorum

merupkan jenis dermatitis eksfoliativa sekunder. Sedangkan dermatitis

eksvoliativa akibat alergi obat secara sistemik, akibat perluasan penyakit kulit,

keganasan dan penyebab lainnya dikelompokkan sebagai dermatitis eksfoliativa

sekunder. Karena memiliki etiologi yang berbeda-beda, penatalaksanaan

dermatitis eksfoliativa harus dilakukan dengan sangat terliti karena kekeliriuan

penanganan awal akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien.4

Di dalam referat ini akan dibahas mengenai etiologi dan penatalaksanaan

dermatitis eksfoliativa.

ETIOLOGI DERMATITIS EKSFOLIATIVA

Dermatitis eksfoliativa adalah istilah yang biasa dipakai untuk setiap

inflamasi pada penyakit kulit yang mempengaruhi >90% permukaan tubuh.

Eritroderma merupakan sinonim yang biasa digunakan.1,2 Sebuah studi dari

Belanda memperkirakan kejadian eritroderma tiap tahun adalah 0,9 per 90.000

penduduk.1 Pada studi lain didapatkan dari 51 anak dengan eritroderma, 30%

terdiagnosis dengan imunodefisiensi. Angka kematian berjumlah 13% dan

biasanya terkait dengn imunodefisiensi. Pada perbandingan pasien dengan dan

tanpa infeksi HIV, eritroderma pada HIV (+) paling sering berhubungan dengan

reaksi obat (40,6%), pada HIV (-) reaksi obat hanya berpengaruh sebanyak

22,6%.2 Prevalensi etiologi eritroderma sebagai berikut:1,3

No Etiologi Prevalensi (%)

2

Page 2: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

1 Ekzema 40,0

2 Psoriasis 25,0

3 Limfoma dan leukemia 8,0

4 Obat (penicilin dan barbiturat) 9,0

5 Tidak diketahui 8,0

6 Kelainan herediter 1,0

7 Pemphigus 0,5

8

Penyakit kulit lain:

-   Lichen planus

-   Dermatophytosis

-   Skabies krusta

-   Dermatomyositis

0,5

Tabel 1. Prevalensi etiologi eritroderma

Patogenesis terjadinya dermatitis eksfoliativa tergantung penyakit yang

mendasari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dermatitis eksfoliativa

terdapat teori imunopatogenesis yang melibatkan Staphylococcus dengan

mengkode superantigen dari toksin tersebut. Toksin ini akan menyebabkan

timbulnya toxic shock syndrome dan staphylococcal scalded skin syndrome.4

Teori lain juga mengatakan bahwa tingginya kadar imunoglobulin E (IgE)

dapat ditemukan pada dermatitis eksfoliativa dan untuk masing-masing tipenya

memiliki kadar yang berbeda-beda. Misalnya, pada teori dikatakan bahwa

tingginya kadar IgE pada eritroderma karena psoriasis mungkin disebabkan

karena perubahan Th1 menjadi Th2 dengan memproduksi sitokin-sitokin yang

bersifat toksik. Mekanisme lain juga bisa terjadi karena adanya overproduksi

primer dari IgE pada dermatitis atopic. Hyper IgE syndrome dihubungkan dengan

kejadian eritroderma, dimana produksi IgE yang berlebih juga akan mensekresi

interferon-ˠ secara berlebih.4

Pada eritroderma dapat ditemukan adanya respon metabolik, dimana terjadi

kehilangan panas dalam jumlah besar akibat dilatasi (pelebaran) pembuluh darah

kapiler dan juga terjadi kehilangan cairan tubuh melalui proses konveksi. Pada

eritroderma kronis juga dapat terjadi gagal jantung dan hipotermia akibat

3

Page 3: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat

menyebabkan dehidrasi. Kehilangan cairan tubuh sampai 9 gr/m2 dari jumlah

cairan tubuh total per hari sehingga keadaan ini dapat menyebabkan kehilangan

albumin serum. Akibatnya, akan terjadi hipoproteinemia yang menyebabkan

timbulnya edema pada ektremitas bagian bawah karena disebabkan oleh

pergeseran cairan ke ruang ekstravaskular.5

Dermatitis eksfoliativa berdasarkan penyebabnya dibagi dalam 2

kelompok yaitu dermatitis eksfoliativa primer dan sekunder. Dermatitis

eksfoliativa primer penyebabnya tidak diketahui pasti dan yang termasuk

dermatitis eksfoliativa primer adalah dermatitis eksfoliativa neonatorum.

Dermatitis eksfoliativa sekunder disebabkan oleh penggunaan obat secara

sistemik yaitu penicilin dan derivatnya, sulfonamid, analgetik/antipiretik dan

tetrasiklin. Dermatitis yang disebabkan oleh perluasan dermatosis ke seluruh

tubuh dapat terjadi pada liken planus, psoriasis, pitiriasis rubra pilaris, pemflagus

foliaseus, dermatitis seboroik dan dermatitis atopik. Keganasan seperti limfoma

juga dapat menjadi penyebab dermatitis eksfoliativa.6,7 Sumber lain mengatakan

selain obat-obatan diatas, antiepilepsi, calcium channel blocker, dan bahan topikal

juga dapat menjadi penyebab reaksi hipersensitivitas pada eritroderma.7,8,9

Jenis-jenis eritroderma berdasarkan penyebabnya

Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik

Erupsi obat adalah perubahan-perubahan pada kulit dan membran-

membran mukosa yang terjadi sebagaimana efek-efek samping yang tidak

digunakan setelah pemberian obat dengan dosis yang normal dan biasa yakni 

setelah pemberian oral, intrakutan, subkutan, intramuskular, intravena dan juga

setelah intralesi atau absorpsi obat-obatan melalui kulit dan membran mukosa.10

Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat

menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang),

penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan masyarakat

sering melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional.11 Waktu

mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi, dapat terjadi

segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada

4

Page 4: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

obat yang masuk lebih dari satu ke dalam tubuh, dapat diduga obat tersebut

sebagai penyebab terjadinya alergi.6,12

        Eritroderma akibat reaksi obat terjadi sekitar 9% dari semua jenis

eritroderma. Jenis obat yang diduga menjadi penyebab terjadinya efek samping

obat pada kulit yaitu obat antibiotika (52,6%), obat analgesik antipiretik (9,5 %),

anti inflamasi non steroid (9,5%),  dan lain-lain. Setelah mengkonsumsi beberapa

jenis obat, reaksi petologis dimulai dengan papul eritem. Eritema menyebar sangat

cepat sampai menyebabkan permukaan kulit menjadi berwarna merah terang.

Obat yang menyebabkan eritroderma harus dihentikan. Steroid oral dan terapi

denyut efektif pada fase akut. Meskipun pada kebanyakan kasus keluhan relatif

segera berubah setelah obat kausatif dihentikan. Likenifikasi juga dapat terjadi

akibat keluhan yang berlangsung lama. Drug induced hypersensitivitas syndrome

(DIHS) adalah erupsi obat yang persisten dengan gagal organ yang juga

merupakan penyebab eritroderma.9,13

Eritroderma akibat alergi obat mempunyai gambaran klinis eritema universal

(>90 % luas kulit). Skuama terlihat pada tahap penyembuhan, timbulnya akut,

keluhan lebih gatal dibandingkan eritroderma penyebab lain.2

Tabel 2. Obat yang tersering menyebabkan eritroderma9

No Obat No Obat

1 Antibiotik 7 Karbamazepin

2 OAINS 8 Simetidin

3 Allopuronil 9 Quinidine

4 Lithium 10 Dan lain-lain

5 Phenytoin

6 Kalsium chanel bloker

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit

a. Eritroderma karena psoriasis

Eritroderma yang disebabkan psoriasis, merupakan eritroderma yang paling

banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat

pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.6 Gejala dermatitis eksfoliativa karena

5

Page 5: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

psoriasis didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis

ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninggi dari pada

sekitarnya, skuama ditempat itu juga lebih tebal. Pada kuku dilihat apakah ada

pitting nail berupa lekukan miliar, tetapi tanda ini hanya penyokong dan tidak

patognominis psoriasis. Sebagian pasien tidak menunjukkan gejala seperti itu,

hanya terlihat eritem yang universal. Pada pasien seperti itu untuk mengetahui

bahwa penyebabnya adalah psoriasis yaitu dengan cara diberikan kortikosteroid.

Setelah eritrodermanya berkurang maka tanda-tanda psoriasis akan terlihat.6

b. Penyakit Leiner

Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma atau

dikenal sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita

berkisar 4-20 minggu. Keadaan umum pasien biasanya baik dan tanpa keluhan.

Kelainan kulit berupa eritema universal disertai skuama kasar. Pitiriasis rubra

pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi eritroderma.

Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus,

dermatitis atopik dan liken planus.6,11

c. Eritroderma ekzema

Eritroderma ekzema didapatkan pada sekitar 50% dari semua kasus

eritroderma. Walaupun frekuensi terbanyak didapatkan pada pria dengan usia tua,

sebenarnya dapat ditemukan jugs pada semua umur dengan dermatitis atopik.

Dermatitis atopik dan variasi tipe dari ekzema generalisata menjadi eritroderma

yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi

disfungsi dari sel T, liver atau ginjal, paranephrotik dan distonia autonomik.1

Faktor instrinsik yaitu pengobatan ekzema yang tidak sesuai dengan

perubahan lingkungan. Kemerahan, edema dan bersisik merupakan gambaran

klinik yang lebih tampak di kulit. Gejala sistemik yang muncul seperti demam,

dehidrasi, kekurangan protein, instabilitas suhu tubuh dan infeksi oportunistik.

Atrofi kulit, pigmentasi, skuama halus dan kulit terang menjadi gambaran erupsi

dan menjadi kronik. 1

Eritroderma ekzema biasanya disebabkan oleh dermatitis atopik, dermatitis

kontak, dermatitis seboroik dan dermatitis autosensitisasi.  Steroid topikal

merupakan pengobatan yang efektif. 1

6

Page 6: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

Eritroderma akibat penyakit keganasan

Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam dapat memberi kelainan kulit

berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat

alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang

berarti perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan

sinar X toraks). 6

T-cells lymphoma (seperti mycosis fungoides, Sezary syndrome), T-cell

leukemia pada dewasa, Hodgkin’s disease, leukemia limfositik kronik merupakan

penyakit primer dari eritroderma akibat penyakit keganasan. Gejala yang

ditemukan berupa eritema disertai rasa gatal yang hebat di seluruh tubuh dan

terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Penyakit primer ini dapat

diidentifikasi dan diobati.10

Penyakit Sindrom Sezary ini termasuk limfoma, diduga merupakan stadium

dini mikosis fungoides. Penyebabnya belum diketahui, diduga berhubungan

dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan ke dalam CTCL (Cutaneous T

Cell Lymphoma). Sering menyerang orang dewasa, pada pria usia rata-rata 64

tahun sedangkan wanita 53 tahun. Manifestasi klinis subyektif berupa rasa sangat

gatal. Secara obyektif terdapat eritema berwarna merah membara menyeluruh

disertai skuama kasar dan berlapis, terdapat infiltrasi pada kulit dan edema. Dapat

ditemukan splenomegali, limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi,

hiperkeratosis palmaris dan plantaris, serta kuku yang distrofik. Pada pemeriksaan

laboratorium terdapat leukositosis, dapat timbul eosinofilia dan limfositosis.

Terdapat limfosit atipik (sel Sezary) dalam darah, kelenjar getah bening, dan kulit.

Pada ditemukan infiltrat pada dermis bagian atas dan sel Sezary. Disebut sindrom

Sezary jika jumlah sel Sezary yang beredar 1000/mm3 atau lebih. Bila di bawah

1000/mm3 disebut sindrom pre Sezary.6

Eritroderma penyebab lain6

a. Dermatosis bullous, pemfhigus foliaceus,dan dermatitis herpetiformis bisa

berkembang menjadi eritroderma. Pemeriksaan histopatologi dan tes antibodi

dengan imunofloresensi langsung dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis

penyakit ini.

7

Page 7: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

b. Keratosis herediter, nonbullous congenital ichthyosiform erythroderma,

diffuse erythema, scaling dan hyperkeratosis terjadi pada saat kelahiran atau

beberapa minggu setelah lahir.

c. Penyakit infeksi, eritroderma pada pasien-pasien immunocompromised

seperti AIDS. Scabies, tinea, candidiasis dan infeksi virus seperti campak dan

rubella bisa menjadi eritroderma.Sedangkan pada anak-anak Staphylococcal

scalded-skin syndrome (SSSS) dapat berkembang menjadi eritroderma.

PENATALAKSANAAN DERMATITIS EKSFOLIATIVA

GENERALISATA

Perawatan intensif di rumah sakit atau rawat inap merupakan salah satu

pengobatan untuk pasien dengan dermatitis eksfoliativa generalisata akut. Terapi

inisial pada dermatitis eksfoliativa generalisata adalah penilaian nutrisi, koreksi

balans cairan dan elektrolit, mencegah hipotermi dan terjadinya infeksi sekunder.

Pada neonatus dan anak-anak koreksi balans cairan dan elektrolis sangat penting

untuk mencegah terjadinya dehidrasi hipernatremi.17,18

Terapi umum pada dermatitis eksfoliativa generalisata adalah sebagai

berikut :17

1. Menghentikan pemakaian obat yang diduga menjadi penyebab dan terapi

untuk penyakit penyebab dermatitis eksfoliativa generalisata

2. Mecegah pasien dari hipotermi

3. Memberi penjelasan mengenai pemakaian pelembab dan lotion

4. Menyarankan untuk diet tinggi protein dengan suplemen asam folat

Terapi cairan yang diberikan pada orang dewasa adalah 30-40 mL/kgBB

dalam 24 jam. Pada anak-anak dihitung berdasarkan berat badan, 10 kg berat

badan pertama dikalikan 4, 10 kg berat badan kedua dikalikan 2 dan sisa berat

badan selanjutnya dikalikan 1, selanjutnya dijumlahkan dan diberikan dalam 24

jam. Kebutuhan elektrolit juga dihitung terutama natrium dan kalium. Kebutuhan

natrium harian yaitu 2-4 mEq/kgBB/hari dan kebutuhan kaliun adalah 1-2

mEq/kgBB/hari.25

Penggunaan obat antihistamin sedatif berguna untuk pasien pruritus, karena

dapat membantu pasien untuk tidur di malam hari, sehingga membatasi pasien

8

Page 8: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

untuk menggaruk dan mencegah terjadinya ekskoriasi. Antibiotik juga sering

digunakan jika infeksi dicurigai dapat mempercepat atau menjadi penyebab

komplikasi dermatitis eksfoliativa generalisata. Obat lain khusus juga dapat

diindikasikan untuk pengelolaan penyebab yang mendasari dermatitis eksfoliativa

generalisata mungkin diperlukan. Pada pasien dermatitis eksfoliativa generalisata

untuk terapi diet dapat dilakukan dengan memastikan nutrisi yang cukup dengan

asupan protein, karena pada pasien dermatitis eksfoliativa generalisata terjadi

kehilangan banyak protein melalui deskuamasi yang berlebihan dan dapat

menunjukkan kecenderungan terjadi hipoalbuminemia. Selain itu mengubah diet

yang diperlukan jika konsumsi dari makanan tertentu diduga sebagai salah satu

penyebab dermatitis eksfoliativa generalisata.19

Pengobatan dermatitis eksfoliativa generalisata sesuai dengan penyebabnya,

yaitu:

Dermatitis eksfoliativa generalisata akibat alergi obat biasanya secara

sistemik,

Pada kasus dermatitis eksfoliativa generalisata yang disebabkan erupsi

obat, dapat dilakukan penghentian seluruh obat yang diduga menjadi penyebab

dari dermatitis eksfoliativa generalisata. Obat yang dapat digunakan adalah steroid

sistemik, seperti kortikosteroid (dosis prednison 4 x 10 mg) atau pemberian

injeksi immunoglobulin dapat digunakan dalam kasus yang berat. Penyembuhan

terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.19,20

Penelitian Tri SL tahun 2014 pada pasien yang mengalami dermatitis

eksfoliativa generalisata akibat alergi obat dapat diterapi dengan memberikan diet

tinggi protein, memantau tanda vital dan mencegah hipotermi, menjaga

kelembaban kulit dan dapat mengonsultasikan penanganan medikamentosa pada

dokter spesialis kulit dan kelamin.21

Dermatitis eksfoliativa generalisata akibat perluasan penyakit

Dermatitis eksfoliativa generalisata dapat disebabkan oleh berbagai

penyebab, salah satunya akibat perluasan penyakit dari psoriasi. Hal-hal yang

harus diketahui dalam prinsip pengobatannya adalah sebagai berikut, terapi yang

dapat digunakan adalah tirah baring, menghindari sinar UV, kompres burrow,

penggunaan emolien, meningkatkan konsumsi protein dan cairan melalui

9

Page 9: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

intravena, dapat juga diberikan anti histamin sedatif untuk gatal. Selain itu,

methotrexat, cyclosporin atau aciretin dapat digunakan jika pengontrolan yang

cepat tidak diperoleh dengan terapi topikal. Penggunaan tar dan anthralin juga

harus dihindari karena dapat menyebabkan eksaserbasi dari penyakit tersebut.

Pada dermatitis eksfoliativa generalisata yang akibat ter pada terapi psoriasis,

maka obat harus dihentikan.6

Pemberian obat sistemik seperti kortikosteroid, dosis awal prednison 4 x

10 mg sampai 4 x 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak adanya

perubahan, dosisprednison dapat dinaikkan, dan setelah ada perbaikan dosis dapat

diturunkan perlahan-lahan. Pengobatan pada Leiner dengan kortikosteroid

memberi hasil yang baik. Dosis prednison 3 x 1-2 mg sehari. Lama penyembuhan

lebih lama dari dermatitis eksfoliativa generalisata penyebab alergi obat, yaitu

beberapa minggu hingga beberapa bulan.20

Dermatitis eksfoliativa generalisata pada penyakit sezary

Pemberian kortikosteroid (prednisod 30 mg sehari) atau metilprednisolon

yang equivalen dengan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-

6 mg sehari.20 Pada pengobatan kortikosteroid jangka panjang (long term), yaitu

penggunaan lebih dari 1 bulan, lebih baik menggunakan metilprednisolon dari

pada prednison dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit. Melakukan

diet tinggi protein pada dermatitis eksfoliativa generalisata kronis, karena

terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Pemberian emolien untuk

mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema misalnya dengan salap lanolin

10% atau krim urea 10%.22

Pada dermatitis eksfoliativa generalisata dengan penyebab yang tidak

diketahui dapat digunakan steroid dengan potensi ringan dan antihistmain. Pada

kasus reftrakter penggunaan cyclosporin telah terbukti bermanfaat dengan

pemberian dosisi inisial 5 mg/kgBB /hari dan dilanjutkan dengan penurunan dosis

sebesar 1-3 mg/kgBB/hari.23

Berdasarkan penelitian Erlia dkk tahun 2009 dari 30 penderita dermatitis

eksfoliativa generalisata di Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo, diterapi dengan kortikosteroid sistemik, adapun

10

Page 10: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

kortikosteroid sistemik yang paling banyak dipakai adalah deksametason oral 27

penderita (90%) karena merupakan kasus yang berat dan menetap.24

PENUTUP

Dermatitis eksfoliativa generalisata merupakan kelainan pada kulit yang

dapat disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, perluasan penyakit kulit,

penyakit keganasan maupun penyebab lainnya seperti dermatitis hipertiformis,

keratosis herediter dan pasien dengan immunocompromised. Terapi awal pada

pasien yang menderita dermatitis eksfolativa generalisata adalah penilaian nutrisi,

koreksi balans cairan dan elektrolit, mencegah hipotermi dan terjadinya infeksi

sekunder. Pada dermatitis eksfoliativa generalisata akibat alergi obat dapat

dilakukan penghentian penggunaan obat yang menjadi pencetus dermatitis

eksfoliativa generalisata serta digantikan dengan pemberian steroid sistemik. Pada

penderita dermatitis eksfoliativa generalisata akibat perluasan penyakit, mengatasi

keluhan penyakit kulit yang diderita serta menghindari faktor pencetus penyakit

kulit terlebih dahulu dilakukan sebelum terapi menggunakan steroid sistemik.

Begitu juga pada penderita dermatitis eksfoliativa generalisata akibat keganasan,

tirah baring dan penggunaan emolien serta pemberian kortikosteroid sistemik

menjadi pilihan terapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s text book of

dermatology. Vol.1; 8th ed. Singapore; Willey Blackwell,2010. 23:46-

49

2. James W, Berger T, Elston D. Andrws’ disease of the skin clinical

dermatology. 10th ed. Saunders Elsevier,2006. 226-227.

3. Wolff K, Johnson RA. Mites bites and infestations. Fitzpatrick’scolor

atlas & synopsis of clinical dermatology. 6th ed. Mcgraw hill: New

York; 2009.

4. Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ.

Arthropod bites and stings. Fitzpatrick's dermatology in general

medicine. 7th ed. Mcgraw hill: New York; 2008. p.225-7

11

Page 11: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

5. Weller R, Hunter J, Savin J, Dahl M. Infestations. Clinical

dermatology. 4th ed. Blackwell Publishing: Australia; 2008. p.357

6. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

7. Grant-Kels JM, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative Dermatitis In:

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, leffell DJ,

editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New

York: McGraw-Hill Book Co; 2008. 225–32.

8. Tri SL. A 47 years old women with eritrodermaec. Drug alergy

[jurnal]. JurnalMadulaUnila: FakultasKedokteranUniversitas

Lampung; 2014.

[Diambil pada tanggal 7 Agustus 2014] Diakses dari

http://www.journal.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/.../

463

9. Earlia N, Nurharini F, Jatmiko CA, Ervianti E. Penderita Eritroderma

di Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya Tahun 2005-2007. Departemen/ staf Medik

Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kesokteran

Universitas Airlangga/Rumah sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.

Surabaya; 2009. 21: 93-101

10. Shimizu H. Erythroderma. Textbook of dermatology. Nakayama

Shoten Publishers: Japan; 2007. 122-5

11. Champion RH. Eczema, Lichenification, prurigo and erythroderma.

In: Champion RH eds. Rokk’s textbook of dermatology, 5th ed.

Washington; Blackwell Scientific Publication. 1992. 17.48-17.52.

12. Gupta S, Singh M M, Prabhu S, Prabhu M, Mishra P. Allergic Contact

Dermatitis With Exfoliation Secondary To

Calamine/Diphenhydramine Lotion In A 9 Year Old Girl. Journal of

Clinical and Diagnostic Research [serial online] 2007 June

[diambil pada tanggal 9 Agustus 2015]

12

Page 12: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

Diakses dari http://www.jcdr.net/back_issues.asp?issn=0973-

709x&year=2007&month=June&volume=1&issue=3&page=147-

150&id=72

13. Amiruddin D. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar; Bagian Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin FK UNHAS: 2003. p:

14. Habif PT. Clinical dermatology: a color guide to diagnosis and

therapy. Edisi 5. London: British library catalogumg in publication

data; 2010. 269.

15. Sterry W, Marcus JM. Erythroderma. Dalam Horn TD, Mascaru JM,

Macini AJ, Salasche SI, Hilaire JS, Stingl G. Dermatology. London:

British library catalogumg in publication data; 2004. 165-74.

16. Erlia N, Nurharini F, Catur AJ, Ervianti E. Penderita eritroderma di

Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya Tahun 2005-2007 [jurnal]. Surabaya:

FakultasKedokteranUniversitasAirlangga; 2009. [Diambil pada

tanggal 7 Agustus 2015]

Diakses dari http://www.journal.unair.ad.id/filerPDF/art%201.pdf.

17. Eid MP. Exfoliative Dermatitis .Virginia Dermatology and Skin

Surgery Center

[diambil pada pada 11 agustus 2015]

Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/762236-treatment

18. Habif PT. Clinical dermatology: a color guide to diagnosis and

therapy. Edisi 5. London: British Library Catalogue in publication

data: 2010. 269.

19. Umar SH. Generalized exfoliative dermatitis. Department of

Dermatology, Charles R Drew/MLK Medical Center Erythroderma.

[diambil pada pada 11 agustus 2015]

diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1106906-treatment

20. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu penyakit kulit dan

kelamin. Edisi ke 5 Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2007. 197-200

13

Page 13: Perbaikan Fix Etiologi Dermatitis Eksfoliativa Revisi

21. Tri SL. A 47 years old women with eritrodermaec. Drug alergy

[jurnal]. Jurnal MadulaUnila: FakultasKedokteranUniversitas

Lampung; 2014. [Diambil padatanggal 7 Agustus 2014]

Diakses dari

http://www.journal.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/.../

463.

22. GulizKarakayll, Grant Beckham, MD, Ida Orengo, MD, et al.

Exfoliative Dermatitis. Am FamPhys 1999. 59: 1–12.

23. Sterry W, Marcus JM. Erythroderma. Dalam Horn TD, Mascaru JM,

Macini AJ, Salasche SI, Hilaire JS, Stingl G. Dermatology. London:

British library catalogumg in publication data; 2004.165-74.

24. Erlia N, Nurharini F, Catur AJ, Ervianti E. Penderitaeritroderma di

Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya Tahun 2005-2007 [jurnal]. Surabaya: Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga; 2009. [Diambil pada tanggal 7

Agustus 2015]

Diakses dari http://www.journal.unair.ad.id/filerPDF/art%201.pdf

25. Hardiono, Hanindito E, Rahardjo P, Rahardjo E. Keseimbangan

cairan, elektrolit dan asam-basa. Dalam Sjamsuhidajat R,

Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R, editor. Buku ajar

ilmu bedah sjamsuhidayat-de jong. Ed.3. Jakarta: EGC; 2010.166-175.

14