cr plasenta previa

21
Case Report G 3 P 2 A 0 hamil hamil 28-29 minggu dengan HAP e.c plasenta previa Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala Dibuat Oleh : Deffy Julianty 0718011010 Pembimbing : Dr. Zulkarnain H, Sp.OG SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

Upload: kania-a-bustam

Post on 10-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 1/21

Case Report

G3P2A0 hamil hamil 28-29 minggu dengan HAP e.c plasenta previa Janin Tunggal

Hidup Presentasi Kepala

Dibuat Oleh :

Deffy Julianty

0718011010

Pembimbing :

Dr. Zulkarnain H, Sp.OG

SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 2/21

APRIL 2012

STATUS OBSTETRI

Tgl. Masuk RSAM : 6 April 2012

Pukul : 10.00 WIB

A. Anamnesa (Autoanamnesis)

I. Identifikasi

•  Nama : Ny.J

• Umur : 35 thn

• Agama : Islam

• Pendidikan : SMP

• Alamat : Jl. Imam bonjol no.28

• Pekerjaan : Ibu rumah tangga

• Pekerjaan suami : pegawai swasta

II. Keluhan

Utama : hamil kurang bulan dengan perdarahan pervaginam

III. Riwayat Haid

Menarche : 15 tahun

Siklus haid : 28 hari, teratur  

Jumlahnya : jumlah darah normal, tidak nyeri

Lamanya : 5 hari

HPHT : 2 Agustus 2012

IV. Riwayat Perkawinan

Pernikahan pertama dan sudah berlangsung 7 tahun.

2

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 3/21

V. Riwayat Kehamilan Sekarang

 

Pasien datang ke RSAM dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir. Perdarahan

diakui berlangsung sejak ± 17 jam SMRS, darah berwarna merah segar tanpa

disertai rasa nyeri. Perdarahan pada awalnya hanya berupa bercak-bercak saja

dan banyaknya darah sampai tiga kali ganti celana dalam. Pasien tidak 

merasakan sakit pada perut saat terjadi perdarahan. Sebelumnya pasien datang ke

 bidan, dikatakn jalan lahir tertutupi. Riwayat perut mules yang menjalar ke

 pinggang tidak dirasakan pasien. Riwayat keluar lendir dan darah di sangkal.

Riwayat keluar air-air disangkal. Riwayat perut diurut-urut tidak ada, riwayat

trauma tidak ada. Riwayat minum obat/jamu disangkal, riwayat berhubunganintim satu minggu terakhir disangkal pasien, pasien mengaku hamil kurang bulan

dan gerakan anak masih dirasakan.

VI. Riwayat Kehamilan – Persalinan – Nifas Terdahulu

Anak 1 : Lahir normal dan dalam keadaan sehat

Anak 2 : Lahir normal dan dalam keadaan sehat

Anak 3 : Hamil ini

VII. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien tidak menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal,

asma dan kencing manis.

VIII. Riwayat Penyakit Keluarga

Di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, penyakit

 jantung, penyakit ginjal, asma dan kencing manis.

3

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 4/21

IX. Riwayat Kontrasepsi

Pasien mengaku mempunyai riwayat menggunakan KB spiral.

X. Riwayat Imunisasi Selama Hamil

Pernah mendapat suntikan imunisasi selama kehamilan sebanyak 2 kali

B. PEMERIKSAAN FISIK 

I. Status Present

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

 Nadi : 88 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit

Suhu : 36,90 C

Tinggi badan : Tidak diukur  

Berat badan : Tidak diukur  

II. Status Generalis

Kulit : Chloasma gravidarum (-)

Mata : Konjungtiva anemis, sklera anikterik  

Gigi / mulut : Gigi geligi lengkap, Karies (-)

Thorax : Dalam batas normal

Mamme : Mamae tegang dan membesar  

Jantung : Ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba

Bunyi jantung I – II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Pergerakan hemithoraks kanan dan kiri sama,

Fremitus taktil hemithoraks kanan dan kiri sama

4

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 5/21

Sonor, suara vesikuler pada seluruh lapang paru, ronchi,

wheezing tidak ada

Abdomen : Membuncit, striae gravidarum (+), hepar dan lien sulit dinilai

Extremitas : Edema pretibial -/-

III. Status Obstetri

Pemeriksaan luar

Tinggi fundus uteri 2 jari di atas pusar (26 cm), janin letak memanjang,

 punggung kanan, terbawah kepala, penurunan 5/5, His (-), DJJ 137 x/mnt

reguler, TBJ 2100 gram.

Inspekulo

Vulva dan vagina tidak ada kelainan, Portio livide, OUE tertutup, fluor (-),

fluksus (+), erosi (-) polip dan laserasi (-)

Pemeriksaan Dalam

Tidak dilakukan

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

HB : 9,5 gr %

LED : 40 mm/jam

Leukosit : 10.400 / ul

Trombosit : 209.000/mm3

USG (8 April 2012)

- Tampak janin tunggal hidup, presentasi kepala

- Aktivitas dan gerakan janin dalam batas normal

5

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 6/21

- Biometri janin : BPD~28 minggu

- Ketuban cukup, single pocket 4,6 cm

- Plasenta di corpus depan meluas ke bawah sampai menutupi sebagian OUI

D. DIAGNOSIS

G3P2A0 hamil 28-29 minggu dengan HAP e.c plasenta previa Janin Tunggal

Hidup Presentasi Kepala

E. PENATALAKSANAAN

- Ekspektatif - Observasi DJJ, TVI, dan tanda perdarahan

- Laboratorium : darah rutin, kimia darah, urin rutin, cross match

- Tokollitik dengan injeksi MgSO4 10% 4gr IV bolus pelan (10-20 menit),

dilanjutkan dengan drip MgSO4 40% 10 gr dalam dextrose 5% gtt

XXV/menit selama 4x6 jam selama 24 jam.

- Injeksi dexamethasone 2x6 gr IV (selama 2 hari)

- Transfusi darah sampai Hb 10gr/dl

F. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

6

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 7/21

Follow Up

Tanggal 7 April 2012 8 April 2012 9 April 2012

KeluhanPerdarahan

 pervaginam (+)

Perdarahan

 pervaginam (+)

namun sudah mulai

 berkurang

Perdarahan

 pervaginam (+)

hanya berupa

 bercak-bercak dan

 pasien dipulangkan

TD (mmHg)110/70 mmHg 110/60 mmHg 110/70 mmHg

 Nadi (x/mnt)80 80 82

Suhu (0 C) 36,3 36,5 36,5

RR (x/mnt) 20 20 20

DJJ 138x/menit 146x/menit 142x/menit

II. PERMASALAHAN

7

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 8/21

1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2. Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?

Analisis Kasus

1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetric, dan pemeriksaan

 penunjang yang dilakukan sudah tepat dan lengkap untuk menegakkan

diagnosis G3P2A0 hamil 28-29 minggu dengan HAP e.c suspect plasenta

 previa belum inpartu JTH preskep?

G3P2A0 pasien hamil yang ketiga, dengan riwayat persalinan sebelumnya

normal pada anak pertama dan kedua

Usia kehamilan : 28-29 minggu didapatkan dari perhitungan HPHT 2

Agustus 2011, tafsiran persalinan 9 Mei 2012. Sedangkan saat masuk 

rumah sakit tanggal 06 April 2012, maka perkiraan kehamilan 28-29

minggu.

Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien adalah terdapat perdarahan ±

100cc (3x celana dalam) dari jalan lahir mendadak, tanpa disertai nyeri

 pada perut, darah berwarna merah segar. Pasien masih merasakan

 pergerakan janin.

Pasien belum inpartu didapatkan dari anamnesa yang menyatakan bahwa

 pasien belum merasakan mules yang menjalar (his (-)), kemudian riwayat

keluar air-air (-), dan riwayat keluar darah lendir (-). Didukung juga dari

 pemeriksaan inspekulo, dimana OUE masih tertutup.

Janin tunggal hidup presentasi kepala karena pada pemeriksaan leopold

dirasakan hanya terdapat 1 sisi bagian besar janin dan sisi yang lain

merupakan bagian kecil. Kemudian pada palpasi bagian yang terdapat

8

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 9/21

fundus adalah bagian yang tidak keras sehingga diasumsikan bahwa itu

adalah bokong, kemudian letak bayi memanjang dan bagian paling bawah

teraba keras dan lenting sehingga diasumsikan sebagai kepala. Kemudian

denyut jantung janin masih terdengar dengan menggunakan Doppler di

daerah bawah pusat ibu sebelah kanan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah ibu normal 120/70

mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan 24x/menit, dan suhu 36,9ºC, abdomen

membuncit, tegang, striae gravidarum (-), nyeri tekan (-)

Dari Pemeriksaan ObstetriPemeriksaan luar 

Tinggi fundus uteri 2 jari di atas pusar (26 cm), letak memanjang. Punggung

kanan, perentasi kepala, penurunan 5/5, his (-), DJJ 137x/menit regular 

(pemeriksaan didapatkan DJJ di bawah pusat ibu sebelah kanan).

Pemeriksaan Inspekulo

Vulva dan vagina tidak ada kelainan

Porsio : livide

OUE : tertutup, tidak tampak jaringan di muara OUE

Flour : negative

Fluksus : positif, darah tidak aktif 

Erosi : negatif  

Laserasi : negatif  

Polip : negatif 

Vagina toucher tidak dilakukan

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat ?

Penatalaksanaan awal :

- Ekspektatif 

9

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 10/21

-  bedrest

- Injeksi dexamethasone 2x6 gr IV (selama 2 hari)

- Observasi DJJ, TVI, dan tanda perdarahan

- Laboratorium : darah rutin, kimia darah, urin rutin, cross match

Injeksi dexamethasone digunakan untuk mematangkan paru-paru janin

agar jika lahir dalam keadaan preterm bayi sudah dapat bernafas sendiri di

luar tubuh ibu

USG konfirmasi dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatan plasenta

 jalan lahir 

Observasi TVI, DJJ dan perdarahan. Untuk mengantisipasi terjadinyashock dan gawat janin.

Kesimpulan

1. Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obsterik pada kasus ini sudah tepat

untuk menegakkan diagnosis G3 P 2 A1 hamil 28-29 minggu dengan HAP e.c Suspect 

 Plasenta Previa belum inpartu JTH Preskep. Didukung dengan pemeriksaan

 penunjang USG yang menunjukkan bahwa terdapat plasenta previa parsialis

2. Penatalaksanaan ekspektatif yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat karena

setelah di observasi, perdarah berkurang dan kehamilan dapat dipertahankan.

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

10

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 11/21

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri

internum. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah

rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada

segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah

rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.

Fungsi Plasenta :

a. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin.

 b. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme.

c. Sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2.

d. Sebagai alat pembentuk hormone.

e. Sebagai alat penyalur perbagai antibody ke janin.

Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya

 jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:

11

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 12/21

1. Plasenta Previa Totalis

Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi jelas

tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam

(normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.

2. Plasenta Previta Parsialis

Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada

tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya

tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam.

3. Plasenta Previa Marginalis

Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa

dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

4. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)

Plasenta yang berimplasntasi pada segmen bawah rahim sedemikian

rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari

ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta

letak normal.

 

B. PATOFISIOLOGI

12

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 13/21

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan

mungkin juga lebih awal, oleh karena telah dimulai terbentuknya segmen

 bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Dengan melebarnya

isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang

 berimplantasi disitu sedikit banyak akann mengalami laserasi akibat pelepasan

 pada desidua sebagai tapak plasenta. Di tempat laserasi tersebut akan terjadi

 perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus

dari plasenta.

Perdarahan di tempat tersebut relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena

segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuatkarena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat

 permbuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna.

Perdarahan akan berhenti karena terjadi permbekuan, kecuali jika ada laserasi

mengenai sinus yang besar dari plasenta maka perdarahan akan berlangsung

lebih banyak dan lebih lama. Karena pembentukan segmen bawah rahim

 berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang

kejadian perdarahan. Oleh karena itulah pada plasenta previa, akan terjadi

 perdarahan berulang tanpa sesuatu sebab lain.

Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa disertai rasa nyeri.

Pada plasenta yang menutupi seluruh OUI, perdarahan terjadi lebih awal

dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dulu pada

 bagian terbawah yaitu segmen bawah rahim. Sebaliknya pada plasenta previa

 parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau

mulai persalinan.

Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada

 perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan

13

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 14/21

di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada usia kehamilan

34minggu.

Banyaknya perdarahan tidak dapat dilihat dan dinilai dari anamnesa,

melainkan dari pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan luar bagian terbawah

 janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Sering disertai dengan

kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang.

C. ETIOLOGI

Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi

diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dengan asal darivaskularisasi endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut

akibat trauma operasi/infeksi.

Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah

vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses

radang atau infeksi.

Perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus

 pada trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat

ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi

akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara

adekuat. Faktor risiko plasenta previa termasuk:

• Riwayat plasenta previa sebelumnya.

• Riwayat seksio sesarea.

• Riwayat aborsi.

• Kehamilan ganda.

• Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun

14

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 15/21

• Multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang

 baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta berikutnya

• . Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim. Sehingga

mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.

• Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya

dari indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.

• Adanya trauma selama kehamilan.

• Sosial ekonomi rendah/gizi buruk patofisiologi dimulai dari usia

kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai

melebar serta menipis.

• Mendapat tindakan Kuretase.

Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih

melebar lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada

segmen bawah oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian

 plasenta dari dinding uterus.

Sumber perdarahannya adalah sinus uterus yang sobek karena terlepasnya

 plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari

 plasenta.

Menurut Kloosterman (1973), frekuensi plasenta previa pada primigravida

yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan

dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun ; pada grande

multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering

dibandingkan dengan grande mltipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

15

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 16/21

D. GAMBARAN KLINIK 

Gejala Utama

Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarnamerah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

Gejala Klinik 

a. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi

 pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan

 berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan

 pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.

 b. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak 

mengeluh adanya rasa sakit.

c. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.

d. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan

tidak jarang terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak 

sungsang)

e. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya

 perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

E. DIAGNOSIS

Pada  setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa

 penyebabnya adalah placenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu

salah.

Anamnesis. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan lebih dari 22 minggu

 berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.

Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari

 pemeriksaan hematokrit.

16

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 17/21

Pemeriksaan Luar. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas

 panggul. Apabila presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung di

atas pintu atas panggul atau mengolak ke samping, dan sukar didorong ke

dalam pintu atas panggul. Tidak jarang terdapat kelainan letak janin, seperti

letak-lintang atau letak-sungsang.

Pemeriksaan Inspekulo. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah

 perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan

vagina, seperti erosio porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus

servisis uteri, varises vulva dan trauma. Apabila perdarahan berasal dari

ostium uteri eksternum, adanya placenta previa harus dicurigai.

Penentuan  Letak   Plasenta  Tidak   Langsung. Penentuan letak placenta

secara tidak langsung dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotodi dan

ultrasonografi.

Ultrasonografi; penentuan letak placenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,

tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak 

menimbulkan rasa nyeri.

Penentuan letak placenta secara langsung. Untuk menegakkan diagnosis

yang tepat tentang adanya dan jenis placenta previa ialah secara langsung

meraba placenta melalui canalis servicalis. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat

 berbahaya karena dapat meimbulkan perdarahan banyak. Oleh karena itu

 pemeriksaan melalui kanalis servikalis hanya dilakukan apabila penanganan

 pasif ditinggalka, dan di tempuh penanganan aktif. Pemeriksaannya harus

dilakukan dalam keadaan siap operasi.

Plasenta mengalami perubahan, dari perubahan inilah bisa tejadi plasenta

“berpindah” atau lebih tepatnya bergeser secara relatif menjauhi jalan lahir,

seolah-olah bergerak ke atas. Itulah sebabnya sebelum masuk trimester 

17

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 18/21

terakhir, sektar 28 minggu/7 bulan dibiarkan saja dulu asal tidak terjadi

 perdarahan yang tidak bisa dikendalikan. Diharapkan setelah 7 bulan bisa

 berpindah ke implantasi normal.

F. PENANGANAN

Setiap ibu hamil dengan perdarahan ante partum harus segera dikirim ke

Rumah Sakit yang memiliki fasilitas transfusi darah dan fasilitas untuk 

melakukan operasi.Perdarahan yang pertama kali terjadi jarang menyebabkan

kematian, asalkan sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan dalam / vaginal

toucher ( VT )

Terapi Ekspektatif 

1. Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa

melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis Syarat-syarat

terapi ekspektif :

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian

 berhenti.

Belum ada tanda-tanda in partu.

Keadaan umum ibu cukup baik.

Janin masih hidup.

2. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.

3. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.

4. Berikan tokolitik bila ada kontraksi :

MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.

 Nifedipin 3 x 20 mg perhari.

18

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 19/21

Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru

 janin.

5. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.6. Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada

disekitar ostium uteri interim.

Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,

 pasien dapat dipulang untuk rawat jalan.

Terapi Aktif ( tindakan segera ).

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif dan

 banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang

moturitus janin. Lakukan PDMO jika :

a. Infus 1 transfusi telah terpasang.

 b. Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 gram ) dan inpartu.

c. Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor, seperti

anesefali.d. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu

atas panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa seksio sesarea

1. Prinsip utama adalah menyelamatkan ibu, walaupun janin meninggal

atau tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

2. Tujuan seksio sesarea : persalinan dengan segera sehingga uterussegera berkontraksi dan menghentikan pendarahan, menghindarkan

kemungkinan terjadi robekan pada serviks, jika janin dilahirkan

 pervagina.

3. Siapkan darah pengganti untuk stabiliasi dan pemulihan kondisi ibu.

19

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 20/21

G. KOMPLIKASI

Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang

menderita plasenta pervia, diantaranya ada yang bisa menimbulkan

 perdarahan yang cukup dan fatal

a. Karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik, maka

 pelepasan plasenta dari tempat melekatnhya di uterus dapat berulang

dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat

dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok 

 b. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahimdan sifat segmen ini yang tipis, jaringan trofoblas dengan kemampuan

invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke

 perimetrium dan menyebabkan plasenta inkreta dan bahlkan plasenta

 perkreta.

c. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.

d. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak dapat dihindarkan

sebagian karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan

dalam kehamilan belum aterm.

H. PROGNOSIS

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika

dibandingkan dengan masa lalu. Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas

tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program keluarga berencana

menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan penatalaksanaan yang

 baik, kematian ibu karena plasenta letak rendah dapat ditekan serendah

mungkin atau bahkan tidak ada sama sekali, kematian perinatal berangsur – 

angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga saat ini kematian

 perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama

terjadinya kematian perinatal.

20

7/22/2019 CR Plasenta Previa

http://slidepdf.com/reader/full/cr-plasenta-previa 21/21

DAFTAR PUSTAKA

Sastrowinata. Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Fakultas kedokteran Padjajaran.

Bandung.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Prawirorahardjo. Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka.

Jakarta.

Kedaruratan Kebidanan. Buku Ajar Untuk Program Pendidikan Bidan “Perdarahan

 Antepartum Buku II”I. 1996.. Jakarta.

Antoni. Sinerang.1982. Patologi Kebidanan. Pengikat. Palembang

21