bab ii tinjauan pustaka a. chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/rizka rizkiyati bab...

35
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic Disproportion (CPD) Menurut Verney, (2009) Disproporsi sevalopelvik ( Chepalopelvic Disproportion, CPD), atau disproporsi fetopelvik adalah antara ukuran janin dan ukuran pelvis yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi kelahiran per vagina. Pelvis yang adekuat untuk jalan lahir bayi 2,27 kg mungkin cukup besar untuk bayi 3,2 kg mungkin tidak cukup besar dengan bayi 3,6 kg. Indikasi kemungkinan disproporsi sefalopelvik : 1. Ukuran janin sangat besar 2. Tipe dan karakteristik khusus tubuh wanita secara umum 2.1 Bahu lebih lebar dari pada pinggul, tanpa memerhatikan tinggi. 2.2 Postur tubuh pendek, seperti kotak 2.3 Tangan dan kaki pendk serta lebar (ukuran sepatu memberi banyak informasi) 3. Riwayat fraktur pelvis 4. Deformitas spinal, contoh skoliosis, atau kifosis 5. Malpresentasi atau malposisi Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Upload: dangkhanh

Post on 04-Oct-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Chepalopelvic Disproportion (CPD)

Menurut Verney, (2009) Disproporsi sevalopelvik (Chepalopelvic

Disproportion, CPD), atau disproporsi fetopelvik adalah antara ukuran janin

dan ukuran pelvis yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk

mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi

kelahiran per vagina. Pelvis yang adekuat untuk jalan lahir bayi 2,27 kg

mungkin cukup besar untuk bayi 3,2 kg mungkin tidak cukup besar dengan

bayi 3,6 kg.

Indikasi kemungkinan disproporsi sefalopelvik :

1. Ukuran janin sangat besar

2. Tipe dan karakteristik khusus tubuh wanita secara umum

2.1 Bahu lebih lebar dari pada pinggul, tanpa memerhatikan tinggi.

2.2 Postur tubuh pendek, seperti kotak

2.3 Tangan dan kaki pendk serta lebar (ukuran sepatu memberi banyak

informasi)

3. Riwayat fraktur pelvis

4. Deformitas spinal, contoh skoliosis, atau kifosis

5. Malpresentasi atau malposisi

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

23

Disproporsi Sefalopelvik dapat ditandai oleh pola persalinan disfungsional,

kegagalan kemajuan persalinan, fleksi kepala yang buruk, atau kemacetan

rotasi internal dan penurunan (yaitu deep transverse arrest). Disproporsi

Sefalopelvik dapat, atau tidak dapat disertai pembentukan kaput atau molase.

Persalinan disfungsional yang disebabkan oleh disproporsi sefalopelvik dapat

mengakibatkan kondisi berikut:

5.1 Kerusakan pada janin yaitu kerusakan otak

5.2 Kematian janin atau neontes

5.3 Rupture uterus

5.4 Kematian Ibu

5.5 Infeksi intrauterus

B. Sectio Caesarea

1. Definisi

Secsio Caecarea merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah

anestesia sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding

abdomendan uterus. Prosedurini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai misal

usia kehamilan lebih dari 24 minggu (Myles,2011).

Sectio Caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini

digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi

distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi

janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio

sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk sectio caesarea

biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka

persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek

depresif obat anestesi pada bayi (Arif Muttaqin.2010).

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

24

Sectio Caesareaa adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).

Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi

pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan

melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan

utuh dan sehat ( Hermawati, 2008).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu

tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi dengan jalan pembukaan

dinding perut.

2. Etiologi

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :

2.1 Kelainan karena gangguan pertumbuhan

2.1.1 Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil

2.1.2 Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasA

2.1.3 Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha

ukuranmukabelakang

2.1.4Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.

2.1.5Panggul belah : symphyse terbuka

2.2 Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

2.2.1 Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggulsempit

picak dan lain-lain

2.2.2 Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang

2.2.3 Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring

2.3 Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

25

2.3.1 Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong

2.3.2 Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.

2.4 Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis,luxatio,atrofia. Salah

satu anggota menyebabkan panggul sempit miring. e.fraktura dari tulang panggul

yang menjadi penyebab kelainan panggul

3. Tanda Dan Gejala

3.1Persalinan lebih lama dari yang normal .

3.2Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 39 minggu (primipara),

3.3 Tinggi badan kurang dari 145 cm

3.4 Ukuran distasia spinarum kurang dari 24-26 cm

3.5 Ukuran distasia kristarum kurang dari 28-30 cm

3.6 Ukuran konjugata eksterna diameter kurang dari 18-20 cm

3.7 Ukura lingkar panggul kurang dari 80-90 cm

3.8 Pintu Atas Panggul

3.8.1 Ukuran Konjugata vera / diameter antero posterior ( diameter depan -

belakang ) yaitu diameter antara promontorium dan tepi atas symfisis

kurang dari 11 cm

3.8.2 Ukuran diameter melintang ( transversa), yaitu jarak terlebar antara ke-2

linea inominata kurang dari 13 cm.

3.8.3 Ukuran diameter oblik ( miring ) jarak antara artikulasio sakro iliaka

dengan tuberkulum pubicum sisi yang bersebelahan kurang dari 12 cm.

3.9 Bidang tengah Panggul

3.9.1 Bidang luas panggul terbentuk dari titik tengah symfisis, pertengahan

acetabulum, dan ruas sacrum ke-2 dan ke-3. diameter anteroposterior

kurang dari 12,75 cm, diameter transversanya kurang dari 12,5 cm.

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

26

3.9.2 Bidang sempit panggul merupakan bidang yang berukuran kecil

terbentang dari tepi bawah symfisis, spina ischiadika kanan dan kiri, dan

1-2 cmdari ujung bawah sacrum. diameter antero-posterior kurang dari

11,5 cm, diameter transversa kurang dari 10 cm.

3.10 Pintu Bawah Panggul

3.10.1 Diameter anteroposterior yaitu ukuran dari tepi bawah symfisis ke ujung

sacrum kurang dari 11,5 cm

3.10.2Diameter transversa jarak antara tuber ischiadikum kanan dan kiri kurang

dari 10,5 cm

3.10.3 Diameter sagitalis posterior yaitu ukuran dari ujung sacrum

kepertengahan ukuran transversa kurang dari 7,5 cm.

4. Anatomi Fisiologi

4.1 Tulang-tulang panggul

Gambar. 2.1 potongan sagita panggul, menunjukan pelvis mayor dan

minor ( Sarwono, 2010)

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2010) tulang-tulang panggul antara lain:

4.1.1 Pelvis Mayor

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

27

Pelvis Maor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis,

disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut

pelvis minor atau true pelvis. Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai

peranan penting dalam obstetri dan harus dapat dikenal dan dinilai sebaik-

baiknyauntuk dapat meramalkan dapat tidaknya bayi melewatinya.

4.1.2 Pelvis Minor

Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai

sumbu melengkung ke depan (sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah

garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan

konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenisdi Hodge II, III,

dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sakrum, untuk

seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan kelengkungan sakrum. Hal ini

penting untuk diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar

arah penarikan cunam itu disesuaikan dengan arah sumbu jalan lahir tersebut.

Gambar. 2.2 sumbu panggul (Sarwono, 2010)

Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ukuran

ruang panggul diatas ke bawah tidak sama. Ruang panggul mempunyai ukuran

yang paling luas dibawah pintu atas panggul, kemudian menyempit ke panggul

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

28

tengah, dan selanjutnya menjadi sedikit lebih luas lagi dibagian bawah.

Penyempitan dipanggul tengah, dan selanjutnya menjadi sedikit lebih luas lagi

dibagian bawah. Penyempitan dipanggul tengah ini setinggi spina iskiadika

yang jarak antara kedu spina iskiadika (distensia interspinarum) normal ± 10,5

cm.

4.1.3 Bidang Hodge

Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai

dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan:

4.1.3.1. Bidang Hodge I: ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis

dan montorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.

4.1.3.2. Bidang Hodge II: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I

terletang setinggi bagian bawah simfisis.

4.1.3.3. Bidang Hodge III: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I dan

II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain,

bidang Hodge III ini disebut juga bidang O. Kepala yang berada di atas

1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.

4.1.3.4. Bidang Hodge IV: ialah bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II,

III, terletak setinggi os koksigis.

4.2 Pintu Atas Panggul

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

29

Gambar. 2.3 Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter

transversa dan diameter oblikua (Sarwono, 2010)

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh

promontorium korpus vertebra sakra 1, linea innominata (terminalis), dan

pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul, yaitu

diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 meter oblikua.

Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium lebih kurang

11 cm, disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas

panggul lebih kurang 12,5-13 cm, disebut diameter transversa dan konjugata

vera dan diteruskan ke linea innominata, ditemukan diameter yang disebut

diameter oblikua sepanjang lebih kurang 13 cm.

Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy,

2009), yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut:

4.2.1. Jenis ginekoid: panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu area

atas panggul hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama

dengan diameter transversa. Jenis ini diemukan pada 45% perempuan.

4.2.2. Jenis android: bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria

mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama

dengan diameter transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih

mendekati sakrum. Dengan demikian, bagian belakangnya pendekdan

gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke depan. Jenis ini

ditemukan pada 15 % perempuan.

4.2.3. Jenis antropoid: bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur.

Panjang diameter antero-posterior lebih besar dari pada diameter trnasversa.

Jenis ini ditemukan pada 35% perempuan.

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

30

4.2.4. Jenis platipelloid: sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang

menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar dari

pada ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan.

4.3 Pintu Bawah Panggul

Gambar. 2.4 Pintu bawah panggul (Sarwono, 2010)

Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi

tersusun atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang

yang terbentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung os

sakrum dan segitiga lainya yang alasnya juga garis antara kedua tuber os sikii

dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis

berbntuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut disebutarkus pubis. Dalam

keadaan normal besarnya sudut ini ± 90°, atau lebih besar sedikit, bila kurang

sekali (lebih kecil) dari 90°, maka kepala janin akan lebih sulit dilahirkan karena

memerlukan tempat lebih banyak ke arah dorsal (ke arah anus).

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

31

Dalam hal ini perlu diperhtikan ujung os sekrum/os koksigis tidak menonjol

kedepan, sehingga kepala janin tidak dapat dilahirkan. Jarak antara kedua tuber os

iskii (distansia tuberum) juga merupakan ukuran pintu bawah panggul yang

penting. Distansia tuberum diambil dari bagian dalamnya adalah ± 10,5 cm. bila

lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia tuberum ke ujung sakrum

(diameter sagitalis posterior) harus cukup panjang agar bayi normal dapat

dilahirkan.

4.4 Ukuran-ukuran Luar Panggul

Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila pelvimetri radiologik

tidak dapat dilakukan. Dengan cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis,

bentuk, dan ukuran-ukuran panggul apabila dikombinasikan dengan pemeriksaan

dalam. Alat-alat yang dipakai anatara lain: jangka-jangka panggul Martin, Oseander,

Collin, dan Boudeloque. Yang diukur sebagai berikut:

4.4.1. Distansia spinarum (± 24 cm – 26 cm), jarak antara kedua spina illaika

anterior superior sinistra dan dekstra.

4.4.2. Distansia kristarum (± 28 cm – 30 cm), jarak yang terpanjang antara dua

tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran-

ukuran ini tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2-3 cm dari nilai

normal, dapat dicurigai panggul itu patologik.

4.4.3. Distansia oblikua ekstena (ukuran miring luar): jarak antara spina iliaka

posterior sinistra dan spina iliaka anterior dekstra dan dari spina iliaka

posterior dekstra ke spina ilaika anterior superior sinistra. Kedua ukuran ini

bersilang. Jika pnggul normal, maka kedua ukuran ini tidak banyak berbeda.

Akan tetapi, jika panggul itu asimetrik (miring), kedua ukuran itu jelas berbeda

sekali.

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

32

4.4.4. Distansia intertrokanterika: jarak antara kedua trokanter mayor.

4.4.5. Konjugata eksterna (Boudelogue) ± 18 cm: jarak antara bagian atas simfisis ke

prosesus spinolus lumbal 5.

4.4.6. Distansia tuberum (± 10,5 cm): jarak antara tuber iskii kanan dan kiri untuk

mengukurnya dipakai jangka Oseander. Angka yang ditunjuk jangka harus

ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang dan ujung

jangka, yang menghalangi pengukuran secara cepat. Bila jarak ini kurang dari

normal, dengan sendirinya arkus pubis lebih kecil dari 90°.

5. Pathofisiologi

Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os

koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini satu

dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis

kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang

menghubungkan os sakrum dengan os ilium.

Pada wanita, di luar kehamilan artikulasi ini hanya memungkinkan pergeseran

sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan

lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh

lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke

depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os

koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua

bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.

Pelvismayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut

juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis

minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –

organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

33

ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor

terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus

dan ovarium.

Selama kehamilan, serviks (leher rahim atau saluran tempat jalan keluarnya

bayi dari rahim menuju vagina) dalam kondisi tertutup dan dipenuhi oleh lendir

(mukus) untuk melindunginya dari infeksi. Pada tahap pertama persalinan, kontraksi

membuat serviks terbuka secara bertahap. Serviks mulai melentur sehingga dapat

terbuka dan melebar sampai 10 cm. Tahap ini merupakan tahap yang paling panjang

dari persalinan. Dapat berlangsung selama beberapa jam bahkan hari sebelum

menjalani persalinan.

Fase di mana serviks mulai terbuka ini disebut dengan fase laten. Pada fase

laten, akan merasa kontraksi dan kadang juga tidak. Pada fase ini sebaiknya makan

dan minum untuk mempersiapkan energi yang akan dipakai selama proses persalinan.

Jika persalinan mulai pada malam hari, sebaiknya tenang dan tetap rileks. Gunakan

waktu untuk tidur jika bisa. Dan jika persalinan baru dimulai saat siang hari, cobalah

untuk tetap aktif. Bergerak aktif akan membantu bayi turun ke bawah rahim dan juga

membantu serviks untukmelebar.

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

34

Pathways

Indikasi Sectio Caesarea

Gambar. 2.5 Pathways

Sumber : Nurarif dan Hardhi (2015)

Plasenta previa Chepalopelvic

Disproportion Ruptur uteri mengancam Partus tak maju Partus lama

Distorsi serviks Pre eklamsi dan hipertensi Stenosis serviks uteri / vagina Tumor jalan lahir Incoordinate Uterine Action Malpresentasi janin

TINDAKAN SC

Adaptasi Post Partum

Anestesi Pembatasa cairan per oral

Insisi

Psikologis

Fisiologis

Taking in

Taking hold

Letting go

Laktasi

Involusi

Belajar mengenai

perawatan diri dan bayi

Kondisi tubuh

mengalami perubahan

Butuh informasi

Mk. 8 Defisiensi

pengetahuan

MK. 1 Ketidak efektifan pemberian

ASI Lochea

Asupan cairan yang tidak

adekuat

Pelepasan

desi dua

Ketidakadekuatan suplai

ASI

Konteraksi

meningkat

Bed rest

Penurunan pristaltik

Obstipasi

MK. 7 Konstipasi

Penurunan saraf simpatis

Kondisi diri menurun

Ketidakmampuan miksi

MK. 5 Perubahan eliminasi

urine

MK. 6 Resti kekurangan

volume cairan

Luka

MK. 2 Nyeri akut

MK. 4 Gangguan pola tidur

MK. 3 Resiko infeksi

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

35

Tabel. 2.1Rencana Keperawatan

No

Diagnosa

Keperawatan

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan dengan

ketidakadekuatan suplai

ASI

NOC

Setelah dilakukan keperawatan

selama… diharapkan dapat efektif

dalam pemberian ASI dengan kriteria

hasil:

o Kesejajaran dan latch on yang

benar

o Mencengkeram dan

mengkompresi areola dengan

tepat

o Mengisap dan menempatkan

lidah bayi yang benar

o Suara menelan yang dapat

didengar

o Minimal menyusu delapan kali

sehari (sesuai prmintaan)

o Kepuasan bayi setelah

menyusui

o Kenaikan berat badan sesuai

usia

NIC

Breastfeding assistance

Observasi keadaan payudara

Observasi pengetahuan pasien

mengenai laktasi dan perawatan

payudara

Kaji kemampuan bayi menyusu

(reflek hisap)

Kaji seberapa banyak pengeluaran

colostrum

Beritahu cara menyusui yang benar

Lakukan tindaka keperawatan

brastcare

Observasi pengeluaran ASI setelah

brestcare

Ajarkan cara perawatan payudara

Ajarkan teknik menyusui yang

benar

Kolaborasi dengan ahli gizi

mengenai nutrisi ibu menyusui

2 Nyeri akut berhubungan

dengan agen injuri fisik

NOC

- Pain level

- Pain control

- Comfort level

NIC

Management nyeri

Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi,

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

36

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Pasien tidak

mengalami nyeri dengan kriyeria hasil:

o Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu

menggunakan teknik

nonfarmakologik untuk

mengurangi nyeri)

o Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen

nyeri.

o Mampu mengenali nyeri (skala

intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

o Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang

o Tanda vital dalam rentan

normal

Tidak mengalami gangguan tidur

karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, dan factor presipitasi.

Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan.

Bantu pasien dan keluarga untuk

mencari dan menemukan

dukungan.

Control lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan

kebisingan.

Kurangi factor presipitasi nyeri.

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non

farmakologik napas dalam,

relaksasi, distraksi, kompres

hangat/dingin.

Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

Tingkatkan instirahat

Berikan informasi tentang nyeri

seperti penyebab nyeri

Monitor vital sign sebelum dan

sesudah pemberian analgetik

pertama kali

3. Resiko infeksi

berhubungan dengan

NIC

- Immune status

NOC

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

37

prosedur insisi - Knowledge: infection control - Risk control

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama.. pasien tidak

mengalami infeksi dengan kriteria

hasil:

o Klien bebas dari tanda dan

gejala infeksi

o Menunjukan kemampuan

untuk mencegah timbulnya

infeksi

o Jumlah leukosit dalam batas

normal

o Menunjukan prilaku hidup

sehat

o Status imun,

gastrointestinal dalam batas

normal

Pertahankan teknik aseptif

Batasi pengunjung bila perlu

Cuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan keperawatan

Gunakan baju, sarung tangan sebagai

alat pelindung

Ganti letak IV perifer dan dressing

sesuai dengan petunjuk umum

Gunakan kateter intermiten untuk

menurunkan infeksi kandung kencing

Tingkatkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotic

Monitor tanda dan gejala infeksi

sistemik dan local

Inspeksi kulit dan membrane mukosa

terhadap kemerahan, panas, drainase

Monitor adanya luka

Dorong masukan cairan

4. Gangguan pola tidur

berhubungan dengan

nyeri

NOC

Anxiety Control

Comfort Level

Pain Level

Rest : Extent andPattern

Sleep : Extent and Pattern

Setelah dilakukantindakan

keperawatanselama …. Gangguanpola

tidur pasien teratasidengan kriteria

hasil:

NIC

Sleep Enhancement

Determinasi efek-efek medikasi

terhadap pola tidur

Jelaskan pentingnya tidur yang

Adekuat

Fasilitasi untuk mempertahankan

aktivitas sebelum tidur (membaca)

Ciptakan lingkungan yang nyaman

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

38

o Jumlah jam tidurdalam batas

normal

o Pola tidur,kualitasdalam batas

normal

o Perasaan

freshsesudahtidur/istirahat

o Mampumengidentifikasi hal-

halyang

meningkatkan tidur

Kolaburasi pemberian obat tidur

5. Perubahan eliminasi

urine berhubungan

dengan ketidakmampuan

miksi

NOC

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama… diharapkan menunjukan

kontinensia urine dengan kriteria hasil:

o Infeksi saluran kemih sel darah

putih <100.000

o Kebocoran urine diantara

berkemih

o Eliminasi secara mandiri

o Mempertahankan pola

berkemih yang dapat diduga

NIC

Management eliminasi urine

Pantau eliminasi urine, meluputi

frekuensi, konsistensi, bau,

volume, dan warna

Kumpulkan specimen urine porsi

tengah untuk urinalisis

Penyuluhan

Ajarkan klien tentang tanda dan

gejala infeksi saluran kemih

Instruksikan klien dan keluarga

untuk mencatat haluaran urine

Instruksikan klien untuk berespon

segera terhadap kebutuhan

eliminasi

Ajarkan klien untuk minum 200ml

cairan pada saat makandiantara

waktu makan dan diawal petang

6. Kekurangan volume NOC NIC

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

39

cairan berhubungan dengan perdarahan

sekunder dari atony

uterus

- Fluid balance - Hydration

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan, pasien tidak mengalami

kekurangan volume cairan dengan

kritria hasil:

o Mempertahankan urin

output sesuai dengan usia

dan BB

o Tekanan darah, nadi, suhu

tubuh dalam batas normal

o Tidak ada tanda-tanda

dehidrasi

o Elektrolit, Hb, Hmt dalam

batas normal

o pH urin dalam batas normal

o Intake oral dan intravena

adekuat

Fluid management

Pertahankan catatan intake dan output

yang akurat

Monitor status hidrasi (kelembaban

membrane mukosa)

Monitor hasil lab yang sesuai dengan

retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas

urin, albumin, total protein)

Monitor vital sign setiap 15 menit-1

jam

Monitor status nutrisi

Berikan penggantian nasogatrik sesuai

output (50-100 cc/jam)

Dorong keluarga untuk membantu

pasien makan

Atur kemungkinan tranfusi

Pasang kateter jika perlu

Monitor intake dan urin output setiap 8

jam

7. Konstipasi berhubungan

dengan penurunan

peristaltik

NOC

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama… diharapkan tidak terjadi

konstipasi dengan kriteria hasil:

o Mudah mengeluarkan tinja

o Ada bising usus

o Ada keadekuatan otot untuk

mengeluarkan tinja

o Mengeluarkan tinja tanpa

NIC

Constipation and impaction management

Bowel irrigation

Bowel management

Bowel training

Diet staging

Fluit management

Fluit monitoring

Medication prescribing

Nutrition management

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

40

bantuan

o Warna, bau, lemak tinja dalam

batas normal

o Mempertahankan pengeluaran

tinja lunak dan berbentuk setiap

1-3 hari tanpa dipaksa

o Urine output dalam batas

normal ( 0,5-1cc/KgBB/Jam)

Prolaps rectal management 1. Ongoing assesment

Monitor tanda dan gejala diare,

konstipasi, atau pengeluaran tinja

Montor gerkan isi usus, termasuk

frekuensi, konsistensi, bentuk,

volume dan warna jika perlu

Monitor bising usus

2. Nursing therapeutic intervention

Konsultasi dengan dokter tentang

penurunan atau peningkatan bising

usus

Identifikasi faktor-faktor penyebab

konstipasi

Anjurkan peningkatan intake

cairan

Catat input dan output secara

akurat

3. Health education

Instruksikan klien/keluarga

mencatat warna, volume,

frekuensi, dn konsistensi tinja

Mengajarkan kepada

klien/keluarga bagaimana

menyimpan makanan

Mengajarkan makanan yang

khusus untuk meningkatkan

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

41

keteraturan peistaltik

Menjelaskan kepada klien/keluarga

mengenai hubungan diet, latihan,

dan intake cairan dengan

konstipasi/pengerasan tinja.

8. Defisiensi pengetahuan

berhubungan kurangnya

informasi

NOC

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama.. diharapkan pengetahuan

bertambah dengan kriteria hasil:

o Mengerti apa yang

dimaksudkan

o Mengerti manfaatnya

o Menjelaskan kembali yang

sudah dijelaskan

NIC

Teaching: disease process

Beri penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien

Jelaskan tentang apa yang tidak

diketahui

Jelaskan tentang manfaatnya

Jelaskan tentang manfaat untuk

yang lain

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

42

C. Masa Nifas

1. Definisi

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah

kelahiran. Lamanya “Periode” ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4

sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak

kompleksdibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan

fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu

baru, walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi (kanotra,2010).

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium yaitu masa atau

waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan

dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan ( Suherni, 2009).

2. Tahap Masa Nifas

Periode masa nifas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

2.1. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini sering

terdapat banyak masalah seperti pendarahan

2.2. Periode Early postpartum (24 jam-1 minggu)

Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,tidak ada

pendarahan,lokea tidak berbau busuk,tidak demam,ibu cukup mendapatkan

makanan dan cairan,serta ibu dapat menyusui dengan baik.

2.3. Periode Latei Postpartum (1-5 minggu)

Masa di mana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari,serta konseling

KB.

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

43

3. Invoulsi dan Subinvoulsi

Involusi adalah berhasilnya proses perubahan fisiologis pada sisitem

reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang

reproduktif ke bentuk normal atau sebelum hamil.

Subinvolusiadalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi

pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.

Subinvoulsi dapat terjadi pada:

3.1. Uterus

3.2. Tempat plasenta

3.3. Ligmen

3.4. Serviks

3.5. Lochia

3.6. Vulva

3.7. Perineum

4. Uterus

Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal

involusi/ proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses

pengecilan uterus terhambat.

Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan

kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih

banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah

keukurannya (varney’s midwifery)

4.1 Tandadan gejala

Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang

seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

44

4.1.1. Konsistensi utererus lembek

4.1.2. Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah

4.1.3. Terdapat bekuan darah

4.1.4. Lochea berbau menyengat

4.1.5. Uterus tidak berkontraksi

4.1.6. Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi

4.2 Penyebab

4.2.1. Terjadi infeksi pada miometrium

4.2.2. Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus

4.2.3. Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya

lebihbanyak dari yang diperkirakan.

4.3 Terapi

4.3.1. Pemberian antibiotika

4.3.2. Pemberian uterotonika

4.3.3. Pemberian tablet Fe

Selain itu uterus juga mengalaimi involusi uteri

Invoulsi uteri atau penggerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses

ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus.

Proses involusi uteri pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris

tengah kira kira 2cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada

promontorium sakralis. Pada saat ini uterus besarnya kira kira sama dengn

besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.

4.4 Proses involusi uterus

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

45

4.4.1. Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi

didalam otot uterin. Enzim proteulitik akan mendekatkan jaringan otot

yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula

dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang

berlebih akan tercerna sendiri hingga tertinggal jaringan fibro elastis

dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

4.4.2. Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berploriferasi dengan adanya

estrogen dalam jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi

terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan

plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua

akan mengalami atrofi akan terlepas dan meninggalkan lapisan basal

yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru

4.4.3. Efek oksitosin membuat itensitas kontraksi uterus meningkat secara

bermakna segera setelah lahir, diduga terjadi sebagai respon penurunan

volume intra uerin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas

dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

menggopresi embuluh darah dan membantu proses homostaksis.

Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke

uterus.

5. Tempat Plasenta

Subinvolusi tempat plasenta adalah kegagalan bekas tempat implantasi untuk

berubah.

5.1 Tanda dan Gejala

5.1.1. Tempat implantasi masih meninggalkan parut dan menonjol

5.1.2. Perdarahan

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

46

5.2 Penyebab

5.2.1. Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan

5.2.2. Inversio uteri sebagai akibat tarikan

5.2.3. Tidak ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta

5.2.4. Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium

6. Ligmen

Subinvolusi ligament adalah kegagalan ligamen dan diafragma pelvis fasia

kembali seperti sedia kala.

6.1 Tanda dan gejala

6.1.1. Ligamentum rotundum masih kendor

6.1.2. Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia masih

kendor

6.2 Penyebab

6.2.1. Terlalu sering melahirkan

6.2.2. Faktor umur

6.2.3. Ligamenfasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah

berkurang elastisitasnya.

7. Serviks

Subinvolusi Serviksadalah kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti

sebelum hamil.

7.1 Tanda dan gejala

7.1.1. Konsistensi serviks lembek

7.1.2. Perdarahan

7.2 Penyebab

7.2.1. Multi paritas

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

47

7.2.2. Terjadi ruptur saat persalinan

7.2.3. Lemahnya elastisitas serviks

8. Lochea

Subinvolusi Lochea adalah tidakada perubahan pada konsistensi

lochea.Seharusnya lochea berubah secara normal sesuai dengan fase dan

lamanya postpartum.

8.1 Tanda dan gejala

8.1.1. Perdarahan tidak sesuai dengan fase

8.1.2. Darah berbau menyengat

8.1.3. Perdarahan

8.1.4. Demam, menggigil

8.2 Penyebab

8.1.1. Bekuan darah pada serviks

8.1.2. Uterus tidak berkontraksi

8.1.3. Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk

keluar

8.1.4. Tidak mobilisasi

8.1.5. Robekan jalan lahir

8.1.6. Infeksi

9. Vulva

Subinvolusi Vulva dan Vagina adalah tidak kembalinya bentuk dan

konsistensi vulva dan vagina seperti semula setelah beberapa hari

postpartus.

9.1 Tanda dan gejala

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

48

9.1.1. Vulva dan vagina kemerahan

9.1.2. Terlihat oedem

9.1.3. Konsistensi lembek

9.2 Penyebab

9.1.1. Elastisitas vulva dan vagina lemah

9.1.2. Infeksi

9.1.3. Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus

9.1.4. Ekstrasi kuman

10. Perineum

Subinvolusi Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah

beberapahari persalinan.

10.1 Tanda dan gejala

10.1.1. Perineum terlihat kemerahan

10.1.2. Konsistensi lembek

10.1.3. Oedem

10.2 Penyebab

10.2.1. Tonus otot perineum sudah lemah

10.2.2. kurangnya elastisitas perineum

10.2.3. infeksi

10.2.4. pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat laseralisasi

sehinggajahitan perineum putus.

11. Tahapan Lokea Masa Nifas

Dengan adannya involsi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik (layu/ mati). Desidua

yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.campuran antara darah

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

49

dan desidua tersebut dinamakan lokea, yang biasannya berwarna merah

muda atau putih pucat.

Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia

mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat

dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.

Tabel. 2.2 Perbedaan masing-masing locea

Locea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari

Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua,

verniks caseosa, rambut

lanugo, sisa mekoneum

dan sisa darah

Sanguilenta 3-7 hari Putihbercampurmerah Sisa darah bercampur

lender

Serosa 7-14 hari

Kekuningan/

kecoklatan

Lebih sedikit darah dan

lebih banyak serum, juga

terdiri dari leukosit dan

robekan laserasi plasenta

Alba >14 hari

Putih Mengandung leukosit,

selaput lendir serviks

dan serabut jaringan

yang mati.

Umumnya jumlah locea lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi

berbaring daripada berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran locea sekitar 240

hingga 270 ml.

D. ASI Eksklusif

1. Definisi

Elisabeth (2015) ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu)

secara eksekutif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal

(setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti : susu

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

50

formula, sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat

seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan nasi tim.

2. Manfaat ASI Eksklusif

2.1 Manfaat Bagi Bayi menurut Elisabeth (2015) yaitu:

2.1.1 ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI

adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun

kuantitasnya melalui penatalaksanaan menyusui yang benar, ASI

sebagai makanan tunggal dan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh

bayi normal sampai usia 6 bulan.

2.1.2 ASI meningkatkan daya tubuh bayi

2.1.3 ASI sebagai kekebalan

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan zat kekebalan dari ibunya

melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat sekali menurun

segera setelah bayi lahir, padahal bayi sampai usia beberapa bulan

tubuh bayi belum dapat membentuk sendiri zat kekebalan secara

sempurna. Oleh karena itu, kadar zat kekebalan di dalam tubuh bayi

menjadi rendah. Hal ini akan tertutupi jika bayi menkonsumsi ASI.

ASI mengandung zat kekebalan yang akan dilindungi bayi dari bahaya

penyakit dan infeksi, seperti: diare, infeksi telinga, batuk, pilek, dan

penyakit alergi.

2.1.4 ASI meningkat kecerdasan bayi

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

51

Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan usia 2 tahun

adalah periode di mana terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat.

Periode ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh kembang

anak. Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-

baiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal dengan kualitas yang

optimal. Pertumbuhan otak adalah faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan kecerdasan. Sementara itu pertumbuhan otak sangat

dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan kepada bayi baik dari segi

kualitas maupun kuantitasnya. Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak

antara lain: Taurin, Loctosa, DHA, AA, Asam Omega-3, dan Omega-

6. Semua nutrisi yang dibutuhkan untuk itu, bisa didapatkan dari ASI.

2.1.5 ASI meningkatkan jalinan kasih saying

Pada waktu menyusu, bayi berada sangat dekat dalam dekapan ibunya.

Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya, maka bayi akan

semakin merasakan kasih saying ibunya. Ia juga akan merasa aman,

tentram, dan nyaman terutama karena masih dapat mendengar detak

jantung ibunya yang telah dikenalknya sejak dalam kandungan.

Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

perkembangan emosi bayi dan membentuk ikatan yang erat antara ibu

dan bayi.

Selain manfaat 4 manfaat pokok di atas, ada beberapa manfaat lain

pemberian ASI bagi bayi yaitu ASI mudah dicerna karena

mengandung enzi pencernaan sehingga bayi yang diberi ASI tidak

mengalami obstipasi (sembelit), dan ASI tidak memberatkan fungsi

saluran pencernaan dan ginjal yang belum sempurna. ASI Eksklusif

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

52

akan lebih cepat bisa jalan, membantu pembentukan rahang yang

bagus, meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara,

mencegah obesitas (kegemukan) pada bayi, dan mencegah anemia

akibat kekurangan zat besi. Selain itu, ASI mengurangi risiko terkena

penyakit diabetes, kanker pada anak, dan diduga mengurangi

kemungkinan menderita penyakit jantung.

2.2 Manfaat Menyusui Bagi Ibu menurut Elisabet (2015) yaitu:

2.2.1 Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta

mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula

Menyusui bayi segera setelah melahirkan akan meningkatkan kadar

oksitosin di dalam tubuh ibu. Oksitosin berguna untuk proses

konstriksi/penyempitan pembuluh darah di rahim sehingga pendarahan

akan lebih cepat berhenti sehingga kemungkinan terjadi perdarahan

dapat berkurang. Hal ini juga dapat mengurangi terjadinya anemia

pada ibu. Selain itu kadar oksitosin yang meningkat juga sangat

membantu mempercepat rahim kembali menndekati ukuran seperti

sebelum hamil.

2.2.2 Menjarangkan kehamilan

Menyusui/memperikan ASI pada bayi merupakan cara konstrasepsi

alamiah yang aman, murah, dan cukup berhasil.

2.2.3 Lebih cepat langsing kembali

Menyusui memerlukan energi yang besar. Tubuh ibu akan mengambil

sumber energi dari lemak-lemak yang selama hamil terutama dibagian

paha dan lengan atas, sehingga berat badan ibu yang menyusui akan

lebih cepat kembali ke berat badan semula.

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

53

2.2.4 Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi

kemungkinan terjadinya kanker payudaradan akan mengurangi risiko

ibu terkena penyakit kanker indung telur.

2.2.5 Lebih ekonomis dan murah

ASI adalah jenis makanan bermutu yang murah dan sederhana yang

tidak memerlukan perlengkapan menyusui sehingga dapat menghemat

pengeluaran. Bayi yang diberi ASI eksklusif mempunyai daya tahan

tubuh yang kuat, sehingga bayi akan terhindar dari berbagai macam

penyakit dan infeksi. Hal tersebut akan menghemat pengeluaran untuk

berobat ke dokter atau rumah sakit.

2.2.6 Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI sangat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak

air, juga tanpa harus mencuci botol. ASI mempunyai suhu yang tepat

sehingga dapat langsung diminumkan pada bayi, tanpa perlu khawatir

terlalu panas dan dingin. ASI dapat diberikan kapan saja, di mana saja

dan tidak perlu takut persendian habis.

2.2.7 Portabel dan praktis

ASI mudah di bawa ke mana-mana (portable), siap kapan saja dan di

mana saja bila dibutuhkan. Pada saat bepergian tidak perlu membawa

peralatan untuk membuat susu serta tidak perlu takut basi karena ASI

di dalam payudara ibu tidak akan pernah basi.

2.2.8 Memberikan kepuasan kepada ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa puas, bangga

dan bahagia yang mendalam.

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

54

E. Perawatan Payudara

Menurut Elisabeth (2015) perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat

payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui untuk memperlancar pengeluaran

ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan

menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar

air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara sangant penting dilakukan selama

hamil sampai masa menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupakan satu-satu

penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus

dilakukan sedini mungkin.

1. Tujuan Perawatan Payudara

1.1 Memelihara hygene payudara

1.2 Melenturkan dan menguatkan putting susu

1.3 Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi

1.4 Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk

payudara akan cepat berubah sehingga kurang menarik

1.5 Dengan perawatan payudaran yang baik putting susu tidak akan lecet sewaktu

dihisap oleh bayi

1.6 Melancarkan aliran ASI

1.7 Mengatasi putting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan

sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya.

2. Waktu Pelaksanaan

2.1 Pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan

2.2 Dilakukan mnimal 2x dalam sehari

3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan payudara adalah:

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

55

3.1 Potong kuku tangan spendek mungkin, serta klikir agar halus dan tidak

melukai payudara

3.2 Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan

3.3 Lakukan pada suasana santai, misalnya pada waktu mandi sore atau sebelum

berangkat tidur.

4. Persyaratan Perawatan Payudara

4.1 Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal dua kali

dalam sehari

4.2 Memerhatikan makanan dengan menu seimbang

4.3 Memerhatikan kebersihan sehari-hari

4.4 Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara

4.5 Menghindari rokok dan minum beralkohol

4.6 Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang.

5. Alat yang Digunakan

5.1 Minyak kelapa atau baby oil

5.2 Handuk kering

5.3 Washlap

5.4 Baskom

5.5 Air hangat dan air dingin

5.6 Cawan

6. Teknik Perawatan Payudara

6.1 Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5

menit, kemudian putting susu dibersihkan

6.2 Tempelkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic …repository.ump.ac.id/3979/3/Rizka Rizkiyati BAB II.pdf · janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan

56

6.3 Pengurutan dimulai kea rah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam

pengurutan dimulai kea rah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam

pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi

kanan

6.4 Pengurutan diteruskan ke bawah, ke samping selanjutnya melintang, lalu

telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari

payudara, ulangi gerakan 20-30 kali

6.5 Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat

gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada

putting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan dua kali

gerakan pada tiap payudara

6.6 Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut

payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan

tahap yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.

6.7 Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin bergantian

selama ± 5 menit, keringkan payudara dengan handuk bersih kemudian

gunakan BH yang bersih dan menopang.

Asuhan Keperawatan Pada..., Rizka Rizkiyati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017