cr vertigo bismilah

81
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan case report dengan judul “ Vertigo vestibular e.c. Penyakit meniere” Adapun case report ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Lampung di RSUD DR. Hi. Abdoel Moeloek Periode 02 Maret 2015 – 28 Maret 2015 dan juga bertujuan untuk menambah informasi bagi Penulis dan pembaca. Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Hal ini tidak terlepas dari dukungan serta keterlibatan berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada dr. R.A. Neilan Amroisa, Sp.S., M.Kes selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD DR. Hi. Abdoel Moeloek Penulis menyadari bahwa case report ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga case report ini dapat memberikan manfaat.

Upload: aulia-olviana

Post on 19-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

dfxzgfgdzg

TRANSCRIPT

Page 1: Cr Vertigo Bismilah

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya

Penulis dapat menyelesaikan case report dengan judul “ Vertigo vestibular e.c.

Penyakit meniere” Adapun case report ini disusun dalam rangka memenuhi tugas

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Lampung di

RSUD DR. Hi. Abdoel Moeloek Periode 02 Maret 2015 – 28 Maret 2015 dan juga

bertujuan untuk menambah informasi bagi Penulis dan pembaca.

Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Hal ini tidak

terlepas dari dukungan serta keterlibatan berbagai pihak dan pada kesempatan ini

penulis ingin berterima kasih kepada dr. R.A. Neilan Amroisa, Sp.S., M.Kes

selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD

DR. Hi. Abdoel Moeloek

Penulis menyadari bahwa case report ini masih jauh dari sempurna.Oleh

karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak. Akhir kata, Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga case

report ini dapat memberikan manfaat.

Bandar Lampung, 07 Maret 2015

Penulis

Page 2: Cr Vertigo Bismilah

DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................Kata Pengantar...........................................................................................................Daftar Isi.....................................................................................................................

I. Status Pasien.........................................................................................................3II. Analisa Kasus……..………...…………………………………………….......17III. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………......21

Daftar Pustaka……………………………………………………………………58

2

Page 3: Cr Vertigo Bismilah

I. STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. D

Umur : 63 tahun

Alamat : Kedaton, Bandar Lampung

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiun

Status : Menikah

Suku Bangsa : Lampung

Tanggal Masuk : 03 Maret 2015

Tanggal pemeriksaan : 03 Maret 2015

Perawatan hari ke : 1

Dirawat ke : > 3 kali

B. Riwayat Perjalanan Penyakit

Anamnesis : Alloanamnesis

Keluhan Utama : Kepala Pusing berputar

Keluhan Tambahan : Mual hebat, Muntah, lemas pada pinggang dan

kaki

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak ± 2 jam SMRS pasien mengalami pusing disertai pandangan

berputar selama ± 4 jam yang terus menerus dan semakin memberat. Pusing

berputar ini dirasakan pasien sekali. Pasien merasa dirinya melayang mengitari

ruangan. Pusing berputar semakin memberat ketika pasien berubah posisi khusus

nya ketika menoleh sebelah kiri dibandingkan menoleh ke sebelah kanan, posisi

duduk pusing berputar dirasakan memberat. namun ketika kondisi gelap, terang

atau ramai tidak memperberat pusing berputar. Pasien mengalami kelelahan

dengan rasa kantuk setelah serangan pusing berputar.

3

Page 4: Cr Vertigo Bismilah

Selain itu pasien mengeluhkan perut terasa sangat mual, disertai muntah

satu kali berupa makanan yang dimakan, serta telinga berdenging namun tidak

merasa penuh ataupun tertekan. Pasien memiliki gangguan pendengaran sudah

lama khususnya pada telinga kiri namun saat serangan pusing berputar kedua

telinga mengalami penurunan pendengaran. Pasien tidak mengeluhkan kejang,

pandangan gelap, kelemahan lengan dan tungkai, mulut mengot dan bicara pelo.

Pasien juga mengeluhkan kaki terasa lemas dan pinggang terasa nyeri.

Kaki dan tangan bergetar disangkal. Buang air besar dan kecil lancar, nafsu

makan baik.

Pasien merupakan seorang perokok, merokok sudah lama ± 30 tahun

namun sekarang sudah berhenti sejak 4 tahun yang lalu. Riwayat minum alcohol

(-).

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit vertigo 3 tahun yang lalu, Hipokalemi (+), hipertensi (-),

diabetes mellitus (-). Sifillis (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :

tidak ada keluarga pasien yang mengalami pusing berputar, gangguan

pendengaran.

Riwayat Sosio Ekonomi :

Pasien merupakan seorang ayah / kakek sudah tidak berkerja, memiliki 1 istri

yang sudah meninggal, dan 4 orang anak yang sudah menikah, os berasal dari

keluarga cukup mampu.

4

Page 5: Cr Vertigo Bismilah

C. Pemeriksaan Fisik

Status Present

- Keadaan umum : Tampak sakit ringan

- Kesadaran : Compos Mentis

- GCS : E4V5 M6 = 15

- Vital sign

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,8 o C

- Gizi : cukup

Status Generalis

- Kepala

Rambut : Hitam keputihan, lurus, tidak mudah dicabut

Mata : sklera tidak kuning, konjungtiva palpebra

tidak pucat

Telinga : Liang lapang, simetris, sekret (-/-)

Hidung : Septum tidak deviasi, sekret (-), pernafasan

cuping hidung (-)

Mulut : Bibir kering, tampak simetris

- Leher

Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB

Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

JVP : tidak dilakukan

Trakhea : di tengah

- Toraks

(Cor)

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba

5

Page 6: Cr Vertigo Bismilah

Perkusi : redup

Auskultasi : BJ I/II murni reguler, bunyi tambahan :

bising (-)

(Pulmo)

Inspeksi : pergerakan simetris kiri = kanan, retraksi -

Palpasi : fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : Vesikuler +/+ Rhonki -/-, wheezing -/-

- Abdomen

Inspeksi : datar, simetris

Palpasi : massa teraba (-), nyeri tekan (-), hepar dan

lien tidak teraba

Perkusi : timpani (+)

Auskultasi : Bising usus normal

Extremitas

Superior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik

Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik.

Status Neurologis

- Saraf Cranialis

N.Olfactorius (N.I)

Daya penciuman hidung : normosmia/normosmia

N.Opticus (N.II)

Tajam penglihatan : Normal / Normal (bed side)

Lapang penglihatan : sama dengan pemeriksa

Tes warna : sama dengan pemeriksa

Fundus oculi : sulit dinilai

6

Page 7: Cr Vertigo Bismilah

N.Occulomotorius, N.Trochlearis, N.Abdusen (N.III – N.IV – N.VI)

Kelopak Mata

- Ptosis : ( - / - )

- Endophtalmus : ( - / - )

- Exopthalmus : ( - / - )

Pupil

- Ukuran : (3mm/3mm)

- Bentuk : (Bulat / Bulat)

- Isokor/anisokor : isokor

- Posisi : (Sentral / Sentral)

- Refleks cahaya langsung : ( + / + )

- Refleks cahaya tidak langsung : ( + / + )

Gerakan Bola Mata

- Medial : baik

- Lateral : baik

- Superior : baik

- Inferior : baik

- Obliqus superior : baik

- Obliqus inferior : baik

- Refleks pupil akomodasi : baik

- Refleks pupil konvergensi : baik

N.Trigeminus (N.V)

Sensibilitas

- Ramus oftalmikus : simetris

- Ramus maksilaris : simetris

- Ramus mandibularis : simetris

7

Page 8: Cr Vertigo Bismilah

Motorik

- M. masseter : ( + / + )

- M. temporalis : ( + / + )

- M. pterygoideus : ( + / + )

Refleks

- Refleks kornea : ( + / + )

- Refleks bersin : sulit dinilai

N.Fascialis (N.VII)

Inspeksi Wajah Sewaktu

- Diam : simetris

- Tertawa : simetris

- Meringis : simetris

- Bersiul : simetris

- Menutup mata : simetris

Pasien disuruh untuk

- Mengerutkan dahi : simetris

- Menutup mata kuat-kuat : simetris

- Mengangkat alis : simetris

Sensoris

- Pengecapan 2/3 depan lidah : baik

N. Vestibulocochlearis/ N. Acusticus(N.VIII)

N.cochlearis

- Ketajaman pendengaran : ( berkurang / normal)

Test Rinne : kondisi tulang lebih baik dari kondisi

udara

Test Weber : berlateralisasi ke kiri (sisi tuli)

- Tinitus : ( + / + )

8

Page 9: Cr Vertigo Bismilah

N.vestibularis

- Test vertigo : Test Kordinasi (-), Test Romberg (+),

Tandem (+).

- Nistagmus : ( - )

N.Glossopharingeus dan N.Vagus (N.IX dan N.X)

- Suara bindeng/nasal : -

- Posisi uvula : Ditengah

- Palatum mole : simetris

- Arcus palatoglossus : simetris

- Arcus palatoparingeus : simetris

- Refleks batuk : ( + )

- Refleks muntah : ( + )

- Peristaltik usus : Normal

- Bradikardi : ( - )

- Takikardi : ( - )

N.Accesorius (N.XI)

- M.Sternocleidomastodeus : ( + / + )

- M.Trapezius : ( + / + )

N.Hipoglossus (N.XII)

- Atropi : ( - )

- Fasikulasi : ( - )

- Deviasi : ( - )

- Tanda Perangsangan Selaput Otak

Kaku kuduk : ( - )

Kernig test : ( - )

Laseque test : ( - )

Brudzinsky I : ( - )

Brudzinsky II : ( - )

9

Page 10: Cr Vertigo Bismilah

- Sistem Motorik Superior ka/ki Inferior ka/ki

Gerak (aktif/aktif) (aktif/aktif)

Kekuatan otot 5/5 5/5

Tonus (Normotonus/normotonus) (Normotonus/normotonus)

Klonus (-/-) (-/-)

Atropi (-/-) (-/-)

Refleks fisiologis Biceps (+/+) Pattela (+/+)

Triceps (+/+) Achiles (+/+)

Refleks patologis Hoffman Trommer (-/-) Babinsky (-/-)

Chaddock (-/-)

Oppenheim (-/-)

Schaefer (-/-)

Gordon (-/-)

Gonda (-/-)

- Sensibilitas

Eksteroseptif / rasa permukaan

- Rasa raba : normal/normal

- Rasa nyeri : normal/normal

- Rasa suhu panas : normal/normal

- Rasa suhu dingin : normal/normal

Proprioseptif / rasa dalam

- Rasa sikap : normal

- Rasa getar : normal

- Rasa nyeri dalam : normal

Fungsi kortikal untuk sensibilitas

- Asteriognosis : normal

10

Page 11: Cr Vertigo Bismilah

- Koordinasi

Tes telunjuk hidung : Normal

Tes pronasi supinasi : Normal

- Susunan Saraf Otonom

Miksi : Normal

Defekasi : Normal

Salivasi : Normal

- Fungsi Luhur

Fungsi bahasa : Baik

Fungsi orientasi : Baik

Fungsi memori : Baik

Fungsi emosi : Baik

D. Resume

Pasien laki-laki 64 tahun datang dengan keluhan pusing berputar sejak ± 2

jam SMRS berlangsung selama ± 4 jam timbul 1 kali, pusing dirasakan memberat

saat posisi pasien menoleh ke arah ke kiri serta saat bangun, pasien mengalami

kelelahan setelah pusing berputar. Keluhan mual hebat (+), muntah (+), gangguan

pendengaran (+) pada telinga kiri namun saat serangan pusing berputar kedua

telinga mengalami penurunan pendengaran, kuping berdenging (+), pandangan

gelap (-), kelumpuhan lengan dan tungkai (-). Selain itu pasien mengeluhkan linu

serta kesemutan pada daerah pinggang sampai tungkai kiri. Riwayat vertigo 3

tahun yang lalu, riwayat hipokalemi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan

umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6 = 15. Tanda

vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit,

suhu 36,8oC. Pada status generalis didapatkan pemeriksaan dalam batas normal.

Pada pemeriksaan saraf cranial khususnya saraf ke VIII didapatkan tajam

pendengaran kanan lebih rendah dari kiri, pada test rinne, test weber didapatkan

tuli konduktif, test vertigo ( test kordinasi (-), test Romberg dan tandem (+), test

nistagmus (-)).

11

Page 12: Cr Vertigo Bismilah

E. Diagnosis

Klinis : Vertigo vestibular

Topis : Gangguan pada Labirin atau telinga dalam

Etiologis : Penyakit Meniere

F. Diagnosis Banding

- Vertigo vertibular e.c. Benign Proximal Position Vertigo (BPPV)

- Vertigo vestibular e.c. Neuritis vestibular

G. Penatalaksanaan

MEDIKAMENTOSA

- IVFD RL xx gtt/menit

- Dimenhidrat 3x50mg

- Betahistin 3x12mg

- Vitamin B19 2x1 tab

- Ranitidin 2x150mg

REHABILITASI

H. Pemeriksaan Penunjang

- Laboratorium (2 Januari 2015)

Hb 13,8 g/dl

Hematokrit 39 %

LED 3 mm/jam

Leukosit 4400/ul

Hitung jenis 0/0/0/53/29/18

Trombosit 133000/ul

Ureum 18 mg/dL

Creatinine 1,2 mg/dL

Gula darah sewaktu 95 mg/dL

12

Page 13: Cr Vertigo Bismilah

Cholesterol total 147 mg/dL

HDL 41 mg/dL

LDL 98 mg/dL

Trigliserida 164 mg/dL

Asam Urat 3,6 mg/dL

Natrium 143 mmo/L

Kalium 3,2 mmo/L

Kalsium 9,1 mg/dL

Clorida 104 mmo/L

I. Prognosa

- Quo ad vitam = Dubia ad bonam

- Quo ad functionam = Dubia ad bonam

- Quo ad sanationam = Dubia ad bonam

13

Page 14: Cr Vertigo Bismilah

FOLLOWUP

4 Januari 2015

S : pusing berputar (-), pinggang dan kaki kiri terasa kesemutan

O :

GCS : E4M5V6 = 15

TTV : TD :120/80mmHg

T : 36,5 o C

RR : 20x/menit

Nadi : 84x/menit

Extremitas Superior kanan/kiri Inferior kanan/kiri

Gerak (aktif / aktif) (aktif/ aktif)

Kekuatan otot 5/5 5/5

Diagnosis

Klinis : Vertigo vestibular

Topis : Gangguan pada Labirin atau telinga dalam

Etiologis : Penyakit Meniere

Therapi

- IVFD RL xx gtt/menit

- Dimenhidrat 3x50mg

- Betahistin 3x12mg

- Vitamin B19 2x1 tab

- Ranitidin 2x150mg

5 Januari 2015

S : kedua tungkai terasa lemas dan kesemutan

O :

GCS : E4M5V6 = 15

TTV : TD :110/70mmHg

T : 36,5 o C

14

Page 15: Cr Vertigo Bismilah

RR : 20x/menit

Nadi : 84x/menit

Extremitas Superior kanan/kiri Inferior kanan/kiri

Gerak (aktif / aktif) (aktif/ aktif)

Kekuatan otot 5/5 5/5

Laboratorium (5 Januari 2015)

Hb 13,8 g/dl

Hematokrit 39 %

LED 3 mm/jam

Leukosit 4400/ul

Hitung jenis 0/0/0/53/29/18

Trombosit 133000/ul

Ureum 18 mg/dL

Creatinine 1,2 mg/dL

Gula darah sewaktu 95 mg/dL

Cholesterol total 147 mg/dL

HDL 41 mg/dL

LDL 98 mg/dL

Trigliserida 164 mg/dL

Asam Urat 3,6 mg/dL

Natrium 143 mmo/L

Kalium 3,2 mmo/L

Kalsium 9,1 mg/dL

Clorida 104 mmo/L

Diagnosis

Klinis : Vertigo vestibular

Topis : Gangguan pada Labirin atau telinga dalam

Etiologis : Penyakit Meniere

Therapi

- IVFD RL xx gtt/menit

15

Page 16: Cr Vertigo Bismilah

- Dimenhidrat 3x50mg

- Betahistin 3x12mg

- Vitamin B19 2x1 tab

- Ranitidin 2x150mg

- Aspar K 3x500mg

16

Page 17: Cr Vertigo Bismilah

II. ANALISA KASUS

Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita vertigo vestibular

yang disebabkan oleh penyakit meniere.

2.1 Anamnesis

Berdasarkan anamnesis, yang menunjang untuk pasien ini adanya keluhan

pusing disertai badan terasa berputar yang berlangsung selama ± 4 jam, gejala

pusing berputar tersebut disertai dengan mual hebat, muntah sebanyak 1 kali, serta

pasien juga mengalami gangguan pendengaran dan telinga terasa berdenging yang

sudah lama. Dari anamnesis di atas dapat di ketahui bahwa pasien mengalami

vertigo yang merupakan gangguan keseimbangan dengan klasifikasi vertigo

vestibular (perifer) ditandai dengan gejala mual muntah, rasa lelah setelah

serangan, tidak terdapat gangguan kesadaran, tidak terdapat nyeri kepala hebat,

kelumpuhan pada otot, serta hilangnya koordinasi (Israr, 2008).

Pada vertigo vestibular dapat disebabkan oleh berbagi penyakit seperti benign

proximal position vertigo (BPPV), penyakit meniere, ataupun neuritis vestibular.

Dari anamnesis didapatkan bahwa gejala pusing berputar berlangsung selama ± 4

jam, serangan sebanyak 1 kali namun 3 tahun yang lalu pernah mengalami

serangan serupa, pasien juga mengalami gangguan pendengaran sudah lama serta

telinga terasa berdenging (tinnitus) serta perubahan posisi khususnya ke kiri

memperberat pusing berputar begitupun posisi duduk. Dari anamnesis tersebut

dapat dicurigai bahwa akibat pusing berputar disebabkan oleh penyakit meniere

hal tersebut sesuai dengan trias meniere yaitu ketajaman pendengaran menurun

(tuli), vertigo dan tinnitus. Pada penyakit meniere pusing berputar berlangsung

selama beberapa menit atau jam dan perubahan posisi dapat memperberat

penyakit. Pada penyakit BPPV serangan vertigo berlangsung beberapa detik

kemudian menghilang dan sangat dipengaruhi oleh perubahan posisi kepala, pada

neuritis vestibular mulainya vertigo, nausea dan muntah yang menyertai ialah

mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa

17

Page 18: Cr Vertigo Bismilah

minggu. Sering pasien lebih lega, namun tidak benar-benar lega sama sekali dari

gejala, bila ia berbaring diam, neuritis vertibular dan BPPV tidak disertai dengan

gangguan fungsi pendengaran (Lumbantobing, 2003).

Pasien memiliki riwayat vertigo 3 tahun yang lalu, pada serangan kedua lebih

ringan dari pada serangan pertama dan gangguan pendengaran masih tetap ada.

Pada penyekit meniere pada serangan kedua bisa berlangsung dalam waktu

beberapa bulan hingga beberapa tahun, dalam hal ini serangan kedua gejala

vertingo lebih ringan dibandingkan dengan penurunan pendengaran yang semakin

berat. pasien memiliki riwayat merokok lama yaitu ± 30 tahun, pada penyakit

meniere merokok merupakan salah satu faktor penyebabnya,

2.2 Pemeriksaan Fisik

Yang menunjang kearah diagnosis tentunya pada pemeriksaan saraf kranialis

khusus nya pada saraf VII atau nervus Vestibulochoclearis, kemudian dilihat juga

pada pemeriksaan saraf III, IV, VI terdapat nistagmus atau tidak. Pemeriksaan

saraf VIII khususnya fungsi keseimbangan dilakukan pemeriksaan test Romberg

dan tandem. Pada pasien test Romberg postif begitu pun dengan test tandem

sehingga fungsi keseimbangan pasien terganggu (Lumbangtobing, 2008). Pada

pemeriksaan fisik Romberg dan tandem pasien penyakit meniere positif, hal ini

sesuai dengan keadaan pasien ketika dilakukan kedua test tersebut dengan hasil

postif.

Pada pemeriksaan saraf VIII khusus nya fungsi pendengaran didapatkan

penurunan pendengaran pada telinga bagian kanan dibandingakan kiri, kemudian

dilakukan pemeriksaan test rinne didapat kan konduksi tulang lebih baik

dibandingkan dengan kondisi udara, sedangkan uji weber lateralisasi ke kanan

sehingga pada pasien merupakan tuli konduktif. Tuli konduktif merupakan

gangguan pendengaran yang terjadi akibat kelainan telinga luar dan tengah, pada

tuli sensorineural terjadi akibat kelainan pada telinga dalam dan nervus III,

sedangkan pada penyakit meniere tuli yang terjadi merupakan tuli sensorineural

karena gangguan yang terjadi pada telinga dalam yaitu mercampurnya cairan

18

Page 19: Cr Vertigo Bismilah

endolimfe dan perilimfe. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan

pasien (boise, 1997; kliegman et al 2004; Novandra, 2009).

Pada pasien pemeriksaan tes kordinasi hasilnya negatif. Pada penyakit vertigo

non vestibular atau sentral didapatkan bahwa hasil pemeriksaan tes kordinasi

positif, sehingga dapat disimpulkan pada pasien merupakan vertigo vestibular atau

perifer. Pada pemeriksaan saraf cranial III, IV, IV dilihat adakah nistagmus atau

tidak, karena pada pasien tidak didapatkan adanya nistagmus dan pada test

nistagmus hasil juga negatif.

2.3 Pemeriksaan Penunjang

Pada pesien tidak dilakukan suatu pemeriksaan penunjang untuk

mendukung diagnosis, seperti pemeriksaan audiometric, ENG ataupun ECOG.

Namun pemeriksaan tersebut bukan merupakan gold standar untuk vertigo.

Pemeriksaan darah dan kimia darah hasil dalam batas normal, namun kalium

sedikit meningkat.

2.4. Penatalaksanaan

Pada pasien diberikan obat anti-vertigo yaitu dimendihidrat dengan dosis

3x50mg, merupakan obat golongan antihistamin yang mana berkerja dengan

mengurangi gejalab vertigo serta menekan pusat muntah di batang otak. Anti-

vertigo lain yang diberikan adalah betahistin merupakan senyawa analog dari

histamine, yang dapat meningkatkan sirkulasi ditelinga dalam, dapat diberikan

untuk mengatasi gejala vertigo. Betahistin diberikan dengan dosis 3x12mg

(Katzung, 2009).

Pemberian vitamin B19 diberikan sebagai neuroprotektor. Pemberian

ranitidine untuk menekan pusat muntah di batang otak karena merupakan

antagonis H2 reseptor.

2.5 Prognosis

Prognosis ad vitam pada kasus ini adalah ad bonam, hal ini dipengaruhi oleh

keadaan pasien pada saat datang yang masih dalam keadaan umum yang baik,

untuk prognosis ad fungsionam dubia ad bonam dikarenakan pada fungsi

19

Page 20: Cr Vertigo Bismilah

pendengaran pasien yang kurang namun masih dapat berkomunikasi apabila

lawan bicara bersuara sedikit keras Prognosis sanationam dubia ad bonam

dikarenakan tidak ada faktor resiko yang dapat membuat keadaan pasien makin

memburuk tetapi harus selalu diingatkan untuk selalu berlatih adaptasi.

20

Page 21: Cr Vertigo Bismilah

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh

A. Anatomi Alat Keseimbangan Tubuh

Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh

yaitu : sistem vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular

meliputi labirin (aparatus vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral.

Labirin terletak dalam pars petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea (alat

pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat keseimbangan). Labirin yang

merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi endolimfe dan

labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi

kimia berbeda dan tidak saling berhubungan (L Moore, 2008).

Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga

pasang kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang

disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing

mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus.

Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis

adalah saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus

semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus

semisirkularis terletak saling tegak lurus (L. Moore, 2008)

Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus

kranialis kedelapan (yaitu,nervus vestibularis, bagian nervus

vestibulokokhlearis), dan nuklei vestibularis di bagian otak, dengan koneksi

sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus os tempolaris dan

terdiri dari utrikulus, sakulus, dan tigan kanalis semisirkularis. Labirin

membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil yang terisi dengan

perilimf; organ membranosa itu sendiri berisi endolimf. Urtikulus, sakulus, dan

bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula) mengandung organ reseptor

yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan. (L Moore, 2008).

21

Page 22: Cr Vertigo Bismilah

Gambar 1. Organ pendengaran dan keseimbangan 4

Tiga kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis

semisirkularis lateral terletak di bidang horizontal, dan dua kanalis

semisirkularis lainnya tegak lurus dengannya dan satu sama lain. Kanalis

semisirkularis posterior sejajar dengan aksis os petrosus, sedangkan kanalis

semisirkularis anterior tegak lurus dengannya. Karena aksis os petrosus terletak

pada sudut 450 terhadap garis tengah, kanalis semisirkularis anterior satu

telinga pararel dengan kanalis semisirkularis posterior telinga sisi lainnya, dan

kebalikannya. Kedua kanalis semisirkularis lateralis terletak di bidang yang sama

(bidang horizontal) (Snell, 2007).

Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan

utrikulus. Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya

22

Page 23: Cr Vertigo Bismilah

untuk membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem vestibular, krista

ampularis. Rambut-rambut sensorik krista tertanam pada salah satu ujung massa

gelatinosa yangmemanjang yang disebut kupula, yang tidak mengandung otolit.

Pergerakan endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut

sensorik krista, yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor

pergerakan). (Snell, 2007).

Gambar 2. Krista ampularis

Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula

utrikularis dan makula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus

paralel dengan dasar tengkorak, dan makula sakularis terletak secara vertikal

di dinding medial sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam di membrana

gelatinosa yang mengandung kristal kalsium karbonat, disebut statolit. Kristal

tersebut ditopang oleh sel-sel penunjang. (L.moore, 2008).

Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi

kepala terhadap ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan

pengaruh pada tonus otot. Implus yang berasal dari reseptor labirin membentuk

bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi untuk mengkoordinasikan otot

ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetap terjaga pada setiap

posisi dan setiap jenis pergerakan kepala. (L moore, 2008).

23

Page 24: Cr Vertigo Bismilah

Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular adalah

nervus vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius

internus; mengandung sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input

dari sel resptor di organ vestibular, dan yang proseus sentral membentuk

nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan nervus kokhlearis, yang

kemudian melintasi kanalis auditorius internus, menmbus ruang subarakhnoid

di cerebellopontine angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis.

Serabut-serabutnya kemudian melanjutkan ke nukleus vestibularis, yang

terletak di dasar ventrikel keempat. (L moore, 2008).

B. Neurofisiologi Alat Keseimbangan Tubuh

Alur perjalanan informasi berkaitan dengan fungsi AKT melewati tahapan

sebagai berikut.

1. Tahap Transduksi.

Rangsangan gerakan diubah reseptor (R) vestibuler (hair cells), R. visus (rod

dan cone cells) dan R proprioseptik, menjadi impuls saraf. Dari ketiga R

tersebut, R vestibuler menyumbang informasi terbesar disbanding dua R lainnya,

yaitu lebih dari 55%. Mekanisme transduksi hari cells vestibulum berlangsung

ketika rangsangan gerakan membangkitkan gelombang pada endolyimf yang

mengandung ion K (kalium). Gelombang endolimf akan menekuk rambut sel

(stereocilia) yang kemudian membuka/menutup kanal ion K bila tekukan

stereocilia mengarah ke kinocilia (rambut sel terbesar) maka timbul influks ion K

dari endolymf ke dalam hari cells yang selanjutnya akan mengembangkan

potensial aksi. Akibatnya kanal ion Ca (kalsium) akan terbuka dan timbul

ion masuk ke dalam hair cells. Influks ion Ca bersama potensial aksi

merangsangn pelepasan neurotransmitter (NT) ke celah sinaps untuk

menghantarkan (transmisi) impuls ke neuron berikutnya, yaitu saraf aferen

vestibularis dan selanjutnya menuju ke pusat AKT.

24

Page 25: Cr Vertigo Bismilah

2. Tahap Transmisi

Impuls yang dikirim dari haircells dihantarkan oleh saraf aferen vestibularis

menuju ke otak dengan NT-nya glutamate

a. Normal synoptic transmition

b. Iduktion of longtem potentiation

3. Tahap Modulasi

Modulasi dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga pusat

AKT, antara lain

- Inti vestibularis

- Vestibulo-serebelum

- Inti okulo m otorius

- Hiptotalamus

- Formasio retikularis

- Korteks prefrontal dan imbik

Struktur tersebut mengolah informasi yang masuk dan memberi respons

yang sesuai. Manakala rangsangan yang masuk sifatnya berbahaya maka

akan disensitisasi. Sebaliknya, bila bersifat biasa saja maka responsnya adalah

habituasi.

4. Tahap Persepsi

Tahap ini belum diketahui lokasinya. (Guyton, 2008).

C. Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh

Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap

oleh respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor

tersebut, reseptor vestibuler yang punya kontribusi paling besar, yaitu lebih

dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil

konstibusinya adalah propioseptik. (Sherwood, 2007).

25

Page 26: Cr Vertigo Bismilah

Arus informasi berlangsug intensif bila ada gerakan atau perubahan

gerakan dari kepala atau tubuh, akibat gerakan ini menimbulkan perpindahan

cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya bulu (cilia) dari sel rambut (hair

cells) akan menekuk. Tekukan bulu menyebabkan permeabilitas membran sel

berubah sehingga ion Kalsium menerobos masuk kedalam sel (influx). Influx

Ca akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan juga merangsang pelepasan

NT eksitator (dalam hal ini glutamat) yang selanjutnya akan meneruskan

impul sensoris ini lewat saraf aferen (vestibularis) ke pusat-pusat

alatkeseimbangan tubuh di otak. (Sherwood, 2007)

Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga di inti vertibularis

menerima impuls aferen dari propioseptik, visual dan vestibuler. Serebellum

selain merupakan pusat integrasi kedua juga diduga merupakan pusat komparasi

informasi yang sedang berlangsung dengan informasi gerakan yang sudah

lewat, oleh karena memori gerakan yang pernah dialami masa lalu diduga

tersimpan di vestibuloserebeli. Selain serebellum, informasi tentang gerakan juga

tersimpan di pusat memori prefrontal korteks serebri. (Sherwood, 2007)

3.2 Definisi Vertigo

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar

mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan

sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah

istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung

gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop

(perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-

headness, disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika

berdiri) (Dorlan, 2002).

Vertigo - berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar -

merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan

seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.

26

Page 27: Cr Vertigo Bismilah

3.3 Epidemiologi

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu

dengan prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki

epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.

Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh

pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness

vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi

mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria

(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren (Lempert, 2009).

Frekuensi

Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya.

Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5%

diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan

dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5:1. Sebanyak 10% dari pasien

infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan.

Insidens sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/ 100.000 per tahun.

Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. 7

Jenis kelamin

Insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria dibandingkan

wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum, rasio antara

penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis multiple dua kali lebih

banyak pada wanita dibandingkan pria.

Usia

Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya faktor

resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus, atherosclerosis, dan

stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65 tahun, dengan

setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun. Dalam satu

seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun.

27

Page 28: Cr Vertigo Bismilah

Morbiditas/ Mortalitas

Cedera vaskular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan

kerusakan yang permanen dan kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi pada

vertigo perifer akut tidak dapat diharapkan pada vertigo sentral.

Dalam satu seri, infark serebelum memiliki tingkat kematian sebesar

7% dan 17% dengan distribusi arteri superior serebelar dan arteri posterior

inferior serebelar. Infark di daerah yang disuplai oleh arteri posterior inferior

serebelar sering terkait dengan efek massa dan penekanan batang otak dan

ventrikel ke empat, oleh karena itu, membutuhkan manajemen medis dan

bedah saraf yang agresif. Dalam satu rangkaian 94 pasien, 20 diantaranya

datang dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 8 yang mengindikasikan adanya

penurunan kesadaran yang signifikan. Tingkat kematian pasien lainnya, yaitu

yang GCSnya lebih dari 8, adalah 20%.

Neuroma akustik memiliki tingkat kematian yang rendah jika dapat

didiagnosis dengan cepat. Tumor dapat diangkat tanpa mengganggu N VII,

namun gangguan pendengaran unilateral dapat terjadi.

3.4 Etiologi

Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat

kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu

sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan

posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang

terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan

dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam

telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam

otaknya sendiri.

Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi

tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.

Penyebab umum dari vertigo: (Dewanto, 2005; Lumbantobing, 2003).

1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.

28

Page 29: Cr Vertigo Bismilah

2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.

3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis

semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign

paroxysmal positional

4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit

maniere,

5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.

6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf

vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera

pada labirin, persyarafannya atau keduanya.

7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena

berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic

attack) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

A. VERTIGO PERIFER

Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai

ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke

korteks.Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab

vertigo serta lokasi lesi :

1. Labirin, telinga dalam

- vertigo posisional paroksisimal benigna

- pasca trauma

- penyakit menierre

- labirinitis (viral, bakteri)

- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)

- oklusi peredaran darah di labirin

- fistula labirin

2. Saraf otak ke VIII

- neuritis iskemik (misalnya pada DM)

- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)

- neuritis vestibular

- neuroma akustikus

29

Page 30: Cr Vertigo Bismilah

- tumor lain di sudut serebelo-pontin

3. Telinga luar dan tengah

- Otitis media

- Tumor

B. VERTIGO SENTRAL

1. Supratentorial

- Trauma

- Epilepsi

2. Infratentorial

- Insufisiensi vertebrobasiler

3. Obat

Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus

dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik

loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang

mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian

juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat

ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain

sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa

penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan

vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi

vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat

menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.

3.5 Klasifikasi

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau

otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular) (Lumbantobing,

2003).

30

Page 31: Cr Vertigo Bismilah

1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.

Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari

sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi

baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :

- Mabuk gerakan (motion sickness)

Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround)

berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan

sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan yang

memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu

mobil bergerak.

- Mabuk ruang angkasa (space sickness)

Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat

(weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari

keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.

- Vertigo ketinggian (height vertigo)

Adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan

lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dan gejala-

gejala vegetatif.

1. Patologik :

- sentral

- perifer

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau cerebellum

b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis

vestibulocochlear (N. VIII).

31

Page 32: Cr Vertigo Bismilah

c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah, gula

darah yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau

infeksi sistemik.

a. Vertigo Perifer

Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu :

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama

vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun.5 Benign

Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh pergerakan otolit

dalan kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan

mempengaruhi kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga

dapat mengenai kanalis anterior dan horizontal. Otoli mengandung Kristal-kristal

kecil kalsium karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari

otolit distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik

vertigo dan nistagmus.

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik tapi

dapat juga diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis

vestibular sebelumny, meskipun gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo

(BPPV) tidak terjadi bertahun-tahun setelah episode.

2. Ménière’s disease

Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan

keluhan pendengaran.11 Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah),

dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh

pada telinga. 10 Ménière’s disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo

otologik. Ménière’s disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal

ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis

semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume endolimfe. Hal ini dapat

terjadi idiopatik atau sekunder akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau

gangguan metabolic.

32

Page 33: Cr Vertigo Bismilah

3. Vestibular Neuritis

Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal

ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis

terjadi dengan komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan

pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.

b. Vertigo Sentral

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan vertigo sentral :

1. Migraine

Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala yang sering

dilaporkan pada 27-33% pasien dengan migraine.. Sebelumnya telah dikenal

sebagai bagian dari aura (selain kabur, penglihatan ganda dan disarthria)

untuk basilar migraine dimana juga didapatkan keluhan sakit kepala sebelah.

Vertigo pada migraine lebih lama dibandingkan aura lainnya, dan seringkali

membaik dengan terapi yang digunakan untuk migraine.

2. Vertebrobasilar insufficiency

Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari

suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien terjadi

beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan pada paien

yang memiliki factor resiko cerebrovascular disease. Sering juga berhungan

dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh, dan lemah. Pemeriksaan

diantara gejala biasanya normal.

3. Tumor Intrakranial

Tumor intracranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan

kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk kompensasi

sentral. Gejala yang lebih sering adalah penurunan pendengaran atau gejala

neurologis . Tumor pada fossa posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau

33

Page 34: Cr Vertigo Bismilah

Chiari malformation sering tidak terdeteksi di CT scan dan butuh MRI

untuk diagnosis. Multipel sklerosis pada batang otak akan ditandai dengan vertigo

akut dan nistagmus walaupun biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia yang

lain dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia lainnya.

Tabel 1. Perbedaan Vertigo Perifer Dan Vertigo Sentral

Ciri-ciri Vertigo Perifer Vertigo Sentral

Lesi Sistem vestibular (telinga dalam, saraf perifer)

Sistem vertebrobasiler dan gangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)

Penyebab Vertigo posisional paroksismal

jinak (BPPV), penyakit maniere,

neuronitis vestibuler, labirintis,

neuroma akustik, trauma

iskemik batang otak, vertebrobasiler

insufisiensi, neoplasma, migren basiler

Gejala gangguan SSP Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi,

gangguan sensibilitas dan fungsi

motorik, disartria, gangguan serebelar

Masa laten 3-40 detik Tidak ada

Habituasi Ya Tidak

Intensitas vertigo Berat Ringan

Telinga berdenging dan atau tuli

Kadang-kadang Tidak ada

Nistagmus spontan + -

34

Page 35: Cr Vertigo Bismilah

3.6 Patofisiologi

Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang

mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang

sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat

kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan

vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan

impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik

dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan

nuklei N.III,IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor

vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi

paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang

paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat

integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan

proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam

keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul

berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.

Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap

lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral

dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang

aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,

akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons

penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal

yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan

gejala lainnya.

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian ketidakseimbangan

tubuh :

1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)

35

Page 36: Cr Vertigo Bismilah

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan

hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan

timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.

2. Teori konflik sensorik

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari

berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan

proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri

dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di

sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola

mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa

melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori

rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan

sentral sebagai penyebab.

3. Teori neural mismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori

ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika

pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola

gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika

pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi

mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.

4. Teori otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha

adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis

terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.

5. Teori neurohumoral

Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori

serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter

36

Page 37: Cr Vertigo Bismilah

tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya

gejala vertigo.

6. Teori sinap

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan

neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses

adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang

akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar

CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya

mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf

parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering

timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas

simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi

setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis (Price,

2006).

3.7 Gejala Klinis

Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala

primer, sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh

gangguan pada sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia,

ataxia, gejala pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputa. Vertigo

dapat horizontal, vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang

paling sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan

dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi pergerakan dari sisi

yang berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi,

jika sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap,

biasanya berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke

bawah atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan.

Jika sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan

oleh sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus.

Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan

sebagai sensais didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi

37

Page 38: Cr Vertigo Bismilah

disfungsi apparatus otolitik pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit .

Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan kepala.

Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua

matanya. Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh

dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami

gangguan. Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasnaya universal pada

pasien dengan vertigo otologik dan sentral. Gejala pendengaran biasanya berupa

tinnitus, pengurangan pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh di telinga.

Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan

sensivitas visual. Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness.

Istilah ini tidak terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang

dignkan pada pasien dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada

pasien vertigo yang berhubungan dengan problem medic.

Suatu informasi penting yang didapatkna dari anamnesis dapat digunakan

untuk membedakan perifer atau sentral meliputi:

Karekteristk dizziness

Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi

berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness,

atau hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan)

Keparahan

Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute

vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam

beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan

biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan

pasien mengeluh vertigo yang menetap dan konstan mungkin memiliki

penyebab psikologis.

Onset dan durasi vertigo

Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin

lama durasi vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral menjadi lebih

38

Page 39: Cr Vertigo Bismilah

besar. Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo

sentral kecuali pada cerebrovascular attack. Perbedaan onset dan durasi maisng-

masing penyebab vertigo dapat dilihat pada table 4.

Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo

sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya

menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan

ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau

torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.

Tabel 2. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab vertigo

Durasi episode Kemungkinan diagnosis

Beberapa detik Peripheral cause: unilateral loss of vestibular

function; late stages of acute vestibular

neuronitis

Detik sampai menit Benign paroxysmal positional vertigo;

perilymphatic fistula

Beberapa menit sampai satu jam Posterior transient ischemic attack;

perilymphatic fistula

Beberapa jam Ménière’s disease; perilymphatic fistula from

trauma or surgery; migraine; acoustic neuroma

Beberapa hari Early acute vestibular neuronitis*; stroke;

migraine; multiple sclerosis

Beberapa minggu Psychogenic

39

Page 40: Cr Vertigo Bismilah

Tabel 3. Klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral

Perifer Sentral

Bangkitan vertigo Mendadak Lambat

Derajat vertigo Berat Ringan

Pengaruh gerakan kepala (+) (-)

Gejala otonom (++) (-)

Gangguan pendengaran (+) (-)

Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer

berdasarkan nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya

involunter, bolak balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus

merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu.

Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan atau

dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi

berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test

posisional atau gerakan kepala (Lumbantobing, 2003).

Tabel 4. Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut

No Nystagmus Vertigo sentral Vertigo perifer

1. Arah Berubah-ubah Horizontal/horizontal rotatoar

2. Sifat Unilateral/bilateral Bilateral

3. Test posisional

- Latensi- Durasi- Intensitas- Sifat

Singkat

Lama

Sedang

Susah ditimbulkan

Lebih lama

Singkat

Larut/sedang

Mudah ditimbulkan

4. Test dengan Dominasi arah jarang Sering ditemukan

40

Page 41: Cr Vertigo Bismilah

rangsang (kursi putar, irigasi telinga)

ditemukan

5. Fiksasi mata Tidak pengaruh Terhambat

Gejala Penyerta

Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah dan

gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab vertigo.

Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran berasal dari

perifer, kecuali pada penyakit serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius

interna atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo dapat

terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga tengah, penyakit invasive pada

tulang temporal, atau iritasi meningeal. Vertigo sering bersamaan dengan

muntah dan mual pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease

yang parah dan BPPV.

Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala

neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan

pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain

pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo

sentral misalnya penyakit cererovascular, neoplasma, atau multiple sklerosis.

Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan

dengan migraine misalnya sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral,

kadnag disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35 persen

pasien dengan migraine mengeluhkan vertigo (Swartz, 2005; Dewanto, 2005).

3.8 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan dan

leher dan system cardiovascular.

Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologic meliputi :

41

Page 42: Cr Vertigo Bismilah

- Pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli

sensorineural, nistagmus.

Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis

cerebellar.

Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus

rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.

- Gait test

1. Romberg’s sign

Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun

masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki

instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Romberg’s

sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat

dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19%

sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab

yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya terbatas pada vertigo) misalnya

drug related vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event.

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan

kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama

20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan

posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada

kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang

menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan

penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan

bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

42

Page 43: Cr Vertigo Bismilah

Gambar 3. Uji Romberg 5

2. Heel-to- toe walking test

3. Unterberger's stepping test (Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan

mata tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki

lesi labirin pada sisi tersebut).

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di

tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada

kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi

dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar

ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi

turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat

ke arah lesi.

43

Page 44: Cr Vertigo Bismilah

Gambar 4. Uji Unterberger 5

4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh

mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk

tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka

dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan

penderita ke arah lesi.

Gambar 5. Uji Tunjuk Barany 5

Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.

44

Page 45: Cr Vertigo Bismilah

1. Fungsi Vestibuler

- Dix-Hallpike manoeuvre

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke

belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah

garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri.

Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini

dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah

periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan

berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral

: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1

menit, bila diulangulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue)

Gambar 6. Dix-hallpike

45

Page 46: Cr Vertigo Bismilah

- Test hiperventilasi

Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya

normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu

diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut

menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa

nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus

terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII. 5

- Tes Kalori

Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat

ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di

labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi

secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran

20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan

air bersuhu 30ºC (kirakira 7º di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang

telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram

air selama kira-kira 20 detik.

Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah

gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri

(karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak

dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya

nistagmus berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap

penderita. Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2

dites.

Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus

pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita

sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga

lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini akan

mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul

nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila ini juga

46

Page 47: Cr Vertigo Bismilah

tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak

berfungsi.

Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal

hipoaktif atau tidak berfungsi.

- Elektronistagmogram

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk

merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut

dapat dianalisis secara kuantitatif.

- Posturografi

Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang

mempunyai peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik.

Tes ini dilakukan dengan 6 tahap :

a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun

dalam keadaan biasa (normal).

b. Pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi

(serupa dengan tes romberg).

c. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada

tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input

visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.

d. Pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang.

Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari

badan bagian bawah dapat diganggu.

e. Mata ditutup dan tempat berpijak digayang.

f. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan

berpijak digoyang.

Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau, tidak

akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk

input (informasi).

47

Page 48: Cr Vertigo Bismilah

2. Fungsi Pendengaran

a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli

konduktif dan tuli perseptif

b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry,

Tone Decay.

Pemeriksaan Kepala dan Leher

Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :

- Pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya

herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma (Sura

et Newell, 2010).

- Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong

tragus dan meatus akustikus eksternus pada siis yang bermasalah)

mengindikasikan fistula perikimfatik.

- Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk

meningkat tekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat

menyebabkan vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik atau

dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic

berdasarkan klinis ini masih terbatas. 3

- Head impulses test

Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan

diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala

pasien. Dimulai denganpemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu

sisi pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan kepala pasien sisi lainnya

horizontal 20odengan cepat. Pada orang yang normal tidak ada saccades

mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika ada sakade

setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer

pada siis itu (Lumbantobing, 2003).

48

Page 49: Cr Vertigo Bismilah

Gambar 7. Head impulses test 5

Pemeriksaan Cardiovascular

Perubahan orthostatic pada tekanan darah sistolik (misalnya turun 20 mmHg

atau lebih) dan nadi (misalnya meningkat 10 denyutan per menit) pada

pasien dengan vertigo dapat menentukan masalah dehidrasi dan disfungsi

otonom.

3.9 Diagnosis Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric,

vestibular testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis, Tes audiologik

tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien mengeluhkan

gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak jelas maka dapat dilakukan

audiometric pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan gangguan

pendengaran

Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan

keluhan dizziness. Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang

jelas. Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah,

49

Page 50: Cr Vertigo Bismilah

fungsi thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen

pasien.

Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan

vertigo yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk

terjadinya CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur

dan integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan

kompleks nervus VIII (Aminorf, 2005).

3.10 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Sekitar 20 sampai 40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala

yang terdapat pada pasien (tabel 5) (Dewanto, 2009).

50

Page 51: Cr Vertigo Bismilah

Tabel 5. Berdasarkan komplek gejala vertigo perifer dan vertigo

sentral

51

Page 52: Cr Vertigo Bismilah

3.11 Terapi

A. Prinsip umum terapi Vertigo

Medikasi

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa

sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan

pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar

kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang

sering digunakan :

Antihistamin

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin

yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,

meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki

aktivitas antikholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik

ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek

samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo

yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.

- Betahistin

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di

telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping

Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.

Betahistin Mesylate (Merislon)

Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

Betahistin di Hcl (Betaserc)

Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet

dibagi dalam beberapa dosis.

- Dimenhidrinat (Dramamine)

52

Page 53: Cr Vertigo Bismilah

Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau

parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis

25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1

kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan

parenteral. Efek samping mengantuk.

Antagonis Kalsium

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis

kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.

Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular

mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering

mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai

dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.

- Cinnarizine (Stugerone)

Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi

respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30

mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa

mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan

“rash” di kulit.

Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).

Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil)

dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan

oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.

- Promethazine (Phenergan)

53

Page 54: Cr Vertigo Bismilah

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –

25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan

intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah

sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit

disbanding obat Fenotiazine lainnya.

- Khlorpromazine (Largactil)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.

Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular

atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4

kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

Obat Simpatomimetik

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat

simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.

- Efedrin

Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali

sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti

vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi)

dan menjadi gelisah – gugup.

Obat Penenang Minor

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan

yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut

kering dan penglihatan menjadi kabur.

- Lorazepam

Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg

- Diazepam

54

Page 55: Cr Vertigo Bismilah

Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

Obat Anti Kholinergik

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas

sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

- Skopolamin

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan

mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 –

4 kali sehari.

Terapi fisik

Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi

gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita

yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin

disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau

didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat

tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan

bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau

mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.

Terapi Fisik Brand-Darrof

Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.

Keterangan Gambar:

Ambil posisi duduk.

Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian

balik posisi duduk.

Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri.

Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan

berulang kali.

55

Page 56: Cr Vertigo Bismilah

Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin

bertambah (Swartz, 2005).

B. Terapi Spesifik

1. BPPV

Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo dapat

membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan mmemindahkan

deposit kalsium yang bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi

reposisi kanalit berupa maneuver epley, modifikasi maneuver epley. Pasien

perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah

deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis,

2. Vestibular neuronitis dan Labirynthis

Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang

mensipresi vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi

vestibular terjasi lebih cepat dan lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali

sehari latihan vestibular sesegera mungkin setelah vertigo berkurang dengan

obat-obatan.

3. Meniere disease

Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah

garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif

dalam mengobati ketulian dan tinnitus.

Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan

shunt endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini

resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet.

4. Iskemik Vascular

Terap TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian melalui

control tekanan darah, menurunkan level kolesterol, mengurangi merokok,

56

Page 57: Cr Vertigo Bismilah

menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin, clopidogrel) dan terkadang

antikoagulasi (warfarin).

Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau

cerebellum diobati dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan

meminimalisrir pergerakan kepala pada hari pertama. Sesegera mungkin jika

keluhan dapat ditoleransi obat-obatan harus di tapper off dan latihan rehabilitasi

vestibular harus segera dimulai.

Penempatan stent vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan stenosis

arteri vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis.

Perdarahan pada cerebellum dan batang otak member risiko kompresi

sehingga diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. 2007. Human physiology from cells to system. Edisi ke-6.

Canada: Thomson Brooks/ Cole;.p. 77-211.

2. L. Moore. 2008.Anatomi Klinis Dasar. EGC: Jakarta

3. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:

EGC.

4. Guyton. 2008. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta

57

Page 58: Cr Vertigo Bismilah

5. Snell, RS. 2007. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC: Jakarta

6. Price, S. 2006. konsep klinis proses-proses penyakit jilid 2. EGC: Jakarta

7. R. Putz, R. Pabst. 2006.Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi 21.Jilid 2.

Jakarta: EGC.

8. Aminorf, J.M., Greenberg, A.D., and Simon, P.R., 2005. Clinical Neurology.

Edisi 7. USA:Lange Medical Books/McGraw-Hill.p 155-157

9. Lumbantobing. 2003. Vertigo. Balai penerbit FKUI : Jakarta

10. Lumbantobing. 2003. Pemeriksaan Fisik Saraf . Balai penerbit FKUI : Jakarta

11. Swartz, R; Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American

Family Physician.

12. Dewanto, G; dkk. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana penyakit Saraf. EGC:

Jakarta

13. Lempert , T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology Of Vertigo, Migraine And

Vestibular Migraine in Journal Neurology.

58