bab 2 tinjauan pustaka - plasenta previa
DESCRIPTION
Plasenta Previa merupakan keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada sepanjang atau di dekat ostium servik internum, dengan usia kehamilan di atas 20 minggu, ditandai dengan perdarahan segar, tanpa rasa nyeri.penunjang yang dibutuhkan yaitu dengan DSU (ouble set-up) dan juga USG AbdomenTRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Darah dan lendir yang keluar dari vagina merupakan hal yang normal dalam
persalinan fase aktif akibat dari penipisan dan dilatasi dari serviks akibat robeknya
pembuluh kecil. Perdarahan uterus yang timbul sebelum waktu kelahiran perlu
diwaspadai. Perdarahan mungkin saja diakibatkan solusio plasenta dan plasenta
previa. Plasenta previa adalah keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada
sepanjang atau sangat dekat dengan ostium internum dari uterus dimana usia
kehamilan lebih dari 20 minggu (Cunningham et al, 2005; Johnston & Paterson-
Brown, 2011; Dulay, 2013).
2.2 Epidemiologi
Perdarahan yang terjadi dalam kehamilan merupakan penyebab 18 % dari
3201 kematian ibu hamil di US tahun 1991-1996 berdasarkan data dari Pregnancy
Mortality Surveillance System of the Centers for Disease Control and Prevention.
Plasenta previa terjadi 0,3-0,5% dari seluruh kehamilan (Cunningham, 2005; Joy,
2012).
2.3 Etiopatogenesis dan Faktor Predisposisi
Implantasi plasenta dimulai dari timbuhnya embrio dan melekat ada bagian
caudal uterus. Seiring bertumbuhnya plasenta, plasenta berkembang menutupi
ostium serviks. Diperkirakan bahwa vaskularisasi desidua yang rusak terjadi
sepanjang serviks, dimungkinkan karena inflamasi sekunder atau perubahan
atropi. Dengan demikian, bagian plasenta yang atropi tersebut dapat mencetus
terjadinya vasa previa (Joy, 2012).
Kejadian plasenta previa meningkat pada ibu hamil dengan usia lebih tua
sekitar di atas 30 tahun. Hal ini diduga semakin meningkatnya perubahan
sklerosis pada arteri miometrium meneyebabkan kurangnya suplai darah ke
plasenta. Selain itu juga multiparitas juga meningkatkan resiko terjadinya plasenta
2
3
previa. Penelitian lainnya mengatakan bahwa riwayat seksio sesarea terutama
pada kehamilan pertama, meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa sekitar
1,5 sampai 6 kali lipat dari kelahiran normal. Berdasarkan meta analisis resiko
meningkat 1% setelah 1 kali seksio sesarea, 2,8% setelah 3 kali seksio sesarea,
dan 3,7% setelah 5 kali seksio sesarea. Mekanisme yang mungkin terjadi adalah
karena timbulnya skar pada uterus menyebabkan terbentuknya formasi polip,
infiltrasi limfosit, dilatasi kapiler, dan infiltrasi jaringan endometrium, efeknya
adalah implantasi plasenta yang kurang optimal, meningkatnya malformasi
vaskular, meningkatnya fragilitas pembuluh darah (Cunningham, 2005; Getahun
et al, 2006; Joy, 2012; Dulay 2013).
Table 2.1 Morbiditas dan Tingkat Resiko pada Pasien dengan Plasenta Previa
Morbidities Relative Risk
Antepartum bleeding 10
Need for hysterectomy 33
Blood transfusion 10
Septicemia 5.5
Thrombophlebitis 5
Endometritis 6.6[2]
(Joy, 2012)
Faktor resiko lainnya yang juga potensial yaitu abortus spontan maupun
yang disengaja (spontaneous or induced abortion), riwayat plasenta previa
sebelumnya, multifetal, drug abuse (cocain etc.) dan merokok. Riwayat abortus
sebelumnya diduga menghalangi implantasi plasenta yang disebabkan kerusakan
endometrium. Sedangkan rokok diduga menyebabkan hipoksemia karbon
monoksida yang berefek hipertropi plasenta akibat dari kompensasi, nantinya
berakibat pada ketidaksempurnaan vaksularisasi desidua (Tuzović et al, 2003;
Cunningham, 2005; Getahun et al, 2006; Gurol-Urgancy et al, 2011; Dulay, 2013)
2.4 Klasifikasi Plasenta Previa
4
Ada beberapa grade dari plasenta previa (Cunningham, 2005; Oppenheimer &
Farine, 2009):
a. Plasenta previa totalis, merupakan keadaan dimana plasenta terletak
menutupi keseluruhan ostium internum serviks.
b. Plasenta previa parsialis, merupakan keadaan dimana plasenta terletak
menutupi sebagian dari ostium internum serviks.
c. Plasenta previa marginalis, merupakan keadaan dimana plasenta terletak di
tepi ostium internum serviks
d. Plasenta previa letak rendah, merupakan keadaan dimana implantasi
plasenta terletak pada segmen bawah uterus, pada tepi, dan hamper
mendekati ostium internum serviks
(Cunningham, 2005)
Gambar 2.1 Plasenta Previa Totalis
5
(Cunningham, 2005)
Gambar 2.2 Plasenta Previa Parsialis, pada ibu hamil 22 minggu dengan
pembukaan serviks 3-4 cm
(Women’s Health and Education Center (WHEC), 2013)
Gambar 2.3 Bentuk Plasenta Previa
6
2.5 Tanda dan Gejala Klinik
Pasien yang datang mengeluhkan mendadak ada perdarahan dari jalan lahir
tanpa sebab dimana usia kehamilan lebih dari 20 minggu (Johnston & Paterson-
Brown, 2011; Dulay, 2013):
- tidak nyeri,
- warna darah yang keluar adalah segar,
- kadang perdarahan bisa menjadi hebat hingga dapat menimbulkan syok
hemoragik.
- Pada beberapa pasien disertai juga adanya kontraksi uterus.
Penyebab terjadinya perdarahan tersebut terjadi dalam trimester ketiga
terkait perkembangan dari segmen bawah rahim. Perlekatan plasenta tersebut
terganggu dikarenakan daerah tersebut terjadi penipisan dalam persiapan untuk
proses kelahiran. Ketika hal tersebut terjadi, perdarahan muncul di lokasi
perlekatan plasenta, sebagaimana uterus pun tidak mampu untuk melakukan
kontraksi secara adekuat dan untuk menghentikan aliran darah dari pembuluh
darah yang terbuka. Pelepasan trombin dari tempat perdarahan memprovokasi
kontraksi uterus dan mengarah pada “lingkaran setan” antara perdarahan,
kontraksi, dan pemisahan plasenta (Joy, 2012).
2.6 Diagnosis Banding, dan Penegakkan Diagnosis
Plasenta previa perlu dicurigai pada perdarahan dengan kehamilan lebih dari
20 minggu. Jika ada plasenta previa, pemeriksaan digital dapat memperburuk
terjadinya perdarahan. Oleh karenanya, sangat tidak dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaaan digital, kecuali dengan pemeriksaan USG abdomen atau
pemeriksaan digital dapat dilakukan bila kemungkinan plasenta previa dapat
disingkirkan. Dapat juga dengan pemeriksaan double set-up, yaitu dimana pasien
dipersiapkan untuk kelahiran normal, sementara dipersiapkan juga bagian team
operasi untuk persiapan seksio sesarea. Meskipun plasenta previa lebih mungkin
menyebabkan gejala yang berat, perdarahan segar tanpa disertai nyeri,
dibandingkan dengan solusio plasenta, perbedaan klinis masih belum mungkin
dapat dibedakan. Dengan demikian USG abdomen seringkali diperlukan untuk
membedakan antara keduanya (Joy, 2012).
7
Tabel. 2.2 Diferensial Diagnosis
Placenta Previa Differential Diagnose
Abruption Placentae
Cervisitis
Premature Rupture of Membrane
Preterm Labor
Vaginitis
Vulvovaginitis
(Joy, 2012)
Adapun pemeriksaan penunjang selain USG abdomen yaitu dengan
Transvaginal Ultrasonography (TVS), dimana lebih akurat dalam menentukan
lokasi tepi dan batas plasenta pada ostium internum serviks, serta memastikan
apakah plasenta previa totalis, parsial, marginalis, atau letak rendah. Pada
pemeriksaan dengan USG abdomen atau transabdominal sonography (TAS)
terdapat visualisasi bagian posterior plasenta yang kurang baik dibandingkan
dengan TVS karena kemungkinan terhalang kepala fetus, obesitas dan juga blader,
sehingga hasilnya juga kurang akurat. Oleh kernanya false positive diagnosis
plasenta previa dapat mencapat 25%. Sedangkan dengan TVS akurasinya tinggi
(sensitivitas 87,5%, spesifisitas 98,8%, positive predictive value 93,3%, negative
predictive value 97,6%) (Oppenheimer, 2007; Oppenheimer & Farine, 2009;
Johnston & Paterson-Brown, 2011; Joy, 2012).
Gambar 2.4 Transvaginal Sonography (TVS)
8
Meskipun koagulopati jarang terjadi, pemeriksaan darah serial mungkin
dapat bermanfaat sebagai pertimbangan transfuse (Hb <8 g/dl). Pemeriksaan
Prothrombine Time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT),
fibrinogen, dapat pula diusulkan melihat kemungkinan terjadinya DIC (Joy,
2012).
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1Indikasi seksio sesare, melahirkan spontan, dan perawatan konservatif
Menurut Mansjoer dkk (2008), penatalaksanaan harus di rumah sakit dengan
fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan
menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari tekanan rongga perut
(misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar)
Pasang infus cairam NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairan
peroral. Pantau tekanan darah, nadi pasien secara teratur, juga periksa DJJ. Bila
terjadi syok, lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah.
Penanganan di rumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila ada
syok, usia gestasi <37 minggu, taksiran janin <2500 gram, maka:
a. Perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, mobilisasi
bertahap, kortikosteroid 12 mg I.V perhari selama 3 hari
b. Perdarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti
kehamilan preterm.
Bila ada syok dengan usia gestasi ≥ 37 minggu, taksiran berat janin 2500
gram atau lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata plasenta previa, lakukan persalinan
perabdominam, bila bukan, lakukan persalinan pervaginam.
9
(Mansjoer, 2008)
Bagan 2.5 Alur Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum
Jarak tepi plasenta dengan ostium serviks internum melalui pemeriksaan
dengan TVS dapat dijadikan pertimbangan apakah dilahirkan spontan atau seksio
sesarea (Oppenheimer, 2007; Joy, 2012):
a. Jarak tepi plasenta – ostium serviks internum > 2 cm trial labor
b. Jarak tepi plasenta – ostium serviks internum < 2 cm cesarean
2.7.2Penggunaan tokolitik
Terdapat lima kelas agen tokolitik diantaranya:
a. Betamimetics (Ritrodrine)
b. Calcium channel blocker (Nifedipin)
c. Oxytocin reseptor antagonists (Atosiban (Tractocile))
d. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
e. Magnesium sulphate
10
Rata-rata penggunaan tokolitik efektif sampai 48 jam hingga 7 hari, namun
secara signifikan tidak adekuat dalam mengurangi tingkat mortalitas dan
morbiditas perinatal. Intervensi lain adalah memperpanjang masa kehamilan dan
memperbaiki keadaan neonatus, dengan penggunaan antibiotik untuk melawan
infeksi intrauterin. Kontraindikasi dalam penggunaan tokolitik diantaranya:
a. Sepsis/korioamnionitis
b. Perdarahan antepartum, seperti solusio plasenta, perdarahan aktif vagina
c. Dilatasi serviks tingkat lanjut
d. CTG abnormal
e. Insufisiensi plasenta
f. Preeklampsia/eklampsia
g. Malformasi kongenital
h. IUFD
i. Alergi terhadap tokolitik
j. Usia kehamilan <24 minggu atau >33+6 minggu
Sedangkan kontraindikasi relatif penggunaan tokolitik diantaranya ketuban pecah
dini, plasenta previa, IUGR, kehamilan multipel, dan penyakit ginjal atau hepar.
(Johnston & Paterson-Brown, 2011; IOG, 2013).
2.8 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang mungkin terjadi diantaranya adalah (Joy, 2012):
a. Perdarahan
b. Lahir prematur
c. Presentasi fetus abnormal
d. Solusio plasenta
e. Meningkatnya resiko Endometritis
Lebih dari 50% wanita hamil dengan plasenta previa resiko hamil prematur,
dan dengan prematur yang ekstrem beresiko pula terjadinya kematian perinatal.
Insiden malformasi fetal dan IUGR, SIDS (sudden infant death syndrome)
meningkat. Neonatus yang prematur memiliki berat <2500 gram, dapat terjadi
sindrom distres nafas, jaundice, indikasi ke NICU dan juga lama untuk dirawat di
rumah sakit (Joy, 2012).