buku 1 lk ba 15 tahun 2013 copy 2
TRANSCRIPT
Daftar Isi - Halaman iii
DAFTAR ISIHalaman
Kata Pengantar iPernyataan Tanggung Jawab iiDaftar Isi iiiDaftar Tabel ivDaftar Grafik viiiDaftar Lampiran ixDaftar Singkatan xRingkasan 1I. Laporan Realisasi Anggaran 4II. Neraca 5III. Catatan atas Laporan Keuangan 7
A. Penjelasan Umum 7A.1. Dasar Hukum 7A.2. Kebijakan Teknis Kementerian Keuangan 11A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 20A.4. Kebijakan Akuntansi 21
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 32B.1. Pendapatan Negara dan Hibah 32B.2. Belanja Negara 50B.3. Catatan Penting Lainnya 66
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca 74C.1. Aset Lancar 75C.2. Aset Tetap 97C.3. Piutang Jangka Panjang 118C.4. Aset Lainnya 120C.5. Kewajiban Jangka Pendek 126C.6. Ekuitas Dana Lancar 130C.7. Ekuitas Dana Investasi 132C.8. Catatan Penting Lainnya 134
D. Pengungkapan Penting Lainnya 158D.1. Rekening Pemerintah 158D.2. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual 158D.3. Rekapitulasi Piutang Negara Instansi Pemerintah/Lembaga Negara 160
yang aktif diurus oleh PUPN/DJKND.4. Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN 160
Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 2Tabel 2 Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 3Tabel 3 Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut
Eselon 120
Tabel 4 Penggolongan Kualitas Piutang 25Tabel 5 Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2013 32Tabel 6 Rincian Realisasi Pendapatan Bruto TA 2013 32Tabel 7 Perbandingan Pendapatan Negara dan Hibah Neto TA 2013 dan TA 2012 33Tabel 8 Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I TA 2013 33Tabel 9 Perbandingan Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 34Tabel 10 Realisasi Pendapatan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013 34Tabel 11 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan TA 2013 dan 2012 34Tabel 12 Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 35Tabel 13 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan
TA 2013 dan 201236
Tabel 14 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2013 36Tabel 15 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Neto TA 2013 37Tabel 16 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 dan TA
201238
Tabel 17 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2013 43Tabel 18 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan 2012 43Tabel 19 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto 43Tabel 20 Realisasi Bruto Pendapatan dan Pengembalian Pajak Perdagangan Internasional
TA 201344
Tabel 21 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA2013 dan 2012
44
Tabel 22 Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 46Tabel 23 Realisasi dan Pengembalian Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2013 46Tabel 24 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012 46Tabel 25 Rincian Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 47Tabel 26 Rincian Realisasi Bruto dan Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2013 48Tabel 27 Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 dan 2012 48Tabel 28 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 49Tabel 29 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 dan 2012 49Tabel 30 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 Berdasarkan Satuan Kerja 49Tabel 31 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 51Tabel 32 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 dan 2012 52Tabel 33 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013 52Tabel 34 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 53Tabel 35 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 53Tabel 36 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 dan 2012 54Tabel 37 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2013 55Tabel 38 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 55Tabel 39 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 dan TA 2012 57Tabel 40 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 57Tabel 41 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dan 2012 58Tabel 42 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2013 59Tabel 43 Perbandingan Belanja Pegawai per Eselon I TA 2013 dan TA 2012 59Tabel 44 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2013 60Tabel 45 Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2013 dan 2012 61Tabel 46 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 61Tabel 47 Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 dan TA 2012 62Tabel 48 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal TA 2013 62Tabel 49 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012 63
Tabel 50 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal Per Eselon I TA 2013 64Tabel 51 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012 64Tabel 52 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 72Tabel 53 Aset Lancar Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 73Tabel 54 Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31
Desember 201274
Tabel 55 Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31Desember 2012
74
Tabel 56 Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31Desember 2012
75
Tabel 57 Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31Desember 2012
75
Tabel 58 Rincian Kas pada BLU Sekretariat Jenderal 76Tabel 59 Rincian Kas pada BLU STAN 76Tabel 60 Belanja Dibayar Dimuka Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember
201277
Tabel 61 Uang Muka Belanja Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 77Tabel 62 Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 78Tabel 63 Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember
201278
Tabel 64 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember2013 dan 31 Desember 2012
79
Tabel 65 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2013 80Tabel 66 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC Per 31 Desember
201381
Tabel 67 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang 82Tabel 68 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2013 83Tabel 69 Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember
201284
Tabel 70 Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember2012
84
Tabel 71 Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember2012
87
Tabel 72 Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 87Tabel 73 Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan
31 Desember 201288
Tabel 74 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Bruto Per Eselon I Per 31 Desember2013 dan 31 Desember 2012
88
Tabel 75 Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I Per 31Desember 2013
89
Tabel 76 Rincian Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per KualitasPiutang Per 31 Desember 2013
89
Tabel 77 Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember2013 dan 31 Desember 2012
90
Tabel 78 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I Per 31Desember 2013
90
Tabel 79 Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember2013
91
Tabel 80 Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31Desember 2013
91
Tabel 81 Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember2013 dan 31 Desember 2012
92
Tabel 82 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I Per 31Desember 2013
92
Tabel 83 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN Per 31 Desember2013
93
Tabel 84 Persediaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 93Tabel 85 Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2013 94Tabel 86 Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 94Tabel 87 Rincian Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 dan 2012 95Tabel 88 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Per 31 Desember 2013 97
Tabel 89 Rincian Belanja Modal Sampai dengan 31 Desember 2013 98Tabel 90 Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 1 Januari
201398
Tabel 91 Perbandingan Posisi Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember2013
100
Tabel 92 Rincian Aset Tetap Tanah Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 101Tabel 93 Mutasi/Perubahan Tanah Per 31 Desember 2013 102Tabel 94 Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 102Tabel 95 Rincian Aset Tetap Tanah BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan
2012103
Tabel 96 Mutasi/Perubahan Tanah BLU Per 31 Desember 2013 103Tabel 97 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013
dan 2012104
Tabel 98 Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2013 105Tabel 99 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 106Tabel 100 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember
2013 dan 2012106
Tabel 101 Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU Per 31 Desember 2013 107Tabel 102 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan Per Unit Eselon I Per 31 Desember
2013 dan 2012107
Tabel 103 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2013 108Tabel 104 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan dari Belanja Modal Per 31 Desember
2013109
Tabel 105 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU Per Unit Eselon I Per 31Desember 2013 dan 2012
109
Tabel 106 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU Per 31 Desember 2013 110Tabel 107 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Per Unit Eselon I Per 31 Desember
2013 dan 2012110
Tabel 108 Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan Per 31 Desember 2013 111Tabel 109 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember
2013111
Tabel 110 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU Per Unit Eselon I Per 31Desember 2013 dan 2012
112
Tabel 111 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember2013
112
Tabel 112 Rincian Aset Tetap Tetap Lainnya Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan2012
113
Tabel 113 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya Per 31 Desember 2013 114Tabel 114 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 114Tabel 115 Rincian Aset Tetap Lainnya BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan
2012115
Tabel 116 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU Per 31 Desember 2013 115Tabel 117 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan Per Unit Eselon I Per 31
Desember 2013 dan 2012116
Tabel 118 Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan Per 31 Desember 2013 116Tabel 119 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per Unit Eselon I Per 31
Desember 2013 dan 2012117
Tabel 120 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per 31Desember 2013
117
Tabel 121 Komposisi Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2013 dan 2012 118Tabel 122 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I per 31 Desember 2013
dan 2012118
Tabel 123 Rincian Mutasi TP/TGR sampai dengan 31 Desember 2013 119Tabel 124 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per
Unit Eselon I per 31 Desember 2013120
Tabel 125 Rincian Penyisihan Piutang tak Tertagih Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)
120
Tabel 126 Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 120Tabel 127 Aset Tak Berwujud per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 121Tabel 128 Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 122Tabel 129 Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud 122
Tabel 130 Aset Tak Berwujud - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 122Tabel 131 Aset Tak Berwujud - BLU Per Jenis Aset 123Tabel 132 Aset Lain-lain per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 124Tabel 133 Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap yang Tidak Digunakan Dalam
Kegiatan Operasional Pemerintahan pada Neraca SAK dengan Laporan PosisiBMN di Neraca
124
Tabel 134 Aset Lain-lain - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 125Tabel 135 Rincian Mutasi Aset Lain-lain – BLU Per 31 Desember 2013 126Tabel 136 Rincian Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2013 dan 2012 126Tabel 137 Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 127Tabel 138 Utang Kepada Pihak Ketiga per Akun per 31 Desember 2013 127Tabel 139 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I per 31 Desember
2013 dan 2012128
Tabel 140 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Akun per 31 Desember 2013 128Tabel 141 Pendapatan Diterima Dimuka per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 129Tabel 142 Uang Muka dari KPPN per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 130Tabel 143 Pendapatan yang Ditangguhkan per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan
2012130
Tabel 144 Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2013 dan 2012 131Tabel 145 Rincian Cadangan Piutang per 31 Desember 2013 131Tabel 146 Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per
31 Desember 2013132
Tabel 147 Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2013 dan 2012 133Tabel 148 Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013
dan 2012156
Tabel 149 Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Untuk Periode yang Berakhir31 Desember 2013
157
Tabel 150 Rekapitulasi Piutang Negara Per 31 Desember 2013 158Tabel 151 Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara
per 31 Desember 2013159
DAFTAR GRAFIK
HalamanGrafik 1 Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Neto TA 2013 32Grafik 2 Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan
TA 201335
Grafik 3 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 37Grafik 4 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan
201238
Grafik 5 Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 38Grafik 6 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013
dan 201246
Grafik 7 Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 47Grafik 8 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan
TA 2013 dan 201250
Grafik 9 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber DanaTA 2013
51
Grafik 10 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 54Grafik 11 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja
TA 201356
Grafik 12 Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 56Grafik 13 Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 58Grafik 14 Komposisi Realisasi Belanja Barang TA 2013 60Grafik 15 Komposisi Realisasi Belanja Modal TA 2013 63Grafik 16 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 72Grafik 17 Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak Per 31 Desember 2013 79Grafik 18 Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 95Grafik 19 Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap 95Grafik 20 Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset per 31 Desember 2013 121
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Piutang Pajak Berdasarkan Jenis PajakLampiran II Piutang Pajak Berdasarkan Kanwil DJP dan Jenis PajakLampiran III Piutang Pajak Berdasarkan Kanwil DJP dan Umur PajakLampiran IV Penyisihan Piutang Pajak, Piutang Pajak Daluarsa, Usul
Penghapusan Piutang Pajak dan Piutang Pajak yang DihapuskanLampiran V Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diajukan Sengketa PajakLampiran VI Piutang Pajak yang Dilakukan Upaya HukumLampiran VII Rincian SP3DRILampiran VIII Informasi AkrualLampiran IX Berita Acara Rekonsiliasi TP/TGR
DAFTAR SINGKATAN
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBN-P : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
BLU : Badan Layanan Umum
BMDTP : Bea masuk Ditanggung Pemerintah
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BUN : Bendahara Umum Negara
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DPPN : Dana Pengembangan Pendidikan Nasional
LRA : Laporan Realisasi Anggaran
MA : Mata Anggaran Penerimaan / Pengeluaran
MPN : Modul Penerimaan Negara
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
SIMAK-BMN : Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
SAI : Sistem Akuntansi Instansi
SAK : Sistem Akuntansi Keuangan
SAP : Standar Akuntansi Pemerintahan
SKPA : Surat Kuasa Pengguna Anggaran
UP : Uang Persediaan
TA : Tahun Anggaran
TAB : Tahun Anggaran Berjalan
TAYL : Tahun Anggaran Yang Lalu
TGR : Tuntutan Ganti Rugi
TPA : Tagihan Penjualan Angsuran
UP : Uang Persediaan
TNP : Treasury Notional Pooling
SETJEN : Sekretariat Jenderal
ITJEN : Inspektorat Jenderal
DJA : Direktorat Jenderal Anggaran
DJP : Direktorat Jenderal Pajak
DJBC : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
DJPK : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
DJPU : Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
DJPB : Direktorat Jenderal Perbendaharaan
DJKN : Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
BPPK : Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
BKF : Badan Kebijakan Fiskal
PIP : Pusat Investasi Pemerintah
STAN : Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 015
2013 2012 Jumlah %
1 2 3 4 5
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran 3,185,018,342 8,796,459,747 (5,611,441,405) (63.79)
Kas di Bendahara Penerimaan 8,612,212,342 6,659,080,618 1,953,131,724 29.33
Kas Lainnya dan Setara Kas 64,892,258,341 20,739,677,126 44,152,581,215 212.89
Kas pada Badan Layanan Umum 2,845,277,111,289 3,641,157,122,268 (795,880,010,979) (21.86)
Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) 72,072,741,956 23,212,842,494 48,859,899,462 210.49
Uang muka belanja (prepayment) 91,572,000 3,723,250,772 (3,631,678,772) (97.54)
Piutang Perpajakan 103,240,249,433,833 93,468,526,344,200 9,771,723,089,633 10.45
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Perpajakan (50,480,277,068,155) (44,550,942,630,944) (5,929,334,437,211) 13.31
Piutang Perpajakan (Netto) 52,759,972,365,678 48,917,583,713,256 3,842,388,652,422 7.85
Piutang Bukan Pajak 67,006,879,145 96,450,818,001 (29,443,938,856) (30.53)
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak (46,363,232,047) (51,808,973,643) 5,445,741,596 (10.51)
Piutang Bukan Pajak (Netto) 20,643,647,098 44,641,844,358 (23,998,197,260) (53.76) Bagihan Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi 10,574,192,619 9,625,650,721 948,541,898 9.85
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (9,568,068,047) (9,414,674,698) (153,393,349) 1.63
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto)
1,006,124,572 210,976,023 795,148,549 376.89
Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum 34,772,216,529 20,520,519,164 14,251,697,365 69.45 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Operasional BLU (280,635,058) (112,142,971) (168,492,087) 150.25
Piutang dari Kegiatan Operasional BLU (Netto) 34,491,581,471 20,408,376,193 14,083,205,278 69.01
Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum 37,689,339,104 32,766,356,150 4,922,982,954 15.02
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU (653,445,133) (633,092,250) (20,352,883) 3.21
Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU (Netto) 37,035,893,971 32,133,263,900 4,902,630,071 15.26
Persediaan 282,569,446,845 284,672,873,440 (2,103,426,595) (0.74)
Persediaan Badan Layanan Umum 1,206,628,616 913,269,070 293,359,546 32.12
JUMLAH ASET LANCAR 56,131,056,602,521 53,004,852,749,265 3,126,203,853,256 5.90
ASET TETAP
Tanah 18,305,298,530,619 17,296,534,823,816 1,008,763,706,803 5.83
Tanah Badan Layanan Umum 545,355,589,927 545,192,062,827 163,527,100 0.03
Peralatan dan Mesin 9,281,994,108,652 8,849,450,471,389 432,543,637,263 4.89
Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum 58,757,128,310 51,293,956,632 7,463,171,678 14.55
Gedung dan Bangunan 12,220,156,775,183 11,211,918,159,435 1,008,238,615,748 8.99
Gedung dan Bangunan Badan Layanan Umum 216,874,887,239 196,710,647,484 20,164,239,755 10.25
Jalan, Irigasi dan Jaringan 376,594,636,513 348,573,649,280 28,020,987,233 8.04
Jalan,Irigasi, dan Jaringan Badan Layanan Umum 19,157,870,618 18,437,121,332 720,749,286 3.91
Aset Tetap Lainnya 28,063,850,892 26,339,299,995 1,724,550,897 6.55
Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum 13,801,033,266 11,807,907,831 1,993,125,435 16.88
Konstruksi Dalam Pengerjaan 457,589,043,017 677,317,480,494 (219,728,437,477) (32.44)
Konstruksi Dalam Pengerjaan Badan Layanan Umum - 10,887,286,730 (10,887,286,730) (100.00)
Akumulasi Penyusutan (10,075,131,483,866) - (10,075,131,483,866) -
JUMLAH ASET TETAP 31,448,511,970,370 39,244,462,867,245 (7,795,950,896,875) (19.87)
PIUTANG JANGKA PANJANG
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi 2,238,991,501 171,642,005 2,067,349,496 1,204.45 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (14,288,710) (858,210) (13,430,500) 1,564.94
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto) 2,224,702,791 170,783,795 2,053,918,996 1,202.64
NERACATINGKAT KEMENTERIAN/ LEMBAGA
PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
(DALAM RUPIAH)
NAMA PERKIRAANJUMLAH Kenaikan (Penurunan)
UN
TUK
TAH
UN
YAN
G B
ERA
KH
IR 31 D
ESEMB
ER 2013
(DA
LAM
RU
PIAH
)
LAPO
RA
N R
EALISA
SI AN
GG
AR
AN
KEM
ENTER
IAN
NEG
AR
A/LEM
BA
GA
KE
ME
NTE
RIA
N N
EG
AR
A/LE
MB
AG
A :015
KE
ME
NTE
RIA
N K
EU
AN
GA
N
lu_pauait
14 Mei 2014
1TanggalH
alaman
Prog.Id
::::
LRA
KT
Kode Lap.
BA
GIA
N A
NG
GA
RA
N P
ELA
KS
AN
A :
--
No
UR
AIA
NA
NG
GA
RA
NR
EA
LISA
SI
RE
ALIS
AS
I DI
ATA
S (B
AW
AH
)A
NG
GA
RA
N
% R
EA
L.A
NG
G.
12
34
56
AN
GG
AR
AN
RE
ALIS
AS
IR
EA
LISA
SI D
I A
TAS
(BA
WA
H)
AN
GG
AR
AN
% R
EA
L.A
NG
G.
78
910
20132012
PE
ND
AP
ATA
N N
EG
AR
A D
AN
HIB
AH
A( 34,542,015,176,022)
982,829,932,056,170 1,017,371,947,232,192
93.86( 70,668,980,462,715)
1,080,211,519,265,721 96.60
1,150,880,499,728,436PEN
DAPATAN
NEG
ARA D
AN H
IBAH TR
ANSAKSI KAS
A.I
( 34,542,015,176,022) 982,829,932,056,170
1,017,371,947,232,192 93.86
( 70,668,980,462,715) 1,080,211,519,265,721
96.60 1,150,880,499,728,436
PENER
IMAAN
NEG
ARA
A.I.1
( 35,766,519,413,113) 980,470,822,097,887
1,016,237,341,511,000 93.81
( 71,055,460,535,761) 1,077,309,220,752,239
96.48 1,148,364,681,288,000
Penerimaan Perpajakan
A.I.1.a
1,224,504,237,091 2,359,109,958,283
1,134,605,721,192 115.36
386,480,073,046 2,902,298,513,482
207.92 2,515,818,440,436
Penerimaan N
egara Bukan PajakA.I.1.b
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
HIBAH
A.I.2
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
PEND
APATAN N
EGAR
A DAN
HIBAH
TRAN
SAKSI NO
N KAS
A.II
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
PENER
IMAAN
NEG
ARA N
ON
KASA.II.1
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Penerimaan Perpajakan N
on KasA.II.1.a
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Penerimaan N
egara Bukan Pajak Non Kas
A.II.1.b
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
HIBAH
NO
N KAS
A.II.2
1,017,371,947,232,192JU
MLA
H P
EN
DA
PA
TAN
DA
N H
IBA
H (A
.I + A. II)
( 34,542,015,176,022) 982,829,932,056,170
( 70,668,980,462,715) 1,080,211,519,265,721
96.60 1,150,880,499,728,436
93.86
BE
LAN
JA N
EG
AR
AB
( 1,076,648,959,829) 16,325,448,043,171
17,402,097,003,000 92.61
( 1,361,104,763,665) 17,047,571,631,335
93.81 18,408,676,395,000
BELANJA TR
ANSAKSI KAS
B.I
( 1,017,197,799,076) 16,199,881,727,924
17,217,079,527,000 92.70
( 1,331,904,537,206) 16,912,952,223,794
94.09 18,244,856,761,000
Rupiah M
urniB.I.1
( 398,736,702,785) 7,976,346,217,823
8,375,082,920,608 94.32
( 485,950,647,754) 8,066,062,119,782
95.24 8,552,012,767,536
Belanja Pegawai
B.I.1.a
( 1,014,093,697,636) 5,998,821,296,389
7,012,914,994,025 88.72
( 865,990,898,657) 6,812,529,932,807
85.54 7,678,520,831,464
Belanja BarangB.I.1.b
( 220,002,145,906) 1,609,079,466,461
1,829,081,612,367 81.26
( 377,507,471,233) 1,636,815,690,767
87.97 2,014,323,162,000
Belanja Modal
B.I.1.c
615,634,747,251 615,634,747,251
0 0.00
397,544,480,438 397,544,480,438
0.00 0
Pembayaran Bunga U
tangB.I.1.d
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
SubsidiB.I.1.e
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Hibah
B.I.1.f
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Bantuan SosialB.I.1.g
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Belanja Lain-lainB.I.1.h
( 59,451,160,753) 125,566,315,247
185,017,476,000 82.18
( 29,200,226,459) 134,619,407,541
67.87 163,819,634,000
Pinjaman dan H
ibahB.I.2
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Belanja Pegawai
B.I.2.a
( 15,840,681,386) 99,026,124,614
114,866,806,000 90.16
( 13,502,671,238) 123,690,736,762
86.21 137,193,408,000
Belanja BarangB.I.2.b
( 43,610,479,367) 26,540,190,633
70,150,670,000 41.04
( 15,697,555,221) 10,928,670,779
37.83 26,626,226,000
Belanja Modal
B.I.2.c
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Pembayaran Bunga U
tangB.I.2.d
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
SubsidiB.I.2.e
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Hibah
B.I.2.f
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Bantuan SosialB.I.2.g
0 0
0 0.00
0 0
0.00 0
Belanja Lain-lainB.I.2.h
0 0
0 0.00
28,315,862,890 28,315,862,890
0.00 0
BELANJA TR
ANSAKSI N
ON
KASB.II
Daftar Isi - Halaman iii
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar i Pernyataan Tanggung Jawab ii Daftar Isi iii Daftar Tabel v Daftar Grafik ix Daftar Lampiran x Daftar Singkatan xi Ringkasan 1 I. Laporan Realisasi Anggaran 4 II. Neraca 5 III. Catatan atas Laporan Keuangan 7
A. Penjelasan Umum 7 A.1. Dasar Hukum 7 A.2. Kebijakan Teknis Kementerian Keuangan 11 A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 20 A.4. Kebijakan Akuntansi 21
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 32 B.1. Pendapatan Negara dan Hibah 32 B.2. Belanja Negara 50 B.3. Catatan Penting Lainnya 66
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca 74 C.1. Aset Lancar 75 C.2. Aset Tetap 97 C.3. Piutang Jangka Panjang 118 C.4. Aset Lainnya 120 C.5. Kewajiban Jangka Pendek 126 C.6. Ekuitas Dana Lancar 130 C.7. Ekuitas Dana Investasi 132 C.8. Catatan Penting Lainnya 134
D. Pengungkapan Penting Lainnya 158 D.1. Temuan dan Tindak Lanjut Temuan BPK 158 D.2. Rekening Pemerintah 158 D.3. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual 158 D.4. Rekapitulasi Piutang Negara Instansi Pemerintah/Lembaga Negara 160
yang aktif diurus oleh PUPN/DJKN D.5. Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN
160
Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013
Daftar Isi - Halaman iv
Laporan-laporan Pendukung sesuai Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013
x LRA Pendapatan dan LRA Pengembalian Pendapatan x LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja x Neraca Percobaan
Laporan Barang Pengguna x Laporan Barang Pengguna Tahunan x Laporan Posisi BMN di Neraca
Lampiran Tindak Lanjut atas Temuan BPK Daftar Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual
Lampiran-Lampiran Lain: 1. Laporan Keuangan BLU:
i) Pusat Investasi Pemerintah (PIP) ii) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) iii) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)
2. Laporan Keuangan Lembaga Non Struktural: Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP)
3. Laporan Rekening Pemerintah 4. Berita Acara Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan 5. Berita Acara Rekonsiliasi Belanja 6. Berita Acara Rekonsiliasi Aset Tetap 7. Berita Acara Rekonsiliasi TP/TGR 8. Rincian Piutang Pajak 9. Rincian SP3DRI 10. Daftar Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Pemungutan PBB-P2
Daftar Tabel-Halaman. v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 2 Tabel 2 Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 3 Tabel 3 Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut
Eselon 1 20
Tabel 4 Penggolongan Kualitas Piutang 25 Tabel 5 Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2013 32 Tabel 6 Rincian Realisasi Pendapatan Bruto TA 2013 32 Tabel 7 Perbandingan Pendapatan Negara dan Hibah Neto TA 2013 dan TA 2012 33 Tabel 8 Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I TA 2013 33 Tabel 9 Perbandingan Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 34 Tabel 10 Realisasi Pendapatan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013 34 Tabel 11 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan TA 2013 dan 2012 34 Tabel 12 Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 35 Tabel 13 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan
TA 2013 dan 2012 36
Tabel 14 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2013 36 Tabel 15 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Neto TA 2013 37 Tabel 16 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 dan TA
2012 38
Tabel 17 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2013 43 Tabel 18 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan 2012 43 Tabel 19 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto 43 Tabel 20 Realisasi Bruto Pendapatan dan Pengembalian Pajak Perdagangan Internasional
TA 2013 44
Tabel 21 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2013 dan 2012
44
Tabel 22 Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 46 Tabel 23 Realisasi dan Pengembalian Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2013 46 Tabel 24 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012 46 Tabel 25 Rincian Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 47 Tabel 26 Rincian Realisasi Bruto dan Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2013 48 Tabel 27 Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 dan 2012 48 Tabel 28 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 49 Tabel 29 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 dan 2012 49 Tabel 30 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 Berdasarkan Satuan Kerja 49 Tabel 31 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 51 Tabel 32 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 dan 2012 52 Tabel 33 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013 52 Tabel 34 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 53 Tabel 35 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 53 Tabel 36 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 dan 2012 54 Tabel 37 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2013 55 Tabel 38 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 55 Tabel 39 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 dan TA 2012 57 Tabel 40 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 57 Tabel 41 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dan 2012 58 Tabel 42 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2013 59 Tabel 43 Perbandingan Belanja Pegawai per Eselon I TA 2013 dan TA 2012 59 Tabel 44 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2013 60 Tabel 45 Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2013 dan 2012 61 Tabel 46 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 61 Tabel 47 Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 dan TA 2012 62 Tabel 48 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal TA 2013 62 Tabel 49 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012 63
Daftar Tabel-Halaman. vi
Tabel 50 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal Per Eselon I TA 2013 64 Tabel 51 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012 64 Tabel 52 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 74 Tabel 53 Aset Lancar Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 75 Tabel 54 Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31
Desember 2012 76
Tabel 55 Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
76
Tabel 56 Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
77
Tabel 57 Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
77
Tabel 58 Rincian Kas pada BLU Sekretariat Jenderal 78 Tabel 59 Rincian Kas pada BLU STAN 78 Tabel 60 Belanja Dibayar Dimuka Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember
2012 79
Tabel 61 Uang Muka Belanja Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 79 Tabel 62 Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 80 Tabel 63 Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember
2012 80
Tabel 64 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
81
Tabel 65 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2013 82 Tabel 66 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC Per 31 Desember
2013 83
Tabel 67 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang 84 Tabel 68 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2013 86 Tabel 69 Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember
2012 86
Tabel 70 Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
87
Tabel 71 Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
89
Tabel 72 Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 89 Tabel 73 Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan
31 Desember 2012 90
Tabel 74 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
90
Tabel 75 Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I Per 31 Desember 2013
91
Tabel 76 Rincian Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Kualitas Piutang Per 31 Desember 2013
91
Tabel 77 Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
92
Tabel 78
Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013
92
Tabel 79 Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2013
93
Tabel 80 Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2013
93
Tabel 81 Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
94
Tabel 82 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013
94
Tabel 83 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN Per 31 Desember 2013
95
Tabel 84 Persediaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 95 Tabel 85 Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2013 96 Tabel 86 Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 96 Tabel 87 Rincian Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 dan 2012 97 Tabel 88 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Per 31 Desember 2013 99
Daftar Tabel-Halaman. vii
Tabel 89 Rincian Belanja Modal Sampai dengan 31 Desember 2013 100 Tabel 90 Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 1 Januari
2013 100
Tabel 91 Perbandingan Posisi Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2013
102
Tabel 92 Rincian Aset Tetap Tanah Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 103 Tabel 93 Mutasi/Perubahan Tanah Per 31 Desember 2013 104 Tabel 94 Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 104 Tabel 95 Rincian Aset Tetap Tanah BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan
2012 105
Tabel 96 Mutasi/Perubahan Tanah BLU Per 31 Desember 2013 105 Tabel 97 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013
dan 2012 106
Tabel 98 Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2013 106 Tabel 99 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 107 Tabel 100 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember
2013 dan 2012 107
Tabel 101 Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU Per 31 Desember 2013 108 Tabel 102 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan Per Unit Eselon I Per 31 Desember
2013 dan 2012 108
Tabel 103 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2013 109 Tabel 104 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan dari Belanja Modal Per 31 Desember
2013 110
Tabel 105 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012
110
Tabel 106 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU Per 31 Desember 2013 111 Tabel 107 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Per Unit Eselon I Per 31 Desember
2013 dan 2012 111
Tabel 108 Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan Per 31 Desember 2013 112 Tabel 109 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember
2013 112
Tabel 110 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012
113
Tabel 111 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013
113
Tabel 112 Rincian Aset Tetap Tetap Lainnya Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012
114
Tabel 113 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya Per 31 Desember 2013 114 Tabel 114 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 115 Tabel 115 Rincian Aset Tetap Lainnya BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan
2012 115
Tabel 116 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU Per 31 Desember 2013 116 Tabel 117 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan Per Unit Eselon I Per 31
Desember 2013 dan 2012 116
Tabel 118 Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan Per 31 Desember 2013 117 Tabel 119 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per Unit Eselon I Per 31
Desember 2013 dan 2012 117
Tabel 120 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per 31 Desember 2013
117
Tabel 121 Komposisi Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2013 dan 2012 118 Tabel 122 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I per 31 Desember 2013
dan 2012 118
Tabel 123 Rincian Mutasi TP/TGR sampai dengan 31 Desember 2013 119 Tabel 124 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per
Unit Eselon I per 31 Desember 2013 120
Tabel 125 Rincian Penyisihan Piutang tak Tertagih Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/
Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) 120
Tabel 126 Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 120 Tabel 127 Aset Tak Berwujud per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 121 Tabel 128 Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 122 Tabel 129 Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud 122
Daftar Tabel-Halaman. viii
Tabel 130 Aset Tak Berwujud - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 123 Tabel 131 Aset Tak Berwujud - BLU Per Jenis Aset 123 Tabel 132 Aset Lain-lain per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 123 Tabel 133 Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap yang Tidak Digunakan Dalam
Kegiatan Operasional Pemerintahan pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca
124
Tabel 134 Aset Lain-lain - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 125 Tabel 135 Rincian Mutasi Aset Lain-lain – BLU Per 31 Desember 2013 126 Tabel 136 Rincian Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2013 dan 2012 126 Tabel 137 Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 127 Tabel 138 Utang Kepada Pihak Ketiga per Akun per 31 Desember 2013 127 Tabel 139 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I per 31 Desember
2013 dan 2012 128
Tabel 140 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Akun per 31 Desember 2013 128 Tabel 141 Pendapatan Diterima Dimuka per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 128 Tabel 142 Uang Muka dari KPPN per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 129 Tabel 143 Pendapatan yang Ditangguhkan per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan
2012 130
Tabel 144 Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2013 dan 2012 130 Tabel 145 Rincian Cadangan Piutang per 31 Desember 2013 131 Tabel 146
Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2013
131
Tabel 147 Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2013 dan 2012 132 Tabel 148
Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012
158
Tabel 149 Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2013
159
Tabel 150 Rekapitulasi Piutang Negara Per 31 Desember 2013 160 Tabel 151 Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara
per 31 Desember 2013 161
Daftar Grafik– Halaman ix
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1 Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Neto TA 2013 32 Grafik 2 Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan
TA 2013 35
Grafik 3 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 37 Grafik 4 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan
2012 38
Grafik 5 Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 38 Grafik 6 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013
dan 2012 46
Grafik 7 Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 47 Grafik 8 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan
TA 2013 dan 2012 50
Grafik 9 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013
51
Grafik 10 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 54 Grafik 11 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja
TA 2013 56
Grafik 12 Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 56 Grafik 13 Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 58 Grafik 14 Komposisi Realisasi Belanja Barang TA 2013 60 Grafik 15 Komposisi Realisasi Belanja Modal TA 2013 63 Grafik 16 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 74 Grafik 17 Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak Per 31 Desember 2013 81 Grafik 18 Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 98 Grafik 19 Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap 98 Grafik 20 Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset per 31 Desember 2013 121
Daftar Lampiran Halaman xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Neraca Percobaan
LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja
LRA Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan
Laporan Kuasa Pengguna Barang
Berita Acara Rekonsiliasi Aset Tetap
Berita Acara Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan
Berita Acara Rekonsiliasi Belanja
Berita Acara Rekonsiliasi TP/TGR
Lampiran II Rincian Piutang Pajak
Rincian SP3DRI
Laporan Rekening Pemerintah
Informasi Akrual
Matriks Tindak Lanjut Temuan BPK RI
Daftar Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Pemungutan PBB-P2
Lampiran III Laporan Keuangan KSAP
Laporan Keuangan PIP
Laporan Keuangan LPDP
Laporan Keuangan STAN
Daftar Singkatan– Halaman.xi
DAFTAR SINGKATAN
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBN-P : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
BLU : Badan Layanan Umum
BMDTP : Bea masuk Ditanggung Pemerintah
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BUN : Bendahara Umum Negara
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DPPN : Dana Pengembangan Pendidikan Nasional
LRA : Laporan Realisasi Anggaran
MA : Mata Anggaran Penerimaan / Pengeluaran
MPN : Modul Penerimaan Negara
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
SIMAK-BMN : Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
SAI : Sistem Akuntansi Instansi
SAK : Sistem Akuntansi Keuangan
SAP : Standar Akuntansi Pemerintahan
SKPA : Surat Kuasa Pengguna Anggaran
UP : Uang Persediaan
TA : Tahun Anggaran
TAB : Tahun Anggaran Berjalan
TAYL : Tahun Anggaran Yang Lalu
TGR : Tuntutan Ganti Rugi
TPA : Tagihan Penjualan Angsuran
UP : Uang Persediaan
TNP : Treasury Notional Pooling
SETJEN : Sekretariat Jenderal
ITJEN : Inspektorat Jenderal
Daftar Singkatan– Halaman.xii
DJA : Direktorat Jenderal Anggaran
DJP : Direktorat Jenderal Pajak
DJBC : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
DJPK : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
DJPU : Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
DJPB : Direktorat Jenderal Perbendaharaan
DJKN : Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
BPPK : Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
BKF : Badan Kebijakan Fiskal
PIP : Pusat Investasi Pemerintah
STAN : Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Ringkasan Halaman 1
RINGKASAN
Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal, dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2013 Audited ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2013.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2013 sebesar Rp1.080.211.519.265.721,00 atau 93,86 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp1.150.880.499.728.436,00. Jumlah tersebut terdiri dari Penerimaan Pajak sebesar Rp1.077.309.220.752.239,00 atau mencapai 93,81 persen dari target yang ditetapkan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp2.902.298.513.482,00 atau mencapai 115,36 persen dari target yang ditetapkan.
Realisasi Belanja Negara termasuk Imbalan Bunga pada TA 2013 sebesar Rp17.075.887.494.225,00 atau mencapai 92,76 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.912.952.223.794,00 (termasuk didalamnya realisasi belanja Imbalan Bunga yang tidak tersedia pagu anggarannya dalam DIPA sebesar Rp397.544.480.438,00) atau 92,70 persen dari anggarannya, Belanja Pinjaman dan Hibah sebesar Rp134.619.407.541,00 atau 82,18 persen dari anggarannya dan Belanja Transaksi Non Kas sebesar Rp28.315.862.890,00. Adapun realisasi Belanja Negara tanpa Imbalan Bunga pada TA 2013 adalah sebesar Rp16.678.343.013.787,00 atau mencapai 90,60 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.515.407.743.356,00 atau 90,52 persen dari anggarannya, Belanja Pinjaman dan Hibah sebesar Rp134.619.407.541,00 atau 82,18 persen dari anggarannya dan Belanja Transaksi Non Kas sebesar Rp28.315.862.890,00.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Ringkasan Halaman 2
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
URAIAN
TA 2013 TA 2012
ANGGARAN REALISASI % REALISASI
TERHADAP ANGGARAN
REALISASI
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH KAS 1.150.880.499.728.436 1.080.211.519.265.721 93,86 982.829.932.056.170
Penerimaan Perpajakan 1.148.364.681.288.000 1.077.309.220.752.239 93,81 980.470.822.097.887
PNBP 2.515.818.440.436 2.902.298.513.482 115,36 2.359.109.958.283
Hibah 0 0 0 0
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH TRANSAKSI NON KAS 0 0 0 0
Penerimaan Perpajakan 0 0 0 0
PNBP 0 0 0 0
JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH 1.150.880.499.728.436 1.080.211.519.265.721 93,86 982.829.932.056.170
BELANJA TRANSAKSI KAS 18.408.676.395.000 17.047.571.631.335 92,61 16.325.448.043.171 Belanja Rupiah Murni 18.244.856.761.000 16.912.952.223.794 92,70 16.199.881.727.924
Belanja PHLN 163.819.634.000 134.619.407.541 82,18 125.566.315.247
BELANJA TRANSAKSI NON KAS 0 28.315.862.890 0 0 Belanja Barang Non Kas 0 28.065.862.890 0 0
Belanja Modal Non Kas 0 250.000.000 0 0
JUMLAH BELANJA 18.408.676.395.000 17.075.887.494.225 92,76 16.325.448.043.171
2. NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012.
Nilai Aset adalah sebesar Rp88.300.836.601.379,00 yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp56.131.056.602.521,00, Aset Tetap sebesar Rp31.448.511.970.370,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2.224.702.791,00, dan Aset Lainnya sebesar Rp719.043.325.697,00.
Nilai Kewajiban adalah sebesar Rp253.796.566.666,00 yang seluruhnya merupakan Kewajiban Jangka Pendek.
Sementara itu, nilai Ekuitas Dana adalah sebesar Rp88.047.040.034.713,00 yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp55.877.260.035.855,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp32.169.779.998.858,00.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Ringkasan Halaman 3
Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 2 Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
31 Desember 2013 (Rp)
31 Desember 2012 (Rp) (Rp) %
Aset Lancar 56.131.056.602.521 53.004.852.749.265 3.126.203.853.256 5,90
Aset Tetap 31.448.511.970.370 39.244.462.867.245 (7.795.950.896.875) (19,87)
Piutang Jangka Panjang 2.224.702.791 170.783.795 2.053.918.996 1.202,64
Aset Lainnya 719.043.325.697 900.837.494.078 (181.794.168.381) (20,18)
88.300.836.601.379 93.150.323.894.383 (4.849.487.293.004) (5,21)
Kewajiban Jangka Pendek 253.796.566.666 814.697.948.478 (560.901.381.812) (68,85)
253.796.566.666 814.697.948.478 (560.901.381.812) (68,85)
Ekuitas Dana Lancar 55.877.260.035.855 52.190.154.800.787 3.687.105.235.068 7,06
Ekuitas Dana Investasi 32.169.779.998.858 40.145.471.145.118 (7.975.691.146.260) (19,87)
88.047.040.034.713 92.335.625.945.905 (4.288.585.911.192) (4,64)
88.300.836.601.379 93.150.323.894.383 (4.849.487.293.004) (5,21)
Tanggal Neraca Kenaikan/ (penurunan)
Jumlah Ekuitas Dana
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Aset
Uraian
Kewajiban
Ekuitas Dana
Jumlah Aset
Jumlah Kewajiban
3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Ringkasan Halaman 4
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
(dalam Rupiah)
31 DESEMBER 2012
Anggaran Realisasi%
Realisasi Anggaran
Realisasi
A.PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH B.11. B.1.1 1.150.880.499.728.436 1.080.211.519.265.721 93,86 982.829.932.056.170
a. B.1.1.1 1.148.364.681.288.000 1.077.309.220.752.239 93,81 980.470.822.097.887i. Pendapatan Pajak Dalam Negeri B.1.1.1.1 1.099.943.585.138.000 1.029.850.272.828.329 93,63 930.855.230.106.189ii. Pendapatan Pajak Perdagangan
Internasional B.1.1.1.2 48.421.096.150.000 47.458.947.923.910 98,01 49.615.591.991.698
b. B.1.1.2 2.515.818.440.436 2.902.298.513.482 115,36 2.359.109.958.283i. Pendapatan PNBP Lainnya B.1.1.2.1 350.920.517.436 520.913.047.356 148,44 856.424.264.729ii. Pendapatan Badan Layanan Umum
(BLU) B.1.1.2.2 2.164.897.923.000 2.381.385.466.126 110,00 1.502.685.693.554
2. B.1.2 - - - -
1.150.880.499.728.436 1.080.211.519.265.721 93,86 982.829.932.056.170
B. BELANJA TRANSAKSI KAS B.2 18.408.676.395.000 17.047.571.631.335 92,61 16.325.448.043.1711. B.2.1 8.552.012.767.536 8.066.062.119.782 94,32 7.976.346.217.8232. B.2.2 7.815.714.239.464 6.936.220.669.569 88,75 6.097.847.421.0033. B.2.3 2.040.949.388.000 1.647.744.361.546 80,73 1.635.619.657.0944. B.2.4 0 397.544.480.438 0,00 615.634.747.251
C. BELANJA TRANSAKSI NON KAS B.2 0 28.315.862.890 0,00 01. B.2.1 0 0 0,00 02. B.2.2 0 28.065.862.890 0,00 03. B.2.3 0 250.000.000 0,00 0
18.408.676.395.000 17.075.887.494.225 92,76 16.325.448.043.171
Belanja Pegawai Non KasBelanja Barang Non KasBelanja Modal Non Kas
JUMLAH BELANJA
31 DESEMBER 2013
CATATANURAIAN
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Negara Bukan Pajak
PENERIMAAN DALAM NEGERI
Pembayaran Bunga Utang
HIBAHJUMLAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
Belanja PegawaiBelanja BarangBelanja Modal
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Ringkasan Halaman 5
II. NERACA
KEMENTERIAN KEUANGAN NERACA
PER 31 DESEMBER 2013 DAN 31 DESEMBER 2012
(dalam Rupiah) NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DESEMBER 2013 31 DESEMBER 2012
ASET
ASET LANCAR C.1
Kas di Bendahara Pengeluaran C.1.1 3.185.018.342 8.796.459.747
Kas di Bendahara Penerimaan C.1.2 8.612.212.342 6.659.080.618
Kas Lainnya dan Setara Kas C.1.3 64.892.258.341 20.739.677.126
Kas pada Badan Layanan Umum C.1.4 2.845.277.111.289 3.641.157.122.268
Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) C.1.5 72.072.741.956 23.212.842.494
Uang muka belanja (prepayment) C.1.6 91.572.000 3.723.250.772
Piutang Perpajakan C.1.7 103.240.249.433.833 93.468.526.344.200
Penyisihan Piutang T idak Tertagih - Piutang Perpajakan C.1.8 (50.480.277.068.155) (44.550.942.630.944)
Piutang Perpajakan (Netto) 52.759.972.365.678 48.917.583.713.256
Piutang Bukan Pajak C.1.9 67.006.879.145 96.450.818.001
Penyisihan Piutang T idak Tertagih - Piutang Bukan Pajak C.1.10 (46.363.232.047) (51.808.973.643)
Piutang Bukan Pajak (Netto) 20.643.647.098 44.641.844.358Bagihan Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.1.11 10.574.192.619 9.625.650.721
Penyisihan Piutang T idak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.1.12 (9.568.068.047) (9.414.674.698)
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto) 1.006.124.572 210.976.023
Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum C.1.13 34.772.216.529 20.520.519.164Penyisihan Piutang T idak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Operasional BLU C.1.14 (280.635.058) (112.142.971)
Piutang dari Kegiatan Operasional BLU (Netto) 34.491.581.471 20.408.376.193
Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum C.1.15 37.689.339.104 32.766.356.150
Penyisihan Piutang T idak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU
C.1.16 (653.445.133) (633.092.250)
Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU (Netto) 37.035.893.971 32.133.263.900
Persediaan C.1.17 282.569.446.845 284.672.873.440
Persediaan Badan Layanan Umum C.1.18 1.206.628.616 913.269.070
JUMLAH ASET LANCAR 56.131.056.602.521 53.004.852.749.265
ASET TETAP C.2Tanah C.2.1 18.305.298.530.619 17.296.534.823.816
Tanah Badan Layanan Umum C.2.2 545.355.589.927 545.192.062.827
Peralatan dan Mesin C.2.3 9.281.994.108.652 8.849.450.471.389
Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum C.2.4 58.757.128.310 51.293.956.632
Gedung dan Bangunan C.2.5 12.220.156.775.183 11.211.918.159.435
Gedung dan Bangunan Badan Layanan Umum C.2.6 216.874.887.239 196.710.647.484
Jalan, Irigasi dan Jaringan C.2.7 376.594.636.513 348.573.649.280
Jalan,Irigasi, dan Jaringan Badan Layanan Umum C.2.8 19.157.870.618 18.437.121.332
Aset Tetap Lainnya C.2.9 28.063.850.892 26.339.299.995
Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum C.2.10 13.801.033.266 11.807.907.831
Konstruksi Dalam Pengerjaan C.2.11 457.589.043.017 677.317.480.494
Konstruksi Dalam Pengerjaan Badan Layanan Umum C.2.12 0 10.887.286.730
Akumulasi Penyusutan (10.075.131.483.866) 0
JUMLAH ASET TETAP 31.448.511.970.370 39.244.462.867.245
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Ringkasan Halaman 6
PIUTANG JANGKA PANJANG C.3
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.3.1 2.238.991.501 171.642.005Penyisihan Piutang T idak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.3.2 (14.288.710) (858.210)
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto) 2.224.702.791 170.783.795
JUMLAH PIUTANG JANGKA PANJANG 2.224.702.791 170.783.795
ASET LAINNYA C.4
Aset Tak Berwujud C.4.1 580.754.434.414 518.108.669.309
Aset Tak Berwujud- Badan Layanan Umum C.4.2 3.177.745.040 3.177.745.040
Aset Lain-lain C.4.3 467.500.264.865 379.512.337.729
Aset Lain-lain-Badan Layanan Umum C.4.4 2.559.644.240 38.742.000
Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya C.4.5 (334.948.762.862) 0
JUMLAH ASET LAINNYA 719.043.325.697 900.837.494.078JUMLAH ASET 88.300.836.601.379 93.150.323.894.383
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK C.5Utang kepada Pihak Ketiga C.5.1 72.908.198.523 39.060.216.445
Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan C.5.2 134.250.995.588 753.033.696.543
Pendapatan Diterima Dimuka C.5.3 31.151.192.877 4.367.814.771
Uang Muka dari KPPN C.5.4 3.199.121.022 8.796.376.249
Pendapatan Yang Ditangguhkan C.5.5 12.287.058.656 9.439.844.470
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 253.796.566.666 814.697.948.478
JUMLAH KEWAJIBAN 253.796.566.666 814.697.948.478
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR C.6Cadangan Piutang C.6.1 52.855.003.383.446 49.016.779.361.599
Cadangan Persediaan C.6.2 283.776.075.461 285.586.142.510Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek C.6.3
(145.941.782.084) (774.134.999.714)
Keuntungan/Kerugian yang belum terealisasi C.6.4 (14.102.680) 83.498
Dana Lancar BLU C.6.5 2.845.277.111.289 3.641.157.122.268
Barang/Jasa yang Harus Diterima C.6.6 70.310.543.300 25.134.905.397
Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan C.6.7 (31.151.192.877) (4.367.814.771)
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 55.877.260.035.855 52.190.154.800.787
EKUITAS DANA INVESTASI C.7Diinvestasikan Dalam Aset Tetap C.7.1 31.448.511.970.370 39.244.462.867.245
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya C.7.2 721.268.028.488 901.008.277.873
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 32.169.779.998.858 40.145.471.145.118
JUMLAH EKUITAS DANA 88.047.040.034.713 92.335.625.945.905
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 88.300.836.601.379 93.150.323.894.383
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 7
III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM
1. UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan;
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (1) menetapkan bahwa Presiden menyampaikan Rancangan Undang-Undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir;
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 55 ayat (4) menetapkan bahwa Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa Pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menetapkan bahwa Laporan Keuangan (Audited) disusun berdasarkan Laporan Keuangan (Unaudited) yang telah dikoreksi atau disesuaikan menurut hasil pemeriksaan BPK;
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2005 tentang Pungutan Ekspor atas Barang Ekspor Tertentu;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 8
14. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Keuangan;
16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1991 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pungutan-Pungutan Lainnya terhadap Pelaksanaan Kuasa dan Ijin Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik;
17. Instruksi Presiden RI Nomor 12 Tahun 1975 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara yang berasal dari pelaksanaan Kontrak Karya, Kontrak Production Sharing dan kegiatan Pertamina sendiri;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.02/2005 tentang Tata Cara Pembayaran Kembali Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Perolehan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang Digunakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dalam Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.010/2005 tentang Penetapan Tarif Pungutan Ekspor atas Batubara;
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.05/2007 tentang Modul Penerimaan Negara;
21. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja;
22. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja;
23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar;
24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.05/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
25. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/KM.05/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara;
26. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011;
27. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09/PMK.011/2008 tentang Perubahan Kedelapan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.02/2005 tentang Penetapan Jenis Barang Ekspor Tertentu dan Besaran Tarif Pungutan Ekspor;
28. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum;
29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165/PMK.03/2008 tanggal 4 November 2008 tentang Mekanisme Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah dan Penghitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Hasil Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik;
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 9
30. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara dalam Rangka Ekspor, Penerimaan atas Barang Kena Cukai, dan Penerimaan Negara yang berasal dari Pengenaan Denda Administrasi atas Pengangkutan Barang Tertentu;
31. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2009 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja pada Kategori Usaha Tertentu;
32. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.05/2009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;
33. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
34. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara;
35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;
36. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih;
37. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Dana Operasional Khusus Pengamanan Penerimaan Negara;
38. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah;
39. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 236/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Atas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah;
40. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.05/2012 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga;
41. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat;
42. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 766/KMK.04/1992 tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Bagian Pemerintah, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pungutan-Pungutan Lainnya atas Hasil Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik;
43. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat;
44. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.06/2013 tentang Modul Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat;
45. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-07/PB/2005 tentang Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran;
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 10
46. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-38/PB/2006
tentang Pedoman Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
47. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-40/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Persediaan;
48. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-48/PB/2006 tentang SP3;
49. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-67/PB/2006 tentang Tata Cara Pembukaan dan Pengesahan atas Realisasi Hibah Luar Negeri Pemerintah yang Dilaksanakan Secara Langsung;
50. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-69/PB/2006 tentang Pedoman Koreksi Kesalahan Laporan Keuangan;
51. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-78/PB/2006 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara Melalui Modul Penerimaan Negara;
52. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-02/PB/2007 tentang Pedoman Penatausahaan dan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
53. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga;
54. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-08/PB/2009 tentang Penambahan dan Perubahan BAS;
55. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-62/PB/2009 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada Laporan Keuangan;
56. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga;
57. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-90/PB/2011 tentang Rekonsiliasi Data Transaksi Penerimaan Negara pada Sistem Modul Penerimaan Negara;
58. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: PER-58/BC/2011 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang di Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai;
59. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-02/PJ/2012 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak;
60. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-57/PB/2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 11
Kebijakan Teknis Kementerian Keuangan
A.2. KEBIJAKAN TEKNIS KEMENTERIAN KEUANGAN
A.2.1. Visi Kementerian Keuangan
Visi Kementerian Keuangan adalah Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Terpercaya, Akuntabel, dan Terbaik di Tingkat Regional untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.
Dari visi yang ditetapkan tersebut, yang dimaksud dengan pengelola keuangan dan kekayaan negara adalah Kementerian Keuangan sebagai lembaga/institusi yang mempunyai tugas menghimpun dan mengalokasikan keuangan negara dan mengelola kekayaan negara. Terpercaya adalah semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dilakukan secara transparan, yaitu semua penerimaan negara, belanja negara, dan pembiayaan defisit anggaran dilakukan melalui mekanisme APBN. Akuntabel adalah pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang mengacu pada praktik terbaik internasional yang berlandaskan asas profesionalitas, proporsionalitas, dan keterbukaan. Terbaik di Tingkat Regional adalah semakin meningkatnya kualitas perumusan kebijakan maupun implementasinya sehingga menjadi acuan governance di Asia Tenggara.
A.2.2. Misi Kementerian Keuangan
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan, maka Kementerian Keuangan memiliki misi:
1. Misi Fiskal adalah mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati (prudent), dan bertanggung jawab guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan menjaga stabilitas ekonomi;
2. Misi Kekayaan Negara adalah mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien, dan bertanggung jawab;
3. Misi Stabilitas Sektor Keuangan adalah menciptakan dan memelihara stabilitas sektor keuangan untuk penanganan pencegahan krisis melalui koordinasi dengan lembaga terkait;
4. Misi Penguatan Kelembagaan adalah:
i. Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
ii. Membangun dan mengembangkan SDM yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggung jawab.
iii. Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya.
iv. Membangun dan mengembangkan sistem pengawasan untuk memperkuat tata kelola, manajemen risiko dan sistem pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan.
A.2.3. Tujuan Kementerian Keuangan
Guna mengaktualisasikan visi dan misi tersebut, maka Kementerian Keuangan menetapkan tujuan pencapaian organisasi sebagai berikut:
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 12
1. Tujuan 1 : Meningkatkan dan mengamankan pendapatan negara dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan keadilan masyarakat;
2. Tujuan 2 : Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan belanja negara untuk mendukung penyelenggaraan tugas K/L dan pelaksanaan desentralisasi fiskal;
3. Tujuan 3 : Mewujudkan kapasitas pembiayaan yang mampu memberikan daya dukung bagi kesinambungan fiskal;
4. Tujuan 4 : Pengelolaan perbendaharaan negara yang profesional dan akuntabel serta mengedepankan kepuasan stakeholders atas kinerja perbendaharaan negara;
5. Tujuan 5 : Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal serta menjadikan nilai kekayaan negara sebagai acuan dalam berbagai keperluan;
6. Tujuan 6 : Membangun otoritas pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional, yang mampu mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global.
A.2.4. Sasaran Strategis
a. Sasaran strategis dalam tema pendapatan negara adalah:
1. Tingkat pendapatan yang optimal;
Tingkat pendapatan yang optimal adalah tingkat pencapaian penerimaan dalam negeri yang sesuai dengan target sebagaimana tercantum dalam APBN atau APBN- P.
2. Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi dan citra yang meningkat yang didukung oleh tingkat pelayanan yang handal;
Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi diukur berdasarkan hasil survey kepuasan stakeholders oleh lembaga independen. Hasil survey yang positif akan meningkatkan citra Kementerian Keuangan dimata stakeholders.
3. Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai yang tinggi.
Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai terhadap peraturan perundang-undangan yang pada akhirnya menunjukkan potensi pendapatan pajak, kepabeanan, dan cukai.
b. Sasaran strategis dalam tema belanja negara:
1. Alokasi belanja negara yang tepat sasaran, tepat waktu, efektif, efisien, dan akuntabel;
- Alokasi belanja negara yang tepat sasaran adalah alokasi anggaran yang dapat mencapai kinerja program dan kegiatan kementerian negara/lembaga yang telah ditetapkan dalam APBN;
- Alokasi belanja negara yang tepat waktu adalah pengesahan DIPA yang dapat diselesaikan sesuai jadwal yang ditetapkan;
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 13
- Alokasi belanja negara yang efisien adalah penuangan anggaran pada DIPA yang dapat digunakan untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan;
- Alokasi belanja negara yang akuntabel adalah alokasi belanja negara yang proporsional sesuai dengan prioritas rencana kerja pemerintah dan dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya.
2. Tata kelola yang yang tertib, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan belanja negara;
- Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan belanja negara sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
- Tata kelola yang transparan dan akuntabel adalah pengelolaan belanja negara yang dilakukan secara terbuka sehingga proses pengelolaannya dapat diketahui oleh stakeholders dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
Perimbangan keuangan adalah pelaksanaan kebijakan hubungan keuangan pusat dan daerah yang dapat menjamin keseimbangan keuangan terkait dengan besarnya beban, tanggung jawab, dan kewenangan yang dimiliki oleh pusat maupun daerah sesuai dengan norma dan standar yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
4. Terciptanya tata kelola yang tertib sesuai peraturan perundang-undangan, transparan, kredibel, akuntabel, dan profesional dalam pelaksanaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
- Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan transfer ke daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
- Transparan adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat diakses oleh seluruh stakeholders;
- Akuntabel adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat dipertanggungjawabkan.
c. Sasaran strategis dalam tema pembiayaan APBN adalah:
1. Terpenuhinya pembiayaan APBN melalui utang secara tepat waktu, cukup, dan efisien;
Memenuhi target pembiayaan APBN melalui utang yang bersumber dari dalam negeri dan luar negeri, dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) dan Pinjaman, dengan mempertimbangkan biaya dan risiko untuk mendukung kesinambungan fiskal.
2. Terciptanya kepercayaan para pemangku kepentingan (investor, kreditor, dan pelaku pasar lainnya) terhadap pengelolaan utang yang transparan, akuntabel, dan kredibel;
Tersedianya informasi terkait pengelolaan utang kepada publik secara transparan dan akurat, dan terjaganya kredibilitas pengelolaan utang dengan
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 14
melakukan pembayaran kewajiban secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran.
3. Terciptanya struktur portofolio utang yang optimal;
Mengoptimalkan struktur jatuh tempo SBN dengan memperhatikan jenis, tingkat bunga dan tenor, serta kondisi pasar keuangan.
4. Terciptanya pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid.
Mengembangkan pasar SBN dengan menyediakan alternatif instrumen SBN yang variatif serta meningkatkan sebaran investor.
d. Sasaran strategis dalam tema perbendaharaan negara adalah:
1. Efisiensi dan akurasi pelaksanaan belanja negara;
Penyaluran belanja negara untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan secara akurat dan tepat waktu berarti pelaksanaan penyaluran belanja dilakukan sesuai dengan norma waktu yang ditetapkan.
2. Optimalisasi pengelolaan kas;
Optimalisasi pengelolaan kas negara meliputi perencanaan kas, pengendalian kas, dan pemanfaatan idle cash yang dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan kas dalam jumlah yang cukup.
Optimalisasi pengelolaan kas negara adalah dalam rangka mewujudkan efisiensi pengelolaan kas dengan mengedepankan prinsip ”meminimumkan biaya” dan ”memaksimalkan manfaat” bila terjadi kekurangan kas (cash mismatch) atau pemanfaatan kelebihan kas (idle cash).
3. Optimalisasi tingkat pengembalian dana di bidang investasi dan pembiayaan lainnya;
Salah satu bagian dari pengembalian dana di bidang investasi dan pembiayaan lainnya adalah pengembalian penerusan pinjaman. Dana penerusan pinjaman tersebut harus dioptimalkan pengembalian dan penyetorannya kembali ke APBN sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan pengembalian dana tersebut mempunyai kontribusi dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri dan penerimaan defisit APBN.
4. Peningkatan pelayanan masyarakat melalui penyempurnaan pengelolaan BLU;
Melalui penyempurnaan regulasi terkait dengan pengelolaan BLU, peningkatan penilaian kinerja satker BLU serta pembinaan yang berkelanjutan, diharapkan satker yang menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU akan dapat melaksanakan fungsinya secara lebih efektif dan efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja keuangan pada satker BLU, sehingga selanjutnya akan dapat mendorong peningkatan kualitas pelayanannya kepada masyarakat.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 15
5. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara;
Salah satu kebijakan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah melalui penerapan akuntansi pemerintah modern sebagai dasar penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Sampai dengan saat ini LKPP yang telah disusun masih berdasarkan basis Kas Menuju Akrual. Selanjutnya, secara bertahap LKPP akan disusun berdasarkan akrual basis sehingga diharapkan akan terwujud peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara serta peningkatan opini BPK (dari Disclaimer menjadi Wajar Tanpa Pengecualian) melalui LKPP yang lebih berkualitas.
6. Terciptanya sistem perbendaharaan negara yang modern, handal, dan terpadu.
Untuk menciptakan sistem perbendaharaan negara yang modern, handal, dan terpadu mulai tahun anggaran 2009 telah dilaksanakan proyek penyempurnaan sistem perbendaharaan dan anggaran negara yang dikenal dengan Proyek Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN).
e. Sasaran strategis dalam tema kekayaan negara adalah:
1. Terlaksananya perencanaan kebutuhan barang milik negara yang optimal;
Mengoordinasikan pemberian data dan informasi keberadaan asset idle kementerian dan lembaga dalam rangka perencanaan pengadaan belanja modal dari kementerian dan lembaga serta penghematan penggunaan anggaran dengan mengoptimalkan BMN idle yang ada di kementerian dan lembaga.
2. Terlaksananya penatausahaan kekayaan negara yang handal dan akuntabel;
Penatausahaan kekayaan negara yang handal dan akuntabel adalah tercatatnya seluruh kekayaan negara/BMN dalam daftar barang baik di kementerian dan lembaga sebagai pengguna dan di Kementerian Keuangan sebagai pengelola.
3. Terwujudnya pemanfaatan BMN berdasarkan prinsip the highest and best use;
Pemanfaatan BMN adalah upaya penggunaan secara maksimal seluruh BMN untuk mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi penyelenggaraan negara.
4. Tercapainya peningkatan kualitas pelayanan pengelolaan kekayaan negara;
Pelayanan pengelolaan kekayaan negara meliputi pelayanan permohonan penetapan status pemanfaatan, penggunaan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang milik negara.
5. Terwujudnya database nilai kekayaan negara yang kredibel.
Mendapatkan, mengumpulkan, dan mengolah data kekayaan negara sehingga menjadi informasi eksekutif yang utuh, tepat waktu, akurat, dan dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan bagi pimpinan Kementerian Keuangan.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 16
f. Sasaran strategis dalam tema pasar modal dan lembaga keuangan non bank adalah: 1. Terwujudnya regulator bidang pasar modal dan lembaga keuangan yang
amanah dan profesional; 2. Terwujudnya pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai sumber
pendanaan yang mudah diakses, efisien, dan kompetitif; 3. Terwujudnya pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai sarana
investasi yang menarik dan kondusif dan sarana pengelolaan risiko yang handal;
4. Terwujudnya industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang stabil, resilience, dan liquid;
5. Tersedianya kerangka regulasi yang menjamin adanya kepastian hukum, keadilan dan keterbukaan (fairness and transparency);
6. Tersedianya infrastruktur pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang kredibel, dapat diandalkan, dan berstandar internasional.
g. Sasaran strategis pembelajaran dan pertumbuhan dalam menunjang pencapaian tujuan strategis 6 tema pokok adalah: 1. Terwujudnya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi;
Sistem rekruitmen yang kredibel dan pengembangan SDM yang tertata dan berkelanjutan diharapkan menghasilkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi dalam mengelola keuangan negara.
2. Terwujudnya organisasi yang handal dan modern; Pengembangan organisasi dilakukan berdasarkan fungsi masing-masing unit organisasi dan SOP yang dimiliki, yaitu:
- Fungsi unit organisasi merupakan fungsi yang telah disusun berdasarkan keputusan menteri keuangan;
- SOP (Standar Operating Procedure) adalah standar yang dijadikan panduan bagaimana suatu kegiatan dilaksanakan sehingga akan memberikan kepastian mengenai apa yang harus dilaksanakan, waktu penyelesaian, dan biaya (bila ada biaya). SOP yang disusun harus memenuhi prinsip efisiensi.
3. Terwujudnya good governance; Good governance adalah terciptanya tata kelola pemerintahan dalam menerapkan prinsip good governance (transparansi, akuntabilitas, responsiveness, responsibilitas, efektivitas, dan efisien).
4. Terwujudnya dan termanfaatkannya TIK yang terintegrasi; Sistem informasi/aplikasi yang ada di seluruh lingkungan Kementerian Keuangan diupayakan terintegrasi didukung dengan kualitas layanan infrastruktur yang prima.
5. Tercapainya akuntabilitas laporan keuangan. Sasaran strategis ini terkait dengan product/service yang dihasilkan oleh Inspektorat Jenderal yang difokuskan pada hasil pengawasan yang dapat memberikan nilai tambah bagi kinerja Kementerian Keuangan melalui asistensi, monitoring, dan review penyusunan laporan keuangan pada unit-unit di lingkungan Kementerian Keuangan dan Laporan Keuangan Bagian Anggaran Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 17
Selama TA 2013, terdapat 36 IKU, dari 36 IKU terdapat 25 IKU berstatus hijau, 10 IKU berstatus kuning, dan 1 IKU berstatus merah. Capaian kinerja utama pelaksanaan tugas dan fungsi oleh Kementerian Keuangan sebagai berikut:
Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Utama
18.49%KK-1 92.46%
BKF (penyedia data)
BKF (penyedia data)
BKF (penyedia data)
DJPB (penyedia data)
KK-1.5 Indeks pemerataan keuangan antar-daerah (20%)
DJPK 0.76 0.75 101.32%
20.52%KK-2 100.50%KK-2.1 Indeks kepuasan pengguna layanan
(100%)DJA, DJP, DJBC, DJPB, DJKN, DJPK,
DJPU, Setjen4 4.02 100.50%
KK-3 104.70%KK-3.1 Rata-rata persentase kepatuhan pengguna
layanan (100%)DJA, DJP, DJBC, DJPB, DJKN, DJPK 88.17% 92.32% 104.70%
KK-3.1.1 Persentase tingkat kepatuhan formal WP DJP 65% 60.86% 93.63%KK-3.1.2 Persentase pengguna jasa kepabeanan
yang tidak diblokirDJBC 95% 96.92% 102.02%
KK-3.1.3 Persentase Penerapan KPJM oleh penanggung jawab program
DJA 80% 100% 125.00%
KK-3.1.4 Persentase rekonsiliasi realisasi APBN yang andal dan tepat waktu
DJPB 97% 99.36% 102.43%
KK-3.1.5 Persentase penyampaian APBD tepat waktu
DJPK 97% 96.75% 99.74%
KK-3.1.6 Persentase kepatuhan pelaporan BMN oleh K/L
DJKN 95% 100% 105.26%
31.65%KK-4 117.10%KK-4.1 Deviasi proyeksi kebijakan fiskal (59%) BKF 6% 3.64% 120.00%KK-4.2 Waktu rata-rata penyelesaian PMK/KMK
konten kebijakan (41%)Setjen 10 hari kerja 8,71 hari kerja 112.90%
KK-5 Pendapatan yang optimal 95.28%KK-5.1 Jumlah Pendapatan negara (Triliun)
(100%)DJP, DJBC, DJA 1,497.53 1,426.92 95.28%
KK-5.1.1 Jumlah penerimaan pajak (Triliun) DJP 995.214 921.269 92.57%KK-5.1.2 Jumlah Penerimaan Bea dan Cukai (Triliun) DJBC 153.15 155.71 101.67%KK-5.1.3 Jumlah PNBP Nasional (Triliun) DJA 349.17 349.94 100.22%KK-6 Belanja yang optimal 108.15%KK-6.1 Persentase penyerapan Belanja Negara
dalam DIPA K/L (33,33%)DJPB 90% 89.01% 98.90%
KK-6.2 Persentase dana blokir (33,33%) DJA 2% 0.17% 120.00% KK-6.3 Persentase ketepatan waktu penyelesaian
revisi anggaran non APBN-P (33,33%)DJA 100% 105.56% 105.56%
Stakeholder Perspective (20% )
Kode SS/IKU UIC Target Realisasi Nilai
KK-1.2 Rasio utang terhadap PDB (20%) 23% 26.02% 86.87%
KK-1.1 Rasio pajak terhadap PDB (20%) 16% 15.32% 95.75%
103.36%
KK-1.4 Indeks opini BPK atas LKPP (20%) 4 (WTP) 3 (WDP) 75%
Internal Process Perspective (30% )
Customer Perspective (20% )
KK-1.3 Rasio Defisit APBN terhadap PDB (20%) 2.38% 2.30%
Kondisi fiskal yang sehat, efektif, dan berkelanjutan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang
Kepuasan Pengguna Layanan yang Tinggi
Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi
Perencanaan dan rumusan kebijakan yang berkualitas
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 18
Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Utama
KK-7 106.32%KK-7.1 Nilai kekayaan negara yang diutilisasi
(50%)DJKN 105 T 115,72 T 110.21%
KK-7.2 Persentase bidang tanah BMN yang direkomendasikan untuk disertifikatkan (50%)
DJKN 80% (1.600 bidang)
81,95% (1.639 bidang)
102.44%
KK-8 105.12%KK-8.1 Persentase pengadaan utang sesuai
kebutuhan pembiayaan (33,33%)DJPU 110% 100.04% 101.89%
KK-8.2 Persentase pencapaian target effective cost (33,33%)
DJPU 100% 96.72% 103.28%
KK-8.3 Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang (33,33%)
DJPU 100% 104.91% 110.18%
KK-9 102.32%KK-9.1 Persentase ketepatan jumlah penyaluran
dana transfer ke daerah (50%)DJPK 100% 99.26% 99.26%
KK-9.2 Persentase Perda PDRD yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan (50%)
DJPK 93% 98% 105.38%
31.14%KK-11 107.59%KK-11.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatannya (21%) Setjen 87% 88.52% 101.75%
KK-11.2 Persentase diklat yang berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi (27%)
BPPK 90% 98.31% 109.23%
KK-11.3 Persentase pegawai yang memenuhi standar jamlat (17%)
Seluruh Unit Es. I 50% 66.21% 120.00%
KK-11.4 Persentase Akurasi data SIMPEG (17%) Seluruh unit es. I 100% 99.56% 99.56%KK-12 Organisasi yang adaptif 103.33%KK-12.1 Nilai reformasi birokrasi (26%) Seluruh unit es. I 92 94.78 103.02%KK-12.2 Persentase policy recommendation hasil
pengawasan yang ditindaklanjuti (26%) Itjen 90% 94.34% 104.82%
KK-12.3 Persentase penyelesaian blueprint Transformasi Kelembagaan (22%)
Setjen 100% 98% 98.00%
KK-12.4 Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko (26%)
Seluruh unit Es. I Koord: Itjen 55 (risk defined)
58.66 106.65%
KK- 13 110.00%KK-13.1 Persentase integrasi TIK Kemenkeu (50%) Setjen 80% 80% 100.00%KK-13.2 Persentase downtime layanan TIK (50%) Setjen 5% 0.04% 120.00%
KK-14 94.28%Persentase Penyerapan DIPA(non belanja pegawai) (50%)
KK-14.2 Persentase penyelesaian kegiatan belanja modal dalam rencana pencairan DIPA (50%)
Seluruh unit eselon 98% 94.89% 96.83%
101,80%
91.74%
Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang profesional dan transparan
SDM yang berkompetensi tinggi
Perwujudan TIK yang terintegrasi
Pelaksanaan anggaran yang optimal
Nilai Kinerja Organisasi
Learning and Growth Perspective (30% )
Kode SS/IKU UIC Target Realisasi
KK-14.1 Setjen 95% 87.15%
Pengelolaan Kekayaan Negara yang optimal
Pembiayaan yang cukup, efisien, dan risiko yang terukur
Nilai
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 19
A.2.5. Program dan Kegiatan Kementerian Keuangan
Berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis yang telah ditetapkan, dengan mengacu kepada RPJM Nasional 2010–2014, Kementerian Keuangan menetapkan 11 (sebelas) program.
REALISASI DIPA PER PROGRAM KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2013
KODE PROGRAM ANGGARAN REALISASI %
01 Program Dukungan dan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis
La innya Kementerian Keuangan
7.072.556.804.000 6.157.210.138.425 87,06
03 Program Pengawasan dan
Peningkatan Akuntabi l i tas Aparatur
Kementerian Keuangan
106.474.323.000 100.099.618.061 94,01
04 Program Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur Kementerian Keuangan
542.123.873.000 525.675.471.451 96,97
07 Program Pengelolaan Anggaran
Negara
134.101.327.000 126.069.556.919 94,01
08 Program Peningkatan Pengelolaan
Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
121.738.090.000 111.265.447.424 91,40
09 Program Pengelolaan
Perbendaharaan Negara
1.759.378.366.000 1.637.099.213.163 93,05
10 Program Pengelolaan Kekayaan
Negara Pengurusan Piutang Negara
dan Pelayanan Lelang
674.743.520.000 617.034.925.252 91,45
11 Program Perumusan Kebi jakan Fiska l 157.592.478.000 138.489.980.231 87,88
12 Program Pengamanan dan
Pengamanan Penerimaan Pajak
5.203.784.920.000 5.108.378.387.329 98,17
13 Program Pengawasan Pelayanan dan
Penerimaan di Bidang Kepabean
dan Cukai
2.557.303.635.000 2.451.858.723.937 95,88
14 Program Pengelolaan dan
Pembiayaan Utang
78.879.059.000 74.390.169.143 94,31
JUMLAH 18.408.676.395.000 17.047.571.631.335 92,61
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 20
A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Kementerian Keuangan. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited ini merupakan laporan konsolidasi dari seluruh jenjang struktural di bawah Kementerian Keuangan seperti eselon I, wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas anggaran yang diberikan.
Kementerian Keuangan TA 2013 ini memperoleh anggaran yang berasal dari APBN-P sebesar Rp18.408.676.395.000,00 meliputi:
x Satuan kerja kantor pusat (KP) termasuk 2 satker BLU PIP dan LPDP sebesar Rp12.146.568.674.000,00
x Satuan kerja kantor daerah (KD) termasuk 1 satker BLU STAN sebesar Rp6.262.107.721.000,00.
Dari total anggaran di atas, rincian anggaran satuan kerja BLU adalah sebagai berikut:
Tahun Anggaran Jumlah Satker
Jenis Sumber Dana
APBN-P BLU 2012 3 70.484.277.000 152.169.797.000 2013 3 553.645.525.000 184.485.282.000
Jumlah satuan kerja lingkup Kementerian Keuangan adalah 1.071 satker termasuk 3 satker BLU. Dari jumlah tersebut, yang menyampaikan laporan keuangan dan dikonsolidasikan sejumlah 1.071 satker (100%). Rincian satuan kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut Eselon I
Kode Eselon I Uraian
Jumlah Jenis Kewenangan Jumlah Satker KP KD DK TP
M TM M TM M TM M TM 01 Sekretariat Jenderal 10 - 19 - - - - - 29 02 Inspektorat Jenderal 1 - - - - - - - 1 03 Ditjen Anggaran 1 - - - - - - - 1 04 Ditjen Pajak 4 - 570 - - - - 574 05 Ditjen Bea dan Cukai 6 - 138 - - - - - 144 06 Ditjen Perimbangan
Keuangan 1 - - - - - - - 1
07 Ditjen Pengelolaan Utang
1 - - - - - - - 1
08 Ditjen Perbendaharaan 4 - 207 - - - - - 211 09 Ditjen Kekayaan Negara 1 - 87 - - - - - 88 11 BPPK 7 - 13 - - - - - 20 12 BKF 1 - - - - - - - 1 Jumlah 37 - 1034 - - - - - 1071
Keterangan: M = Menyampaikan LK TM = Tidak menyampaikan LK
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 21
Selain memperoleh dana dari DIPA BA 015 Kementerian Keuangan juga mengelola dana yang berasal dari BA 999.07 (Belanja Subsidi) sebesar Rp329.051.004.102.000,00 dan dari BA 999.08 (Belanja Lain-Lain) sebesar Rp50.844.163.000,00.
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.
A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI Kebijakan Akuntansi
Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN.
Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN.
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan TA 2013 Audited telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam penyusunan LKKL telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Keuangan adalah:
Pendapatan
(1) Pendapatan; Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan.
Belanja
(2) Belanja; Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di lembar muka (face) laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja, adapun di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 22
Aset
(3) Aset.
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. Aset Lancar
a. Aset Lancar;
Aset lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan.
Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2012 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak, Kualitas Piutang Pajak digolongkan menjadi kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet.
Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas lancar apabila: a. belum jatuh tempo; b. telah jatuh tempo tetapi belum diberitahukan Surat Paksa; atau
c. telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan Pembayaran Pajak dan belum melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut.
Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas kurang lancar apabila: a. telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan
Pembayaran Pajak tetapi telah melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut;
b. telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; c. telah diberitahukan Surat Paksa; atau
d. telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang Sitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak yang menjadi dasar penyitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 23
Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas diragukan apabila:
a. telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang Sitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak yang menjadi dasar penyitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita;
b. sedang diajukan keberatan atau banding; c. Wajib Pajak Non Efektif (NE); d. hak penagihannya belum daluwarsa tetapi memenuhi syarat untuk
dihapuskan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan belum diusulkan untuk dihapuskan.
Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas macet apabila:
a. hak penagihannya telah daluwarsa; atau b. hak penagihannya belum daluwarsa tetapi memenuhi syarat untuk
dihapuskan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan dan telah diusulkan untuk dihapuskan.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-58/BC/2011 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang di Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai pasal 11 ayat (3), penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. Jatuh tempo piutang; dan b. Upaya penagihan.
Penilai kualitas piutang dilakukan dengan cara mengelompokkan piutang berdasarkan:
a. Umur piutang; b. Status piutang; c. Status proses pelimpahan penagihan piutang.
sejak timbulnya piutang sampai dengan akhir periode pelaporan.
Kualitas piutang ditetapkan menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Lancar, ditetapkan apabila umur piutang belum lebih dari 1 tahun;
2. Kurang lancar, ditetapkan apabila umur piutang lebih dari 1 tahun sampai dengan 2 tahun;
3. Diragukan, ditetapkan apabila umur piutang lebih dari 2 tahun sampai dengan 3 tahun;
4. Macet, ditetapkan apabila:
a. umur piutang lebih dari 3 tahun; b. proses penagihan telah dilimpahkan ke Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL); dan/atau c. kondisi debitur:
i. orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan, dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak ditemukan;
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 24
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
ii. bubar, likuidasi, atau pailit, dan pengurus, direksi, komisaris, pemegang saham, pemilik modal, atau pihak lain yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator, atau kurator tidak dapat ditemukan; dan
iii. tidak memiliki harta kekayaan lagi.
Berdasarkan PMK 201/PMK.06/2010, Piutang PNBP dikelompokkan menjadi kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet. Kualitas lancar apabila sejak tanggal terjadinya transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo (diterbitkannya Surat Tagihan Pertama) belum dibayar, piutang lancar disisihkan lima permil dari total piutang. Piutang kurang lancar apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Pertama diterbitkan belum dibayar, piutang kurang lancar disisihkan sepuluh persen dari total piutang. Piutang diragukan apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Kedua diterbitkan belum dibayar, piutang diragukan disisihkan lima puluh persen dari total piutang. Piutang macet apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Ketiga diterbitkan belum dibayar atau piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN, piutang macet disisihkan seratus persen dari total piutang.
Berdasarkan Buletin Teknis 06 tentang Akuntansi Piutang menyatakan bahwa Tagihan Ganti Rugi merupakan piutang yang timbul karena pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada pegawai negeri bukan bendahara, sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas yang menjadi kewajibannya.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai bagian lancar TPA/TGR.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan dicatat di neraca berdasarkan harga pembelian terakhir apabila diperoleh melalui pembelian, harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, dan harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Kebijakan Akuntansi atas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo dan perkembangan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi masing-masing piutang pada tanggal pelaporan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 201/PMK.06/2011 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 25
Tabel 4
Penggolongan Kualitas Piutang
Kualitas Piutang Uraian Penyisihan
Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh tempo
0,5%
Kurang lancer Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan
10%
Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan
50%
Macet 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan
2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN
100%
Penyisihan piutang tidak tertagih ditetapkan sebesar:
a. 5‰ (lima permil) dari piutang dengan kualitas lancar;;
b. 10% (sepuluh perseratus) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan;
c. 50% (lima puluh perseratus) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; dan
d. 100% (seratus perseratus) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.
Investasi
b. Investasi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi pemerintah diklasifikasikan kedalam investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam kurun waktu setahun atau kurang, ditujukan dalam rangka manajemen kas, dan berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau pengurangan harga yang signifikan. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari setahun. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu non permanen dan permanen. (i) Investasi Non Permanen
Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang tidak termasuk dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi non permanen sifatnya bukan
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 26
penyertaan modal saham melainkan berupa pinjaman jangka panjang yang dimaksudkan untuk pembiayaan investasi perusahaan negara/ daerah, pemerintah daerah, dan pihak ketiga lainnya, investasi dalam bentuk dana bergulir, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi non permanen lainnya. Investasi Non Permanen meliputi: Seluruh dana pemerintah yang bersumber dari dana pinjaman luar
negeri yang diteruspinjamkan melalui Subsidiary Loan Agreement (SLA) dan dana dalam negeri dalam bentuk Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD) yang dipinjamkan kepada BUMN/BUMD dan Pemda.
Seluruh dana pemerintah yang diberikan dalam bentuk Pinjaman Dana Bergulir kepada pengusaha kecil, anggota koperasi, anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), nasabah Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP), nasabah Usaha Simpan Pinjam/Tempat Simpan Pinjam (USP/TSP) atau nasabah BPR, dan pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dana pemerintah yang ditanamkan dalam bentuk surat berharga pada BUMN terjadi dalam rangka penyelamatan perekonomian.
(ii) Investasi Permanen Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen dimaksudkan untuk mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Investasi permanen meliputi seluruh Penyertaan Modal Negara (PMN) pada perusahaan negara, lembaga internasional, dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara. PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang sama dengan atau lebih dari 51 persen disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Hukum Milik Negara (BHMN). PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang kurang dari 51 persen (minoritas) disebut sebagai Non BUMN. PMN dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga, yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan.
Penilaian investasi jangka panjang diprioritaskan menggunakan metode ekuitas. Jika suatu investasi bisa dipastikan akan diperoleh kembali atau terdapat bukti bahwa investasi hendak dilepas, maka digunakan metode nilai bersih yang direalisasikan. Investasi dalam bentuk pinjaman jangka panjang kepada pihak ketiga dan non earning asset atau hanya sebagai bentuk partisipasi dalam suatu organisasi, seperti penyertaan pada lembaga-lembaga keuangan internasional, menggunakan metode biaya. Investasi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs tengah BI pada tanggal transaksi. Pada setiap tanggal neraca, pos investasi dalam mata uang asing dilaporkan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 27
Aset Tetap Penyusutan Aset Tetap
c. Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh Pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan pada neraca Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 berdasarkan harga perolehan.
Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu:
(a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); dan
(b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
Aset tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2004 disajikan berdasarkan hasil penilaian Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Terhadap aset tetap per 31 Desember 2004 yang belum dilakukan penilaian disajikan dengan harga perolehan.
Berdasarkan Buletin Teknis 09 tentang akuntansi aset tetap menyatakan bahwa pengakuan aset tetap renovasi yang telah selesai pada akhir periode pelaporan harus segera diserahterimakan kepada satker kuasa pengguna barang. Apabila sampai dengan akhir periode pelaporan dokumen sumber penyerahan telah diterbitkan atau aset renovasi belum diserahkan, maka aset tetap renovasi tersebut dieliminasi dari neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporan akan mencatat dan menambahkannya sebagai aset tetap terkait. Aset Tetap Renovasi yang belum selesai pada akhir periode pelaporan maka Aset Tetap Renovasi tersebut dieliminasi dari neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporan akan mencatat dan menambahkannya sebagai Kontruksi Dalam Pengerjaan Aset Tetap terkait.
Kebijakan Akuntansi atas Penyusutan Aset Tetap
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 53/KMK.06/2012 tentang Penerapan Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat menyebutkan bahwa penerapan penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada seluruh entitas Pemerintah Pusat dilaksanakan mulai tahun 2013.
Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No. 01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 28
Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap:
Tanah
Tanah Dalam Renovasi dan Alat Musik Modern
Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.
Nilai yang disusutkan pertama kali adalah nilai yang tercatat dalam pembukuan per 31 Desember 2012 untuk aset tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2012. Sedangkan untuk Aset Tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2012, nilai yang disusutkan adalah berdasarkan nilai perolehan.
Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.
Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.
Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat
Peralatan dan Mesin 2 s.d. 20 tahun
Gedung dan Bangunan 10 s.d. 50 tahun
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5 s.d. 40 tahun
Aset Tetap Lainnya (Alat musik modern) 4 tahun
Aset Lainnya
d. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, Dana Kelolaan BLU, dan Aset Lain-lain.
TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 29
suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.
TPA dan TGR yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai aset lainnya.
Selain itu kebijakan mengenai aset lain diatur dalam PMK Nomor: 201/ PMK.06/2010 tanggal 23 November 2010 tentang Kualitas Piutang pada Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih, antara lain:
a. Pasal 5 ayat (1) poin d. Angka 2 menyatakan bahwa Piutang yang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara digolongkan dalam kualitas macet.
b. Pasal 6 ayat (3) poin c. PMK tersebut menyatakan bahwa Penyisihan Piutang Tidak Tertagih atas piutang macet dibentuk “Penyisihan Piutang Tidak Tertagih” sebesar 100% dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.
c. Untuk dapat menyajikan informasi yang memadai berkenaan dengan piutang yang dapat direalisasikan Piutang PNBP pada K/L yang telah diserahkan ke PUPN/DJKN tidak disajikan pada akun Aset Lain-Lain, melainkan tetap disajikan pada akun piutangnya (baik piutang jangka pendek maupun piutang jangka panjang) dengan penyisihan piutang sebagaimana piutang dengan kualitas macet.
Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan dana moratorium Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya; dan hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang.
Dana Kelolaan BLU adalah bagian dari dana yang disediakan pada PIP, yang sampai dengan tanggal pelaporan belum direalisasikan sebagai pinjaman kepada pihak lain atau belum diinvestasikan.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 30
Kewajiban
Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset lain-lain dapat berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah.
Di samping itu, piutang macet Kementerian Keuangan yang dialihkan penagihannya kepada Kementerian Keuangan c.q Ditjen Kekayaan Negara juga termasuk dalam kelompok Aset Lain-lain.
Berdasarkan PSAP 07 PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, menyatakan bahwa “Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang”. Berdasarkan ketentuan tersebut maka terhadap aset rusak berat yang telah diusulkan penghapusan ke Pengelola BMN namun masih menunggu SK Penghapusan telah dikeluarkan dari SIMAK BMN dan tidak dilaporkan di neraca SAK.
(4) Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. a. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest), dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 31
Ekuitas Dana
(5) Ekuitas Dana Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan merupakan akun lawan dari Dana Cadangan.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 34
Tabel 9 Perbandingan Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I
TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Per Jenis Penerimaan
Pendapatan Kementerian Keuangan terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Komposisi realisasi pendapatan Neto per jenis penerimaan TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10
Realisasi Pendapatan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013
(dalam rupiah)
Perbandingan realisasi pendapatan per jenis penerimaan TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan
TA 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
1 SETJEN 2.416.592.944.883 1.509.182.136.455 907.410.808.428 60,132 ITJEN 185.013.022 89.308.578 95.704.444 107,163 DJA 1.759.781.247 1.238.566.482 521.214.765 42,084 DJP 921.415.518.583.673 835.852.750.133.595 85.562.768.450.078 10,245 DJBC 155.982.653.515.598 145.005.933.651.306 10.976.719.864.292 7,576 DJPK 1.040.849.454 710.608.590 330.240.864 46,477 DJPU 548.877.544 1.170.551.644 (621.674.100) (53,11)8 DJPB 31.525.978.100 102.728.682.896 (71.202.704.796) (69,31)9 DJKN 325.608.837.582 249.162.825.011 76.446.012.571 30,68
10 BAPEPAM-LK 0 88.750.639.852 (88.750.639.852) (100,00)11 BPPK 34.774.050.708 17.910.018.810 16.864.031.898 94,1612 BKF 1.310.833.910 304.932.951 1.005.900.959 329,88
JUMLAH 1.080.211.519.265.721 982.829.932.056.170 97.381.587.209.551 9,91
TA 2013 TA 2012No. Uraian
Uraian Realisasi Bruto Pengembalian Realisasi NetoPenerimaan Perpajakan 1.146.178.550.542.228 (68.869.329.789.989) 1.077.309.220.752.239 Penda patan Paja k Da lam Negeri 1.097.961.212.946.574 (68.110.940.118.245) 1.029.850.272.828.329 Pend. Pa jak Perdagangan Internas i ona l 48.217.337.595.654 (758.389.671.744) 47.458.947.923.910Penerimaan Negara Bukan Pajak 2.902.798.286.224 (499.772.742) 2.902.298.513.482 PNBP Lai nnya 521.412.820.098 (499.772.742) 520.913.047.356 PNBP BLU 2.381.385.466.126 0 2.381.385.466.126
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
Penerimaan Perpajakan 1.077.309.220.752.239 980.470.822.097.887 96.838.398.654.352 9,88 Pendapata n Pajak Dala m Negeri 1.029.850.272.828.329 930.855.230.106.189 98.995.042.722.140 10,63 Pend. Paja k Perdaga ngan Internas ional 47.458.947.923.910 49.615.591.991.698 (2.156.644.067.788) (4,35)Penerimaan Negara Bukan Pajak 2.902.298.513.482 2.359.109.958.283 543.188.555.199 23,03
Jumlah 1.080.211.519.265.721 982.829.932.056.170 97.381.587.209.550 9,91
Uraian TA 2013 TA 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 35
Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Rp 1.077.309.220.752.239,00
B.1.1. PENERIMAAN DALAM NEGERI
B.1.1.1. Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Perpajakan berasal dari Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 sebesar Rp1.077.309.220.752.239,00 atau 93,81 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp1.148.364.681.288.000,00.
Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12
Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013
(dalam rupiah)
Komposisi realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 per jenis penerimaan dapat dilihat pada Grafik 2 berikut.
Grafik 2 Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan
TA 2013
Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp96.838.398.654.352,00 atau 9,88 persen dari realisasi Penerimaan Perpajakan TA 2012. Kenaikan Penerimaan Perpajakan terutama terjadi pada Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp41.372.206.786.336,00, Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp47.135.282.077.320,00, Pendapatan Cukai sebesar Rp13.424.859.480.145,00, Pajak Lainnya sebesar Rp726.203.774.470,00 dan Pendapatan Bea Masuk sebesar Rp3.240.880.218.197,00.
Uraian Estimasi Realisasi %Pendapatan Pa jak Da lam Negeri 1.099.943.585.138.000 1.029.850.272.828.329 93,63Pend. Pa jak Perdagangan Internas i onal 48.421.096.150.000 47.458.947.923.910 98,01
Jumlah 1.148.364.681.288.000 1.077.309.220.752.239 93,81
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 36
Pemindahbukuan (Pbk) Penerimaan Pajak
Perbandingan realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 dan 2012 per Jenis Penerimaan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan
TA 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Realisasi Penerimaan Perpajakan Bruto TA 2013 sebesar Rp1.146.178.550.542.228,00 dan Pengembalian Penerimaan Perpajakan sebesar Rp68.869.329.789.989,00. Rincian Penerimaan Perpajakan Bruto dan Pengembalian Penerimaan Perpajakan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
Tabel 14 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto
TA 2013
(dalam rupiah)
Pada TA 2013 terdapat transaksi Pemindahbukuan sebesar Rp817.579.356.699,00. Nilai tersebut merupakan pemindahbukuan yang disebabkan oleh perubahan Mata Anggaran Pendapatan (MAP) dan bukan merupakan pelunasan tunggakan pajak. Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud belum terakomodasi dalam nilai penerimaan perpajakan dalam laporan keuangan dikarenakan belum ada Peraturan dalam Pedoman Induk Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak (TUPRP) yang mengatur pemindahbukuan berdasarkan data MPN. Perubahan terhadap TUPRP (saat ini masih mengacu pada KEP-11/PJ./1994) masih dalam proses pembahasan.
Kenaikan (Penurunan)Rupiah
Penerimaan Perpajakan 1.077.309.220.752.239 980.470.822.097.887 96.838.398.654.352 9,88 Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.029.850.272.828.329 930.855.230.106.189 98.995.042.722.140 10,63 Pendapata n PPh 506.438.040.026.934 465.065.833.240.598 41.372.206.786.336 8,90 Pendapata n PPN 384.718.044.298.338 337.582.762.221.018 47.135.282.077.320 13,96 Pendapata n PBB 25.304.946.252.673 28.968.455.648.804 (3.663.509.396.131) (12,65) Pendapata n Cukai 108.452.161.927.559 95.027.302.447.414 13.424.859.480.145 14,13 Pendapata n Pa jak Lainnya 4.937.080.322.825 4.210.876.548.355 726.203.774.470 17,25 Pend. Pajak Perdagangan Internasional 47.458.947.923.910 49.615.591.991.698 (2.156.644.067.788) (4,35) Pendapata n Bea Masuk 31.620.916.444.853 28.380.036.226.656 3.240.880.218.197 11,42 Pendapata n Bea Ke lua r 15.838.031.479.057 21.235.555.765.042 (5.397.524.285.985) (25,42)
Uraian TA 2013 TA 2012 %
Uraian Realisasi Bruto Pengembalian Realisasi NetoPenerimaan Perpajakan 1.146.178.550.542.228 (68.869.329.789.989) 1.077.309.220.752.239 Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.097.961.212.946.574 (68.110.940.118.245) 1.029.850.272.828.329 Penda pa tan PPh 536.432.008.772.781 (29.993.968.745.847) 506.438.040.026.934 Penda pa tan PPN 422.762.589.666.725 (38.044.545.368.387) 384.718.044.298.338 Penda pa tan PBB 25.318.793.399.087 (13.847.146.414) 25.304.946.252.673 Penda pa tan Cuka i 108.461.709.193.864 (9.547.266.305) 108.452.161.927.559 Penda pa tan Paja k La innya 4.986.111.914.117 (49.031.591.292) 4.937.080.322.825 Pend. Pajak Perdagangan Internasional 48.217.337.595.654 (758.389.671.744) 47.458.947.923.910 Penda pa tan Bea Ma suk 32.116.704.832.902 (495.788.388.049) 31.620.916.444.853 Penda pa tan Bea Kel ua r 16.100.632.762.752 (262.601.283.695) 15.838.031.479.057
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 37
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto Rp 1.029.850.272.828.329,00
B.1.1.1.1. Pendapatan Pajak Dalam Negeri (Neto)
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 sebesar Rp1.029.850.272.828.329,00 atau 93,63 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp1.099.943.585.138.000,00. Penerimaan Perpajakan Dalam Negeri tersebut termasuk penerimaan atas Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah (PPh DTP) sebesar Rp3.886.193.422.937,00. Jika dibandingkan dengan realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 terjadi kenaikan sebesar Rp98.995.042.722.140,00 atau naik 10,63 persen.
Rincian realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto dapat dilihat pada Tabel 15 dan Grafik 3 berikut.
Tabel 15 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Neto
TA 2013 (dalam rupiah)
Grafik 3 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri
TA 2013
Perbandingan realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 16 dan Grafik 4 berikut.
Uraian Estimasi Realisasi %Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.099.943.585.138.000 1.029.850.272.828.329 93,63 Pendapatan PPh 538.772.306.818.902 506.438.040.026.934 94,00 Pendapatan PPN 423.695.803.998.360 384.718.044.298.338 90,80 Pendapatan PBB 27.343.799.970.868 25.304.946.252.673 92,54 Pendapatan Cuka i 104.729.689.950.000 108.452.161.927.559 103,55 Pendapatan Pa jak La i nnya 5.401.984.399.870 4.937.080.322.825 91,39
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
Pendapatan PPh
Pendapatan PPN
Pendapatan PBB
Pendapatan Cukai
Pendapatan Pajak Lainnya
dala
m m
iliar
rupi
ah
Estimasi Realisasi
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 38
Tabel 16 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto
TA 2013 dan TA 2012
(dalam rupiah)
Grafik 4 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri
TA 2013 dan 2012
Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 5 berikut.
Grafik 5 Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto
TA 2013
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.029.850.272.828.329 930.855.230.106.189 98.995.042.722.140 10,63 Pendapata n PPh 506.438.040.026.934 465.065.833.240.598 41.372.206.786.336 8,90 Pendapata n PPN 384.718.044.298.338 337.582.762.221.018 47.135.282.077.320 13,96 Pendapata n PBB 25.304.946.252.673 28.968.455.648.804 (3.663.509.396.131) (12,65) Pendapata n Cukai 108.452.161.927.559 95.027.302.447.414 13.424.859.480.145 14,13 Pendapata n Pajak Lainnya 4.937.080.322.825 4.210.876.548.355 726.203.774.470 17,25
Uraian TA 2013 TA 2012
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
Pendapatan PPh
Pendapatan PPN
Pendapatan PBB
Pendapatan Cukai
Pendapatan Pajak Lainnya
dala
m m
iliar
rupi
ah
TA 2013 TA 2012
Pendapatan PPh49,18%
Pendapatan PPN37,36%
Pendapatan PBB2,46%
Pendapatan Cukai
10,53%
Pendapatan Pajak Lainnya
0,48%
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 39
Jika dibandingkan dengan TA 2012, Pendapatan Pajak Dalam Negeri mengalami kenaikan, diantaranya disebabkan oleh kenaikan Pendapatan PPh sebesar Rp41.372.206.786.336,00 atau 8,90 persen, PPN sebesar Rp47.135.282.077.320,00 atau 13,96 persen, Pendapatan Cukai Rp13.424.859.480.145,00 atau 14,13 persen, dan Pendapatan Pajak Lainnya sebesar Rp726.203.774.470,00 atau 17,25 persen. Sedangkan Pendapatan PBB mengalami penurunan sebesar Rp3.663.509.396.131,00 atau 12,65 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan Pendapatan PBB disebabkan oleh pengalihan pengelolaan PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan (P2) ke Pemerintah Daerah, seiring dengan penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) yang mengamanatkan bahwa PBB P2 dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Realisasi Pendapatan Cukai TA 2013 sebesar Rp108.452.161.927.559,00 mengalami kenaikan sebesar Rp13.424.859.480.145,00 atau 14,13 persen dari realisasi TA 2012. Kenaikan pendapatan cukai ini disebabkan oleh:
a. Meningkatnya rata-rata tarif cukai di tahun 2013 sebesar 8,5 persen; b. Meningkatnya volume produksi rokok dari 326,8 miliar batang SKM, SPM, dan
SKT di tahun 2012 menjadi 341,9 miliar batang SKM, SPM, dan SKT di tahun 2013.
Realisasi Penerimaan Neto termasuk PPh Migas TA 2013 sebesar Rp88,75 triliun. Kinerja penerimaan PPh Migas capaiannya diatas target APBN-P 2013 dengan angka capaian sebesar 119,48 persen. Beberapa hal yang berpengaruh secara positif terhadap kinerja penerimaan PPh Migas diantaranya adalah: 1. Kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang disebabkan oleh
meningkatnya permintaan minyak mentah dunia, serta pengaruh dari kebijakan ekonomi Amerika Serikat untuk melanjutkan stimulus ekonomi;
2. Depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika.
Sedangkan untuk kategori kontribusi penerimaan terbesar masih berasal dari PPh Non Migas, yaitu sebesar 45,33 persen dari total penerimaan TA 2013. Pertumbuhan realisasi PPh Non Migas TA 2013 sebesar Rp417,69 triliun atau sebesar 9,43 persen.
Gambaran umum penerimaan pajak TA 2013 adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)
Realisasi penerimaan PPh terdiri dari penerimaan PPh Migas dan PPh Non Migas dalam TA 2013. Realisasi penerimaan PPh Migas mengalami pertumbuhan 6,33 persen. Sedangkan penerimaan PPh Non Migas mengalami pertumbuhan sebesar 9,43 persen.
Secara lebih rinci, faktor yang mempengaruhi penerimaan PPh Non Migas antara lain: a. Penerimaan PPh Pasal 21 di tahun 2013 ditargetkan sebesar Rp101,92 triliun,
namun realisasi 2013 sebesar Rp90,16 triliun atau mencapai 88,46 persen dari target APBN-P 2013. Penyebab tidak tercapainya target penerimaan PPh Pasal 21 adalah kenaikan PTKP di tahun 2013 yang mencapai 53,4 persen dari PTKP tahun sebelumnya. Namun demikian, terdapat beberapa faktor lain yang menjadi penopang pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 21 di tahun 2013 seperti:
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 40
1) Efek program pemeriksaan PPh Pasal 21 yang dilakukan pada tahun 2013; 2) Terdapat 28 Kementerian dan Lembaga yang menerima remunerasi di
tahun 2013; 3) Peningkatan pembayaran gaji dan bonus beberapa perusahaan (misalnya di
sektor Jasa Keuangan) sejalan dengan peningkatan kinerja perusahaan di sektor tersebut.
b. Capaian penerimaan PPh Pasal 22 tahun 2013 tercatat sangat baik, dengan nilai realisasi sebesar Rp 6,84 triliun, atau setara 99,76 persen dari target APBN-P 2013. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, realisasi tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 24,16 persen. Beberapa faktor yang mempengaruhi capaian penerimaan PPh Pasal 22 di tahun 2013, antara lain:
1) Realisasi belanja negara tahun 2013 mencapai Rp 327,7 triliun (belanja barang & modal), tumbuh 21,1 persen dari realisasi belanja tahun 2012;
2) Penunjukkan BUMN sebagai pemungut PPh Pasal 22 melalui PMK-224/PMK.011/2012
c. Penerimaan PPh Pasal 22 Impor di tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 14,94 persen dengan realisasi sebesar Rp36,33 triliun. Namun demikian penerimaan ini berada di bawah target, yaitu 94,06%. Faktor yang mempengaruhi kinerja penerimaan PPh Pasal 22 Impor di tahun 2013 adalah menurunnya realisasi impor non migas s.d. November 2013 yang mencapai US$ 137,2 miliar dengan penurunan 5,2 persen dibanding periode yang sama tahun 2012 seiring dengan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS.
d. Penerimaan PPh Pasal 23 sebesar Rp 22,20 triliun dengan pertumbuhan sebesar 9,37 persen atau mencapai 88,48 persen dari target APBN-P 2013. Hal ini diakibatkan oleh masih stagnannya kinerja WP sektor pertambangan, yang berdampak pada menurunnya penggunaan jasa yang merupakan obyek PPh Pasal 23, serta tidak dibaginya dividen oleh perusahaan-perusahaan besar di sektor pertambangan.
e. Penerimaan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi di tahun 2013 sebesar Rp4,38 Triliun dengan pertumbuhan 16,47 persen; sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu sebesar 14,31 persen. Penyumbang terbesar pertumbuhan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi adalah kenaikan setoran dengan kode setoran 200 (Tahunan) yang terjadi di sepanjang tahun 2013 (mencapai Rp394 miliar). Hal ini disebabkan oleh upaya unit kerja berupa himbauan, yang sebagian besar berupa himbauan pembetulan SPT, dengan realisasi himbauan sebesar Rp347 miliar (sebanyak 16.186 WP). Capaian penerimaan PPh Pasal 25/29 OP masih lebih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan, disebabkan oleh imbas kenaikan batas PTKP di tahun 2013 yang mencapai 53,4 persen dari batas PTKP tahun sebelumnya. Disamping itu, implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 berdampak pada adanya shifting setoran pajak dari semula setoran masa PPh Pasal 25 OP menjadi setoran PPh Final.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 41
f. Kinerja penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan di tahun 2013 masih belum membaik, hal ini dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan sebesar 1,42 persen dengan realisasi sebesar Rp154,29 triliun atau mencapai 86,56 persen. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan di tahun 2013, antara lain:
1) Kondisi perekonomian global yang melambat, menyebabkan turunnya permintaan negara-negara tujuan ekspor;
2) Kinerja keuangan WP besar penentu penerimaan yang belum membaik khususnya di sektor Pertambangan dan Penggalian, selain akibat turunnya harga komoditas, juga beberapa kejadian force majeur terhadap beberapa perusahaan besar penentu penerimaan, seperti adanya gangguan sosial (mogok kerja) dan kejadian longsor di lokasi pertambangan yang membuat terganggunya produksi, serta permasalahan perijinan peminjaman lahan untuk perluasan sequen tambang.
g. Realisasi Penerimaan PPh Pasal 26 mencapai Rp27,98 triliun dengan pertumbuhan 13,71 persen atau mencapai 86,42 persen. Realisasi di tahun 2013 ini, baik capaian maupun pertumbuhannya diatas realisasi tahun 2012.
h. Realisasi penerimaan PPh Final tahun 2013 sebesar Rp 71,57 triliun dan tumbuh 18,52 persen dari penerimaan tahun lalu serta mencapai 100,78 persen dari rencana APBN-P. Capaian penerimaan PPh Final ditopang oleh:
1) Pembayaran PPh Final atas Bunga Deposito/Tabungan yang mencapai Rp 18,97 triliun dan tumbuh 11,7 persen;
2) PPh Final atas Transaksi Saham di tahun 2013 mencapai Rp 1,7 triliun dan tumbuh 53 persen dibandingkan penerimaan tahun 2012, Kondisi ini ditunjukkan dengan volume perdagangan dan nilai transaksi di bursa yang s.d. Oktober 2013 masing-masing tumbuh sebesar 37,5 persen dan 45 persen (tahun 2012 masing-masing mengalami penurunan sebesar 12,3 persen dan 8,7 persen);
3) PPh Final Jasa Konstruksi dan Real Estate tahun ini tumbuh sebesar 23,2 persen turun jika dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun 2012 yang mencapai 34,4 persen. Penurunan ini diantaranya dipengaruhi oleh naiknya BI rate menjadi 7,5 persen tingginya laju inflasi, dan aturan Loan to Value;
4) PPh Final atas Dividen tumbuh sebesar 59,3 persen (meningkat dari Rp2,2 triliun menjadi Rp2,6 triliun) yang selain disebabkan oleh kinerja keuangan perusahaan di sektor Jasa Keuangan dan Industri Pengolahan, disebabkan pula upaya unit kerja.
2. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Pengenaan atas Barang Mewah (PPnBM)
Penerimaan dari PPN dan PPnBM tahun 2013 terdiri dari jenis PPN Dalam Negeri, PPN Impor, PPnBM Dalam Negeri, PPnBM Impor, serta PPN dan PPnBM Lainnya. Realisasi penerimaan PPN dan PPnBM tahun 2013 sebesar Rp384,71 triliun atau mencapai 90,80 persen, lebih rendah dari target APBN-P 2013. Pertumbuhan penerimaan PPN dan PPnBM TA 2013 adalah sebesar 13,96 persen. Faktor yang mempengaruhi penerimaan PPN dan PPnBM dapat dijelaskan sebagai berikut:
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 42
a. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Dalam Negeri Kinerja penerimaan PPN Dalam Negeri dan PPnBM Dalam Negeri sebesar Rp226,76 triliun dan Rp11,55 triliun dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 18,15 persen dan 10,73 persen. Capaian penerimaan PPN DN dan PPnBM DN tahun 2013 sedikit mengalami penurunan pertumbuhan yang diakibatkan oleh kondisi perekonomian Indonesia yang pertumbuhannya dibawah target yang ditetapkan pada APBN-P 2013 (realisasi pertumbuhan ekonomi 5,62 persen dari target 6,30 persen). Namun demikian, dampak dari kondisi perekonomian yang melambat dapat ditutupi dengan permintaan pasar domestik yang relatif stabil, salah satu indikatornya adalah masih tingginya tingkat konsumsi rumah tangga menjadi salah satu faktor penopang pertumbuhan penerimaan PPN di tahun 2013.
b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Impor Realisasi Penerimaan PPN Impor dan PPnBM Impor masing-masing sebesar Rp138,99 triliun dan Rp7,28 triliun dengan pertumbuhan 9,78 persen dan -13,55 persen atau mencapai 86,54 persen dan 69,91 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, realisasi di tahun 2013 ini mengalami perlambatan pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya impor di tahun 2013 yang diakibatkan oleh depresiasi nilai tukar Rupiah, serta stok impor tahun 2012 yang masih menumpuk.
3. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Penerimaan PBB TA 2013 sebesar Rp25,30 triliun dengan capaian sebesar 92,54 persen dari target APBN-P 2013. Jika dibandingkan penerimaan tahun 2012, penerimaan tahun 2013 mengalami penurunan 12,65 persen. Beberapa hal yang mempengaruhi capaian penerimaan PBB, antara lain: a. Penerimaan PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) mengalami
penurunan karena adanya pengalihan pengelolaan PBB P2 ke Pemda; b. Penerimaan PBB Sektor Pertambangan Migas tidak mencapai target yang
ditetapkan dalam APBN 2013, karena beberapa hal: 1) Pokok ketetapan PBB Migas 2013 di bawah target yang ditetapkan dalam
APBN/APBN-P; 2) Verifikasi SPPT PBB Migas oleh Ditjen Anggaran menghasilkan beberapa
SPPT tidak dapat dibayarkan di tahun 2013 (Rp1,4T); 3) Pembayaran PBB Migas yang harusnya disetorkan sendiri oleh Wajib Pajak
ke Bank Persepsi masih sedikit, karena adanya penolakan dari Wajib Pajak.
4. Penerimaan Pajak lainnya Penerimaan dari Pajak Lainnya terdiri dari Penjualan Benda Materai, Bea Materai, Bunga Penagihan dan PPn Batubara. Realisasi dari penerimaan Pajak Lainnya sebesar Rp4,93 triliun atau mencapai 91,39 persen dari target APBN-P 2013 dengan pertumbuhan penerimaan sebesar 17,25 persen. Salah satu faktor yang menopang pertumbuhan penerimaan Pajak Lainnya adalah peningkatan penjualan Benda Materai maupun bea materai selama tahun 2013 yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia maupun penggunaan bea materai di sektor perbankan.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 43
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto Rp1.097.961.212.946.574,00 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri Rp68.110.940.118.245,00 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto Rp47.458.947.923.910,00 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto Rp48.217.337.595.654,00
Pada TA 2013 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto sebesar Rp1.097.961.212.946.574,00 atau 99,81 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2013 sebesar Rp1.099.943.585.138.000,00. Hal ini berarti Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp98.995.042.722.140,00 atau naik 10,63 persen dari realisasi TA 2012.
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.
Tabel 17 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto
TA 2013 (dalam rupiah)
Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 sebesar Rp68.110.940.118.245,00. Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.
Tabel 18 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri
TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
B.1.1.1.2. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2013 sebesar Rp47.458.947.923.910,00 atau 98,01 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp48.421.096.150.000,00. Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional termasuk Penerimaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP) sebesar Rp191.616.754.144,00. Rincian realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto dapat dilihat pada Tabel 19 berikut.
Tabel 19 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto
Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional bruto dan realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 20 berikut.
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
Pendapatan Pajak Dalam Negeri 68.110.940.118.245 52.768.276.741.240 15.342.663.377.005 29,08 Pendapata n PPh 29.993.968.745.847 19.217.183.600.003 10.776.785.145.844 56,08 Pendapata n PPN 38.044.545.368.387 33.501.728.811.261 4.542.816.557.126 13,56 Pendapata n PBB 13.847.146.414 12.345.632.796 1.501.513.618 12,16 Pendapata n Cukai 9.547.266.305 3.057.355.600 6.489.910.705 212,27 Pendapata n Pajak Lainnya 49.031.591.292 33.961.341.580 15.070.249.712 44,37
Uraian TA 2013 TA 2012
Uraian Realisasi Bruto Pengembalian Realisasi NetoPenerimaan Perpajakan Dalam Negeri 1.097.961.212.946.574 (68.110.940.118.245) 1.029.850.272.828.329 Penda pa tan PPh 536.432.008.772.781 (29.993.968.745.847) 506.438.040.026.934 Penda pa tan PPN 422.762.589.666.725 (38.044.545.368.387) 384.718.044.298.338 Penda pa tan PBB 25.318.793.399.087 (13.847.146.414) 25.304.946.252.673 Penda pa tan Cuka i 108.461.709.193.864 (9.547.266.305) 108.452.161.927.559 Penda pa tan Paja k La innya 4.986.111.914.117 (49.031.591.292) 4.937.080.322.825
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 44
Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Rp758.389.671.744,00 Kenaikan Bea Masuk TA 2013 sebesar Rp3.240.880.218.197,00 Penurunan Bea Keluar TA 2013 sebesar Rp5.397.524.285.985,00
Tabel 20 Realisasi Bruto Pendapatan dan Pengembalian Pajak Perdagangan Internasional
TA 2013 (dalam rupiah)
Adapun perbandingan realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 21 berikut.
Tabel 21
Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Penerimaan Bea Masuk Tahun Anggaran 2013 meningkat sebesar Rp3.240.880.218.197,00 (11,42%) dibandingkan Tahun Anggaran 2012, hal ini disebabkan oleh :
a. Lebih tingginya realisasi rata-rata kurs pembayaran bea masuk sebesar Rp10.461,4 (asumsi di APBN-P 2013 sebesar Rp9.600,00);
b. Meningkatnya nilai impor kena bea masuk (dutiable imports) menjadi sebesar US$171,68 juta, naik 2,32% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang sebesar US$167,79 juta;
c. Extra efforts berupa peningkatan akurasi nilai pabean, klasifikasi barang, pemeriksaan fisik, konfirmasi CoO FTA, peningkatan efektivitas keberatan dan banding, joint audit dengan DJP, dll.
Pendapatan Bea Keluar Tahun Anggaran 2013 menurun cukup signifikan yaitu dari sebesar Rp21.235.555.765.042,00 pada Tahun Anggaran 2012 menjadi sebesar Rp15.838.031.479.057,00 pada Tahun Anggaran 2013 (turun 25,42%).
Penurunan Pendapatan Bea Keluar pada Tahun Anggaran 2013 antara lain disebabkan : a. Rendahnya harga CPO di pasar internasional sehingga tarif rata-rata bea
keluar turun dari 15,0% (2012) menjadi 9,63% (2013); b. Terjadi pergeseran komoditas ekspor dari CPO ke produk turunannya yang
tarif bea keluarnya lebih rendah. Tahun 2012, komposisi ekspor: CPO = 37%, produk turunan CPO = 63%, sedangkan tahun 2013, CPO = 29%, produk turunan CPO = 71%;
c. Turunnya harga sebagian besar komoditas termasuk bijih mineral terutama karena global economic slowdown. Ekspor bijih mineral meningkat di 2013 dan menyumbang penerimaan bea keluar sebesar Rp5,53 triliun di 2013. Pada Tahun 2012, ekspor bijih mineral menyumbang penerimaan bea keluar sejumlah Rp1,75 triliun. Namun demikian penerimaan bea keluar bijih mineral ini segera berakhir, karena UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, melarang ekspor bijih mineral (unprocessed ores) mulai 12 Januari 2014.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 45
Tantangan dalam Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Strategi dalam pencapaian target penerimaan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto Rp2.902.298.513.482,00
Adapun tantangan yang dihadapi dalam Pencapaian Target Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Tahun 2013 antara lain sebagai berikut:
a. Sektor Bea Masuk 1. Konsekuensi Kerjasama Perdagangan Internasional melalui skema Free Trade
Agreement (FTA) pada IJ-EPA, EFTA/CEITA ASEAN, China, Korea; 2. Adanya Fasilitas Pembebasan dan Keringanan Bea Masuk; 3. Tarif umum Bea Masuk (MFN) yang cenderung turun (tarif efektif rata-rata Bea
Masuk menurun); 4. Kebijakan non tarif (Non Tarif Measure) yang berorientasi pada pengendalian
dan pembatasan barang impor serta penggunaan produksi dalam negeri; 5. Implementasi Free Trade Zone (FTZ) di Kawasan Batam Bintan Karimun (BBK)
dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
b. Sektor Bea Keluar 1. Kebijakan Bea Keluar bukan diprioritaskan untuk penerimaan, melainkan
instrumen untuk pengendalian harga dalam negeri komoditi tertentu, sehingga penetapan harga dan tarif ditentukan oleh pemerintah;
2. Tahun 2013 Tarif Bea Keluar untuk Crude Palm Oil (CPO) cenderung turun; 3. Wilayah pabean Indonesia yang luas, menimbulkan kerawanan penyimpangan.
Dalam menghadapi tantangan tersebut diperlukan strategi dalam Pencapaian Target Penerimaan Tahun 2013 sebagai berikut:
a. Optimalisasi di Bidang Kepabeanan 1. Peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang impor dan
Peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang; 2. Perubahan kebijakan bea keluar, terutama berkaitan dengan tarif dan jenis barang
kena bea keluar; 3. Optimalisasi fungsi unit pengawasan melalui peningkatan patroli darat dan laut
dan peningkatan pengawasan di daerah perbatasan terutama jalur rawan penyelundupan.
b. Peningkatan Sektor Pelayanan 1. Penyempurnaan implementasi Indonesia National Single Windows (INSW); 2. Pelayanan Kepabeanan 24 Jam sehari 7 hari seminggu di pelabuhan-pelabuhan
utama dan implementasi Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) untuk mengurangi penumpukan barang di pelabuhan;
3. Pengembangan otomatisasi pelayanan di bidang kepabenanan dan cukai.
B.1.1.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Neto)
Penerimaan Negara Bukan Pajak berasal dari Pendapatan PNBP Lainnya dan Pendapatan Badan Layanan Umum. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Neto TA 2013 sebesar Rp2.902.298.513.482,00 atau 115,36 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp2.515.818.440.436,00. Rincian Realisasi PNBP dapat dilihat pada Tabel 22 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 46
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto Rp2.902.798.286.224,00
Tabel 22 Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto
TA 2013 (dalam rupiah)
Adapun realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Bruto TA 2013 sebesar Rp2.902.798.286.224,00 dengan Pengembalian PNBP sebesar Rp499.772.742,00. Rincian tersebut dapat dilihat dalam Tabel 23 berikut.
Tabel 23
Realisasi dan Pengembalian Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2013
(dalam rupiah)
Apabila dibandingkan dengan TA 2012, PNBP Neto TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp543.188.555.199,00 atau 23,03 persen dari realisasi TA 2012. Kenaikan PNBP ini terjadi pada pos-pos PNBP yaitu Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) mengalami kenaikan sebesar Rp878.699.772.572,00 atau 58,48 persen dan Pendapatan PNBP lainnya mengalami penurunan sebesar Rp335.511.217.373,00 atau 39,18 persen.
Perbandingan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 24 dan Grafik 6 berikut.
Tabel 24 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto
TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Grafik 6 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto
TA 2013 dan 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 47
Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto Rp520.913.047.356,00 Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto Rp521.412.820.098,00
Komposisi realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 7.
Grafik 7
Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013
B.1.1.2.1. Pendapatan PNBP Lainnya (Neto) Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 sebesar Rp520.913.047.356,00 atau 148,44 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013, yaitu sebesar Rp350.920.517.436,00. Rincian realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto dapat dilihat pada Tabel 25 berikut.
Tabel 25 Rincian Pendapatan PNBP Lainnya Neto
TA 2013
(dalam rupiah)
Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2013 sebesar Rp521.412.820.098,00 dengan Pengembalian Pendapatan sebesar Rp499.772.742,00 sehingga realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 sebesar Rp520.913.047.356,00. Rincian Realisasi Bruto dan Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya dapat dilihat pada Tabel 26 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 48
Realisasi Pendapatan BLU Rp2.381.385.466.126,00
Tabel 26
Rincian Realisasi Bruto dan Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2013
(dalam rupiah)
Adapun perbandingan realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 27 berikut.
Tabel 27 Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto
TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Jika dibandingkan dengan TA 2012, terjadi penurunan realisasi Pendapatan PNBP Lainnya pada TA 2013 sebesar Rp335.511.217.373,00 atau 39,18 persen. Penurunan yang signifikan terutama terjadi pada Pendapatan Iuran dan Denda dan Pendapatan Jasa.
B.1.1.2.2. Pendapatan Badan Layanan Umum (Neto)
Realisasi Pendapatan BLU TA 2013 sebesar Rp2.381.385.466.126,00 atau mencapai 110 persen dari target yang ditetapkan dalam DIPA TA 2013 yaitu sebesar Rp2.164.897.923.000,00. Pada TA 2013, tidak terdapat Pengembalian Pendapatan BLU. Apabila dibandingkan dengan TA 2012, Pendapatan BLU TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp878.699.772.572,00 atau 58,48 persen dari realisasi TA 2012.
Rincian Realisasi Pendapatan BLU Neto yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 28 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 49
Realisasi Penerimaan Hibah Rp0,00
Tabel 28 Realisasi Pendapatan BLU Neto
TA 2013 (dalam rupiah)
Perbandingan realisasi Pendapatan BLU TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 29 berikut.
Tabel 29 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Neto
TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 mencakup 3 (tiga) unit satker Badan Layanan Umum (BLU) yaitu Pusat Investasi Pemerintah (PIP), Lembaga Penjamin Dana Pendidikan (LPDP), dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Secara keseluruhan jika dibandingkan dengan TA 2012, Realisasi Pendapatan BLU TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp878.699.772.572,00 atau 58,48 persen karena adanya kenaikan Pendapatan Jasa Layanan Umum sebesar Rp584.807.930.082,00, Pendapatan Hasil Kerjasama BLU sebesar Rp3.722.790.200,00, dan pendapatan BLU Lainnya sebesar Rp290.182.552.290,00. Realisasi Pendapatan BLU Neto berdasarkan satuan kerja dapat dilihat pada Tabel 30 berikut.
Tabel 30
Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 Berdasarkan Satuan Kerja
(dalam rupiah)
Tidak terdapat Realisasi Pengembalian Pendapatan BLU TA 2013 dan 2012.
B.1.2. HIBAH
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2012 tentang Sistem Akuntansi Hibah, yang diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) mewakili Pemerintah dalam pencatatan Penerimaan Hibah adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, oleh karena itu di dalam Laporan Keuangan Bagian Anggaran 015 ini tidak ada Penerimaan Hibah.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 50
Realisasi Belanja Neto Rp17.075.887.494.225,00 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Neto Kementerian Keuangan TA 2013 dan 2012
B.2. BELANJA NEGARA
Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Neto pada TA 2013 adalah sebesar Rp17.075.887.494.225,00 atau 92.76 persen dari pagu belanja dalam DIPA sebesar Rp18.408.676.395.000,00. Pada TA 2013 jumlah pengembalian belanja Kementerian Keuangan adalah sebesar Rp41.810.508.846,00.
Realisasi belanja neto TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp750.439.451.054,00 atau 4.60 persen dari realisasi belanja neto TA 2012 sebesar Rp16.325.448.043.171,00. Realisasi belanja tersebut termasuk belanja pembayaran imbalan bunga sebesar Rp397.544.480.438,00. Apabila angka ini dikeluarkan maka realisasi belanja Kementerian Keuangan (tidak memperhitungkan pengembalian belanja) adalah sebesar Rp16.678.343.013.787,00 atau 90.60 persen dari pagu.
Perbandingan antara Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Grafik 8 berikut.
Grafik 8 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan
TA 2013 dan 2012 (dalam jutaan rupiah)
Realisasi Belanja
Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Keuangan.
Belanja Kementerian Keuangan diklasifikasikan berdasarkan Sumber Dana, Unit Eselon I, Fungsi, Program dan Jenis Belanja.
TA 2013
TA 2012
15,000,000
15,500,000
16,000,000
16,500,000
17,000,000
17,500,000
18,000,000
18,500,000
PaguRealisasi Neto
18,408,676
17,075,887
17,402,097
16,325,448
dala
m ju
taan
rupi
ah
TA 2013 TA 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 51
Realisasi Belanja Neto TA 2013 Menurut Sumber Dana
1. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Sumber Dana
Belanja Kementerian Keuangan dikelompokkan berdasarkan Sumber Dana. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan menurut Sumber Dana pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 31 dan Grafik 9 berikut.
Tabel 31
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013
(dalam rupiah)
Grafik 9
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013
(dalam jutaan rupiah)
Perbandingan antara Realisasi Belanja TA 2013 dan 2012 menurut Sumber Dana dapat dilihat pada Tabel 32 berikut.
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
Belanja Rupiah Murni Belanja
Pinjaman Luar Negeri
Rupiah Murni Pendamping Badan
Layanan Umum
Hibah Luar Negeri Hibah
Langsung Barang Dalam
Negeri
Hibah Langsung Jasa
Luar Negeri
17,684,170
156,588 7,041 553,646 7,232 0 0
16,728,699
132,992 6,987 177,265 1,627 250 28,066
Pagu Realisasi
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 52
Tabel 32 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana
TA 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Realisasi Belanja Per Eselon I
2. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Unit Eselon I
Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2013 dapat dirinci menurut Unit Eselon I sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar adalah pada Setjen sebesar Rp6.157.210.138.425,00 atau 36.06 persen dari total Realisasi Belanja Kementerian Keuangan. Berdasarkan realisasi TA 2013, penyerapan terbesar terdapat pada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebesar Rp5.108.378.387.329,00 atau 98.17 persen dari pagu belanja DJP.
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja menurut Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 33 berikut.
Tabel 33 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja
Menurut Unit Eselon I TA 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 53
Perbandingan antara Realisasi Belanja menurut Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 34 berikut.
Tabel 34 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I
TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Realisasi Belanja Neto TA 2013 Menurut Fungsi
3. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Fungsi
Belanja Kementerian Keuangan juga dapat dikelompokkan berdasarkan Fungsi. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan menurut Fungsi pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 35 dan Grafik 10 berikut.
Tabel 35 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja
Menurut Fungsi TA 2013
(dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 54
Grafik 10 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja
Menurut Fungsi TA 2013
(dalam jutaan rupiah)
Perbandingan Realisasi Belanja berdasarkan Fungsi dalam kurun waktu dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 36 berikut.
Tabel 36 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi
TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Realisasi belanja Kementerian Keuangan TA 2013 menurut Fungsi yang terbesar digunakan untuk Fungsi Pelayanan Umum yaitu sebesar Rp16.995.252.389.494,00 atau 99.53 persen dari total realisasi belanja Kementerian K euangan.
Realisasi Belanja Pendidikan pada Kementerian Keuangan adalah sebesar Rp80.635.104.731,00 merupakan belanja pada satker BLU Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Apabila dibandingkan dengan TA 2012, Realisasi Belanja Pendidikan bruto pada BLU STAN TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp11.087.392.573,00 atau 15.94 persen dari realisasi TA 2012. Kenaikan tersebut dikarenakan adanya pelaksanaan kegiatan Ujian Saringan Masuk dan perkuliahan STAN di TA 2013. Pada TA 2012 tidak ada penerimaan mahasiswa baru STAN.
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
Belanja Pelayanan Umum Belanja Pendidikan
18,322,979
85,697
16,995,252
80,635
Pagu Realisasi
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 55
Realisasi Belanja Neto TA 2013 Menurut Program Realisasi Belanja Neto TA 2013 Menurut Jenis Belanja
4. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Program
Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2013 menurut Program dapat dilihat pada Tabel 37 berikut ini:
Tabel 37 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja
Menurut Program TA 2013 (dalam rupiah)
5. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Jenis Belanja
Belanja Kementerian Keuangan menurut Jenis Belanja terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, dan Belanja Pembayaran Kewajiban Utang (SPM-IB Pajak). Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja menurut Jenis Belanja dapat dilihat pada Tabel 38 dan Grafik 11.
Tabel 38 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja
TA 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 56
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja berdasarkan Jenis Belanja untuk TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 11 berikut.
Grafik 11 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja
TA 2013
(dalam jutaan rupiah)
Komposisi Realisasi Belanja berdasarkan Jenis Belanja untuk TA 2013 juga dapat dilihat pada Grafik 12 berikut.
Grafik 12 Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja
TA 2013
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
Belanja Pegawai Belanja
Barang Belanja Modal Pembayaran
Kewajiban Utang (SPM-
IB Pajak)
8,552,013
7,815,714
2,040,949
0
8,066,062
6,964,287
1,647,994
397,544
Pagu Realisasi
Belanja Pegawai47.24%
Belanja Barang40.78%
Belanja Modal9.65%
Pembayaran Kewajiban Utang
(SPM-IB Pajak)2.33%
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 57
Perbandingan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan menurut Jenis Belanja TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 39 berikut.
Tabel 39
Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 dan TA 2012
(dalam rupiah)
Realisasi Belanja Pegawai Neto TA 2013 Rp8.066.062.119.782,00
B.2.1. Belanja Pegawai
Realisasi Belanja Pegawai Neto TA 2013 adalah sebesar Rp8.066.062.119.782,00 atau 94,32 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2013 sebesar Rp8.552.012.767.536,00 dan jumlah Pengembalian Belanja Pegawai pada TA 2013 adalah sebesar Rp 32.776.946.455,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2012, Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp89.715.901.959,00 atau 1,12 persen dari Realisasi TA 2012. Hal ini disebabkan oleh kenaikan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil dan penerimaan pegawai baru yang menyebabkan naiknya pembayaran gaji, TKPKN dan pembayaran uang makan.
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai
TA 2013
(dalam rupiah)
Uraian Pagu Realisasi Bruto Pengembalian Realisasi Neto %
Belanja Transaksi Kas
Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 3,140,896,192,536 2,994,044,073,957 1,595,628,124 2,992,448,445,833 95.27Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara 7,483,726,000 7,474,117,796 0 7,474,117,796 99.87Belanja Lembur 152,886,703,000 131,771,853,484 223,168,250 131,548,685,234 86.04B. Tunj. Khusus & B. Peg. Trans i to 5,250,746,146,000 4,965,549,021,000 30,958,150,081 4,934,590,870,919 93.98 Jumlah Belanja Transaksi Kas 8,552,012,767,536 8,098,839,066,237 32,776,946,455 8,066,062,119,782 94.32
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 58
Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 13 berikut.
Grafik 13
Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2013
Perbandingan antara Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 41 berikut.
Tabel 41 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai
TA 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 42 berikut.
Belanja Gaji dan Tunjangan PNS
37.10%
Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara
0.09%
Belanja Gaji dan Tunj. Peg. Non PNS
0.00%
Belanja Honorarium0.00%
Belanja Lembur1.63%
Belanja Vakasi0.00%
B. Tunj. Khusus & B. Peg. Transito
61.18%
Rp %
Belanja Transaksi Kas
Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 2,992,448,445,833 2,845,186,375,224 147,262,070,609 5.18Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara 7,474,117,796 7,044,300,920 429,816,876 6.10Belanja Honorarium 0 643,500,000 (643,500,000) (100.00)Belanja Lembur 131,548,685,234 128,912,380,155 2,636,305,079 2.05Belanja Vakas i 0 4,036,560,075 (4,036,560,075) (100.00)B. Tunj. Khusus & B. Peg. Trans i to 4,934,590,870,919 4,990,523,101,449 (55,932,230,530) (1.12) Jumlah Belanja Transaksi Kas 8,066,062,119,782 7,976,346,217,823 89,715,901,959 1.12
Uraian TA 2013 TA 2012Kenaikan (Penurunan)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 59
Tabel 42
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2013
(dalam rupiah)
Perbandingan Belanja Pegawai Kementerian Keuangan per Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 43 berikut.
Tabel 43 Perbandingan Belanja Pegawai per Eselon I
TA 2013 dan TA 2012 (dalam rupiah)
Realisasi Belanja Barang Neto TA 2013 Rp6.964.286.532.459,00
B.2.2. Belanja Barang
Realisasi Belanja Barang Neto TA 2013 adalah sebesar Rp6.964.286.532.459,00 yang berarti 89,11 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2013 sebesar Rp7.815.714.239.464,00 dan jumlah Pengembalian Belanja Barang TA 2013 adalah sebesar Rp8.592.948.568,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2012, realisasi Belanja Barang TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp866.439.111.456,00 atau 14,21 persen dari TA 2012. Kenaikan tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya hal-hal sebagai berikut:
No Unit Eselon I Pagu Realisasi Pengembalian Realisasi Neto %
Belanja Transaksi Kas
1 SETJEN 5,406,294,515,000 5,114,349,358,916 31,076,075,905 5,083,273,283,011 94.032 ITJEN 31,831,290,000 28,490,377,598 29,385,917 28,460,991,681 89.413 DJA 49,396,052,000 47,581,142,988 6,967,906 47,574,175,082 96.314 DJP 1,636,817,265,460 1,568,643,433,028 717,807,302 1,567,925,625,726 95.795 DJBC 574,941,031,000 535,439,909,841 392,611,928 535,047,297,913 93.066 DJPK 26,471,459,000 23,299,574,367 11,676,517 23,287,897,850 87.977 DJPU 17,166,314,000 16,906,048,445 34,374,303 16,871,674,142 98.288 DJPB 519,627,959,000 492,439,418,925 204,574,567 492,234,844,358 94.739 DJKN 198,538,943,076 186,954,862,968 215,022,170 186,739,840,798 94.06
10 BAPEPAM-LK 0 0 0 0 0.0011 BPPK 64,044,112,000 59,184,093,388 52,856,236 59,131,237,152 92.3312 BKF 26,883,827,000 25,550,845,773 35,593,704 25,515,252,069 94.91
Jumlah Belanja Transaksi Kas 8,552,012,767,536 8,098,839,066,237 32,776,946,455 8,066,062,119,782 94.32
Rp %
Belanja Transaksi Kas
1 SETJEN 5,083,273,283,011 5,092,489,309,313 (9,216,026,302) (0.18)2 ITJEN 28,460,991,681 24,888,121,767 3,572,869,914 14.363 DJA 47,574,175,082 45,105,802,548 2,468,372,534 5.474 DJP 1,567,925,625,726 1,487,948,550,530 79,977,075,196 5.375 DJBC 535,047,297,913 494,828,384,417 40,218,913,496 8.136 DJPK 23,287,897,850 21,717,789,216 1,570,108,634 7.237 DJPU 16,871,674,142 15,896,193,381 975,480,761 6.148 DJPB 492,234,844,358 484,873,230,162 7,361,614,196 1.529 DJKN 186,739,840,798 177,755,113,667 8,984,727,131 5.05
10 BAPEPAM-LK 0 48,805,355,754 (48,805,355,754) (100.00)11 BPPK 59,131,237,152 59,661,028,861 (529,791,709) (0.89)12 BKF 25,515,252,069 22,377,338,207 3,137,913,862 14.02
Jumlah Belanja Transaksi Kas 8,066,062,119,782 7,976,346,217,823 89,715,901,959 1.12
No Unit Eselon I TA 2013 TA 2012Kenaikan (Penurunan)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 60
a. Volume kerja/kegiatan dibandingkan tahun sebelumnya; b. Indeks/harga satuan sesuai dengan Standar Biaya Tahun 2013; c. Kebutuhan operasional perkantoran terkait dengan penambahan jumlah pegawai
sehingga kebutuhan peralatan dan barang konsumsi (ATK dan bahan komputer) mengalami peningkatan;
d. Belanja jasa atas kenaikan tarif dasar listrik; e. Pelaksanaan kegiatan transformasi kelembagaan.
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 44 berikut.
Tabel 44 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang
TA 2013
(dalam rupiah)
Komposisi Belanja Barang TA 2013 dapat dilihat dalam Grafik 14.
Grafik 14 Komposisi Realisasi Belanja Barang
TA 2013
Belanja Barang Operasional
29.70%
Belanja Barang Non Operasional
17.93%
Belanja Jasa19.34%
Belanja Jasa untuk Hibah0.40%
Belanja Pemeliharaan
12.74%
Belanja Perjalanan Dalam Negeri
16.84%
Belanja Perjalanan Luar Negeri
0.60%
Belanja Barang BLU
2.45%
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 61
Perbandingan antara Realisasi Belanja Barang TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 45 berikut.
Tabel 45 Perbandingan Realisasi Belanja Barang
TA 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 46 berikut.
Tabel 46 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Per Eselon I
TA 2013
(dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 62
Perbandingan Realisasi Belanja Barang per Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 47 berikut.
Tabel 47 Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I
TA 2013 dan TA 2012
(dalam rupiah)
Realisasi Belanja Modal Neto TA 2013 Rp1,647,994,361,546,00
B.2.3. Belanja Modal
Realisasi Belanja Modal Neto TA 2013 adalah sebesar Rp1.647.994.361.546,00 yang berarti 80,75 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2013 sebesar Rp2.040.949.388.000,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2012, realisasi Belanja Modal TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp12.374.704.452,00 atau 0,76 persen dari TA 2012. Kenaikan terbesar berasal dari belanja modal peralatan & mesin dan belanja modal gedung & bangunan.
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 48 berikut.
Tabel 48 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal
TA 2013
(dalam rupiah)
Uraian Pagu Realisasi Bruto Pengembalian Realisasi Neto %
Belanja Transaksi Kas
Belanja Modal Tanah 10,349,085,000 8,506,900,150 1,200,000 8,505,700,150 82.19Belanja Modal Pera latan & Mes in 984,225,727,000 837,270,867,913 28,493,000 837,242,374,913 85.07Belanja Modal Gedung & Bangunan 956,562,891,000 729,715,045,170 399,523,823 729,315,521,347 76.24Belanja Modal Ja lan, Irigas i & Jaringan 15,581,266,000 14,309,469,790 0 14,309,469,790 91.84Belanja Modal La innya 65,679,351,000 51,446,228,701 11,397,000 51,434,831,701 78.31Belanja Modal BLU 8,551,068,000 6,936,463,645 0 6,936,463,645 81.12 Jumlah Belanja Transaksi Kas 2,040,949,388,000 1,648,184,975,369 440,613,823 1,647,744,361,546 80.73
0.00Belanja Transaksi Non Kas 0.00
Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari Hibah
0 250,000,000 0 250,000,000 0.00
Jumlah Belanja Transaksi Non Kas 0 250,000,000 0 250,000,000 0.00
0 Jumlah Belanja 2,040,949,388,000 1,648,434,975,369 440,613,823 1,647,994,361,546 80.75
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 63
Komposisi Belanja Modal TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 15 berikut.
Grafik 15 Komposisi Realisasi Belanja Modal TA 2013
Perbandingan antara Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 49 berikut.
Tabel 49 Perbandingan Realisasi Belanja Modal
TA 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 50 berikut.
Belanja Modal Tanah0,53%
Belanja Modal Peralatan & Mesin
50,80%
Belanja Modal Gedung & Bangunan
44,25%
Belanja Modal Jalan, Irigasi &
Jaringan0,87%
Belanja Modal Lainnya3,12%
Belanja Modal BLU0,42%
Uraian TA 2013 TA 2012
Rp %
Belanja Transaksi Kas
Belanja Modal Tanah 8.505.700.150 11.904.690.600 (3.398.990.450) (28,55)Belanja Modal Pera latan & Mes in 837.242.374.913 848.323.697.486 (11.081.322.573) (1,31)
Belanja Modal Gedung & Bangunan729.315.521.347 710.639.370.076
18.676.151.271 2,63Belanja Modal Ja lan, Irigas i & Jaringan 14.309.469.790 3.961.122.061 10.348.347.729 261,25Belanja Modal La innya 51.434.831.701 57.994.367.946 (6.559.536.245) (11,31)Belanja Modal BLU 6.936.463.645 2.796.408.925 4.140.054.720 148,05 Jumlah Belanja Transaksi Kas 1.647.744.361.546 1.635.619.657.094 12.124.704.452 0,74
Belanja Transaksi Non Kas
Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari Hibah 250.000.000 0 250.000.000 0,00 Jumlah Belanja Transaksi Non Kas 250.000.000 0 250.000.000 0,00
Jumlah Belanja 1.647.994.361.546 1.635.619.657.094 12.374.704.452 0,76
Kenaikan (Penurunan)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 64
Tabel 50 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal Per Eselon I
TA 2013 (dalam rupiah)
Perbandingan Belanja Modal per Unit Eselon I Kementerian Keuangan TA 2013 dan TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 51 berikut.
Tabel 51 Perbandingan Realisasi Belanja Modal
TA 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
No Unit Eselon I Pagu Realisasi Bruto Pengembalian Realisasi Neto %
Belanja Transaksi Kas
1 SETJEN 384.018.353.000 277.446.075.614 33.522.000 277.412.553.614 72,242 ITJEN 6.005.798.000 5.994.340.355 0 5.994.340.355 99,813 DJA 7.859.486.000 7.425.899.307 1.240.300 7.424.659.007 94,474 DJP 553.999.773.000 332.471.570.821 82.547.725 332.389.023.096 60,005 DJBC 534.929.743.000 522.811.873.410 37.503.388 522.774.370.022 97,736 DJPK 10.624.563.000 9.979.859.417 0 9.979.859.417 93,937 DJPU 7.098.358.000 5.849.002.980 0 5.849.002.980 82,408 DJPB 280.390.901.000 252.568.904.792 116.579.023 252.452.325.769 90,049 DJKN 151.986.337.000 131.750.448.030 8.377.000 131.742.071.030 86,68
10 BAPEPAM-LK 0 0 0 0 0,0011 BPPK 99.166.201.000 97.794.820.348 150.284.387 97.644.535.961 98,4712 BKF 4.869.875.000 4.092.180.295 10.560.000 4.081.620.295 83,81
Jumlah Belanja Transaksi Kas 2.040.949.388.000 1.648.184.975.369 440.613.823 1.647.744.361.546 80,73
Belanja Transaksi Non Kas
1 DJPB 0 250.000.000 0 250.000.000 0,00Jumlah Belanja Transaksi Non Kas 0 250.000.000 0 250.000.000 0,00
Jumlah Belanja 2.040.949.388.000 1.648.434.975.369 440.613.823 1.647.994.361.546 80,75
No Unit Eselon I TA 2013 TA 2012
Rp %
Belanja Transaksi Kas
1 SETJEN 277.412.553.614 455.668.635.309 (178.256.081.695) (39,12)2 ITJEN 5.994.340.355 6.380.411.945 (386.071.590) (6,05)3 DJA 7.424.659.007 16.168.162.356 (8.743.503.349) (54,08)4 DJP 332.389.023.096 293.618.971.320 38.770.051.776 13,205 DJBC 522.774.370.022 339.569.817.317 183.204.552.705 53,956 DJPK 9.979.859.417 17.594.658.104 (7.614.798.687) (43,28)7 DJPU 5.849.002.980 10.110.385.511 (4.261.382.531) (42,15)8 DJPB 252.452.325.769 281.301.058.983 (28.848.733.214) (10,26)9 DJKN 131.742.071.030 113.893.258.012 17.848.813.018 15,67
10 BAPEPAM-LK 0 25.197.541.112 (25.197.541.112) (100,00)11 BPPK 97.644.535.961 54.466.598.725 43.177.937.236 79,2712 BKF 4.081.620.295 21.650.158.400 (17.568.538.105) (81,15)
Jumlah Belanja Transaksi Kas 1.647.744.361.546 1.635.619.657.094 12.124.704.452 0,74
Belanja Transaksi Non Kas
1 DJPB 250.000.000 0 250.000.000 0,00Jumlah Belanja Transaksi Non Kas 250.000.000 0 250.000.000 0,00
Jumlah Belanja 1.647.994.361.546 1.635.619.657.094 12.374.704.452 0,76
Kenaikan (Penurunan)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 65
Realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang TA 2013 Rp Rp397,544,480,438,00
B.2.4. Pembayaran Bunga Utang
Realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang TA 2013 adalah sebesar Rp397.544.480.438,00, yaitu merupakan Imbalan Bunga kepada Wajib Pajak atas keterlambatan pembayaran pengembalian kelebihan bayar pajak atau keputusan keberatan, putusan banding dan peninjauan kembali yang mengabulkan permohonan Wajib Pajak. Realisasi Pembayaran Bunga Utang TA 2013 mengalami penurunan sebesar Rp218.09.266.813,00 atau 35,43 persen apabila dibandingkan dengan pengeluaran yang sama untuk TA 2012 sebesar Rp615.634.747.251,00.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 66
B.3. CATATAN PENTING LAINNYA
B.3.1. Estimasi Pendapatan Pajak
Estimasi pendapatan pada Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan menggunakan data estimasi pendapatan yang bersumber dari APBN-P TA 2013.
B.3.2. Program PINTAR Direktorat Jenderal Pajak
Pada Tahun Anggaran 2013, alokasi anggaran PHLN PINTAR mengalami proses Drop Loan dikarenakan keterlambatan yang substansial dalam proses pengadaan core tax PINTAR yang diperkirakan menelan biaya USD97.5 juta. Selain itu, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-334/PJ/2012 tanggal 23 November 2012 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013-2014, area-area strategis yang akan dikembangkan oleh Program PINTAR tidak termasuk di dalam sasaran strategis yang ingin dicapai di dalam Renstra tersebut. Atas DIPA satker PINTAR dan CTF-7 yang memiliki alokasi anggaran dalam DIPA TA 2013 sebesar Rp196.632.799.000,00, DJP telah menyampaikan usulan revisi anggaran untuk pengurangan alokasi PHLN kepada Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan sehingga anggaran tersebut menjadi Rp0,00. Direktur Jenderal Anggaran melalui surat nomor S-2306/AG/2013 tanggal 24 September 2013 hal Pencabutan DIPA Petikan Satker PINTAR dan CTF-7 (kode 692002) Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan kepada Kuasa pengguna Anggaran Satker PINTAR dan CTF-7 DJP bahwa alokasi pada DIPA Petikan Satker PINTAR dan CTF-7 menjadi Nihil. Saat ini, Kementerian Keuangan sedang melakukan identifikasi area-area strategis yang menjadi area pengembangan di bidang perpajakan yang dilakukan melalui program Transformasi Kelembagaan yang dilaksanakan oleh Pihak Ketiga (McKinsey), sehingga apabila PINTAR tetap dilaksanakan terdapat risiko tumpang tindih pekerjaan.
B.3.3. Sensus Pajak Nasional
Sensus Pajak Nasional (SPN) merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Kegiatan SPN merupakan program ekstensifikasi yang proaktif yaitu dengan mendatangi subjek pajak secara langsung di lokasi tempat usaha dan atau tempat tinggal mereka. Kegiatan SPN juga diikuti dengan kegiatan penyuluhan dan himbauan kepada wajib pajak untuk membayar dan melaporkan pajaknya.
Dalam pidato Presiden pada penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2012 beserta Nota Keuangan tanggal 16 Agustus 2011 menyatakan bahwa dalam mengoptimalkan penggalian potensi perpajakan, pada bulan September 2011 Pemerintah berencana melakukan Sensus Pajak Nasional. Menindaklanjuti pidato Presiden tersebut, dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang SPN. Beberapa peraturan pelaksanaannya yaitu:
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.03/2011 tentang Pembentukan Tim SPN. 2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2011 tentang Pedoman Teknis SPN.
Launching SPN dilakukan pada 30 September 2011 oleh Menteri Keuangan Agus DW Martowardoyo. Metodologi yang digunakan dalam SPN secara umum sebagai berikut:
1. dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah tanah air Indonesia oleh 299 KPP Pratama. 2. pemilihan lokasi sensus menggunakan hasil pemetaan (mapping) dan monografi fiskal
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 67
dengan skala prioritas: sentra ekonomi/ kawasan bisnis, bangunan tingkat tinggi (high rise building) dan kawasan pemukiman (potensial).
3. pelaksanaan sensus dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. 4. pendataan terhadap seluruh subjek dan objek pada lokasi sensus menggunakan Formulir Isian
Sensus (FIS) dan diikuti dengan penyuluhan dan himbauan. 5. Pemasangan sticker di tempat usaha dan/atau tempat tinggal WP setelah dilakukan sensus. 6. perekaman/ pemutakhiran data atau hasil sensus 7. pemilihan waktu sensus disesuaikan dengan kondisi subjek sensus (pagi, siang, sore atau
malam hari). Dengan pelaksanaan SPN diharapkan seluruh Wajib Pajak terdaftar, seluruh objek pajak dikenakan pajak serta pelaksanaan kewajiban perpajakan tepat waktu dan tepat jumlah. Dengan demikian basis pajak akan semakin luas, kepatuhan penyampaian SPT akan semakin meningkat, penerimaan pajak akan semakin meningkat dan basis data perpajakan akan semakin mutakhir. B.3.4. Metode Pemotongan PPh Pasal 21 dan Pasal 23 untuk Wajib Pajak Kontraktor Kontrak
Karya Pertambangan
Pasal 33A UU PPh mengatur bahwa kewajiban perpajakan Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Karya Pertambangan mengikuti ketentuan yang diatur dalam kontrak karya. Beberapa kontrak karya mengatur bahwa pemotongan/pemungutan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 menggunakan ketentuan dalam UU PPh pada saat kontrak karya ditandatangani. Dengan adanya klausul ini, apabila UU PPh yang berlaku saat kontrak karya ditandatangani mengalami perubahan baik dasar pengenaan pajak, tarif, maupun objek pajaknya, maka WP Kontraktor Kontrak Karya Pertambangan tetap harus melakukan pemotongan/pemungutan PPh Pasal 21 kepada karyawan dan PPh Pasal 23 pada penyedia jasa berdasarkan undang-undang yang berlaku pada saat kontrak ditandatangani. Metode pemotongan/pemungutan dengan cara seperti ini disebut metode naildown.
Di lain pihak, Kontraktor Kontrak Karya Pertambangan melakukan pemotongan/pemungutan PPh pasal 21 kepada karyawan dan PPh Pasal 23 kepada penyedia jasa dengan menggunakan UU PPh yang berlaku saat pemotongan/pemungutan dilakukan. Metode pemotongan/pemungutan dengan cara seperti ini disebut metode prevailling.
UU PPh Tahun 1983 telah diubah beberapa kali yaitu pada tahun 1994, tahun 2000, dan tahun 2008. Dalam perubahan-perubahan tersebut, tarif PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 cenderung menurun. Dengan demikian, penerapan metode prevailling menghasilkan jumlah PPh yang dipotong/dipungut lebih kecil jika dibandingkan dengan penerapan metode naildown.
Untuk memberikan kepastian hukum terkait metode yang diterapkan tersebut, Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.11/2013. Namun, dalam PMK ini masih dapat menimbulkan multi tafsir, karena terdapat klausa mengenai masa pemberlakuan 60 hari sejak diundangkan. Hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan interpretasi terhadap metode yang seharusnya digunakan sebelum PMK ini diundangkan.
Kementerian Keuangan sedang memproses penegasan atau perubahan PMK Nomor 39/PMK.11/2013 tahun 2013 supaya tidak timbul lagi perbedaan interpretasi baik di internal maupun eksternal DJP.
B.3.5. Rekonsiliasi Penerimaan dan Pengembalian Penerimaan pada DJP
Dalam rangka menjaga validitas data realisasi pendapatan khususnya untuk data penerimaan pajak telah dilakukan rekonsiliasi antara Direktorat Jenderal Pajak selaku Pengguna Anggaran dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Bendahara Umum Negara sesuai dengan BAR Penerimaan Pajak nomor BAR-006/PN/12/PB.64/2014 tanggal 2 Mei 2014. Rekonsiliasi dilaksanakan dengan tujuan
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 68
untuk menguji bahwa jumlah penerimaan pajak yang disajikan Rp921.398.110.900.770,00 telah didukung uang (kas) yang masuk ke negara dengan jumlah yang sama. Hasil rekonsiliasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Uraian
SAU SAI Selisih
Rupiah Rupiah Rupiah MPN 819.727.570.152.285 819.726.899.684.494 670.467.791 Pemotongan SPM 55.784.115.158.010 55.784.115.158.010 0 BUN 113.988.488.910.207 113.988.488.910.207 0 Pengembalian Pajak 68.102.192.340.068 68.101.392.851.940 799.488.128 Total Penerimaan Bruto 989.500.174.220.502 989.499.503.752.711 670.467.791
Total Penerimaan Netto 921.397.981.880.434 921.398.110.900.771 (129.020.337)
Dalam rangka menjaga validitas data pengembalian pendapatan pajak dilakukan rekonsiliasi pengembalian pendapatan pajak sebesar Rp68.111.398.543.069,00 antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan seperti yang tercantum dalam Berita Acara Rekonsiliasi Nomor: BAR-002/PN/12/PB.64/2014 tanggal 14 Februari 2014. Rekonsiliasi dilakukan dengan membandingkan data transaksi pengembalian pendapatan pajak berupa daftar SP2D pengembalian pendapatan pajak antara data SAI dengan data SAU. Rincian pengembalian pendapatan pajak berdasarkan hasil rekonsiliasi antara SAI dan SAU sebagai berikut:
Uraian SAU SAI Selisih
1. SAI dan SAU sama (semua elemen) 68.065.211.703.265 68.065.211.703.265 0 2. SAI dan SAU beda MAP (nilai sama) 6.107.830.321 6.107.830.321 0
3. SAI dan SAU beda nomor dokumen (nilai sama)
18.474.665.026 18.474.665.026 0
4. SAI dan SAU beda tanggal dokumen (nilai sama)
6.417.827.260 6.417.827.260 0
5. SAI dan SAU beda nomor KPPN (nilai sama)
4.860.045.149 4.860.145.149 0
6. SAI dan SAU beda nominal 8.033.579.941 8.033.579.941 0 7. Data Hanya ada di SAI 0 72.048.178 (72.048.178) 8. Data Hanya ada di SAU 251.134.603 0 251.134.603 9. Data Hanya beda kode Eselon 1 1.228.541 1.228.541 0
10. Data Hanya beda kode satuan kerja 25.033.315 25.033.315 0
11. SAU/SAI beda dua variabel/lebih 2.194.482.073 2.194.482.073 0
12. Bukan satker DJP 804.314.685 0 804.314.685
Total 68.112.381.944.179 68.111.398.543.069 983.401.110
Rincian di atas merupakan nilai pengembalian pendapatan sampai dengan 31 Desember 2013 Unaudited, berdasarkan hasil rekonsiliasi di atas dilakukan klarifikasi ke seluruh satuan kerja DJP.
Melalui Surat Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak Nomor S-43/PJ.013/2014 tanggal 27 Februari 2014 hal Klarifikasi Hasil Rekonsiliasi SAI dan SAU Direktorat Jenderal Pajak Tahun Anggaran 2013. Hasil
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 69
klarifikasi tersebut juga tertuang dalam Berita Acara Rekonsiliasi Nomor: BAR-006/PN/12/PB.64/2014 tanggal 2 Mei 2014 dengan rincian sebagai berikut:
Uraian SAU SAI Selisih
1. SAI dan SAU sama (semua elemen) 68.101.392.851.940 68.101.392.851.940 0
2. Bukan satker DJP 799.488.128 0 799.488.128
Total 68.102.192.340.068 68.101.392.851.940 799.488.128
Nilai pengembalian pendapatan pajak untuk periode yang berakhir per 31 Desember 2013 sebesar Rp68.101.392.851.940,00 serta pengembalian pendapatan periode-periode sebelumnya merupakan produk dari Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Nominal Surat Ketetapan Pajak (SKPLB)/keputusan/putusan yang menyatakan lebih bayar yang diajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau Surat Ketetapan Pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali yang belum diterbitkan keputusan atau putusan per tanggal 31 Desember 2013 adalah Rp34.360.404.394.438,00.
B.3.5. Rekonsiliasi Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan pada DJBC
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah mencatat penerimaan berdasarkan bukti setor SSPCP/SSBP secara berjenjang (bottom-up) dari tingkat UAKPA ke UAPPA-W dan ke UAPPA-Es-1, dan telah dilakukan rekonsiliasi internal secara periodik dan berjenjang dari tingkat Satker, Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-58/BC/2012.
Rekonsiliasi Penerimaan dan Pengembalian Penerimaan Perpajakan tingkat Eselon I TA 2013 antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA E1) dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai Bendahara Umum Negara telah dilakukan pada tanggal 3 Februari 2014 yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) Nomor : BAR-001/PN/12/PB.64/2014. Hasil rekonsiliasi SAU unmatch tersebut telah dibukukan, disisi lainnya SAI unmatch dikeluarkan dari Laporan Keuangan Kementerian Keuangan. Selanjutnya atas SAI SAU unmatch dimaksud akan dilakukan penelusuran lebih lanjut.
1. Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan antara SAI dengan SAU dilakukan dengan 8 metode dan key rekon unik dalam setiap metodenya. Key rekon unik dalam setiap level digunakan untuk menghindari hasil rekon ganda. 8 Metode tersebut yaitu:
1. Metode-1 dengan elemen kunci NTPN, TGL. NTPN, AKUN, NILAI; 2. Metode-2 dengan elemen kunci NTPN, AKUN, NILAI; 3. Metode-3 dengan elemen kunci NTPN, TGL. NTPN, NILAI; 4. Metode-4 dengan elemen kunci NTB/NTP, AKUN, NILAI; 5. Metode-5 dengan elemen kunci NTPN, NILAI; 6. Metode-6 dengan elemen kunci TGL. NTPN, AKUN, NILAI; 7. Metode-7 dengan elemen kunci BULAN NTPN, AKUN, NILAI; 8. Metode-8 dengan elemen kunci NTPN.
Hasil Rekonsiliasi: Selisih antara SAI dan SAU sebesar Rp49.683.409.852,00 terdiri atas: a. SAI unmatch sebanyak 679 transaksi sebesar Rp12.316.507.249,00 dan beda nilai sebesar
Rp260.980.376,00;
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 70
b. SAU unmatch sebanyak 22.222 transaksi sebesar Rp62.231.063.586,00 dan 29 transaksi potongan SPM sebesar Rp29.833.891,00.
Terhadap selisih SAI dan SAU tersebut akan dilakukan penelusuran lebih lanjut.
Rincian hasil rekonsiliasi penerimaan perpajakan DJBC (bruto) tanpa penerimaan dari potongan SPM per akun sebagai berikut:
*) Data SAU tidak termasuk penerimaan yang bersumber dari potongan SPM senilai Rp191.602.014.891,00
(Bea Masuk senilai Rp29.833.891,00 dan Bea Masuk DTP senilai Rp191.572.181.000,00)
Rincian hasil rekonsiliasi penerimaan perpajakan DJBC yang bersumber dari potongan SPM sebagai berikut :
SAI SAU Selisihtrx Nilai trx Nilai trx Nilai
412111 Pendapatan Bea Masuk - - 14 29.833.891 (14) (29.833.891)
412116 Pendapatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah 49 191.572.181.000 49 191.572.181.000 - -
JUMLAH 49 191.572.181.000 63 191.602.014.891 (14) (29.833.891)
AKUN NAMA AKUN
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: Per-05/PB/2010 tentang Pelaksanaan Rekonsiliasi dan Pelaporan Realisasi Anggaran Pendapatan Sektor Perpajakan pada Sistem Akuntansi Instansi:
1. Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal data penerimaan sektor perpajakan terdapat pada SAU/SAKUN dan tidak terdapat pada SAI (SAU unmatch perpajakan), data dimaksud dibukukan oleh Satuan Kerja Kantor Pusat DJP atau Kantor Pusat DJBC.
2. Pasal 7 ayat (3) menyatakan bahwa Satuan kerja Kantor Pusat DJBC membukukan penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan: a. Dalam hal tidak terdapat kode unit organisasi, kode unit organisasi yang digunakan adalah
Bagian Anggaran Departemen Keuangan dan Eselon I DJBC (015.05) b. Dalam hal tidak terdapat kode satuan kerja, kode satuan kerja yang digunakan adalah kode
satuan kerja Kantor Pusat DJBC c. Dalam hal tidak terdapat kode mata anggaran, mata anggaran yang digunakan adalah Pendapatan
Pabean Lainnya (412119) d. Dalam hal tidak terdapat kode NTPN, kode NTPN yang digunakan kode NTPN dummy e. Dalam hal tidak terdapat tanggal transaksi, tanggal transaksi yang digunakan tanggal transaksi
akhir periode penyusunan laporan;
AKUN NAMA AKUN SAU SAI SELISIH411511 Pendapatan Cukai Hasil Tembakau 103.568.233.179.843 103.569.616.789.123 (1.383.609.280) 411512 Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol 159.195.509.515 157.051.057.500 2.144.452.015 411513 Pendapatan Cukai MMEA 4.689.135.597.000 4.689.813.803.470 (678.206.470) 411514 Pendapatan Denda Administrasi Cukai 32.897.594.462 32.501.464.465 396.129.997 411519 Pendapatan Cukai Lainnya 12.166.710.064 11.827.860.799 338.849.265 412111 Pendapatan Bea Masuk 29.769.570.395.220 29.729.127.538.181 40.442.857.039
412112 Pendapatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil)
296.177.959 38.855.381 257.322.578
412113 Pendapatan Denda Administrasi Pabean 770.385.324.370 769.112.325.036 1.272.999.334 412114 Pendapatan BM dalam rangka KITE 1.349.200.936.810 1.346.174.415.439 3.026.521.371
412115
Denda Atas Sanksi Administrasi Dari Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Barang Tertentu Yang Pengangkutannya Di Dalam Daerah Pabean (Antar Pulau)
25.000.000 - 25.000.000
412119 Pendapatan Pabean Lainnya 35.966.814.523 33.644.251.572 2.322.562.951 412211 Pendapatan Bea Keluar 16.060.943.621.401 16.063.079.545.354 (2.135.923.953) 412212 Pendapatan Denda Adm. Bea Keluar 29.434.809.534 29.174.359.835 260.449.699 412213 Pendapatan Bunga Bea Keluar 7.589.083.037 4.224.911.622 3.364.171.415
JUM LAH 156.485.040.753.738 156.435.387.177.777 49.653.575.961
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 71
f. Membukukan sebesar nilai rupiah selisih; g. Menginput dalam aplikasi SAI
3. Sejalan dengan hal tersebut, DJBC membukukan SAU unmatch pada satuan kerja Kantor Pusat DJBC sesuai Pasal 7 ayat 3 huruf (b). Hal ini disebabkan realisasi kegiatan pabean/cukai dapat dilaksanakan di seluruh kantor DJBC, bukan hanya di satker tempat pembayaran. Implikasi dari pembukuan SAU unmatch, maka atas SAI unmatch tidak dibukukan oleh DJBC pada Laporan Keuangan.
4. Data SAU unmatch DJBC sebesar Rp55.194.480.666,00 yang dimasukkan dalam Laporan Keuangan Kementerian Keuangan terdiri dari Rp13.179.761504,00 yang telah diperoleh dokumen sumbernya dan sebesar Rp42.014.719.162 belum divalidasi karena masih dalam proses konfirmasi.
2. Rekonsiliasi Pengembalian Penerimaan Perpajakan
Adapun hasil rekonsiliasi Pengembalian Penerimaan Perpajakan Kepabeanan dan Cukai antara data SAU dan SAI terdapat perbedaan dengan rincian hasil sebagai berikut:
SAI SAU Selisihtrx Nilai trx Nilai trx Nilai
411511 Pendapatan Cukai Hasil Tembakau 9 8.040.124.960 9 8.040.124.960 - - 411512 Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol 1 104.000.000 1 104.000.000 - - 411513 Pendapatan Cukai MMEA 2 959.100.000 2 959.100.000 - - 411514 Pendapatan Denda Administrasi Cukai 2 402.449.800 2 402.449.800 - - 411519 Pendapatan Cukai Lainnya 3 41.591.545 3 41.591.545 - - 412111 Pendapatan Bea Masuk 1.692 207.705.094.296 1.697 209.494.314.291 (5) (1.789.219.995) 412112 Pendapatan Bea Masuk Ditanggung
Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil)1 6.883.800 1 6.883.800
- - 412113 Pendapatan Denda Administrasi Pabean 909 86.806.480.051 909 85.025.511.056 - 1.780.968.995 412114 Pendapatan BM dalam rangka KITE 824 200.892.013.643 824 200.892.013.643 - - 412119 Pendapatan Pabean Lainnya 16 377.916.259 16 377.916.259 - - 412211 Pendapatan Bea Keluar 363 244.692.768.337 363 244.692.768.337 - - 412212 Pendapatan Denda Adm. Bea Keluar 7 17.908.515.358 7 17.908.515.358 - - 412213 Pendapatan Bunga Bea Keluar - - - - - -
3.829 767.936.938.049 3.834 767.945.189.049 (5) (8.251.000)
AKUN NAMA AKUN
JUMLAH
B.3.6. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP) Untuk meningkatkan daya beli masyarakat, menjaga daya tahan dunia usaha dan meningkatkan daya saing usaha dan industri, Pemerintah memberikan fasilitas bea masuk yang ditanggung pemerintah (BM DTP). Pemberian BM DTP diawali sejak krisis pertengahan tahun 2008 sampai dengan saat ini. Melalui pemberian BM DTP diharapkan penyediaan barang dan jasa bagi kepentingan umum dapat terpenuhi. Selain itu, sektor riil yang sempat terguncang dapat bertahan dan meningkatkan daya saingnya. Mekanisme Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Atas BM DTP diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.05/2010 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 72/PMK.05/2012. Pemberian Insentif Bea Masuk ditanggung pemerintah (BM DTP) Tahun 2013 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.011/2013 tanggal 2 Januari 2013. BM DTP diberikan kepada industri sektor tertentu dengan kriteria penilaian: a. memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum, dikonsumsi oleh
masyarakat luas, dan/atau melindungi kepentingan konsumen; b. meningkatkan daya saing; c. meningkatkan penyerapan tenaga kerja; dan
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 72
d. meningkatkan pendapatan negara.
BM DTP tidak diberikan atas:
a. Barang dan Bahan yang dikenakan tarif umum bea masuk sebesar 0% (nol persen) b. Barang dan Bahan yang dikenakan tarif bea masuk sebesar 0% (nol persen) berdasarkan perjanjian
atau kesepakatan internasional c. Barang dan Bahan yang dikenakan Bea Masuk Anti Dumping/Bea Masuk Anti Dumping Sementara,
Bea Masuk Tindakan Pengamanan/ Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara, Bea Masuk Imbalan, atau Bea Masuk Tindakan Pembalasan
d. Barang dan Bahan yang diimpor ke dalam Kawasan Berikat menggunakan dokumen pemberitahuan pabean impor dengan mendapat penangguhan bea masuk dan pajak dalam rangka impor
e. Barang dan Bahan yang diimpor dalam rangka pemanfaatan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.
Alokasi Pagu BM DTP Tahun 2013
Pagu BM DTP tahun 2013 sebesar Rp1 Trilyun. Sampai dengan saat ini Kementerian Keuangan berdasarkan usulan dari Instansi Pembina Sektor Industri telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan tentang alokasi BM DTP tahun 2013 yaitu:
No. PMK SEKTOR1 47/PMK.011/2013 TELEKOMUNIKASI2 48/PMK. 011/2013 KARPET3 49/PMK. 011/2013 RESIN4 50/PMK. 011/2013 BALLPOINT5 51/PMK. 011/2013 PUPUK6 52/PMK. 011/2013 KENDARAAN BERMOTOR7 53/PMK. 011/2013 PERKERETAAPIAN8 54/PMK. 011/2013 ALAT BESAR9 55/PMK. 011/2013 PERALATAN INDUSTRI
10 56/PMK. 011/2013 TURBIN UAP11 57/PMK. 011/2013 KAPAL12 58/PMK. 011/2013 ELEKTRONIKA13 59/PMK. 011/2013 PERALATAN TELEKOMUNIKASI14 60/PMK. 011/2013 KABEL SERAT OPTIK15 61/PMK. 011/2013 TONER16 62/PMK. 011/2013 SMART CARD17 63/PMK. 011/2013 INFUS
Realisasi BM DTP 2013
Realisasi pemberian BM DTP tahun 2013 oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai sebesar Rp327.863.371.422,28,00. Dari jumlah tersebut direalisasikan impornya sebesar Rp191.572.181.000,00 atau sebesar 58.43 persen, dengan rincian sebagai berikut:
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 73
PMK IPS INDUSTRI Nilai SKEP Nilai Realisasi %63/PMK.011/2013 BPOM INFUS 9.889.714.433,00 9.770.565.000,00 98,80 62/PMK.011/2013 Ditjen IUBTT SMART CARD 3.978.493.896,74 818.531.000,00 20,57 60/PMK.011/2013 Ditjen IUBTT KABEL SERAT OPTIK 2.617.749.901,54 662.306.000,00 25,30 59/PMK.011/2013 Ditjen IUBTT PERALATAN TELEKOMUNIKASI 2.018.751.192,00 1.082.641.000,00 53,63 58/PMK.011/2013 Ditjen IUBTT ELEKTRONIKA 11.070.328.906,00 4.959.244.000,00 44,80 57/PMK.011/2013 Ditjen IUBTT KAPAL 3.035.368.888,00 3.103.468.000,00 102,24 55/PMK.011/2013 Ditjen IUBTT PERALATAN INDUSTRI 33.134.901,84 0 - 54/PMK.011/2013 Ditjen IUBTT ALAT BESAR 10.492.416.737,51 6.510.729.000,00 62,05 52/PMK.011/2013 Ditjen IUBTT KENDARAAN BERMOTOR 95.129.358.818,80 41.501.347.000,00 43,63 50/PMK.011/2013 Ditjen Berbasis Industri Manufaktur BALLPOINT 953.449.306,00 783.765.000,00 82,20 49/PMK.011/2013 Ditjen Berbasis Industri Manufaktur RESIN 1.856.604.825,96 1.393.303.000,00 75,05 48/PMK.011/2013 Ditjen Berbasis Industri Manufaktur KARPET 39.943.939.248,85 30.956.455.000,00 77,50 47/PMK.011/2013 Ditjen Berbasis Industri Manufaktur TELEKOMUNIKASI 146.844.060.366,04 90.029.827.000,00 61,31
327.863.371.422,28 191.572.181.000,00 58,43 JUMLAH
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 74
C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA PENJELASAN UMUM NERACA
Posisi Neraca Kementerian Keuangan pada tanggal 31 Desember 2013 terdiri dari Aset sebesar Rp88.300.836.601.379,00, Kewajiban sebesar Rp253.796.566.666,00, dan Ekuitas Dana sebesar Rp88.047.040.034.713,00.
Nilai Aset per 31 Desember 2013 sebesar Rp88.300.836.601.379,00 terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp56.131.056.602.521,00, Aset Tetap sebesar Rp31.448.511.970.370,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2.224.702.791,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp719.037.291.949,00 . Nilai Kewajiban per 31 Desember 2013 sebesar Rp253.796.566.666,00 seluruhnya merupakan Kewajiban Jangka Pendek.
Nilai Ekuitas Dana per 31 Desember 2013 sebesar Rp88.047.040.034.713,00 terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp55.877.260.035.855,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp32.169.779.998.858,00.
Komposisi Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 52 berikut.
Tabel 52 Komposisi Neraca
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Komposisi Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Grafik 16 berikut.
Grafik 16 Komposisi Neraca
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
Aset 88.300.836.601.379 93.150.323.894.383 (4.849.487.293.004) (5,21) Kewajiban 253.796.566.666 814.697.948.478 (560.901.381.812) (68,85) Ekuitas Dana 88.047.040.034.713 92.335.625.945.905 (4.288.585.911.192) (4,64)
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
-
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
70.000.000
80.000.000
90.000.000
100.000.000
Aset Kewajiban Ekuitas Dana
dala
m ju
taan
rupi
ah
31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 75
PENJELASAN PER POS NERACA C.1. Aset Lancar
Nilai Aset Lancar per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 adalah masing-masing sebesar Rp56.131.056.602.521,00 dan Rp53.004.852.749.265,00
Aset Lancar merupakan aset yang diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
Rincian Aset Lancar pada Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 53 berikut.
Tabel 53
Aset Lancar Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
C.1.1. Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp3.185.018.342,00
Nilai Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp3.185.018.342,00 dan Rp8.796.459.747,00. Saldo tersebut merupakan saldo Uang Persediaan yang belum disetor dan bukti-bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan Bendahara Pengeluaran ke Kas Negara pada tanggal neraca.
Posisi Kas di Bendahara Pengeluaran pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 54 berikut.
Kas di Bendahara Pengeluaran 3.185.018.342 8.796.459.747 Kas di Bendahara Penerimaan 8.612.212.342 6.659.080.618 Kas Lainnya dan Setara Kas 64.892.258.341 20.739.677.126 Kas pada Badan Layanan Umum 2.845.277.111.289 3.641.157.122.268 Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) 72.072.741.956 23.212.842.494 Uang muka belanja (prepayment) 91.572.000 3.723.250.772 Piutang Perpajakan (Netto) 52.759.972.365.678 48.917.583.713.256 Piutang Bukan Pajak (Netto) 20.643.647.098 44.641.844.358 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto)
1.006.124.572 210.976.023
Piutang dari Kegiatan Operasional BLU (Netto)
34.491.581.471 20.408.376.193
Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU (Netto)
37.035.893.971 32.133.263.900
Persediaan 282.569.446.845 284.672.873.440 Persediaan Badan Layanan Umum 1.206.628.616 913.269.070
Jumlah 56.131.056.602.521 53.004.852.749.265
Aset Lancar 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Tabel 54Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp3.185.018.942,00 merupakan saldorekening koran bank yang dibuka oleh Bendahara Pengeluaran untuk kepentinganoperasional, saldo kas tunai (brankas), dan kuitansi-kuitansi yang belumdipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran.
C.1.2. Kas di Bendahara Penerimaan
!&#$&!&*(*&&
*'#"
(#& !)!% !( !)!% !(
Kas di BendaharaPenerimaanRp8.612.212.342,00
Nilai Kas di Bendahara Penerimaan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012masing-masing sebesar Rp8.612.212.342,00 dan Rp6.659.080.618,00. Nilai tersebutmencakup seluruh kas, baik saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai yangberada di bawah tanggung jawab Bendahara Penerimaan.
Posisi Kas di Bendahara Penerimaan pada unit Eselon I lingkup KementerianKeuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 55berikut.
Tabel 55Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Kas Lainnya dan SetaraKas Rp64.892.258.341,00
C.1.3. Kas Lainnya dan Setara KasNilai Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012masing-masing sebesar Rp64.892.258.341,00 dan Rp20.739.677.126,00. Nilaitersebut terdiri dari bunga dan jasa giro rekening Bendahara Pengeluaran yang belummenerapkan Treasury Notional Pooling (TNP) dan uang pihak ketiga yang belumdibayarkan kepada yang bersangkutan, baik saldo rekening di bank maupun saldouang tunai yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran.Pendapatan bunga jasa giro yang berasal dari rekening Bendahara Penerimaan yangbelum disetor dapat dilihat di akun Kas di Bendahara Penerimaan.
!&#$&!&*(*&&
*'#"
(#& !)!% !( !)!% !(
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 77
Posisi Kas Lainnya dan Setara Kas pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 56 berikut.
Tabel 56 Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Kas pada BLU Rp2.845.277.111.289,00
C.1.4. Kas pada BLU Nilai Kas pada Badan Layanan Umum per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp2.845.277.111.289,00 dan Rp3.641.157.122.268,00. Posisi Kas pada Badan Layanan Umum pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 57 berikut.
Tabel 57 Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Penjelasan Kas pada Badan Layanan Umum
1. Kas pada Badan Layanan Umum pada Setjen terdiri dari Kas Pada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebesar Rp1.536.092.479.351,00 dan Kas Pada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebesar Rp1.271.366.185.362,00 . Rincian Kas pada Badan Layanan Umum pada Setjen dapat dilihat pada tabel 58 berikut ini:
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN 21.851.622.534 1.373.855.852 20.477.766.682 1.490,53 DJA 2.233.422.968 1.415.967.753 817.455.215 57,73 DJP 6.058.323.687 682.852.812 5.375.470.875 787,21 DJBC 1.186.418.058 60.985.716 1.125.432.342 1.845,40 DJPK 296.824.000 374.788.740 (77.964.740) (20,80) DJPU 1.541.523.129 - 1.541.523.129 - DJPB 18.926.830.620 15.020.274.450 3.906.556.170 26,01 DJKN 3.535.393.685 62.087.803 3.473.305.882 5.594,18 BAPEPAM-LK - 938.841.656 (938.841.656) (100,00) BPPK 9.834.002 4.446.804 5.387.198 121,15 BKF 9.252.065.658 805.575.540 8.446.490.118 1.048,50
JUMLAH 64.892.258.341 20.739.677.126 44.152.581.215 212,89
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN 2.807.458.664.713 3.616.542.724.834 (809.084.060.121) (22,37) BPPK 37.818.446.576 24.614.397.434 13.204.049.142 53,64
JUMLAH 2.845.277.111.289 3.641.157.122.268 (795.880.010.979) (21,86)
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 78
Tabel 58
Rincian Kas pada BLU Sekretariat Jenderal (dalam rupiah)
Kas pada PIP sebesar Rp1.536.092.479.351,00 terdiri atas Kas pada BLU dan Kas di Bendahara Penerimaan yang disimpan dalam bentuk giro, deposito pada bank umum maupun kas pada pihak ketiga untuk pembayaran belanja yang sudah dibayar secara kas oleh PIP dan seluruhnya telah disahkan oleh KPPN. Nilai tersebut merupakan besaran kas milik PIP (baik dalam bentuk giro maupun deposito jangka pendek) yang terdiri dari kas tunai, kas di rekening pendapatan giro dollar AS (bank BRI dengan nomor rekening 0329.02.0002255.30.2), kas di rekening bendahara penerimaan (bank BRI dengan nomor rekening 0329.01.002911.30.6) dan tercatat pada kas Negara serta kas di bendahara pengeluaran. Pengelolaan kas untuk pendapatan dan belanja yang telah disahkan dan belum disahkan dikelola dalam rekening bersama. Untuk pendapatan dikelola dalam rekening pendapatan dan untuk belanja dikelola dalam rekening bendahara pengeluaran.
Kas pada BLU-LPDP sebesar Rp1.271.366.185.362,00 disimpan dalam bentuk tunai, giro, dan deposito pada bank umum.
2. Nilai sebesar Rp37.818.446.576,00 di BPPK merupakan Saldo Kas pada BLU STAN. Rincian Saldo Kas pada BLU STAN disajikan pada Tabel 59 berikut.
Tabel 59
Rincian Kas pada BLU STAN (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 79
Belanja Dibayar Di Muka Rp72.072.741.956,00 Uang Muka Belanja Rp91.572.000,00
C.1.5. Belanja Dibayar Dimuka
Nilai Belanja Dibayar Dimuka per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp72.072.741.956,00 dan Rp23.212.842.494,00.
Posisi Belanja Dibayar Dimuka per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 60 berikut.
Tabel 60
Belanja Dibayar Dimuka Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Nilai Belanja Dibayar Dimuka per 31 Desember 2013 sebesar Rp72.397.350.664,00 terdiri dari: - Belanja Pegawai Dibayar Dimuka (prepaid) Rp 1.853.770.656,00 - Belanja Barang yang Dibayar Dimuka (prepaid) Rp 70.218.971.300,00 C.1.6. Uang Muka Belanja
Nilai Uang Muka Belanja per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp91.572.000,00 dan Rp3.723.250.772,00.
Posisi Uang Muka Belanja per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 61 berikut.
Tabel 61 Uang Muka Belanja Per Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uang muka belanja pada unit Eselon I BPPK merupakan pengeluaran belanja sebagai pembayaran awal yang dilakukan atas Pengadaan Buku Perpustakaan dengan nomor Surat Perjanjian: PRJ-011/AK.1/PPK/2013
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN 45.149.836.375 2.724.137.221 42.425.699.154 1.557,40 ITJEN 809.063 - 809.063 - DJP 23.711.631.982 17.724.276.407 5.987.355.575 33,78 DJBC 84.703.798 78.733.696 5.970.102 7,58 DJPB 2.361.667.443 1.808.910.061 552.757.382 30,56 DJKN 573.462.498 709.210.065 (135.747.567) (19,14) BPPK 190.630.797 - 190.630.797 - BKF - 167.575.044 (167.575.044) (100,00)
JUMLAH 72.072.741.956 23.212.842.494 48.859.899.462 210,49
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
DJP - 3.723.250.772 (3.723.250.772) (100,00) BPPK 91.572.000 - 91.572.000 -
JUMLAH 91.572.000 3.723.250.772 (3.631.678.772) (97,54)
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 80
Piutang Pajak Rp103.240.249.433.833,00
C.1.7. Piutang Pajak
Nilai Piutang Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp103.240.249.433.833,00 dan Rp93.468.526.344.200,00. Apabila dibandingkan dengan saldo per 31 Desember 2012, Piutang Pajak mengalami kenaikan sebesar Rp9.771.723.089.633,00 atau 10,42 persen.
Posisi Piutang Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 62 berikut.
Tabel 62 Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Sedangkan Nilai Piutang Pajak per 31 Desember 2013 setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang dapat dilihat pada Tabel 63 berikut.
Tabel 63 Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Nilai Piutang Pajak per 31 Desember 2013 sebesar Rp52.759.972.365.678,00 merupakan nilai neto setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang. Adapun nilai Piutang Pajak bruto per 31 Desember 2013 sebesar Rp103.240.249.433.833,00 dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Nilai Piutang Pajak bruto pada DJP per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp77.366.561.749.071,00 dan Rp70.721.181.887.660,00 merupakan tagihan pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang belum mendapat pelunasan sampai dengan 31 Desember 2013. Sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pembayaran setoran masa dan STP bunga penagihan atas SKPKB/SKPKBT yang dibayar melewati tanggal jatuh tempo belum termasuk dalam angka Piutang Pajak di Neraca sebesar Rp482.758.038.598,68 karena masih dalam proses penelitian dan verifikasi oleh Kementerian Keuangan.
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
DJP 77.366.561.749.071 70.721.181.887.660 6.645.379.861.411 9,40 DJBC 25.873.687.684.762 22.747.344.456.540 3.126.343.228.222 13,74
JUMLAH 103.240.249.433.833 93.468.526.344.200 9.771.723.089.633 10,45
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
DJP 28.581.451.198.172 27.792.164.525.637 789.286.672.535 2,84 DJBC 24.178.521.167.506 21.125.419.187.619 3.053.101.979.887 14,45
JUMLAH 52.759.972.365.678 48.917.583.713.256 3.842.388.652.422 7,85
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 81
Rincian Piutang Pajak per Jenis Pajak per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 64 berikut.
Tabel 64
Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Komposisi Piutang Pajak per Jenis Pajak pada DJP per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Grafik 17 berikut.
Grafik 17 Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak
Per 31 Desember 2013
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
Piutang PPh Pasal 21 1.196.082.304.338 1.391.617.937.283 (195.535.632.945) (14,05)Piutang PPh Pasal 22 474.859.038.112 468.432.815.179 6.426.222.933 1,37Piutang PPh Pasal 23 2.073.653.402.146 4.918.350.082.956 (2.844.696.680.810) (57,84)Piutang PPh Pasal 25/29 OP 1.464.443.087.320 1.218.354.326.211 246.088.761.109 20,20Piutang PPh Pasal 25/29 Badan 26.484.631.354.502 18.473.224.608.353 8.011.406.746.149 43,37Piutang PPh Pasal 26 2.654.047.893.334 2.093.962.968.364 560.084.924.970 26,75Piutang PPh Fina l 847.587.668.063 589.715.652.211 257.872.015.852 43,73 Jumlah Piutang PPh Non Migas 35.195.304.747.815 29.153.658.390.557 6.041.646.357.258 20,72Piutang PPN Dalam Negeri 19.086.728.575.262 15.704.901.728.808 3.381.826.846.454 21,53 Jumlah Piutang PPN 19.086.728.575.262 15.704.901.728.808 3.381.826.846.454 21,53Piutang PPnBM dalam Negeri 385.509.016.104 176.236.958.386 209.272.057.718 118,74 Jumlah Piutang PPnBM 385.509.016.104 176.236.958.386 209.272.057.718 118,74Piutang PBB Pedesaan 1.992.878.656.086 2.996.934.810.829 (1.004.056.154.743) (33,50)Piutang PBB Perkotaan 3.894.949.763.751 11.591.237.794.772 (7.696.288.031.021) (66,40)Piutang PBB Perkebunan 607.271.063.282 661.307.597.823 (54.036.534.541) (8,17)Piutang PBB Kehutanan 442.641.257.932 558.001.107.117 (115.359.849.185) (20,67)Piutang PBB Pertambangan 12.217.284.060.116 7.587.645.821.758 4.629.638.238.358 61,02 Jumlah Piutang PBB 19.155.024.801.167 23.395.127.132.299 (4.240.102.331.132) (18,12)Piutang Pajak Tidak Langsung La in 4.148.450 15.396.781 (11.248.331) (73,06)Piutang Bunga Penagihan PPh 3.543.990.460.273 2.291.242.280.829 1.252.748.179.444 54,68 Jumlah Piutang Pajak Lainnya 3.543.994.608.723 2.291.257.677.610 1.252.736.931.113 54,67
JUMLAH 77.366.561.749.071 70.721.181.887.660 6.645.379.861.411 9,40
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
PPh Non Migas45,49%
PPN24,67% PPnBM
0,50%
PBB24,76%
Pajak Tidak Langsung Lainnya
4,58%
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 82
Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 65 berikut.
Tabel 65 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang
Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah) Umur Piutang Jumlah
Sampai dengan 1 Tahun 27.232.821.682.563
Lebih dari 1 Tahun sampai dengan 2 Tahun 11.151.967.175.545
Lebih dari 2 Tahun sampai dengan 3 Tahun 3.871.558.894.727
Lebih dari 3 Tahun sampai dengan 4 Tahun 4.849.419.801.291
Lebih dari 4 Tahun sampai dengan 5 Tahun 6.858.907.404.606
Lebih dari 5 Tahun 23.401.886.790.342
Jumlah*) 77.366.561.749.074
* Terdapat selisihantara data piutang dan SAI karena pembulatan sebesar Rp3,00
Barang Sitaan dalam Rangka Penagihan Pajak SP3DRI
Dalam rangka melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan penyitaan terhadap harta benda Wajib Pajak sebagai jaminan piutang pajak yang tidak dilunasi Wajib Pajak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai estimasi harga pasar aset Wajib Pajak yang dilakukan penyitaan yang belum dilakukan penjualan secara lelang dan atau penjualan yang dikecualikan dari lelang sebesar Rp87.128.511.676,00 dan dari piutang pajak sebesar Rp40.333.498.328,00. Dari aset Wajib Pajak tersebut dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih sebesar Rp23.230.148.195,00.
DJBC telah menyampaikan data SP3DRI selama tahun 2013 dari DJBC kepada DJP sebagai berikut:
a. DJBC telah menyampaikan data SP3DRI kepada DJP yang dikompilasi dari
hasil validasi piutang selama tahun 2013 di lingkungan DJBC yaitu sebanyak 195 dokumen, dengan nilai sebesar Rp89.545.192.197,00 dengan rincian sebagai berikut:
Nama Akun Akun Nilai (Rp)
PPN Impor 115132 27.486.308.943 PPN Lain 115139 - PPnBM 115142 53.917.334.000 PPh Pasal 22 Impor 115123 2.629.041.059 Piutang Bunga Penagihan PPnBM 115173 - Piutang Bunga Penagihan PPN 115174 5.512.508.195 Piutang Bunga Penagihan PPh 115175 -
JUMLAH 89.545.192.197
b. Data SP3DRI dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang diterima Direktorat Jenderal Pajak selama Tahun 2013 senilai Rp89.545.192.197,00.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 83
Atas nilai tersebut dapat dijelaskan dengan data sebagai berikut:
Tindak Lanjut Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010
Jml SP3DRI Nilai (Rp) Jml
SP3DRI Nilai (Rp) Jml SP3DRI Nilai (Rp) Jml
SP3DRI Nilai (Rp)
Lunas 3 45.102.000 31 5.419.426.389 38 4.665.761.528 37 15.248.688.112
Telah diterbitkan SKPKB 2 445.336.000 10 10.307.536.360 42
63.186.748.159 84 19.680.125.824
Himbauan - - 8 40.531.000 12 10.120.223.058 13 4.271.135.559
Masih dalam proses penelitian 190 89.054.754.197 390 60.579.124.937 155 247.675.079.078 311
23.742.697.798
Total 195 89.545.192.197 439 76.346.618.686 247 325.647.811.823 445 62.942.647.293
2. Nilai Piutang Pajak bruto pada DJBC per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp25.873.583.662.721,00 dan Rp22.747.344.456.540,00. Piutang pajak merupakan tagihan pajak yang telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
Rincian Piutang Pajak per Jenis Pajak per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 66 berikut.
Tabel 66 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 67 berikut.
Rupiah %Piutang PPh Pasal 22 10.756.000 6.545.000 4.211.000 64,34Piutang PPh Pasal 22 Impor 49.284.114.651 38.935.638.305 10.348.476.346 26,58Piutang PPN Dalam Negeri 3.702.269.055.842 3.208.801.445.758 493.467.610.084 15,38Piutang PPN Impor 211.812.715.177 203.237.408.922 8.575.306.255 4,22Piutang PPN La innya 0 0 0 0,00Piutang PPnBM Impor 28.514.228.911 62.468.918.221 (33.954.689.310) (54,35)Piutang Cukai Has i l Tembakau 19.816.801.760.259 17.033.037.355.284 2.783.764.404.975 16,34Piutang Cukai Ethyl Alkohol 889.000.000 889.000.000 0 0,00Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol 3.108.825.600 3.130.764.100 (21.938.500) (0,70)Piutang Pendapatan Denda Adminis tras i Cukai 29.453.271.760 106.520.802.678 (77.067.530.918) (72,35)Piutang Pendapatan Cukai La innya 9.205.833.909 46.852.066.615 (37.646.232.706) (80,35)Piutang Bunga Penagihan PPH 0 0 0 0,00Piutang Bunga Penagihan PPN 736.577.629 4.652.265.594 (3.915.687.965) (84,17)Piutang Bunga Penagihan PPnBM 0 0 0 0,00Piutang Bea masuk 865.348.447.579 902.381.234.997 (37.032.787.418) (4,10)Piutang Pendapatan Denda Adminis tras i Pabean 779.818.787.420 800.768.267.334 (20.949.479.914) (2,62)Piutang Pendapatan Pabean La innya 181.537.096.668 177.749.777.036 3.787.319.632 2,13Piutang Pajak/pungutan ekspor 185.431.335.397 149.477.642.624 35.953.692.773 24,05Piutang Pendapatan Denda Adminis tras i Bea Keluar 9.089.814.480 8.143.652.172 946.162.308 11,62Piutang Pendapatan Bunga Bea Keluar 376.063.480 291.671.900 84.391.580 28,93
Jumlah 25.873.687.684.762 22.747.344.456.540 3.126.343.228.222 13,74
Kenaikan (Penurunan)Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 84
C.1.8. Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Perpajakan
Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak Rp50.480.277.068.155,00
Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp50.480.277.068.155,00 dan Rp44.550.942.630.944,00 yang terdiri atas Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJP sebesar Rp48.785.110.550.899,00 dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJBC sebesar Rp1.695.166.517.256,00. Adapun nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak per 31 Desember 2013 sebesar Rp50.480.277.068.155,00 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJP sebesar Rp48.785.110.550.899,00 per 31 Desember 2013. Perhitungan nilai penyisihan piutang tidak tertagih per 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut:
Uraian Kualitas Piutang
Total Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet
Piutang Pajak (Rp)
15.289.951.266.718
8.990.249.699.914
10.512.446.787.192
42.573.913.995.249
77.366.561.749.074*
Barang Sitaan/Agunan yang dapat dikurangkan
-
-
5.457.167.840
17.772.980.355
23.230.148.195
Dasar Penghitungan Penyisihan
15.289.951.266.718
8.990.249.699.914
10.506.989.619.352
42.556.141.014.895
77.343.331.600.879
Prosentasi Penyisihan
0,50%
10%
50%
100%
Nilai Penyisihan Piutang Pajak
76.449.756.334
899.024.969.991
5.253.494.809.676
42.556.141.014.895
48.785.110.550.896*
Keterangan: * terdapat selisih antara data piutang dan SAI karena pembulatan sebesar Rp3,00 * terdapat selisih antara data penyisihan piutang dan SAI karena pembulatan sebesar Rp3,00
Tabel 67 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang
(dalam rupiah)
Akun Uraian 0 s.d. 1 Tahun 1 s.d. 2 Tahun 2 s.d. 3 Tahun >3 Tahun Jumlah
115181 Piutang Bea Masuk 272.515.990.104 19.977.494.656 52.114.973.094 520.739.989.725 865.348.447.579
115169 Piutang Pendapatan Cukai Lainnya 244.857.750 267.951.055 725.445.500 7.967.579.604 9.205.833.909
115183 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Pabean 111.881.246.803 9.968.330.913 332.171.291.914 325.797.917.790 779.818.787.420
115123 Piutang PPh Pasal 22 impor 27.855.518.082 901.356.569 34.076.000 20.464.630.999 49.255.581.650
115174 Piutang Bunga Penagihan PPN 662.246.511 74.331.118 - - 736.577.629
115173 Piutang Bunga Penagihan PPh - - - - -
115164 Piutang Pendapatan Denda Adminstrasi Cukai 1.934.640.140 210.640.000 769.897.680 26.538.093.940 29.453.271.760
115175 Piutang Bunga Penagihan PPnBM - - - - -
115186 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Bea Keluar 3.156.605.939 50.610.850 2.874.471.853 3.008.125.837 9.089.814.479
115187 Piutang Pendapatan Bunga Bea Keluar 84.932.120 97.895.833 1.388.000 191.847.527 376.063.480
115139 Piutang PPN Lainnya - - - - -
115185 Piutang Pajak/Pungutan Ekspor 46.713.696.857 7.689.708.671 4.935.080.026 126.092.849.843 185.431.335.398
115122 Piutang PPh Pasal 22 39.243.000 46.000 - - 39.289.000
115161 Piutang Cukai Hasil Tembakau 19.799.530.624.790 - - 17.271.135.469 19.816.801.760.259
115142 Piutang PPnBM Impor 25.936.736.190 389.037.000 - 2.188.455.721 28.514.228.911
115131 Piutang PPN Dalam Negeri 3.702.269.055.842 - - - 3.702.269.055.842
115163 Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol 779.000 - 146.592.000 2.961.454.600 3.108.825.600
115184 Piutang Pendapatan Pabean Lainnya 2.742.896.200 1.207.599.188 27.876.001.614 149.710.599.665 181.537.096.667
115162 Piutang cukai Ethyl Alkohol - - 889.000.000 - 889.000.000
115132 Piutang PPN Impor 110.198.661.936 3.354.651.326 109.000.500 98.150.401.415 211.812.715.177
Total 24.105.767.731.264 44.189.653.179 422.647.218.182 1.301.083.082.135 25.873.687.684.762
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 85
Penyisihan, Daluwarsa, Penghapusan Piutang Pajak, dan Sengketa Pajak
Dari nilai piutang pajak kualitas macet sebesar Rp42.573.913.995.249,00 tersebut termasuk piutang yang telah daluwarsa penagihannya sebesar Rp15.331.353.474.096,00 Selama Tahun Anggaran 2013 telah diusulkan penghapusan sebesar Rp860.980.213.205,00. Atas usulan penghapusan piutang pajak tersebut, belum diputuskan apakah nilai piutang pajak tersebut dapat dihapusbukukan. Dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali. Nominal ketetapan pajak kurang bayar yang menjadi sengketa pajak, yang belum diterbitkan keputusan atau putusan sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 adalah Rp80.828.962.394.318,00.
Nilai nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan nilai piutang pajak Per 31 Desember 2013. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, nilai nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak tersebut adalah atas nilai ketetapan pajak awal, bukan atas nilai piutang pajak atau tunggakan pajak yang belum dibayar. Kedua, nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak untuk SKPKB/SKPKBT hasil pemeriksaan tahun pajak 2008 dan seterusnya, sebagian nilai dalam SKPKB/SKPKBT tersebut yang tidak disetujui oleh Wajib Pajak belum diakui sebagai piutang pajak.
Dari nilai piutang pajak kualitas macet di atas, terdapat piutang pajak sebesar Rp554.522.684.740,00 yang berada dalam sengketa di luar peradilan pajak. Piutang pajak tersebut telah berstatus inkracht pada mekanisme penyelesaian sengketa perpajakan melalui peradilan pajak dengan putusan Peninjauan Kembali. Berdasarkan putusan Peninjauan Kembali, Kementerian Keuangan dhi. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan sita aset atas piutang pajak tersebut dengan nilai estimasi aset sitaan Rp259.067.541.000,00, Wajib pajak mengajukan piutang pajak dan tindakan sita tersebut sebagai sengketa ke peradilan umum. Status sengketa di luar mekanisme peradilan pajak tersebut sudah berada pada tahap kasasi.
2. Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJBC sebesar Rp1.695.166.517.256,00 per 31 Desember 2013. Rincian Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada DJBC per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 68.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 86
Tabel 68 Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Keterangan: * terdapat selisih antara data penyisihan piutang dan SAI karena pembulatan sebesar Rp1,00
C.1.9. Piutang Bukan Pajak
Piutang Bukan Pajak Rp67.006.879.145,00
Nilai Piutang Bukan Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp67.006.879.145,00 dan Rp96.450.818.001,00. Piutang Bukan Pajak merupakan
semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada akhir tahun anggaran dan diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
Posisi Piutang Bukan Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 69 berikut.
Tabel 69
Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Akun Uraian Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah
115181 Piutang Bea Masuk 1.311.979.927 1.436.845.136 24.375.719.145 537.463.506.942 564.588.051.150
115185 Piutang Pajak/Pungutan Ekspor 206.476.787 67.406.300 - 143.461.915.084 143.735.798.171
115161 Piutang Cukai Hasil Tembakau 98.997.653.124 - - 17.271.135.469 116.268.788.593
115162 Piutang cukai Ethyl Alkohol - - 444.500.000 - 444.500.000
115163 Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol 3.895 - 73.296.000 2.961.454.600 3.034.754.495
115184 Piutang Pendapatan Pabean Lainnya 12.076.601 101.292.847 13.692.473.654 150.723.900.689 164.529.743.791
115169 Piutang Pendapatan Cukai Lainnya 1.044.229 413.910 271.282.727 8.450.283.605 8.723.024.471
115183 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Pabean 558.500.512 739.012.081 159.770.892.796 341.129.115.613 502.197.521.002
115186 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Bea Keluar 15.226.851 5.061.085 - 5.993.833.500 6.014.121.436
115164 Piutang Pendapatan Denda Adminstrasi Cukai 9.664.201 13.364.000 261.198.840 26.864.393.940 27.148.620.981
115187 Piutang Pendapatan Bunga Bea Keluar - - - 376.063.480 376.063.480
115132 Piutang PPN Impor 488.420.640 150.326.415 51.525.750 112.340.088.188 113.030.360.993
115139 Piutang PPN Lainnya - - - - -
115131 Piutang PPN Dalam Negeri 18.511.345.279 - - - 18.511.345.279
115142 Piutang PPnBM Impor 129.683.681 38.903.700 - 2.188.455.721 2.357.043.102
115122 Piutang PPh Pasal 22 196.215 4.600 - - 200.815
115123 Piutang PPh Pasal 22 impor 123.634.410 43.851.050 16.294.500 24.012.055.193 24.195.835.153
115175 Piutang Bunga Penagihan PPnBM - - - - -
115174 Piutang Bunga Penagihan PPN 3.311.233 7.433.112 - - 10.744.345
115173 Piutang Bunga Penagihan PPh - - - - -
Total 120.369.217.585 2.603.914.236 198.957.183.412 1.373.236.202.024 1.695.166.517.257
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN 50.576.144.280 66.292.680 50.509.851.600 76.192,20 DJA 13.095.486 - 13.095.486 - DJP - 6.708.240 (6.708.240) (100,00) DJBC 13.964.825.000 18.021.785.000 (4.056.960.000) (22,51) DJPK 52.552.088 100.803.067 (48.250.979) (47,87) DJPU 13.088.700 - 13.088.700 - DJPB 1.775.270.529 14.485.227.455 (12.709.956.926) (87,74) DJKN 57.765.463 - 57.765.463 - BAPEPAM-LK - 63.379.536.332 (63.379.536.332) (100,00) BPPK 554.137.599 390.465.227 163.672.372 41,92
JUMLAH 67.006.879.145 96.450.818.001 (29.443.938.856) (30,53)
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 87
Sedangkan Nilai Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2013 setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang dapat dilihat pada Tabel 70 berikut
Tabel 70
Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Nilai Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2013 sebesar Rp20.643.647.098,00 merupakan nilai neto setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang.
Saldo Piutang Bukan Pajak bruto per Eselon I per 31 Desember 2013 sebesar Rp67.006.879.145,00 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Saldo Piutang Bukan Pajak di Setjen per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp50.576.144.280,00 dan Rp66.292.680,00. Piutang Bukan Pajak tersebut merupakan pengakuan PNBP atas Piutang Bukan Pajak Eks Bapepam LK dan Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan KPTIK dan BMN Semarang.
Jumlah Piutang Bukan Pajak (neto) per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp10.743.131.670,00 dan Rp65.961.217,00 merupakan nilai Piutang Bukan Pajak yang dihitung setelah dikurangi dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih –Piutang Bukan Pajak.
2. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJA per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp13.095.486,00 dan Rp0,00. Piutang Bukan Pajak tersebut merupakan kekurangan pembayaran atas kelebihan pembayaran hasil pekerjaan renovasi pada Direktorat Jenderal Anggaran.
3. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJP per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp0,00 dan Rp6.708.240,00. Piutang Penerimaan Negara
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN 10.743.131.670 65.961.217 10.677.170.453 16.187,04 DJA 13.030.009 - 13.030.009 - DJP - 6.674.789 (6.674.789) (100,00) DJBC 7.736.333.275 7.790.755.075 (54.421.800) (0,70) DJPK - 100.299.052 (100.299.052) (100,00) DJPU 13.023.257 - 13.023.257 - DJPB 1.766.394.178 14.412.801.301 (12.646.407.123) (87,74) DJKN 57.476.636 - 57.476.636 - BAPEPAM-LK - 22.114.233.860 (22.114.233.860) (100,00) BPPK 314.258.073 151.119.064 163.139.009 107,95
JUMLAH 20.643.647.098 44.641.844.358 (23.998.197.260) (53,76)
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
URAIAN 31 Desember 2013 31 Desember 2012KP Sekretariat Jenderal 40.426.309.299 33.324.619Pusintek 9.515.252.185 31.288.061KPTIK dan BMN Semarang 634.582.796 0GKN Makassar 0 1.680.000
Saldo 50.576.144.280 66.292.680
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 88
Bukan Pajak merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada akhir tahun anggaran diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Selain itu, terdapat penyisihan piutang bukan pajak yang dikategorikan lancar karena diharapkan dapat dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan pada tahun berikutnya.
Uraian 31 Des 2013 31 Des 2012 Kenaikan/ (Penurunan) %
Piutang PNBP 0 6.708.240 (6.708.240) (100,00)
4. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJBC per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp13.964.825.000,00 dan Rp18.021.785.000,00. Piutang PNBP pada DJBC pada umumnya disebabkan adanya fasilitas penundaan pembayaran pita cukai dimana PNBP atas penerimaan cukai tersebut juga dibayarkan bersamaan dengan pembayaran piutang cukai hasil tembakau. Selain itu juga disebabkan adanya fasilitas PNBP berkala kepada beberapa importir.
Daftar Nilai Piutang PNBP pada DJBC per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut:
5. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPK per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp52.552.088,00 dan Rp100.803.067,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan kelebihan pembayaran belanja modal a.n. PT. Aek Sibundong Nauli sebesar Rp41.603.288,00 dan kelebihan pembayaran perjalanan dinas a.n. Sanjaya Wiratama sebesar Rp10.948.800,00.
6. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp13.088.700,00 dan Rp0,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan tagihan kelebihan pembayaran gaji pegawai DJPU yang mengajukan pensiun dini.
7. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPB per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp1.775.270.529,00 dan Rp14.485.227.455,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan hak atau pengakuan pemerintah atas uang atau jasa terhadap pelayanan yang telah diberikan dan belum diselesaikan pembayaran atau serah terimanya pada akhir tahun anggaran per tanggal neraca.
8. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJKN per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp57.765.463,00 dan Rp0,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan kekurangan pembayaran denda keterlambatan berdasarkan hasil temuan BPK RI TA 2012 atas kegiatan Pekerjaan Renovasi Gedung KPKNL Palembang.
Kode Kanwil UAPPAW Nilai Piutang007 JAKARTA 600.000
008 JAWA BARAT 21.480.000
009 JAWA TENGAH DIY 3.690.000
010 JAWA TIMUR I 76.980.000
011 JAWA TIMUR II 1.980.000
012 BALI, NTB, NTT 3.660.000
017 KPU PRIOK 13.856.160.000
13.964.550.000 JUMLAH
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 89
9. Piutang Bukan Pajak di BPPK per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp554.137.599,00 dan Rp390.465.227,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan piutang sewa dan piutang atas denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Mutasi piutang PNBP dapat dilihat pada Tabel 71 berikut.
Tabel 71
Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Nilai Piutang Bukan Pajak sebesar Rp554.137.599,00 diatas merupakan nilai bruto, sedangkan Nilai Piutang Bukan Pajak neto adalah Rp314.258.073,00 setelah dikurangi penyisihan piutang tidak tertagih sebesar Rp239.879.526,00. Rincian penyisihan piutang bukan pajak adalah sebagaimana Tabel 72 berikut.
Tabel 72
Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Piutang Bukan Pajak Rp46.363.232.047,00
C.1.10. Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Bukan Pajak Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar sebesar Rp46.363.232.047,00 dan Rp51.808.973.643,00.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 90
Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak Berdasarkan Kualitas Piutang per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 73 berikut.
Tabel 73 Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
C.1.11. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
Bagian Lancar TGR Rp10.574.192.619,00
Nilai Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp10.574.192.619,00 dan Rp9.625.650.721,00. Saldo per 31 Desember 2013 merupakan saldo Tagihan TGR Kementerian Keuangan yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal neraca (sampai dengan 31 Desember 2013) dengan memperhitungkan penyisihan nilai piutang.
Posisi Bagian Lancar TGR bruto per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 74 berikut
Tabel 74 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Bruto Per Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Nilai Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2013 sebesar Rp10.574.192.619,00 merupakan nilai bruto, adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan Bagian lancar TGR adalah sebesar Rp1.006.124.572,00.
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN (39.833.012.610) (331.463) (39.832.681.147) 12.017.233,04 DJA (65.477) - (65.477) - DJP - (33.451) 33.451 (100,00) DJBC (6.228.491.725) (10.231.029.925) 4.002.538.200 (39,12) DJPK (52.552.088) (504.015) (52.048.073) 10.326,69 DJPU (65.443) - (65.443) - DJPB (8.876.351) (72.426.154) 63.549.803 (87,74) DJKN (288.827) - (288.827) - BAPEPAM-LK - (41.265.302.472) 41.265.302.472 (100,00) BPPK (239.879.526) (239.346.163) (533.363) 0,22
JUMLAH (46.363.232.047) (51.808.973.643) 5.445.741.596 (10,51)
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN 1.891.067.365 1.813.534.683 77.532.682 4,28 ITJEN 38.022.100 38.622.100 (600.000) (1,55) DJP 841.378.808 570.740.541 270.638.267 47,42 DJBC 4.344.800.318 3.950.057.583 394.742.735 9,99 DJPB 2.215.737.454 2.149.670.048 66.067.406 3,07 DJKN 17.112.504 11.519.600 5.592.904 48,55 BAPEPAM-LK - 79.983.182 (79.983.182) (100,00) BPPK 1.226.074.070 1.011.522.984 214.551.086 21,21
JUMLAH 10.574.192.619 9.625.650.721 948.541.898 9,85
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 91
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -Bagian Lancar TGR Rp9.568.068.047,00
C.1.12. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar TGR Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp9.568.068.047,00 dan Rp9.414.674.698,00.
Adapun rincian nilai bruto dan penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) dapat dilihat pada Tabel 75 berikut.
Tabel 75 Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Rincian penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per kualitas piutang dapat dilihat pada Tabel 76 berikut.
Tabel 76 Rincian Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Kualitas Piutang
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Rp34.772.216.529,00
C.1.13. Piutang dari Kegiatan Operasional BLU
Nilai Piutang dari Kegiatan Operasional BLU bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp34.772.216.529,00 dan Rp20.520.519.164,00.
Posisi Piutang dari Kegiatan Operasional BLU bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 77 berikut
Kualitas Nilai Bruto Penyisihan Nilai Penyisihan Nilai NetoLancar 998.617.663 0,50% 4.993.089 993.624.574 Kurang Lancar - 10% - - Diragukan 24.999.996 50% 12.499.998,00 12.499.998 Macet 9.550.574.960 100% 9.550.574.960 -
JUMLAH 10.574.192.619 9.568.068.047 1.006.124.572
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 92
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Rp280.635.058,00
Tabel 77 Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Nilai Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2013 sebesar Rp34.772.216.529,00 merupakan nilai bruto, adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU adalah sebesar Rp34.491.581.471,00.
Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2013 sebesar Rp33.262.762.214,00. Nilai tersebut merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Operasional PIP dan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Operasional LPDP
Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember 2013 merupakan piutang penerimaan bukan pajak dari Kegiatan Operasional BLU STAN sebesar Rp1.509.454.315,00.
C.1.14. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -Piutang dari Kegiatan Operasional BLU
Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp280.635.058,00 dan Rp112.142.971,00.
Adapun nilai bruto dan penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 78 berikut.
Tabel 78 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I
Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
Piutang neto dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2013 sebesar Rp33.096.448.403,00 setelah dikurangi Penyisihan Piutang Sebesar Rp166.313.811,00.
Rincian Piutang dan Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 79 dan Tabel 80.
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN 33.262.762.214 16.576.174.712 16.686.587.502 100,67 BPPK 1.509.454.315 3.944.344.452 (2.434.890.137) (61,73)
JUMLAH 34.772.216.529 20.520.519.164 14.251.697.365 69,45
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Eselon I Nilai Bruto Penyisihan Nilai Neto SETJEN 33.262.762.214 (166.313.811) 33.096.448.403 BPPK 1.509.454.315 (114.321.247) 1.395.133.068
JUMLAH 34.772.216.529 (280.635.058) 34.491.581.471
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 93
Tabel 79
Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah) No. Debitur Jumlah1 Peserta Diklat Brevet A dan B Terpadu 20.850.0002 Peserta Diklat Brevet C 11.250.0003 Peserta Diklat Akuntansi Terapan 16.350.0004 PT Kawasan Berikat Nusantara 275.000.0005 Mahasiswa Prodip I Penilai dan OC PBB P2 Angk. III 177.900.0006 Mahasiswa Prodip I Penilai dan OC PBB P2 Angk. IV 919.450.0007 Mahasiswa Prodip I Kebendaharaan Negara 37.805.0008 Bank Tabungan Negara 46.904.1109 Bank Mandiri 3.945.205
Jumlah Piutang Rp1.509.454.315
Tabel 80 Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN
Per 31 Desember 2013
Debitur Kualitas Nilai Piutang Penyisihan Nilai Penyisihan Tahun 2013Peserta Diklat Brevet A dan B Terpadu Lancar 20.850.000 0,50% 104.250 Peserta Diklat Brevet C Lancar 11.250.000 0,50% 56.250 Peserta Diklat Akuntansi Terapan Lancar 16.350.000 0,50% 81.750 PT Kawasan Berikat Nusantara Lancar 275.000.000 0,50% 1.375.000 Mahasiswa Prodip I Penilai dan OC PBB P2 Angk. III Diragukan 177.900.000 50,00% 88.950.000 Mahasiswa Prodip I Penilai dan OC PBB P2 Angk. IV Lancar 919.450.000 0,50% 4.597.250 Mahasiswa Prodip I Kebendaharaan Negara Diragukan 37.805.000 50,00% 18.902.500 BTN Lancar 46.904.110 0,50% 234.521 Bank Mandiri Lancar 3.945.205 0,50% 19.726 Total 1.509.454.315 114.321.247
C.1.15. Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Rp37.689.339.104,00
Nilai Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU bruto yang diperkirakan terealisasi per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp37.689.339.104,00 dan Rp32.766.356.150,00. Posisi Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU bruto yang diperkirakan terealisasi per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 disajikan pada Tabel 81 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 94
No. Debitur Jumlah
1PT Sarana Karya Jasa (sudah dilimpahkan kepada DJKN) Rp286,664,703
2 PT Nugraha Adi Taruna Rp180,670,4103 CV. Rima Tripeda Rp15,360,0524 CV. Armas Agricinal Rp17,820,0975 PT. Cahaya Nusantara Rp29,961,200
Jumlah Rp530,476,462
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Rp653.445.133,00
Tabel 81
Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Nilai Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2013 sebesar Rp37.689.339.104,00 merupakan nilai bruto adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang adalah sebesar Rp37.035.893.971,00. Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2013 merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional PIP sebesar Rp37.158.862.642,00. Piutang tersebut merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal Neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun sehingga memiliki penyisihan dengan kategori lancar (5 permil). Nilai Bruto Piutang dari Kegiatan Non Operasional pada Eselon I BPPK per 31 Desember 2013 sebesar Rp530.476.462,00 yang merupakan hak atau klaim terhadap pihak lain yang belum diselesaikan pada tanggal neraca dari kegiatan non operasional BLU. Rincian Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per tanggal 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut:
C.1.16. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU
Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp653.445.133,00 dan Rp633.092.250,00.
Adapun nilai bruto dan penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 82.
Tabel 82 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 95
Piutang neto dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per Desember 2013 sebesar Rp36.973.068.329,00 setelah dikurangi Penyisihan Piutang Sebesar Rp185.794.313,00.
Rincian Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU di BPPK-STAN per Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 83 berikut.
Tabel 83 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
No Debitur Kualitas Nilai Piutang Penyisihan Nilai Penyisihan
1PT Sarana Karya Jasa (sudah dilimpahkan) Macet 286.664.703 100,00% 286.664.703
2 Nugraha Adi Taruna Macet 180.670.410 100,00% 180.670.410 3 CV. Rima Tripeda Lancar 12.269.400 0,50% 61.347 4 CV. Armas Agricinal Lancar 3.090.652 0,50% 15.453 5 PT, Cahaya Nusantara Lancar 47.781.297 0,50% 238.906
467.650.820 Total
C.1.17. Persediaan
Persediaan Rp282.569.446.845,00
Nilai Persediaan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp282.569.446.845,00 dan Rp284.672.873.440,00. Nilai tersebut merupakan hasil stock opname yang dinilai berdasarkan harga pembelian/perolehan terakhir. Satuan kerja lingkup Kementerian Keuangan telah menyelenggarakan Akuntansi Persediaan melalui aplikasi yang merupakan bagian dari SIMAK BMN.
Posisi Persediaan per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 84.
Tabel 84 Persediaan Per Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN 10.124.733.518 4.243.288.524 5.881.444.994 138,61 ITJEN 798.546.080 728.412.186 70.133.894 9,63 DJA 903.909.356 842.657.415 61.251.941 7,27 DJP 148.116.229.002 180.039.374.560 (31.923.145.558) (17,73) DJBC 74.733.013.586 66.905.917.117 7.827.096.469 11,70 DJPK 1.465.800.074 1.124.302.813 341.497.261 30,37 DJPU 3.545.686.618 2.386.784.473 1.158.902.145 48,55 DJPB 31.733.810.804 19.649.686.572 12.084.124.232 61,50 DJKN 7.726.328.309 5.366.720.077 2.359.608.232 43,97 BAPEPAM-LK - 619.888.330 (619.888.330) (100,00) BPPK 2.381.952.216 1.827.050.501 554.901.715 30,37 BKF 1.039.437.282 938.790.872 100.646.410 10,72
JUMLAH 282.569.446.845 284.672.873.440 (2.103.426.595) (0,74)
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 96
Rincian saldo Persediaan per 31 Desember 2013 per jenis persediaan dapat dilihat pada Tabel 85 berikut.
Tabel 85 Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
C.1.18. Persediaan BLU
Persediaan BLU Rp1.206.628.616,00
Nilai Persediaan BLU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp1.206.628.616,00 dan Rp913.269.070,00. Nilai tersebut merupakan hasil stock opname yang dinilai berdasarkan harga pembelian/perolehan terakhir. Satuan kerja BLU lingkup Kementerian Keuangan telah menyelenggarakan akuntansi persediaan melalui aplikasi yang merupakan bagian dari SIMAK BMN.
Posisi Persediaan BLU per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 86.
Tabel 86
Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Kode Akun Uraian 31 Desember 2013115111 Barang konsumsi 194.325.976.740115112 Amunis i 1.289.610.368115113 Bahan untuk pemel iharaan 14.381.411.566115114 Suku cadang 21.424.701.726115121 Pita cukai , matera i dan leges 28.467.467.149115124 Peralatan dan mes in untuk di jua l/diserahkan ke masyarakat 2.617.838.893117126 Aset Tetap La innya untuk diserahkan kepada Masyarakat 26.236.500115127 Aset la in-la in untuk diserahkan kepada masyarakat 2.255.000115128 Barang persediaan la innya untuk di jua l/ diserahkan ke masyarakat 12.894.496.166115131 Bahan baku 3.589.648.176115191 Persediaan untuk tujuan s trategis/berjaga-jaga 143.254.625115199 Persediaan la innya 3.406.549.936
JUMLAH 282.569.446.845
Kenaikan (Penurunan)Rupiah %
SETJEN 276.254.726 40.662.037 235.592.689 579,39 BPPK 930.373.890 872.607.033 57.766.857 6,62
JUMLAH 1.206.628.616 913.269.070 293.359.546 32,12
Uraian 31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 97
ASET TETAP
C.2. Aset Tetap
Nilai Aset Tetap Rp31.448.511.970.370,00
Nilai Aset Tetap Per 31 Desember 2013 dan 2012 masing–masing sebesar Rp31.448.511.970.370,00 dan Rp39.244.462.867.245,00 yang merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan dan digunakan dalam kegiatan operasional entitas.
Adapun rincian Aset Tetap Kementerian Keuangan menurut jenis Aset Tetap per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 87 berikut.
Tabel 87
Rincian Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Komposisi Aset Tetap menurut Jenis Aset per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Grafik 18 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 98
Grafik 18 Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset
Per 31 Desember 2013
Perkembangan Aset Tetap per jenis Aset Tetap dapat dilihat pada Grafik 19 berikut.
Grafik 19 Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap
Mutasi Aset Tetap Kementerian Keuangan selama periode TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 88 berikut.
Tanah44,08%
Tanah BLU1,31%
Peralatan dan Mesin22,35% Peralatan dan
Mesin BLU0,14%
Gedung dan Bangunan29,43%
Gedung dan Bangunan BLU
0,52%
Jalan, Irigasi, dan Jaringan0,91%
Jalan, Irigasi & Jaringan BLU
0,05%
Aset Tetap
Lainnya0,07%
Aset Tetap Lainnya BLU
0,03%
Konstruksi Dalam
Pengerjaan1,10%
KDP BLU0,00%
0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000
10.000.000 12.000.000 14.000.000 16.000.000 18.000.000 20.000.000
dal
am j
uta
an r
up
iah
31 Desember 2013 31 Desember 2012
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 99
Tabel 88 Mutasi/Perubahan Aset Tetap
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Rincian belanja modal sampai dengan 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 89 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 100
Tabel 89 Rincian Belanja Modal
Sampai dengan 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Posisi saldo awal aset tetap pada neraca SAK dibandingkan dengan posisi aset tetap pada SIMAK-BMN per 1 Januari 2013 dapat dilihat pada Tabel 90 berikut.
Tabel 90 Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap
Neraca dan SIMAK BMN per 1 Januari 2013 (dalam rupiah)
Penjelasan selisih aset tetap dalam neraca SAK dengan laporan posisi BMN di neraca SIMAK-BMN per 1 Januari 2013 adalah sebagai berikut.
1. Selisih kurang Tanah sebesar Rp545.192.062.827,00 merupakan nilai Tanah BLU. Akun Tanah pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK, Tanah diklasifikasikan sebagai Tanah (kode akun 131111) dan Tanah BLU (kode akun 131311).
2. Selisih kurang Peralatan dan Mesin sebesar Rp51.293.956.632,00 merupakan nilai
Uraian Belanja JumlahBelanja Modal Tanah 8.505.700.150
Belanja Modal Peralatan dan Mesin 837.242.374.913
Belanja Modal Gedung dan Bangunan 729.312.473.347
Belanja Modal JIJ 14.309.469.790
Belanja Modal Lainnya 51.434.831.701
Belanja Modal Peralatan dan Mesin BLU 4.789.195.210
Belanja Modal Gedung dan Bangunan BLU 2.147.268.435
Total 1.647.741.313.546
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 101
Peralatan dan Mesin BLU. Akun Peralatan dan Mesin pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Peralatan dan Mesin diklasifikasikan sebagai Peralatan dan Mesin (kode akun 132111) dan Peralatan dan Mesin BLU (kode akun 132311).
3. Selisih kurang Gedung dan Bangunan sebesar Rp109.264.185.848,00 terdiri dari:
- Selisih kurang sebesar Rp196.710.647.484,00 merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU. Akun Gedung dan Bangunan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Gedung dan Bangunan diklasifikasikan sebagai Gedung dan Bangunan dan Gedung dan Bangunan BLU.
- Selisih lebih sebesar Rp87.446.461.636,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi.
4. Selisih kurang Jalan dan Jembatan, Irigasi, dan Jaringan sebesar Rp18.437.121.332,00 merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU. Akun Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Jalan, Irigasi, dan Jaringan diklasifikasikan sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan (kelompok akun 1341) dan Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU (kode akun 134311).
5. Selisih kurang Aset Tetap Renovasi Rp91.016.776.636,00 dan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.237.592.831,00 terdiri atas:
- Selisih lebih sebesar Rp87.446.461.636,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi
- Aset Tetap Renovasi yang dimiliki BLU sebesar Rp3.570.315.000 yang diklasifikasikan pada pada SAK menjadi Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211)
- Selisih kurang Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.237.592.831,00 merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211). Akun Aset Tetap Lainnya pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Aset Tetap Lainnya diklasifikasikan sebagai Aset Tetap Lainnya (kode akun 135121) dan Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211).
Posisi aset tetap pada neraca SAK dibandingkan dengan posisi aset tetap pada SIMAK BMN per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 91 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 102
Tabel 91
Perbandingan Posisi Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
Penjelasan selisih aset tetap dalam neraca SAK dengan laporan posisi BMN di neraca SIMAK-BMN per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut.
1. Selisih kurang Tanah sebesar Rp545.355.589.927,00 merupakan nilai Tanah BLU. Akun Tanah pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK, Tanah diklasifikasikan sebagai Tanah (kode akun 131111) dan Tanah BLU (kode akun 131311).
2. Selisih kurang Peralatan dan Mesin sebesar Rp58.814.128.310,00 terdiri dari:
- Selisih kurang sebesar Rp58.757.128.310,00 merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU. Akun Peralatan dan Mesin pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Peralatan dan Mesin diklasifikasikan sebagai Peralatan dan Mesin (kode akun 132111) dan Peralatan dan Mesin BLU (kode akun 132311).
- Selisih kurang sebesar Rp57.000.000,00 merupakan write-off nilai Peralatan dan Mesin yang hilang pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
3. Selisih kurang Gedung dan Bangunan sebesar Rp130.056.613.134,00 terdiri dari:
- Selisih kurang sebesar Rp216.874.887.239,00 merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU. Akun Gedung dan Bangunan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Gedung dan Bangunan diklasifikasikan sebagai Gedung dan Bangunan dan Gedung dan Bangunan BLU.
- Selisih lebih sebesar Rp86.818.274.105,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 103
4. Selisih kurang Jalan dan Jembatan, Irigasi, dan Jaringan sebesar Rp19.157.870.618,00 merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU. Akun Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Jalan, Irigasi, dan Jaringan diklasifikasikan sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan (kelompok akun 1341) dan Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU (kode akun 134311).
5. Selisih kurang Aset Tetap Renovasi Rp92.580.696.940,00 dan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.038.610.431,00 terdiri atas:
- Selisih kurang sebesar Rp86.818.274.105,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi
- Aset Tetap Renovasi yang dimiliki BLU sebesar Rp5.762.422.835,00 yang diklasifikasikan pada SAK menjadi Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211)
- Selisih kurang Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.038.610.431,00 merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211). Akun Aset Tetap Lainnya pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Aset Tetap Lainnya diklasifikasikan sebagai Aset Tetap Lainnya (kode akun 135121) dan Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211).
Tanah Rp18.305.298.530.619,00
C.2.1. Tanah
Nilai Aset Tetap berupa Tanah per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp18.305.298.530.619,00 dan Rp17.296.534.823.816,00. Terdapat peningkatan nilai aset tanah pada TA 2013 sebesar Rp1.008.763.706.803,00 atau 5,83 persen.
Perbandingan rincian nilai Tanah yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 92 berikut.
Tabel 92
Rincian Aset Tetap Tanah Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai Tanah pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 93
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 104
berikut.
Tabel 93 Mutasi/Perubahan Tanah
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Adapun rincian mutasi Tanah dari belanja modal pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 94 berikut.
Tabel 94 Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 105
C.2.2. Tanah BLU
Tanah BLU Rp545.355.589.927,00
Nilai Aset Tetap berupa Tanah BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp545.355.589.927,00 dan Rp545.192.062.827,00 . Nilai tersebut merupakan nilai Tanah BLU STAN pada BPPK. Terdapat kenaikan nilai aset Tanah BLU pada TA 2013 sebesar Rp163.527.100,00 atau 0,03 persen.
Perbandingan rincian Tanah BLU yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 95 berikut:
Tabel 95 Rincian Aset Tetap Tanah BLU Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai Tanah BLU pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 96 berikut.
Tabel 96 Mutasi/Perubahan Tanah BLU
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.3. Peralatan dan Mesin
Nilai Peralatan dan Mesin Rp9.281.994.108.652,00
Nilai Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp9.281.994.108.652,00 dan Rp8.849.450.471.389,00 . Terdapat penurunan nilai aset peralatan dan mesin pada TA 2013 sebesar Rp432.543.637.263,00 atau 4,89 persen.
Perbandingan rincian nilai Peralatan dan Mesin yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 97 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 106
Tabel 97 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun mutasi/perubahan nilai aset Peralatan dan Mesin pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 98 berikut.
Tabel 98 Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 107
Rincian mutasi Peralatan dan Mesin dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 99 berikut.
Tabel 99 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.4. Peralatan dan Mesin BLU
Nilai Peralatan dan Mesin BLU Rp58.757.128.310,00
Nilai Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp58.757.128.310,00 dan Rp51.293.956.632,00 . Nilai tersebut merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU pada PIP dan LPDP Setjen serta STAN BPPK. Terdapat peningkatan nilai aset Peralatan dan Mesin BLU pada TA 2013 sebesar Rp7.463.171.678,00 atau 14,55 persen.
Perbandingan rincian nilai Peralatan dan Mesin BLU yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 100 berikut.
Tabel 100 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
BELANJA ASET PERALATAN MESIN :532 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 837.242.374.913
MUTASI :Pembelian 463.059.047.164
Penyelesaian pembangunan langsung -
Pengembangan langsung 11.707.898.608
Perolehan KDP 53.845.931.924
Pengembangan KDP 276.689.792.384
Koreksi pengembalian belanja modal (8.718.000)
TOTAL MUTASI ASET 805.293.952.080 SELISIH 31.948.422.833
PENJELASAN SELISIH:Pembelian Ekstrakomptabel 639.540.135
BM Peralatan Mesin untuk Pengembangan/Perolehan Aset selain PM 42.940.389.389
Perolehan/Pengembangan PM dari BM selain BM PM (14.712.494.846)
Perolehan/Pengembangan PM dari Non Belanja Modal (1.668.890.254)
Belanja Modal BLU 4.789.195.210
Belanja modal Tidak Dikapitalisasi (833.062.801)
Kesalahan mata anggaran/Kesalahan input pada SPM 793.746.000
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 108
Mutasi/perubahan Peralatan dan Mesin BLU dapat dapat dilihat pada Tabel 101 berikut. Tabel 101
Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
C.2.5. Gedung dan Bangunan Nilai Gedung dan Bangunan Rp12.220.156.775.183,00
Nilai Aset Tetap berupa Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp12.220.156.775.183,00 dan Rp11.211.918.159.435,00. Terdapat penurunan nilai aset Gedung dan Bangunan pada TA 2013 sebesar Rp1.008.238.615.748,00 atau 8,99 persen.
Perbandingan rincian nilai Gedung dan Bangunan yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 102 berikut.
Tabel 102 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 109
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai aset Gedung dan Bangunan pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 103 berikut.
Tabel 103 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Rincian mutasi Gedung dan Bangunan dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 104 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 110
Tabel 104 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan dari Belanja Modal
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.6. Gedung dan Bangunan BLU
Nilai Gedung dan Bangunan BLU Rp216.874.887.239,00
Nilai Aset Tetap berupa Gedung dan Bangunan BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp216.874.887.239,00 dan Rp196.710.647.484,00. Terjadi kenaikan nilai Nilai Gedung dan Bangunan BLU sebesar Rp20.164.239.755,00 atau 10,25 persen. Keseluruhan nilai tersebut merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU STAN pada BPPK.
Rincian Gedung dan Bangunan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 105 berikut.
Tabel 105 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Mutasi/perubahan Gedung dan Bangunan BLU TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 106 berikut.
BELANJA ASET GEDUNG BANGUNAN :533 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 729.312.473.347
MUTASI :Pembelian 8.461.382.148
Penyelesaian pembangunan langsung 6.869.431.921
Pengembangan langsung 47.155.742.940
Perolehan KDP 72.415.974.871
Pengembangan KDP 556.389.307.028
Koreksi pengembalian belanja modal (180.800.508)
TOTAL MUTASI ASET 691.111.038.400 SELISIH 38.201.434.947
PENJELASAN SELISIH:Pembelian Ekstrakomptabel 4.125.000
BM Gedung Bangunan untuk Pengembangan/Perolehan Aset selain GB 46.315.671.008
Perolehan/Pengembangan GB dari BM selain BM GB (3.458.627.654)
Perolehan/Pengembangan GB dari Non Belanja Modal (4.855.821.573)
Belanja modal Tidak Dikapitalisasi 47.038.706
Kesalahan mata anggaran 149.049.460
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 111
Tabel 106 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Nilai Jalan Irigrasi, dan Jaringan sebesar Rp376.594.636.513,00
C.2.7. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Nilai Aset Tetap Jalan dan Jembatan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp376.594.636.513,00 dan Rp348.573.649.280,00. Terdapat penurunan nilai aset Jalan dan Jembatan pada TA 2013 sebesar Rp28.020.987.233,00 atau 8,04 persen.
Perbandingan rincian nilai Jalan dan Jembatan yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 107 berikut.
Tabel 107 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai aset Jalan, irigasi dan jaringan dapat dilihat pada Tabel 108 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 112
Tabel 108 Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Rincian mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 109 berikut.
Tabel 109 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 113
C.2.8. Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU Nilai Jalan, irigasi, dan jaringan BLU Rp Rp19.157.870.618,00
Nilai Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp19.157.870.618,00 dan Rp18.437.121.332,00 . Nilai tersebut merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU pada PIP Setjen dan STAN BPPK.
Rincian Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 110 berikut. Tabel 110
Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Rincian mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari belanja modal pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 111 berikut.
Tabel 111
Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
C.2.9. Aset Tetap Lainnya
Nilai Aset Tetap Lainnya Rp28.063.850.892,00
Nilai Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp28.063.850.892,00 dan Rp26.339.299.995,00 . Terdapat peningkatan nilai aset tetap Lainnya pada TA 2013 sebesar Rp1.724.550.897,00 atau 6,55 persen.
Perbandingan rincian nilai Aset Tetap Lainnya yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 112 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 114
Tabel 112 Rincian Aset Tetap Tetap Lainnya Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun mutasi/perubahan Aset Tetap Lainnya pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 113 berikut.
Tabel 113 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 115
C.2.10. Aset Tetap Lainnya BLU
Nilai Aset Tetap Lainnya BLU Rp13.801.033.266,00
Nilai Aset Tetap Lainnya BLU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp13.801.033.266,00 dan Rp11.807.907.831,00. Nilai tersebut merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU pada PIP Setjen dan STAN BPPK. Terdapat kenaikan nilai Aset Tetap Lainnya BLU pada TA 2013 sebesar Rp1.993.125.435,00 atau 16,88 persen. Rincian Aset Tetap Lainnya BLU per eselon I TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 115 berikut.
Tabel 115 Rincian Aset Tetap Lainnya BLU Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Mutasi/perubahan Aset Tetap Lainnya BLU TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 116 berikut.
Rincian mutasi Aset Tetap Lainnya dari belanja modal pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 114 berikut.
Tabel 114 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 116
Tabel 116 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.11. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp457.589.043.017,00
Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp457.589.043.017,00 dan Rp677.317.480.494,00. Terdapat penurunan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada TA 2013 sebesar (Rp219.728.437.477,00) atau (32,44) persen.
Perbandingan rincian nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan yang dimiliki UAPPA-EI lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 117 berikut.
Tabel 117 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun mutasi/perubahan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 118 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 117
Tabel 118 Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.12. Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU
Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Rp0,00
Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp0,00 dan Rp10.887.286.730,00. Nilai tersebut merupakan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU pada STAN BPPK.
Rincian Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 119 berikut.
Tabel 119 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per Unit Eselon I
Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Mutasi/perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 120 berikut.
Tabel 120 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 118
C.3 Piutang Jangka Panjang Piutang Jangka Panjang Rp2.238.991.501,00
Nilai Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp2.238.991.501,00 dan Rp171.642.005,00 , seluruhnya merupakan saldo Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR).
Rincian Piutang Jangka Panjang dapat dilihat pada Tabel 121 berikut. Tabel 121
Komposisi Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
C.3.1 Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi Rp2.238.991.501,00
Tuntutan Perbendaharaan adalah tagihan kepada bendahara akibat kelalaiannya atau tindakannya yang melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian negara. Sedangkan Tuntutan Ganti Rugi adalah tagihan kepada pegawai bukan bendahara untuk penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara karena kelalaiannya.
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi yang ada pada Kementerian Keuangan hanya berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi. Nilai Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR merupakan tagihan yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan mendatang.
Nilai bruto Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp2.238.991.501,00 dan Rp171.642.005,00 . Bertambahnya nilai TGR tersebut dikarenakan adanya pelanggaran kontrak kerja/ikatan dinas program tugas belajar di dalam/luar negeri, dan kehilangan atas BMN.
Rincian Tuntutan Perbendaharaan/ TGR Bruto dapat dilihat pada Tabel 122 berikut.
Tabel 122 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I Bruto
per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 119
Penyisihan Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (Rp14.288.710,00)
Adapun rincian Tuntutan Perbendaharaan/TGR Neto per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 123 berikut.
Tabel 123 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I Neto
per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun daftar rincian Tuntutan Perbendaharaan/TGR dapat dilihat pada lampiran daftar Tagihan TGR Kementerian Keuangan TA 2013. C.3.2 Penyisihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – Tagihan TP/TGR adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun Tagihan TP/TGR berdasarkan penggolongan kualitas piutang.
Penyajian akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga.
Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih–Tagihan TP/TGR periode 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar (Rp14.288.710,00) dan (Rp858.210,00) dihitung berdasarkan persentase penyisihan piutang sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga.
Rincian Penyisihan Piutang Tidak Tertagih –Tagihan TP/TGR dapat dilihat pada Tabel 124 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 120
C.4. Aset Lainnya
Aset Lainnya Rp719.043.325.697,00
Nilai Aset Lainnya per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp719.043.325.697,00 dan Rp900.837.494.078,00 merupakan saldo Aset Tak Berwujud, Aset Tak Berwujud-Badan Layanan Umum, Aset Lain-lain dan Aset Lain-lain-Badan Layanan Umum.
Rincian Aset Lainnya per Jenis Aset dapat dilihat pada Tabel 126 berikut.
Tabel 126 Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset
per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Tabel 124 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I
per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Tabel 125 Rincian Penyisihan Piutang tak Tertagih Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti
Rugi (TP/TGR)
(dalam rupiah)
No. Kualitas Jumlah Debitur
Nilai Piutang Bruto
% Penyisihan
Nilai Penyisihan
Nilai Piutang Neto
1 Lancar 7 2.232.741.496 0,50% 11.163.707 2.221.577.789
2 Kurang Lancar 0 0 10,00% 0 0
3 Diragukan 1 6.250.005 50,00% 3.125.003 3.125.003
4 Macet*) 0 0 100,00% 0 0
Total 8 2.238.991.501
14,288,710 2.224.702.791
*) Piutang macet merupakan piutang yang dilimpahkan pemungutannya ke KPKNL yang telah direklasifikasi ke Bagian Lancar TGR
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 121
Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset dapat dilihat pada Grafik 20 berikut.
Grafik 20 Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset
per 31 Desember 2013
C.4.1. Aset Tak Berwujud
Aset Tak Berwujud Rp580.754.434.414,00
Nilai Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp580.754.434.414,00 dan Rp518.108.669.309,00 . Aset Tak Berwujud terdiri dari Software, Lisensi, Hasil Kajian/Penelitian, dan Aset Tak Berwujud Lainnya.
Rincian Aset Tak Berwujud dapat dilihat pada Tabel 127 berikut.
Tabel 127 Aset Tak Berwujud per Jenis Aset
per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Rincian Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 128 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 122
Tabel 128 Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I
per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Mutasi/perubahan Aset Tak Berwujud dapat dilihat pada Tabel 129 berikut.
Tabel 129 Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud
(dalam rupiah)
C.4.2. Aset Tak Berwujud - Badan Layanan Umum
Aset Tak Berwujud-BLU Rp3.177.745.040,00
Nilai Aset Tak Berwujud - BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp3.177.745.040,00 dan Rp3.177.745.040,00 . Aset Tak Berwujud - BLU tersebut merupakan Aset Tak Berwujud Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 123
Rincian Aset Tak Berwujud- BLU dapat dilihat pada Tabel 130 berikut. Tabel 130
Aset Tak Berwujud - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Aset Tak Berwujud Sekretariat Jenderal Per 31 Desember 2013 sebesar Rp892.533.790,00 berupa perangkat sistem informasi manajemen PIP; aplikasi cash management dan investasi jangka pendek PIP; website dan webmail PIP serta sistem pengelolaan kinerja (pendekatan balanced scorecard) dan kompetensi berbasis web. Adapun Aset Tak Berwujud BPPK Per 31 Desember 2013 sebesar Rp2.285.211.250,00 merupakan Software Sistem Informasi Keuangan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Keuangan (STAN).
Rincian Aset Tak Berwujud - BLU per jenis aset dapat dilihat pada Tabel 131 berikut.
Tabel 131 Aset Tak Berwujud - BLU Per Jenis Aset
(dalam rupiah)
C.4.3. Aset Lain-lain
Aset Lain-lain Rp467.500.264.865,00
Nilai Aset Lain-lain per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp467.500.264.865,00 dan Rp379.512.337.729,00 .
Rincian Aset Lain-lain dapat dilihat pada Tabel 132 berikut.
Tabel 132 Aset Lain-lain per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 124
Aset Lain-lain sebesar Rp467.500.264.865,00 seluruhnya merupakan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan.
Terdapat perbedaan saldo akhir akun Aset Tetap Per 31 Desember 2013 yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan (166112) pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca pada SIMAK-BMN sebesar Rp5.085.575.352,00 dengan rincian sebagaimana disajikan pada Tabel 133 berikut.
Tabel 133
Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap yang Tidak Digunakan Dalam Kegiatan Operasional Pemerintahan pada Neraca SAK
dengan Laporan Posisi BMN di Neraca
(dalam rupiah)
1. Selisih kurang pada Eselon I Setjen sebesar Rp47.393.295,00 merupakan write-off nilai aset rusak berat yang hilang pada GKN Denpasar I, GKN Denpasar II, dan Kantor Pusat Setjen;
2. Selisih pada Eselon I DJBC sebesar Rp526.744.792,00 merupakan aset tetap yang hilang namun belum mendapatkan Surat Keputusan Penghapusan dengan rincian sebagai berikut:
3. Selisih kurang pada Eselon I DJPB sebesar Rp703.140.200,00 merupakan write-off
atas Kendaraan dinas senilai Rp231.400.200,00 pada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan (hilang/dicuri); BMN Compact Disk senilai Rp185.960.000,00 pada
SETJEN 18.992.112.475 19.039.505.770 (47.393.295)
ITJEN 1.410.271.922 1.410.271.922 -
DJA - - -
DJP 240.763.749.172 240.763.749.172 -
DJBC 119.384.635.399 119.911.380.191 (526.744.792)
DJPK 400.028.135 400.028.135 -
DJPU - - -
DJPB 57.523.458.809 58.226.599.009 (703.140.200)
DJKN 14.254.507.088 14.254.507.088 -
BPPK 14.694.039.865 18.502.336.930 (3.808.297.065)
BKF 77.462.000 77.462.000 -
JUMLAH 467.500.264.865 472.585.840.217 (5.085.575.352)
Uraian Neraca SAK SIMAK BMN Selisih
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 125
Kanwil DJPBN Provinsi Papua (tidak diketahui keberadaannya), mini bus senilai Rp31.500.000,00 pada Kanwil DJPBN Provinsi Maluku, station wagon yg hilang di KPPN Banjarnegara senilai Rp219.800.000,00 serta Rp34.480.000,00 dua buah sepeda motor yang hilang di KPPN Lhokseumawe;
4. Selisih kurang pada Eselon I Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan sebesar Rp3.808.297.065,00 merupakan write-off Gedung B STAN sebesar Rp1.232.052.825,00, Jurnal koreksi aset hilang yang belum dihapuskan pada BDPim Magelang sebesar Rp16.600.000,00 dan reklasifikasi ke aset yang dihentikan BLU sebesar Rp2.559.644.240,00.
Pada tanggal pelaporan, nilai buku Aset Lain-lain sebesar Rp134.760.305.158,00 yang merupakan nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutan Aset Lain-lain.
C.4.4. Aset Lain-lain - Badan Layanan Umum
Aset Lain-lain - BLU Rp2.559.644.240,00
Nilai Aset Lain-lain - BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp2.559.644.240,00 dan Rp38.742.000,00 .
Rincian Aset Lain-lain – BLU dapat dilihat pada Tabel 134 berikut.
Tabel 134 Aset Lain-lain - BLU per Unit Eselon I
per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Saldo Aset Lain-Lain BLU pada BPPK sebesar Rp2.559.644.240,00 merupakan Barang Milik Negara (BMN) yang berada dalam kondisi rusak berat dan tidak lagi digunakan dalam operasional BPPK serta dalam proses penghapusan. Sedangkan nilai buku Aset Lain-lain BLU pada tanggal pelaporan yaitu nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp2.208.803.155,00 adalah sebesar Rp350.841.085,00 .
Apabila dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2012, Aset Lain-lain BLU mengalami kenaikan sebesar Rp2.520.902.240,00 . Rincian mutasi Aset Lain-Lain BLU TA 2013 adalah sebagai berikut:
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 126
Tabel 135 Rincian Mutasi Aset Lain-lain - BLU
Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
C.5. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Pendek Rp253.796.566.666,00
Nilai Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp253.796.566.666,00 dan Rp814.697.948.478,00 . Kewajiban Jangka Pendek merupakan kelompok kewajiban yang diharapkan segera diselesaikan dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban Jangka Pendek ini terdiri dari Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan, Pendapatan Diterima Dimuka, Uang Muka dari KPPN, dan Pendapatan yang Ditangguhkan.
Rincian Kewajiban Jangka Pendek dapat dilihat pada Tabel 136 berikut.
Tabel 136 Rincian Kewajiban Jangka Pendek
per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Utang kepada Pihak Ketiga Rp729081985223,00
C.5.1. Utang Kepada Pihak Ketiga
Nilai Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp72.908.198.523,00 dan Rp39.060.216.445,00 .
Utang kepada Pihak Ketiga merupakan belanja yang masih harus dibayar dan merupakan kewajiban yang harus segera diselesaikan kepada pihak ketiga lainnya dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan dan merupakan akun penyeimbang dari akun Kas Lainnya dan Setara Kas.
Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 137 berikut.
SALDO AWAL 38,742,000MUTASI TAMBAH 2755965241Reklasifikasi Dari Aset Tetap ke Aset Lainnya 2,755,965,241MUTASI KURANG (235,063,001)Transaksi Normalisasi BMN (BMN yang dihentikan) (181,000)Penghapusan (BMN yang dihentikan) (31,129,000)Transfer Keluar (BMN yang dihentikan) (111,100,000)Usulan Barang Rusak Berat ke Pengelola (92,653,001)SALDO AKHIR SIMAK-BMN 3,791,697,065Penyesuaian Neraca (1,232,052,825)SALDO AKHIR 2,559,644,240
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 127
Tabel 137 Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I
per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Dibandingkan dengan periode 31 Desember 2012, Utang Kepada Pihak Ketiga mengalami kenaikan sebesar Rp33.847.982.078,00 atau 86,66 persen. Kenaikan terbesar terjadi pada unit Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebesar Rp6.798.748.674,00.
Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga Per Akun dapat dilihat pada Tabel 138 berikut.
Tabel 138 Utang Kepada Pihak Ketiga per Akun
Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Akun Uraian Akun 31 Desember 2013
212111 Belanja pegawai yang masih harus dibayar 1.862.702.279
212112 Belanja barang yang masih harus dibayar 9.230.760.186
212121 Utang kepada Pihak Ketiga BLU 89.551.835
212191 Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya 61.725.184.223
Jumlah 72.908.198.523
C.5.2. Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Rp134.250.995.588,00
Nilai Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp134.250.995.588,00 dan Rp753.033.696.543,00 . Nilai tersebut merupakan SPMKP Per 31 Desember 2013 yang belum diterbitkan SP2D-nya di DJP dan pengembalian pungutan ekspor yang belum direalisasikan oleh eksportir di DJBC.
Rincian Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 139 berikut.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 128
Tabel 139 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I
per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Rincian Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Per Akun dapat dilihat pada Tabel 140 berikut.
Tabel 140
Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Akun Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
C.5.3. Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan Diterima Dimuka Rp31.151.192.876,00
Nilai Pendapatan Diterima Dimuka per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp31.151.192.876,00 dan Rp4.367.814.771,00 . Pendapatan Diterima Dimuka merupakan pendapatan yang sudah disetor ke kas Negara, namun barang/jasa belum diserahkan kepada pihak ketiga dalam rangka PNBP.
Rincian Pendapatan Diterima Dimuka dapat dilihat pada Tabel 141 berikut.
Tabel 141
Pendapatan Diterima Dimuka per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 129
1. Pendapatan Diterima Dimuka Setjen sebesar Rp26.544.015.790,00 terdiri dari Pendapatan Sewa Diterima Dimuka pada Kantor Pusat Sekretariat Jenderal, GKN Yogyakarta, KPTIK dan BMN Surabaya, GKN Aceh, KPTIK dan BMN Medan, dan GKN Palembang;
2. Pendapatan Diterima Dimuka DJP sebesar Rp255.142.667,00 merupakan Pendapatan Sewa mesin ATM pada Kanwil DJP Banten;
3. Pendapatan Diterima Dimuka Ditjen Bea dan Cukai sebesar Rp1.609.385.284,00 merupakan Pendapatan Sewa Diterima Dimuka pada Kantor Pusat, KPPBC Purwakarta, Kanwil DJBC Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dan KPPBC Juanda berupa penyewaan BMN untuk kantin, ATM dan BTS;
4. Pendapatan Diterima Dimuka DJPU sebesar Rp336.614.528,00 merupakan Pendapatan Sewa Diterima Dimuka atas sewa ATM Bank Mandiri, BNI, BRI, dan sewa tanah PT Indosat;
5. Pendapatan Diterima Dimuka DJPB sebesar Rp20.958.333,00 merupakan Pendapatan Sewa Diterima Dimuka atas sewa ruangan kantor;
6. Pendapatan Diterima Dimuka BPPK pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara sebesar Rp2.376.269.691,00.
Uang Muka dari KPPN Rp3.199.121.022,00
C.5.4.Uang Muka dari KPPN
Uang Muka dari KPPN merupakan uang persediaan (UP) atau tambahan uang persediaan (TUP) diberikan KPPN sebagai uang muka kerja yang masih berada pada atau dikuasai oleh Bendahara Pengeluaran pada tanggal pelaporan. Nilai Uang Muka dari KPPN per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp3.199.121.022,00 dan Rp8.796.376.249,00 . Nilai tersebut merupakan saldo Uang Persediaan yang ada pada Bendahara Pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan dan selisih kurs yang belum terealisasi pada satker perwakilan/atase di luar negeri pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Uang Muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Pengeluaran.
Rincian Uang Muka dari KPPN dapat dilihat pada Tabel 142 berikut.
Tabel 142 Uang Muka dari KPPN per Unit Eselon I
per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Pendapatan yang Ditangguhkan
C.5.5. Pendapatan Yang Ditangguhkan
Nilai Pendapatan Yang Ditangguhkan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp12.287.058.656,00 dan Rp9.439.844.470,00 . Nilai tersebut merupakan PNBP
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 130
Rp12.287.058.656,00 yang belum disetor ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan dan pendapatan BLU
yang dibatasi penggunaannya yang belum disahkan per 31 Desember 2013. Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Penerimaan, Kas Lainnya dan Setara Kas, dan Kas BLU yang dibatasi penggunaannya.
Rincian Pendapatan yang Ditangguhkan dapat dilihat pada Tabel 143 berikut.
Tabel 143 Pendapatan yang Ditangguhkan per Unit Eselon I
per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
C.6. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar Rp55.877.260.035.855,00
Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara nilai Aset Lancar dengan Kewajiban Jangka Pendek. Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp55.877.260.035.855,00 dan Rp52.190.154.800.787,00 .
Rincian Ekuitas Dana Lancar dapat dilihat pada Tabel 144 berikut. Tabel 144
Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
C.6.1. Cadangan Piutang Cadangan Piutang Rp52.855.003.383.446,00
Cadangan Piutang per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp52.855.003.383.446,00 dan Rp49.016.779.361.599,00 merupakan akun penyeimbang dari
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 131
akun Piutang, Belanja Pegawai Dibayar Dimuka dan Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.
Rincian Cadangan Piutang dapat dilihat pada Tabel 145 berikut.
Tabel 145
Rincian Cadangan Piutang per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
C.6.2. Cadangan Persediaan
Cadangan Persediaan Rp283.776.075.461,00
Cadangan Persediaan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing- masing sebesar Rp283.776.075.461,00 dan Rp285.586.142.510,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Persediaan.
Jumlah tersebut terdiri dari Persediaan sebesar Rp282.569.446.845,00 dan Persediaan BLU sebesar Rp1.206.628.616,00 .
C.6.3. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek (Rp145.941.782.084,00)
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar (Rp145.941.782.084,00) dan (Rp774.134.999.714,00) merupakan akun penyeimbang dari akun Utang Pihak Ketiga dan Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan.
Rincian Dana Yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek dapat dilihat pada Tabel 146 berikut.
Tabel 146 Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek
per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 132
Keuntungan/Kerugian yang Belum Terealisasi (Rp14.102.680,00)
C.6.4. Keuntungan/Kerugian Yang Belum Terealisasi
Keuntungan/Kerugian yang Belum Terealisasi per 31 Desember 2013 dan 2012 sebesar (Rp14.102.680,00) dan Rp83.498,00 merupakan akun penyeimbang dari Kas di Bendahara Pengeluaran yang berasal dari selisih kurs.
C.6.5. Dana Lancar BLU
Dana Lancar BLU Rp2.845.277.111.289,00
Dana Lancar BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp2.845.277.111.289,00 dan Rp3.641.157.122.268,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Kas pada BLU.
Barang/Jasa yang Harus Diterima Rp70.310.543.300,00
C.6.6. Barang/Jasa Yang Harus Diterima
Barang/Jasa yang Harus Diterima per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp70.310.543.300,00 dan Rp25.134.905.397,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Belanja Dibayar Dimuka dan Uang Muka Belanja.
Barang/Jasa yang Harus Diserahkan (Rp31.151.192.877,00)
C.6.7. Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan
Barang/Jasa yang Harus Diserahkan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar (Rp31.151.192.877,00) dan (Rp4.367.814.771,00) merupakan akun penyeimbang dari akun Pendapatan Diterima Dimuka.
C.7. Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi Rp32.169.779.998.858,00
Ekuitas Dana Investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp32.169.779.998.858,00 dan Rp40.145.471.145.118,00 .
Rincian Ekuitas Dana Investasi dapat dilihat pada Tabel 147 berikut. Tabel 147
Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam rupiah)
C.7.1. Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp31.448.511.970.370,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap yaitu jumlah ekuitas dana yang diinvestasikan dalam bentuk Aset Tetap. Diinvestasikan dalam Aset Tetap per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar sebesar Rp31.448.511.970.370,00 dan Rp39.244.462.867.245,00 . Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang Aset Tetap.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 133
C.7.2. Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Rp721.268.028.488,00
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan jumlah ekuitas dana yang diinvestasikan dalam ben tuk Aset Lainnya. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp721.268.028.488,00 dan Rp901.008.277.873,00 . Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan akun penyeimbang dari Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2.224.702.791,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp719.043.325.697,00 .
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 134
C.8. CATATAN PENTING LAINNYA Barang Rusak Berat Sengketa Pajak
C.8.1. Penatausahaan Barang Rusak Berat
Berdasarkan PSAP 07 PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, menyatakan bahwa “Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang”. Berdasarkan ketentuan tersebut maka terhadap aset rusak berat yang telah diusulkan penghapusan ke Pengelola BMN namun masih menunggu SK Penghapusan dan telah dikeluarkan dari SIMAK BMN dan tidak dilaporkan di neraca sebesar Rp39.017.076.648,00. Jumlah ini telah dilaporkan kembali dalam neraca SAK sebagai aset lainnya pada Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Unaudited. Namun demikian, Kementerian Keuangan c.q. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan konfirmasi kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara c.q. Direktorat Barang Milik Negara melalui Surat Nomor S-175/SJ.1/2014 tanggal 13 Maret 2014 hal Permasalahan Aset dan Penyusutan dalam Aplikasi SIMAK BMN 2013. Atas konfirmasi hal tersebut diperoleh tanggapan melalui Surat Nomor S-075/KN.2/2014 tanggal 25 Maret 2014 yang menyatakan bahwa aset rusak berat yang telah diusulkan penghapusan ke Pengelola BMN merupakan aset yang secara permanen dihentikan penggunaannya. Oleh karena itu aset dimaksud tidak disajikan dalam neraca baik SAK maupun SIMAK pada Laporan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited.
C.8.2. Sengketa Pajak pada Ditjen Pajak
Tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis ketetapan pajak/keputusan/putusan per 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut:
Jenis Ketetapan Jumlah
Ketetapan/ Keputusan/
Putusan
Nominal Ketetapan/Keputusan/Putusan
Dalam Rp Dalam USD Total Rp
SKPKB/SKPKBT/ STP/SPPT/ Keputusan/ Putusan Kurang Bayar
27.770 62.684.203.717.900 1.488.617.497,45 80.828.962.394.318
SKPLB/Keputusan/Putusan Lebih Bayar 2.299 22.204.213.190.175 997.308.327,53 34.360.404.394.438
SKPN/Keputusan/ Putusan Nihil 2.233 0 0 0
Jumlah 32.302 84.888.416.908.075 2.485.925.824,98 115.189.366.788.756
Selanjutnya, tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis sengketa dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Jenis Sengketa Pajak Jumlah
Ketetapan/ Keputusan/
Putusan
Nominal Ketetapan
Dalam Rp Dalam USD Total Rp
Non Keberatan 10.511 5.017.141.958.447 156.781.396,75 6.928.150.403.433
Keberatan 9.161 29.065.595.313.108 1.255.220.441,92 44.365.477.279.671
Banding/Gugatan 7.256 35.857.379.792.283 932.970.622,18 47.229.358.706.035
Peninjauan Kembali 5.374 14.948.299.844.237 140.953.364,13 16.666.380.399.618
Jumlah 32.302 84.888.416.908.075 2.485.925.824,98 115.189.366.788.756
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 135
Tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis pajak per 31 Desember 2013 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
No. Jenis Pajak
Jumlah Sengketa Pajak
Jumlah Ketetapan/ Keputusan/
Putusan Nilai Dalam Rp Nilai Dalam
USD Total Dalam Rp
1 PPh Pasal 25 OP 564 494.147.269.579 12.906.289 651.462.030.466
2 PPh Pasal 25 Badan 4.021 32.485.576.714.840 1.719.730.222 53.447.368.394.260
3 PPh Pasal 21 1.718 1.274.489.183.691 0 1.274.489.183.691
4 PPh Pasal 22 130 52.676.940.775 0 52.676.940.775
5 PPh Pasal 23 1.728 2.011.192.021.896 0 2.011.192.021.896
6 PPh Pasal 26 1.190 6.430.437.894.350 292.951.726 10.001.226.487.440
7 PPh Final (Pasal 4(2), Pasal 15, Pasal 19 dsb)
1.267 1.679.594.710.638 448.139.124 7.141.962.488.321
8 PPN 19.710 33.317.300.519.447 8.194.475 33.417.182.975.222
9 PPn BM 245 812.296.438.903 0 812.296.438.903
10 Bunga Penagihan 660 539.552.176.373 3.042.642 576.638.939.711
11 PKK 48 0 0 0
12 PBB Sektor Pedesaan 18 3.396.933.311 0 3.396.933.311
13 PBB Sektor Perkotaan 36 36.079.950 0 36.079.950
14 PBB Sektor Perkebunan 167 93.460.991.670 0 93.460.991.670
15 PBB Sektor Perhutanan 559 23.678.119.501 0 23.678.119.501
16 PBB Sektor Pertambangan Non Migas
140 504.911.670.215 961.348 516.629.540.987
17 PBB Sektor Pertambangan Migas
101 5.165.669.242.936 0 5.165.669.242.936
18 BPHTB - 0 0 0
Jumlah 32.302 84.888.416.908.075 2.485.925.827 115.189.366.809.040
* Jumlah Nilai keseluruhan dalam rupiah per jenis pajak dibandingkan dengan jumlah nilai keseluruhan per Kanwil terdapat selisih Rp20.282,- disebabkan oleh pembulatan-pembulatan dan konversi mata uang dollar ke rupiah.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 136
Tunggakan sengketa pajak berdasarkan kantor wilayah per 31 Desember 2013 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
No Kanwil DJP
Jumlah Ketetapan/Ke
putusan /Putusan
Total Dalam Rp
1 Kanwil DJP Aceh 189 262.497.226.267
2 Kanwil DJP Sumatera Utara I 498 591.939.982.246
3 Kanwil DJP Sumatera Utara II 266 318.328.235.898
4 Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau 982 1.686.211.007.564
5 Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi 808 325.160.453.975
6 Kanwil DJP Sumatera Selatan Dan Kepulauan Bangka Belitung 762
758.074.233.444
7 Kanwil DJP Bengkulu Dan Lampung 406 193.330.588.701
8 Kanwil DJP Jakarta Pusat 2.030 2.712.777.801.957
9 Kanwil DJP Jakarta Barat 673 535.200.409.509
10 Kanwil DJP Jakarta Selatan 1.274 2.797.302.040.078
11 Kanwil DJP Jakarta Timur 1.041 790.294.459.299
12 Kanwil DJP Jakarta Utara 667 695.991.843.103
13 Kanwil DJP Jakarta Khusus 6.569 35.532.079.610.570
14 Kanwil DJP Banten 525 459.699.512.679
15 Kanwil DJP Jawa Barat I 2.039 739.270.711.006
16 Kanwil DJP Jawa Barat II 1.161 1.116.074.304.165
17 Kanwil DJP Jawa Tengah I 983 368.104.244.458
18 Kanwil DJP Jawa Tengah II 644 164.954.537.327
19 Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta 388 23.600.229.983
20 Kanwil DJP Jawa Timur I 1.376 343.708.549.389
21 Kanwil DJP Jawa Timur II 752 230.221.966.009
22 Kanwil DJP Jawa Timur III 527 92.035.597.880
23 Kanwil DJP Kalimantan Barat 330 91.356.351.959
24 Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah 738 693.759.334.550
25 Kanwil DJP Kalimantan Timur 798 870.216.413.483
26 Kanwil DJP Sulawesi Barat, Selatan dan Tenggara 560
364.486.755.337
27 Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara 460
59.772.348.984
28 Kanwil DJP Bali 743 148.121.690.440
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 137
PBB Pertambangan Migas
29 Kanwil DJP Nusa Tenggara 306 70.390.582.335
30 Kanwil DJP Papua Dan Maluku 120 719.488.102.662
31 Kanwil DJP Wajib Pajak Besar 3.687 61.434.917.663.499
JUMLAH 32.302 115.189.366.788.756
Atas sengketa pajak berupa keberatan, dan non keberatan (pembetulan, pengurangan, penghapusan, dan pembatalan) ketetapan pajak, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan keputusan yang dapat mempengaruhi nominal ketetapan pajak semula dengan isi keputusan mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak, menambah, membetulkan, mengurangkan, menghapuskan, dan membatalkan. Atas sengketa banding dan gugatan yang diajukan ke Pengadilan Pajak, Majelis Hakim dapat menerbitkan putusan yang dapat mempengaruhi nominal ketetapan pajak sebelumnya dengan amar putusan menolak, mengabulkan sebagian atau seluruhnya, menambah pajak yang harus dibayar, tidak dapat diterima, membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung, dan membatalkan. Sedangkan, pengajuan peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung baik yang diajukan oleh Direktorat Jenderal Pajak maupun oleh Wajib Pajak akan diputuskan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung dengan amar putusan menerima atau menolak permohonan pemohon PK.
C.8.3. PBB Pertambangan Migas Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pemungutan PBB terutang didahului dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kepada Wajib Pajak (WP), selanjutnya berdasarkan SPOP yang telah diisi dengan jelas, benar, lengkap, dan ditandatangani WP, DJP dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menerbitkan SPPT. Berdasarkan ketetapan yang tercantum dalam SPPT tersebut, Wajib Pajak melakukan pelunasan dengan membayar PBB terutang melalui bank persepsi yang ditunjuk.
Khusus terhadap WP PBB Migas dan PBB Panas Bumi yaitu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau Pengusaha Panas Bumi, mekanisme pemungutan dan penagihannya dilaksanakan secara berbeda dari WP pada umumnya, karena WP terikat pada kontrak/izin dengan pemerintah (Kontrak Kerja Sama atau Izin Usaha Pertambangan) sehingga diberlakukan ketentuan yang bersifat lex specialist. Dalam pemungutannya pun, selain WP dan DJP, terdapat beberapa instansi lain yang terkait dalam proses pelaporan, penagihan dan pelunasan PBB terutang yaitu Kementerian ESDM, SKK Migas, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
Pada mulanya, mekanisme pemungutan/pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi adalah melalui mekanisme pemindahbukuan dari rekening migas atau rekening panas bumi. Rekening migas merupakan rekening pemerintah yang menampung bagian pemerintah yang disetor oleh KKKS yang sudah berproduksi sesuai dengan kontrak, sedangkan rekening panas bumi merupakan rekening pemerintah yang digunakan untuk menampung bagian pemerintah yang disetor oleh pengusaha panas bumi yang telah mencapai net operating income (NOI).
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 138
Namun, dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2010 (PP 79/2010) tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, terdapat mekanisme baru pemungutan/pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi yaitu WP membayar sendiri PBB Migas atau PBB Panas Buminya. Khusus untuk WP PBB Migas, PBB Migas tersebut dapat dimintakan kembali sebagai cost recovery setelah WP/KKKS telah berproduksi. Secara umum, mekanisme pemungutan/pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme Pemindahbukuan untuk PBB Migas atas Kontrak Kerja Sama yang ditandatangani sebelum PP 79/2010 berlaku (sebelum 20 Desember 2010) atau untuk PBB Panas Bumi yang Izinnya ditandatangani sebelum UU 27/2003.
a. Wajib Pajak PBB Migas yang sudah berproduksi, atau Wajib Pajak PBB Panas Bumi yang sudah berproduksi dan telah mencapai NOI, wajib menyetorkan bagian pemerintah (government share) sejumlah prosentase tertentu sesuai ketentuan;
b. bagian pemerintah tersebut sebelum masuk sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terlebih dahulu dikurangi untuk pembayaran PPN reimbursement, PBB, dan PDRD;
c. PBB yang dimaksud adalah PBB Migas atau PBB Panas Bumi yang dihitung oleh DJP sebagaimana diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2013 tentang Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.07/2013 tentang Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah;
d. Setiap tahun, DJP menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang diterima dari WP;
e. Dirjen Pajak menyampaikan permintaan pemindahbukuannya atas PBB Migas dan/atau PBB Panas Bumi baik yang belum maupun sudah berproduksi ke Dirjen Anggaran dengan dilengkapi salinan SPPT;
f. Permintaan pemindahbukuan atas PBB Migas dan/atau PBB Panas Bumi yang belum menghasilkan sebagaimana huruf e di atas, mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.02/2009 tentang Rekening Minyak dan Gas Bumi, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 114/PMK.02/2009 tentang Rekening Panas Bumi;
g. Direktur Jenderal Anggaran membuat surat permintaan pemindahbukuan ke Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan;
h. Direktur Jenderal Perbendaharaan membuat permintaan pemindahbukuan dari Bank Indonesia ke Bank Mitra KPPN Jakarta II;
i. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan mengeluarkan Surat Perintah Membayar (SPM) dari Bank Mitra KPPN Jakarta II ke rekening kas daerah maupun pusat.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 139
2. Mekanisme Pembayaran Langsung oleh Wajib Pajak untuk PBB Migas atas Kontrak Kerja Sama yang ditandatangani setelah PP 79/2010 berlaku (setelah 20 Desember 2010) atau untuk PBB Panas Bumi yang Izinnya ditandatangani setelah UU 27/2003.
a. Setiap tahun, DJP menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang diterima dari WP;
b. WP melunasi PBB terutang sebagaimana tercantum dalam SPPT dengan melakukan pembayaran melalui bank persepsi yang ditunjuk oleh Dirjen Perbendaharaan melalui KEP-127/PB/2013 tanggal 21 Juni 2013 tentang Penunjukan Bank Persepsi yang Melaksanakan Penatausahaan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi yaitu:
1) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jakarta Kramat
2) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Utaa Kelapa Gading
3) PT Bank Mandiri (Persero), Tbk Kantor Cabang Jakarta Cikini Taman Ismail Marzuki
4) PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Kantor Cabang Kelapa Gading Square;
c. Khusus WP PBB Migas, PBB Migas yang telah dibayar dapat dilaporkan sebagai bagian dari biaya operasi yang dapat dikembalikan (cost recovery) setelah WP tersebut berproduksi/terdapat lifting migas;
d. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan transfer Dana Bagi Hasil PBB Migas dan/atau PBB Panas Bumi sesuai ketentuan PMK 145/PMK.07/2013 ke rekening kas daerah maupun pusat.
Aturan terkait penatausahaan dan pengenaan PBB Migas dan PBB Panas Bumi adalah: 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2013 tentang Penatausahaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi.
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2013 tanggal 20 Desember 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi.
Pengungkapan lain yang tidak kalah pentingnya mengenai PBB Migas dan PBB Panas Bumi sampai dengan 31 Desember 2013 sebagai berikut:
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 140
PBB Migas
C.8.3.1 PBB Migas Penerbitan ketetapan PBB Migas tahun 2013 sebesar Rp25.114.516.216.195,00, dengan rincian sebagai berikut:
Uraian Pemindahbukuan Dibayar sendiri oleh KKKS Jumlah
Onshore 2012 201.424.701.560 26.095.352.528 227.520.054.088 Onshore 2013 2.632.229.617.859 96.418.975.066 2.728.648.592.925 Offshore 2012 170.062.826 711.160.054.000 711.330.116.826 Offshore 2013 7.213.696.061.830 1.874.989.343.120 9.088.685.404.950 Tubuh Bumi 2012 5.107.540.267 36.875.889.965 41.983.430.232 Tubuh Bumi 2013 12.018.268.041.412 298.080.576.032 12.316.348.617.444 Total 22.070.896.025.754 3.043.620.190.711 25.114.516.216.465
Ketetapan PBB Migas yang belum dilunasi per 31 Desember 2013 sebesar Rp4.422.801.297.800,00 dengan rincian sebagai berikut:
Uraian Pemindahbukuan Dibayar sendiri oleh KKKS Jumlah
Onshore 2012 200.435.685.000 26.095.352.528 226.531.037.528
Onshore 2013 656.439.124.722 96.418.975.066 752.858.099.788
Offshore 2012 0 711.160.054.000 711.160.054.000
Offshore 2013 0 1.874.989.343.120 1.874.989.343.120
Tubuh Bumi 2012 0 25.978.570.122 25.978.570.122
Tubuh Bumi 2013 542.867.979.766 288.416.213.476 831.284.193.242
Total 1.399.742.789.488 3.023.058.508.312 4.422.801.297.800
Dari ketetapan PBB Migas (SPPT) yang belum mendapat pelunasan sampai dengan 31 Desember 2013 tersebut diantaranya sebanyak 37 SPPT PBB Migas onshore senilai Rp856,87 miliar yang masih harus diklarifikasi oleh Kementerian Keuangan dhi. DJP dan SKK Migas terkait dengan luas wilayah kerja eksplorasi yang menjadi dasar penetepan PBB terutang. Hasil klarifikasi atas 37 SPPT adalah sebagai berikut: 1) 6 SPPT dengan ketetapan sebesar Rp105.092.312.000,00 telah dilakukan
pembatalan secara jabatan melalui Keputusan Dirjen Pajak pada tahun 2014. 2) 2 SPPT dengan ketetapan sebesar Rp74.439.993.600,00 telah dilakukan
pembetulan secara jabatan pada tahun 2014, sehingga berubah menjadi Rp9.610.726,00.
3) 29 SPPT dengan ketetapan sebesar Rp677.342.504.122,00 masih dalam proses penelitian.
Dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembetulan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali. Nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp4.825.803.302.678,00 dengan rincian sebagai berikut:
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 141
PBB Panas Bumi
Uraian Keberatan Banding/gugatan Onshore 2012 0 0 Onshore 2013 0 0 Offshore 2012 711.160.054.000 1.927.119.976.000 Offshore 2013 1.874.989.343.120 0 Tubuh Bumi2012 28.406.258.759 0 Tubuh Bumi 2013 284.127.670.799 0 Total 2.898.683.326.678 1.927.119.976.000
Nilai keberatan tersebut merupakan keberatan yang dilakukan oleh KKKS yang tidak melalui mekanisme pemindahbukuan. Sedangkan permohonan pengajuan banding dari Wajib Pajak telah diputuskan oleh Pengadilan Pajak pada Tahun 2014 dengan putusan mengabulkan sebagian permohonan banding dari Wajib Pajak tersebut.
C.8.3.2 PBB Panas Bumi 1. Ketetapan PBB Panas Bumi tahun 2013 yang melalui mekanisme
pemindahbukuan adalah sebesar Rp125.803.910.545,00 dengan rincian sebagai berikut: a. PBB Panas Bumi Onshore 2013 : Rp 21.471.345.233,00
b. PBB Panas Bumi Tubuh Bumi 2013 : Rp 104.332.565.312,00
Total : Rp 125.803.910.545,00
2. Realisasi pembayaran PBB Panas Bumi tahun 2013 yang melalui mekanisme pemindahbukuan sebesar Rp125.803.910.545,00 dengan rincian sebagai berikut: a. PBB Panas Bumi Onshore 2013 : Rp 21.471.345.233,00
b. PBB Panas Bumi Tubuh Bumi 2013 : Rp 104.332.565.312,00
Total : Rp 125.803.910.545,00
3. Ketetapan PBB Panas Bumi tahun 2013 yang tidak melalui mekanisme pemindahbukuan adalah sebesar Rp2.135.537.064,00 dengan rincian sebagai berikut: a. PBB Panas Bumi Onshore 2013 : Rp 102.133.884,00
b. PBB Panas Bumi Tubuh Bumi 2013 : Rp 1.714.969.220,00
c. PBB Panas Bumi Onshore 2012 : Rp 7.140,00
d. PBB Panas Bumi Tubuh Bumi 2012 : Rp 318.426.820,00
Total : Rp 2.135.537.064,00
4. Realisasi pembayaran PBB Panas Bumi tahun 2013 yang tidak melalui mekanisme pemindahbukuan sebesar Rp151.264.000,00 atas PBB Panas Bumi Tubuh Bumi.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 142
Pengalihan BPHTB dan PBB P2
C.8.4. Pengalihan BPHTB dan PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan
Hal-hal penting terkait pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD), adalah sebagai berikut:
a. PBB-P2 dan BPHTB merupakan 2 (dua) jenis Pajak Pusat yang dialihkan ke kabupaten/kota dan menjadi bagian dari 11 (sebelas) jenis Pajak kabupaten/kota yang diamanatkan UU PDRD;
b. DJP masih tetap mengelola PBB-P2 sampai dengan 31 Desember 2013, sepanjang belum terbitnya Peraturan Daerah;
c. DJP masih tetap mengelola BPHTB untuk tahun 2010, sejak tahun 2011 BPHTB menjadi Pajak Kabupaten/Kota;
d. Tahapan pengalihan PBB-P2 serta BPHTB diatur bersama oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri; dan
e. Secara umum pengaturan PBB-P2 serta BPHTB dalam UU PDRD adalah sama dengan yang diatur dalam UU PBB dan UU BPHTB, kecuali yang terkait dengan tarif pajak, NJOPTKP dan NPOPTKP.
Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai Pajak Daerah.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010, kewenangan pemungutan BPHTB dialihkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah mulai tanggal 1 Januari 2011. Sebagai bagian persiapan pengalihan tersebut, telah diterbitkan serangkaian ketentuan sebagai berikut:
a) Peraturan Bersama antara Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 127/PMK.07/2010 dan Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 186/PMK.07/2010 dan 53 Tahun 2010 tanggal 18 Oktober 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah;
b) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2010 tanggal 22 Oktober 2010 tentang Tata Cara Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah;
c) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 108/PJ/2010 tanggal 25 Oktober 2010 tentang Tindak Lanjut Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ke Pemerintah Kabupaten/Kota.
d) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-05/PJ/2013 Tentang Tata Cara Penyelesaian Pengajuan Keberatan, Permohonan Pelayanan Lainnya, Banding, Gugatan, dan Peninjauan Kembali Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Setelah Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagai Pajak Daerah.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 143
Dengan mengacu pada ketentuan di atas, tahapan pengalihan BPHTB dijelaskan sebagai berikut:
a) Tahapan Persiapan Pengalihan BPHTB yang telah dilaksanakan yaitu: 1. Sosialisasi dan ToT Persiapan Pengalihan BPHTB; 2. Koordinasi dengan Kanwil DJP dan KPP Pratama seluruh Indonesia; 3. Monitoring dan Evaluasi pada Kanwil DJP dan KPP Pratama seluruh
Indonesia; 4. Pembuatan Aplikasi Pengunduh dan Pembaca Data NJOP Tahun 2011; dan 5. Penyerahan data/berkas BPHTB ke Pemerintah Kabupaten/Kota.
b) Pelaksanaan Pengalihan BPHTB tahun 2011 yaitu: 1. Sosialisasi dan ToT Persiapan Pengalihan BPHTB; 2. Koordinasi dengan Kanwil DJP dan KPP Pratama seluruh Indonesia; dan 3. Monitoring dan Evaluasi pada Kanwil DJP dan KPP Pratama seluruh
Indonesia.
Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010, kewenangan pemungutan PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan dialihkan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah paling lambat tanggal 31 Desember 2013. Sebagai bagian persiapan pengalihan tersebut, telah diterbitkan serangkaian ketentuan sebagai berikut: a) Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
15/PMK.07/2014 dan 10 Tahun 2014 tanggal 24 Januari 2014 tentang Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah yang merupakan pengganti dari Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 213/PMK.07/2010 dan 58 Tahun 2010 tanggal 30 November 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah;
b) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2010 tanggal 17 Desember 2010 tentang Tata Cara Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Sebagai Pajak Daerah;
c) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-07/PJ/2014 tanggal 3 Februari 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah.
Dengan mengacu pada ketentuan di atas, piutang PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan Per 31 Desember 2013 tetap dilaporkan di Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan akan menjadi piutang pajak di Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sejak Berita Acara Serah Terima
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 144
Manajemen Penagihan Khusus Piutang Pajak Daluwarsa
ditandatangani antara KPP Pratama dan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat.
Progress Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah sebagai berikut:
a) Tahapan Persiapan Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan:
1) Koordinasi dengan Kanwil DJP dan KPP Pratama yang wilayah kerjanya akan dialihkan
2) Monitoring dan Evaluasi pada Kanwil DJP dan KPP Pratama yang wilayah kerjanya akan dialihkan
3) Workshop Informasi dan Teknologi (IT)
4) Cleansing dan pemecahan database SISMIOP
5) Penyerahan data/berkas PBB-P2 ke Pemerintah Kabupaten/Kota.
b) Pelaksanaan Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan:
1) Selama tahun 2013 telah dialihkan data piutang PBB-P2 kepada 105 Kabupaten/Kota
2) Data Piutang PBB-P2 sampai dengan 31 Desember 2013 akan diserahkan paling lambat 31 Januari 2014
3) Permohonan pelayanan PBB-P2 sampai dengan 31 Desember 2013 belum dapat diselesaikan DJP, tindak lanjut penyelesaiannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah dan DJP dapat memberikan asistensi atas permintaan Pemerintah Daerah
4) Jumlah kabupaten/kota yang berencana melaksanakan pemungutan PBB-P2 yaitu sebagai berikut:
i. Tahun 2011: 1 kota (Surabaya)
ii. Tahun 2012: 17 kabupaten/kota
iii. Tahun 2013: 105 kabupaten/kota
iv. Tahun 2014: 369 kabupaten/kota.
Persiapan pengalihan PBB-P2 ke kabupaten/kota tahun 2013, dilaksanakan pada Kanwil DJP dan KPP Pratama yang wilayah kerjanya meliputi 369 (tiga ratus enam puluh sembilan) kabupaten/kota yang melaksanakan pemungutan PBB-P2 mulai 1 Januari 2014. Daftar kabupaten/kota serta wilayah Kanwil DJP dan KPP Pratama yang melaksanakaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan terlampir.
C.8.5. Manajemen Penagihan Khusus Piutang Pajak Daluwarsa Sesuai dengan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, penagihan pajak tidak dilaksanakan apabila telah daluwarsa sebagaimana diatur dalam undang-undang dan peraturan daerah. Di satu sisi ketentuan tersebut memberikan aspek kepastian hukum bagi Wajib Pajak tetapi juga
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 145
memberikan dorongan bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk mengoptimalisasi tindakan penagihan pajak sebelum piutang pajak tersebut daluwarsa.Pasal 22 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 mengatur lebih lanjut batas waktu daluwarsa penagihan pajak sesuai dengan tahun pajak dari ketetapan yang menjadi dasar penagihan pajak.
Direktorat Jenderal Pajak melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ/2012 tentang Kebijakan Penagihan Pajak telah merumuskan strategi dan prioritas tindakan penagihan pajak, salah satunya adalah upaya penagihan secara optimal terhadap piutang pajak yang akan daluwarsa. Melalui sistem informasi yang memadai, data piutang pajak yang akan daluwarsa dapat dimonitor oleh Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Wilayah DJP serta Kantor Pusat DJP. Dengan dukungan sistem informasi tersebut, diharapkan akan dapat dilakukan penagihan pajak optimal sebelum piutang pajak tersebut menjadi daluwarsa.
Direktur Jenderal Pajak telah menginstruksikan kepada masing-masing Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk melakukan reviu dan memastikan bahwa piutang pajak yang akan mendekati daluwarsa tersebut telah dilakukan penagihan pajak secara intensif dan optimal, khususnya sampai dengan pemberitahuan Surat Paksa yang dapat menangguhkan daluwarsa penagihan pajak. Tentu dalam kegiatan penagihan pajak yang akan daluwarsa juga memperhatikan aspek efesiensi dan skala prioritas khususnya penagihan pajak terhadap piutang pajak yang akan daluwarsa dengan nilai yang signifikan. Pertimbangan biaya penagihan dan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh negara dalam rangka penagihan juga perlu diperhatikan sehingga hasil pencairan piutang pajak melebihi jumlah biaya yang dikeluarkan dalam rangka penagihan pajak.
Sesuai dengan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Dalam pelaksanaan penagihan pajak, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menghadapi kendala baik dari sisi eksternal maupun internal DJP. Kendala dari sisi eksternal yang dihadapi DJP di antaranya adalah:
a. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak (level of taxpayers compliance) yang masih rendah terkait kewajiban;
b. Terdapat benturan peraturan perundang-undangan (disharmonisasi regulasi) antara ketentuan penagihan pajak dengan peraturan lainnya, diantaranya hak mendahulu utang pajak dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang berbenturan dengan Hak Tanggungan dalam Undang-Undang tentang Hak Tanggungan, Undang-Undang tentang Kepailitan dan PKPU, dan Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas;
c. Belum sepenuhnya diperoleh data dari berbagai pihak di luar DJP, khususnya untuk mendukung assets and debtor tracing, sebagai pelaksanaan ketentuan
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 146
Pungutan Ekspor/Bea Keluar
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan Dengan Perpajakan;
Terhadap piutang pajak yang telah daluwarsa dan mempertimbangkan bahwa piutang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi maka proses penghapusan piutang pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan merupakan prosedur berikutnya yang dapat dilakukan. Hal tersebut diatur dalam pasal 24 dan penjelasannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa Menteri Keuangan mengatur tata cara penghapusan dan menentukan besarnya jumlah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi, antara lain karena Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan, Wajib Pajak badan yang telah selesai proses pailitnya, atau Wajib Pajak yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subjek pajak dan hak untuk melakukan penagihan pajak telah daluwarsa.
C.8.6. Pungutan Ekspor/Bea Keluar
Mutasi akun pungutan ekspor sampai dengan 31 Desember 2013 secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Saldo Awal Saldo Akhir
31/12/2012 Penambahan ReklasifikasiPembayaran
(Realisasi Restitusi)
31/12/2013
ASET LANCARPiutang PE 115.969.183.337 - 115.969.183.337
ASET LAIN-LAINPiutang PE (DJKN) - - -
KEWAJIBANUTANG KELEBIHANPEMBAYARAN BK
1.233.795.102 - - 1.233.795.102 -
Mutasi
AKUN Koreksi
1) Piutang Pungutan Ekspor
Saldo piutang pungutan ekspor per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp115.969.183.337,00.
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor SE-18/BC/2011 tentang Pelaksanaan Penyisihan Piutang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kualitas piutang PE per 31 Desember 2012 dikategorikan sebagai piutang macet karena telah dilimpahkan penagihannya ke KPKNL .
2) Utang Kepada Pihak Ketiga (Utang Kelebihan Pembayaran Bea Keluar)
Saldo utang kelebihan pembayaran bea keluar per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp0,00 dan Rp1.233.795.102,00 atau turun sebesar Rp1.233.795.102,00 karena adanya realisasi pengembalian pada KPPBC Dumai yang terdiri atas SP2D Nomor 514100C tanggal 14 Juni 2013 sebesar Rp116.000.280,00 dan SP2D Nomor 514099C tgl 14 Juni 2013 sebesar Rp144.581.797,00, dan KPPBC Balikpapan yang terdiri atas SP2D Nomor 170035Z tanggal 8 Juli 2013 sebesar Rp33.693.613,00 dan SP2D Nomor 170036Z tanggal 8 Juli 2013 sebesar Rp939.519.412,00 yaitu:
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 147
Satker Perusahaan (Eksportir) Persetujuan Pengembalian Nilai
KPPBC Dumai PT Bukit Kapur Reksa KEP-82/KM.02/2008 116.000.280 KEP-53/KM.02/2008 144.581.797
KPPBC Balikpapan PT Bayan Resources No.627 tgl 7/12/2009 939.519.412 PT Gunung Bayan Pratama Coal No.659 tgl 16/12/2009 33.693.613
Jumlah 1.233.795.102
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 148
Pengelolaan Barang Hasil Tegahan, Sitaan/Rampasan, BDD, BDN dan BMN
C.8.7. Pengelolaan Barang Hasil Tegahan, Sitaan/Rampasan, Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara, dan Barang yang Menjadi Milik Negara Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.04/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008, kriteria dari Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara dan Barang yang Menjadi Milik Negara adalah sebagai berikut.
1) Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai adalah: a. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Sementara yang
berada di dalam area pelabuhan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penimbunannya;
b. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Sementara yang berada di luar area pelabuhan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak penimbunannya;
c. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat yang telah dicabut izinnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pencabutan izin; atau Barang yang dikirim melalui Pos : 1) yang ditolak oleh si alamat atau orang yang dituju dan tidak dapat dikirim
kembali kepada pengirim di luar Daerah Pabean; 2) dengan tujuan luar Daerah Pabean yang diterima kembali karena ditolak
atau tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju dan tidak diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya Pemberitahuan dari Kantor Pos.
2) Barang yang Dikuasai Negara adalah : a. Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak
diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam Pemberitahuan Pabean;
b. Barang dan/atau sarana pengangkut yang dicegah oleh Pejabat Bea dan Cukai;atau
c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal.
3) Barang yang Menjadi Milik Negara adalah: a. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai yang merupakan barang yang
dilarang untuk diekspor atau diimpor, kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai yang merupakan barang yang dibatasi untuk diekspor atau diimpor, yang tidak diselesaikan oleh pemiliknya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean;
c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang dicegah oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal;
d. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal yang tidak diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean;
e. Barang yang Dikuasai Negara yang merupakan barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor; atau
f. Barang dan/atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim yang
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 149
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan dirampas untuk negara.
Atas barang yang menjadi milik negara yang dinilai dan dicatat dalam laporan keuangan sebagai persediaan adalah barang yang telah memiliki status akan dilelang dan sudah mendapat keputusan dari Menteri Keuangan. Sedangkan barang yang berstatus dihibahkan, dimusnahkan dan barang yang belum ada peruntukannya hanya diungkapkan di Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sebagai lampiran. Hal ini karena barang-barang tersebut berada dibawah pengawasan Kantor Bea dan Cukai, tetapi belum ada keputusan dari Menteri Keuangan tentang peruntukannya.
Berkenaan dengan penerimaan negara bukan pajak yang bersumber dari penjualan hasil sitaan/tegahan masih disajikan secara netto. Kebijakan tersebut diambil melalui surat Sekretaris DJBC ke Kementerian Keuangan nomor S-260/BC.1/2009 tanggal 12 Juni 2009, dan telah dijawab oleh Kepala Biro Hukum Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan dengan suratnya nomor S-684/SJ.3/2009, yang pada intinya menyatakan bahwa: a. Untuk barang yang tidak dikuasai dan barang yang dikuasai negara, berlaku
ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB IV Pelelangan Permenkeu Nomor 13/PMK.04/2006 tentang Penyelesaian Terhadap Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara dan Barang Yang Menjadi Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008 yang mengatur bahwa :
1. Harga terendah untuk barang yang dinyatakan tidak dikuasai dan barang yang dikuasai negara yang akan dilelang paling sedikit, meliputi:
a) Bea Masuk, Cukai, PPN, PPnBM dan PPh Ps 22; b) Sewa gudang TPS untuk paling lama 2 (dua) bulan; c) Sewa gudang di TPP; d) Biaya pencacahan dan penimbunan di Tempat Penimbunan Pabean.
2. Hasil pelelangan setelah dikurangi bea masuk, cukai, PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22, sewa gudang serta biaya-biaya yang dikeluarkan, sisanya disediakan untuk pemiliknya.
Apabila atas sisa hasil lelang barang tidak dikuasai dan atau barang dikuasai negara sampai dengan 90 hari sejak tanggal pelelangan tidak diambil oleh pemiliknya, maka atas hasil pelelangan tersebut disetor ke kas negara sebagai penerimaan negara bukan pajak.
b. Untuk barang yang menjadi milik negara, sesuai ketentuan yang diatur dalam pasal 53 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, ditetapkan bahwa hasil penjualan barang milik negara/daerah wajib disetor seluruhnya ke rekening kas umum negara/daerah sebagai penerimaan negara/daerah.
Merujuk rekomendasi tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut : 1) Bahwa terhadap pendapatan hasil penjualan hasil lelang barang yang tidak
dikuasai dan barang dikuasai negara, dikecualikan dari azas bruto dalam pencatatan pendapatannya, karena terhadap barang tersebut masih melekat hak keuangan negara seperti pungutan pabean dan PDRI, dan utang pada pihak ketiga seperti sewa gudang, biaya lelang dsb, sehingga atas biaya biaya tersebut dikurangkan terlebih dahulu dari dari pendapatan penjualan hasil lelang (azas netto). Apabila atas sisa hasil lelang barang tidak dikuasai dan atau barang dikuasai negara sampai dengan 90 hari sejak tanggal pelelangan tidak diambil oleh pemiliknya, maka atas hasil pelelangan tersebut disetor ke kas negara
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 150
sebagai penerimaan negara bukan pajak. 2) Pemberlakuan azas bruto dalam pelaksanaaan penjualan barang tegahan/barang
milik negara, DJBC mengalami kendala–kendala antara lain: a) Bahwa untuk pengalokasian biaya lelang harus menunggu tahun berikutnya,
karena atas usulan RKAK/L harus dibuat pada awal tahun sebelumnya. b) Kesulitan dalam memprediksikan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk
biaya lelang, karena frekuensi dan jumlah barang yang akan dilelang dalam satu tahun anggaran sulit untuk diprediksikan.
c) Dengan mengalokasikan sebagian anggaran DJBC yang terbatas untuk biaya pelelangan, akan dapat mempengaruhi pembiayaan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi utama DJBC.
Saat ini atas pelaksanaaan penjualan barang tegahan/barang milik negara telah menggunakan azaz bruto sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.04/2011 tanggal 30 Maret 2011 Tentang Penyelesaian terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, Barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara, di mana dalam pasal 22 disebutkan sebagai berikut:
(1) Harga penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta Lelang yang telah disahkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat Lelang merupakan harga Lelang.
(2) Harga Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. harga BMN; b. sewa gudang di TPS untuk paling lama 2 (dua) bulan; c. sewa gudang di TPP; d. biaya pencacahan dan penimbunan di TPP; dan e. biaya lain yang dipergunakan untuk keperluan Lelang BMN.
(3) Jumlah penerimaan negara yang berasal dari lelang BMN sesuai harga Lelang BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disetor seluruhnya ke kas negara.
(4) Hasil Lelang yang merupakan bagian dari harga Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, disediakan untuk yang berhak.
Sebagai petunjuk pelaksanaan penyetoran PNBP dimaksud telah dikeluarkan Surat Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor S-1388/BC/2011 tanggal 30 Desember 2011 hal Petunjuk Pelaksanaan Penyetoran PNBP Atas Hasil Lelang Barang Menjadi Milik Negara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada PSAP 02 paragraf 24 dinyatakan bahwa dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan LRA bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
Merujuk pada PSAP tersebut maka penerimaan hasil lelang barang tegahan/barang menjadi milik negara pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang disajikan secara netto termasuk yang dikecualikan dari ketentuan penyajian pendapatan berdasarkan azaz bruto.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 151
Jaminan Tunai
C.8.8. Jaminan Tunai
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 259/PMK.04/2010 tentang Jaminan dalam rangka Kepabeanan, definisi jaminan dalam rangka kepabeanan adalah garansi pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan dan/atau pemenuhan kewajiban yang disyaratkan dalam peraturan kepabeanan yang diserahkan kepada Kantor Pabean. Jaminan dalam rangka kepabeanan dapat berbentuk: a. Jaminan tunai; b. Jaminan bank; c. Jaminan dari perusahaan asuransi; atau d. Jaminan Indonesia Exim Bank; e. Jaminan perusahaan penjaminan; f. Jaminan perusahaan (corporate guarantee); atau g. Jaminan tertulis.
Jaminan dapat digunakan untuk: a. menjamin pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan:
1) atas impor yang diberikan penundaan pembayaran; 2) atas pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menyerahkan Jaminan; 3) atas impor sementara; 4) atas pengajuan keberatan; 5) yang berdasarkan peraturan kepabeanan dipersyaratkan adanya Jaminan;
b. memenuhi kewajiban penyerahan Jaminan yang dipersyaratkan dalam peraturan kepabeanan.
Jumlah Jaminan yang diserahkan sebesar: a. pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan yang terutang; atau b. jumlah tertentu yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang mensyaratkan
penyerahan Jaminan. Jangka waktu Jaminan yang diserahkan adalah selama jangka waktu: a. izin penundaan pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan; b. izin pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menyerahkan Jaminan; c. pembebasan ditambah jangka waktu paling lama penelitian realisasi ekspor barang
dengan pembebasan impor tujuan ekspor; d. izin impor sementara ditambah jangka waktu paling lama realisasi ekspor; e. paling lama diputuskannya keberatan; atau f. yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang mensyaratkan penyerahan Jaminan. Jaminan tunai merupakan Jaminan berupa uang tunai yang diserahkan oleh Terjamin pada Kantor Pabean dan harus disimpan pada rekening khusus Jaminan Kantor Pabean. Dalam hal Jaminan tunai diserahkan untuk menjamin kegiatan kepabeanan oleh penumpang atau pelintas batas, Jaminan tunai dapat disimpan di Kantor Pabean. Penyerahan Jaminan tunai dapat dilakukan dengan cara: a. menyerahkan uang tunai kepada bendahara penerimaan di Kantor Pabean; dan/atau b. menyerahkan bukti pengkreditan rekening khusus Jaminan Kantor Pabean kepada
bendahara penerimaan di Kantor Pabean. Atas setiap uang tunai yang diterima, bendahara penerimaan di Kantor Pabean harus menyimpan ke rekening khusus Jaminan Kantor Pabean paling lama pada hari kerja berikutnya. Pembukaan rekening khusus Jaminan di Kantor Pabean dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan rekening milik
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 152
kementerian negara/lembaga/kantor/satker. Penerimaan jasa giro perbankan dari rekening khusus Jaminan wajib disetorkan ke Kas Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak. Selain bertanggung jawab atas rekening Bendahara Penerimaan pada beberapa satker Bendahara Penerimaan juga bertanggung jawab atas rekening Jaminan Tunai. Jaminan tunai ini terkait dengan jaminan yang harus dipertaruhkan oleh importir apabila yang bersangkutan mengajukan keberatan atau banding atas penetapan DJBC. Atas uang jaminan ini tidak disajikan dalam neraca karena uang tersebut bukan hak negara. Adapun rincian jaminan tunai per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut.
Jaminan Tunai per 31 Desember 2013 pada DJBC KODE
KANWILKODE SATKER NAMA SATKER NILAI
002 410951 KPPBC MEDAN 41.361.306,43 002 410976 KPPBC TELUK NIBUNG 8.000.000,00 002 411651 KPPBC BELAWAN 3.025.108.123,00 003 411033 KPPBC DUMAI 3.804.000.000,00 003 411042 KPPBC PEKANBARU 213.646.000,00 004 411058 KPPBC TANJUNG PINANG 151.684.000,00 004 411667 KPPBC TANJUNG BALAI KARIMUN 25.205.000,00 005 411702 KPPBC PALEMBANG 1.534.651.250,00 006 410713 KPPBC MERAK 52.000.000,00 006 532530 KPPBC SOEKARNO HATTA 19.120.230.621,13 007 411611 KPPBC JAKARTA 1.297.957.339,00 007 447532 KPPBC SUNDA KELAPA 898.798.007,00 008 410707 KPPBC TMP A BANDUNG 181.947.000,00 008 613281 KPPBC TMP A PURWAKARTA 2.113.375.894,00 008 636736 KPPBC TMP A BEKASI 7.976.600.479,98 008 410722 KPPBC TMP A BOGOR 1.397.014.534,00 009 410810 KPPBC YOGYAKARTA 13.399.000,00 009 411620 KPPBC TANJUNG MAS 250.275.000,00 010 410832 KPPBC JUANDA 1.766.850.575,00 010 410857 KPPBC GRESIK 33.557.702,51 010 411636 KPPBC TANJUNG PERAK 7.016.175.509,63 010 526856 KPPBC PASURUAN 365.460.318,00 012 411384 KPPBC NGURAH RAI 132.219.000,00 012 561115 KPPBC BENOA 580.477.000,00 013 411560 KPPBC SINTETE 126.172.722,00 013 411718 KPPBC PONTIANAK 258.573.000,00 013 130558 KPPBC NANGA BADAU 39.467.913,00 014 411234 KPPBC BANJARMASIN 15.100.000,00 014 411259 KPPBC BALIKPAPAN 3.458.130.246,00 014 411265 KPPBC SAMARINDA 3.546.574,61 014 561288 KPPBC SANGATA 11.107.750,03 015 411296 KPPBC BITUNG 70.000.000,00 015 411300 KPPBC MANADO 150.828.000,00 015 411755 KPPBC MAKASSAR 77.615.737,00 017 447501 KPU BC TANJUNG PRIOK 93.362.267.253,37 018 447517 KPU BC BATAM 392.373.289,61
JUMLAH JAMINAN TUNAI 149.965.176.145,30
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 153
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
C.8.9. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) TA 2013 1) Pinjaman dan hibah pada Sekretariat Jenderal.
Pada tahun anggaran 2013, Sekretariat Jenderal menerima pinjaman dan hibah sebagai berikut: a. Pinjaman terencana untuk proyek PSSU GFMRAP yang berasal dari World
Bank dengan nomor register 10694001. Nilai pinjaman pada DIPA 2013 sebesar Rp2.466.360.000,00 dengan penyerapan sebesar Rp1.769.859.936,00 atau sebesar 71,76 persen. Pinjaman tersebut berupa Jasa Konsultan Monitoring dan Evaluasi, Bilingual Secretary, dan Jasa Konsultan Manajemen Proyek;
b. Hibah terencana untuk proyek PFM MDTF dengan nomor register 70707101 tercatat dalam DIPA 2013 sebesar Rp398.438.000,00 dan telah diserap sebesar Rp385.170.014,60 atau sebesar 96,67 persen. Hibah tersebut berupa Jasa Konsultan Monitoring dan Evaluasi, Bilingual Secretary, dan Jasa Konsultan Manajemen;
c. Hibah terencana untuk proyek PFM MDTF Pusintek dengan nomor register 70707101 tercatat dalam DIPA 2013 sebesar Rp3.740.912.000,00 dan telah terserap sebesar Rp940.839.368,00 atau sebesar 25,15 persen. Hibah tersebut berupa Jasa Konsultan dan Workshop and Training.
2) Pinjaman dan Hibah pada Badan Kebijakan Fiskal. Badan Kebijakan Fiskal memiliki Pinjaman dan Hibah terencana yang terdapat dalam DIPA tahun 2013, diantaranya sebagai berikut: a. Pinjaman untuk Proyek PIU GFMRAP dengan nilai pinjaman pada DIPA
2013 sebesar Rp977.233.000,00 dengan realisasi Rp567.093.066,00 atau sebesar 58,03 persen. Pinjaman berupa training pegawai BKF 5 orang pegawai di Malaysia, 3 orang pegawai di Amerika Serikat, dan 4 orang pegawai di Singapura;
b. Hibah terencana berupa Technical Assistance (TA 4872 INO) dengan nilai hibah sebesar Rp2.754.279.000,00. Dari anggaran tersebut, sebesar Rp2,4 miliar tidak dapat diakui sebagai realisasi anggaran karena adanya kesalahan dalam administrasi.
3) Pinjaman dan Hibah pada Ditjen Perimbangan Keuangan.
Ditjen Perimbangan Keuangan menerima pinjaman program (BA 999) dan hibah langsung dari luar negeri dalam bentuk barang/jasa atau technical assistance dan telah diterbitkan SP3HL-BJS dari DJPU dan persetujuan MPHL-BJS dari KPPN. Daftar Pinjaman dan hibah tersebut adalah: a. Local Government Development Project (Pinjaman Program BA 999)
Pinjaman dari ADB dan Bank Dunia untuk proyek LGDP ini bernilai sebesar Rp2.155.250.000.000,00 dengan penyerapan kumulatif sebesar 55,46 persen;
b. Australia Indonesia Partnership fo Decentralisation (AIPD) Hibah diperoleh dari Australian Aid (AusAID) untuk mendukung program Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) dengan nomor register 71483301. Sesuai dengan Berita Acara Nomor BA-1/PK.1/2013, AusAID menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai Rp7.588.645.230,00 dan telah diterbitkan SP3HL-BJS Nomor 02804 tanggal 8 November 2013 serta persetujuan MPHL-BJS Nomor 321597E tanggal 20 November 2013;
c. TA 7184-INO Local Government Finance and Governance Reform 1 Hibah diperoleh dari Asian Development Bank (ADB) dalam rangka mendukung reformasi keuangan daerah melalui kegiatan TA 7184-INO Local Government Finance and Governance Reform 1 dengan nomor register 70859501. ADB menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 154
Rp14.032.303.212,00 dan telah diterbitkan SP3HL-BJS Nomor 02294 tanggal 18 September 2013 serta persetujuan MPHL-BJS Nomor 298454E tanggal 07 Oktober 2013;
d. TA 7452-INO Local Government Finance and Governance Reform 2 Hibah diperoleh dari Asian Development Bank (ADB) dalam rangka mendukung reformasi keuangan daerah melalui kegiatan TA 7452-INO Local Government Finance and Governance Reform 2 dengan nomor register 71040201. ADB menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai Rp6.444.914.448,00 dan telah diterbitkan SP3HL-BJS Nomor 02476 tanggal 9 Oktober 2013 serta persetujuan MPHL-BJS Nomor 302002E tanggal 11 Oktober 2013.
4) Pinjaman dan Hibah pada Ditjen Pengelolaan Utang.
Ditjen Pengelolaan Utang pada tahun anggaran 2013 tidak memiliki pinjaman dan hibah, namun memiliki beberapa pinjaman program dan hibah. Daftar pinjaman dan hibah tersebut adalah: a. Pinjaman Program Proyek Precautinary Finance Facility ADB 2871 INO
dengan nilai USD500.000.000,00 saat ini tercatat sebagai Stand By Loan; b. Pinjaman Program Proyek Economic Resillence Investment and Social
Assistance in Indonesia (PERISAI) Development Policy Loan IBRD 8164 ID dengan nilai sebesar USD2.000.000.000,00 hingga akhir tahun 2013 tercatat sebagai Stand By Loan;
c. Pinjaman Program Proyek INSTANSI (Institutional, Tax, Administration, Social, and Invesment) IBRD 8208 ID dengan nilai USD300.000.000,00. Pinjaman Program ini sudah di-disburse sebesar 100 persen;
d. Pinjaman Program Proyek Financial Sector and Investment Climate Reform and Modernization (FMR) Development Policy (DPL) dengan nilai USD100.000.000,00 dan telah di-disburse sebesar 100 persen;
e. Pinjaman Program Proyek Connectivity Development Policy Loan (DPL) sebesar USD100.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen;
f. Pinjaman Program Proyek Climate Change Program Loan 3 JICA INP 39 dengan nilai JPY27.195.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen;
g. Pinjaman Program Proyek Development Policy Loan (DPL) VII JICA INP 40 sebesar JPY8.391.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen;
h. Kas Pinjaman Program Proyek Infrstructure REF SEC DEV Program III JICA INP 41 dengan nilai JPY8.391.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen;
i. Pinjaman Program Proyek Development Policy Loan (DPL) VII JICA INP 42 sebesar JPY15.490.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen;
j. Hibah Langsung Proyek Strengthening of Public Debt Management dengan nomor register 73091901 senilai USD1.159.311,00, hingga akhir tahun anggaran 2013 belum dilakukan penarikan.
5) Pinjaman dan Hibah pada Ditjen Kekayaan Negara. Ditjen Kekayaan Negara pada tahun 2013 tidak memiliki Pinjaman dan Hibah, namun terdapat alokasi pinjaman program dan hibah langsung sebagai berikut:
a. Pinjaman Program (BA 999.03) IBRD 7731 ID senilai USD100.000.000,00 dan ADB 2516 INO senilai USD 100.000.000 untuk Pinjaman Program Indonesia Infrastructure Financing. Dalam hal ini Ditjen Kekayaan Negara c.q Direktorat KND (Kekayaan Negara yang Dipisahkan) sebagai Executing
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 155
Agency. Pinjaman ini kemudian diteruspinjamkan kepada PTSMI sebagai Implementing Unit;
b. Hibah langsung pengelolaan investasi/Pengalihan Saham Bank Indonesia pada PT BPUI (BA 999.03) senilai Rp18.500.000.000,00;
c. Hibah langsung pengelolaan investasi/Pengalihan Saham Bank Indonesia pada PT ASKRINDO (BA 999.03) senilai Rp220.000.000.000,00;
d. Hibah langsung pengelolaan investasi/Pengalihan Saham dari PT PERTAMINA (BA 999.03) senilai Rp443.525.600.000,00.
6) Hibah yang diterima oleh Ditjen Bea dan Cukai. Ditjen Bea dan Cukai tidak memiliki kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman dan Hibah terencana yang terdapat dalam DIPA Tahun 2013. Namun Ditjen Bea dan Cukai menerima hibah langsung yang terdiri dari: a. Hibah Langsung Barang pada KPPBC Medan dari Australia Customs dengan
nomor register 72435701 senilai Rp471.364.000,00 yang disahkan pada tahun 2013;
b. Hibah Langsung Peralatan senilai USD18.679,50 dari Biro Keamanan Internasional Amerika Serikat (Bureau of International Security and Nonproliferation, United States Department of State) pada tanggal 16 Juli 2013, yang terdiri dari 25 Basic Inspection Tool Bag with Tools senilai USD13.399,50 dan 48 Rechargable Drill and Screwdriver senilai USD5.280,00;
c. Hibah Langsung Barang KPPBC Makasar dari Bapak M. Amin dengan nomor register 73285701 senilai Rp2.700.000,00 pada Tahun Anggaran 2013.
7) Pinjaman dan Hibah yang diterima oleh Ditjen Perbendaharaan. Ditjen Perbendaharaan memiliki pinjaman dan hibah luar negeri serta hibah langsung yang terdiri dari: a. Pinjaman terencana untuk Proyek SPAN dengan nilai pagu pada DIPA tahun
2013 sebesar Rp56.790.500.000,00 dan realisasi penyerapan anggaran sebesar Rp34.467.831.049,00 (60,69 persen). Pinjaman ini terdaftar dengan nomor register 10694001 yang diterima dari Bank Dunia dengan kode referensi IBRD 4762 IND;
b. Hibah terencana untuk Proyek SPAN dengan nilai pagu pada DIPA tahun 2013 sebesar Rp338.012.000,00 dan realisasi penyerapan anggaran sebesar Rp300.860.000,00 (89,01 persen). Hibah ini terdaftar dengan nomor register 70707101 yang diterima dari Bank Dunia dengan kode referensi TF 090047;
c. Hibah Langsung berupa tanah seluas 5000 M2 dengan nilai Rp250.000.000,00 kode register 73982601 dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
8) Pinjaman dan Hibah Luar Negeri pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. BPPK memiliki kegiatan yang didanai dengan Pinjaman Luar Negeri terencana yang terdiri dari: a. Pinjaman terencana Proyek Scholarship Program For Strenghtening The
Reforming Institution (SPIRIT) dengan nomor register 10818801. Nilai Pinjaman pada DIPA 2013 sebesar USD 112,650,000 atau Rp63.365.700.000,- dengan penyerapan anggaran 99,86 persen;
b. Pinjaman terencana Proyek Professional Human Resources Development Project III (PHRDP III) dengan nomor register 21572601. Nilai Pinjaman pada DIPA 2013 sebesar JPY 9,717 (dalam juta JPY) atau Rp32.988.200.000,- dengan penyerapan anggaran 99,75 persen.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 156
Pembentukan OJK Likuidasi GKN Perubahan Nomenklatur Eselon I
C.8.10. Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pasca disahkannya UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 22 November 2011 (UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK), Bank Indonesia (BI) dan Bapepam-LK mulai berkoordinasi untuk membangun OJK. OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Adapun sasaran akhirnya adalah agar krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu tidak terulang kembali.
Berdasarkan Bab XIII Ketentuan Peralihan Pasal 55 UU tersebut di atas, sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK. Sementara itu, sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka per 31 Desember 2012 telah dibuat Laporan Keuangan Penutup pada tanggal 8 Februari 2013 dan proses likuidasi telah dilakukan per 7 Mei 2013 dengan penerbitan Laporan Keuangan Likuidasi Bapepam-LK. Neraca Likuidasi telah diserahterimakan kepada Sekreariat Jenderal Kementerian Keuangan.
C.8.11. Likuidasi pada Satker GKN menjadi KPTIK dan BMN lingkup Sekretariat Jenderal Berdasarkan ketentuan pasal 3 PMK Nomor 198/PMK.05/2012 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Laporan pada Kementerian Negara/Lembaga, maka terhadap kondisi GKN lingkup Sekretariat Jenderal yang meliputi GKN Medan, GKN Semarang I dan II, GKN Surabaya I dan II, GKN Denpasar I dan II, GKN Makassar sebagai suatu entitas akuntansi di lingkungan Kementerian Keuangan yang tidak lagi beroperasi, maka per 31 Desember 2012 telah dibuat Laporan Keuangan Penutup pada Bulan Maret 2013 dan proses likuidasi telah dilakukan pada bulan Juni 2013 dengan penerbitan Laporan Likuidasi.
C.8.12. Perubahan nomenklatur unit organisasi eselon I pada Kementerian Keuangan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014, telah mengubah nomenklatur unit organisasi eselon I pada Kementerian Keuangan, beberapa perubahan tersebut antara lain:
1) Ditjen Pengelolaan Utang (DJPU) berganti nama menjadi Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko, yang menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan pembiayaan dan risko;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko;
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan Halaman 157
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko;
e. Pelaksanaan administrasi Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.
2) Melalui Perpres ini, juga dirumuskan kembali tugas Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan. Jika sebelumnya tugas BKF melaksanakan analisis bidang fiskal dan sektor keuangan saja, kini tugas BKF adalah melaksanakan analisis dan perumusan rekomendasi di bidang kebijakan fiskal dan sektor keuangan. Adapun fungsi BKF adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program analisis di bidang kebijakan fiskal dan sektor keuangan;
b. Pelaksanaan analisis dan pemberian rekomendasi di bidang kebijakan fiskal dan sektor keuangan;
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan analisis di bidang kebijakan fiskal dan sektor keuangan;
d. Pelaksanaan kerjasama ekonomi dan keuangan internasional;
e. Pelaksanaan administrasi Badan Kebijakan Fiskal.
PengungkapanPenting Lainnya
D. PENGUNGKAPAN PENTING LAINNYAD.1. Rekening Pemerintah
Jumlah rekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan yang terdata sampaidengan 31 Desember 2013 adalah 4.223 rekening dengan rincian 4.217 rekening senilaiRp29.446.441.246.277,60 dan 6 rekening senilai US$1.208.557,33. Rekapitulasirekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan dapat dilihat pada Tabel 148berikut.
Tabel 148Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan
per 31 Desember 2013
Jumlah Saldo Jumlah SaldoRekening PenerimaanRekening Pengeluaran 31 2.783.909.881,88Rekening Lainnya 124 28.459.401.763.396,10 2 202.699,23Rekening PenerimaanRekening Pengeluaran 3 -Rekening LainnyaRekening PenerimaanRekening Pengeluaran 2 -Rekening LainnyaRekening PenerimaanRekening Pengeluaran 577 1.175.326.808,52Rekening Lainnya 2.799Rekening Penerimaan 10 555.799.778,26Rekening Pengeluaran 141 1.501.160.191,99Rekening Lainnya 50 220.690.034.306,51Rekening PenerimaanRekening Pengeluaran 1 -Rekening LainnyaRekening PenerimaanRekening Pengeluaran 1 -Rekening Lainnya 1 -Rekening PenerimaanRekening Pengeluaran 216 13.695.628.586,00Rekening LainnyaRekening PenerimaanRekening Pengeluaran 89 55.682.789,00Rekening Lainnya 143 726.105.566.718,64 3 1.005.858,10Rekening Penerimaan 4 -Rekening Pengeluaran 21 9.834.002,74Rekening Lainnya 3 20.466.539.818,00Rekening PenerimaanRekening Pengeluaran 1 -Rekening Lainnya 1 -Rekening Penerimaan 14 555.799.778,26Rekening Pengeluaran 1.083 19.221.542.260,13Rekening Lainnya 3.120 29.426.663.904.239,25 6 1.208.557,33
No. Nama Unit Eselon I Jenis Rekening IDR USD
1 Sekretariat Jenderal
2 Inspektorat Jenderal
3 Ditjen Anggaran
4 Ditjen Pajak
5 Ditjen Bea dan Cukai
6 Ditjen PerimbanganKeuangan
7 Ditjen Pengelolaan Utang
8 Ditjen Perbendaharaan
9 Ditjen Kekayaan Negara
10 Badan Pendidikan danPelatihan Keuangan
11 Badan Kebijakan Fiskal
JUMLAH
D.2. Informasi Pendapatan dan Belanja secara AkrualBasis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwalainnya pada saat hak dan/atau kewajiban timbul. Informasi pendapatan dan belanjasecara akrual tingkat pemerintah pusat merupakan suplemen yang dilampirkan padaLaporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahunan, secara berjenjang dari mulai UAKPAsampai dengan UAPA, dimulai dari Laporan Keuangan Tahunan TA 2009.Transaksi pendapatan secara akrual terdiri dari:1. Pendapatan yang masih harus diterima (disajikan sebagai penambah pada informasi
pendapatan secara akrual dan sebagai piutang di neraca); dan/atau2. Pendapatan diterima dimuka (disajikan sebagai pengurang pada informasi
pendapatan secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca).
Sedangkan transaksi belanja secara akrual terdiri dari:1. Belanja yang masih harus dibayar (disajikan sebagai penambah pada informasi
belanja secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek di neraca); dan/atau2. Belanja dibayar dimuka (disajikan sebagai pengurang pada informasi belanja secara
akrual dan sebagai piutang pada neraca).Pendapatan dan belanja secara akrual Per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel149 berikut.
Tabel 149Informasi Pendapatan dan Belanja Secara AkrualUntuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
(Rp) (Rp)A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Perpajakan 1.077.309.220.752.240 42.858.185.051.726 23.101.440.433.394 1.097.065.965.370.572 1.Pajak Dalam Negeri 1.029.850.272.828.330 42.391.051.901.661 22.800.992.894.894 1.049.440.331.835.100
2. Pajak Perdagangan Internasional 47.458.947.923.910 467.133.150.065 300.447.538.500 47.625.633.535.475
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 2.902.298.513.482 19.411.487.511 48.678.145.049 2.873.031.855.943 1. Penerimaan Sumber Daya Alam 0 0 0 0
2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 0 0 0 0
3. Pendapatan PNBP Lainnya 520.913.047.356 727.841.059 18.073.103.672 503.567.784.742
4. Pendapatan Badan Layanan Umum 2.381.385.466.126 18.683.646.452 30.605.041.377 2.369.464.071.201
III. Penerimaan Hibah *)Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah 1.080.211.519.265.722 42.877.596.539.237 23.150.118.578.443 1.099.938.997.227.516
B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat 17.075.887.494.225 11.750.547.462 78.245.474.306 17.009.392.567.381 1. Belanja Pegawai 8.066.062.119.782 1.862.702.289 2.003.990.013 8.065.920.832.058
2. Belanja Barang 6.964.286.532.459 9.380.072.977 74.812.609.923 6.898.853.995.513
3. Belanja Modal 1.647.994.361.546 0 1.428.874.370 1.646.565.487.176
4. Pembayaran Bunga Utang 397.544.480.438 507.772.196 0 398.052.252.634
5. Belanja Hibah *)
6. Subsidi
7. Bantuan Sosial
8. Belanja Lain - lain
II. Transfer ke Daerah 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian a. Dana otonomi Khusus
b. Dana penyesuaian
Jumlah Belanja Negara 17.075.887.494.225 11.750.547.462 78.245.474.306 17.009.392.567.381
Pendapatan / BelanjaRealisasi Menurut
Basis Kas
Penyesuian AkrualRealisasi Menurut
Basis Akrual(Rp)
Tambah Kurang
Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Realisasi pendapatan sampai dengan 31 Desember 2013 menurut basis kas adalah
sebesar Rp1.080.211.519.265.722,00 terdapat penyesuaian akrual tambah sebesarRp42.877.596.539.237,00 dan penyesuaian akrual kurang sebesarRp23.150.118.578.443,00. Berdasarkan mutasi penyesuaian tersebut maka realisasipendapatan Per 31 Desember 2013 secara akrual adalah sebesarRp1.099.938.997.227.516,00.
2. Realisasi belanja sampai dengan 31 Desember 2013 menurut basis kas adalah sebesarRp17.075.887.494.225,00 terdapat penyesuaian akrual tambah sebesarRp11.750.547.462,00 dan penyesuaian akrual kurang sebesar Rp78.245.474.306,00.Berdasarkan mutasi penyesuaian tersebut maka realisasi belanja Per 31 Desember2013 secara akrual adalah sebesar Rp17.009.392.567.381,00. Daftar Informasipendapatan dan belanja secara akrual terlampir.
D.3. Rekapitulasi Piutang Negara Instansi Pemerintah/Lembaga Negara yang aktifdiurus oleh PUPN/DJKNJumlah Piutang Negara yang diserahkan oleh Instansi Pemerintah/Lembaga Negarakepada DJKN per 31 Desember 2013 sebesar Rp33,501 miliar dan yang lainnyadalam jumlah mata uang selain rupiah, jumlah tersebut seluruhnya merupakan piutangyang diserahkan oleh Kementerian Negara/LembagaRekapitulasi Piutang Negara dapat dilihat pada tabel 150 berikut.
Tabel 150Rekapitulasi Piutang Negara
Per 31 Desember 2013dalam jutaan rupiah
I Kanwil DJKN Aceh 730 IDR 30.878.844.477,48 - - 73 IDR 3.532.329.216,15 657 IDR 27.346.515.261,33II Kanwil DJKN Sumatera Utara 1.093 IDR 292.735.648.919,97 9 IDR 71.965.263.914,00 60 IDR 7.913.000.428,00 1.042 IDR 356.787.912.405,97III Kanwil DJKN Riau, Sumbar dan Kepri 486 IDR 72.084.315.046,47 103 IDR 24.473.474.208,62 42 IDR 1.004.304.548,00 547 IDR 95.553.484.707,09
USD 22.800.000,00 USD 22.800.000,00IV Kanwil DJKN Sumsel, Jambi dan Babel 354 IDR 18.428.882.029,00 1.747 IDR 3.423.619.329,32 1.559 IDR 1.281.821.540,00 542 IDR 20.570.679.818,32
USD 129.433,81 USD - USD - USD 129.433,81V Kanwil DJKN Lampung dan Bengkulu 162 IDR 8.539.955.067,72 2 IDR 133.869.015.751,36 6 IDR 103.617.720,00 158 IDR 142.305.353.099,08VI Kanwil DJKN Banten 2.104 IDR 467.843.337.084,00 45 IDR 4.373.025.417,00 504 IDR 8.490.220.698,00 1.645 IDR 463.726.141.803,00VII Kanwil DJKN Jakarta 11.478 IDR 31.209.669.276.537,70 157 IDR 239.789.863.425,52 194 IDR 297.532.933.570,33 11.441 IDR 31.151.926.206.392,90
USD 813.506.484,75 USD 164.889.517,57 USD 984.916,71 USD 977.411.085,61EUR 4.324.797,06 EUR - EUR - EUR 4.324.797,06HKD 294.260,09 HKD - HKD - HKD 294.260,09SGD 804.325,72 SGD - SGD - SGD 804.325,72GBP 53.213,37 GBP - GBP - GBP 53.213,37JPY 5.999.412.457,10 JPY - JPY - JPY 5.999.412.457,10
DEM 758.512,78 DEM - DEM - DEM 758.512,78AUD 306.096,22 AUD - AUD - AUD 306.096,22FRF 29.121.000,00 FRF - FRF - FRF 29.121.000,00NLG 182.972,72 NLG - NLG - NLG 182.972,72
VIII Kanwil DJKN Jawa Barat 2.926 IDR 176.436.194.214,95 136 IDR 4.000.541.320,00 294 IDR 5.794.118.623,00 2.768 IDR 174.642.616.911,95IX Kanwil DJKN Jawa Tengah dan DIY 4.556 IDR 139.264.844.912,94 2.036 IDR 33.912.152.613,35 895 IDR 11.412.110.172,94 5.697 IDR 161.764.887.353,35
USD 2.733.828,18 USD - USD - USD 2.733.828,18AUD 61.894,76 AUD - AUD - AUD 61.894,76
X Kanwil DJKN Jawa Timur 2.543 IDR 339.827.427.870,84 60 IDR 26.884.425.898,00 168 IDR 13.337.152.576,30 2.435 IDR 353.374.701.192,54USD 10.371.936,69 USD 5.025.574,00 USD 337.149,88 USD 15.060.360,81
XI Kanwil DJKN Kalimantan Barat 72 IDR 17.301.225.025,00 13 IDR 414.706.711,00 59 IDR 16.886.518.314,00XII Kanwil DJKN Kalimantan Selatan dan Tengah 111 IDR 58.583.936.855,47 12 IDR 29.131.455,00 28 IDR 18.233.435.119,27 95 IDR 40.379.633.191,20XIII Kanwil DJKN Kalimantan Timur 372 IDR 19.454.024.581,21 53 IDR 13.237.732.374,00 28 IDR 583.991.718,81 397 IDR 32.107.765.236,40
USD 7.077,99 USD - USD 7.077,99 USD -AUD 222.820,71 AUD - AUD - AUD 222.820,71
XIV Kanwil DJKN Bali dan Nusa Tenggara 752 IDR 20.149.322.807,48 358 IDR 11.633.243.093,67 406 IDR 1.386.083.531,85 704 IDR 30.396.482.369,312 USD 4.526.643,04 1 USD 1.550.206,74 - USD 50.684,25 3 USD 6.026.165,53
XV Kanwil DJKN Sulsel, Tenggara dan Barat 490 IDR 94.708.761.583,39 4 IDR 27.681.025.121,82 59 IDR 7.503.286.836,23 435 IDR 114.886.499.868,98USD 627.692,83 USD - USD - USD 627.692,83
XVI Kanwil DJKN Sulut, Tengah, Gorontalo dan Maluku Utara 1.418 IDR 166.346.434.366,00 22 IDR 34.125.090,00 10 IDR 13.751.516,00 1.430 IDR 166.366.807.940,00USD 332.396,91 USD - USD - USD 332.396,91
XVII Kanwil DJKN Papua dan Maluku 54 IDR 130.380.289.137,05 1 IDR 22.105.074.954,19 5 IDR 23.093.970,00 50 IDR 152.462.270.121,2429.703 IDR 33.262.632.720.516,70 4.746 IDR 617.411.713.965,85 4.344 IDR 378.559.958.495,87 30.105 IDR 33.501.484.475.986,70
USD 855.035.494,20 USD 171.465.298,31 USD 1.379.828,83 USD 1.025.120.963,68EUR 4.324.797,06 EUR - EUR - EUR 4.324.797,06HKD 294.260,09 HKD - HKD - HKD 294.260,09SGD 804.325,72 SGD - SGD - SGD 804.325,72GBP 53.213,37 GBP - GBP - GBP 53.213,37JPY 5.999.412.457,10 JPY - JPY - JPY 5.999.412.457,10DEM 758.512,78 DEM - DEM - DEM 758.512,78AUD 590.811,69 AUD - AUD - AUD 590.811,69FRF 29.121.000,00 FRF - FRF - FRF 29.121.000,00NLG 182.972,72 NLG - NLG - NLG 182.972,72
TOTAL
Nilai BKPN MataUang Nilai
No. Nama Kantor Wilayah
Saldo Awal Mutasi Tambah Saldo AkhirPer 01 Januari 2013 Per 31 Desember 2013
BKPN MataUang Nilai BKPN Mata
Uang NilaiBKPN MataUang
Mutasi Kurang
D.4. Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN)Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013
Jumlah Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31Desember 2013 sebanyak 3.005.701 unit.Jumlah tersebut terdiri dari:1. Barang Bergerak sebanyak 3.001.441 unit2. Barang Tidak Bergerak sebanyak 4.260 unitRekapitulasi Daftar Barang Jaminan dapat dilihat pada tabel 151 berikut.
Tabel 151Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN
Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013
BarangBergerak
Barang TidakBergerak
1 KANWIL SUMATERA UTARAKPKNL MEDAN 62KPKNL PEMATANGSIANTAR 64 -KPKNL KISARAN 53 85KPKNL PADANGSIDIMPUAN 2 -
2 Kanwil DJKN Riau, Sumbar dan KepriKPKNL Pekanbaru 40KPKNL Dumai 2KPKNL Bukittinggi 18 49KPKNL Padang 67 49
3 Kanwil DJKN Sumsel, Jambi dan BabelKPKNL PALEMBANG 4 37KPKNL JAMBI 7 19
4 Kanwil DJKN BantenKPKNL TANGERANG 37 608
5 Kanwil DJKN DKI JakartaKPKNL Jakarta I 25 232KPKNL Jakarta III - 20KPKNL Jakarta IV 32 100KPKNL Jakarta V 48 929
6 Kanwil DJKN Jawa Barat
KPKNL Bekasi 22 61KPKNL Bandung 237 161KPKNL Tasikmalaya 2 15KPKNL Purwakarta 41 37KPKNL Cirebon 3 36
7 Kanwil DJKN Jawa Tengah dan DIYKPKNL PEKLONGAN 441KPKNL YOGYAKARTA 1KPKNL SURAKARTA 72 13KPKNL TEGAL 2 1KPKNL PURWOKERTO 7KPKNL SEMARANG 102 48
8 Kanwil DJKN Jawa TimurKPKNL Surabaya 3.000.216 163KPKNL Malang - 44KPKNL Sidoarjo 6 50KPKNL Madiun 5 4KPKNL Jember 11 18KPKNL Pamekasan 9 153
9 Kanwil DJKN Kalimantan BaratKPKNL Pontianak 16 71KPKNL Singkawang 6 14
10 KANWIL DJKN KALSELTENGKPKNL Palangka Raya 2 338
11 KANWIL DJKN KALIMANTAN TIMURKPKNL SAMARINDA 11 0KPKNL TARAKAN 24 124
12 Kanwil DJKN Bali dan Nusa TenggaraKPKNL Denpasar 75KPKNL Kupang 2KPKNL Singaraja 10 8
13 Kanwil DJKN Sulawesi Selatan, Tenggara dan BaratKPKNL Makassar 241 164KPKNL Palopo 2 23
3.001.441 4.260JUMLAH
No. Kanwil DJKN
Jumlah Barang Jaminan
%@9@?
18-A-:
)"""%"$
& %! $
! '%&$
%@9@?
18-A-:
)"""%"$
& %! $
! '%&$
%@9@?
18-A-:
)"""%"$
& %! $
! '%&$
%@9@?
18-A-:
)"""%"$
& %! $
! '%&$
%@9@?
18-A-:
)"""%"$
& %! $
! '%&$
%@9@?
18-A-:
)"""%"$
& %! $
! '%&$
%@9@?
18-A-:
)"""%"$
& %! $
! '%&$
%@9@?
18-A-:
%$&
$5-@%@9.-=
0@9-5
%)"""%"$
%'$!&$ (
%@9.-3>18
<-:37-8<5:-:3
%)"""
!&
%@9.-3>18
<-:37-8<5:-:3
% )"""
!&
%@9.-3>18
<-:37-8<5:-:3
%)"""
!&
%@9.-3>18
<-:37-8<5:-:3
%)"""
!&
-:?1:
?-:31=-:3
%) """%"$
%&$ %$ &
-:?1:
?-:31=-:3
%) """%"$
&' &*$ &
-:?1:
?-:31=-:3
%) """%"$
%-9A;:;<<1=&@.1:0;:1>5-
-:?1:
>;1??-
!
&*
-:?1:
>;1??-
!
&*
-:?1:
>;1??-
+%! &
-:?1:
>;1??-
+%! &
-:?1:
>;1??-
$ %$%)!!)!$
-:?1:
>;1??-
$ %$%)!!)!$
-:?1:
>;1??-
$ %$%)!!)!$
-:?1:
>;1??-
!$&!! %
-:?1:
>;1??-
!
&*
-:?1:
>;1??-
'%$' "$
-:?1:
>;1??-
'%$' "$
-:?1:
>;1??-
'%$' "$
-:?1:
>;1??-
'%$' "$
-:?1:
>;1??-
'%$' "$
-:?1:
>;1??-
'%$' "$
-:?1:
>;1??-
%'$$%&
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
-:?1:
>;1??-
% $%%'"$$
-:?1:
>;1??-
$ ! %
-.-=
.03
%)"""%"$
"&%5:-=-:&17>?58:
0;:1>5-
-?1:3+
B;3B-
%)"""%&
;=9-:%<;=?:
0;:1>5-"&
-?1:3+
?619->
%
1:/;:-
-?1:3+
?619->
%
"&;=9-:%<;=?:
0;:1>5-
-?1:3+
?619->
%
19.-?-: @>-:?-=-
-?1:3+
?619->
>
(
@?5-=-
-?1:3+
?619->
%
"&-B-:3;?;=:
0;:1>5-
-?1:3+
?619->
%
(
@8?5
5<?- 5-3-
-?1:3+
>;8;
%)"""%"$
"&
) !$ & '&'$$
-?1:3+
>;8;
%)"""%"$
+ !&!$ ! %"&
-?1:3+
>;8;
%)"""%"$
+ !&!$ ! %"&
-?59
<->@=@-:
% )""
&%
-?59
<->@=@-:
% )""
&%
-?59
<->@=@-:
% )""
&%
JUM
LAH
Kanw
il/KPU
KPPB
CN
OM
OR
TAN
GG
AL
NA
MA
NPW
PPPN
Imp
PPnBM
Impor
PPH 22 Im
pPiutang B
ungaPenagihan PPN
NO
.D
OK
UM
EN SU
MB
ER M
UTA
SI PIUTA
NG
PERU
SAH
AA
NA
KU
N
JUM
LAH
Kanw
il/KPU
KPPB
CN
OM
OR
TAN
GG
AL
NA
MA
NPW
PPPN
Imp
PPnBM
Impor
PPH 22 Im
pPiutang B
ungaPenagihan PPN
NO
.D
OK
UM
EN SU
MB
ER M
UTA
SI PIUTA
NG
PERU
SAH
AA
NA
KU
N
-?59
<->@=@-:
% )""
! !
-?59
<->@=@-:
% )""
! !
-?59
<->@=@-:
% )""
! !
-?59
<->@=@-:
% )""
! !
-?59
<->@=@-:
% )""
! !
-?59
<->@=@-:
% )""
! !
-?59
<->@=@-:
% )""
! !
-?59
?6<
1=-7
%)"""%"$
$ $%'$
-?59
?6<
1=-7
%)"""%"$
"'&$+
-?59
?6<
1=-7
%)"""%&
! $,#
-?59
?6<
1=-7
%)"""%"$
%'$'% ! %
-?59
?6<
1=-7
%)"""%"$
8;=5-%/51:?525/
.-05
-?59
?6<
1=-7
%)"""%"$
)+$+"&
-85
& &&
:3@=-4=-5
%)"""
"&&$$ & !$+
-8.-3?59
?-=-7-:
%)"""
"&1=?-> @>-:?-=-
"'
?6<=5;7
" !
"'
?6<=5;7
"&!
"'
?6<=5;7
!%&$&*&
"'
?6<=5;7
" !
"'
?6<=5;7
$ %"'&$&*
"'
?6<=5;7
$ %"'&$&*
"'
?6<=5;7
$ %"'&$&*
"'
?6<=5;7
$ %"'&$&*
"'
?6<=5;7
%$
&%"$%+
"'
?6<=5;7
%$
&%"$%+
"'
?6<=5;7
%$
&%"$%+
"'
?6<=5;7
%$
&%"$%+
"'
?6<=5;7
%$
&%"$%+
"'
?6<=5;7
%&$ '%&$%
"'
?6<=5;7
& !"$&
"'
?6<=5;7
&!$%' ! %
"'
?6<=5;7
%!"$$!
"'
?6<=5;7
&!$%' $
"'
?6<=5;7
"&"&$!"$& '&
"'
?6<=5;7
&$'%'+"$%
"'
?6<=5;7
"$!%"&$ !
"'
?6<=5;7
$"$& '%
"'
?6<=5;7
%
"'
?6<=5;7
%
"'
?6<=5;7
" !
"'
?6<=5;7
%$
&%"$%+
"'
?6<=5;7
"'$ % &
"'
?6<=5;7
%$
&%"$%+
"'
?6<=5;7
%' ! %
"'
?6<=5;7
$ $%'$
"'
?6<=5;7
&$ &!
"'
?6<=5;7
+
"'
?6<=5;7
"&$! &$ &!
' &
"'
?6<=5;7
%'$+ "$
"'
?6<=5;7
$"$
"'
?6<=5;7
"&%$!'%! ! %
"'
?6<=5;7
&$&$
"'
?6<=5;7
! +
"'
?6<=5;7
(+$%%&$
"'
?6<=5;7
&&$"$%$ &
"'
?6<=5;7
%"$ %&$
"'
?6<=5;7
&' %%)$
"'
?6<=5;7
&+% !%&'&
"'
?6<=5;7
$$%&%&
JUM
LAH
Kanw
il/KPU
KPPB
CN
OM
OR
TAN
GG
AL
NA
MA
NPW
PPPN
Imp
PPnBM
Impor
PPH 22 Im
pPiutang B
ungaPenagihan PPN
NO
.D
OK
UM
EN SU
MB
ER M
UTA
SI PIUTA
NG
PERU
SAH
AA
NA
KU
N
"'
?6<=5;7
!% +
"'
?6<=5;7
' ' %&$'"$&)
"'
?6<=5;7
"&%&$ &&
"'
?6<=5;7
"&%&$ &&
"'
?6<=5;7
$%
!&
"'
?6<=5;7
"&%&$ &&
"'
?6<=5;7
"&%&$ &&
"'
?6<=5;7
"&%&$ &&
"'
?6<=5;7
"&%&$ &&
"'
?6<=5;7
$ &
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$""&
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$""&
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$""&
"'
?6<=5;7
'$"$"$
"'
?6<=5;7
"&!%%&
"'
?6<=5;7
($$!%&%
"'
?6<=5;7
!"$)!!
"'
?6<=5;7
!"$)!!
"'
?6<=5;7
!"$)!!
"'
?6<=5;7
!"$)!!
"'
?6<=5;7
&$ $
"'
?6<=5;7
$&&*
"'
?6<=5;7
% &"$&
"'
?6<=5;7
+' ! %
"'
?6<=5;7
* !"$%
"'
?6<=5;7
%! ! %
"'
?6<=5;7
"$&
"'
?6<=5;7
' ! %
"'
?6<=5;7
!$+""$
! '%&$+
"'
?6<=5;7
' ' ))
"'
?6<=5;7
" !
"'
?6<=5;7
" !
"'
?6<=5;7
" !
"'
?6<=5;7
&$"$ & ! %
"'
?6<=5;7
&$"$ & ! %
"'
?6<=5;7
! '% ! %
"'
?6<=5;7
! '% ! %
"'
?6<=5;7
! '% ! %
"'
?6<=5;7
! %%"!$&
"'
?6<=5;7
! %%"!$&
"'
?6<=5;7
! %%"!$&
"'
?6<=5;7
! %%"!$&
"'
?6<=5;7
* !"$%
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$"
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$"
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$"
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$"
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$"
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$"
"'
?6<=5;7
&$%&$ && !$"
"'
?6<=5;7
%
! %
"'
?6<=5;7
!"$)!!
"'
?6<=5;7
!"$)!!
"'
?6<=5;7
!"$)!!
"'
?6<=5;7
!"$)!!
"'
?6<=5;7
!"$)!!
"'
?6<=5;7
&$%'$+"$
"'
?6<=5;7
)
&$ ! %
"'
?6<=5;7
)
&$ ! %
JUM
LAH
Kanw
il/KPU
KPPB
CN
OM
OR
TAN
GG
AL
NA
MA
NPW
PPPN
Imp
PPnBM
Impor
PPH 22 Im
pPiutang B
ungaPenagihan PPN
NO
.D
OK
UM
EN SU
MB
ER M
UTA
SI PIUTA
NG
PERU
SAH
AA
NA
KU
N
"'
?6<=5;7
"$%"$"$%
"'
?6<=5;7
+
"'
?6<=5;7
'
! %
"'
?6<=5;7
!$ ! &$ '%
"'
?6<=5;7
&$'%&&$
"'
?6<=5;7
$&%'$+
"'
?6<=5;7
"$$%%$
"'
?6<=5;7
$%'"! %
"'
?6<=5;7
$ % !'&!!
"'
?6<=5;7
! &!&$!'&
"'
?6<=5;7
'&%&
"'
?6<=5;7
!% &$%$%
"'
?6<=5;7
! '%&$
"'
?6<=5;7
'% '% &$
"'
?6<=5;7
! %
"'
?6<=5;7
%$$"$ %&
"'
?6<=5;7
($+&$
"'
?6<=5;7
! &$ ! %
&!&
)03-4)1'
%# &
!#$#&
!
&
&#
%
&#
#3
%,28,:)80):,5+,8)3
#,5+)7):)5#,51;)3)5)903%0:))5$)47)9)5+)5)8:)
#,505..)3)5
#,5+)7):)5#,51;)3)55-684)90#,5,8*0:)5034%;8<,>
#,4,:))5+)5)903,:)2)5
#,5+)7):)5#,51;)3)5)055>)
#,5+)7):)5+)80#,51;)3)5#,8)3):)5+)5 ,905
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
#,5+)7):)5%,=)&)5)/,+;5.+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5%,=)#,8)3):)5+)5 ,905
#,5+)7):)5%,=))3)580.
)90+)5)805.)5
#,5+)7):)5+)80#,4)5-)):)5 !)055>)
#,5+)7):)5)2+)5#,80105)5
#,5+)7):)5)9),4*).),;)5.)5)9)086
#,5+)7):)5,5+),:,83)4*):)5#,5>,3,9)0)5#,2,81))5
#,4,805:)/
#,5+)7):)5,5+)#,3)5..)8)5+00+)5.#)9)8 6+)3
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)#051!
&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)0*)/&(
#,5+)7):)5#,3;5)9)5#0;:)5.!65,5+)/)8)
#,5+)7):)5#,3;5)9)5)5:0$;.0):)9,8;.0)5>)5.0+,80:)
"3,/!,.)8) )9;2&#&$,5+)/)8)
#,5,804))5,4*)30#,89,26:')5. ;2))10
#,5+)7):)55..)8)5)053)05
#,5+)7):)55<,9:)90
#,5+)7):)5#,5.,363))5)5)/;9;9)055>)
#,5+)7):)5)9))>)5)5#,8*)52)5'
%25)/
597,2:68):,5+,8)3
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
#,5+)7):)5,5+),:,83)4*):)5#,5>,3,9)0)5#,2,81))5
#,4,805:)/
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
#,5+)7):)5#,3;5)9)5#0;:)5.!65,5+)/)8)
%25)/
!#$" "% $##&
& %&"#!( ##$#&%
!"
$%& #
" "%
#$$
&#&%
$$$#"
" ($& #&
!& $&#
)03-4)1'
%# &
!#$#&
!
&
&#
%
&#
#3
!#$" "% $##&
& %&"#!( ##$#&%
!"
$%& #
" "%
#$$
&#&%
$$$#"
" ($& #&
!& $&#
-4+.524)5+
1*+4)/
1,,)4)1
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
#,5+)7):)59,=)&)5)/,+;5.4+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5+,5+)2,:,83)4*):)57,2,81))57,4,805:)/
#,5,804))52,4*)30*,3)51)7,.)=)07;9):&(
#,5+)7):)52,4*)30*,3)51)3)055>)$ &(
#,5+)7):)5)5..)8)53)053)05
%25)/
0:1,5#)1)2
#,5+)7):)5##/ 05>)2;40
#,5+)7):)5##/)93)4
#,5+)7):)5##/ 0.)9)055>)
#,5+)7):)5##/#)9)3
#,5+)7):)5##/#)9)3
#,5+)7):)5##/#)9)34768
#,5+)7):)5##/#)9)3
#,5+)7):)5##/#)9)3 "8)5.#80*)+0
#,5+)7):)5##/#)9)3 )+)5
#,5+)7):)5##/#)9)3
#,5+)7):)5##/05)3
#,5+)7):)5##/!65 0.)9)055>)
#,5+)7):)5##/092)3;)8!,.,80
#,5+)7):)5##/#)9)30:)5..;5.#,4,805:)/
#,5+)7):)5##/#)9)30:)5..;5.#,4,805:)/
#,5+)7):)5##/#)9)3 )+)50:)5..;5.#,4,805:)/
#,5+)7):)5##/#)9)30:)5..;5.#,4,805:)/
#,5+)7):)5##!)3)4!,.,80
#,5+)7):)5##!4768
#,5+)7):)5##!)055>)
#,5+)7):)5##5 )3)4!,.,80
#,5+)7):)5##5 4768
#,5+)7):)5##5 )055>)
#,5+)7):)5##,+,9))5
#,5+)7):)5##,826:))5
#,5+)7):)5##,82,*;5)5
#,5+)7):)5#,/;:)5)5
#,5+)7):)5##,8:)4*)5.)5
#,5+)7):)5# 0.)9
#,5+)7):)5#&
#,5+)7):)5,) ,:,8)0
#,5+)7):)5+)80#,51;)3)5,5+) ):,8)0
#,5+)7):)5##5):;*)8)
)03-4)1'
%# &
!#$#&
!
&
&#
%
&#
#3
!#$" "% $##&
& %&"#!( ##$#&%
!"
$%& #
" "%
#$$
&#&%
$$$#"
" ($& #&
!& $&#
#,5+)7):)5#)1)2&0+)2)5.9;5.)055>)
#,5+)7):)5;5.)#,5).0/)5##/
#,5+)7):)5;5.)#,5).0/)5##!
#,5+)7):)5;5.)#,5).0/)5##5
#,5+)7):)5;5.)#,5).0/)5#&
#,5+)7):)5#,51;)3)5)903%0:))5$)47)9)5+)5)8:)
#,505..)3)5
#,5+)7):)5#,51;)3)5)055>)
#,5+)7):)5+)80#,51;)3)5&)5)/,+;5.+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5+)80#,51;)3)5#,8)3):)5+)5 ,905
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
#,5+)7):)5%,=)&)5)/,+;5.+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5%,=)#,8)3):)5+)5 ,905
#,5+)7):)5+)80#,4)5-)):)5 !)055>)
#,5+)7):)5)9),4*).),;)5.)5)9)086
#,5+)7):)50)>)#,5).0/)5#)1)2!,.)8),5.)5%;8):#)29)
#,5+)7):)5)9))055>)
#,5+)7):)5;5.))055>)
#,5+)7):)5,5+),:,83)4*):)5#,5>,3,9)0)5#,2,81))5
#,4,805:)/
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,590;5&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)0*)/&(
#,5+)7):)5#,3;5)9)5#0;:)5.!65,5+)/)8)
#,5+)7):)5#,3;5)9)5)5:0$;.0):)9,8;.0)5>)5.0+,80:)
"3,/!,.)8) )9;2&#&$,5+)/)8)
#,5+)7):)5+)80#,5;:;7)5$,2,505.
#,5,804))5,4*)30#,89,26:')5. ;2))10
#,5+)7):)5#,5>,:68)5,3,*0/)5)903,890/,3)5.>)5.
&0+)20)4*0363,/>)5.,8/)2
#,5+)7):)55..)8)5)053)05
%25)/
08,2:68):,5+,8)3,)
;2)0
#,5+)7):)5;2)0)903&,4*)2);
#,5+)7):)5;2)0:/>3326/63
#,5+)7):)5;2)0 05;4)54,5.)5+;5.:/>3326/63
#,5+)7):)5,5+)+40509:8)
90;2)0
#,5+)7):)5;2)0)055>)
)03-4)1'
%# &
!#$#&
!
&
&#
%
&#
#3
!#$" "% $##&
& %&"#!( ##$#&%
!"
$%& #
" "%
#$$
&#&%
$$$#"
" ($& #&
!& $&#
#,5+)7):)5,) )9;2
#,5+)7):)5,) )9;2+0:)5..;5.#,4,805:)/):)90*)/
%# !0/03
#,5+)7):)5,5+)+40509:8)
90#)*,)5
#,5+)7):)5,) )9;2+)3)48)5.2),4;+)/)54768
&;1;)529768&
,5+)):)99)5290)
+40509:8)
90+)807,3)29)5))57,5.)=)9)5
:,8/)+)7*)8)5.:,8:,5:;>)5.7,5.)5.2;:)55>)+0+)3)4
+),8)/7)*,)5)5:)87;3);
#,5+)7):)5,) )9;20:)5..;5.#,4,805:)/
#,5+)7):)5#)*,)5)055>)
#,5+)7):)5#)1)27;5.;:)5,29768
#,5+)7):)5,5+)+40509:8)
90,),3;)8
#,5+)7):)5;5.),),3;)8
#,5+)7):)5#,51;)3)5)903%0:))5$)47)9)5+)5)8:)
#,505..)3)5
#,5+)7):)5#,51;)3)562;4,5+62;4,5#,3,3)5.)5
#,5+)7):)5#,51;)3)5)055>)
#,5+)7):)5#,51;)3)5$;4)/,+;5.)5.;5)5+)5&)5)/
#,5+)7):)5+)80#,51;)3)5#,8)3):)5+)5 ,905
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
#,5+)7):)5%,=)&)5)/,+;5.+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5%,=)#,8)3):)5+)5 ,905
#,5+)7):)5)9)&,5).)#,2,81))55-684)90#,3):0/)5)5
#,5+)7):)5)9),4*).),;)5.)5)9)086
#,5+)7):)50)>)#,5).0/)5#)1)2!,.)8)+,5.)5%;8):#)29)
#,5+)7):)5,),3)5.
#,5+)7):)5)9))055>)
#,5+)7):)5;5.))055>)
#,5+)7):)5+)80#,5.,4*)30)5#,5>)3)/.;5))5
#,5+)7):)5,5+),:,83)4*):)5#,5>,3,9)0)5#,2,81))5
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)$ &(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
#,5+)7):)5#,3;5)9)5#0;:)5.!65,5+)/)8)
#,5+)7):)5#,3;5)9)5)5:0$;.0):)9,8;.0)5>)5.0+,80:)
#,5+)7):)5+)80'5:;5.%,3090/;89')5.#,89,+0))5%):2,8
#,5,804))5,4*)30#,89,26:')5. ;2))10
#,5+)7):)55..)8)5)053)05
%25)/
)03-4)1'
%# &
!#$#&
!
&
&#
%
&#
#3
!#$" "% $##&
& %&"#!( ##$#&%
!"
$%& #
" "%
#$$
&#&%
$$$#"
" ($& #&
!& $&#
08,2:68):,5+,8)3
#,804*)5.)5,;)5.)5
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
#,5+)7):)5%,=)&)5)/,+;5.+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5,5+),:,83)4*):)5#,5>,3,9)0)5#,2,81))5
#,4,805:)/
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
#,5,804))5,4*)30#,89,26:')5. ;2))10
%25)/
08,2:68):,5+,8)3
#,5.,363))5':)5.
#,5+)7):)5%,=)&)5)/,+;5.+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5,5+),:,83)4*):)5#,5>,3,9)0)5#,2,81))5
#,4,805:)/
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
)03-4)1'
%# &
!#$#&
!
&
&#
%
&#
#3
!#$" "% $##&
& %&"#!( ##$#&%
!"
$%& #
" "%
#$$
&#&%
$$$#"
" ($& #&
!& $&#
08,2:68):,5+,8)3
#,8*,5+)/)8))5
#,5+)7):)5#,51;)3)5)055>)
#,5+)7):)5+)80#,51;)3)5#,8)3):)5+)5 ,905
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
#,5+)7):)5%,=)&)5)/,+;5.+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5)9),4*).),;)5.)5)9)086
#,5+)7):)5):)9#,5,8:0*)5%#)3)4$)5.2)&%
#,5+)7):)5,5+),:,83)4*):)5#,5>,3,9)0)5#,2,81))5
#,4,805:)/
#,5+)7):)5,5+)#,3)29)5))5$,2,505.#,5.,3;)8)5
,89)3+6!0/03+)3)4$)5.2)&%
#,5+)7):)5,5+)):)9,2;8)5.)5,:,83)4*):)5
#,3047)/)5#,5,804))5!,.)8)63,/)52#69#,89,790
#,5+)7):)5,5+)):)9,2;8)5.)5,:,83)4*):)5
#,3047)/)5%)3+6"2,
"
#,5+)7):)5,5+)):)9,2;8)5.)5,:,83)4*):)5
#,4*).0)5#63,/"#
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
#,5+)7):)5#,3;5)9)5#0;:)5.!65,5+)/)8)
#,5,804))5,4*)30#,89,26:')5. ;2))10
#,5+)7):)55..)8)5)053)05
08,2:68):,5+,8)3
,2)>))5!,.)8)
#,5+)7):)5#,51;)3)562;4,5+62;4,5#,3,3)5.)5
#,5+)7):)5#,51;)3)5)055>)
#,5+)7):)5+)80#,51;)3)5#,8)3):)5+)5 ,905
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
#,5+)7):)5%,=)&)5)/,+;5.+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5)9),4*).),;)5.)5)9)086
#,5+)7):)5,),3)5.
#,5+)7):)50)>)#,5.;8;9)5#0;:)5.+)5,3)5.!,.)8)
#,5+)7):)5)9))055>)
#,5+)7):)5,),3)5.63,/)3)0,3)5.):);#,1)*):,3)5.
,3)9
#,5+)7):)5,),3)5.#,.)+)0)5
#,5+)7):)5)903#,5.,4*)30)5')5.!,.)8)
#,5+)7):)5,5+),:,83)4*):)5#,5>,3,9)0)5#,2,81))5
#,4,805:)/
)03-4)1'
%# &
!#$#&
!
&
&#
%
&#
#3
!#$" "% $##&
& %&"#!( ##$#&%
!"
$%& #
" "%
#$$
&#&%
$$$#"
" ($& #&
!& $&#
#,5+)7):)5,5+)):)9,2;8)5.)5,:,83)4*):)5
#,3047)/)5%)3+6"2,
"
#,5+)7):)5,5+)):)9,2;8)5.)5,:,83)4*):)5
#,4*).0)5#63,/"#
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
#,5+)7):)5#,3;5)9)5#0;:)5.!65,5+)/)8)
#,5+)7):)5#,3;5)9)5)5:0$;.0):)9,8;.0)5>)5.0+,80:)
"3,/!,.)8) )9;2&#&$,5+)/)8)
#,5+)7):)5+)80#,5;:;7)5$,2,505.
#,5+)7):)5+)80'5:;5.%,3090/;89')5.#,89,+0))5%):2,8
#,8=)203)5$
#,5,804))5,4*)30#,89,26:')5. ;2))10
#,5+)7):)5#,5>,:68)5,3,*0/)5)903,890/,3)5.>)5.
&0+)20)4*0363,/>)5.,8/)2
#,5+)7):)55..)8)5)053)05
%25)/
)+)5#,5+0+02)5+)5
#,3):0/)5,;)5.)5
#,5+)7):)5+)80#,51;)3)5#,8)3):)5+)5 ,905
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
#,5+)7):)5%,=)&)5)/,+;5.+)5)5.;5)5
#,5+)7):)5)9)&,5).)#,2,81))55-684)90#,3):0/)5)5
&,25636.0%,9;)0,5.)5&;.)9)5;5.90 )905. )905.
,4,5:,80)5)5#,5+)7):)5
#,5+)7):)5)9),4*).),;)5.)5)9)086
#,5+)7):)5#,5+0+02)5)055>)
#,5+)7):)5,5+),:,83)4*):)5#,5>,3,9)0)5#,2,81))5
#,4,805:)/
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
#,5+)7):)5#,3;5)9)5#0;:)5.!65,5+)/)8)
#,5+)7):)5#,3;5)9)5)5:0$;.0):)9,8;.0)5>)5.0+,80:)
"3,/!,.)8) )9;2&#&$,5+)/)8)
#,5,804))5,4*)30#,89,26:')5. ;2))10
#,5+)7):)55..)8)5)053)05
#,5+)7):)5)9)#,3)>)5)5#,5+0+02)5
#,5+)7):)5)9)#,3)>)5)5&,5).)#,2,81))55-684)90
#,5+)7):)5)9)#,5>,+0))5)8)5.+)5)9))055>)
#,5+)7):)5)903,81)%)4),4*).))+)5'9)/)
#,5+)7):)5)903,81)%)4)#,4,805:)/),8)/
)03-4)1'
%# &
!#$#&
!
&
&#
%
&#
#3
!#$" "% $##&
& %&"#!( ##$#&%
!"
$%& #
" "%
#$$
&#&%
$$$#"
" ($& #&
!& $&#
#,5+)7):)5)9))>)5)5#,8*)52)5'
%25)/
)+)5,*01)2)5092)3
#,5+)7):)5+)80#,405+)/:)5.)5)5 !)055>)
092)3
#,5+)7):)5)9),4*).),;)5.)5)9)086
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,.)=)0#;9):&(
#,5,804))5,4*)30,3)51)#,590;5&(
#,5,804))5,4*)30,3)51))055>)&(
#,5+)7):)5)9),;)5.)5
%25)/
8)5+&6:)3
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
#+17+
9'7/'9+
4*+7'2
+2'40''0/"5151" #
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40'
/42'/49+73'8:1:'4-*:1'
" #'2'3*'4:'7 +-+7/
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'"+2'<'4'4#/*'4-*'4"+4<+2+8'/'4
$:-'8
+4*+8'1"+0'('9 +-'7'
+2'40'$:40'
/42'/4$+73'8:1%
'4-:1'
"+0'('9 +-'7'
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'"+-';'/$:40'4-'4.:8:8
+-/'9'4
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4'3('.'<'$'.'4$:(:.
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''4--'4'4/7
+2'40''4--'4'4'<'*'4'8''/44<'
+2'40''8'"58*'4/75
+2'40''8'548:29'4
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4'/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4$7'486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8':
'7 +-+7/
+2'40'"+70'2'4'4'/44<':
'7 +-+7/
+2'40'-'0/*'4$:40'4-'4%
+2'40''7'4-%
+2'40''8'%
+2'40'"+3+2/.'7''4%
+2'40'"+70'2'4'4%
+2'40''9'8"+4-+252''44*5;3+49:4*
+2'40'"+4<+*/''4'7'4-*'4'8'%
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'5*'2"+70'2'4'4"+7'2'9'4*'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/"+7'2'9'4*'4
+2'40'5*'2+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'35*'2:6'.9+4'-'1+70'-+*:4-
+2'40'35*'26+7+4)'4''4*'46+4-';'8'4
-+*:4-
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'5*'2'2'4*'4+3('9'4
+2'40'5*'2'7/4-'4
+2'40'5*'2'
/44<'
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/8+9$+9'6'/44<'
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
%
+2'40'5*'2+*:4-*'4'4-:4'4
%
+2'40'5*'2'
/44<'
%
$-0'+
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
486+195
7'9+
4*+7'2
+2'40''0/"5151" #
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''4--'4'4'<'*'4'8''/44<'
+2'40''8'548:29'4
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4$7'486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<':
'7 +-+7/
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'5*'2'
/44<'
+2'40'5*'2'
/44<'
$-0'+
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
/7+195
7'9+
4*+7'2
4--'7'4
+2'40''0/"5151" #
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4'3('.'<'$'.'4$:(:.
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4'/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4$7'486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<':
'7 +-+7/
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'5*'2'
/44<'
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
$-0'+
/7+195
7'9+
4*+7'2"'0'1
+2'40''0/"5151" #
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'$:40+3'.'2'4" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40
'+7'.$+76+4)/2#
'4-'9
$+76+4)/2"
#
+2'40'$:40'4-'4.:8:8"'6:'" #
+2'40'$:40'
/42'/49+73'8:1:'4-*:1'
" #'2'3*'4:'7 +-+7/
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4-'*''4'.'4'1'4'4
+2'40'"+4'3('.'<'$'.'4$:(:.
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''4--'4'4/7
+2'40''4--'4'4'<'*'4'8''/44<'
+2'40''8'"58*'4/75
+2'40''8'548:29'4
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4'/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4'/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'7/4-'4
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4$+9'6
+2'40'"+70'2'4'49'7486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8':
'7 +-+7/
+2'40'5*'2$'4'.
+2'40'5*'2"+3(:'9'4#+79/,/1'
9$'4'.
+2'40'5*'2"+4-:7:1'4*'4"+3'9'4-'4
$'4'.
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'5*'2'.'4'1:"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'5*'2%6'.$+4'-'+70'*'45457
"+4-+252'$+14/8"
+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'5*'2"+7+4)'4''4*'4"+4-';'8'4
"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'5*'2"+7/0/4
'4"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'5*'2"+70'2'4'4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'5*'2+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'5*'2"+7+4)'4''4*'4"+4-';'8'4
+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'5*'2'.'4'1:'2'4*'4
+3('9'4
+2'40'5*'2'7/4-'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/'7/4-'4
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'5*'2'
/44<'
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/8+9$+9'6'/44<'
*'4'9':8+9'
/44<'
+2'40'"+3('<'7'43('2'4:4-'"'0'1
#""'0'1
/7+195
7'9+
4*+7'2+':1'/
+2'40''0/"5151" #
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'$:40'
:16':1" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40
'+7'.$+76+4)/2#
'4-'9
$+76+4)/2"
#
+2'40'$:40'4-'4.:8:8"'6:'" #
+2'40'$:40'
/42'/49+73'8:1:'4-*:1'"
'2'3*'4:'7 +-+7/
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40':'4-2+3(:7
+2'40'6+-';'/$:40.:8:81+
-/'9'4
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'6+4-'*''4('.'43'1'4'4
+2'40':49:13
+4'3('.*'<'9'.'49:(:.
+2'40'6+4-/7/3
'48:7'9*/4'86586:8'9
5457$+71'/9!
6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
5457$+71'/9!
:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''4--'4'4/7
+2'40''4--'4'4'<'*'4'8''/44<'
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40''8'548:29'4
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4'/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'7/4-'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'/44<'
+2'40'6+70'2'4'4(/'8'
/'<'"+70'2'4'4$7'486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
'2'359'
+2'40'6+70'2'4'42'/44<'
+2'40'6+70'2'4'4(/'8':'7 +-+7/
+2'40'5*'2$'4'.
+2'40'5*'2"+4-:7:1'4*'4"+3'9'4-'4
$'4'.
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'5*'2+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'5*'2%6'.$+4'-'+70'*'45457
"+4-+252'$+14/8
+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'5*'2"+7+4)'4''4*'4"+4-';'8'4
+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'5*'2'7/4-'4
+2'40'5*'2/8/1'
/44<'
$-0'+
/7+195
7'9+
4*+7'2
"+7/3
('4-'4+:'4-'4
+2'40''0/"5151" #
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''8'548:29'4
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40''8':49:1"+4)'9'9'4'8'*'7/
/('.
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4'/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4$7'486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'5*'2"+7+4)'4''4*'4"+4-';'8'4
+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'5*'2'
/44<'
/7+195
7'9+
4*+7'2
"+4-+252''4%9'4-
+2'40''0/"5151" #
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40'
/42'/49+73'8:1:'4-*:1'
" #'2'3*'4:'7 +-+7/
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''4--'4'4/7
+2'40''8'548:29'4
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4'/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8':
'7 +-+7/
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'5*'2'
/44<'
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/8+9$+9'6'/44<'
*'4'9':8+9'
/44<'
/7+195
7'9+
4*+7'2
+2'40''0/"5151" #
"+7(+4*'.'7''4
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40
'+7'.$+76+4)/2#
'4-'9
$+76+4)/2"
#
+2'40'$:40'4-'4.:8:8"'6:'" #
+2'40'$:40'
/42'/49+73'8:1:'4-*:1'
" #'2'3*'4:'7 +-+7/
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4'3('.'<'$'.'4$:(:.
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''4--'4'4/7
+2'40''4--'4'4'<'*'4'8''/44<'
+2'40''8'548:29'4
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4'/44<'
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4$7'486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<':
'7 +-+7/
+2'40'5*'2/'<'"+4-:1:7'4$'4'.
+2'40'5*'29'4'.:49:1"+4)'9'9'4$'4'.
*'7/
/('.
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'5*'2+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'5*'2"+7+4)'4''4*'4"+4-';'8'4
+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'5*'2'7/4-'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/'7/4-'4
+2'40'5*'2'
/44<'
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/8+9$+9'6'/44<'
/7+195
7'9+
4*+7'2+1'<''4
+-'7'
+2'40''0/"5151" #
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40'4-'4.:8:8"'6:'" #
+2'40'$:40'
/42'/49+73'8:1:'4-*:1'
" #'2'3*'4:'7 +-+7/
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4'3('.'<'$'.'4$:(:.
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''4--'4'4/7
+2'40''4--'4'4'<'*'4'8''/44<'
+2'40''8'"58*'4/75
+2'40''8'548:29'4
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4'/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'7/4-'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4$7'486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8':
'7 +-+7/
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'5*'2%6'.$+4'-'+70'*'45457
"+4-+252'$+14/8"
+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'5*'2+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'35*'2:6'.9+4'-'1+70'-+*:4-
+2'40'35*'26+7+4)'4''4*'46+4-';'8'4
-+*:4-
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'5*'2"+70'2'4'4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'5*'27/-
'8/
+2'40'5*'2'7/4-'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/'7/4-'4
+2'40'5*'2'
/44<'
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/8+9$+9'6'/44<'
*'4'9':8+9'
/44<'
$ $
'*'4"+4*/*/1'4*'4
"+2'9/.'4+:'4-'4
+2'40''0/"5151" #
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4'3('.'<'$'.'4$:(:.
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''4--'4'4/7
+2'40''8'"58*'4/75
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'7/4-'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4$7'486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4'/44<':
'7 +-+7/
+2'40''0/*'4$:40'4-'4
+2'40''7'4-
+2'40''8'
+2'40'"+70'2'4'4
+2'40'"+4<+*/''4'7'4-*'4'8'%
+2'40'5*'2"+3(:'9'4#+79/,/1'
9$'4'.
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'5*'2"+7+4)'4''4*'4"+4-';'8'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/"+7'2'9'4*'4
+2'40'5*'2+*:4-*'4'4-:4'4
+2'40'5*'2"+7+4)'4''4*'4"+4-';'8'4
+2'40'5*'2"+70'2'4'4+*:4-*'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/+*:4-*'4
+2'40'5*'27/-
'8/
+2'40'5*'2'7/4-'4
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/'7/4-'4
+2'40'5*'2'
/44<'
+2'40'"+4'3('.'4 /2'/8+9$+9'6'/44<'
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
%
$-0'+
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
'*'4+(/0'1'4/81'
2
+2'40''0/"5151" #
+2'40'"+3(:2'9'4'0/" #
+2'40'$:40#:'3/897/"
#
+2'40'$:40
4'1" #
+2'40'$:40#97:19:
7'2" #
+2'40'$:40:4-8/54'2" #
+2'40'$:40""." #
+2'40'$:40+7'8" #
+2'40'%'4-'1'4" #
+2'40'$:40'
/42'/49+73'8:1:'4-*:1'
" #'2'3*'4:'7 +-+7/
+2'40'$:40'4-'4%3:3" #
+2'40'%'4-+3(:7
+2'40'+6+72:'4"+71'4957'4
+2'40'"+4-/7/3
'4#:7'9/4'8"58":8'9
+2'40'5457!6+7'8/54'2#'9:'4+70'
+2'40''7'4-!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''.'4
+2'40'5457!:96:9+-/'9'4
+2'40''7'4- 54!6+7'8/54'2'
/44<'
+2'40''4--'4'4/897/1
+2'40''4--'4'4$+2+654
+2'40''4--'4'4/7
+2'40''8'"58*'4/75
+2'40''8'548:29'4
+2'40'#+;'
+2'40''8'"75,+8/
+2'40''8''/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4+*:4-*'4
'4-:4'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4'/44<'
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4"+7'2'9'4*'4
+8/4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'7/4-'4
+2'40'/'<'"+3+2/.'7''4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8'
+2'40'"+70'2'4'4$+9'6
+2'40'"+70'2'4'4$7'486579
'2'359'
+2'40'"+70'2'4'4/4'8"'1+9
++9/4-
'2'359'
'36/7'4&
$"%
"##
%"%$
"#"%
%
%"
###".
$
%"
".
%$%!" &""#"'1(*0)(
"#!!$#""%
#$%"
!&#%"%
+2'40'"+70'2'4'4'/44<'
+2'40'"+70'2'4'4/'8':
'7 +-+7/
+2'40'"+70'2'4'4'/44<':
'7 +-+7/
+2'40'5*'2"+7'2'9'4*'4+8/4
+2'40'5*'2'
/44<'
$-0'+
/',($-0'+
*692:*7(
!&$!'!!
$,)2/8)8/ ,4:7:9 $,)2/8)8/ ,4:7:9
!5 5+,1:4 '7)/)4 )8/8)8$6 &)3*). :7)4- )8/817:)2$6
#.7-*9*<*7##1 27@*4=62
#.7-*9*<*7##1*;5*6
#.7-*9*<*7##1 20*;*277@*
#.7-*9*<*7##1#*;*5
#.7-*9*<*7##1#*;*5
#.7-*9*<*7##1#*;*5698:
#.7-*9*<*7##1#*;*5
#.7-*9*<*7##1#*;*5 ":*70#:2+*-2
#.7-*9*<*7##1#*;*5 *-*7
#.7-*9*<*7##1#*;*5
#.7-*9*<*7##127*5
##1!87620*;*277@*
#.7-*9*<*7##12;4*5
#.7-*9*<*7###;&#
#.7-*9*<*7###;&#
#.7-*9*<*7##1#*;*5698:2<*700=70
#.6.:27<*1
#.7-*9*<*7###;&#
#.7-*9*<*7###; *-*7&#
#.7-*9*<*7###;&#
#.7-*9*<*7##27*5&#
#.7-*9*<*7##!*5*6!.0.:2
#.7-*9*<*7##!698:
#.7-*9*<*7##!*277@*
#.7-*9*<*7##7 -*5*6!.0.:2
#.7-*9*<*7##7 698:
#.7-*9*<*7##7 *277@*
#.7-*9*<*7##!*5*6!.0.:2&#
#.7-*9*<*7##!698:&#
#.7-*9*<*7##!*277@*&#
#.7-*9*<*7##.-.;**7
#.7-*9*<*7##.:48<**7
#.7-*9*<*7##.:4.+=7*7
#.7-*9*<*7#.1=<*7*7
#.7-*9*<*7##.:<*6+*70*7
#.7-*9*<*7##.:<*6+*70*7 20*;
#.7-*9*<*7#&
#.7-*9*<*7=4*2*;25&.6+*4*=
#.7-*9*<*7=4*2<1@5548185
#.7-*9*<*7=4*2 27=6*76.70*7-=70<1@5
548185
#.7-*9*<*7.7-*-6272;<:*;2=4*2
#.7-*9*<*7=4*2*277@*
#.7-*9*<*7.* .<.:*2
#.7-*9*<*7#.73=*5*7+.7-*6.<.:*2
#.7-*9*<*7##7*<=*:*
#.7-*9*<*7#*3*4&2-*4*70;=70*277@*
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##1
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##!
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##7
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7#&
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##1&#
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##!&#
#.7-*9*<*7.* *;=4
#.7-*9*<*7.* *;=4-2<*700=70#.6.:27<*1
*<*;2+*1%# !2125
#.7-*9*<*7.7-*-6272;<:*;2#*+.*7
#.7-*9*<*7.* *;=4-*5*6:*704*.6=-*1*7
698:&=3=*74;98:&
.7-**<*;;*74;2*-6272;<:*;2-*:29.5*4;*7**7
9.70*?*;*7<.:1*-*9+*:*70<.:<.7<=@*70
9.70*704=<*77@*-2-*5*6-*.:*19*+.*7*7<*:
9=5*=
#.7-*9*<*7.* *;=42<*700=70#.6.:27<*1
#.7-*9*<*7#*+.*7*277@*
#.7-*9*<*7#*3*49=70=<*7.4;98:
#.7-*9*<*7.7-*-6272;<:*;2.*.5=*:
#.7-*9*<*7=70*.*.5=*:
&59)2#,4,7/3))4#,76)0)1)4
!"$ %#!#&!!!%$$'
'!&'#$"(!$$% $
#,4+)6)9)4,2)40) #,4<,8:)/)417:)2$6
*692:*7(
!&$!'!!
$,)2/8)8/ ,4:7:9 $,)2/8)8/ ,4:7:9
!5 5+,1:4 '7)/)4 )8/8)8$6 &)3*). :7)4- )8/817:)2$6
!"$ %#!#&!!!%$$'
'!&'#$"(!$$% $
#,4+)6)9)4,2)40) #,4<,8:)/)417:)2$6
#.7-*9*<*7#.73=*5*7*;25%2<**7$*69*;*7-*7
*:<*#.72700*5*7
#.7-*9*<*7#.73=*5*77/8:6*;2#.7.:+2<*7256
%=:>.@#.6.<**7-*7*;25.<*4*7
#.7-*9*<*7#.73=*5*784=6.7-84=6.7
#.5.5*70*7
#.7-*9*<*7#.73=*5*7*277@*
#.7-*9*<*7#.73=*5*7$=6*1.-=70*70=7*7
-*7&*7*1
#.7-*9*<*79.73=*5*74.7-*:**7+.:68<8:
#.7-*9*<*7#.73=*5*7;.<*277@*@*70
.:5.+21$=;*421*9=;4*7
#.7-*9*<*7%.?*$=6*127*;$=6*1!.0.:2
#.7-*9*<*7%.?*.-=70*70=7*7-*7=-*70
#.7-*9*<*7%.?**5*7:20*;2-*7*:270*7
#.7-*9*<*7-*:2%##.:*5*<*7-*7 .;27
#.7-*9*<*7%.?*.7-*+.7-*&*4.:0.:*4
*277@*
#.7-*9*<*7*4-*7#.:2327*7
#.7-*9*<*7*;*&.7*0*#.4.:3**77/8:6*;2
#.5*<21*7&.4785802#.7-*9*<*7#!#.7-*9*<*7
#.7-*9*<*7*;*.6+*0*.=*70*7*;*2:8
#.7-*9*<*72*@*#.7*007%#
#.7-*9*<*7.*.5*70
#.7-*9*<*72*@*#.70=:=;*7#2=<*70-*7.5*70
!.0*:*
#.7-*9*<*7*@*7*7*;*#.:+*74*7
#.7-*9*<*7*<*;#.7.:+2<*7%#-*5*6$*704*
&%
#.7-*9*<*7-*:2#.5*4;*7**7&:.*;=:@!8<287*5
#885270
#.7-*9*<*7*<*;#.7.69*<*7'*70!.0*:*9*-*
*747-87.;2*
#.7-*9*<*73*;*5*277@*
#.7-*9*<*7.*.5*7085.1*5*2.5*70*<*=
#.3*+*<.5*70.5*;
#.7-*9*<*7.*.5*70#.0*-*2*7
#.7-*9*<*7##.4;##!*<*;=70*"+520*;2
#.7-*9*<*7+=70*5*277@*
#.7-*9*<*7*;25.7-*-*7%.+*0*27@*
#.7-*9*<*7#.7-2-24*7*277@*
#.7-*9*<*7-*:2#.70.6+*52*7#.7@*5*10=7**7
#[email protected]*:**7.=*70*7
#.7-*9*<*7*;25#.70.6+*52*7'*70!.0*:*
#.7-*9*<*7=:*7*-*7';*1*-22-*70#*;*:
8-*5-*7.6+*0*.=*70*7
#.7-*9*<*7.7-*.<.:5*6+*<*7#[email protected].;*2*7
#.4.:3**7#.6.:27<*1
#.7-*9*<*7-.7-**-6272;<:*;2#&
#.7-*9*<*7.7-*#.5*700*:*7-22-*70#*;*:
8-*5
#.7-*9*<*7.7-*#.5*4;*7**7$.4.7270
#.70.5=*:*7.:;*5-8!2125-*5*6$*704*&%
#.7-*9*<*7.7-**<*;#.5*4;*7**7&:.*;=:@
!8<287*5#885270
#.7-*9*<*7.7-**<*;
.4=:*70*7.<.:5*6+*<*7#.7@.<8:*7
#.7.:26**7!.0*:*85.1*74#8;#.:;.9;2
#.7-*9*<*7.7-**<*;
.4=:*70*7.<.:5*6+*<*7#.5269*1*7%*5-8"
4."
#.7-*9*<*7.7-**<*;
.4=:*70*7.<.:5*6+*<*7#.6+*02*7
##&85.1"##&
#.7.:26**7.6+*52.5*73*#.0*?*2#=;*<&)
#.7.:26**74.6+*529.7;2=7&)
#.7.:26**7.6+*52.5*73**277@*$ &)
#.7.:26**7.6+*52.5*73**277@*#273!&)
#.7.:26**7.6+*52.5*73**277@*2+*1&)
#.7.:26**7.6+*52.5*73**277@*&)
#.7-*9*<*7#.5=7*;*7#2=<*70!87.7-*1*:*
#.7-*9*<*7#.5=7*;*7*7<2$=02*<*;.:=02*7
@*702-.:2<*"5.1!.0*:* *;=4
#.7-*9*<*7-*:2#.7=<=9*7$.4.7270
#.7-*9*<*7-*:2'7<=70%.52;21=:;'#
#.:?*425*7$-2=*:!.0.:2
*692:*7(
!&$!'!!
$,)2/8)8/ ,4:7:9 $,)2/8)8/ ,4:7:9
!5 5+,1:4 '7)/)4 )8/8)8$6 &)3*). :7)4- )8/817:)2$6
!"$ %#!#&!!!%$$'
'!&'#$"(!$$% $
#,4+)6)9)4,2)40) #,4<,8:)/)417:)2$6
#.7.:26**7.6+*52#.:;.48<'*70 =4**32
#.7-*9*<*7#.7@.<8:*7.5.+21*7*;25.:;21
.5*70@*70&2-*42*6+2585.1@*70.:1*4
#.7-*9*<*7700*:*7*275*27
#.7-*9*<*7*;*#.5*@*7*7#.7-2-24*7
#.7-*9*<*7*;*#.5*@*7*7&.7*0*
#.4.:3**77/8:6*;2#.5*<21*7-*7&.1785802
#.7-*9*<*7*;*#[email protected]**7*:*70-*7*;*
*277@*
#.7-*9*<*77>.;<*;2'
#.7-*9*<*7#.70.585**7*7*1=;=;*277@*
#.7-*9*<*72+*1&2-*4&.:24*<*5*6!.0.:2
.6+*0**-*7';*1*
#.7-*9*<*72+*1&2-*4&.:24*<*277@*
#.7-*9*<*7*;25.:3*%*6*.6+*0**-*7
';*1*
#.7-*9*<*7*;25.:3*%*6*#.6.:27<*1*.:*1
#.7-*9*<*7*;**@*7*7#.:+*74*7'
&59)2#,4,7/3))4!,-)7):1)4#)0)1
&59)2#,4,7/3))4
.5*73**32#8484#!%
.5*73*#.6+=5*<*7*32#!%
.5*73*&=73*70*7%=*62;<:2#!%
.5*73*&=73*70*77*4#!%
.5*73*&=73*70*7%<:=4<=:*5#!%
.5*73*&=73*70*7=70;287*5#!%
.5*73*&=73*70*7##1#!%
.5*73*&=73.:*;#!%
.5*73*&=73.6*1*5*7#!%
.5*73*&=73*=49*=4#!%
.5*73*'*70 *4*7#!%
.5*73*&=731=;=;#.:*521*7#!%
.5*73*&=73*70*7*.:*1&.:9.7,25
.5*73*&=73*70*71=;=;#*9=*#!%
.5*73*&=73*275*27<.:6*;=4=*70-=4*#!%
*5*6-*7=*:!.0.:2
.5*73*&=73*70*7'6=6#!%
.5*73*#.5*@*7*7%2-*70-*7#[email protected].;*2*7&=0*;
.7-.;*4#.3*+*<!.0*:*
.5*73*&=73*275*27&.:6*;=4'*70=4*
#.3*+*<!.0*:*
.5*73*0*32984849.0*?*2
.5*73*'*70878:&.<*9
.5*73*=*705.6+=:
.5*73*>*4*;2
.5*73*9.0*?*2&=731=;=;4.02*<*7
.5*73*#.0*?*2&:*7;2<8
&59)2,2)40)#,-);)/
.5*73*.9.:5=*7#.:4*7<8:*7
.5*73*#.70*-**7*1*7 *4*7*7
.5*73*9.7*6+*1*7-*@*<*1*7<=+=1
.5*73*9.702:26*7;=:*<-27*;98;9=;*<
878:&.:4*2<"9.:*;287*5%*<=*7.:3*
.5*73**:*70"9.:*;287*5*277@*
.5*73**1*7
878:&.:4*2<"=<9=<.02*<*7
.5*73**:.7*$=02%.52;21=:;'*70#.:;.-2**7
%*<4.:#.:?*425*7$<*;.&.472;
.5*73**:*70!87"9.:*;287*5*277@*
.5*73**700*7*72;<:24
.5*73**700*7*7&.5.987
.5*73**700*7*72:
.5*73**700*7*7*@*-*7*;**277@*
.5*73*3*;*98;-*702:8
.5*73**;*87;=5<*7
.5*73*%.?*
.5*73**;*#:8/.;2
.5*73**;**277@*
.5*73**;*=7<=4#.7,*<*<*7*;*-*:22+*1
.5*73*2*@*#.6.521*:**7.-=70-*7*70=7*7
.5*73*#.6.521*:**7.-=70-*7*70=7*7
*277@*
.5*73*+2*@*9.6.521*:**79.:*5<*7*-*76.;27
5*277@*
.5*73*2*@*#.6.521*:**7#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73*2*@*#.6.521*:**7*:270*7
.5*73*2*@*#.6.521*:**7*277@*
.5*73*9.:3*5*7*7+2*;*
.5*73*9.:3*5*7*7<.<*9
*692:*7(
!&$!'!!
$,)2/8)8/ ,4:7:9 $,)2/8)8/ ,4:7:9
!5 5+,1:4 '7)/)4 )8/8)8$6 &)3*). :7)4- )8/817:)2$6
!"$ %#!#&!!!%$$'
'!&'#$"(!$$% $
#,4+)6)9)4,2)40) #,4<,8:)/)417:)2$6
.5*73*#.:3*5*7*7&:*7;98:<*5*68<*
.5*73*#.:3*5*7*727*;#*4.< ..<270*5*6
8<*
.5*73*9.:3*5*7*75*277@*
.5*73*9.:3*5*7*7+2*;*=*:!.0.:2
.5*73*9.:3*5*7*75*277@*=*:!.0.:2
.5*73*0*32-*7&=73*70*7'
.5*73**:*70'
.5*73**;*'
.5*73*#.6.521*:**7
.5*73*#.:3*5*7*7'
.5*73**<*;#.70.585**77-8?6.7<=7-
.5*73*#[email protected]**7*:*70-*7*;*'*277@*
&59)2,2)40))7)4-
.5*73* 8-*5&*7*1
.5*73* 8-*5#.6+.+*;*7&*7*1
.5*73* 8-*5#.6+*@*:*7878:&26&*7*1
.5*73* 8-*5#.6+=*<*7%.:<2/24*<&*7*1
.5*73* 8-*5#.70=:=4*7-*7#.6*<*70*7&*7*1
.5*73* 8-*52*@*#.70=4=:*7&*7*1
.5*73* 8-*5#.:3*5*7*7#.70*-**7&*7*1
.5*73* 8-*5<*7*1=7<=4#.7,*<*<*7&*7*1-*:2
2+*1
.5*73* 8-*5#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5*1*7*4=#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5'9*1&.7*0*.:3*-*7878:
#.70.585*&.472;#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5#.:.7,*7**7-*7#.70*?*;*7
#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5#.:2327*7#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5#.6*;*70*7#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5#.:3*5*7*7#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5.-=70-*7*70=7*7
.5*73*68-*5=9*1<.7*0*4.:3*0.-=70
.5*73* 8-*5%.?*#.:*5*<*7.-=70-*7
*70=7*7
.5*73*68-*59.:.7,*7**7-*79.70*?*;*7
0.-=70
.5*73* 8-*5#.:2A27*7.-=70-*7*70=7*7
.5*73* 8-*5#.708;870*7-*7#.6+8704*:*7
*70=7*7*6*
.5*73* 8-*5#.:3*5*7*7.-=70-*7*70=7*7
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2.-=70-*7*70=7*7
.5*73* 8-*5*5*7-*7.6+*<*7
.5*73* 8-*5*1*7*4=*5*7-*7.6+*<*7
.5*73* 8-*5:20*;2
.5*73* 8-*5*:270*7
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2*5*7-*7.6+*<*7
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2:20*;2
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2*:270*7
.5*73* 8-*52;24*277@*
.5*73*#.7*6+*1*7!25*22;24*277@*
.5*73* 8-*5#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5.-=70-*7*70=7*7
.5*73* 8-*5*5*7:20*;2-*7*:270*7'
.5*73* 8-*52;24*277@*
&59)2,2)40) 5+)2
.5*73*6+*5*7=70*%#
,2)40)#,3*)<)7)4,;)0/*)4'9)4-
&59)2,2)40)
BA : (015) Kementerian Keuangan
(Rp) (Rp)A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Perpajakan 1.077.309.220.752.240 42.858.185.051.726 23.101.440.433.394 1.097.065.965.370.570 1.Pajak Dalam Negeri 1.029.850.272.828.330 42.391.051.901.661 22.800.992.894.894 1.049.440.331.835.100
2. Pajak Perdagangan Internasional 47.458.947.923.910 467.133.150.065 300.447.538.500 47.625.633.535.475
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 2.902.298.513.482 19.411.487.511 48.678.145.049 2.873.031.855.943 1. Penerimaan Sumber Daya Alam 0 0 0 0
2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 0 0 0 0
3. Pendapatan PNBP Lainnya 520.913.047.356 727.841.059 18.073.103.672 503.567.784.742
4. Pendapatan Badan Layanan Umum 2.381.385.466.126 18.683.646.452 30.605.041.377 2.369.464.071.201
III. Penerimaan Hibah *)Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah 1.080.211.519.265.720 42.877.596.539.236 23.150.118.578.443 1.099.938.997.226.510
B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat 17.075.887.494.225 11.750.547.462 78.245.474.306 17.009.392.567.381 1. Belanja Pegawai 8.066.062.119.782 1.862.702.289 2.003.990.013 8.065.920.832.058
2. Belanja Barang 6.964.286.532.459 9.380.072.977 74.812.609.923 6.898.853.995.513
3. Belanja Modal 1.647.994.361.546 0 1.428.874.370 1.646.565.487.176
4. Pembayaran Bunga Utang 397.544.480.438 507.772.196 0 398.052.252.634
5. Belanja Hibah *)
6. Subsidi
7. Bantuan Sosial
8. Belanja Lain - lain
II. Transfer ke Daerah 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian a. Dana otonomi Khusus
b. Dana penyesuaian
Jumlah Belanja Negara 17.075.887.494.225 11.750.547.462 78.245.474.306 17.009.392.567.381
Pendapatan / BelanjaRealisasi Menurut Basis
Kas
Penyesuian AkrualRealisasi Menurut Basis
Akrual(Rp)
Tambah Kurang
BA : (015) Kementerian Keuangan
(Rp) (Rp)PENDAPATAN
Sekretariat Jenderal 2.416.592.944.883 17.681.126.425 26.026.696.136 2.408.247.375.171
Inspektorat Jenderal 185.013.022 0 0 185.013.022
Ditjen Anggaran 1.759.781.247 0 0 1.759.781.247
Ditjen Pajak 921.415.518.583.673 23.100.016.579.354 6.424.462.043.084 938.091.073.119.943
Ditjen Bea dan Cukai 155.982.653.515.598 19.758.234.828.804 16.679.929.622.853 159.060.958.721.549
Ditjen Perimbangan Keuangan 1.040.849.454 0 0 1.040.849.454
Ditjen Pengelolaan Utang 548.877.544 13.088.700 336.614.528 225.351.716
Ditjen Perbendaharaan 31.525.978.100 94.738.980 13.900.133.840 17.720.583.240
Ditjen Kekayaan Negara 325.608.837.582 0 8.806.583 325.600.030.999
BPPK 34.774.050.708 1.556.176.974 5.454.659.195 30.875.568.487
BKF 1.310.833.910 0 2.224 1.310.831.686
Jumlah Pendapatan 1.080.211.519.265.720 42.877.596.539.236 23.150.118.578.443 1.099.938.997.226.510BELANJA
Sekretariat Jenderal 6.157.210.138.425 239.990.982 45.746.880.861 6.111.703.248.546
Inspektorat Jenderal 100.099.618.061 23.829 809.063 100.098.832.827
Ditjen Anggaran 126.069.556.919 13.184.615 13.835.450 126.068.906.084
Ditjen Pajak 5.108.378.387.329 4.261.693.598 23.711.632.182 5.088.928.448.745
Ditjen Bea dan Cukai 2.451.858.723.937 1.003.255.152 1.677.951.540 2.451.184.027.549
Ditjen Perimbangan Keuangan 139.331.310.314 4.160.177 385.906.482 138.949.564.009
Ditjen Pengelolaan Utang 74.390.169.143 179.630.146 154.377.805 74.415.421.484
Ditjen Perbendaharaan 1.637.349.213.163 4.583.364.725 4.843.597.629 1.637.088.980.259
Ditjen Kekayaan Negara 617.034.925.252 274.474.937 685.640.863 616.623.759.326
BPPK 525.675.471.451 1.095.890.744 947.251.993 525.824.110.202
BKF 138.489.980.231 94.878.557 77.590.438 138.507.268.350
Jumlah Belanja 17.075.887.494.225 11.750.547.462 78.245.474.306 17.009.392.567.381
Eselon IRealisasi Menurut
Basis KasPenyesuian Akrual Realisasi Menurut
Basis Akrual(Rp)
Tambah Kurang
*692:*7(
!&$!'!!
$,)2/8)8/ ,4:7:9 $,)2/8)8/ ,4:7:9
!5 5+,1:4 '7)/)4 )8/8)8$6 &)3*). :7)4- )8/817:)2$6
#.7-*9*<*7##1 27@*4=62
#.7-*9*<*7##1*;5*6
#.7-*9*<*7##1 20*;*277@*
#.7-*9*<*7##1#*;*5
#.7-*9*<*7##1#*;*5
#.7-*9*<*7##1#*;*5698:
#.7-*9*<*7##1#*;*5
#.7-*9*<*7##1#*;*5 ":*70#:2+*-2
#.7-*9*<*7##1#*;*5 *-*7
#.7-*9*<*7##1#*;*5
#.7-*9*<*7##127*5
##1!87620*;*277@*
#.7-*9*<*7##12;4*5
#.7-*9*<*7###;&#
#.7-*9*<*7###;&#
#.7-*9*<*7##1#*;*5698:2<*700=70
#.6.:27<*1
#.7-*9*<*7###;&#
#.7-*9*<*7###; *-*7&#
#.7-*9*<*7###;&#
#.7-*9*<*7##27*5&#
#.7-*9*<*7##!*5*6!.0.:2
#.7-*9*<*7##!698:
#.7-*9*<*7##!*277@*
#.7-*9*<*7##7 -*5*6!.0.:2
#.7-*9*<*7##7 698:
#.7-*9*<*7##7 *277@*
#.7-*9*<*7##!*5*6!.0.:2&#
#.7-*9*<*7##!698:&#
#.7-*9*<*7##!*277@*&#
#.7-*9*<*7##.-.;**7
#.7-*9*<*7##.:48<**7
#.7-*9*<*7##.:4.+=7*7
#.7-*9*<*7#.1=<*7*7
#.7-*9*<*7##.:<*6+*70*7
#.7-*9*<*7##.:<*6+*70*7 20*;
#.7-*9*<*7#&
#.7-*9*<*7=4*2*;25&.6+*4*=
#.7-*9*<*7=4*2<1@5548185
#.7-*9*<*7=4*2 27=6*76.70*7-=70<1@5
548185
#.7-*9*<*7.7-*-6272;<:*;2=4*2
#.7-*9*<*7=4*2*277@*
#.7-*9*<*7.* .<.:*2
#.7-*9*<*7#.73=*5*7+.7-*6.<.:*2
#.7-*9*<*7##7*<=*:*
#.7-*9*<*7#*3*4&2-*4*70;=70*277@*
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##1
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##!
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##7
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7#&
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##1&#
#.7-*9*<*7=70*#.7*021*7##!&#
#.7-*9*<*7.* *;=4
#.7-*9*<*7.* *;=4-2<*700=70#.6.:27<*1
*<*;2+*1%# !2125
#.7-*9*<*7.7-*-6272;<:*;2#*+.*7
#.7-*9*<*7.* *;=4-*5*6:*704*.6=-*1*7
698:&=3=*74;98:&
.7-**<*;;*74;2*-6272;<:*;2-*:29.5*4;*7**7
9.70*?*;*7<.:1*-*9+*:*70<.:<.7<=@*70
9.70*704=<*77@*-2-*5*6-*.:*19*+.*7*7<*:
9=5*=
#.7-*9*<*7.* *;=42<*700=70#.6.:27<*1
#.7-*9*<*7#*+.*7*277@*
#.7-*9*<*7#*3*49=70=<*7.4;98:
#.7-*9*<*7.7-*-6272;<:*;2.*.5=*:
#.7-*9*<*7=70*.*.5=*:
&59)2#,4,7/3))4#,76)0)1)4
!"$ %#!#&!!!%$$'
'!&'#$"(!$$% $
#,4+)6)9)4,2)40) #,4<,8:)/)417:)2$6
*692:*7(
!&$!'!!
$,)2/8)8/ ,4:7:9 $,)2/8)8/ ,4:7:9
!5 5+,1:4 '7)/)4 )8/8)8$6 &)3*). :7)4- )8/817:)2$6
!"$ %#!#&!!!%$$'
'!&'#$"(!$$% $
#,4+)6)9)4,2)40) #,4<,8:)/)417:)2$6
#.7-*9*<*7#.73=*5*7*;25%2<**7$*69*;*7-*7
*:<*#.72700*5*7
#.7-*9*<*7#.73=*5*77/8:6*;2#.7.:+2<*7256
%=:>.@#.6.<**7-*7*;25.<*4*7
#.7-*9*<*7#.73=*5*784=6.7-84=6.7
#.5.5*70*7
#.7-*9*<*7#.73=*5*7*277@*
#.7-*9*<*7#.73=*5*7$=6*1.-=70*70=7*7
-*7&*7*1
#.7-*9*<*79.73=*5*74.7-*:**7+.:68<8:
#.7-*9*<*7#.73=*5*7;.<*277@*@*70
.:5.+21$=;*421*9=;4*7
#.7-*9*<*7%.?*$=6*127*;$=6*1!.0.:2
#.7-*9*<*7%.?*.-=70*70=7*7-*7=-*70
#.7-*9*<*7%.?**5*7:20*;2-*7*:270*7
#.7-*9*<*7-*:2%##.:*5*<*7-*7 .;27
#.7-*9*<*7%.?*.7-*+.7-*&*4.:0.:*4
*277@*
#.7-*9*<*7*4-*7#.:2327*7
#.7-*9*<*7*;*&.7*0*#.4.:3**77/8:6*;2
#.5*<21*7&.4785802#.7-*9*<*7#!#.7-*9*<*7
#.7-*9*<*7*;*.6+*0*.=*70*7*;*2:8
#.7-*9*<*72*@*#.7*007%#
#.7-*9*<*7.*.5*70
#.7-*9*<*72*@*#.70=:=;*7#2=<*70-*7.5*70
!.0*:*
#.7-*9*<*7*@*7*7*;*#.:+*74*7
#.7-*9*<*7*<*;#.7.:+2<*7%#-*5*6$*704*
&%
#.7-*9*<*7-*:2#.5*4;*7**7&:.*;=:@!8<287*5
#885270
#.7-*9*<*7*<*;#.7.69*<*7'*70!.0*:*9*-*
*747-87.;2*
#.7-*9*<*73*;*5*277@*
#.7-*9*<*7.*.5*7085.1*5*2.5*70*<*=
#.3*+*<.5*70.5*;
#.7-*9*<*7.*.5*70#.0*-*2*7
#.7-*9*<*7##.4;##!*<*;=70*"+520*;2
#.7-*9*<*7+=70*5*277@*
#.7-*9*<*7*;25.7-*-*7%.+*0*27@*
#.7-*9*<*7#.7-2-24*7*277@*
#.7-*9*<*7-*:2#.70.6+*52*7#.7@*5*10=7**7
#[email protected]*:**7.=*70*7
#.7-*9*<*7*;25#.70.6+*52*7'*70!.0*:*
#.7-*9*<*7=:*7*-*7';*1*-22-*70#*;*:
8-*5-*7.6+*0*.=*70*7
#.7-*9*<*7.7-*.<.:5*6+*<*7#[email protected].;*2*7
#.4.:3**7#.6.:27<*1
#.7-*9*<*7-.7-**-6272;<:*;2#&
#.7-*9*<*7.7-*#.5*700*:*7-22-*70#*;*:
8-*5
#.7-*9*<*7.7-*#.5*4;*7**7$.4.7270
#.70.5=*:*7.:;*5-8!2125-*5*6$*704*&%
#.7-*9*<*7.7-**<*;#.5*4;*7**7&:.*;=:@
!8<287*5#885270
#.7-*9*<*7.7-**<*;
.4=:*70*7.<.:5*6+*<*7#.7@.<8:*7
#.7.:26**7!.0*:*85.1*74#8;#.:;.9;2
#.7-*9*<*7.7-**<*;
.4=:*70*7.<.:5*6+*<*7#.5269*1*7%*5-8"
4."
#.7-*9*<*7.7-**<*;
.4=:*70*7.<.:5*6+*<*7#.6+*02*7
##&85.1"##&
#.7.:26**7.6+*52.5*73*#.0*?*2#=;*<&)
#.7.:26**74.6+*529.7;2=7&)
#.7.:26**7.6+*52.5*73**277@*$ &)
#.7.:26**7.6+*52.5*73**277@*#273!&)
#.7.:26**7.6+*52.5*73**277@*2+*1&)
#.7.:26**7.6+*52.5*73**277@*&)
#.7-*9*<*7#.5=7*;*7#2=<*70!87.7-*1*:*
#.7-*9*<*7#.5=7*;*7*7<2$=02*<*;.:=02*7
@*702-.:2<*"5.1!.0*:* *;=4
#.7-*9*<*7-*:2#.7=<=9*7$.4.7270
#.7-*9*<*7-*:2'7<=70%.52;21=:;'#
#.:?*425*7$-2=*:!.0.:2
*692:*7(
!&$!'!!
$,)2/8)8/ ,4:7:9 $,)2/8)8/ ,4:7:9
!5 5+,1:4 '7)/)4 )8/8)8$6 &)3*). :7)4- )8/817:)2$6
!"$ %#!#&!!!%$$'
'!&'#$"(!$$% $
#,4+)6)9)4,2)40) #,4<,8:)/)417:)2$6
#.7.:26**7.6+*52#.:;.48<'*70 =4**32
#.7-*9*<*7#.7@.<8:*7.5.+21*7*;25.:;21
.5*70@*70&2-*42*6+2585.1@*70.:1*4
#.7-*9*<*7700*:*7*275*27
#.7-*9*<*7*;*#.5*@*7*7#.7-2-24*7
#.7-*9*<*7*;*#.5*@*7*7&.7*0*
#.4.:3**77/8:6*;2#.5*<21*7-*7&.1785802
#.7-*9*<*7*;*#[email protected]**7*:*70-*7*;*
*277@*
#.7-*9*<*77>.;<*;2'
#.7-*9*<*7#.70.585**7*7*1=;=;*277@*
#.7-*9*<*72+*1&2-*4&.:24*<*5*6!.0.:2
.6+*0**-*7';*1*
#.7-*9*<*72+*1&2-*4&.:24*<*277@*
#.7-*9*<*7*;25.:3*%*6*.6+*0**-*7
';*1*
#.7-*9*<*7*;25.:3*%*6*#.6.:27<*1*.:*1
#.7-*9*<*7*;**@*7*7#.:+*74*7'
&59)2#,4,7/3))4!,-)7):1)4#)0)1
&59)2#,4,7/3))4
.5*73**32#8484#!%
.5*73*#.6+=5*<*7*32#!%
.5*73*&=73*70*7%=*62;<:2#!%
.5*73*&=73*70*77*4#!%
.5*73*&=73*70*7%<:=4<=:*5#!%
.5*73*&=73*70*7=70;287*5#!%
.5*73*&=73*70*7##1#!%
.5*73*&=73.:*;#!%
.5*73*&=73.6*1*5*7#!%
.5*73*&=73*=49*=4#!%
.5*73*'*70 *4*7#!%
.5*73*&=731=;=;#.:*521*7#!%
.5*73*&=73*70*7*.:*1&.:9.7,25
.5*73*&=73*70*71=;=;#*9=*#!%
.5*73*&=73*275*27<.:6*;=4=*70-=4*#!%
*5*6-*7=*:!.0.:2
.5*73*&=73*70*7'6=6#!%
.5*73*#.5*@*7*7%2-*70-*7#[email protected].;*2*7&=0*;
.7-.;*4#.3*+*<!.0*:*
.5*73*&=73*275*27&.:6*;=4'*70=4*
#.3*+*<!.0*:*
.5*73*0*32984849.0*?*2
.5*73*'*70878:&.<*9
.5*73*=*705.6+=:
.5*73*>*4*;2
.5*73*9.0*?*2&=731=;=;4.02*<*7
.5*73*#.0*?*2&:*7;2<8
&59)2,2)40)#,-);)/
.5*73*.9.:5=*7#.:4*7<8:*7
.5*73*#.70*-**7*1*7 *4*7*7
.5*73*9.7*6+*1*7-*@*<*1*7<=+=1
.5*73*9.702:26*7;=:*<-27*;98;9=;*<
878:&.:4*2<"9.:*;287*5%*<=*7.:3*
.5*73**:*70"9.:*;287*5*277@*
.5*73**1*7
878:&.:4*2<"=<9=<.02*<*7
.5*73**:.7*$=02%.52;21=:;'*70#.:;.-2**7
%*<4.:#.:?*425*7$<*;.&.472;
.5*73**:*70!87"9.:*;287*5*277@*
.5*73**700*7*72;<:24
.5*73**700*7*7&.5.987
.5*73**700*7*72:
.5*73**700*7*7*@*-*7*;**277@*
.5*73*3*;*98;-*702:8
.5*73**;*87;=5<*7
.5*73*%.?*
.5*73**;*#:8/.;2
.5*73**;**277@*
.5*73**;*=7<=4#.7,*<*<*7*;*-*:22+*1
.5*73*2*@*#.6.521*:**7.-=70-*7*70=7*7
.5*73*#.6.521*:**7.-=70-*7*70=7*7
*277@*
.5*73*+2*@*9.6.521*:**79.:*5<*7*-*76.;27
5*277@*
.5*73*2*@*#.6.521*:**7#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73*2*@*#.6.521*:**7*:270*7
.5*73*2*@*#.6.521*:**7*277@*
.5*73*9.:3*5*7*7+2*;*
.5*73*9.:3*5*7*7<.<*9
*692:*7(
!&$!'!!
$,)2/8)8/ ,4:7:9 $,)2/8)8/ ,4:7:9
!5 5+,1:4 '7)/)4 )8/8)8$6 &)3*). :7)4- )8/817:)2$6
!"$ %#!#&!!!%$$'
'!&'#$"(!$$% $
#,4+)6)9)4,2)40) #,4<,8:)/)417:)2$6
.5*73*#.:3*5*7*7&:*7;98:<*5*68<*
.5*73*#.:3*5*7*727*;#*4.< ..<270*5*6
8<*
.5*73*9.:3*5*7*75*277@*
.5*73*9.:3*5*7*7+2*;*=*:!.0.:2
.5*73*9.:3*5*7*75*277@*=*:!.0.:2
.5*73*0*32-*7&=73*70*7'
.5*73**:*70'
.5*73**;*'
.5*73*#.6.521*:**7
.5*73*#.:3*5*7*7'
.5*73**<*;#.70.585**77-8?6.7<=7-
.5*73*#[email protected]**7*:*70-*7*;*'*277@*
&59)2,2)40))7)4-
.5*73* 8-*5&*7*1
.5*73* 8-*5#.6+.+*;*7&*7*1
.5*73* 8-*5#.6+*@*:*7878:&26&*7*1
.5*73* 8-*5#.6+=*<*7%.:<2/24*<&*7*1
.5*73* 8-*5#.70=:=4*7-*7#.6*<*70*7&*7*1
.5*73* 8-*52*@*#.70=4=:*7&*7*1
.5*73* 8-*5#.:3*5*7*7#.70*-**7&*7*1
.5*73* 8-*5<*7*1=7<=4#.7,*<*<*7&*7*1-*:2
2+*1
.5*73* 8-*5#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5*1*7*4=#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5'9*1&.7*0*.:3*-*7878:
#.70.585*&.472;#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5#.:.7,*7**7-*7#.70*?*;*7
#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5#.:2327*7#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5#.6*;*70*7#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5#.:3*5*7*7#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5.-=70-*7*70=7*7
.5*73*68-*5=9*1<.7*0*4.:3*0.-=70
.5*73* 8-*5%.?*#.:*5*<*7.-=70-*7
*70=7*7
.5*73*68-*59.:.7,*7**7-*79.70*?*;*7
0.-=70
.5*73* 8-*5#.:2A27*7.-=70-*7*70=7*7
.5*73* 8-*5#.708;870*7-*7#.6+8704*:*7
*70=7*7*6*
.5*73* 8-*5#.:3*5*7*7.-=70-*7*70=7*7
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2.-=70-*7*70=7*7
.5*73* 8-*5*5*7-*7.6+*<*7
.5*73* 8-*5*1*7*4=*5*7-*7.6+*<*7
.5*73* 8-*5:20*;2
.5*73* 8-*5*:270*7
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2*5*7-*7.6+*<*7
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2:20*;2
.5*73*#.7*6+*1*7!25*2*:270*7
.5*73* 8-*52;24*277@*
.5*73*#.7*6+*1*7!25*22;24*277@*
.5*73* 8-*5#.:*5*<*7-*7 .;27
.5*73* 8-*5.-=70-*7*70=7*7
.5*73* 8-*5*5*7:20*;2-*7*:270*7'
.5*73* 8-*52;24*277@*
&59)2,2)40) 5+)2
.5*73*6+*5*7=70*%#
,2)40)#,3*)<)7)4,;)0/*)4'9)4-
&59)2,2)40)
BA : (015) Kementerian Keuangan
(Rp) (Rp)A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Perpajakan 1.077.309.220.752.240 42.858.185.051.726 23.101.440.433.394 1.097.065.965.370.570 1.Pajak Dalam Negeri 1.029.850.272.828.330 42.391.051.901.661 22.800.992.894.894 1.049.440.331.835.100
2. Pajak Perdagangan Internasional 47.458.947.923.910 467.133.150.065 300.447.538.500 47.625.633.535.475
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 2.902.298.513.482 19.411.487.511 48.678.145.049 2.873.031.855.943 1. Penerimaan Sumber Daya Alam 0 0 0 0
2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 0 0 0 0
3. Pendapatan PNBP Lainnya 520.913.047.356 727.841.059 18.073.103.672 503.567.784.742
4. Pendapatan Badan Layanan Umum 2.381.385.466.126 18.683.646.452 30.605.041.377 2.369.464.071.201
III. Penerimaan Hibah *)Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah 1.080.211.519.265.720 42.877.596.539.236 23.150.118.578.443 1.099.938.997.226.510
B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat 17.075.887.494.225 11.750.547.462 78.245.474.306 17.009.392.567.381 1. Belanja Pegawai 8.066.062.119.782 1.862.702.289 2.003.990.013 8.065.920.832.058
2. Belanja Barang 6.964.286.532.459 9.380.072.977 74.812.609.923 6.898.853.995.513
3. Belanja Modal 1.647.994.361.546 0 1.428.874.370 1.646.565.487.176
4. Pembayaran Bunga Utang 397.544.480.438 507.772.196 0 398.052.252.634
5. Belanja Hibah *)
6. Subsidi
7. Bantuan Sosial
8. Belanja Lain - lain
II. Transfer ke Daerah 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian a. Dana otonomi Khusus
b. Dana penyesuaian
Jumlah Belanja Negara 17.075.887.494.225 11.750.547.462 78.245.474.306 17.009.392.567.381
Pendapatan / BelanjaRealisasi Menurut Basis
Kas
Penyesuian AkrualRealisasi Menurut Basis
Akrual(Rp)
Tambah Kurang
BA : (015) Kementerian Keuangan
(Rp) (Rp)PENDAPATAN
Sekretariat Jenderal 2.416.592.944.883 17.681.126.425 26.026.696.136 2.408.247.375.171
Inspektorat Jenderal 185.013.022 0 0 185.013.022
Ditjen Anggaran 1.759.781.247 0 0 1.759.781.247
Ditjen Pajak 921.415.518.583.673 23.100.016.579.354 6.424.462.043.084 938.091.073.119.943
Ditjen Bea dan Cukai 155.982.653.515.598 19.758.234.828.804 16.679.929.622.853 159.060.958.721.549
Ditjen Perimbangan Keuangan 1.040.849.454 0 0 1.040.849.454
Ditjen Pengelolaan Utang 548.877.544 13.088.700 336.614.528 225.351.716
Ditjen Perbendaharaan 31.525.978.100 94.738.980 13.900.133.840 17.720.583.240
Ditjen Kekayaan Negara 325.608.837.582 0 8.806.583 325.600.030.999
BPPK 34.774.050.708 1.556.176.974 5.454.659.195 30.875.568.487
BKF 1.310.833.910 0 2.224 1.310.831.686
Jumlah Pendapatan 1.080.211.519.265.720 42.877.596.539.236 23.150.118.578.443 1.099.938.997.226.510BELANJA
Sekretariat Jenderal 6.157.210.138.425 239.990.982 45.746.880.861 6.111.703.248.546
Inspektorat Jenderal 100.099.618.061 23.829 809.063 100.098.832.827
Ditjen Anggaran 126.069.556.919 13.184.615 13.835.450 126.068.906.084
Ditjen Pajak 5.108.378.387.329 4.261.693.598 23.711.632.182 5.088.928.448.745
Ditjen Bea dan Cukai 2.451.858.723.937 1.003.255.152 1.677.951.540 2.451.184.027.549
Ditjen Perimbangan Keuangan 139.331.310.314 4.160.177 385.906.482 138.949.564.009
Ditjen Pengelolaan Utang 74.390.169.143 179.630.146 154.377.805 74.415.421.484
Ditjen Perbendaharaan 1.637.349.213.163 4.583.364.725 4.843.597.629 1.637.088.980.259
Ditjen Kekayaan Negara 617.034.925.252 274.474.937 685.640.863 616.623.759.326
BPPK 525.675.471.451 1.095.890.744 947.251.993 525.824.110.202
BKF 138.489.980.231 94.878.557 77.590.438 138.507.268.350
Jumlah Belanja 17.075.887.494.225 11.750.547.462 78.245.474.306 17.009.392.567.381
Eselon IRealisasi Menurut
Basis KasPenyesuian Akrual Realisasi Menurut
Basis Akrual(Rp)
Tambah Kurang