bab ii tinjauan pustaka referat mata

Upload: herbertmosseshtriosah

Post on 18-Jul-2015

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Kelopak MataKelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.1,2 Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.2 Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.2 Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1 Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.1 Pada kelopak terdapat bagian-bagian :1 - Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus. - Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang

3

dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. - Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra. - Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. - Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah). - Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra. - Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.1

4

Gambar 1. Gambar kelopak mata atas

Sistem LakrimalSistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.1,2 Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :1,2 - Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero superior rongga orbita. - Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior. Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka

5

air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal.1 Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.1

Gambar 2. Sistim Saluran air mata

KonjungtivaKonjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.3 Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.1 Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga agar cornea tidak kering.3 Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :1 - Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus. - Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.

6

- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.1

Bola MataBola mata terdiri atas :2 - dinding bola mata - isi bola mata. Dinding bola mata terdiri atas :2 - sklera - kornea. Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.2 Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :1 1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera. 2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.

7

Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. 3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

8

Gambar 3. Penampang horizontal mata kanan

SkleraBagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. 1 Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kirakira 1 mm.2 Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.1 Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.2

9

Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.1

KorneaKornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis : 1,2 1. Epitel - Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. - Pada sel basal Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. - Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. - Epitel berasal dari ektoderm permukaan. 2. Membran Bowman - Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. - Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi 3. Stroma - Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.

10

Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membran Descement - Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. - Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 40 m. 5. Endotel - Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.1 Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1 Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1

11

Gambar 4. Penampang melintang kornea

UveaWalaupun dibicarakan sebagai isi, sesungguhnya uvea merupakan dinding kedua bola mata yang lunak, terdiri atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar, dan koroid.1,2 Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan

12

dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.1 Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian posterior yaitu :11.

Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk komea, iris, dan badan siliar.

2.

Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.

3.

Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil. Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris terdiri atas

bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu longitudinal, radiar, dan sirkular.1 Ditengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan siliar dan memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripti.2 Badan siliar dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri atas otot-otot siliar dan proses siliar.2 Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika otot-otot ini berkontraksi ia menarik proses siliar dan koroid kedepan dan kedalam, mengendorkan zonula Zinn sehingga lensa menjadi lebih cembung.2 Fungsi proses siliar adalah memproduksi Humor Akuos.2

13

Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua, yang letaknya diantara sklera dan. retina terbentang dari ora serata sampai kepapil saraf optik. Koroid kaya pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina.2

PupilPupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.2 Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.1 Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :1 1. 2. Berkurangnya rangsangan simpatis Kurang rangsangan hambatan miosis

Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.1 Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan.1

Sudut bilik mata depanSudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan

14

mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.1 Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.1 Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.1 Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.1

RetinaRetina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea.2 Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk dinamakan ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk kedalam bola mata ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh darah terminal.2 Retina terdiri atas lapisan:1 1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut. 2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

15

3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid. 4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal 5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral 6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion 7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua. 8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina. 9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.1 Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).2

Gambar 5. Fundus okuli normal

16

Badan kacaBadan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.1 Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya dari jaringan

sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.2

Lensa mataLensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar. Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih keras daripada korteks.2 Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.2 Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :1 - Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung

17

- Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, - Terletak di tempatnya. Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :1 - Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia, - Keruh atau spa yang disebut katarak, - Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi. Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat. Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada retina. Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.2

Rongga OrbitaRongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.1 Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.1 Dinding orbita terdiri atas tulang :1 1. 2. 3. 4. Atap atau superior : os.frontal Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. fenoid Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. palatina Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf

optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.1

18

Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri vena oftalmik.1 Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infraorbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.1 Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal.1 Rongga orbita tidak mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.2

Otot Penggerak MataOtot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.1 Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :1,2 1. Oblik inferior, aksi primer - ekstorsi dalam abduksi sekunder - elevasi dalam aduksi - abduksi dalam elevasi 2. Oblik superior, aksi primer- intorsi pada abduksi sekunder - depresi dalam aduksi - abduksi dalam depresi 3. Rektus inferior, aksi primer - depresi pada abduksi sekunder - ekstorsi pada abduksi - aduksi pada depresi 4. Rektus lateral, aksi 5. Rektus medius, aksi - abduksi - aduksi

6. Rektus superior, aksi primer - elevasi dalam abduksi

19

sekunder - intorsi dalam aduksi - aduksi dalam elevasi

1. Otot Oblik Inferior Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang lakrimal, berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.1 2. Otot Oblik Superior Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi di atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian berjalan di atas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat.1 Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan search atau mata melihat ke arch nasal. Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan insiklotorsi.1 Oblik superior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis.1 3. Otot Rektus Inferior Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood.1 Rektus inferior dipersarafi oleh n. III Fungsi menggerakkan mata - depresi (gerak primer) - eksoklotorsi (gerak sekunder) - aduksi (gerak sekunder)

20

Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.1 4. Otot Rektus Lateral Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan mata terutama abduksi.1 5. Otot Rektus Medius Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat neuritis retrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek.1 Menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer).1 6. Otot Rektus Superior Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior N.III.1 Fungsinya menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral :1 - aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral - insiklotorsi

21

LENSA KONTAKSejarah Lensa Kontak Ide dari lensa kontak pertama kali dikemukakan oleh Leonardo da Vinci pada Tahun 1508. Ia mengemukakan sebuah gelas berisi air yang diletakkan menutupi mata, mengeliminasi kornea sebagai media refraksi. Setelah banyak percobaan yang dilakukan, pada tahun 1920, zeiss memproduksi, sepasang kontak lensa yang digunakan untuk mengoreksi Keratokonus. Ini adalah kontak lensa percobaan pertama. Pada tahun 1937, Willian feinbloom, seorang berkebangsaan amerika menggunakan plastic sebagai bahan dasar kontak lensa. Pada awal 1936 Rohm dan Hass mengenalkan Methyl Methacrylate yang transparan. Kontak lensa plastic untuk kornea pertama kali dikenalkan pada tahun 1947 oleh Kelvin Touhy. Dan pada tahun 1960, ditemukan kontak lensa lunak yang dibuat dari bahan hydrophilic. Definisi Lensa Kontak

Lensa kontak adalah penutup dari kaca atau plastic yang melengkung digunakna langsung diatas bola mata atau kornea mata untuk memperbaiki kesalahan refraksi mata (Anderson, 2007).

Klasifikasi Lensa Kontak

Klasifikasi lensa kontak beserta keuntungan dan kelemahannya berdasarkan American Cptometric Association : 1. Rigid gas permeable (RGP) Terbuat dari plastic tipis yang fleksibel yang mempermudah masuknya oksigen ke mata. Keuntungan : penglihatan lebih baik, waktu beradaptasi pendek, nyaman, mengoreksi hampir seluruh kelainan refraksmi mata, mudah digunakan dan

22

disimpan, jangka penggunannya relative lama, tersedia dalam berbagai warna, bifocal. Kelemahan : lebih mudah terlepas pada pusta mata daripada tipe yang lain, debris lebih mudah menempel pada lensa, memerlukan penggunaan yang konsisten dan pemeriksaan kesehatan mata. 2. Daily wear soft lens Terbuat dari plastic yang lembut dan fleksibel, yang mempermudah masuknya oksigen ke mata. Keuntungan : waktu beradaptasi sangat pendek, lebih nyaman dan tidak mudah terlepas seperti RGP, tersedia dalam berbagai warna dan bifocal baik untuk yang selalu menjaga penampilan. Kelemahan : tidak mengoreksi semua kelainan refekasi mata, penglihatan tidak tajam seperti menggunakan RGP, lensanya mudah berminyak dan harus diganti, dan memerlukan perwatan yang intensif. 3. Extended wear Digunakan pada malam hari, tersedia dalam jenis soft lens dan RGP Keuntungan : bisa dipakai selama 7 hari tanpa dilepas Kelemahan : tidka mngoreksi semua kelainan refraksi mata, risiko komplikasi meningkat, memerlukan pemeriksaan kesehatan mata yang rutin, dan pelayanan professional. 4. Extended wear disposable Digunakan dalam jangka waktu berjangka, dari hari pertama sampai 6 hari kemudian diganti.

23

Keuntungan : tidak perlu diberdihkan, memiliki risiko yang rendah jika digunakan sesuai petunjuk, tersedia dalam berbagai warna, bifocal, dan sebagai lensa cadangan. Kelemahan : penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perwatannya lebih sulit. 5. Planed replacement Lensa ini digunakan secara berjangka sebagi pengganti dari soft lens, kebanyakan digunakan lebih dari 2 minggu, sebulan atau 4 bulan. Keuntungan : mudah dibersihkan dan tidak mudah terkena infeksi, baik untuk mata yang sehat, tetapi harus dengan resep dokter. Kelemahan : pengliahtan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih sulit. Indikasi Penggunaan Indikasi penggunaan lensa kontak : 1. Indikasi opik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral, myopia yang berminus tinggu, keratokonus dan astigmatisma ireguler. Lensa kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang memiliki kelainan refraksi mata dengan tujuan kosmetik. 2. Indikasi terapeutik, yang meliputi : a. Penyakit pada kornea, contohnya ulkus kornea non healing, keratopathi bullousa, keratitits filamentri, dan sindrom erosi kornea yang rekuren. b. Penyakit pada iris mata, contohnya antiridia, koloboma, albino untuk menghindari kesilauan cahaya. c. Pada pasien glaucoma, lensa kontak yang digunakan sebagai alat pengantar obat. d. Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk oklusi

24

e. Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan perforasi mikrokornea. 3. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan restorasi forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis dan trichiasis. 4. Indikasi diagnostic, termasuk selama menggunakan gonioskopi,

elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irregular, fundus fotografi dan pemeriksaan goldmanns 3 bayangan. 5. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi goniotomi untuk glaucoma congenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular. 6. Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang menyilaukan mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik dan phithisis bulbi. 7. Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, actor (Kharuna, 2007) Kontraindikasi Penggunaan lensa kontak dikontraindikasikan pada orang yang memiliki ganggaun mental dan tidak ada gairah hidup, blepharitis kronik dan styes rekuren, konjungtivitis kronis, dry eye syndrome, distrofi dan degenerasi kornea mata, penyakit yang rekuren seperti episkleritis, skleritis, dan iridocyclitis ( Kharuna, 2007). Dampak negatif akibat penggunaan lensa kontak Ketidakuntungan penggunaan lensa kontak Penggunaan lensa kontak mempengaruhi mekanik dan metabolic kornea : Pengaruh mekanik terhadap kornea mata adalah mudah untuk terjadinya perubahan refraksi mata secara transien. Kekaburan kacamata adalah hasi dari kacamata yang tidak dapat mengoreksi dengan tepat setelah perubahan lensa mata secara tiba tiba. Lensa kontak membutuhkan pembersihan sehari hari dan desinfeksi denga hati hati. Ini lebih sulit, penggunaannya berperiode, dan lebih mahal dibandingkan

menggunakan kacamata. Pengaruh metabolic terhadap kornea mata adalah bahan bahan makromolekuler yang terperangkap dan menyerap protein, kemudian protein memecah bahan bahan

25

tersebut. Substansi berat molekul yang rendah seperti obat, desinfeksi, bakteri, dan jamur. Komplikasi yang serius dapat terjadi jika perawatan sehari hari lensa kontak tidak adekuat. Lensa kontak memiliki ambang batas permeabilitas terhadap oksigen, terutama soft lens, ini akan mempengaruhi metabolism kornea. Lensa kontak tidak dianjurkan digunakan pada orang yang memiliki symptom keratoconjunctivitis sicca.

Komplikasi Komplikasi yang timbul pada bagian bagian mata akibat penggunaan lensa kontak adalah : Kelopak Mata a. Giant Papillary Conjungtivitis (GPC) adalah komplikasi yang tersering timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3 faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaiana lensa, penurunan lama pemakaian lensa

kontak, perubahan laruatan pembersih yang kuat. Untuk lensa RGP, ia muda berpindah dari kornea ke forniks atas. Jika tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di kelopak mata dan akan menimbulkan gejala yang relative asimptomatik. Akibatnya, jaringan yang disekitar lensa kontak akan mengalami iritasi dan inflamasi, dan menimbulkan abses yang steril. Lensa yang daianggap sebagai benda asing akan terbentuk jaringan granulasi disekitar lensa dan membungkusnya seperti kista. b. Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada kornea mata juga kan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak mata yang mengakibatkan retraksi pda kelopak mata. Ptosis juga dapat timbul akibat dari giant papillary conjungtivitis yang berat.

26

Konjungtiva a. Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak akibat dari zat zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak. Manisfestasi klinisnya adalah rasa gatal yang diikuti dengan adanya injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis. Sebagai tambahan kelopak mata bisa edema dan eritema. b. GPC, rata rata 1-3% pengguna lensa kontak mendapat symptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, secret mukoid, gatal, debris pada tear film, lepisan lensa, pandangan kabur dan pergerakan lensa yang berlebihan. c. Contact lens superior limbic keratoconjungtivitis (CL ISLK ) merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Man isfestasi klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epithelium keratinisasi akan berisi banyak sel sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil. Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, mata terbakar, gatal, dan penurunan aktivitas visual.

Epitelium Kornea

27

a. Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan benda asing yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea setiap mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan abrasi kornea. Jika tidak dikenali dan diobati akan mengakibatkan stress pada epitel yang kronis. Kerusakan epitel akan memudahkkan bakteri menempel pada kornea dan mengakibatkan infeksi stroma, dan menimbulkan sub epitel fibrosa tanpa adanya infeksi. b. Chemical epithelial defect. Berbagai larutan kimia lensa kontak akan menimbulkan kerusakan epitel dan ditandai dengan adanya erosi. Larutan pembersih surfaktan baisanya akan menyebabkan nyeri, merah, fotofobia, dan berair, segera setelah dibersihkannya lensa. Gejala ini akan hilang dalam 1 2 hari. Jika hidroksi peroksida diteteskan ke mata, maka akan timbul gelembung gelembung gas pada intra epitel dan sub epitel. Gelembung ini terlihat dan menyebabkan hilangna penglihatan secara signifikan yang bersifat temporer dan hidroksi peroksida juga menyebabkan perubahan refraksi permanen da larutan desinfeksi kimia dapat merusak epitel yang tidak terlihat dan bersifat intermitten.

c. Hypoxia. Kebutuhan oksigen di kornea mata dipengaruhi karena lapisan lensa kontak menguarngi jumlah oksigen yang masuk =. Hypoxia yang ringan mengakibatkan edema epitel dan penglihatan kabur yang temporer, sedangkan hypoxia berat akan terjadi ekmatian sel sel epitel dan deskuamasi. Pengguna tida merasanyaman, penuruan penglihatan temporer, dan fotofobia. Salah satu tanda hipoksia korna kronis adalah adanya neovaskularisasi superficial terutama sepanjang limbus superior. Epitel kornea yang lebih tipis diabndingkan lensa

28

kontak menyebabkan hipoksia yang kronis dan menurunkan aktivitas mitosis. Pembentukan sel sel epitel menurun, ukurannya membesar, dan memudahkan menempelnya pseudomonas aeruginosa pada permukaan sel epitel. d. Rekasi imun superficial. Variasi larutan lensa kontak dapat menimbulkan toksis superficial atau rekasi imun. Ditandai dengan adanya keraotpathi, injesi konjungtiva berair, gatal dan chemosis. Stroma kornea a. Infiltrate steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi terjadinya keratitis steril, dengan nset adanya infiltrate pada stroma anterior atau leukosit polimorfonuklear di sub epitel dan sel mononuclear di perifer kornea secara tiba tiba. Berdiameter 0,1 2 mm, tunggal atau berkelompok, dengan bentuk bulat, oval, dan menempel pada sel epitel yang menyebabkan kerusakan epitel, manisfestasi klinisnya adalaha nyeri ringan, inflamasi pada anterior chamber yang minim, kerusakan epitel, kemudian terbentuk ulkus. b. Infeksi kornea (keratitis). Disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa

(achantamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya timbul di kelopak mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa kontak mengganggu pertukaran air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata. Selain itu, ketebalan epitel menurun, pergantian sel menurun dan terjadi deskuamasi, sehingga meningkatkan resiko infeksi bakteri pada sel epitel. Gejala awal tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang mungkin ada seperti berair dan sedikit sulit mengedipkan matta. Bakteri yang sering menimbulkan infeksi kornea mata adala P. aeruginosa,

Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi ini bisanya berasal dari larutan lensa kontak yang terkontaminasi. Infkeis bakteri akut bisanya terjadi dalam waktu 24 jam dewngan symptom nyeri, fotofobia, berair, secret purulen dan penurunan penglihata. Awalnya infiltrate stroma berwarna putih kekuningan yang berkembang dibawah sel eitel yang rusak diikuti dengan adanya reaksi di anterior chamber dan injeksi konjungtiva. Setelah itu, berkembang menjadi edema epitel ekmudian menjadi nekrsis. Dilaporkan di united state dan

29

netherland bahwa infeksi kornea mata memiliki resiko yang paling sering ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak dalam 2 dekade terakhir ini.

c. Acanthamoeba keratitis merupakan infeksi yang sulit untuk diterapi. Sumber infeksi ini berasal dari larutan lensa kontak, dimana tempat larutan tersebut telah terkontaminasi oleh acanthamoeba. Manisfestasi klinis awal yang timbul adalah adanya sensasi benda asing, penglihatan kabur yang ringan dan merah. Kemudian diikuti rasa nyeri yang progresif, injeksi konjungtiva, epitelnya kasar dan pada pemeriksaan dengan senter terlhiat adanya penebalan saraf saraf kornea mata. Infeksi ini biasanya progresif, berat dan bentuk infiltratnya seperti cincin di sentral.

d. Mata merah akut (tight lens syndrome). Lensa kontak dapat menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma difus dan reaksi pada anterior chamber.

30

Manisfestasi klinisnya adalah rasa nyeri, fotofobia, inkesi, berair baik akut maupun kronik.

e. Kikisan kornea mata ( corneal wanpage). Selama mengguanakan lensa kontak akan tejadi perubahan kontur kornea. Corneal wanpage menyebabkan astigmatisma irregular, dan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata. f. Contact lens induced keratoconus. Hubungan antara keratokonus dengan lensa kontak amsih kontroversi. Presentasi yang tinggi ( 20 30%) penderita keratokonus didiagnosis akibat dari penggunaan lensa kontak, tetapi

bagaimanapun tidak ada penyebab yang berhubungan langsung dengan penyakit tersebut.

31

Endotel kornea Penggunaan lensa kontak juga berhubungan dengan endotel kornea mata. Penggunan memiliki variasi ukuran sel endotel (polymegethism) dan eningkatan frekuensi sel non heksagonal (polymorphism) lebih tinggi daripada yang mengguanakan lensa kontak (Ventocilla, 2010).

ManajemenTerapeutik Dibawah ini obat obatan yang digunakan, berdasarkan oenyebab mikroba dari infeksi kornea : 1. Jika penyebab bakteri tidak terindentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga sebagai akibat dari infeksi bakteri, maka diberi moxifloxacin, gatifloxacin, atau tobramycin dengan cefazolin. Terapi alternatifnya adalah ciprofloxacin, levofloxscin, gentamicin, ceftazidime, dan ceftacidime. 2. Gram positif kokus ; kapsul berbentuk tajam = S. Pneumonia. Inisial terapi : moxifloxacin, gatifloxacin, atau cefazolin. Terapi alternatifnya adalah

levofloxacin, oxfloxacin, penicillin G, vencomycin, atau ceftaxidim.

32

3. Gram positif kokus; methacilin resistant S. Aureus (MRSA). Inisial terapinya adalah vancomycin. 4. Batang gram negatif = pseudomonas. Inisial terapi adalah moxifloxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin, tobramycin, atau gentamycin. Terapi alternatifnya adalah golongan fluoroquinolones, polymyxin B, atau carbenicillin. 5. Batang gram negatif besar, square ended diplobasil = moraxella. Inisial terapinya adalah moxifloxacin, gatifloxacin, atau ciprofloxacin. Terapi

alternatifnya adalah tobramycin atau gentamycin dengan cefazolin atau penisilin G. 6. Batang gram negatif yang lain. Insial terapi ; moxifloxacin, gatifloxacin, atau tobramycin. Terapi alternatifnya adalah ceftazidim, gentamicin, atau carbenicillin. 7. Juka penyebab mikroba tidak terindentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga sebagai akibat dari infeksi jamur, diberi natamycin atau voriconazole. Terapi alternative; amphotericin B, nystatin, miconazole atau flucytosine. 8. Candida sp adalah organism mirip seperti ragi. Insial terapi voriconazole atau amphotericin B. terapi alternatifnya adalah amphotericin B, nystatin, mconazole ataadalah organism mirip seperti ragi. Insial terapi voriconazole atau amphotericin B. terapi alternatifnya adalah amphotericin B, nystatin, mconazole atau flucytosine. 9. Ulkus jamur adalh organism mirip seperti hifa (benang halus). Inisial terapi adalah natamycin atau voriconazole. Terapi alternatifnya adalah amphotericin B atau nystatin. 10. Kista, tropozoit = achantamoeba. Inisial terapi; propamidine dan/atau

polyhexamethylene biguanide. Terapi alternatifnya adalah chlorhexidine atau neomycin (Lange, 2007). 11. Jika mata mengalami keratitis, maka malam hari dapat diterapi dengan baik dan lindungi kornea mata dari kekeringan. Sebagai tambahan berikan lubrikasi pada kornea mata berupa tetes mata atau salap mata sebelum tidur. 12. Jika terjadi reaksi kornea mata terhadap larutan lensa kontak, maka hentikan segera penggunaan lensa kontak, obati dan lakukan monitoring (langsung dokter

33

mata yang melakukannya) serta sebagia tambahan berikan topical steroid atau NSAID jika diduga tidak ada infeksi pada mata (Mezu-Nnabue, 2009). Prevensi Untuk mencegah tejadinya komplikasi akibat penggunaa lensa kontak 1. Selalu mencuci tangan sebelum menggunakan lensa kontak 2. Bersihkan lensa kontak dengan hati hati secara rtin, gosok lensa kontak dengan menggunakan jari jari tangan dan bilas dengan air bersih sebelum merendam lensa kontak dalam larutan multi fungsi malam hari 3. Simpan lensa yang digunakan dalam kotak penyimpanan dang anti kotak tersebut setiap 3 bulan, bersihkan kotak sebelum digunakan 4. Gunakan produk produk yang telah disarankan oleh dokter mata anda untuk membersihkan dan mendesinfeksi lensa kontak anda 5. Selalu ikuti rekomendasi lensa kontak yang telah direncanakan oleh dokter mata anda 6. Lepaskan lensa kontak anda sebelum berenang atau mandi 7. Lakukan pemeriksaan anata dan lensa konta anda secara rutin kepada dokter mata anda.

Perawatan Lensa Kontak Perawatan lensa kontak memiliki 4 tahapan yaitu : Cleaning Pembersih harian biasanya mengandung surfaktan dan digunakan untuk membersihkan benda asing yang terdapat pada lensa, meliputi sel debris, mucus, lemak, protein dan mikroorganisme. Yang dilakukan cairan ini adalah membilas debris debris yang terdapat apda lensa. Rinsing

34

Setelah dibersihkan, lensa harus dibilas. Prosedur membilas membantu menyingkirkan deposit dan mikroorganisme. Disinfektan dan Penyimpanan Proses dari disinfektan membantu untuk membunuh atau deaktivasi dari mikroorganisme. Idealnya terdapat dua tipe sistem disinfektan. Thermal Disinfection Lensa harus diletakkan pada tempat dengan cairan saline dan dipanaskan sampai 70 80 derajat celcius untuk 10 20 menit. Chemical Disinfecting Cairan berbasis hydrogen peroksida digunakan untuk membersihkan secara kimia. Efektif bila dilakukan selama 10 15 menit. Cairan pembersih ini juga digunakan untuk media penyimpanan. Fungsinya adalah sebagai media hidrasi yang membantu stabilitas dari kontak lensa. Cairan Multi purpose ( cairan serba guna ) Sistem perawatan lensa modern menggunakan satu cairan untuk mengadakan funsi dari beberapa komponen. Cairan multipurpose diformulasikan untuk membersihkan, membilas, menyabun dan fungsi disinfektan yang digabungkan menjadi satu. Untuk mencegah kontaminasi dari lensa, tempat lensa harus dibilas setiap slesai pemakaian, dan lensa harus disimpan pada cairan yang baru. Untuk perawatan lensa yang lebih baik, gantilah tempat lensa sebulan sekali.

35