referat mata baru gress.doc

35
BAB 1 PENDAHULUAN Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak atau palpebra merupakan alat menutup mata yang berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan mencegah pengeringan bola mata, serta berfungsi mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea (Sidarta, 2009). Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam bola mata sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea. Entropion dapat terjadi bila pasien melihat ke bawah atau di induksi dengan penutupan paksa kelopak mata. Entropion diklasifikasikan menjadi empat, antara lain involusional (senile), sikatrik, spastik dan kongenital (Sidarta, 2009). Entropion sering ditemukan pada usia yang lebih tua (involusional), biasanya pada umur diatas 60 tahun dan tidak ada perbedaan gender ditemukan pada kelainan ini. Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada entropion kelopak mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih sering karena proses involusional pada proses penuaan, sedangkan pada kelopak mata atas sering karena sikatrikal seperti 1

Upload: nuritasari

Post on 07-Nov-2015

109 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak atau palpebra merupakan alat menutup mata yang berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan mencegah pengeringan bola mata, serta berfungsi mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea (Sidarta, 2009).Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam bola mata sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea. Entropion dapat terjadi bila pasien melihat ke bawah atau di induksi dengan penutupan paksa kelopak mata. Entropion diklasifikasikan menjadi empat, antara lain involusional (senile), sikatrik, spastik dan kongenital (Sidarta, 2009).Entropion sering ditemukan pada usia yang lebih tua (involusional), biasanya pada umur diatas 60 tahun dan tidak ada perbedaan gender ditemukan pada kelainan ini. Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada entropion kelopak mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih sering karena proses involusional pada proses penuaan, sedangkan pada kelopak mata atas sering karena sikatrikal seperti akibat trakoma. Entropion kongenital sering terjadi di kalangan orang Asia, tetapi jarang terjadi pada keturunan Eropa. Entropion sendiri dapat terjadi unilateral maupun bilateral (Sidarta, 2009). Entropion yang kronik dapat menyebabkan rasa sensitif akut terhadap cahaya dan angin, serta dapat menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea, atau ulkus kornea. Untuk itu, penting dilakukan perbaikan kondisi oleh dokter sebelum terjadi kerusakan permanen pada mata (Sidarta, 2009).

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Palpebra2.1.1 Anatomi Palpebra

Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan mencegah pengeringan bola mata (Sidarta, 2009).

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu menyebarkan lapisan tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi (Sidarta, 2009).

Palpebra terdiri dari 5 struktur jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit dan jaringan subkutan, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (lempeng trasus), dan lapisan membran mukosa (konjungtiva palpebralis) (Sidarta, 2009).

Gambar 1. Anatomi mata penampang lateral1. Lapisan kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar dan elastis, dengan sedikit folikel rambut tanpa lemak subkutan.

Gambar 2. Lapisan kelopak mata

2. Muskulus orbikularis okuli

Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya mengelilingi fissure palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbita adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.

Gambar 3. Otot orbicularis oculli3. Jaringan Areolar

Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis oculi berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.

4. Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Sudut lateral dan medial serta juluran tarsus terlambat pada tepi orbita dengan adanya ligamen palpebra lateralis dan medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga terlambat pada tepi atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia tipis ini membentuk septum orbita.

Gambar 4. Tarsus5. Konjungtiva palpebra

Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membrane mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Refraktor PalpebraRefraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Mereka dibentuk oleh kompleks muskulofasial dengan komponen otot rangka dan polos, yang dikenal sebagai kompleks levator di palpebra superior dan fasia kapsulopalpebra di palpebra inferior (Vaughan, 2008).

Di palpebra superior, bagian otot rangkanya adalah levator palpebra superior. Otot ini dari apeks orbita berjalan ke depan untuk bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos musculus Muller (tarsalis superior). Aponeurosis tersebut mengangkat lamella anterior palpebra, berinsersio pada permukaan posterior orbicularis oculi lalu ke dalam kulit di atasnya membentuk lipatan kulit palpebra superior. Musculus Muller berinsersio ke dalam batas atas lempeng tarsus dan fornix superior konjungtiva, dengan demikian mengangkat lamella posterior (Vaughan, 2008).

Di palpebra inferior, retraktor utamanya adalah musculus rectus inferior, tempat jaringan fibrosa memanjang untuk membungkus musculus obliquus inferior dan berinsersio pada batas bawah lempeng tarsus inferior dan berinsersio pada batas bawah lempeng tarsus inferior dan orbicularis oculi. Serat-serat otot polos musculus tarsalis inferior berhubungan dengan aponeurosis tersebut (Vaughan, 2008).

Komponen otot polos retraktor palpebra dipersarafi oleh saraf simpatis, sedangkan levator dan musculus rectus inferior oleh saraf kranial ketiga (oculomotorius) (Vaughan, 2008).

Margo Palpebra

Panjang margo bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm, dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior (Sidarta, 2009).a. Margo anterior terdiri dari

1) Bulu mata Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah.

2) Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.

3) Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.b. Margo posteriorMargo palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (glandula meibom atau tarsal).c. Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra, berupa elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata kebawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.

Fissura palpebra adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan leteralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam (Sidarta, 2009).

Persarafan sensorik

Persarafan sensorik kelopak didapatkan dari divisi pertama dan kedua nervus trigeminus (V). Kelopak mata atas oleh cabang pertama nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Sidarta, 2009).

Pembuluh darah dan limfePasokan darah palpebra datang dari arteri lakrimalis dan arteri ophtalmica melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis di antara arteri palpebralis lateralis dan medialis membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar submuskular (Sidarta, 2009).

Drainase vena dari palpebra mengalir kedalam vena ophtalmica dan vena-vena yang membawa darah dari dahi temporal. Vena-vena itu tersusun dalam pleksus pra dan pasca tarsal (Sidarta, 2009).

Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening preaurikuler dan parotis. Pembuluh limfe dari satu sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam getah bening submandibula (Sidarta, 2009).

2.1.2 Histologi

Setiap kelopak mata terdiri dari lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di sebelah dalam. Kulit di anterior tipis dengan rambut kecil, kelenjar keringat dan sebasea, dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat halus yang banyak mengandung serat elastin. Dermis lebih padat tepi kelopak dan di sini mengandung tiga atau empat baris rambut panjang yang kaku, disebut bulu mata, yang menembus dalam ke dermis. Di antara dan posterior terhadap bulu mata terdapat kelenjar keringat modifikasi besar, yang ditandai oleh saluran akhir yang lurus dan tak berjalan spiral (kelenjar Moll) (Paparo, 1996).

Dibawah kulit terdapat suatu lapisan serat otot lurik, yang merupakan bagian palpebra muskulus orbikularis okuli, yang merupakan bagian terbesar inti (core) kelopak mata, dan serat yang merupakan insersi otot levator palpebra superior. Lembar tipis otot polos, yaitu otot palpebra (Muller) juga ditemukan (Paparo, 1996).

Di sebelah posterior lapisan otot terdapat lapisan berserat yang terdiri dari lembaran tipis jaringan fibrosa di bagian tepi (septum orbita) dan lempeng tarsal. Lempeng tarsal adalah lembaran dari jaringan ikat padat yang melengkung sesuai bentuk bola mata, lempeng atas berbentuk D dengan batas horisontal bawah yang merupakan bagian tepi kelopak. Lempeng atas lebarnya 10-12 mm; lempeng bawah merupakan pita sempit (5 mm) yang terletak di bagian tengah kelopak bawah. Pada kedua lempeng tarsal terdapat sederet kelenjar sebasea yang amat besar, disebut kelenjar tarsal (Meibom) yang saluran keluarnya bermuara pada tepi kelopak. Dari saluran utama, banyak cabang lateral yang keluar untuk mencurahkan isi dari satu atau beberapa alveoli sekretorik. Permukaan posterior dalam lempeng tarsal menyatu dengan konjungtiva, yang melanjutkan diri menjadi epidermis pada perbatasan dalam tepi kelopak (Paparo, 1996).

Gambar 5. Histologi Palpebra2.1.3 Fungsi Palpebra

1. Melindungi bola mata terhadap trauma dari luar yang bersifat fisik atau kimiawi.

2. Menyediakan elemen kimia untuk tear film dan membantu mendistribusikan lapisan tear film pada ocular surface.

3. Membantu proses ekskresi tear film dengan proses mengedip.

4. Bulu mata menyaring partikel debu dari udara luar.2.2 Entropion2.2.1 Definisi

Entropion adalah melipatnya kelopak mata ke arah dalam, sehingga bulu mata menggeser konjungtiva dan kornea (Khurana, 2007).

Gambar 6. Entropion

2.2.2 Epidemiologi

Entropion umumnya terjadi pada usia tua tetapi kadang-kadang dapat ditemukan pada anak-anak atau pada usia dewasa muda. Bentuk entropion kongenital kelopak mata atas kasusnya jarang. Entropion bisa bilateral atau unilateral (Khurana, 2007).

2.2.3 KlasifikasiEntropion dibagi menjadi 4, yaitu (Vaughan, 2008):

1. Kongenital

2. Spastik akut

3. Involusional

4. Sikatrikal

Bentuk yang banyak terjadi adalah senilis dan sikatrik. Entropion karena senilis disebabkan adanya suatu degenerasi dari fascia yang lengket pada palpebra inferior. Entropion karena sikatrik dari konjungtiva palpebra dan tarsus yang biasa terdapat pada trakoma.

2.2.4 Etiologi

Penyebab entropion akibat terbentuknya jaringan parut yang terjadi pada trakoma, atau akibat mekanik dan spasme otot orbikular. Entropion dapat akibat senilitas, spasme, sikatrik, dan lainnya. Pada trakoma, entropion terdapat pada kelopak atas. kalau yang terkena kornea, maka terjadi erosi kornea dan dapat menjadi ulkus (Vaughan, 2008).

2.2.5 Patofisologi1. Kongenital

Merupakan kondisi yang jarang dan terlihat sejak lahir. Refraktor kelopak mata bawah yang lemah atau tidak ada menyebabkan orbikularis menggulungkan kelopak mata kedalam sehingga menyebabkan entropion. Yang lebih banyak terjadi pada tergulungnya bulu mata ke dalam adalah epiblefaron (umumnya terlihat pada anak-anak) (Khurana, 2007).

Pada entropion kongenital tepian palpebra memutar ke arah kornea. Sedangkan pada epiblefaron, kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus (Khurana, 2007).

Faktor resikonya meliputi disgenesis retraktor kelopak mata bawah, cacat struktural di dalam plat tarsal, dan pemendekan relatif pada lamella posterior (Khurana, 2007).

Gambar 7. Kongenital

2. Sikatrik

Ini merupakan entropion yang umum terjadi yang biasanya melibatkan kelopak mata atas. Disebabkan oleh kontraksi jaringan sikatrik pada konjungtiva palpebra, dengan atau tanpa distorsi (pelipatan) dari tarsal plate (Khurana, 2007).

Kondisi yang menyebabkan entropion sikatrik yaitu autoimun (pemfigoid sikatrik), inflamasi (steven johnson syndrom), infeksi (trachoma, herpes zoster), pembedahan (enukleasi, koreksi ptosis posterior-approach), dan trauma (trauma bahan kimia). Selain itu juga bisa disebabkan oleh konjungtivitis membranosa (Khurana, 2007).

Riwayat penyakit dahulu pasien dan dengan tes diagnostik yang sederhana (eversi digital), biasanya bisa membedakan entropion sikatrik dan entropion involusional (Kanski, 2011).

Gambar 8. Sikatrik

3. Spastik

Terjadi karena spasme dari otot orbikularis pada pasien dengan kondisi iritasi kornea kronik atau setelah perban mata yang terlalu ketat. Ini biasanya terjadi pada orang tua dan biasanya melibatkan kelopak mata bawah (Khurana, 2007).

Kontraksi kelopak mata yang di otot orbicularis menyebabkan rotasi ke arah dalam margo palpebra. Suatu siklus yang meningkatkan frekuensi entropion disebabkan oleh iritasi korneal sekunder pada entropion sebelumnya akan memperberat keadaan. Entropion yang akut pada umunya bisa diatasi ketika siklus iritation-entropion dihambat dengan terapi dasar penyebab (Khurana, 2007).

Gambar 9. Spastik

4. Senilis (involusional)

Ini juga kasus yang sering ditemukan dan hanya melibatkan kelopak mata bawah pada orang tua. Patofisiologinya dihubungkan dengan hilangnya struktur penyokong pada kelopak mata bawah. Seiring dengan bertambahnya umur, tendon kantus medius dan lateral menjadi lemah.

Refraktor kelopak mata bawah juga menjadi tipis dan lemah. Kelopak mata inferior kadang-kadang juga ditemukan memiliki panjang lempeng tarsal yang lebih pendek daripada normal, faktor predisposisi lainnya adalah rotasi kelopak mata ke dalam.

Selama perubahan usia terjadi, lempeng tarsal mulai kehilangan stabilitasnya. Dengan tonus orbikularis yang aktif terjadi over riding pretarsal orbikularis superior dan sebagai hasilnya margin kelopak mata tergulung menyebabkan entropion.

Faktor resiko yang mendukung terjadinya entropion senilis adalah (Khurana, 2007) :

Kelemahan dari fascia capsulopalpebral (otot-otot refraktor palpebra inferior)

Degenerasi dari jaringan konektif palpebra yang memisahkan serat otot orbikularis, dimana keadaan tersebut memungkinkan migrasi otot orbikularis praseptal ke atas.

Kelemahan horizontal dari kelopak mata menyebabkan menekuknya tepi tarsus inferior.

Gambar 10. Senilis

2.2.6 Gejala Klinis

Keluhan pasien datang antara lain (Khurana, 2007) :

1. Sensasi seperti ada benda asing pada mata

2. Iritasi

3. Hiperlakrimasi

4. fotofobia

2.2.7 Diagnosis Banding1. Trikiasis (Khurana, 2007) Adalah silia yang mengarah ke arah dalam (yang menggosok bola mata) denga posisi garis tepi yang normal. Pemutaran ke dalam bulu mata bersama dengan garis tepi kelopak mata (yang terlihat sebagai entropion) disebut pseudotrichiasis.

Etiologi

Penyebab umum trikiasis adalah : trakoma sikatrik, blepharitis ulseratif, penyembuhan konjungtivitis membranosa, hordeolum eksternum, trauma mekanis, terbakar, dan jaringan parut bekas operasi pada garis tepi kelopak mata.

Gejala

Meliputi sensasi benda asing dan fotofobia. Pasien mungkin merasakan iritasi, nyeri dan lakrimasi. Tanda

Pemeriksaan menunjukkan adnya satu atau lebih cilia yang salah arah yang menyentuh kornea mata. Reflek blefarospasme dan fotofobia terjadi ketika kornea mata abrasi. Konjungtiva mungkin mengalami kongesti (radang). Tanda penyakit yang menyebabkan trakhom, blefaritis dan lain-lain mungkin akan tampak.

Komplikasi

Meliputi abrasi kornea, kornea superfisial yang opak, korneal vascularisasi dan ulkus

Terapi

Beberapa silia yang salah arah mungkin dilakukan metoda berikut :

a. Epilasi

Pengangkatan secara mekanik dengan forcep. Ini merupakan suatu metoda sementara, dimana kekambuhan terjadi dalam 3-4 minggu.

b. Elektrolisis

Merupakan suatu metoda menghancurkan folikel bulu mata dengan arus elektrik. Pada teknik ini, infiltrasi pembiusan diberikan pada kelopak dan suatu arus 2 mA dialirkan selama 10 detik melalui suatu jarum halus, dimasukkan ke dalam akar bulu mata. Cilia yang kendur karena penghancuran folikel kemudian dilepaskan dengan epilepsi forsep.

c. Cryoepilasi

Ini juga suatu metode yang efektif menangani trikiasis. Setelah infiltrasi pembiusan cryoprobe (-20(C) digunakan selama 20-25 detik pada garis tepi kelopak eksternal. Kerugian utamanya adalah depigmentasi kulit.

Terapi pembedahan : ketika banyak silia yang salah arah penanganan seperti pada entropion sikatrikal harus dilakukan.2. Distrikiasis

Adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya bulu mata tambahan yang sering tumbuh dari muara kelenjar meibom. Kelainan ini bisa kongenital atau disebabkan oleh perubahan-perubahan metaplastik kelenjar-kelenjar di tepi palpebra.

Gambar 11. Trichiasis dan Distichiasis

2.2.8 Diagnosis

Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air mata yang terus mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata dan mata merah yang persisten. Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat mengidentifikasi lipatan pinggir kelopak mata, kelemahan kelopak yang horizontal, melingkarnya perseptal orbikularis, enophtalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, dan entropion yang memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat menjadi ulkus dan formasi panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin terdapat keratinisasi pada tepi kelopak mata dan simblefaron (Prabowo, 2011).Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi test snapback yaitu dengan cara menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah kelopak mata dapat kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini tidak menimbulkan rasa sakit. Dari tes ini dapat dilihat kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal.Pada pinggir kelopak mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah entropion terbentuk.Forniks inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak mata mungkin dapay mudah dikeluarkan. Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis putih dalam ukuran milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari retraktor kelopak mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari kelopak bawah saat melihat ke bawah. Pindahnya bagian superior dari orbikularis superior dapat dideteksi dengan melakukan observasi yaitu menutup mata yang memerah setelah kelipak entropion kembali normal (tes kelengkungan orbikularis (Prabowo, 2011).2.2.9 ManagementTerapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi sehingga menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama untuk involusi atau spastik entropion. Pencukuran bulu mata bisa dilakukan di tempat lokasi trichiasis. Terapi kontak lensa (hidrogel, hidrogel silikon, yang memiliki diameter lebih besar dari kornea atau sklera) untuk melindungi kornea (Boboridis, 2012)Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan menempelkannya dengan tape ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan inferior 6. Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan lebih efisien pada entropion involusi (Vaughan, 2000).Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang mendasari.Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari berikut muncul persisten: iritasi okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, superfisial keratopathy, risiko ulserasi dan keratitis mikroba. (Vaughan, 2000).

Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan (Prabowo, 2011).1. Entropion kongenital.Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik. 2. Entropion akut spastikSuntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang walaupun efeknya menghilang.3. Entropion involusional.a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra (Sidarta, 2009)Metode perbaikan entropion ini berdasarkan jenis dan tingkatan masalah. Salah satu perbaikan fasia kapsulopalpebra dapat menggunakan teknik inferior refraktorplication. Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsiliar dibuat 2 mm di bawah luka dari bawah punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang kecil disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan otot orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fasia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan inferior orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan kelopak mata bawah terhadap levator, dapat ditutup dengan empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopk mata bawah dan potongan tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali fasia kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow up pasien. Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk mencegahnya otot orbikularis.

Gambar 12. Operasi dengan perbaikan faisa kapsulopalpebra dengan teknik inferior refraktorplication

Gambar 13. Koreksi entropion involusional dengan teknik Horizontal Shortening-Modified Brick.b. Jahitan quickert.

Jika pasien yang menderita involusional entropion dan tidak mampu maka teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan. Kelemahannya tingkat kekambuhan dengan teknik ini sangatlah tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan untuk koreksi. Berikut gambar jahitan dengan metode 3 jahitan (Shorr, 2004) Gambar 14. Teknik 3 jahitan pada lateral, tengah dan medial kelopak mata.

4. Entropion sikatrik.Prosedur Weis. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal (prosedur Weis) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau bawah. Anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4 mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal yang berada 2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di atas kapas untuk melindungi pemasangan kawat. Lalu dkoreksi untuk pastinya. Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup harus diangkat 10-14 hari.

Gambar 15. Prosedur Weiss.

Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan gagal, lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu cangkokan mungkin ditempatkan antara konjungtiva/retraktor kelopak bawah dan perbatasan inferior tarsal. Berbagai material cangkok yang tersedia meliputi tulang rawan telinga, langit-langit keras, dan selaput lendir. Terbentuknya jaringan parut, dan defek produksi lamellar posterior, bahan cangkok diletakkan dengan jahitan yang bisa diserap dan kelopak akan dapat disembuhkan dengan jahitan yang direnggangkan. Lamellar posterior tersebut menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat menarik kembali saat melihat ke bawah (Prabowo, 2011).

Gambar 16. Posterior lamella grafting.

2.2.10 Komplikasi1. Konjungtivitis

Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang transparan pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat menyebabkan konjungtiva menjadi merah dan meradang, dan menimbulkan infeksi.

2. Keratitis

Suatu kondisi dimaan kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan parut akan terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.3. Ulkus kornea

Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya disebabkan oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapt menyebabkan kehilangan penglihatan. Sangat penting utnuk segera berobat ke dokter jika mata menjadi maerah, mata terasa sakit atau seperti ada yang mengganjal di dalam mata.

4. Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit, dan posisi tarsal yang buruk.

2.2.11 Prognosis

Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik.Keefektifan pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan penyakitnya.

BAB 3KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Entropion adalah melipatnya kelopak mata ke arah dalam, sehingga bulu mata menggeser konjungtiva dan kornea. Entropion digolongkan menjadi 4 yaitu : kongenital, spastik akut, involusional dan sikatrikal.

Diagnosis banding dari entropion adalah trikiasis dan distrikiasis dimana ketiga penyakit di atas memiliki perbedaan yang spesifik.

Tatalaksana dari entropion tergantung jenis entropion. Entropion sebaiknya diobati sedini mungkin, karena berbagai komplikasi akan timbul jika entropion dibiarkan tanpa pengobatan.

1.2 Saran

Diagnosis dini dari kasus entropion perlu dipahami agar tindakan pengobatan yang tepat bisa dilakukan tanpa penundaan.

DAFTAR PUSTAKABoboridis K, Bunce C. Interventions for involutional lower lid entropion. Cochrane Batabase for Systematic Review, 2002.Ilyas, Sidarta et al. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Kanski, Jack J. 2011. Clinical Ophtalmology, 7 th edition.Khurana, A K. 2007. Entropion, Bab Disease of the Eyelids dalam Buku Comprehensive Opthalmology Fourth Edition. New Delhi : New Age Internasional (P) Limited, Publiser.Khurana, A. K. 2007. Trichiasis, Bab Disease of the Eyelids dalam Buku Comprehensive Opthalmology Fourth Edition. New Delhi : New Age International (P) Limited, Publisher.Paparo, Leeson. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC.Prabowo D. Entropion. Healt Care, 2011. (online) Availabe at http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/entropion.htmlShorr N et al. Three-suture technique addresses involutional entropion in the office. Ocular Surgery News, 2004Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. 2008. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Widya Medika.1