referat mata wenny

20
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Neuritis optikus adalah merujuk kepada peradangan atau dimeilinisasi saraf optik 7,9 . Penyakit ini merupakan salah satu penyebab umum kehilangan penglihatan 11 . Berdasarkan kategori klinik dan pemeriksaan opthalmoskopis terbagi menjadi papilitis dan neuritis retrobulbaris 10 . Papilitis merupakan peradangan papil saraf optik yang dapat terlihat dengan pemeriksaan fundoskopi sedangkan pada neuritis retrobulbaris merupakan radang saraf optik yang terletak di belakang bola mata dan tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan fundoskopi 6,7 . Neuritis retrobulbaris biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau kedua mata. Ia dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi 6 . Gejala yang ditimbulkan dari penyakit neuritis retrobulbaris sama seperti neuritis optikus yaitu akan terdapat kehilangan penglihatan dalam beberapa jam sampai hari yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia yang khusus 18-45 tahun, sakit pada rongga orbita terutama pada pergerakkan mata, penglihatan warna terganggu, tanda Uhthoff (penglihatan turun setelah olah raga atau suhu tubuh naik), dan gangguan lapangan pandang sentral atau sekosentral, akan tetapi pada neuritis retrobulbaris gambaran fundus sama sekali normal 6 . 1

Upload: wenny-ariusnita-roni

Post on 20-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

neuritis retrobulbar

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Mata Wenny

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Neuritis optikus adalah merujuk kepada peradangan atau dimeilinisasi

saraf optik7,9. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab umum kehilangan

penglihatan11. Berdasarkan kategori klinik dan pemeriksaan opthalmoskopis

terbagi menjadi papilitis dan neuritis retrobulbaris10. Papilitis merupakan

peradangan papil saraf optik yang dapat terlihat dengan pemeriksaan fundoskopi

sedangkan pada neuritis retrobulbaris merupakan radang saraf optik yang terletak

di belakang bola mata dan tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan

fundoskopi6,7.

Neuritis retrobulbaris biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau

kedua mata. Ia dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf,

anemia pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi6.

Gejala yang ditimbulkan dari penyakit neuritis retrobulbaris sama seperti neuritis

optikus yaitu akan terdapat kehilangan penglihatan dalam beberapa jam sampai

hari yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia yang khusus 18-45 tahun,

sakit pada rongga orbita terutama pada pergerakkan mata, penglihatan warna

terganggu, tanda Uhthoff (penglihatan turun setelah olah raga atau suhu tubuh

naik), dan gangguan lapangan pandang sentral atau sekosentral, akan tetapi pada

neuritis retrobulbaris gambaran fundus sama sekali normal6.

1

Page 2: Referat Mata Wenny

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. anatomi bola mata

Gambar 1: Anatomi mata(3)

Saraf terdiri atas 3 lapisan, yaitu :lapisan neuroepithel retina, lapisan

ganglion retina dan lapisan ganglion pada saraf optik yang merupakan

lapisan saraf multipolar. Akson membentuk saraf optik. Dengan demikian,

sel-sel sensorik retina tidak menghadapi cahaya yang masuk dengan

reseptor sel sensorik retina , tetapi terlindungi oleh neuron dan serat saraf.

Hal ini dikenal sebagai inversi retina.(12)

2

Page 3: Referat Mata Wenny

Gambar 2: (A) Nervus optik, (B) axon pada potongan frontal(5)

.

Permukaan bagian dalam retina dipisahkan dari korpus vitreus oleh

membran basal internal.Sebuah membran glial, membatasi membran

eksternal , dan memisahkan bagian reseptor sel sensorik dari epitel saraf.

Kedua membran memanjang dengan bantuan sel Müller.(12)

Lapisan neuroepithelial : neural epitelium mempunyai dua jenis sel

fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut.Sel-sel batang adalah untuk

terang-gelap persepsi dalam cahaya redup (night vision), sedangkan sel-sel

kerucut yang berfungsi untuk persepsi warna dalam cahaya terang (visi

3

Page 4: Referat Mata Wenny

warna) dan visual ketajaman (teori duplicity). Fotoreseptor merupakan neuron

pertama pada jalur penglihatan.(12)

Gambar 3 : Bagian kepala nervus optik(5)

Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa dua

jenis serabut saraf yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor.

Kelainan saraf optik yang menggambarkan gangguan yang diakibatkan

tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik perubahan toksik

anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik.(13)

2.2. Definisi

Neuritis retrobulbaris adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di

belakang diskus optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus

tidak tampak dengan oftalmoskop; namun ketajaman penglihatan sangat

menurun. (“Pasien tidak melihat apa-apa, dan dokter juga tidak melihat apa-

apa”)11. Sementara neuritis optikus adalah suatu peradangan, infeksi atau

dimielinisasi saraf optikus akibat berbagai macam penyakit10,11.

2.3. Epidemiologi

Studi dari Swedia dan Denmark telah melaporkan kejadian dari neuritis optikus

sekitar 4-5 per 100.000 kasus per tahun. Pasien yang tinggal di daerah beriklim

sedang lebih cenderung untuk menghidap neuritis optikus5.

4

Page 5: Referat Mata Wenny

The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) memastikan sebagian ciri demografik

papilitis dan neuritis optikus akut. Lebih dari 77% pasien adalah wanita; 85%

berkulit putih; dan usia rerata adalah 32 tahun. Di berbagai kelompok populasi di

dunia, neuritis retrobulbaris berkaitan dengan sklerosis multipel pada 13-85%

pasien. Persentase perkembangan menjadi sklerosis multipel setelah suatu episode

neuritis optikus cenderung lebih tinggi seiring dengan peningkatan lama tindak

lanjut pasien11.

2.4. Etiologi

Klasifikasi etiologik penyakit pada saraf optikus1,11:

1. Neuritis optikus idiopatik

2. Penyakit demielinisasi

a) Sklerosis multipel

b) Sindrom demielinisasi jarang lainnya, misalnya neuromielitis optika

(penyakit Devic)

3. Infeksi virus

a) Neuritis optikus virus (morbili, mumps, cacar air, influenza)

b) Ensefalomielitis pascainfeksi

c) Poliradikuloneuronitis (sindrom Guillain-Barre)

d) Mononukleosis infeksiosa

e) Herpes zozter

4. Perluasan lokal penyakit peradangan

a) Sinusitis

b) Penyakit intrakranium: meningitis, ensefalitis

c) Penyakit orbita: selulitis, vaskulitis

d) Penyakit intraokular: korioretinitis, endolfalmitis, iridosiklitis.

5. Infeksi dan peradangan sistemik

a) Sifilis

b) Tuberkulosis

c) Triptokokosis

d) Koksidiodomikosis

e) Endokarditis infektif

5

Page 6: Referat Mata Wenny

f) Sarkoidosis

6. Nutrisi dan metabolik

a) Diabetes melitus

b) Difisiensi vitamin: difisiensi vitamin B12, beriberi, pelagra

7. Toksik

a) Ambliopia tembakau-alkohol

b) Logam berat: arsen, timbal, talium

c) Obat: etambutol, isoniazid, streptomisin, disulfiram, digitalis,

kloramfenikol, klorokuin, klorpropamid, hidroksikuinolin berhalogen

(mis. iodoklor-hidroksikuin)

d) Metanol

8. Atrofi optikus herediter

a) Penyakit Leber

b) Atrofi optikus dominan (juvenilis)

c) Atrofi optikus resesif (infantilis)

d) Penyakit heredodegeneratif

e) Anomali saraf optikus

9. Panyakit vaskular

a) Arteritis temporalis

b) Arteriosklerosis (neuropati optikus iskemik anterior): diabetes melitus,

hipertensi

c) Poliarteritis nodosa

d) Penyakit Takayasu

10. Penyakit neoplastik

a) Infiltrasi langsung saraf optikus, leukimik atau maligna

b) Neuropati tekanan: tumor, panyakit mata tiroid

c) Sindrom paraneoplastik

11. Trauma

12. Neuropati radiasi

6

Page 7: Referat Mata Wenny

2.5. Patofisiologi

Mekanisme patofisiologi neuritis optikus dan sklerosis multipel (MS) adalah

identik. MS dan neuritis optikus diperkirakan memiliki mekanisme autoimun

dicetuskan oleh faktor lingkungan (seperti virus) pada orang yang rentan. Sel T-

helper (CD4 +) adalah sel efektor utama. Ini diaktifkan di perifer oleh faktor

lingkungan dan melintasi barier saraf aliran darah otak atau aliran darah optik. Di

dalam SSP yang mereka hadapi saraf otomatis-antigen, berkembang biak,

mengaktifkan dan merekrut sel-sel inflamasi lainnya, dan merangsang sel-sel

kekebalan tubuh dan parenkim lokal seperti mikroglia dan astrosit untuk

memproduksi sitokin pro-inflamasi. Kerusakan saraf melibatkan jalur kompleks

juga melibatkan sel-sel CD8 +, sel B, antibodi, dan komplemen. Hal ini

menyebabkan fitur patologis kunci dari MS / neuritis optikus: peradangan,

demielinasi, kehilangan aksonal, dan gliosis. Sinyal untuk resolusi peradangan

tidak dikenal. Pemulihan saraf merupakan kombinasi resolusi peradangan,

kembali mielinasi, dan plastisitas saraf. Hilangnya akson, neuron, dan mielin

dapat dinilai dengan menggunakan MRI kuantitatif dan teknik tomografi

koherensi optik. Kerusakan radikal bebas dan eksisotisiti glutamat diperkirakan

memainkan peran penting dalam kerusakan aksonal dan mielin, dan telah

dikaitkan dengan disfungsi mitokondria2.

2.6. Faktor Risiko

Faktor risiko untuk neuritis optik yang timbul dari gangguan autoimun termasuk3:

1. Usia: neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia rata-rata terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena juga tetapi frekuensinya lebih sedikit.

2. Jenis kelamin: wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki.

3. Ras: neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada ras yang lain

4. Mutasi ginetik: Mutasi genetik tertentu dapat meningkatkan resiko terkena neuritis optikus atau sklerosis multipel.

7

Page 8: Referat Mata Wenny

2.7. Manifestasi Klinis

Neuritis retrobulbaris mempunyai gejala seperti neuritis akan tetapi dengan

gambaran fundus yang sama sekali normal6. Keluhan utama pada neuritis optikus

yaitu:

1. Hilangnya penglihatan:

Kehilangan penglihatan akan terjadi secara akut, terjadi dalam beberapa jam

sampai hari yang mengenai satu atau kedua mata (biasanya pada anak-

anak)6,8. Tajam penglihatan akan turun maksimal dalam 2 minggu. Pada

sebagian besar neuritis optikus tajam penglihatan akan kembali normal

sesudah beberapa minggu6.

2. Penglihatan warna akan terganggu (Diskromatopsia):

Hal ini sering terjadi terutama terhadap warna merah, dan lebih menonjol dari

penurunan penglihatan1,5.

3. Nyeri di sekitar mata:

Nyeri bisa diperburuk dengan pergerakan mata tertentu. Rasa sakit mungkin

mendahului hilangnya penglihatan5.

4. Defek lapangan pandang sentral atau sekosentral6,8.

5. Tanda Uhthoff:

Penglihatan turun setelah olah raga atau suhu tubuh naik6.

6. Fenomena Pulfrich:

Benda bergerak dalam garis lurus mungkin tampak memiliki lintasan

melengkung, diasumsi akibat konduksi asimetris antara saraf optik5.

8

Page 9: Referat Mata Wenny

Gambar 2-1. Defek lapangan pandang akibat berbagai lesi jalur optikus.

2.8. Diagnosis

1. Anamnesis5

Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur,

kesulitanmembaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya

cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau kaburnya

visus untuk sementara. Pada anak, biasanya gejala penurunan ketajaman

penglihatan mendadak mengenai kedua mata. Sedangkan pada orang dewasa,

neuritis optik seringkali unilateral.

9

Page 10: Referat Mata Wenny

 

Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan mendukung

diagnosis. Pada orang dewasa, terdapat faktor risiko sklerosis multipel yang

lebih besar. Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak.

2. Pemeriksaan Fisik5

Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (≥ 20 / 30), sedang (≥

20 / 60),maupun berat (≤ 20 / 70).

Pemeriksaan lapang pandang. Tipe-tipe gangguan lapang pandang dapat

berupa:skotoma sentrosecal, kerusakan gelendong saraf parasentral,

kerusakan gelendongsaraf yang meluas ke perifer, kerusakan gelendong

saraf yang melibatkan fiksasidan perifer saja.

Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung

yangmenurun atau hilang.

Penglihatan warna. 

3. Pemeriksaan Penunjang

Neuritis retrobulbar adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di

belakang diskus optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus

tidak tampak dengan oftalmoskop; namun ketajaman penglihatan sangat

menurun11. Pada neuritis retrobulbar, diskus optikus dapat tetap tampak normal

selama 4-6 minggu. Walaupun pada permulaan tidak terlihat kelainan fundus,

lama kelamaan akan terlihat kekaburan batas papil syaraf optik dan degenerasi

syaraf optik akibat degenerasi serabut syaraf, disertai atrofi descenden (secondary

optic atrophy) akan terlihat papil pucat dengan batas yang tegas.

Tes diagnostik seperti MRI, analisis cairan serebrospinal dan serologi, umumnya

dipakai dengan alasan sebagai berikut4:

1) Untuk menentukan penyebabnya apakah suatu proses inflamasi atau non

inflamasi, nonidiopathi, dan infeksi.

2) Untuk menentukan prognosisnya, apakah akan berkembang secara klinis

menjadi multipel sklerosis.

10

Page 11: Referat Mata Wenny

Magnetic Resonance Imaging (MRI)1,4

MRI penting untuk memutuskan apakah daerah di otak telah terjadi kerusakan

myelin, yang mengindikasikan resiko tinggi berkembangnya sklerosis multipel.

MRI juga dapat membantu menyingkirkan kemungkinan tumor atau kondisi lain.

Pada pasien yang dicurigai menderita neuritis optikus, pemeriksaan MRI otak dan

orbita dengan fat suppression dan gadolinium sebaiknya dilakukan dengan tujuan

untuk konfirmasi diagnosis dan menilai lesi white matter. MRI dilakukan dalam

dua minggu setelah gejala timbul. Pada pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan

fat suppression dan gadolinium menunjukkan peningkatan dan pelebaran nervus

optikus. Lebih penting lagi, MRI dipakai dengan tujuan untuk memutuskan

apakah terdapat lesi ke arah sklerosis multipel. Ciri-ciri resiko tinggi mengarah ke

sklerosis multipel adalah terdapat lesi white matter dengan diameter 3 atau lebih,

bulat, lokasinya di area periventrikular dan menyebar ke ruangan ventrikular.

Pemeriksaan cairan serebrospinal4

Protein ologinal banding pada cairan serebrospinal merupakan penentu sklerosis

multipel. Terutama dilakukan terhadap pasien-pasien dengan pemeriksaan MRI

normal.

Visually Evoked Potentials Test3

Visually evoked potentials test adalah suatu test yang merekam sistem visual, auditorius dan sensoris yang dapat mengidentifikasi lesi subklinis. Visually evoked potentials test menstimulasi retina dengan pola papan catur, dapat mendeteksi konduksi sinyal elektrik yang lambat sebagai hasil dari kerusakan daerah nervus.

Pemeriksaan darah3

Pemeriksaan tes darah NMO-IgG untuk memeriksa antibodi neuromyelitis optica. Pasien dengan neuritis optikus berat sebaiknya menjalani pemeriksaan ini untuk mendeteksi apakah berkembang menjadi neuromyelitis optica. Pemeriksaan tingkat sedimen eritrosit (erythrocyte sedimentation rate (ESR) dipakai untuk mendeteksi inflamasi pada tubuh, tes ini dapat menentukan apakah neuritis optikus disebabkan oleh inflamasi arteri kranialis.

11

Page 12: Referat Mata Wenny

2.9. Diagnosa Banding1,4

1. Papilitis

Papilitis adalah inflamasi yang mengenai nervus optikus di dalam bola mata,

merupakan salah satu tipe neuritis optikus yang sering terjadi pada anak-anak,

memiliki gejala yang sama dengan neuritis retrobulbar tetapi pada pemeriksaan

dengan opthalmoskopis dapat ditemukan pembengkakan pada diskus optikus,

hiperemi, tepi kabur dan semua pembuluh darah dilatasi.

2. Compressive optic neuropathy

Terdapat kehilangan penglihatan akut. Pola kehilangan lapang pandang

menunjukkan penyebabnya non inflamasi, misalnya ditemukan kehilangan

penglihatan pada mata lainnya. CT Scan atau MRI dapat mengidentifikasi lesi

kompresif pada orbita dan khiasma. Pada compressive optic neuropathy tidak

terdapat pemulihan penglihatan.

3. Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy

Terdapatnya nyeri terutama pada pergerakan mata (meskipun tidak mutlak) secara

klinis dapat membedakan neuritis optikus dengan nonarteritic anterior ischemic

optic neuropathy.

4. Sindrom viral dan post viral

Parainfectious optic neuritis umumnya mengikuti onset infeksi virus selama 1-3

minggu, tetapi dapat juga sebagai phenomena post vaksinasi. Umumnya mengenai

anak-anak daripada dewasa dan terjadi karena proses imunologi yang

menghasilkan demielinisasi nervus optikus. Post viral atau parainfeksius neuritis

optikus dapat terjadi unilateral tetapi sering bilateral. Diskus optikus dapat normal

atau terjadi pembengkakan.

12

Page 13: Referat Mata Wenny

2.10. Penatalaksanaan4

1. Terapi jangka pendek

The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) telah meneliti secara komprehensif

tentang penatalaksanaan neuritis optikus dengan menggunakan steroid. Dalam

penelitiannya ONTT melibatkan sebanyak 457 pasien, usia 18-46 tahun dengan

neuritis optikus akut unilateral. Data follow up didapatkan dari kohort ONTT

(Longitudinal Optic Neuritis Study [LONS]) menghasilkan informasi yang

penting tentang gejala klinis, penglihatan jangka panjang, penglihatan yang

berkaitan dengan kualitas hidup dan peranan MRI otak dalam memutuskan resiko

berkembang menjadi CDMS (Clinically definite Multiple Sclerosis). Pasien yang

terlibat pada penelitian ini diacak menjadi 3 kelompok perlakuan terapi, yaitu:

a) Mendapatkan terapi prednison oral (1 mg/ kg BB/ hari) selama 14 hari

dengan 4 hari taper ( 20 mg hari 1, 10 mg hari ke 2 dan 4) (kelompok terapi

oral).

b) Mendapatkan terapi dengan metilprednisolon sodium suksinat IV 250 mg tiap

6 jam selama 3 hari, diikuti dengan prednison oral (1 mg/kg BB/ hari) selama

11 hari dengan 4 hari taper (kelompok terapi dengan metilprednisolon IV).

c) Mendapatkan terapi dengan placebo selama 14 hari.

Dalam penelitian ini yang dinilai terutama tajam penglihatan dan sensitifitas

terhadap kontras sedangkan berkembangnya menjadi CDMS adalah hal kedua

yang dinilai. MRI otak dan orbita dengan menggunakan gadolinium telah

dilakukan untuk semua pasien. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

a) Terapi dengan menggunakan metil prednisolon IV mempercepat pulihnya

penglihatan tetapi tidak untuk jangka panjang setelah 6 bulan sampai

dengan 5 tahun bila dibandingkan dengan terapi menggunakan placebo

atau prednison oral, keuntungan terapi dengan menggunakan metil

prednisolon IV ini baik dalam 15 hari pertama saja.

13

Page 14: Referat Mata Wenny

b) Pasien yang mendapatkan terapi dengan menggunakan prednison oral saja

didapatkan terjadi resiko rekurensi neuritis optiknya (30% setelah 2 tahun

dibandingkan dengan kelompok placebo 16% dan kelompok yang

mendapatkan steroid IV 13%) sampai dengan follow up 5 tahun.

c) Pasien dengan monosymptomatik yang mendapatkan terapi dengan

menggunakan metilprednisolon intra vena didapatkan penurunan tingkat

perkembangan ke arah CDMS selama 2 tahun pertama follow up, tetapi

tidak bermanfaat setelah 2 tahun karena persentase perkembangan menjadi

CDMS hampir sama dengan kelompok prednison oral dan placebo.

2. Terapi jangka panjang

Diantara pasien dengan resiko tinggi berkembang menjadi CDMS yang ditetapkan

dengan kriteria MRI oleh ONTT (dua atau lebih lesi white matter), telah

dilakukan penelitian 383 pasien oleh (the Controlled High-Risk Avonex MS

Prevention Study [CHAMPS]) menunjukkan terapi dengan interferon ß-1a pada

pasien acute monosymptomatic demyelinating optic neuritis berkurang secara

signifikan dalam 3 tahun dibandingkan dengan kelompok placebo, juga terdapat

pengurangan tingkat lesi baru pada MRI otak. Hasil yang sama juga didapatkan

pada pasien dengan neuritis optikus. Semua pasien kelompok terapi dengan

interferon ß-1a dan kelompok placebo juga mendapatkan terapi dengan metil

prednisolon IV selama 3 hari diikuti dengan prednison oral selama 11 hari sesuai

dengan protokol ONTT. Meskipun terapi dengan interferon ß-1a pada pasien

neuritis optikus dan pada pasien yang beresiko menurut pemeriksaan MRI

manfaat jangka panjangnya tidak diketahui, tetapi hasil dari CHAMPS

memberikan suatu terapi awal yang rasional. Ini didukung oleh hasil penelitian

dari Early Treatment of Multiple Sclerosis Study [ETOMS]) yang menghasilkan

selama 2 tahun follow up terjadi penurunan yang signifikan jumlah pasien yang

berkembang menjadi CDMS dengan terapi awal interferon ß-1a (34%) bila

dibandingkan dengan kelompok placebo (45%).

14

Page 15: Referat Mata Wenny

Pada model eksperimen sklerosis multipel, terapi dengan immunoglobulin

intravena telah ditunjukkan terjadi remielinisasi pada sistem syaraf sentral.

Penelitian lain (1992) menyarankan bahwa terapi dengan immunoglobulin

bermanfaat pada pasien neuritis optikus dengan penurunan penglihatan yang jelas.

Akan tetapi dalam penelitian terbaru tentang immunoglobulin intravena dengan

placebo pada 55 pasien sklerosis multipel dengan kehilangan penglihatan tetap

(20/ 40 atau lebih rendah) yang disertai neuritis optikus tidak menunjukkan

pemulihan yang signifikan terhadap tajam penglihatan.

Jika pada pemeriksaan dengan MRI ditemukan lesi white matter dua atau lebih

(diameter 3 atau lebih) diterapi berdasarkan rekomendasi dari ONTT, CHAMPS,

dan ETOMS, yaitu:

a) Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi selama

3 hari) diikuti dengan prednison oral (1 mg/ kg BB/ hari selama 11 hari

kemudian 4 hari taper).

b) Interferon ß-1a (30 Avonex μg intramuskular satu kali seminggu).

Pada pasien monosymptomatik dengan lesi white matter pada MRI kurang

dari 2, dan yang telah didiagnosis CDMS, diberikan terapi

metilprednisolon (diikuti prednison oral) dapat dipertimbangkan untuk

memulihkan penglihatan, tetapi ini tidak memperbaiki untuk jangka

panjang. Berdasarkan hasil penelitian dari ONTT, penggunaan prednison

oral saja (sebelumnya tidak diterapi dengan metilprednisolon IV ) dapat

meningkatkan resiko rekurensi.

15

Page 16: Referat Mata Wenny

2.11. Prognosis

Prognosis dari penglihatan baik. Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau

mendekati sempurna setelah 6-12 minggu, sebanyak 95% pasien pulih

penglihatannya menjadi visus 20/ 40 atau lebih baik. Begitu proses pemulihan

dimulai, sebagian besar pasien mencapai perbaikan maksimal dalam 1-2 bulan,

meskipun pemulihan dalam 1 tahun juga memungkinan. Derajat keparahan

kehilangan penglihatan awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan.

Meskipun penglihatan dapat pulih menjadi 20/20 atau bahkan lebih baik, banyak

pasien dengan acute demyelinating optic neuritis berlanjut menjadi kelainan pada

penglihatan yang mempengaruhi fungsi harian dan kualitas hidupnya. Kelainan

tajam penglihatan (15-30%), sensitivitas kontras (63-100%), penglihatan warna

(33-100%), lapang pandang (62-100%), stereopsis (89%), terang gelap (89–

100%), reaksi pupil afferent (55–92%), diskus optikus (60–80%), dan visual-

evoked potential (63–100%). Rekurensi dapat terjadi pada mata yang lain, kira-

kira 30% dari partisipan ONNT terdapat episode ke 2 pada mata yang lain dalam

5 tahun4.

16

Page 17: Referat Mata Wenny

BAB 3

KESIMPULAN

Neuritis retrobulbaris adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di

belakang diskus optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus

tidak tampak dengan oftalmoskop; namun ketajaman penglihatan sangat

menurun. (“Pasien tidak melihat apa-apa, dan dokter juga tidak melihat apa-

apa”)11. Neuritis retrobulbaris biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau

kedua mata. Ia dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf,

anemia pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi6.

Gejala yang ditimbulkan dari penyakit neuritis retrobulbaris sama seperti neuritis

optikus yaitu akan terdapat kehilangan penglihatan dalam beberapa jam sampai

hari yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia yang khusus 18-45 tahun,

sakit pada rongga orbita terutama pada pergerakkan mata, penglihatan warna

terganggu, tanda Uhthoff (penglihatan turun setelah olah raga atau suhu tubuh

naik), dan gangguan lapangan pandang sentral atau sekosentral, akan tetapi pada

neuritis retrobulbaris gambaran fundus sama sekali normal6.

Pengobatan dibahagi dua yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Secara umum

pengobatan neuritis retrobulbaris adalah dengan kortikosteroid4.

17

Page 18: Referat Mata Wenny

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology, Section 5 Neuro-Opthalmology.

San Fransisco: LEO. 2008-2009, 141-144

2. Anonim, Pathophysiology of optic Neuritis,Best Practice, dalam

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/966/basics/pathophys

iology.html

3. Anonim, Optic Neuritis, mayo Clinic, dalam

http://www.mayoclinic.com/health/optic-neuritis/DS00882/DSECTION=ri

sk-factors

4. Balcer, L., R., Beck, R., W., “Inflamatory Optic Neuropathies and

Neuroretinitis”, dalam Opthalmology second edition, Hal 1263-1267,

Penerbit Mosby, St Louis, 2003, dalam

http://medtextfree.wordpress.com/2011/02/10/chapter-190-inflammatory-

optic-neuropathies-and-neuroretinitis/

5. Erhan Ergene, MD. Adult Optic Neuritis. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1217083 tanggal 29 maret 2011.

6. Ilyas S., Penglihatan Turun mendadak tanpa Mata Merah, Ilmu Penyakit

Mata edisi 3, Fakultas Kedokteran universitas Indonesia, 178-183

7. James B., Chew C., Bron A., Neuritis Optik, Lecture Notes Oftalmologi

edisi 9, Penerbit Erlangga, 151-152

8. Kline L.B., bajandas F.K., The Swollen Optic Disc, Neuro-Ophthalmology

Review Manual 5th Edition, Slack Incorporated, 143-145

9. Kaiser P.K., Pineda II R., Optic Neuritis, The Massachusetts Eye and Ear

Infirmary Illustrated Manual of Ophthalmology 3rd Edition, Sauders

Elsevier, 486-487

10. Kanski J.J., Optic Neuritis, Clinical Ophthalmology 6th Edition, Elsevier,

788-792

11. Vaughan D.G., Asbury T., Riordan-Eva P., Neuro-Oftalmologi,

Oftalmologi Umum edisi 14, widya Medika, 272-283

12. Kahle W. “The Eye”, in Color Atlas And Textbook of Human Anatomy ,

p.348, Stuttgart, Germany, 2003.

18

Page 19: Referat Mata Wenny

13. Sidarta I. Glaukoma. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2007.p.10;181-2

19