referat thalassemia

29
TALASEMIA I. Latar Belakang Talasemia adalah penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi gen yang disebabkan oleh mutasi gen alpha atau beta, yang dihasilkan oleh keabnormalan sintesis hemoglobin. Patofisiologi penyakit ini dapat dikelompokkan kedalam penurunan produksi hemoglobin (talasemia) dan produksi struktur abnormal tipe hemoglobin (hemoglobinopathy). Mekanisme tersebut menunjukan tidak hanya morfologi eritrosit yang abnormal tetapi juga paruh waktu eritrosit dikarenakan peningkatan fragility dan destruksi sel darah merah hemolysis dengan eritropoiesis (keabnormalan produksi sumsum tulang). Gen talasemia merupakan autosomal inheritance, terdapat pengaruh dari kedua orang tua yang berefek terhadap anaknya yang dapat memberikan efek secara asimtomatik. Talasemia dikelompokkan berdasarkan diagnosis genotipe yang dimasukan kedalam 2 grup : thallasemia alpha, talasemia beta, diagnosis fenotipe berbagai macam manifestasi anemia hemolitik dari sangat parah hingga sangat ringan. Sehingga penyakit ini 1

Upload: mohamad-rizki-dwikane

Post on 29-Dec-2014

141 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

KI

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Thalassemia

TALASEMIA

I. Latar Belakang

Talasemia adalah penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi gen yang disebabkan oleh

mutasi gen alpha atau beta, yang dihasilkan oleh keabnormalan sintesis hemoglobin.

Patofisiologi penyakit ini dapat dikelompokkan kedalam penurunan produksi hemoglobin

(talasemia) dan produksi struktur abnormal tipe hemoglobin (hemoglobinopathy). Mekanisme

tersebut menunjukan tidak hanya morfologi eritrosit yang abnormal tetapi juga paruh waktu

eritrosit dikarenakan peningkatan fragility dan destruksi sel darah merah hemolysis dengan

eritropoiesis (keabnormalan produksi sumsum tulang). Gen talasemia merupakan autosomal

inheritance, terdapat pengaruh dari kedua orang tua yang berefek terhadap anaknya yang dapat

memberikan efek secara asimtomatik.

Talasemia dikelompokkan berdasarkan diagnosis genotipe yang dimasukan kedalam 2 grup :

thallasemia alpha, talasemia beta, diagnosis fenotipe berbagai macam manifestasi anemia

hemolitik dari sangat parah hingga sangat ringan. Sehingga penyakit ini dikelompokan

berdasarkan derajat klinis talasemia mayor, intermedia, dan minor.

Berdasarkan data terakhir dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 250 juta

penduduk dunia (4,5%) membawa genetik Talasemia. Dari 250 juta, 80-90 juta di antaranya

membawa genetik Talasemia Beta.1

Sementara itu di Indonesia jumlah penderita Talasemia hingga tahun 2009 naik menjadi 8, 3

persen dari 3.653 penderita yang tercatat pada tahun 2006. Hampir 90% para penderita penyakit

genetik sintesis Hemoglobin (Hb) ini berasal dari kalangan masyarakat miskin.

1

Page 2: Referat Thalassemia

Kejadian talasemia sampai saat ini tidak bisa terkontrol terkait faktor genetik sebagai batu

sandungan dan belum maksimalnya tindakan skrining untuk talasemia khususnya di Indonesia.

Talasemia pertama kali ditemukan pada tahun 1925 ketika Dr. Thomas B. Cooley

mendeskripsikan anak-anak dengan anemia berat, splenomegali, dan biasanya ditemukan

abnormal pada tulang yang disebut kelainan eritroblastik atau anemia Mediterania karena

sirkulasi sel darah merah dan nukleasi. Pada tahun 1932 Whipple dan Bradford menciptakan

istilah talasemia dari bahasa yunani yaitu thalassa, yang artinya laut (laut tengah) untuk

mendeskripsikan ini. Beberapa waktu kemudian, anemia mikrositik ringan dideskripsikan pada

keluarga pasien anemia Cooley, dan segera menyadari bahwa kelainan ini disebabkan oleh gen

abnormal heterozigot. Ketika homozigot, dihasilkan anemia Cooley yang berat.

Talasemia merupakan penyakit yang diturunkan. Pada penderita talasemia, hemoglobin

mengalami penghancuran (hemolisis). Penghancuran terjadi karena adanya gangguan sintesis

rantai hemoglobin atau rantai globin. Hemoglobin orang dewasa terdiri dari HbA yang

merupakan 98% dari seluruh hemoglobinya. HbA2 tidak lebih dari 2% dan HbF 3%. Pada bayi

baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobin (95%). Pada penderita talasemia

kelainan genetik terdapat pada pembentukan rantai globin yang salah sehingga eritrosit lebih

cepat lisis. Akibatnya penderita harus menjalani tranfusi darah seumur hidup. Selain transfusi

darah rutin, juga dibutuhkan agent pengikat besi (Iron Chelating Agent) yang harganya cukup

mahal untuk membuang kelebihan besi dalam tubuh. Jika tindakan ini tidak dilakukan maka besi

akan menumpuk pada berbagai jaringan dan organ vital seperti jantung, otak, hati dan ginjal

yang merupakan komplikasi kematian dini.

2

Page 3: Referat Thalassemia

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Talasemia adalah penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi gen yang disebabkan oleh

mutasi gen alpha atau beta, yang dihasilkan oleh keabnormalan sintesis hemoglobin. Merupakan

kelompok dari anemia herediter yang diakibatkan oleh berkurangnya sintesis salah satu rantai

globin yang mengkombinasikan hemoglobin (HbA, α 2 β 2). Disebut hemoglobinopathies, tidak

terdapat perbedaan kimia dalam hemoglobin. Nolmalnya HbA memiliki rantai polipeptida α dan

β, dan yang paling penting talasemia dapat ditetapkan sebagai α - atau β -talasemia. Talasemia

ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah

normal (120 hari). Akibatnya penderita talasemia akan mengalami gejala anemia

diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi

berulang. Talasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang

dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin merupakan

protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk

mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai

energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang

dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun

terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal. Talasemia adalah

sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan

salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin.

3

Page 4: Referat Thalassemia

2.2 Epidemiologi

Kelainan Hemoglobin pada awalnya endemik sebesar 60% dari 229 negara, berpotensi

mempengaruhi 75% kelahiran. Namun sekarang cukup umum dengan angka 71% pada Negara di

antara 89% kelahiran. Setidaknya 5,2% dari populasi dunia (dan lebih dari 7% wanita hamil)

membawa varian yang signifikan. S Hemoglobin membawa 40% gen pembawa namun lebih dari

80% kelainan dikarenakan prevalensi pembawa lokal sangat tinggi. Sekitar 85% dari gangguan

sel sabit (sickle-cell disorders), dan lebih dari 70% seluruh kelahiran terjadi di afrika. Selain itu,

setidaknya 20% dari populasi dunia membawa Talasemia α +.

Diantara 1.1% pasangan suami istri mempunya resiko memiliki anak dengan kelainan

hemoglobin dan 2.7 per 1000 konsepsi terganggu. Pencegahan hanya memberikan pengaruh

yang kecil, pengaruh prevalensi kelahiran dikalkulasikan antara 2.55 per 1000. Di indonesia

talasemia merupakan penyakit terbanyak di antara golongan anemia hemolitik dengan penyebab

intrakorpuskuler.

2.3 Klasifikasi

Secara molekuler talasemia dibedakan atas :

1. Talasemia-α (gangguan pembentuakan rantai α)

2. Talasemia-β (gangguan pembentukan rantai β)

3. Talasemia- β-δ (gangguan pembentukan rantai β dan δ yang letak gen nya diduga berdekatan)

4. Talasemia –δ (gangguan pembentukan rantai δ)

4

Page 5: Referat Thalassemia

Secara Klinis talasemia dibedakan atas :

2.4 Penyebab

Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam

pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita

penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang

diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala

dari penyakit ini. Talasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2 jenis

yang utama adalah :

1. Alfa – Talasemia (melibatkan rantai alfa)

Alfa – Talasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1

gen).

2. Beta – Talasemia (melibatkan rantai beta)

Beta – Talasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.

Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis talasemia yaitu :

1. Talasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan. Talasemia mayor merupakan penyakit yang

ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan

5

Page 6: Referat Thalassemia

darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi

cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi

darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita talasemia mayor akan tampak normal saat

lahir, namun di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa

muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Facies cooley

adalah ciri khas talasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol

akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.

Penderita talasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya,

penderita talasemia mayor harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa

perawatan yang baik, hidup penderita talasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan.

Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya

penyakit. Yang pasti, semakin berat penyakitnya, sering pula si penderita harus menjalani

transfusi darah.

2. Talasemia Minor, individu hanya membawa gen penyakit talasemia, namun individu hidup

normal, tanda-tanda penyakit talasemia tidak muncul. Pada talasemia minor tak bermasalah,

namun bila ia menikah dengan talasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25%

anak mereka menerita talasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit

talasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan

sering mengalami pendarahan. Talasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di

sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya.

6

Page 7: Referat Thalassemia

2.5 Gejala

Semua talasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar

penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-talasemia

mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan

pembesaran limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan

pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan

mudah patah. Anak-anak yang menderita talasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai

masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi

meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan

mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung. Oleh

karena itu, untuk memastikan seseorang mengalami talasemia atau tidak, dilakukan dengan

pemeriksaan darah. Gejala talasemia dapat dilihat pada anak usia 3 bulan hingga 18 bulan. Bila

7

Page 8: Referat Thalassemia

tidak dirawat dengan baik, anak-anak penderita talasemia mayor ini hidup hingga 8 tahun saja.

Satu-satunya perawatan dengan tranfusi darah seumur hidup. Jika tidak diberikan tranfusi darah,

penderita akan lemas, lalu meninggal.

2.6 Patofisiologi

Mutasi pada β-Talasemia meliputi delesi gen globin, mutasi daerah promotor, penghentian

mutasi dan mutasi lainnya. Terdapat relatif sedikit mutasi pada α-Talasemia. Penyebab utama

adalah terdapatnya ketidakseimbangan rantai globin. Pada sumsum tulang mutasi talasemia

mengganggu pematangan sel darah merah, sehingga tidak efektifnya eritropoiesis akibat

hiperaktif sumsum tulang, terdapat pula sedikit Retikulosit dan anemia berat. Pada β-talasemia

terdapat kelebihan rantai globin α-yang relatif terhadap β- dan γ-globin; tetramers-globin α (α4)

terbentuk, dan ini berinteraksi dengan membran eritrosit sehingga memperpendek hidup eritrosit,

yang mengarah ke anemia dan meningkatkan produksi erythroid. Rantai globin γ-diproduksi

dalam jumlah yang normal, sehingga menyebabkan peningkatan Hb F (γ2 α2). Rantai δ-globin

juga diproduksi dalam jumlah normal, Hb A2 meningkat (α2 δ2) di β-Talasemia. Pada α-

talasemia terdapat lebih sedikit-globin rantai α dan β-berlebihan dan rantai γ-globin. Kelebihan

rantai ini membentuk hb Bart (γ4) dalam kehidupan janin dan Hb H (β4) setelah lahir. Tetramers

abnormal ini tidak mematikan tetapi mengakibatkan hemolisis extravascular.

Talasemia –α

Seperti telah disebutkan diatas terdapat 2 gen α pada tiap haploid kromosom, sehingga dapat

di duga terjadi 4 macam kelainan pada talasemia- α. Kelainan dapat terjadi pada 1 atau 2 gen

pada satu kromosom atau beberapa gen pada seorang individu sehat. Penelitian akhir akhir ini

menunjukkan bahwa pada kelainan α- talasemia-1 tidak terbentuk rantai- α sama sekali,

8

Page 9: Referat Thalassemia

sedangkan α – talasemia- 2 masih ada sedikit pembentukan rantai- α tersebut. Atas dasar

tersebut, α-talasemia-1 dan α-talasemia-2 sekarang disebut α0- dan α-+- talasemia.

Disamping kelainan pada pembentukan rantai α ini terdapat pula kelainan struktural pada

rantai α. Yang paling banyak di temukan ialah Hb konstan spring. Pada Hb konstan spring

terdapat rantai α dengan 172 asam amino, berarti 31 asam amino lebih panjang daripada rantai α

biasa. Kombinasi heterozigot antara α0- talasemia dengan α-+- talasemia atau α0- talasemia

dengan Hb konstan spring akan menimbulkan penyakit HbH. Pada talasemia α akan terjadi

gejala klinis bila terdapat kombinasi gen α0- talasemia dengan gen- - lainnya.

9

Page 10: Referat Thalassemia

Homozigot α_+_ talasemia hanya menimbulkan anemia yang sangan ringan dengan

hipokromia eritrosit. Bentuk homozigot Hb konstan spring juga tidak menimbulkan gejala yang

nyata, hanya anemia ringan dengan kadang kadang disertai splenomegali ringan.

Pada fetus kekurangan rantai –α menyebabkan rantai-δ yang berlebihan sehingga akan

terbentuk tetramer δ 4 (Hb Bart’s) sedangkan pada anak besar atau dewasa, kekurangan rantai- α

ini menyebabkan rantai– β yang berlebihan hingga akan terbentuk tetramer β 4 (HbH). Jadi

adanya Hb bart’s dan HbH pada elektroforesis merupakan petunjuk terhadap adanya talasemia α.

Yang sulit ialah mengenal bentuk heterozigot α- talasemia. Bentuk heterozigot α0- talasemia

memberikan gambaran darah tepi serupa dengan bentuk heterozigot talasemia seperti

mikrositosis dan peninggian resistensi osmotik.

Pada Hidrops fetalis, biasanya bayi telah mati pada usia kehamilan 28-40 minggu atau lahir

hidup untuk beberapa jam kemudian meninggal. Bayi akan tampak anemia dengan kadar Hb 6-8

g%, sediaan apusan darah tepi memperlihatkan hipokromia dengan tanda-tanda anisositosis,

poikilositosis, banyak normoblas dan retikulositosis. Pada pemeriksaan eritroporesis darah, akan

ditemukan Hb bart’s sebanyak kira kira 80%. Tidak ditemukan HbF Maupun HbA.

Pada penyakit HbH, biasanya ditemukan anemia dengan pembesaran limpa. Anemia biasa

nya tidak membutuhkan tranfusi darah. Mudah terjadi serangan hemolisis akut pada serangan

infeksi berat. Kadar Hb biasanya 7-10 g%. Sediaan darah tepi biasanya menunjukkan tanda

tanda hipokromia. Terdapat pula retikulositosis (5-10%) dan ditemukan badan inklusi, pada

sediaan apus darah tepi yang di inkubasi dengan biru brilian kresil. Pada elektroforesis

ditemukan adanya HbA, H, A2 dan sedikit Hb Bart’s. HbH jumlanya sekitar 5-40%, kadang

kadang kurang atau lebih dari variasi itu. Pada pemeriksaan sintesis rantai globulin ( in vitro)

dari retikulosis terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan rantai- α / β yaitu antara 0,5

10

Page 11: Referat Thalassemia

sampai 0,25. Dalam keadaan normal rasio α / β ialah 1.

Talasemia- β (Talasemia major, cooley anemia)

Bentuk ini lebih heterogen dibandingkan talasemia α, tetapi untuk kepentingan klinis

umumnya dibedakan antara talasemia β0 dan talasemia β+. Pada β0 talasemia tidak dibentuk

rantai globin sama skali, sedangkan β+ talasemia terdapat pengurangan (10-50%) daripada

produksi rantai globin β tersebut. Pembagian selanjutnya adalah kadar HbA2 yang normal baik

pada β0 maupun β+- talasemia dalam bentuk heterozigotnya. Bentuk homozigot dari β0 atau

campuran antara β0 dengan β+ -talasemia yang berat akan menimbulkan gejala klinis yang berat

yang memerlukan tranfusi darah sejak permulaan kehidupannya. Tapi kadang kadang bentuk

campuran ini memberi gejala klinis ringan dan disebut talasemia intermedia.

Bentuk β-Talasemia sindrom lainnya

Sindrom talasemia β- digolongkan menjadi enam kelompok: β-talasemia, δβ- talasemia, γ-

talasemia, δ- talasemia, εγδβ- talasemia, dan sindrom HPFH. Sebagian besar talasemia relatif

langka, hanya beberapa yang ditemukan dalam kelompok keluarga. β- talasemia juga dapat

diklasifikasikan secara klinis sebagai sifat talasemia, minimum, ringan, menengah, dan besar dari

tingkat anemia. Klasifikasi genetik tidak selalu menentukan fenotipe, dan derajat anemia tidak

selalu memprediksi klasifikasi genetik.

Talasemia intermedia dapat berupa kombinasi dari mutasi β- talasemia (β0 / β, β0 / βvariant,

E/β0), yang akan menyebabkan fenotipe anemia mikrositik dengan Hb sekitar 7 g / dL. Terdapat

kontroversi mengenai apakah dilakukan tranfusi pada anak-anak ini. Mereka pasti akan

mengembangkan derajat hiperplasia meduler, hemosiderosis gizi mungkin membutuhkan

11

Page 12: Referat Thalassemia

chelation, splenomegali, dan komplikasi lain talasemia dengan kelebihan zat besi. Hematopoiesis

Extramedullary dapat terjadi dalam kanalis vertebralis, penekanan saraf oleh tulang belakang dan

menyebabkan gejala neurologis, kedua adalah darurat medis yang membutuhkan terapi radiasi

langsung lokal untuk menghentikan eritropoiesis. Transfusi akan meringankan manifestasi

talasemia dan mempercepat kebutuhan chelation. Splenektomi menempatkan anak berisiko

terinfeksi dan hipertensi paru.

12

Page 13: Referat Thalassemia

Talasemia diklasifikasikan sebagai minimum dan ringan biasanya heterozigot (β0 / β, β / β)

yang memiliki fenotipe yang lebih parah dari sifat tetapi tidak separah intermedia. Anak-anak ini

harus diselidiki untuk genotipe dan dimonitor untuk akumulasi besi. β- talasemia. Dipengaruhi

oleh keberadaan-Talasemia α: α-talasemia menyebabkan anemia dengan sifat kurang parah dan

digandakan gen α (ααα / αα (menyebabkan talasemia yang lebih berat. Orang yang berada dalam

kelompok-kelompok ini memerlukan transfusi pada masa remaja atau dewasa, Beberapa

mungkin menjadi kandidat untuk kemoterapi seperti hydroxyurea.

Sifat talasemia sering misdiagnosis sebagai kekurangan zat besi pada anak-anak. Sebuah

kursus singkat dari besi dan re-evaluasi, semua yang diperlukan untuk memisahkan anak-anak

yang perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Anak anak yang memiliki sifat β- Talasemia akan

memiliki lebar sel darah merah terdistribusi dan pada elektroforesis Hb memiliki HbF tinggi dan

diagnosa di tinggikan HbA2. Terdapat istilah "silent" bentuk sifat talasemia dan jika sejarah

keluarga adalah sugestif, studi lebih lanjut dapat diindikasikan.

13

Page 14: Referat Thalassemia

14

Page 15: Referat Thalassemia

2.7 Diagnosa

Talasemia lebih sulit didiagnosis dibandingkan penyakit hemoglobin lainnya. Hitung jenis

darah komplit menunjukkan adanya anemia dan rendahnya MCV (mean corpuscular volume).

Elektroforesis bisa membantu, tetapi tidak pasti, terutama untuk alfatalasemia. Karena itu

diagnosis biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan hemoglobin khusus.

Pasien biasanya menunjukan gejala anemia, penyakit kuning, dan pembesaran hati dan limpa,

Eritrosit (sel darah merah) dari pasien talasemia sebagian besar mengungkapkan mikroskopis

sebagai hipokromia, microcytes, anisocytosis, poikilocytes, dan polychromasia. Dalam hal yang

abnormal indeks sel darah merah, eritrosit talasemia menunjukkan karakteristik serendah MCV,

rendah MCH, MCHC rendah, tetapi RDW tinggi. Selain itu, untuk diagnosis penyakit

hemoglobin H, inklusi uji tubuh bisa menemukan hasil yang positif.

Dalam rangka untuk membuat diagnosis yang jelas, tes darah laboratorium penting untuk

analisis hemoglobin untuk dilakukan, termasuk elektroforesis hemoglobin atau saat ini

diperbarui high performance liquid chromatography (HPLC). Dianjurkan untuk anak anemia,

tes darah dilakukan sebelum menerima transfusi pertama mereka, atau setidaknya 3 bulan setelah

terakhir kali transfusi darah. Dalam beberapa kasus genotipe perlu diidentifikasi, tes darah untuk

penilaian molekuler di gen globin tertentu dapat dilakukan sewaktu-waktu.

2.8 Pengobatan

Pada talasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam

folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat

yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan

bisa menyebabkan keracunan.

15

Page 16: Referat Thalassemia

Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi

genetik masih dalam tahap penelitian.

Penatalaksanaan :

Guidelines manajemen untuk setiap kelompok talasemia.

1. Severe beta-thalassemia disease ; dengan nilai hemoglobin 7 gram per desiliter atau

hematokrit kurang lebih 20%, dapat menerima pengobatan :

- Allogeneic hematopoietic stem cell transplantation

- Hipertransfusi dengan iron chelation therapy

- Low transfusion

2. Moderately severe thalassemias disease ; dengan nilai hemoglobin 7-9 gram per desiluter

atau hematokrit 2-17%

- High transfusion

- Low transfusion

3. Mild thalassemia disease ; hb lebih dari 9 gram per desiliter atau Ht lebih dari 27%, menerima

transfuse jika terjadi krisis hemolisis akut. Pengobatan dasar terdiri dari asupan asam folat

harian.

4. Asymptomatic or thalassemia trait or carrier ; tidak membutuhkan pemantauan regular

ataupun pengobatan. Hanya dibutuhkan konseling genetik.

Iron chelation therapy

Setiap packed red cell mengandung sejumlah iron. Ketika transfusi darah diberikan secara rutin

kepada pasien, iron akan terdeposit di jaringan tubuh. Setiap orang memiliki keterbatasan untuk

16

Page 17: Referat Thalassemia

mengekskresikan peningkatan iron. Pada orang yang ditrasnfusi, toxic iron berkembang dan

dapat merusak organ vital seperti hati, jantung, pancreas, dan kelenjar endokrin.

Chleation therapy diberikan mulai 12-15 jam

Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah

mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.

Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu

8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.

Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi

besi.

Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah

merah

II. Bedah

Splenektomi, dengan indikasi:

limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan

tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur

hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan

suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.

Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita talasemia dengan lebih

dari seribu penderita talasemia mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya

akumulasi besi dan hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih berarti pada anak usia dibawah

15 tahun. Seluruh anak anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok dengan saudara

kandungnya di anjurkan untuk melakukan transplantasi ini.

17

Page 18: Referat Thalassemia

III. Suportif

Tranfusi Darah

Terapi transfusi untuk meregulasi jumlah hemoglobin 9-10 gram per desiliter untuk memperbaiki

pertumbuhan dan perkembangan dan juga mengurangi hepatosplenomegaly dikarenakan

extramedullary hematopoiesis yang menyebabkan deformitas tulang.

Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan keadaan ini akan memberikan

supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat

mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk

PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.

Pemantauan :

I. Terapi

Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi sebagai

akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah berulang.

Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar

bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.

II. Tumbuh Kembang

Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya diperlukan

perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.

III. Gangguan Jantung, Hepar, dan Endokrin

Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi jantung (gagal

jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid) dan fraktur

patologis.

18

Page 19: Referat Thalassemia

2.9 Komplikasi

Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang

berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi,

sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain

lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar

mudah ruptur akibat trauma ringan. Kadang kadang talasemia disertai tanda hiperspleenisme

seperti leukopenia dan trompositopenia. Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal

jantung.

Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa terlebih

dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatis, diabetes melitus dan

19

Page 20: Referat Thalassemia

jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada hemosiderosis, karena peningkatan deposisi

melanin.

2.10 Pencegahan

Konseling genetik

Pada keluarga dengan riwayat talasemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk

menentukan resiko memiliki anak yang menderita talasemia. Pengidap talasemia yang mendapat

pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat.

Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat,

melalui urine.

Penyakit talasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau istri

merupakan pembawa sifat (carrier) talasemia, maka anak mereka memiliki kemungkinan sebesar

25 persen untuk menderita talasemia. Karena itu, ketika sang istri mengandung, disarankan untuk

melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah janinnya mengidap talasemia

atau tidak.

Talasemia dapat diturunkan dari orang tua yang tidak bergejala. Diagnosis yang tepat

merupakan kunci untuk konseling pada orang tua atau pasangan. Untuk ibu hamil dapat

dilakukan prenatal diagnosis (PND). Indikasi untuk pasangan yang membutuhkan PND adalah ;

1. keduanya pembawa gen alpha-talasemia

2. keduanya pembawa gen beta-talasemia

3. salah satunya merupakan gen pembawa

Prosedur PND dilakukan menggunakan sinar ultrasonogram pada trimester pertama dengan

chorionic vili sampling. Pada trimester kedua bisa dilakukan melalui amniosentesis

20