referat mata print

70
BAB I PENDAHULUAN Panca indra adalah organ – organ akhir yang dikhusukan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menangani merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra, menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti misalnya, penglihatan. Organ yang penting disini adalah mata. Namun, masyarakat luas belum mengetahui bagaimana indra - indra kita ini diciptakan dapat dioptimalkan fungsinya, cara menjaga indra tersebut yang sehat tetap sehat dan yang terganggu supaya tidak menjadi lebih parah. Dari panca indra yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecap, dan penciuman. Dari kelima panca indra tersebut memiliki fungsi masing-masing tetapi yang paling banyak berperan dalam kehidupan dan paling sedikit dalam rangsangan yaitu indra penglihatan. Banyak manusia yang memiliki indra yang lengkap dan sehat tetapi tidak dapat merawatnya dengan baik sehingga menyebabkan gangguan terutama penglihatan yang khususnya jika terjadi kelainan refraksi. Mata merupakan salah satu organ indra manusia yang mempunyai fungsi yang sangat besar. Penyakit mata seperti kelainan-kelainan refraksi sangat membatasi fungsi tersebut. Ada tiga kelainan refraksi, yaitu: miopia, hipermetropia, astigmatisme, atau campuran kelainan-kelainan tersebut. Di antara kelainan refraksi tresebut, miopia adalah yang paling sering dijumpai, kedua adalah hipermetropia, dan yang ketiga 1

Upload: encik-mohd

Post on 10-Aug-2015

127 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah mata

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Mata Print

BAB I

PENDAHULUAN

Panca indra adalah organ – organ akhir yang dikhusukan untuk menerima jenis

rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menangani merupakan alat perantara yang membawa

kesan rasa dari organ indra, menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan

timbul dari luar seperti misalnya, penglihatan. Organ yang penting disini adalah mata.

Namun, masyarakat luas belum mengetahui bagaimana indra - indra kita ini

diciptakan dapat dioptimalkan fungsinya, cara menjaga indra tersebut yang sehat tetap sehat

dan yang terganggu supaya tidak menjadi lebih parah. Dari panca indra yaitu penglihatan,

pendengaran, perabaan, pengecap, dan penciuman. Dari kelima panca indra tersebut memiliki

fungsi masing-masing tetapi yang paling banyak berperan dalam kehidupan dan paling

sedikit dalam rangsangan yaitu indra penglihatan. Banyak manusia yang memiliki indra yang

lengkap dan sehat tetapi tidak dapat merawatnya dengan baik sehingga menyebabkan

gangguan terutama penglihatan yang khususnya jika terjadi kelainan refraksi.

Mata merupakan salah satu organ indra manusia yang mempunyai fungsi yang sangat

besar. Penyakit mata seperti kelainan-kelainan refraksi sangat membatasi fungsi tersebut. Ada

tiga kelainan refraksi, yaitu: miopia, hipermetropia, astigmatisme, atau campuran kelainan-

kelainan tersebut. Di antara kelainan refraksi tresebut, miopia adalah yang paling sering

dijumpai, kedua adalah hipermetropia, dan yang ketiga adalah astigmatisma Hasil survai

Morbiditas Mata dan Kebutaan di Indonesia yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan

RI bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia pada tahun 1982,

menunjukkan bahwa kelainan refraksi menduduki urutan paling atas dari 10 penyakit mata

utama.

Dari hasil survai kesehatan anak di daerah DKI Jaya yang dilakukan oleh Kanwil

Depkes DKI bersama PERDAMI Cabang DKI pada anak Sekolah Dasar dan lbtiddaiah di

seluruh wilayah DKI diketahui bahwa angka kelainan refraksi rata-rata sebesar 11,8%.

Sehingga di Indonesia dari ± 48,6 juta murid Sekolah Dasar diperkirakan terdapat 5,8 juta

orang anak yang menderita kelainan refraksi.

Miopia tinggi adalah salah satu penyebab kebutaan pada usia dibawah 40 tahun.

Miopia tinggi adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih. Penderita dengan minus di

atas 6 dioptri akan menyebabkan 3-4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi pada mata.

1

Page 2: Referat Mata Print

Dalam bidang oftalmologi tercatat bahwa miopia merupakan objek penelitian yang

paling lama telah dilakukan. Hal ini disebabkan karena penglihatan sangat penting untuk

kehidupan. Dalam sejarahnya kelainan miopia telah diketahui sejak zaman Aristoteles, tetapi

penelitian yang lebih mendalam dan akurat serta sistematis baru dilakukan pada pertengahan

abad 19 oleh Von Jaegger, Donders, Von Graefe, Von Reuss dan Von Arlt. Pada permulaan

pertengahan abad ke 19 sejalan dengan kemajuan di bidang oftalmologi dan optik, Schnabel

& Herrnheiser telah membuktikan bahwa miopia antara lain dapat disebabkan oleh panjang

sumbu bola mata.

Sementara, walaupun gambaran jumlah hipermetropi telah dipublikasikan, angka pasti

hipermetropi di dunia tidak diketahui. Hipermetropia diyakini menyerang jutaan orang

Amerika dan ratusan juta orang di seluruh dunia (Manolette R Roque, 2008). Sementara

bangsa Hispanik menunjukkan prevalensi hipermetropia yang lebih tinggi daripada anak-

anak Afrika di Amerika (masing-masing 26,9% vs 20,8%, P <0,001). Prevalensi

hipermetropia mencapai titik terrendah di sekitar usia 24 bulan namun naik dan tetap lebih

tinggi setelah usia itu.

Astigmatisme idiopatik lebih sering. Secara klinis astigmatisme refraktif ditemukan

sebanyak 95% mata. Insidensi astigmatisme yang signifikan secara klinis dilaporkan 7,5-

75%, bergantung pada specific study dan defenisi derajat astigmatisma yang signifikan secara

klinis. Kira-kira 44% dari populasi umum memiliki astigmatisme lebiih dari 0.50 D, 10%

lebih dari 1.00 D, dan 8% lebih dari 1.50 D. astigmatisme ditemukan 22% pada Down

Syndrome.

Dibandingkan dengan seluruh kelainan refraksi mata manusia, miopia diketahui

merupakan masalah yang paling besar karena menyangkut jumlah penderita kelainan refraksi

yang tertinggi serta menyebabkan gangguan terhadap kehidupan serta pekerjaan sehari-hari.

2

Page 3: Referat Mata Print

BAB II

ANATOMI MATA

Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media

refraksi targetnya di retina sentral (makula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus

turun (baik mendadak ataupun perlahan) (Marieb EN & Hoehn K, 2007). Bagian berpigmen

pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada pigmen melanin di lapisan

anterior iris (banyak pigmen = coklat, sedikit pigmen = biru, tidak ada pigmen = merah / pada

albino).

Media Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas

kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya

bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola

mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan

dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia

3

Page 4: Referat Mata Print

dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak

melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Kornea

Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput

mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata

sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:

1. Epitel

Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling

tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan

menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel

basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel

poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini

menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila

terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan

lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian

perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen

memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit

merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat

kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen

dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

4

Page 5: Referat Mata Print

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal

40 μm.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm.

Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan

zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,

saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma

kornea, menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel

dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk

sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah

limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau panyakkit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa

endotel terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak

mempunyai daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan

menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana

40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

Aqueous Humor (Cairan Mata)

Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak

memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu

lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh

jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior.

Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika

aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh,

karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan

menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (“di dalam mata”). Keadaan ini dikenal

sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam

vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini

menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika

tidak diatasi.

5

Page 6: Referat Mata Print

Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola

mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari

zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis

pada saat terjadinya akomodasi.

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata

belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam

kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga

mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus

lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat

lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional,

fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut

sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai

korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai

konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul

lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan

siliar.

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk

menjadi cembung.

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.

Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan

berada di sumbu mata.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:

Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,

Keruh atau apa yang disebut katarak,

Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.

Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.

Badan Vitreous (Badan Kaca)

6

Page 7: Referat Mata Print

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel

transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam

hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang

mensintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi

ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan

tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan

badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi (H.

Sidarta Ilyas, 2004). Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang

sferis.

Panjang Bola Mata

Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata

seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea

(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek)

bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai

ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.

Fisiologi penglihatan normal

Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama, pembiasan

sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda

kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous, lensa, dan humor

vitreus. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung,

tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi pupil, yaitu

pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur.

Pupil juga mengecil apabila cahaya yang terlalu terang memasukinya atau melewatinya,

dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu

terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga

kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang dilihat.

Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata

memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah- ubah (pupil), dan retina

yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan

refraksi:

(1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara,

7

Page 8: Referat Mata Print

(2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dan udara,

(3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalina, dan

(4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous.

Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1,

kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa kristalina (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34.

Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan bayangan

sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat sederhana dan skemanya

sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini sangat berguna untuk perhitungan

sederhana. Pada reduced eye dibayangkan hanya terdpat satu lensa dengan titik pusat 17

mm di depan retina, dan mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh.

Daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalina melainkan oleh permukaan anterior

kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias kornea jauh berbeda

dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalina dalam mata, yang secara normal

bersinggungan dengan cairan di setiap permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20

dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini

diambil dari mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan

menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena cairan yang mengelilingi lensa

mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda dari indeks bias lensa. Namun lensa

kristalina adalah penting karena lengkung permukaannya dapat mencembung sehingga

memungkinkan terjadinya “akomodasi”. Akomodasi adalah kemampuan mata untuk

menambah daya bias lensa dengan kontraksi otot siliar yang menyebabkan penambahan

tebal dan kecembungan lensa sehingga bayangan benda pada jarak yang berbeda-beda akan

terfokus di retina.

Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa

kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina.

Bayangan ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian presepsi otak terhadap benda

tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena

otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.

Mata kita menjalani serangkaian proses untuk dapat melihat. Proses ini mirip

dengan proses yang terjadi dalam sebuah kamera saat digunakan untuk memotret.

Gelombang cahaya masuk melewati sejumlah lensa kamera yang kemudian memfokuskan

gambar yang kita potret serta memproyeksikannya ke permukaan film. Pada mata kita,

yang berfungsi sebagai film adalah retina. Saat mata kita melihat suatu benda, mata kita

menerima cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Cahaya masuk melalui lensa mata

8

Page 9: Referat Mata Print

yang memfokuskan gambar dan memproyeksikannya ke retina yang terletak di belakang.

Retina merupakan lapisan sel-sel yang sangat sensitif terhadap cahaya. Bagian retina yang

dapat menerima dan meneruskan detil-detil gambar disebut makula. Makula tersusun dari

lapisan-lapisan sel yang dapat mengubah energi cahaya menjadi impuls elektrokimia.

Informasi ini kemudian dikirim ke saraf optik yang akan meneruskannya ke otak yang

kemudian memprosesnya sehingga dapat mengenali gambar tersebut. Itulah cara kita

melihat sesuatu.

Sel-sel yang menyusun retina pada mata kita terdiri dari sel-sel berbentuk batang

(rod), kerucut (cone), dan sel-sel ganglia. Total sel yang berbentuk batang dan kerucut bisa

mencapai jumlah 125 juta sel. Semuanya berfungsi sebagai sensor cahaya atau

photoreceptor. Rasio perbandingan rod dan cone bisa mencapai 18 banding 1 (rod lebih

banyak dari cone). Rod merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada

sedikit cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat

mendeteksinya. Sel-sel ini juga dapat memproduksi gambar hitam-putih tanpa memerlukan

banyak cahaya. Cone baru berfungsi saat ada cukup cahaya, misalnya saat siang hari atau

saat kita sedang menyalakan lampu yang terang di dalam ruangan. Cone berfungsi untuk

memberikan kita detil-detil obyek beserta warnanya. Informasi-informasi yang diterima

sel-sel rod dan cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia (ada sekitar satu juta sel)

dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian mengartikan informasi tersebut dan

mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf optik.

Penglihatan binokular adalah kesinkronan penglihatan dengan kedua mata.

Penglihatan binokular ini lebih bersifat stereoskopis dan 3-dimensi. Banyak faktor juga

turut mempengaruhi bagaimana seorang manusia mempersepsikan apa yang dilihatnya.

Misalnya ukuran benda, cahaya di sekitarnya, intervensi cahaya lain, panjang dan ukuran

bayangan, aspek perspektif, sudut pandang, akomodasi mata, dan usaha konvergensi

penglihatan (agar benda yang dilihat tampak jelas). Faal penglihatan yang optimal dicapai

seseorang apabila benda yang dilihat oleh kedua mata dapat diterima setajam-tajamnya

oleh kedua fovea, kemudian secara simultan dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah

menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Faal penglihatan optimal seperti tersebut

di atas, yang terjadi pada semua arah penglihatan disebut sebagai penglihatan binokular

yang normal.

Faal penglihatan yang normal dapat membedakan bentuk, warna dan intensitas

cahaya. Visus yang normal dapat terjadi apabila disertai fiksasi dan proyeksi yang normal

pula. Seorang bayi yang baru lahir, hanya dapat membedakan gelap dan terang, belum ada

9

Page 10: Referat Mata Print

daya fiksasi. Perkembangan fovea sentralis terbaik terdapat pada umur 3-6 bulan setelah

lahir. Bila setelah berumur 6 bulan bayi masih terdapat kelainan deviasi, harus segera

diberi tindakan dengan maksud untuk mendapat pembentukan visus yang baik dan juga

mempertinggi kemungkinan hasil fungsional untuk melihat binokular yang baik.Agar

terjadi penglihatan binokular yang normal, diperlukan persyaratan utama, berupa :

1. Bayangan yang jatuh pada kedua fovea sebanding dalam ketajaman maupun

ukurannya, hal ini berarti bahwa tajam penglihatan pada kedua mata tidak terlalu berbeda

sesudah koreksi dan tidak terdapat aniseikonia, yang baik disebabkan karena refraksi

maupun perbedaan susunan reseptor.

2. Posisi kedua mata dalam setiap arah penglihatan adalah sedemikian rupa

sehingga bayangan benda yang menjadi perhatiannya akan selalu jatuh tepat pada kedua

fovea. Posisi kedua mata ini adalah hasil kerjasama seluruh otot-otot ekstrinsik pergerakan

bola mata.

Susunan saraf pusat mampu menerima rangsangan yang datang dari kedua retina

dan mensintesa menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Apabila salah satu dari

ketiga persyaratan tersebut di atas tidak dipenuhi, maka akan timbul keadaan penglihatan

binokuler yang tidak normal.

10

Page 11: Referat Mata Print

BAB III

KELAINAN REFRAKSI

Definisi

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara

umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan

bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di

belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan

terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan

panjang sumbu bola mata.

Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata

yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia

dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat),

dan astigmat.

Pemeriksaan Refraksi

Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi obyektif.

Refraksi subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi refraksi yang

memberikan tajam penglihatan terbaik.

Optotipi Snellen

Visus adalah jarak kemampuan melihat seseorang, yang dinilai sebelum dan sesudah koreksi

dengan cara menilai kemampuan melihat optotipi atau menghitung jari atau gerakan tangan.

Jarak pemerksaan sebaiknya adalah 5-6 meter

Tajam peglihatan diperiksa satu persatu, mata kanan lebih dahulu kemudian mata kiri

Tajam penglihatan dinyatakan dengan: Pembilang

Penyebut

11

Page 12: Referat Mata Print

Visus 6/6 pada jarak 6m dapat melihat huruf yang seharusnya terlihat pada jarak 6m

Visus 6/10 - pada jarak 6m hanya dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat

pada jarak 10m.

Hitung jari digunakan bila visus kurang dari 6/60, pada orang normal jari dapat dilihat

terpisah jarak 60m

Visus 1/60 - hanya dapat menghitung jari pada jarak l meter.

Bila tidak dapat melihat jari pada jarak l m, maka diakukan dengan cara uji lambaian

tangan.

Visus 1/300 - hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak lm.

Bila lambaian tangan juga tidak terlihat, dilakukan penilaian dengan pen light pada

mata pasien (light perception). Pada orang normal dapat melihat adanya sinar pada

jarak tak terhingga.

Visus l/~ - hanya dapat melihat gelap dan terang saja.

Bila pasien tidak dapat mengenali adanya sinar, maka dikatakan penglihatanya adalah

0 (nol) atau buta total.

Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Mayoritas retinoskopi menggunakan

sistem proyeksi streak yang dikembangkan oleh Copeland. Retinoskopi dilakukan saat

akomodasi pasien relaksasi dan pasien disuruh melihat ke suatu benda pada jarak tertentu

yang diperkirakan tidak membutuhkan daya akomodasi.

Idealnya, pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan saat akomodasi mata pasien

istirahat. Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai pada anak sebelum usia 5 tahun. Pada usia 20

12

Page 13: Referat Mata Print

– 50 tahun dan mata tidak memperlihatkan kelainan, maka pemeriksaan mata perlu dilakukan

setiap 1 – 2 tahun. Setelah usia 50 tahun, pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun.

MIOPIA

Definisi

Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar sumbu optic yang jatuh

pada mata tanpa akomodasi yang dibiaskan di depan retina. Gambaran kelainan pemfokusan

cahaya di retina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan di depan retina.

Gambar : Pembentukan fokus pada mata miopia

Kata miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang mana

terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti mata. Ini memang

menyiratkan salah satu ciri – ciri penderita myopia yang suka menyipitkan matanya ketika

melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas, karena dengan cara ini akan

terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga titik fokus yang tadinya berada di

depan retina, akan bergeser ke belakang mendekati retina. Sebenarnya, miopia juga dapat

13

Page 14: Referat Mata Print

dikatakan merupakan keadaan di mana panjang fokus media refraksi lebih pendek dari sumbu

orbita (mudahnya, panjang aksial bola mata jika diukur dari kornea hingga makula lutea di

retina).

Klasifikasi

Miopia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut :

Berdasarkan jenis kelainan :

Miopia aksial : Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari

normal. Pada orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter

anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3

dioptri.

Miopia kurvatura : Kurvatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misal pada

keratoconus, kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga

menyebabkan miopia kurvatura, misal pada stadium intumesen dari katarak.

Perubahan kelengkungan kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi

sebesar 6 dioptri.

Perubahan indeks bias media refraksi : Peningkatan indeks bias media refraksi terjadi

pada penderita diabetes mellitus.

Berdasarkan penyebab myopia :

Miopia refraktif adalah bertambahnya indeks bias media penglihatan, seperti pada

katarak.

Miopia aksial adalah akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan

kornea dan lensa yang normal.

Menurut perjalanan penyakitnya, miopia di bagi atas :

Miopia stasioner yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.

Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat

bertambah panjangnya bola mata.

Miopia maligna, yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat

mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

14

Page 15: Referat Mata Print

Faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas miopia antara lain :

Usia, makin muda usia anak semakin besar pertumbuhan anatomis bola matanya.

Penyakit pada mata.

Kerja dekat.

Intensitas cahaya.

Posisi tubuh.

Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya myopia, antara lain:

Keturunan : Orang tua yang mempunyai sumbu bola mata yang lebih panjang dari

normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu bola mata yang lebih

panjang dari normal pula.

Ras/etnis : Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih besar

(70% – 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% – 40%). Paling kecil adalah

Afrika (10% – 20%).

Perilaku : Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat memperbesar

resiko miopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan penerangan yang kurang

memadai.

Berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksinya :

Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri

Sedang: lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.

Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita miopia kategori ini rawan terhadap

bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut terbuka.

Berdasarkan umur :

Kongenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)

Youth-onset myopia (< 20 tahun)

Early adult-onset myopia (2-40 tahun)

15

Page 16: Referat Mata Print

Late adult-onset myopia (> 40 tahun)

Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologik yang timbul pada mata maka miopia

dapat dibagi dalam:

Miopia simpleks: pada miopia simplek biasanya tidak disertai kelainan patologik

fundus akan tetapi dapat disertai kelainan fundus ringan. Kelainan fundus yang ringan

ini dapat berupa kresen miopia (myopiaic crecent) yang ringan yang berkembang

sangat lambat. Biasanya tidak terdapat perubahan organik. Tajam penglihatan dengan

koreksi yang sesui dapat mencapai normal. Berat kelainan refraktif yang biasanya

kurang dari -5D atau -6D. Keadaan ini dapat juga disebut sebagai miopia fisiologik.

Miopia patologik: miopia patologik disebut juga miopia degeneratif, miopia maligna

atau miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi

sejak lahir. Tanda-tanda miopia maligna, adalah adanya progresifitas kelainan fundus

yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah

dapat dibuat jika terdapat peningkatan beratnya miopia dengan waktu yang relatif

pendek. Kelainan refraktif yang terdapat pada miopia patologik biasanya melebihi -6

D.

Gejala subyektif:

Kabur bila melihat jauh.

Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi),

astenovergens.

Gejala obyektif:

Miopia simpleks:

Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.

Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.

Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai

cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil syaraf optik.

16

Page 17: Referat Mata Print

Miopia patologik:

Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks

Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada:

1. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau degenerasi

yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan

kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas

hubungannya dengan keadaan miopia.

2. Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat

lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke

seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid

yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

3. Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

4. Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer.

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan

disebut sebagai fundus tigroid.

Klasifikasi miopia secara klinis adalah :

Simpel miopia: adalah miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu

panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu tinggi.

Nokturnal myopia: adalah miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi sekeliling

kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap level

pencahayaan yang ada. Miopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang

membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga

menimbulkan aberasi dan menambah kondisi miopia.

17

Page 18: Referat Mata Print

Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme

akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot – otot siliar yang memegang lensa

kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu, karena memang sifat miopia

ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk

kasus ini, tidak boleh buru – buru memberikan lensa koreksi.

Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau progressive myopia.

Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga di bawah

normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia jenis ini bertambah buruk dari

waktu ke waktu.

Induced (acquired) myopia: merupakan miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat

– obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa, dan

sebagainya.

Etiologi Miopia

Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat

menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan,

herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium,

kekurangan vitamin).

Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar yang

masuk ke dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa koreksi

melihat ke objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina sehingga bayangan

menjadi kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu

panjang.

Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan

jatuh di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial

adalah perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada

waktu awal kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena peningkatan kurvatura

kornea atau lensa, kelainan ini disebut miopia kurvatura.

Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :

Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.

18

Page 19: Referat Mata Print

Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan

yang dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari posisi tubuh

yang membungkuk.

Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang

berlebihan.

Patofisiologi Miopia

Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang dan disebut

sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif yang tinggi, atau akibat

indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam hal ini disebut sebagai miopia

refraktif.

Miopia degenertif atau miopia maligna biasanya bila miopia lebih dari 6 dioptri

disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk

stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi

korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-

kadang terjadi ruptur membrane Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya

neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen

epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi

papil saraf optik.

Gambaran Klinik Miopia

Sebahagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada jarak

pandang. Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah diperiksa.

Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia

hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan penglihatan kabur bila

melihat objek jauh.

Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopianya

dapat disembuhkan.

Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk

mendapatkan efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.

19

Page 20: Referat Mata Print

Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa usaha

akomodasi.

Diagnosis Miopia

Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan objektif, setelah

diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organik.

Cara Subyektif

Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa.

Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk

memperbaiki tajam penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan

terbaik. Alat yang digunakan adalah kartu Snellen, bingkai percobaan dan sebuah set lensa

coba.

Tehnik pemeriksaan :

1. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter (minimal 5 meter), jika

kurang dari 5 meter akan terjadi akomodasi.

2. Pada mata dipasang bingkai percobaan/trial frame dan satu mata ditutup dengan

occlude, didahului dengan mata kanan.

3. Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan sampai

huruf terkecil yang masih dapat terbaca.

4. Lensa sferis negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan

menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat terbaca

huruf pada baris terbawah.

5. Sampai terbaca basis 6/6.

20

Page 21: Referat Mata Print

6. Jika ditambah lensa sferis masih tidak bisa, kemungkinan pasien mempunyai

astigmatisma. Dilakukan Fogging Test.

7. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.

Cara Obyektif

Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah atau

kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu yaitu retinoskop.

Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati gerakan bayangan

cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop

tanpa sikloplegik (untuk melumpuhkan akomodasi), pasien harus menatap jauh. Mata kiri

diperiksa dengan mata kiri, mata kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya

dengan poros visual mata. Jarak pemeriksaan biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar

atau sedikit divergen berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di

pupil bergerak searah dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus tambah

sampai tampak hampir diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini dikatakan point of

reversal (POR), sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa minus sampai diam. Nilai refraksi

sama dengan nilai POR dikurangi dengan ekivalen dioptri untuk jarak tersebut, misalnya

untuk jarak ½ meter dikurangi 2 dioptri.

Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif  biasanya dilakukan pada setiap pasien. Cara

ini sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak kooperatif, cukup dengan

pemeriksaan objektif. Untuk yang tidak terbiasa, pemeriksaan subjektif saja pada umumnya

bisa dilakukan.

-Penatalaksanaan Miopia

Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata

difokuskan tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

Cara optik

Cara operasi

Cara optik

Kacamata (Lensa Konkaf)

21

Page 22: Referat Mata Print

Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf

(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar.

Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu

panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis

konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum

masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina 

.

Lensa kontak

Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini

tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa

kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan

hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air

mata mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior

kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan

anterior lensa kontaklah yang berperan penting.

Cara operasi pada kornea

Ada beberapa cara, yaitu :

1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea

perifer sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang

masuk ke mata menjadi lebih dekat ke retina.

2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga

laser untuk mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.

3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian

dikurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.

4. Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang sesuai

dengan koreksi refraksi ke kornea penderita yang telah di buang epitelnya.

22

Page 23: Referat Mata Print

Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan – kekurangan, oleh karena itu para

ahli mencoba untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan

jalan mengambil lensa mata yang masih jernih (clear lens extraction/CLE) atau (refractive

lens extraction/RLE).

Prognosis Miopia

Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila penderita miopia

memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Bila progresif miopia

prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan

pada miopia maligna prognosisnya sangat jelek.

HIPERMETROPIA

Definisi

Hipermetropia merupakan keadaan dimana kekuatan pembiasan sinar pada mata tidak

cukup kuat untuk memfokuskan sinar pada bintik kuning (makula lutea), sehingga mata

memfokuskan sinar tersebut di belakang bintik kuning atau makula lutea retina. Keluhan

akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk

akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa.

Sebab hipermetropia

Keadaan dimana kekuatan pembiasan sinar pada mata tidak cukup kuat untuk

memfokuskan sinar pada makula lutea, sehingga bayangan jatuh di belakang makula lutea.

Hipermetropia aksial/sumbu akibat bola mata terlalu pendek

Hipermetropia kurvatura kelengkungan komea atau lensa berkurang

Hipermetropia indeks retraktif - indeks bias kurang

23

Page 24: Referat Mata Print

Bentuk hipermetropia

1. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan

siklopegik.

2. Hipermetropia manifest, ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata

positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini

didapatkan tanpa siklopegik dan dapat dilihat dengan koreksi kacamata.

Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia

fakultatif.

3. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi

dan memerlukan kacamata untuk melihat jauh.

4. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan

akomodasi ataupun dengan kacamata positif.

5. Hipermetropia laten, ialah hipermetropia tanpa siklopepegik diimbangi seluruhnya

dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegik.

Gejala pada hipermetropia

Keluhan pasien hipermetropia adalah melihat dekat kabur demikian pula melihat jauh.

Pasien dengan hipermetropia akibat harus berakomodasi terus untuk dapa melihat jelas akan

mengeluh mata lelah dan sakit kepala terutama didaerah frontal, silau dan kadang rasa juling

atau lihat ganda.

Koreksi hipermetropia

Mata hipermetropia memerlukan lensa cembung untuk mematahka sinar lebih kuat ke

dalam mata. Pengobatan dengan diberikan koreksi hipermetropia manifest dimana tanpa

siklopegik didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan

normal.

Bila didapatkan esotropia, diberikan kacamata koreksi hipermetropia total. Bila

terdapat tanda eksotropia maka diberikan kacamata koreksi positif kurang. Bila terlihat tanda

ambliopia diberikan koreksi hipermetropia total.

24

Page 25: Referat Mata Print

ASTIGMATISMA 

Definisi

Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan

garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu

titik.

Etiologi

Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:

25

Page 26: Referat Mata Print

1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media refraksi

yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai

80% s/d 90% dari astigmatismus,sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin.

Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea

dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.

Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital,

kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat

pembedahan kornea.

2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah

umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin jugasemakin berkurang dan

lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan

astigmatismus.

3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada post keratoplasty.

4. Trauma pada kornea.

5. Tumor 

Klasifikasi

Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut:

1. Astigmatisme Reguler 

Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling

tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang

lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa

cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak

disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain. Bila ditinjau dari letak daya bias

terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

Astigmatisme With the Rule : Bila pada bidang vertikal mempunyai daya bias yang

lebih kuat dari pada bidang horizontal.

Astigmatisme Against the Rule : Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias

yang lebih kuat dari pada bidang vertikal.

26

Page 27: Referat Mata Print

2. Astigmatisme Irreguler 

Dimana titik bias didapatkan tidak teratur. Berdasarkan letak titik vertikal dan horizontal

pada retina, astigmatisme dibagis ebagai berikut:

Astigmatisme Miopia Simpleks : Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina,

sedangkan titik B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias

terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa

koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atauSph -X Cyl +Y di mana X dan Y

memiliki angka yang sama.

Astigmatisme Hiperopia Simpleks : Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina,

sedangkan titik B berada di belakang retina.

 

Astigmatisme Miopia Kompositus : Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina,

sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi

astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

27

Page 28: Referat Mata Print

Astigmatisme Hiperopia Kompositus : Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang

retina, sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi

astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

Astigmatisme Mixtus : Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik

B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis iniadalah Sph +X

Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X

menjadi nol, atau notasi X dan Ymenjadi sama - sama + atau -.

28

Page 29: Referat Mata Print

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

1. Astigmatismus Rendah

Astigmatismus yang ukurannya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatismus rendah tidak perlu

menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka

koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukurannya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada

astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

3. Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukurannya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat mutlak diberikan

kacamata koreksi.

Tanda Dan Gejala

Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala

sebagai berikut :

Memiringkan kepala atau disebut dengan ³titling his head´, pada umunya keluhan ini

sering terjadi pada penderita astigmatismus oblik yang tinggi.

Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

29

Page 30: Referat Mata Print

Menyipitkan mata seperti halnya penderita miopia, hal ini dilakukan untuk

mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga

menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.

Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata,

seperti pada penderita miopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan,

meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala sebagai

berikut :-

Sakit kepala pada bagian frontal.

Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan

mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.

Diagnosis

1) Pemeriksaan pin hole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan

diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina

lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien

tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan

berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang

menggangu penglihatan.

2) Uji refraksi.

Subjektif 

Optotipe dari Snellen & Trial lens

Metode yang digunakan adalah dengan metoda trial and error. Jarak  pemeriksaan 6

meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata

30

Page 31: Referat Mata Print

penderita, Mata diperiksa satu persatu, dibiasakan mata kanan terlebih dahulu

Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak

6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam

penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan

menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif menambah

kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan

tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia.

Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan

maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini

lakukan uji pengaburan (fogging technique).

Objektif 

Autorefraktometer 

Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan

respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi

yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.

Keratometri

Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan

kornea. Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun

mempunyai keterbatasan.

3) Uji pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk miopia yang ada, maka tajam penglihatannya

dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada

kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta

melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat.

Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu

lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°. Perlahan-lahan

kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat

31

Page 32: Referat Mata Print

vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring

sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan.

Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa

negatif sampai pasien melihat jelas.

4) Keratoskop

Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme. Pemeriksa

memerhatikan imej “ring” pada kornea pasien. Pada astigmatisme regular, “ring”

tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk

sempurna.

 5) Javal ophtalmometer 

Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea, diaman

akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.

Terapi

1) Koreksi lensa

Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena

dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat membiaskan sinar

sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.

2) Orthokeratology

Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari

satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan

miopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Pada

astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak

teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai

32

Page 33: Referat Mata Print

lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup

rata dan terisi oleh film air mata.

3) Bedah refraksi

Metode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:

Radial keratotomy (RK)

Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang lemah

dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan tergantung pada

ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi.

Photorefractive keratectomy (PRK)

Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat kornea.

Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive keratectomy

dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang

menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi.

33

Page 34: Referat Mata Print

BAB IV

AMBLIOPIA

Definisi

Ambliopia berasal dari bahasa yunani, yang berarti penglihatan yang tumpul atau

pudar. (amblus = pudar, ops = mata). Ambliopia atau “mata malas” adalah berkurangnya

visus atau tajam penglihatan unilateral (satu mata) bisa juga bilateral (dua mata) walaupun

sudah dengan koreksi terbaik tanpa ditemukannya kelainan struktur pada mata atau lintasan

visual bagian belakang. Hal ini akibat pengalaman visual yang abnormal pada masa lalu

(masa perkembangan visual) penyebabnya adalah strabismus atau mata juling, anisometropia

atau bilateral ametrop yang tinggi, serta ambliopia exanopsia. Penurunan tajam penglihatan

mungkin sangat ringan sehingga sulit dideteksi atau sedemikian parah sehingga tidak mampu

membedakan bentuk walaupun masih bisa melihat cahaya.

Epidemiologi

Ambliopia merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting oleh karena

menyebabkan penderitaan seumur hidup. Usaha-usaha untuk mengatasinya memerlukan

biaya yang besar, kedisiplinan yang tinggi baik pasien maupun dokternya, dan membutuhkan

waktu yang panjang. Studi mengenai insiden dan prevalensi secara khusus jarang dilakukan.

Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada perbedaan. Usia terjadinya ambliopia yaitu pada

periode kritis dari perkembangan mata. Resiko meningkat pada anak yang perkembangannya

terlambat, prematur dan / atau dijumpai adanya riwayat keluarga ambliopia.

34

Page 35: Referat Mata Print

Patofisiologi

Ambliopia seharusnya tidak dilihat dari masalah di mata saja, tetapi juga kelaianan di

otak akibat rangsangan visual abnormal selama periode sensitif perkembangan penglihatan.

Penelitian pada hewan, bila ada pola distorsi pada retina dan strabismus pada perkembangan

penglihatan awal, bisa mengtakibatkan kerusakan struktur dan fungsional nukleus

genikulatum lateral dan korteks striata. Ambang sistem penglihatan pada bayi baru lahir

adalah dibawah orang dewasa meskipun sistem optik normal mata melihat kejernihan 20/20.

Pada ambliopia terdapat defek pada visus sentral, sedangkan medan penglihatan perifer tetap

normal.

Klasifikasi Secara Klinis

1. Ambliopia strabismus (ambliopia mata juling)

Ambliopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada mata yang berdeviasi konstan.

Konstan, tropia yang tidak bergantian (nonalternating, khususnya esodeviasi) sering

menyebabkan ambliopia yang signifikan. Ambliopia umumnya tidak terjadi bila terdapat

fiksasi yang bergantian, sehingga masing – masing mata mendapat jalan/ akses yang sama ke

pusat penglihatan yang lebih tinggi, atau bila deviasi strabismus berlangsung intermiten maka

akan ada suatu periode interaksi binokular yang normal sehingga kesatuan sistem penglihatan

tetap terjaga baik. Ambliopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau

terhambatnya interaksi antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu (fusi) dari

kedua mata, yang akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan kortikal oleh mata yang

berfiksasi dan lama kelamaan terjadi penurunan respon terhadap input dari mata yang tidak

berfiksasi. Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan binokular ini

tampaknya merupakan faktor utama terjadinya ambliopia strabismik, namun pengaburan

bayangan foveal oleh karena akomodasi yang tidak sesuai, dapat juga menjadi faktor

tambahan. Hal tersebut di atas terjadi sebagai usaha inhibisi atau supresi untuk

menghilangkan diplopia dan konfusi. (konfusi adalah melihat 2 objek visual yang berlainan

tapi berhimpitan, satu di atas yang lain). Ketika kita menyebut amblyopia strabismik, kita

langsung mengacu pada esotropi bukan eksotropia. Perlu diingat, tanpa ada gangguan lain,

esotropia primer-lah, bukan eksotropia, yang sering diasosiasikan dengan amblyopia . Hal ini

disebabkan karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan / atau deviasi alternat

35

Page 36: Referat Mata Print

dibanding deviasi unilateral konstan, yang merupakan ”prasyarat” untuk terjadinya

ambliopia.

Fiksasi eksentrik mengacu kepada penggunaan regio non foveal retina terus menerus

untuk penglihatan monokular oleh mata ambliopia. Fiksasi eksentrik terdapat sekitar 80%

dari penderita amblyopia. Fiksasi eksentrik ringan (derajat minor), hanya dapat dideteksi

dengan uji khusus, seperti visuskop, banyak dijumpai pada penderita ambliopia strabismik

dan hilangnya tajam penglihatan ringan. Secara klinis bukti adanya fiksasi eksentrik, dapat

dideteksi dengan melihat refleks kornea pada mata ambliopia tidak pada posisi sentral,

dimana ia memfiksasi cahaya, dengan mata dominan ditutup.1Umumnya tajam penglihatan

adalah 20/200 (6/60) lebih buruk lagi.1,14 Penggunaan regio nonfoveal untuk fiksasi tidak

dapat disimpulkan sebagai penyebab utama menurunnya penglihatan pada mata yang

ambliopia. Mekanisme fenomena ini masih belum diketahui

2. Ambliopia anisometropia

Ambliopia anisometrik terjadi bila ada kelaianan refraksi yang tidak seimbang antara

kedua mata sehingga bayangan yang jatuh pada salah satu mata tidak fokus. Kaburnya

bayangan retina asimetris atau unilateral dapat menyebakan ambliopia pada distorsi

monokuler dan hilangnya binokularis.

Anisometropia miopia ringan biasanya tidak menimbulkan ambliopia, tetapi miopia

unilateral (-6D) sering mengakibatkan ambliopia berat. Anisometropia miopia yang

bermakna bila terdapat perbedaan kelaian refraksi lebih dari 5D. Asimometropia

hipermetropia atau astigmatisma anisomteropia +1,50D dapat menyebabkan ambliopia,

sedangkan anisometropia hipermetropia sedang (+3,00D) dapat menimbulkan ambliopia

berat. Anisometropia dan astigmatisma oblik merupakan faktor resiko ambliopia.

Astigmatisma oblik lebih sering menyebabkan ambliopia. Biasanya sikap tubuh dan mata

anak tersebut dari luar tampak normal, sehingga deteksi dini dan penanganan sering

terlambat. Sedangkan kalau diperhatikan betul, seringkali anak tersebut memicingkan satu

matanya agar sinar yang masuk mata yang paling mendekati aksis dan terrhindar dari sinar

hambur sehingga tampak lebih jelas.

3. Ambliopia ametropia

Timbul pada pematangan visual yang berlanjut pada pengaruh kedua bayangan retina

yang kabur. Keadaaan ini disebut juga ambliopia dengan pola distorsi binokular. Secara klinis

36

Page 37: Referat Mata Print

terdapat pada hipermetropia tinggi bilateral +5D atau lebih dan miopia tinggi lebih dari sama

dengan 10D dan astigmatisma bilateral simetris. Pola distorsi bilateral menyebabkan

buruknya penglihatan bilateral tetapi tidak menghalangi perkembangan penglihatan binokular

dengan stereopsis kasar. Kaburnya bayangan tersebut menimbulkan ambliopia bilateral dan

nistagmus. Anak-anak dengan kelaian tersebut, biasanya akan bergerak maju mendekati

objek yang dilihat untuk mendapatkan penglihatan yang baik.

Anak-anak dengan kelainan refraksi kalau melihat harus maju mendekati objek.

Ambliopia meridional bilateral merupakan pola distorsi sekunder dan bilateral dengan

astigmatisma +3.00 atau lebih. Astigmatisma dengan aksis oblik akan menyebabkan

ambliopia lebih sering daripada astigmatisma dengan aksis 15 derajat dari sumbu tegak atau

mendatar.

4. Ambliopia deprivasi

Ambliopia deprivasi disebut juga ambliopia exanopsia atau difuse amblyopia. Ambliopia

ini disebabkan oleh karena kelainan kongenital bawaan pada mata atau terdapatnya

kekeruhan media refraksi sejak awal. Bila terjadi hanya pada satu mata maka ambliopia yang

diderita memiliki pola distorsi monokular, sedangkan bila kedua mata menderita kelainan,

maka akan timbul ambliopia dengan pola distorsi binokular. Bentuk ambliopia deprivasi ini

paling jarang, tetapi paling merusak dan sulit ditangani.

Diagnosis

Terdapat kecurigaan ambliopia unilateral bila ditemukan:

Fiksasi kedua mata berbeda (pada bayi dan anak yang belum bisa berkomunikasi),

atau terdapat perbedaan tajam penglihatan antara kedua mata sebanyak dua baris

optotipe Snellen atau lebih (pada anak yang sudah dapat berkomunikasi dan

membaca)

Visus tidak berubah meskipun sudah diberikan lensa koreksi

Perbedaan visus sepenuhnya tidak berkaitan dengan kelaiana struktural lintas visual.

Adanya efek density filter dan efek crowding phenomenon

37

Page 38: Referat Mata Print

Kadang-kala ambliopia sangat ringan sehingga hanya terdapat perbedaan visus 1

baris. Karena pada anak pemeriksaan ini sangat sulit, kadangkala diagnosis hanya

berdasarkan penemuan kelaian yang berhubungan seperti adanya anisometropia atau

strabismus sudut kecil (mikropia)

Terdapat kecurigaan ambliopia bilateral apabila ada kelaian refraksi yang bermakna diikuti

dengan kelainan atau kebiasaan sebgaai berikut:

Anak harus maju pada saat melihat TV ataupun di dalam kelas

Fiksasi dibawah kisaran rata-rata pada setiap tiap mata ( bayi dan anak yang belum

bisa berkomunikasi)

Visus tidak mencapai normal dengan lensa koreksi

Penurunana visus sepenuhnya tidak berkaitan dengan kelainan struktural lintas visual

Adanya kekeruhan pada kornea atau lensa disertai nistagmus atau mata bergoyang

tanpa disadari

Gejala klinis ambliopia adanya penurunan penglihatan yang tidak bisa dikoreksi.

Defisit penglihatan yang berhubungan dengan ambliopia mempunyai karakater

tertentu yang meliputi: crowding phenomenon, neutral density filter effect dan fiksasi

eksentris.

Anamnesis

Bila menemui pasien ambliopia, ada 4 pertanyaan penting yang harus kita tanyakan dan harus

dijawab dengan lengkap, yaitu :

1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan ambliogenik? (seperti strabismus, anisometropia,

dll)

2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan ?

3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu ?

4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?

Jawaban dari keempat pertanyaan tersebut akan membantu kita dalam membuat

prognosisnya. Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang menderita

38

Page 39: Referat Mata Print

strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan predisposisi seorang

anak menderita ambliopia. Strabismus dijumpai sekitar 4% dari keseluruhan populasi.

Frekuensi strabismus yang ”diwariskan” berkisar antara 22% - 66%. Frekuensi esotropia

diantara saudara sekandung, dimana pada orang tua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah

15%. Jika salah satu orang tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%. ( Informasi ini

tidak mempengaruhi prognosis, tapi penting untuk keturunannya).

Pemeriksaan penunjang

Tajam penglihatan

Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan

mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan yang

dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu subnormal.

Telah diketahui bahwa penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun

linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan

meletakkan balok disekitar huruf tunggal. Hal ini disebut ”Crowding Phenomenon”.

Terkadang mata ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada huruf isolasi dapat

turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour interaction). Perbedaan yang

besar ini terkadang muncul juga sewaktu pasien yang sedang diobati kontrol, dimana tajam

penglihatannya jauh lebih baik pada huruf isolasi daripada huruf linear Oleh karena itu,

ambliopia belum dikatakan sembuh hingga tajam penglihatan linear kembali normal.

Menentukan tajam penglihatan mata ambliopia pada anak adalah pemeriksaan yang

paling penting. Walaupun untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya sulit

pada pasien anak – anak, tapi untungnya penatalaksanaan ambliopia sangat efektif dan efisien

pada anak – anak. Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan kartu

Snellen standar. Untuk Nonverbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes ”E” dan tes

”HOTV”. Tes lain adalah dengan simbol LEA. Bentuk ini mudah bagi anak usia ± 1 tahun

(todler), dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen. Caranya sama dengan tes HOTV.

NEUTRAL DENSITY (ND) FILTER TEST

39

Page 40: Referat Mata Print

Tes ini digunakan untuk membedakan ambliopia fungsional dan organik. Filter

densitas netral (Kodak No.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan densitas yang cukup unruk

menurunkan tajam penglihatan mata normal dari 20/20 (6/6) menjadi 20/40 (6/12)

ditempatkan di depan mata yang ambliopik. Bila pasien menderita ambliopia, tajam

penglihatan dengan NDF tetap sama dengan visus semula atau sedikit membaik.

Jika ada ambliopia organik, tajam penglihatan menurun dengan nyata bila digunakan

filter, misalnya 20/100 (6/30) menjadi hitung jari atau lambaian tangan. Keuntungan tes ini

bisa, digunakan untuk screening secara cepat sebelum, dikerjakan terapi oklusi, apabila

penyebab ambliopia tidak jelas.

Keterangan : Pada saat mata yang sehat ditutup, filter ditempatkan di depan mata yang

ambliopik selama 1 menit sebelum diperiksa visusnya. Tanpa filter pasien bisa membaca

20/40. Dengan filter, visus tetap 20/40 (atau membaik 1 atau 2 baris) pada ambliopia

fungsional. Filter bisa menurunkan visus 3 baris atau lebih pada kasus-kasus ambliopia

organik.

MENENTUKAN SIFAT FIKSASI

Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Penglihatan sentral terletak pada

foveal; pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat adalah daerah retina parafoveal

– hal ini sering dijumpai pada pasien dengan strabismik ambliopia daripada anisometropik

ambliopia. Fiksasi eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan 20/200 (6/60) atau lebih

buruk lagi.Tidak cukup kiranya menentukan sifat fiksasi hanya pada posisi refleks cahaya

korneal. Fiksasi didiagnosis dengan menggunakan visuskop dan dapat didokumentasi dengan

kamera fundus Zeiss. Tes lain dapat dengan tes tutup alternat untuk fiksasi eksentrik bilateral.

Visuskop

Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang memproyeksikan target fiksasi ke

fundus. Mata yang tidak diuji ditutup. Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke dekat

makula, dan pasien mengarahkan pandangannya ke tanda bintik hitam (asterisk). Posisi tanda

asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa kali untuk menentukan

ukuran daerah fiksasi eksentrik. Pada fiksasi sentral,tanda asterisk terletak di fovea. Pada

fiksasi eksentrik, mata akan bergeser sehingga asterisk bergerak ke daerah ekstra foveal dari

fiksasi retina.

40

Page 41: Referat Mata Print

Tes Tutup Alternat (Alternat Cover Test) untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral

Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan terjadi pada pasien

– pasien dengan ambliopia kongenital kedua belah mata dan dalam hal ini pada penyakit

makula bilateral dalam jangka lama. Misalnya bila kedua mata ekstropia atau esotropia, maka

bila mata kontralateral ditutup, mata yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usaha

untuk refiksasi bayangan. Tes visuskop akan menunjukkan adanya fiksasi eksentrik pada

kedua belah mata.

Penatalaksanaan

Ambliopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu

dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula

peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin

penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus tetap waspada dan bersiap

untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan ”matang” (sekitar umur 10 tahun).

Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah – langkah berikut :

1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak .

2. Koreksi kelainan refraksi.

3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata

yang lebih baik.

4. Pengangkatan Katarak. Katarak yang dapat menyebabkan amblyopia harus segera

dioperasi, tidak perlu ditunda – tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3

bulan pertama kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih

dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang pertama

dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1- 2 minggu. Terbentuknya katarak traumatika

berat dan akut pada anak dibawah umur tahun harus diangkat dalam beberapa minggu

setelah kejadian trauma, bila memungkinkan. Yang mana katarak traumatika itu

sangat bersifat amblyopiogenik. Kegagalan dalam “menjernihkan” media,

memperbaiki optikal, dan penggunaan reguler mata yang terluka, akan mengakibatkan

41

Page 42: Referat Mata Print

ambliopia berat dalam beberapa bulan, selambat lambatnya pada usia 6 hingga 8

tahun.

Koreksi refraktif

Pada ambliopia kelaianan refraksi baik isometropia maupun anisometropia, sanagt

penting dilakukan perbaikan visus dan pemberian kacamata dengan koreksi maksimal

berdasarkan hasil streak retinoskopi yang dilakukan sejak awal dan digunakan secara terus

menerus serta konstan. Lensa kontak dapat mengurangi anisokonia pada kasus anisometropia,

bagus secara kosmetik, megurangi atau menghilangkan efek prisma, mengurangi distorsi

perifer, dan pengecilan lapangan pandang yang diakibatkan oleh pemakaian kacamata pada

pasien dengan miopia tinggi. Kacamata juga memberikan keuntungan karena lebih ekonomis,

perawatan lebih mudah, memberikan perlindungan pada mata, dan dapat diberikan pada

pasien yang memerlukan kacamata bifokal atau prisma.

Pada penderita hipermetropia, kacamata harus diberikan sesuai hasil pemeriksaan

streak retinoskopi, dan bila anak ternyata merasa tidak nyaman serta menolak menggunakan

kacamata, dapat diberika tetes mata atropin satu tetes pada malam hari sampai anak tersebut

dapat menerima dan mau memakai kacamata yang telah ditetapkan.

Oklusi dan Degradasi Optikal

1. Oklusi

Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi pilihan, yang

keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time) atau paruh

waktu (part-time).

A. Oklusi Full Time

Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk semua atau

setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga. (Occlusion for all or all but onewaking hour),

arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan ambliopia dengan cara penggunaan mata

yang ”rusak”. Biasanya penutup mata yang digunakan adalah penutup adesif

(adhesive patches) yang tersedia secara komersial. Penutup (patch) dapat dibiarkan

terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktu tidur. Kacamata okluder (spectacle

mounted ocluder) atau lensa kontak opak, atau Annisa’s Fun Patches dapat juga

menjadi alternatif full-time patching bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya

42

Page 43: Referat Mata Print

kurang lengket. Full-time patching baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan

menghambat penglihatan binokular, karena full-time patching mempunyai sedikit

resiko, yaitu bingung dalam hal penglihatan binokular. Ada suatu aturan / standar

mengatakan full-time patching diberi selama 1 minggu untuk setiap tahun usia,

misalnya penderita ambliopia pada mata kanan berusia 3 tahun harus memakai full-

time patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi kembali. Hal ini untuk menghindarkan

terjadinya ambliopia pada mata yang baik.

B. Oklusi Part-time

Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi hasil sama

dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung

dariderajat amblyopia. Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam

penjelasan peranan full-time patching dibanding part-time. Studi tersebut

menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan ambliopia berat (tajam penglihatan antara

20/100 = 6/30 dan20/400 = 6/120 ), full-time patching memberi efek sama dengan

penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2 jam/hari menunjukkan

kemajuan tajam penglihatan hampir sama dengan patching 6jam/hari pada ambliopia

sedang / moderate (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 – 7 tahun.

Dalam studi ini, patching dikombinasi dengan aktivitas melihat dekatselama 1 jam/

hari. Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam

penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing – masing mata. Hasil ini

tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan, maka

penatalaksanaan harus tetap diteruskan.

2. Degradasi Optikal

Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan kualitas

bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih buruk dari

mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik (biasanya

atropin tetes 1% atau homatropin tetes 5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih

baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihat dekat. ATS menunjukkan

metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan patching untuk ambliopia sedang

(tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100). ATS tersebut dilakukan pada anak usia 3 – 7

tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa pemberian atropin pada akhir minggu (weekend)

memberi perbaikan tajam penglihatan sama dengan pemberian atropin harian yang dilakukan

43

Page 44: Referat Mata Print

pada kelompok anak usia 3 – 7 tahun dengan ambliopia sedang. Ada juga studi terbaru yang

membandingkan atropin dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7 tahun, menunjukkan

atropin merupakan pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang tadinya masih ragu – ragu,

memilih atropin sebagai pilihan pertama daripada patching. Pendekatan ini mempunyai

beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi, yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih baik

dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak sulit untuk ”menggagalkan” metode ini.

Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi.

Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa positif

dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek samping

farmakologik atropin. Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada

pasien dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi

memungkinkan penglihatan binokular.

Komplikasi

Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya ambliopia

pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan harus dipantau

dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah pemberian oklusi

dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4

minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak

perlu sesering oklusi full-time, tapi follow-up reguler tetap penting. Hasil akhir terapi

ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi alternat, tajam penglihatan dengan

Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata. Waktu yang diperlukan

untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut: derajat ambliopia, pilihan terapeutik yang

digunakan, kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih, usia pasien, semakin berat

ambliopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang lebih lama. Oklusi full-

time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia strabismik berat dalam 1

minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang memakai penutup hanya

seusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk

dapat berhasil.

Kekambuhan

Bila penatalaksanaan ambliopia dihentikan setelah perbaikan penuh atau masih

sebagian tercapai, sekitar setengah dari pasien-pasien akan mengalami kekambuhan, yang

44

Page 45: Referat Mata Print

selalu dapat disembuhkan lagi dengan usaha terapeutik baru. Kegagalan dapat dicegah

dengan memakai pengaturan pada penglihatan, seperti patching selama 1 – 3 jam per hari,

penalisasi optikal dengan kacamata, atau penalisasi farmakologik dengan atropin selama 1

atau 2 hari per minggu. Pengaturan ini diteruskan hingga ketajaman penglihatan telah stabil

tanpa terapi lain selain kacamata biasa. Keadaan ini perlu tetap dipantau secara periodik

sampai usia 8 – 10 tahun. Selama penglihatan tetap stabil, interval kunjungan untuk follow-

up dapat dilakukan tiap 6 bulan.

Prognosis

Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi

pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai. Hal

ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya kesembuhan parsial yang

dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun. Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan ambliopia

adalah sebagai berikut :

Jenis Ambliopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan

organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan ambliopia strabismik

prognosisnya paling baik.

Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis

semakin baik.

Dalamnya ambliopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan awal

pada mata ambliopia, maka prognosisnya juga semakin baik.

45

Page 46: Referat Mata Print

BAB V

PRESBIOPIA

Presbiopia adalah suatu keadaan dimana kemampuan akomodasi lensa untuk melihat

dekat perlahan-lahan berkurang yang disebabkan berkurangnya kekenyalan lensa mata dan

berkurangnya kemampuan kontraksi otot akomodasinya. Terjadi penurunan amplitudo

akomodasi sehingga pungtum proksimum menjadi semakin jauh. Hal ini biasa terjadi pada

usia diatas 40 tahun, sehingga pada umumnya seseorang akan memerlukan kacamata bifokus,

yaitu kacamata untuk melihat jauh dan dekat.

Gejala presbiopia

Setelah membaca mata akan menjadi lelah, berair dan sering terasa pedas

Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca

Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari

Sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca

Koreksi presbiopia

Adalah untuk membantu daya akomodasi lensa mata dengan lensa positif untuk membaca

dekat. Perbedaan dioptri antara koreksi jauh dengan koreksi dekat total diketahui sebagai

addisi. Addisi yang dipergunakan biasanya disesuaikan dengan umur :

46

Page 47: Referat Mata Print

40 tahun +1,00 D

45 tahun+1,50 D

50 tahun +2,00 D

55 tahun +2,50 D

60 tahun +3,00 D

Karena jarak baca biasanya 33cm, maka addisi +3,00 D adalah lensa positif terkuat yang

dapat diberikan pada seseorang.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Asbury. Optik dan Refraksi dalam Oftalmologi Umum. Brahm P (Alih

Bahasa). Diana S (Editor Edisi Bahasa Indonesia). Ed. 17. Jakarta: EGC. 2009. Hal:

1-18, 382-398.

2. Sidarta I, Muzakkir T, Salamun, Zainal A. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Jakarta. 2008. Hal: 3-6.

3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3438/1/09E01854.pdf . Accessed

March 26, 2012.

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Optik dan Refraksi dalam Ilmu

Penyakit Mata . Sagung Seto. 2002. Hal: 41-56.

5. Sidarta I. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi Penglihatan Warna dalam Ilmu

Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Jakarta. 2005. hal: 64-83.

6. Sidarta I. Pemeriksaan Tajam Penglihatan dalam Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam

Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Jakarta. 2009.

Hal: 10-44.

47

Page 48: Referat Mata Print

7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21388/5/Chapter%20I.pdf. Accessed

March 26, 2012.

8. http://library.usu.ac.id/download/fk/pnymata-halima.pdf. Accessed March 26, 2012.

9. http://www.scribd.com/doc/62090097/Astigmatism. Accessed March 26, 2012.

10. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23267/4/Chapter%20II.pdf. Accessed

March 26, 2012.

11. Ambliopia. Available from URL:

http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1079_pp0911248.pdf. Accessed March 26, 2012.

12. Ambliopia. http://www.scribd.com/doc/38569442/ambliopia

48