bab ii landasan teori a. tinjauan pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/s021308041_bab2.pdf ·...

18

Click here to load reader

Upload: vuongcong

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1 . Pneumonia

a . Definisi

Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi

dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke

dalam dinding dinding alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan

batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita (Ridha,

2014; Pudiastuti, 2011). Menurut WHO (2014), pneumonia adalah bentuk

infeksi pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru, dimana alveoli paru-

paru terisi dengan cairan sehingga membuat asupan oksigen terbatas untuk

bernafas.

b . Epidemiologi

Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyumbang

terbesar penyebab kematian anak usia di bawah lima tahun (anak balita).

Pneumonia disebut sebagai pembunuh nomer satu di dunia karena hampir satu

dari lima anak balita meninggal dan lebih dari 2 juta anak di negara

berkembang meninggal setiap tahunnya. Pneumonia di negara berkembang

disebut penyakit yang terabaikan (the neglegted disease) atau penyakit yang

terlupakan (the forgotten disease) karena begitu banyak anak yang meninggal

karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan terhadap

masalah pneumonia (Said, 2010).

WHO (2000), memperkirakan insidens pneumonia anak balita di negara

berkembang adalah 151,8 juta kasus per tahun dan 8,7% (13, 1 juta) di

antaranya merupakan pneumonia berat. Jumlah kasus pneumonia anak balita

di dunia ada 156 juta. Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus baru dan

insidens pneumonia anak balita paling tinggi, mencakup 74% (115,3 juta) dari

156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya terkonsentrasi di enam

negara antara lain India 43 juta, China 21 juta, Pakistan, 10 juta, Bangladesh,

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

Indonesia dan Nigeri (Rudan et al. 2008). Menurut Riskesdas tahun 2007,

pneumonia menduduki urutan ke dua sebagai penyebab kematian bayi dan

balita.

c . Etiologi

Berdasarkan studi mikrobiologik penyebab utama pneumonia anak balita

adalah streptococcus pneumoniae/ pneumococcus (30-50%) dan hemophilus

influenzae type b/ Hib (10-30%), diikuti staphylococcus aureus dan klebsiela

pneumoniae pada kasus berat. Bakteri lain seperti mycoplasma pneumonia,

chlamydia spp, pseudomonas spp, escherichia coli. Pneumonia pada neonatus

banyak disebabkan bakteri gram negatif seperti klebsiella spp dan bakteri gram

positif seperti S. Pneumoniae, S. Aureus. Penyebab pneumonia karena virus

disebabkan respiratory syncytial virus (RSV), diikuti virus influenza A dan B,

parainfluenza, human metapneumovirus dan adenovirus. Pneumonia dapat

juga disebabkan oleh bahan-bahan lain misal bahan kimia (aspirasi

makan/susu atau keracunan hidrokarbon pada minyak tanah atau bensin) (Said,

2010).

d . Tanda gejala

Gejala yang sering terlihat pada anak yang menderita pneumonia adalah

demam, batuk, kesulitan bernafas, terlihat adanya retraksi interkostal, nyeri

dada, penurunan bunyi nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis, batuk kering

kemudian berlanjut ke batuk produktif dengan adanya ronkhi basah, frekuensi

nafas > 50 kali per menit (Marni, 2014). Pada pemeriksaan kardiovaskuler

akan didapatkan gejala takikardi dan pada pemeriksaan neurologis terdapat

nyeri kepala, gelisah, susah tidur.

e . Jenis pneumonia/ klasifikasi pneumonia

Menurut Hidayat (2008), pneumonia dibagi antara lain :

1). Pneumonia lobaris yaitu peradangan yang terjadi pada seluruh atau

satu bagian besar dari lobus paru.

2). Pneumonia interstisial yaitu perdangan yang terjadi di dalam

dinding alveolar dan jaringan peribronkhial dan interlobaris.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

3). Bronkhopneumonia yaitu peradangan yang terjadi pada ujung akhir

bronkhiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen dapat

membentuk bercak konsolidasi dalam lobus.

Menurut Depkes RI (2008), klasifikasi pneumonia berdasarkan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :

1). Pneumonia Berat dengan tanda gejala : terdapat tanda bahaya

umum, atau terdapat tarikan dinding dada ke dalam, atau terdengan

bunyi sridor.

2). Pneumonia dengan tanda gejala : nafas cepat dengan batasan (anak

usia 2 bulan - < 12 bulan, frekuensi nafas 50 kali/menit atau lebih

dan anak usia 1 tahun - < 5 tahun frekuensi nafas 40 kali/menit

atau lebih).

3). Batuk bukan Pneumonia apabila tidak ada tanda yang mengarah ke

pneumonia, atau pneumonia berat.

f . Pencegahan

Pencegahan pneumonia selain menghindarkan atau mengurangi faktor

resiko, dapat juga dengan pendekatan di komunitas dengan meningkatkan

pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam

diagnosis dan penatalaksanaan yang benar dan efektif. Upaya pencegahan

merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada anak terdiri

dari pencegahan melalui imunisasi dan nonimunisasi.

Imunisasi terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap

pneumonia merupakan strategi pencegahan spesifik (Kartasasmita, 2010). Dari

beberapa studi vaksin (vaccine probe) diperkirakan vaksin pneumokokus

konjungasi dapat mencegah penyakit dan kematian kasus pneumonia

pneumokokus 20-35% dan vaksin Hib mencegah penyakit dan kematian kasus

pneumonia Hib 15-30%. Sekarang ini di negara berkembang

direkomendasikan vaksin Hib untuk diintegrasikan ke dalam program

imunisasi rutin dan vaksin pneumokokus konjugasi direkomendasikan sebagai

vaksin yang dianjurkan (Said, 2010).

Pemberian zink dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak,

meskipun apabila digunakan untuk terapi zink kurang bermanfaat. Pemberian

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam,

sesak nafas dan laju pernafasan (Marni, 2014).

Pencegahan non imunisasi sebagai upaya pencegahan nonspesifik

merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak kegiatan yang

dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai komponen

masyarakat, terutama pada ibu anak balita tentang besarnya masalah

pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku preventif

sederhana misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan

gizi dengan pola maka nan sehat; penurunan faktor risiko lain seperti

mencegah berat badan lahir rendah, menerapkan ASI eksklusif, mencegah

polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah tangga dan

perokok pasif di lingkungan rumah (Said, 2010).

g . Penanganan

Pemberian antibiotika segera pada anak yang terinfeksi pneumonia dapat

mencegah kematian. Antibiotik yang dianjurkan untuk pneumonia adalah

antibiotik sederhana, tidak mahal seperti kotrimoksazol atau amoksisilin yang

diberikan secara oral. Dosis amoksisilin 25 mg/kg BB dan kotrimoksazol (4

mg trimetoprim: 20 mg sulfometoksazol) /kgBB. Penerapan Pedoman

Tatalaksana Baku Pneumonia termasuk pemberian antibiotik oral sesegera

mungkin dapat menurunkan 13-55% mortalitas pneumonia (20% mortalitas

bayi dan 24% mortalitas anak balita).

h . Faktor Risiko

Menurut Kartasasmita (2010), faktor risiko adalah faktor atau keadaan

yang mengakibatkan seorang anak rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi

berat. Dari faktor risiko ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam

menentukan tindakan pencegahan dan penanggulangan kasus. Faktor risiko

menurut WHO adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit

yang diderita individu dan secara statistik berhubungan dengan peningkatan

kejadian kasus baru berikutnya. Faktor risiko yang dicurigai merupakan faktor

risiko yang belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil penelitian

dan faktor risiko yang ditegakkan merupakan faktor risiko yang telah

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

mendapatkan bukti dari hasil penelitian. Faktor risiko dapat digunakan untuk

memprediksi, memperjelas penyebab dan mendiagnosa kejadian penyakit.

Menurut Notoadmodjo (2010), faktor risiko dikelompokkan menjadi dua,

yaitu faktor risiko ekstrinsik (faktor yang berasal dari lingkungan yang

memudahkan orang terjangkit penyakit) dan faktor risiko intrinsik (faktor

risiko yang berasal dari dalam organisme sendiri).

Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit

dan kematian karena pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk

memperbesar risiko), pemberian ASI ( ASI eksklusif mengurangi risiko),

suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi zinc (mengurangi

risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi

(mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan

asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko).

Maryunani (2010), menyebutkan terjadinya pneumonia di pengaruhi 3

faktor yitu faktor lingkungan meliputi : pencemaran udara dalam rumah,

fentilasi rumah, kepadatan hunian ; faktor resiko anak meliputi : umur, BBLR,

status gizi, pemberian vitamin A, status imunisasi dan faktor perilaku meliputi

: perilaku pencegahan dan penanggulangan penyakit pneumonia. Faktor resiko

meningkatnya angka kejadian dan keparahan penyakit antara lain :

prematuritas, malnutrisi, status sosial ekonomi rendah, terkena asap secara

pasif, dititipkan di penitipan anak, tinggal dirumah yang terlalu padat,

mempunyai riwayat pneumonia (Lalani dan Schneeweiss, 2012)

i . Pendekatan Segitiga Epidemiologi

Dalam segitiga epidemiologi (Epidemiologi Triagle) menggambarkan

hubungan tiga komponen penyebab penyakit yaitu host, agen/agent dan

lingkungan/environment (dibentuk segitiga). Sakit terjadi karena interaksi

antara agent, host and environment (Maryani dan Muliani, 2010).

Agen memiliki sifat infektivitas (kemampuan agen untuk mengakibatkan

infeksi pada host yang rentan), patogenitas (kemampuan agen untuk

menyebabkan penyakit pada host), dan virulensi (kemampuan agen untuk

menimbulkan berat ringan suatu penyakit pada host). Host merupakan manusia

atau organisme yang rentan oleh adanya agen. Faktor internal host meliputi

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

umur, jenis kelamin, ras, agama, adat pekerjaan dan genetik. Lingkungan

adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agen atau host,

tetapi dapat mendukung masuknya agen ke dalam host dan menimbulkan

penyakit.

Berdasarkan segitiga epidemiologi tersebut kejadian penyakit

pneumonia sebagai berikut :

1. Faktor penyebab (Agent) merupakan penyakit penyebab pneumonia yaitu

bakteri, virus, jamur protozoa. Penyebab tersering adalah bakteri

streptococcus pneumoniae/ pneumococcus dan hemophilus influenzae

type b.

2. Faktor Manusia (Host) biasanya manusia atau pasien. Host dalam faktor

resiko pneumonia pada balita meliputi umur, jenis kelamin, status gizi,

ASI Eksklusif dan Berat Badan Lahir.

a). Umur

Umur juga dapat mempengaruhi status kesehatan, karena ada

kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu. Pada usia balita dan

usia lanjut rentan terhadap penyakit karena pada usia balita sistem

pertahanan tubuhnya belum stabil, sedangkan pada usia lanjut sistem

pertahanan tubuhnya sudah menurun ( Maryani & Muliani, 2010).

Kejadian pneumonia meningkat pada usia Balita. Berdasarkan

Riskesdas 2013 prevalensi tertinggi pneumonia pada kelompok usia 1-4

tahun. Insidens tertinggi pada usia 12-23 bulan (21,7 permil), usia 24-35

bulan (21 per mil), 36-47 bulan (18 per mil), 48-59 bulan (17 per mil)

dan 0-11 bulan (13,6 per mil).

b). Status gizi

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Status gizi

dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dalam

tubuh. Tubuh yang memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara

efisien akan tercapai status gizi optimal yang pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada

tingkat setinggi mungkin (Marmi, 2012).

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

Kondisi tubuh dengan gizi kurang, akan menyebabkan seorang

anak mudah terserang penyakit. Bakteri atau virus mudah masuk dalam

tubuh individu dengan ketahanan tubuh atau imunitas yang kurang.

Kondisi kurang gizi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan pada

anak-anak dengan kodisi tersebut dapat melemahkan otot-otot pernafasan

sehingga balita dengan gizi kurang akan mudah terserang ISPA

dibandingkan balita dengan gizi normal (Maryunani, 2010).

Status gizi dipengaruhi secara tidak langsung oleh status sosial

ekonomi keluarga, antara lain tingkat pendidikan dan pendapatan

keluarga. Orang dengan pendidikan tinggi semakin besar peluangnya

untuk mendapatkan penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan

untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat (Adriani, 2012).

Orang yang mempunyai pendidikan yang tinggi dengan pendapatan yang

cukup akan mampu memilih dan membeli sumber daya kesehatan yang

baik, salah satunya dalam memenuhi asupan gizi bagi balita.

Indeks antopometri yang umum digunakan dalam menilai status

gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut

Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).

Berdasarkan Kepmenkes Nomer 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang

standar antopometri penilaian status gizi anak, katageri dan ambang batas

status gizi anak berdasarkan indeks seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Kategori dan ambang batas status gizi anak

Indeks Kategori Ambang Batas

(Z-score) BB/U Gizi Buruk < -3 SD

Gizi Kurang -3 SD s.d <-2 SD

Gizi Baik -2 SD s.d 2 SD

Gizi Lebih > 2 SD

PB/U atau TB/U Sangat pendek < -3 SD

Pendek -3 SD s.d <-2 SD Normal -2 SD s.d 2 SD

Tinggi > 2 SD

BB/PB atau BB/TB Sangat kurus < -3 SD Kurus -3 SD s.d <-2 SD

Normal -2 SD s.d 2 SD

Gemuk > 2 SD

Sumber : Kemenkes RI Direktorat Jendral Bina dan Kesehatan

Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi (2013).

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

c). Pemberian ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan paling baik untuk bayi.

ASI mengandung nutrient ( zat gizi ) yang sesuai untuk bayi seperti

lemak, karbohidrat, protein, garam mineral, vitamin ; mengandung zat

protektif seperti laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim, komplemen C3

dan C4, antistreptokokus ; antibodi seperti immunoglobulin seperti IgA,

IgE, IgM, IgG ; imunitas seluler berupa makrofag yang berfungsi

membunuh dan memfagositosis mikroorganisme membentuk C3 dan C4,

lisozim dan laktoferin, serta zat anti alergi.

Mekanisme pembentukan antibodi pada ASI adalah apabila ibu

mendapat infeksi , maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan akan

disalurkan dengan bantuan limfosit. Antibodi pada payudara yang

disebut Mammae Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue

(MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang ditransfer

disebut Bronchus Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue

(BALT) dan untuk saluran pernafasan ditransfer melalui Gut Associated

Immunocompetent Lymphoid Tissue (GALT).

Berdasarkan UU kesehatan Nomor 36 tahun 2009 tentang ASI

Eksklusif menjelaskan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu

ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali ada indikasi medis.

Bayi usia kurang dari 6 bulan yang tidak diberikan ASI Eksklusif

mempunyai resiko 5 kali lebih besar mengalami kematian akibat

pneumonia dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan

pertama kehidupannya (UNICEF-WHO, 2006).

d). Berat Badan Lahir

Berat badan lahir merupakan berat badan bayi yang ditimbang

dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Klasifikasi neonatus menurut

berat badan meliputi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram, berat

lahir cukup (antara 2500 gram-4000 gram) dan berat lahir lebih (lebih

4000 gram).

BBLR merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan

kurang dari 2500 gram. Penyebab dari BBLR 50% dikarenakan lahir

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

secara prematur dan kecil masa kehamilan (small for gestational age).

Faktor yang dapat menyebabkan kejadian tersebut antara lain : sosial

ekonomi rendah, kurang gizi, merokok sewaktu hamil, bahan teratogen,

radiasi dan gangguan metabolisme pada janin (Ridha, 2014).

Pada bayi dengan BBLR terdapat beberapa masalah yang sering

muncul seperti pola nafas yang tidak efektif berhubungan dengan

imaturitas organ pernafasan, ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan absorbsi, resiko

ketidakseimbangan suhu tubuh dan resiko infeksi berhubungan dengan

sistem kekebalan tubuh yang kurang baik.

3. Faktor Lingkungan (Environment)

Lingkungan merupakan semua faktor di luar individu yang dapat

berupa lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan sosial dan

lingkungan ekonomi. Faktor lingkungan yang menjadi faktor resiko

pneumonia antara lain faktor lingkungan fisik rumah dan sosial ekonomi

orang tua.

The American Public Health Association merumuskan

persyaratan rumah sehat yang bias menjamin kesehatan bagi

penghuninya antara lain :

a . Rumah harus dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan fisik

dasar penghuninya seperti dapat memelihara dan

mempertahankan suhu lingkungan mencegah

kehilangan/bertambanhnya panas badan, terjamin penerangannya

baik alami/ buatan, ventilasi sempurna, melindungi dari

kebisingan.

b . Rumah harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan kejiwaan

dasar penghuninya, terjaga privacy, terjamin berlangsungnya

hubungan yang serasi dan menyediakan sarana yang

memungkinkan dalam melaksanakan pekerjaan rumah tangga.

c . Rumah harus dibangun agar dapat melindungi penghuninya dari

penyakit dan zat berbahaya antara lain dengan tersedianya air

bersih, tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik, tidak

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

menjadi sarang binatang, terhindar dari penularan penyakit

pernafasan, terlindungi dari pengotoran terhadap makanan.

d . Rumah harus dibangun agar dapat melindungi penghuninya dari

bahaya atau kecelakaan seperti bangunan yang kokoh, tangga

tidak curam dan licin, alat listrik terlindungi, terhindar dari

kebakaran, tidak menyebabkan keracunan gas.

3.1. Lingkungan Fisik rumah

Lingkungan fisik rumah yang menjadi faktor risiko pneumonia antara

lain :

3.1.1 Polusi udara dalam ruangan

Salah satu syarat rumah sehat adalah bebas dari polusi

udara (polutan). Sumber-sumber polusi udara dalam rumah

antara lain bahan bakar memasak, asap rokok, asap

pembakaran. Menurut riskesdas 2013, penggunaan bahan

bakar tidak aman (minyak tanah, kayu bakar, arang, batu bara)

dan kebiasaan merokok di dalam rumah proporsinya masih

tinggi yaitu 64,2 % dan 76,6 %. Partikel udara dengan ukuran

kurang dari 10µm dapat menembus paru paru dan

menyebabkan infeksi. Menurut KepMenKes RI Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 dapur harus memiliki sarana

pembuangan asap tujuannya agar terhindar dari polusi dari

pembakaran asap dapur.

Penelitian yang dilakukan Yuwono (2008) menunjukkan

hasil anak balita yang tinggal di rumah dengan bahan bakar

menggunakan kayu memiliki risiko terkena pneumonia 2,8

kali lebih besar. Penelitian Hugo (2010) menunjukkan balita

yang terkena pajanan asap dalam rumah mempunyai resiko 2,7

kali lebih besar terhadap kejadian ISPA non pneumonia

dengan sumber pajanan asap 92 % dari obat nyamuk bakar, 72

% dari asap rokok, dan 32 % dari penggunaan kayu bakar.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

3.1.2 Kepadatan hunian

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999, bahwa luas ruang tidur minimal

8m2, tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam

1 ruangan kecuali anak di bawah 5 tahun. Penelitian yang

dilakukan Yunihasto (2007), menunjukkan lingkungan fisik

rumah dengan kepadatan penghuni rumah <10 m2 per orang

merupakan faktor resiko kejadian pneumonia dengan p=0,000

OR=2,2 CI 95% 1,4-3,6.

3.1.3 Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara dari ruangan

baik secara alami atau mekanis. Menurut Menurut

KepMenKes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 ventilasi

alamiah yang permanen minimal 10 % dari luas lantai.

Penelitian yang dilakukan Yunihasto (2007), menunjukkan

faktor lingkungan yang menyebabkan resiko pneumonia

adalah ventilasi < 10% luas lantai dengan p=0,000 OR=5,4

CI95% 2,8-10,6. Penelitian Anwar dan Dharmayanti (2014),

menunjukkan hasil ventilasi merupakan faktor risiko kejadian

pneumonia dengan nilai p=0,010 OR=1,16 CI 95% 1,04-1,30.

3.1.4 Jenis Lantai dan dinding

Salah satu syarat rumah yang baik yang harus

dipersiapkan agar memenuhi syarat kesehatan antara lain jenis

lantai kedap air dan mudah dibersihkan. Dinding mempunyai

ventilasi, bahan kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai yang

memenuhi syarat adalah yang terbuat dari ubin dan keramik,

sedangkan yang terbuat dari tanah tidak memenuhi syarat

kesehatan.

3.2. Sosial ekonomi

Faktor lain yang berpengaruh dalam kesehatan adalah kondisi

sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi merupakan faktor sangat erat

berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Semakin tinggi

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

status sosial ekonomi keluarga antara lain antara lain pendidikan,

pekerjaan dan kondisi ekonomi secara keseluruhan maka semakin

baik pula perilaku hidup sehat dan bersih. Menurut Friedman (2010)

status sosial ekonomi tidak hanya dilihat dari tingkat ekonomi

(penghasilan keluarga) tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan dan

pekerjaan sehingga saling berpengaruh satu sama lain.

Faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan risiko terjadinya

penyakit dan mempengaruhi cara pandang seseorang mengartikan dan

bereaksi terhadap penyakit. Orang yang mempunyai status sosial

ekonominya rendah biasanya kurang memahami mengenai kesehatan,

tidak mampu membeli makanan yang bergizi, tidak mampu membeli

obat dan tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan (Maryani,

2010).

3.2.1. Pendaptan Keluarga

Weber (2006) menyatakan bahwa tingkat ekonomi

adalah pembagian masyarakat atau orang dalam suatu

tingkatan yang dilihat dari sudut pandang kepentingan

spesifik yakni penghasilan keluarga. Tingkat ekonomi akan

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dalam

pemeliharaan kesehatan. Orang dengan pendapatan yang

mencukupi akan mampu membeli sumber daya kesehatan

yang baik, misalnya tempat tinggal yang layak/ memenuhi

standar kesehatan.

Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan

pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu : golongan

pendapatan sangat tinggi jika pendapatan lebih dari Rp

3.500.000,00 per bulan; golongan pendapatan tinggi jika

pendapatan >Rp 2.500.000,00-Rp 3.500.000,00 per bulan;

golongan pendapatan sedang jika pendapatan Rp

1.500.000,00-Rp 2.500.000,00 per bulan; golongan

pendapatan rendah jika pendapatan kurang dari Rp

1.500.000,00 per bulan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

3.2.2. Tingkat Pendidikan

Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hasbullah, 2008).

Menurut Siswoyo (2011) pendidikan adalah proses dimana

masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah,

perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain), dengan sengaja

mentransformasikan warisan budayanya yaitu pengetahuan,

nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan.

Pendidikan merupakan salah satu aspek status sosial

ekonomi yang berkaitan dengan status kesehatan karena

pendidikan penting untuk membentuk pengetahuan dan pola

perilaku (Grzywacz, 2000 dalam Fiedman, 2010). Pendidikan

merupakan salah satu faktor yang mampu mengubah cara

berpikir seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang

diharapkan semakin kritis pula pola pikirnya dalam hal

kesehatan.

Menurut Tirtarahardja (2010) tingkat pendidikan

tersebut meliputi : jenjang pendidikan dasar meliputi Sekolah

Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jenjang

pendidikan menengah diselenggarakan di SMA (Sekolah

Menengah Atas) atau pendidikan yang sederajat, sedangkan

jenjang pendidikan tinggi diselenggarakan di perguruan

tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah

tinggi, institut dan universitas.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

B . PENELITIAN RELEVAN

Tabel 2.2 Penelitian yang relevan

No. Nama Judul dan Desain Hasil Persamaan Perbedaan

1. Fatarani.

2009. Tesis.

FK-UGM

Judul : Lingkungan

Fisik Rumah dan

Pneuminia Balita Di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Argamakmur

Kabupaten Bengkulu

Utara

Jenis Penelitian :

Observasional dengan

desain case control

study

Hasil : lingkungan fisik Rumah pada rumah

panggung yang mempunyai hubungan

bermakna dengan kejadian pneumonia adalah

ventilasi (OR=7,857dan p=0,047), letak

dapur (OR=5,200 dan p=0,028), kepadatan

penghuni (OR=7,857 dan p=0,015); pada

rumah semi permanan antara lain : ventilasi

(OR=6,926 dan p=0,043), letak dapur

(OR=4,889 dan p=0,031), kebersihan fisik

rumah (OR=7,429 dan p=0,028), kepadatan

penghuni(OR=7,000 dan p=0,026);

sedangkan rumah permanan antara lain :

ventilasi (OR=6,600 dan p=0,042),

kebersihan fisik perabotan rumah (OR=8,000

dan p=0,035), kepadatan penghuni

(OR=6,600 dan p=0,042).

Variabel bebas :

lingkungan fisik

rumah, variabel

terikat : pneumonia,

Jenis penelitian

Variabel bebas :

faktor risiko

ekstrinsik

(pendidikan

ibu,pendapatan

keluarga), faktor

intrisik, tehnik

sampel, subjek

penelitian.

2. Sutami, H.

2011. Tesis.

FK-UGM.

Judul : Faktor Risiko

Ekstrinsik dan

Intrinsik Balita

terhadap Kejadian

Pneumonia di

Kabupaten Kebumen

Jenis Penelitian :

analitik observasional

dengan desain case

control study.

Hasil : Faktor ekstrinsik yang mempunyai

hubungan bermakna dengan kejadian

pneumonia adalah jenis lantai rumah (p=0,00

OR=3 CI 95% 1,529-6,762), kelembaban

(p=0,000 OR=3 CI 95% 1,572-6,494) dan

luas ventilasi (p=0,000 OR=2,92 CI 95%

1,783-9,451) sedangkan Faktor intrinsik yang

mempunyai hubungan bermakna hanya ASI

Eksklusif (p=0,000 OR=4,1 CI 95% 2,019-

9,178).

Variabel bebas :

kondisi fisik rumah,

status gizi, ASI

Eksklusif, variabel

terikat : kejadian

pneumonia, Jenis

penelitian.

Variabel bebas :

pendidikan ibu,

pendapatan

keluarga dan

BBLR, subjek

penelitian, tehnik

sampel.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

3. Bu’tu, M.A.

2010 Tesis.

FK-UGM

Judul : Faktor Risiko

Kejadian Pneumonia

Pada Anak Usia 12-

24 Bulan di

Kabupaten Tana

Toraja

Jenis Penelitian :

observasional dengan

desain case control

Faktor risiko terjadinya pneumonia pada

anak usia 12-24 bulan antara lain riwayat

pemberian ASI Eksklusif (p=0,001 OR=5,03

CI 95%1,88-13,48) ; pemberian makanan

pendamping ASI yang terlalu dini (< 6 bulan)

(p=0,001 OR=3,42 CI 95% 1,47-7,98) ;

Status gizi yang kurang (p=0,04 OR=2,60 CI

95% 1,13-5,98) ; Tingkat pendidikan ibu

yang rendah (p=0,02 OR=3,42 CI 95% 1,35-

8,61) ; polusi asap dapur (p=0,02 OR=2,99

CI 95% 1,21-7,39) dan ventilasi yang kurang

(p=0,02 OR=7,57 CI 95% 2,03-28,22).

Variabel bebas :

pendidikan ibu,

pemberian ASI

Eksklusif, Status

gizi, lingkungan

fisik rumah,

variabel terikat :

kejadian

pneumonia, jenis

penelitian

Variabel bebas:

pendapatan

keluarga, BBLR,

subjek penelitian,

tehnik sampel,

4. Yunihasto,

E.B. 2007.

Tesis. FK-

UGM

Judul : Lingkungan

Rumah Balita

Penderita Pneumonia

di Kecamatan

Sukmajaya Kota

Depok Provinsi Jawa

Barat

Jenis Penelitian :

observasional dengan

desain case control

study

Hasil : faktor risiko lingkungan fisik rumah

yang dapat menyebabkan terjadinya

pneumonia balita adalah luas ventilasi < 10

% luas lantai dengan (p=0,00 OR=5,4 CI

95% 2,8-10,6) ; kepadatan penghuni rumah <

10 m2 dengan (p=0,00 OR=2,2 CI 95% 1,4-

3,6) dan rumah yang tidak ada lubang asap

dapur dengan nilai (p=0,02 OR=1,6 CI 95%

1,1-2,5).

Variabel bebas :

lingkungan fisik

rumah, Variabel

terikat : kejadian

pneumonia, jenis

penelitian

Variabel bebas

pendidikan ibu,

pendapatan

keluarga, status

gizi, pemberian

ASI Eksklusif,

BBLR, subjek

penelitian, tehnik

sampel,

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

5. Anwar, A

dan

Dharmayanti,

I . Jurnal

Kesehatan

Masyarakat

Vol. 8, No.8,

Mei 2014.

Judul : Pneumonia

pada Anak Balita di

Indonesia

Jenis penelitian :

Deskriptif analitik

dengan desain potong

lintang

Faktor risiko yang yang berperan dalam

kejadian pneumonia balita adalah jenis

kelamin (p=0,01 OR=1,1 CI 95% 1,02-1,18),

tipe tempat tinggal (p=0,00 OR=1,15 CI 95%

1,06-1,25), pendidikan ibu (p=0,00 OR=1,20

CI 95% 1,11-1,30), tingkat ekonomi keluarga

(p=0,00 OR=1,19 CI 95% 1,10-1,30),

pemisahan dapur dengan ruang lain (p=0,01

OR=1,19 CI 95% 1,05-1,34), kebiasaan

membuka jendela kamar (p=0,01 OR=1,17

CI 95% 1,04-1,31) dan ventilasi kamar yang

cukup (p=0,01 OR=1,16 CI 95% 1,04-1,30).

Variabel bebas :

pendidikan ibu,

lingkungan fisik

rumah, Variabel

terikat : kejadian

pneumonia

Variabel bebas :

pendapatan

keluarga, status

gizi, pemberian

ASI Eksklusif,

BBLR. Jenis

penelitian.

Tehnik sampel

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

C . KERANGKA BERPIKIR

Variabel bebas

Faktor ekstrinsik Faktor intrinsik

Variabel terikat

Gambar 2.1 Kerangka berpikir Hubungan Faktor Risiko Intrinsik dan Ekstrinsik dengan

Kejadian Pneumonia pada Anak Balita

Variabel yang diteliti :

Variabel tidak diteliti :

D . HIPOTESIS

Kejadian Pneumonia Anak

Balita

Kondisi Lingkungan

Fisik Rumah :

Polusi udara dalam

ruangan

Kepadatan hunian

Ventilasi

Jenis lantai dan

dinding

Status gizi

Pemberian ASI

Eksklusif

Berat Badan Lahir

Rendah

Penyakit Penyerta

Tingkat Pendidikan

ibu

Pendapatan keluarga

Umur

Agent

Bakteri/virus/jamur/protozoa

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308041_bab2.pdf · zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik dengan kejadian

pneumonia pada anak balita.

2. Status gizi merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada anak balita.

3. Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada

anak balita.

4. Berat Badan Lahir merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada anak

balita.

5. Tingkat pendidikan ibu merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada

anak balita.

6. Besar pendapatan keluarga merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada

anak balita.

7. Lingkungan fisik rumah merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada

anak balita.