bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran ... · 3. memecahkan masalah yang...

17
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2013:1), matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust dalam Wahyudi dan Budiono (2012:6), matematika adalah simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yaitu menunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir. Selain itu, menurut Dimyati dalam B.Uno (2008:126), matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu. Keenam jenis materi ilmu antara lain matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial, dan linguistik. Istilah lain dari keenam materi ilmu tersebut dikonotasikan sebagai ide abstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda. Kedudukan matematika sebagai salah satu jenis materi ilmu yang dipelajarai di lembaga pendidikan. B.Uno (2008:129-130) mendefinisikan matematika sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkanberbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Sedangkan menurut Hudoyo dalam Wahyudi dan Kriswandani (2013:9), matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Matematika merupakan

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika

2.1.1.1 Pengertian Matematika

Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2013:1), matematika adalah

bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara

induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai

dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma

atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut Johnson dan

Myklebust dalam Wahyudi dan Budiono (2012:6), matematika adalah

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif

dan keruangan yaitu menunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan,

menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan

masalah, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir.

Selain itu, menurut Dimyati dalam B.Uno (2008:126), matematika

merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu. Keenam jenis materi ilmu

antara lain matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial, dan

linguistik. Istilah lain dari keenam materi ilmu tersebut dikonotasikan sebagai

ide abstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses

tanda. Kedudukan matematika sebagai salah satu jenis materi ilmu yang

dipelajarai di lembaga pendidikan. B.Uno (2008:129-130) mendefinisikan

matematika sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,

berkomunikasi, alat untuk memecahkanberbagai persoalan praktis, yang

unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan

individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar,

geometri, dan analisis. Sedangkan menurut Hudoyo dalam Wahyudi dan

Kriswandani (2013:9), matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan),

aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga

matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Matematika merupakan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

8

pengetahuan yang disusun secara deduktif dan digunakan untuk mendidik dan

melatih untuk berpikir secara logik.

Berdasarkan paparan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah ilmu deduktif dengan konsep yang abstrak yang dapat

digunakan sebagai alat pikir logis untuk memudahkan berfikir.

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika

Menurut Susanto (2013:186), pembelajaran matematika adalah suatu

proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan

kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir

siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan

baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi

matematika. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar

mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan.

Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan

berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi

antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan

lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung. Sedangkan

menurut Soviawati (2011), pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru

untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan

peserta didik serta membantu siswa dalam belajar matematika agar tercipta

komunikasi matematika yang baik sehingga matematika itu lebih mudah

dipelajari dan lebih menarik. Selama proses pembelajaran matematika

berlangsung guru dituntut untuk dapat mengaktifkan siswanya.

Berdasarkan paparan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah aktivitas belajar mengajar aktif yang

dilakukan oleh gurudalam membantu siswa untuk mengembangkan kreativitas

berpikir serta meningkatkan komunikasi matematika terhadap materi

matematika.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

9

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Susanto (2013:189-190), tujuan dalam pembelajaran

matematika di sekolah dasar dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum pembelajaran matematika sebagai berikut:

1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan

pecahan.

2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang

sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.

3. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

4. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan

penaksiran pengukuran.

5. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,

terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikannya.

6. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan

gagasan secara matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai

berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,

dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

10

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Majid (2014:28), hasil belajar merupakan hal yang dapat

dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan

pelajaran. Selain itu menurut Susanto (2013:5), hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan

menurut Rusman (2012:123), hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang

diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga

penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian soal,

macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan tujuan akhir dari suatu proses pembelajaran. Hasil belajar

dapat berupa kemampuan aktual yang diukur secara langsung, dan bertujuan

mengetahui ketercapaian pembelajaran yang telah dilakukan.

2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wasliman dalam Susanto (2013:12), hasil belajar yang dicapai

oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara rinci, uraian

mengenai faktor internal dan eksternal sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta

didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini

meliputi kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

11

2. Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan

ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang

terhadap anaknya, serta kebiasaansehari-hari berperilaku yang kurang baik

dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar

peserta didik. Sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan

hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas

pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Kualitas

pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru. Guru adalah komponen

yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.

Berdasarkan pendapat ini dapat ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal

yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru

dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Peran

guru, apalagi untuk siswa pada usia sekolah dasar, tak mungkin dapat

digantikan oleh perangkat lain, seperti : televisi, radio, dan komputer. Sebab,

siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan

bimbingan dan bantuan orang dewasa (Susanto, 2013:13)

Sedangkan menurut Munadi dalam Rusman (2012:124), faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu :

1. Faktor Internal

a. Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima,

tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani,

dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam

menerima materi pelajaran.

b. Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi

psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

12

belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian,

minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor

lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan

alam misalnya suhu, kelembaban, dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di

ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda

suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih

segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.

b. Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.

Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor

instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri peserta

didik, misalnya:tubuh yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak

dalam keadaan cacat jasmani, kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi

belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar. Sedangkan faktor eksternal

adalah faktor yang muncul dari luar diri peserta didik, misalnya: keluarga,

sekolah (guru, sarana prasarana) dan masyarakat.

2.1.2.3 Ranah dalam Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2012:22), dalam sistem pendidikan nasional rumusan

tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis

besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotoris.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

13

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama disebut kognitif tingkat

rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keteramilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni :

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan

ekspresif dan interpretatif.

Sedangkan menurut Bloom dalam Rusman (2012:125), hasil belajar dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu :

1. Domain kognitif, berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan-

kecakapan intelektual berpikir

2. Domain afektif, berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan

segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai

3. Domain psikomotor, berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan

atau gerakan-gerakan fisik

Lebih lanjut Bloom dalam Rusman (2012:126) menjelaskan bahwa

“Domain kognitif terdiri atas enam kategori” yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep,

prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat

menggunakannya

2. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran

yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkan tanpa harus

menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi

menjadi tiga yaitu menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

14

3. Penerapan (aplication), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode,

prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret

4. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik

untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-

unsur atau komponen pembentukannya. Kemampuan analisis

dikelompokkan menjadi tiga yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan

analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi

5. Sintesis (synthesis) yaitu, jenjang kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan

berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau

mekanisme

6. Evaluasi (evaluation) yaitu, jenjang kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau

konsep berdasarkan kriteria tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

terbagi menjadi tiga ranah yaitu kognitif atau kemampuan intelektual, afektif

atau sikap siswa dan psikomotor atau keterampilan siswa. Penelitian ini terfokus

pada hasil belajar dalam ranah kognitif.

2.1.3 Model Problem Based Learning (PBL)

2.1.3.1 Pengertian Model PBL

Menurut Maricopa Community Colleges, centre for Learning and

Instruction dalam Huda (2013:272), PBL merupakan kurikulum sekaligus

proses. Kurikulum meliputi masalah-masalah yang dipilih dan dirancang dengan

cermat yang menuntut upaya kritis siswa untuk memperoleh pengetahuan,

menyelesaikan masalah, belajar secara mandiri, dan memiliki skill partisipasi

yang baik. Selain itu, menurut Duch dalam Shoimin (2014:130), Problem Based

Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model

pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

15

para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah

serta memperoleh pengetahuan.

2.1.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Model PBL

Adapun beberapa kelebihan dari model PBL menurut Shoimin (2014:132)

yaitu :

1. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam

situasi nyata

2. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui

aktivitas belajar

3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada

hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban

siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi

4. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok

5. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari

perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi

6. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

7. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam

kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka

8. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja

kelopok dalam bentuk peer teaching

Selain kelebihan, terdapat juga kelemahan model pembelajaran ini, yaitu :

1. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan untuk setiap

materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi.

PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu

yang kaitannya dengan pemecahan masalah

2. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi

akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

16

2.1.3.3 Langkah-Langkah Model PBL

Langkah-langkah Model PBL menurut Shoimin (2014:131) antara lain:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Motivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah

yang dipilih

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menerapkan topik,

tugas, jadwal)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,

pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan

temannya.

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Langkah-langkah Model Pembelajaran PBL menurut Hosnan (2014:301) antara

lain :

1. Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah yang dipilih

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut

3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong

siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video,

dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

17

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru

membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan

dan proses-proses yang mereka gunakan

Berdasarkan dua pendapat diatas peneliti menggunakan tahap

pembelajaran PBL yang akan dilakukan dalam penelitian ini menurut Hosnan.

Secara ringkas, kegiatan pembelajaran melalui PBL dalam tahapan-tahapan atau

sintaks akan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1

Sintaks atau Langkah-Langkah Model PBL

Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik

Tahap 1

Mengorientasikan

peserta didik

terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau

logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta

didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah

nyata yang dipilih atau ditentukan

Tahap 2

Mengorganisasi

peserta didik

untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan

masalah yang sudah diorientasikan pada tahap

sebelumnya

Tahap 3

Membimbing

penyelidikan

individual dan

kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yag sesuai dan melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk

menyelesaikan masalah

Tahap 4

Mengembangkan

dan menyajikan

hasil karya

Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan

merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai

sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk

laporan, video, atau model

Tahap 5

Menganilisis dan

mengevaluasi

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang

dilakukan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

18

proses pemecahan

Huda (2013:271) menyatakan bahwa model yang termasuk dalam

pendekatan berbasis masalah adalah antara lain: 1) Problem Based Learning, 2)

Problem Solving Learning. 3) Problem Posing Learning, 4) Open Ended

Learning, 5) Problem Prompting Learning, 6) SAVI, 7) VAK, 8) AIR, 9) Group

Investigation, 10) Mean-Ends Analysis, 11) Creative Problem Solving, 12)

Dooble-Loop Problem Solving, 13) Scramble, 14) Mind Map, 15) Generative,

16) Circuit Learning, 17) Complete Sentense, 18) Concept Sentense dan 19)

Treffinger.

2.1.4 Model Problem Based Learning Tipe Problem Posing

2.1.4.1 Pengertian Model Problem Based Learning Tipe Problem Posing

Model Problem Based Learning tipe Problem Posing merupakan istilah

yang pertama kali dikembangkan oleh ahli pendidikan asal Brasil, Paulo Freire

dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed (1970). Model Problem Based

Learning tipe Problem Posing merujuk pada strategi pembelajaran yang

menekankan pemikiran kritis demi tujuan pembebasan. Sebagai strategi

pembelajaran, Model Problem Based Learning tipe Problem Posing melibatkan

tiga keterampilan dasar, yaitu menyimak (listening), berdialog (dialogue), dan

tindakan (action).

Menurut Shoimin (2014:133), Model Problem Based Learning tipe

Problem Posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa

menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-

pertanyaan yang lebih sederhana. Dalam Model Problem Based Learning tipe

Problem Posing, siswa tidak hanya diminta untuk membuat soal atau

mengajukan suatu pertanyaan, tetapi mencari penyelesaiannya. Penyelesaian

dari soal yang mereka buat bisa dikerjakan sendiri, meminta tolong teman, atau

dikerjakan secara kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Harisantoso dalam

Shoimin (2014:134) yang menyatakan bahwa pengajuan soal juga memberikan

kesempatan kepada siswa untuk aktif secara mental, fisik, dan sosial, di samping

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

19

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyelidiki dan membuat

jawaban yang divergen (mempunyai lebih dari satu jawaban).

Menurut Slameto (2015:407), Model Problem Based Learning tipe

Problem Posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu

merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple

sehingga mudah dipahami. Lebih lanjut, Guntara (2014) menyatakan bahwa

Model Problem Based Learning tipe Problem Posing merupakan model

pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau

memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang sederhana yang

mengacu pada penyelesaian soal tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

Model Problem Based Learning tipe Problem Posing adalah model

pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk menyusun soal serta

penyelesaiannya setelah melalui proses pembelajaran.

2.1.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning Tipe

Problem Posing

Adapun beberapa kelebihan dari model pembelajaran ini menurut Shoimin

(2014:135) yaitu :

1. Mendidik murid berpikir kritis

2. Siswa aktif dalam pembelajaran

3. Perbedaan pendapat antara siswa dapat diketahui sehingga mudah

diarahkan pada diskusi yang sehat

4. Belajar menganalisis suatu masalah

5. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.

Selain kelebihan juga terdapat kelemahan dari model pembelajaran ini, yaitu :

1. Memerlukan waktu yang cukup banyak

2. Tidak bisa digunakan di kelas rendah

3. Tidak semua anak didik terampil bertanya.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

20

2.1.4.3 Langkah-Langkah Model Problem Based Learning Tipe Problem

Posing

Langkah-langkah Model Problem Based Learning tipe Problem Posing

menurut Shoimin (2014:134) antara lain :

1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat

peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

2. Guru memberikan latihan soal secukupnya

3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa

yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula

dilakukan secara kelompok.

4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk

menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat

menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan

oleh siswa

5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

Langkah-langkah Model Problem Based Learning tipe Problem Posing

menurut Guntara (2014) antara lain :

1. Membuka kegiatan pembelajaran

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa

4. Guru memberikan latihan soal secukupnya

5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal

yang belum jelas

6. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen, tiap

kelopok terdiri atas 4-5 siswa

7. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal berdasarkan informasi yang

diberikan guru, dan siswa yang bersangkutan harus mampu

menyelesaikannya. Kemudian soal-soal tersebut dipecahkan oleh

kelompok-kelompok lain

8. Guru memberikan tugas rumah secara individu sebagai penguatan

9. Guru menutup kegiatan pembelajaran

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

21

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan acuan yang dapat berupa teori atau

temuan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Penelitian yang

sebelumnya dapat dijadikan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Berikut

merupakan beberapa penilitian yang relevan dengan permasalahan yang sedang

dibahas dalam penelitian ini.

Lilik Puspitasari (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi

Himpunan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kampak Trenggalek Semester

Genap Tahun Pelajaran 2013/2014” menyatakan bahwa ada pengaruh model

pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar matematika materi himpunan

pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kampak Treggalek semester genap tahun

pelajaran 3013/2014, yang terbukti dari data Mean = 78,75; Median = 80; Modus

= 90 dengan pengaruh sebesar 18,42%.

Wayan Guntara (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Di SD Negeri

Kalibukbuk” menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis data terdapat

perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran problem posing dengan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung dengan nilai thitung sebesar

60,5 dan ttabel = 2,021 pada taraf signifikansi 5%, yang berarti thitung> ttabel

sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

problem posing lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan

dengan model pengajaran langsung.

Kadir (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi Pendekatan

Pembelajaran Problem Posing dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar

Matematika” di MTs Negeri 22 Kampus B Munjul Jakarta Timur, menyatakan

bahwa hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan aritmetika sosial yang

diajar menggunakan pendekatan problem posing lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

22

konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar matematika siswa

yang diberi pendekatan problem posing sebesar 71,20 lebih tinggi daripada rata-

rata hasil belajar matematika siswa yang diberi pendekatan konvensional sebesar

61,60. Dengan demikian pendekatan problem posing berpengaruh secara

signifikan terhadap hasil belajar matematika

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa dalam pembelajaran matematika hendaknya guru menggunakan model

pembelajaran yang mampu membentuk siswa untuk dapat aktif dan melatih siswa

untuk berpikir mendalam dengan cara pelatihan menyusunan pertanyaan sehingga

akan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Dengan demikian peneliti

merumuskan penelitian Pengaruh Model Problem Based Learning Tipe Problem

Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus Imam

Bonjol Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.3 Kerangka Berpikir

Kondisi awal pembelajaran matematika yang ada di sekolah dasar adalah

anggapan para siswa tentang pembelajaran matematika yang suliti. Siswa

mengalami kesulitan dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal

matematika, guru hanya mengajar, menjelaskan, memberi contoh, memberi PR.

Bahkan jarang sekali guru mengajak diskusi siswa tentang materi yang

disampaikan. Biasanya, hanya terdapat beberapa siswa yang memahami

penjelasan guru sedangkan lainnya tidak memahaminya dan siswa yang tidak

memahami penjelasan guru umumnya dikarenakan ketidakberanian siswa dalam

bertanya yang berakibat pada hasil belajar matematika yang tidak rendah.

Pembelajaran matematika memerlukan perbaikan yang mampu

memfasilitasi siswa untuk dapat memahami materi matematika dengan lebih

mendalam agar hasil belajar matematika meningkat, maka penelitian ini mencoba

mengeksperimenkan model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan

penyusunan pertanyaan oleh siswa dan penyelesaiannya, yaitu dengan

menggunakan model Problem Based Learning tipe Problem Posing. Model

Problem Posing adalah pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... · 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

23

membentuk/mengajukan soal berdasarkan informasi atau situasi yang diberikan.

Informasi yang ada diolah dalam pikiran dan setelah dipahami maka peserta didik

akan bisa mengajukan pertanyaan. Kemampuan siswa dalam mengajukan

pertanyaan akan menjadi indikator bahwa siswa telah memahami materi yang

diberikan guru sehingga akibatnya adalah hasil belajar akan meningkat.

Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu satu

kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kedua kelas tersebut akan diberi

perlakuan yang berbeda, pada kelas kontrol akan diberi perlakuan dengan model

pembelajaran konvensional sedangkan untuk kelas eksperimen akan diberi

perlakuan menggunakan model Problem Based Learnig tipe Problem Posing.

Hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen akan dibandingkan. Penggunaan

pendekatan ini, diharapkan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, adapun bagan kerangka berpikir dapat diilustrasikan

sebagai berikut :

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan suatu

hipotesis dalam penelitian ini yaitu “ada pengaruh Model Problem Based

Learning tipe Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V

SD Gugus Imam Bonjol Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Hasil Belajar Problem Based

Learning tipe

Problem Posing