bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. hasil belajareprints.umm.ac.id/38145/3/bab ii.pdfmerancang...

13
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar a) Belajar Belajar merupakan pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar (Uno, 2011:15). Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak (Susanto,2013:4). Dari pendapat pengertian belajar yang dikemukakan para ahli, peneliti menarik kesimpulan bahwa belajar adalah sebuah proses pemerolehan pengalaman baru yang berbentuk perubahan perilaku dan relatif bersifat tetap. b) Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat proses pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan (Purwanto, 2011: 23). Hasil belajar merupakan bentuk dari ketercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang diukur juga tergantung pada tujuannya. Tujuan pembelajaran adalah terjadinya perubahan perilaku yang diinginkan yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi.

Upload: vankhuong

Post on 15-Jun-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Hasil Belajar

a) BelajarBelajar merupakan pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam

bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses

dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui

suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek

yang ada dalam lingkungan belajar (Uno, 2011:15). Belajar adalah suatu aktivitas

yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh

suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan

seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,

merasa, maupun dalam bertindak (Susanto,2013:4).

Dari pendapat pengertian belajar yang dikemukakan para ahli, peneliti

menarik kesimpulan bahwa belajar adalah sebuah proses pemerolehan pengalaman

baru yang berbentuk perubahan perilaku dan relatif bersifat tetap.

b) Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat proses pendidikan sesuai

dengan tujuan pendidikan (Purwanto, 2011: 23). Hasil belajar merupakan bentuk

dari ketercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang diukur juga

tergantung pada tujuannya. Tujuan pembelajaran adalah terjadinya perubahan

perilaku yang diinginkan yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi.

11

Hasil belajar merunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu

merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2010:159).

Pengertian lain tentang hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 2010:22).

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya

salah satu aspek potensi kemanusiaan. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang

disebut ranah belajar, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan

kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah afektif berkaitan

dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah psikomotorik berkaitan dengan

kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan saraf, manipulasi objek, dan

koordinasi saraf (Rifa’I, 2009: 86-89).

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa setelah melaksanakan kegiatan

belajar. Hasil belajar mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil

belajar pada ranah kognitif berupa nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes

hasil belajar, sedangkan pada ranah afektif dan psikomotor berupa aktivitas dan

motivasi belajar siswa.

2. Mata Pelajaran Matematika

a) Hakikat Matematika

Matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang selama ini menjadi dasar

dari segala ilmu pengetahuan di dunia. Semua kemajuan zaman, perkembangan

kebudayaan dan peradaban manusia tidak terlepas dari unsur matematika. Tanpa

12

ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai

kemajuan seperti sekarang. Matematika merupakan dasar bagi ilmu-ilmu lain,

terutama ilmu yang berkaitan dengan angka dan hitung-hitungan. Matematika

bukan ilmu yang berdiri sendiri sehingga dengan mempelajari matematika secara

tidak sengaja juga membuka pintu bagi ilmu-ilmu lainnya untuk dipelajari.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak

dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Subarinah, 2006:1). Matematika adalah

sesuatu yang abstrak namun pada pembelajarannya dapat dimulai dari objek yang

kongkret.

Dari beberapa definisi matematika yang dipaparkan para ahli, dapat

disimpulkan bahwa matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang

mampelajari konsep abstrak yang dibangun melalui proses penalaran, tersusun

secara sistematis dan logis yang mempunyai peran penting dalam perkembangan

bagai ilmu-ilmu lain serta dapat membantu manusia dalam memecahkan masalah

kehidupan sehari-hari.

b) Pembelajaran Matematika SD

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama

(Daryanto, 2012: 240). Ilmu matematika sebagai ilmu hitung pada dasarnya adalah

ilmu yang memiliki fungsi luas dalam kehidupan sehari-hari. Maka sudah

sewajarnya jika pendidkan matematika di ajarkan pada jenjang sekolah dasar.

Pembelajaran matematika Matematika berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan berhitung, mengukur, dan menggunakan rumus matematika sederhana

13

yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan,

pengukuran, geometri, dan pengolahan data. Dengan belajar matematika juga dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi melalui model matematika yang dapat

berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel (Depag,

2004:173).

Secara khusus tujuan pembelajaran matematika sekolah dasar sebagaimana

disajikan oleh Depdiknas dalam Susanto (2013:190), sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan

dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, meyelesaikan model, dan menafsirkan model

yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari.

c) Perkalian dan Pembagian Pada Bilangan Bulat

Operasi perkalian adalah operasi hitung dalam matematika yang

dilambangkan dengan tanda (×). Sedangkan arti dari perkalian pada bilangan cacah

adalah penjumlahan berulang (Sri Subarinah, 2006: 31). Perkalian 𝑎𝑎 × 𝑏𝑏 diartikan

sebagai penjumlahan bilangan b sebanyak a kali.

14

Jadi, 𝑎𝑎 × 𝑏𝑏 = 𝑏𝑏 + 𝑏𝑏 + 𝑏𝑏 + ⋯+ 𝑏𝑏 sebanyak a

Contohnya 3 × 4 = 4 + 4 + 4 = 12, dan 4 × 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 8

Sedangkan operasi pembagian merupakan oprasi hitung matematika yang

dilambangkan dengan tanda (:) adalah lawan dari oprasi perkalian. Sehingga 𝑎𝑎 ∶

𝑏𝑏 = 𝑐𝑐 artinya sama dengan 𝑎𝑎 = 𝑏𝑏 × 𝑐𝑐. Dengan demikian 𝑎𝑎 ∶ 𝑏𝑏 = … artinya kita

mencari bilangan cacah yang jika dikalikan dengan b hasilnya sama dengan a.

Pembagian pada bilangan cacah diartikan sebagai pengurangan berulang (Sri

Subarinah, 2006: 32).

Pembagian 𝑎𝑎 ∶ 𝑏𝑏 = 𝑐𝑐 artinya 𝑎𝑎 – 𝑏𝑏 – 𝑏𝑏 – 𝑏𝑏 – 𝑏𝑏 – 𝑏𝑏 = 0

sebanyak c

Contohnya 6 ∶ 3 = …, artinya kita mencari bilangan yang merupakan banyaknya

pengurangan 6 oleh 3 sehingga hasil akhirnya 0. Karena 6 – 3 – 3 = 0, maka hasil

pembagian 6 oleh 3 adalah 2, yang mana 2 menunjukkan banyaknya pengurangan

dengan angka 3. Jadi hasil pembagian 6 ∶ 3 = 2

Dari pendapat Sri Subarinah, dapat disimpulkan bahwa perkalian dan

pembagian adalah operasi hitung matematika, yang mana perkalan merupakan

penjumlahan berulang dengan simbol perkalian adalah (×). Sedangkan pembagian

merupakan pengurangan berulang dengan symbol (∶).

15

3. Model NHT

a) Definisi Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,

film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce dalam Trianto, 2009:22). Setiap

model pembelajaran mengarahkan kita ke untuk mendesain pembelajaran guna

membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono, 2013:46).

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli peneliti

menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual dengan

prosedur sistematis yang digunakan sebagai pola atau pedoman dalam kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

b) Definisi Model Numbered Heads Together (NHT)

Number Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa dan sebagai alternatife terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2009:82).

Dalam model NHT guru akan mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang

diberikan dengan cara memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan

yang diberikan, untuk itu setiap anggota kelompok selain bertanggung jawab atas

pembelajarannya sendiri juga bertanggung jawab atas pembelajaran anggota

kelompoknya.

16

Number Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spenser Kagan untuk

pertama kali melibatkan lebih banyak siswa siswa dalam menelaah materi yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut. Kepala bernomor (Numbered Heads) memberikan kesempatan

kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling

tepat dalam sebuah permasalahan (Isjoni, 2010: 113). Teknik NHT ini mendorong

siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama.

Dari uraian-uraian diatas disimpulkan model pembelajaran kooperatif

Number Head Together (NHT) adalah sebuah pembelajaran dengan membagi siswa

dalam beberapa kelompok kecil untuk berdiskusi memikirkan jawaban dan

membagikan ide-ide serta memberi pertimbangan jawaban yang paling tepat untuk

sebuah persoalan.

a) Langkah Langkah Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Trianto (2009:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh

kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:

1) Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada

setiap anggota kelompok diberi nomor.

2) Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

3) Fase 3 : Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

17

4) Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai,

mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh

kelas.

Untuk langkah-langkah pembelajaran perkalian dan pembagian dengan

menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari

4 orang dan setiap siswa mendapat nomor kepala.

b) Guru memberikan penjelasan kepada siswa cara kerja kelompok.

c) Siswa bergabung dengan kelompok masing-masing sesuai dengan kelompok

yang telah dibentuk dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

d) Siswa menyelesaikan permaslahan atau mengerjkan tugas (tentang perkalian

dan pembagian) dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan

dan menyakinkan tiap anggota kelompok dalam timnya mengetahui jawaban

tim.

e) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dengan menunjuk nomor secara

acak.

f) Siswa yang nomornya disebut, mengangkat tangan untuk kemudian menjawab

pertanyaan.

4. Metode Permainan Kartu

Metode permainan adalah cara mengajar yang dilaksanakan dalam bentuk

permainan. Metode permainan adalah suatu teknik latihan, permainan ini sama

18

dengan permainan peranan (role playing). Bedanya terletak pada para peserta harus

bekerja dan melakukan interaksi satu sama lain, sehingga membutuhkan persiapan

yang lebih banyak. (Pasaribu, 2009: 36).

Dari definisi para ahli tentang metode permainan, peneliti menyimpulkan

metode permainan adalah suatu metode pelajaran yang dikemas dalam bentuk

permainan agar proses belajar berlangsung menyenangkan. Langkah-langkah

penggunaan metode permainan (Sudjana, 2010: 138) yaitu:

a) Pendidik, atau bersama peserta didik, memikirkan dan menentukan ide pokok,

pesan, atau masalah yang ingin disampaikan dalam permainan,

b) Pendidik bersama peserta didik menyusun dan menentukan aturan permainan

yang mudah, sederhana dan jelas bagi peserta didik,

c) Pendidik membantu peserta didik dalam mempersiapkan tempat, fasilitas dan

alat-alat yang diperlukan,

d) Pendidik membantu peserta didik dalam melaksanakan permainan:

1) Pendidik menjelaskan cara-cara/aturan permainan

2) Pendidik membagi peserta didik dalam kelompok

e) Pendidik melakukan penilaian terhadap isi, proses dan hasil permainan.

Kegiatan permainan yang dapat digunakan untuk anak belajar konsep

operasi hitung bilangan adalah dengan permainan kartu. Kartu merupakan salah

satu benda yang dapat dimanfaatkan sebagai permainan edukatif. Media kartu yang

dikemas dalam bentuk permainan edukatif diharapkan dapat menjadikan proses

belajarlebih menarik dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran

(Budihartanti, 2011: 43). Media permainan kartu bilangan adalah alat perantara

yang digunakan dalam permainan dengan menggunakan kertas yang dibentuk

19

sesuai dengan keperluan terdiri dari kumpulan beberapa angka yang mengandung

makna untuk mencapai tujuan pembelajaran (Muin, 2012:35).

Metode permainan kartu bilangan ini dilakukan dengan cara guru

memberikan sebuah kartu pada pada siswa yang didalam kartu tersebut terdapat

soal perkalian dan pembagian, para siswa di minta untuk menjawab soal yang

terdapat pada kartu tersebut. Setelah berhasil menjawab soal pada salah satu kartu,

maka di ganti soal lain yang terdapat pada kartu temannya begitupun seterusnya

hingga siswa bisa menjawab semua pertanyaan.

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran model NHT dengan metode

permainan kartu adalah :

1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan nomor

kepala

2. Guru memberikan kartu pada siswa yang terdapat soal perkalian dan pembagian

3. Setelah berhasil menjawab soal di ganti soal lain yang terdapat pada kartu

temannya begitupun seterusnya.

4. Setelah bermain guru memberi tugas untuk dikerjakan Bersama kelompok

5. Siswa mengerjkan tugas (tentang perkalian dan pembagian) dan menyatukan

pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan menyakinkan tiap anggota

kelompok dalam timnya mengetahui jawaban tim.

6. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dengan menunjuk nomor secara

acak.

7. Siswa yang nomornya disebut, mengangkat tangan untuk kemudian menjawab

pertanyaan.

20

Penelitian yang dilakukan peneliti pada mata pelajaran matematika pada

materi bilangan dengan Standar Kompetensi (SK) melakukan oprasi hitung

bilangan sampai tiga angka. Sedangkan Kompetensi Dasarnya (KD) adalah

Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian tiga angka.

B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dessi dari Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri Salatiga dengan Judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Hubungan Antar Satuan Kelas III di

MI Nurul Huda Raji Demak Tahun Ajaran 2014/2015”. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian tersebut adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

dilakukan dalam tiga siklus. Dari penelitian tersebut membuktikan bahwa model

pembelajaran kooperatife tipe Numbered Heas Together (NHT) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas III mata pelajaran matematika pada materi

hubungan antar satuan. Pembuktian tersebut dapat dilihat dari nilai post test siswa

yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I memperoleh nilai

rata-rata 49,13. Pada siklus II meningkat nilai rata-ratanya menjadi 62,5. Pada

pelaksanaan siklus III mengalami peningkatan hingga nilai rata-ratanya mencapai

85,20.

Hasil penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Budiyati dari

Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “Penerapan Metode Permainan Untuk

Meningkatkan Minat Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Krogowanan,

Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2013/ 2014”. Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Penelitian Tindakan

21

Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Penelitian yang dilakukan oleh Erna

Budiyati menunjukkan bahwa penggunaan metode permainan dapat meningkatkan

minat belajar siswa kelas V SDN Krowanan pada pembelajaran IPA. Keberhasilan

penggunaan metode permainan di buktikan dengan adanya peningkatan minat

belajar siswa pada siklus I terdapat 87,50% yang mencapai minat belajar pada

kategori baik. Sedangkan pada siklus II terdapat 95,80% siswa yang mencapai

minat belajar baik yang membuktikan adanya peningkatan minat belajar siswa.

Kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang peneliti lakukan. Persamaan pertama adalah sama-sama melakukan

penelitian tindakan kelas (PTK). Kemudian persamaan lainnya adalah sama sama

meneliti di sekolah dasar. Selain itu, untuk penelitian dari Langga Cintia Dessi

memiliki kesamaan menggunakan model NHT. Sedangkan penelitian dari Erna

Budiyati memiliki kesamaan menggunakan metode permainan.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah perbedaan

sekolah atau tempat yang diteliti. Kemudian perbedaan selanjutnya adalah

perbedaan perilaku yang diberikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti

menggabungkan antara model pembelajaran NHT dan metode permainan secara

bersama. Hal ini berbeda karena pada peneliti yang terdahulu hanya menggunakan

satu perilaku.

22

C. KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kondisi

Kondisi

Tindakan

Guru belum menggunakan

metode atau model yang

bervariasi. Guru masih

menggunakan metode

konvensional

Langkah-langkah pembelajaran :

1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan nomor kepala

2. Guru memberikan kartu pada siswa yang terdapat soal perkalian dan pembagian

3. Setelah berhasil menjawab soal di ganti soal lain yang terdapat pada kartu temannya begitupun seterusnya.

4. Setelah bermain guru memberi tugas untuk dikerjakan Bersama kelompok

5. Siswa mengerjkan tugas (tentang perkalian dan pembagian) dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan menyakinkan tiap anggota kelompok dalam timnya mengetahui jawaban tim.

6. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dengan menunjuk nomor secara acak.

7. Siswa yang nomornya disebut, mengangkat tangan untuk kemudian menjawab pertanyaan.

Pada ulangan pokok

perkalian dan pembagian

hanya 53% siswa yang

nilainya memenuhi

KKM, sedangkan standar

sekolah adalah ≥ 70%

Siklus 1

Menggunakan model NHT dan metode permainan kartu

Adanya peningkatan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 3 SDN Slamparejo 1