bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 jar -...

20
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar menurut Slameto (2003) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian hasil pengamatannya sendiri dalam intreraksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Darsono (2001) adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap. Djamarah (2002) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir. 2.1.1.1 Unsur-unsur dalam belajar Menurut Gagne dalam Eveline Siregar (2010) unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni: a. Pembelajar Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari. 5

Upload: hoangnga

Post on 21-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar menurut Slameto (2003) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian

hasil pengamatannya sendiri dalam intreraksi dengan lingkungannya.

Belajar menurut Darsono (2001) adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap.

Djamarah (2002) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa

raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti

kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir.

2.1.1.1 Unsur-unsur dalam belajar

Menurut Gagne dalam Eveline Siregar (2010) unsur-unsur yang saling berkaitan

sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni:

a. Pembelajar

Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta

pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap

rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil penginderaannya

ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk

menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

6

b. Rangsangan / Stimulus

Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus.

Contoh dari stimulus tersebut adalah suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman,

gedung, dan orang. Agar pembelajar mampu belajar optimal maka harus

memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.

c. Memori

Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.

d. Respon

Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.

Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada didalam dirinya

kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.

2.1.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Baharuddin (2007) menyatakan secara umum faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua katagori yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar

individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan

dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor tersebut meliputi faktor fisiologis

dan psikologis.

1. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

individu. Faktor ini dibedakan dalam dua macam. Pertama keadaan jasmaniah.

Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Kondisi fisik yang bugar akan berpengaruh positif terhadap hasil

kegatan individu. Kedua adalah keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar

berlangsung peran fungsi jasmani pada tubuh manisia sangat mempengaruhi hasil

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

7

belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi baik akan memudahkan

aktivitas belajar dengan baik pula.

2. Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologi seseorang yang dapat

mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang yang utama

mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan

bakat

1. Kecerdasan intelegensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik

dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan

melalui cara yang tepat. Dengan demikian , kecerdasan bukan hanya berkaitan

dengan otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila

dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otakmerupakan organ yang penting

dibandingkan dengan organ yang lain. Kecerdasan merupakan faktor

psikologis yang penting dalam proses belajar siswa, karena menentukan

kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu,

semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.

Sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi seorang individu, semakin sulit

individu tersebut meraih sukses dalam belajar.

2. Motivasi

Motivasi adalah suatu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan

belajar individu. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan

kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses

didalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga

perilaku setiap saat (Slavin,1994). Di dalam sumbernya motivasi dibagi

menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan

dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti siswa yang gemar membaca,

maka tanpa disuruh untuk membaca, dengan sendirinya akan membaca karena

ada dorongan dari dalam diri siswa tersebut.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

8

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi

member pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,

tata tertib, orang tua dan sebagainya. Kurangnya respon dari lingkungan secara

positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

3. Minat

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan gairah yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat memberikan pengaruh

terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk

belajar, maka ia akan tidak bersemangat atau tidak mau belajar.

4. Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan

proses belajarnya. Sikap adalah gejala interal untuk mereaksi dengan cara

yang relative tetap terhadap objek, orang, peristiwa atau yang lain baik secara

positif ataupun negatif.

5. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian bakat

adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang

diperlukan dala proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai

dengan bidang yang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses

belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

b. Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi

belajar antara lain faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi dan teman-teman sekelas

dapat mempengaruhi proses belajar. Lingkungan sosial masyarakat seperti kondisi

masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan yang

kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas

belajar siswa. Lingkungan sosial keluarga juga mempengaruhi kegiatan belajar,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

9

seperti hubungan antara anggota keluarga yang harmonis maka akan membantu siswa

melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2. Lingkungan nonsosial

Lingkungan alamiah, seperti udara yang segar, tidak panas, suasana yang sejuk

dan tenang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

Selain itu faktor instrumental yaitu perangkat perangkat yang mendukung untuk

belajar seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, peraturan sekolah, kurikulum sekolah

juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Tidak lupa faktor materi pelajaran, faktor

ini hendaknya di sesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga metode

mengajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

Sedangkan menurut Slameto (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:

1. Faktor Intern

1.1 Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/

bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan

seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan

terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,

ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguangangguan/

kelainan-kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat

belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin

dengan cara selalu mengindahkan ketentuan ketentuan tentang bekerja, belajar,

istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

1.2 Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata

tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat

menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap

bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,

maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

10

belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau

bakatnya.

1.3 Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus

yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian

sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan

perasaan senang, sedangkan minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari

situ diperoleh kepuasan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap

belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara

menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang

berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita

serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

1.4 Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the city to learn”. Dengan

perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang

yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancer

dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat dibidangnya. Dari

uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan

pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik

karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.

2. Faktor Ekstern

2.1 Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar.

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang

tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya

karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga

guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata

pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

11

atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru biasa mengajar dengan

metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat

saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat

membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi

siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar

harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

2.2 Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat

pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa

untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat

akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.

Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan

menjadi lebih giat dan maju.

2.3 Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah,

waktu itu dapat pagi hari, sore, /malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi

belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya

kurang dapat dipertanggungjawabkan kecuali ada hal yang mendesak seperti

keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa

masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Sebaliknya

siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemas, misalnya

pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. Kesulitan

itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan

yang lemah tadi.

2.1.2 Minat Belajar

Slameto (2003) mengatakan, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada

dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu

di luar diri. Makin kuat atau dekat hubungan tersebut, makin besar minat. Minat tidak

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

12

dibawa sejak lahir, tetapi diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dapat

diekspresiakan melalui parsitipasi dalam suatu aktivitas.

Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995), seseorang yang

berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa

senang. Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari

kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap

paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif

(emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat

unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk

mencapai suatu obyek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan

dengan diri pribadi (Buchori, 1985)

Minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan

informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman.

Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik atau terlihat sepenuhnya dengan

suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat

belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan

pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai

pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah. Minat besar

pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan

mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang

mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan-

kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya

daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal

pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi

muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bahwa minat

adalah alat motivasi.

Proses belajar berjalan lancar bila di sertai minat. Oleh karena itu, guru perlu

membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti

(Hasnawiyah, 1994). Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar

mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik

tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

13

psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan

kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan

sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995).

Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi

untuk waktu yang lama, dengan demikian, minat merupakan landasan bagi

konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya

dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak

mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie,

1995).

Hilgard dalam Slameto (2003) memberikan rumusan tentang minat adalah

sebagai berikut: “interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some

activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat merupakan alat motivasi

pokok dalam belajar.

Minat merupakan suatu kemauan yang timbul dalam diri sendiri dan mau untuk

sibuk, dan rasa yang terikat pada aktivitas serta mau untuk berpartisipasi,

memperhatikan secara konsisten. Khusunya minat dalam pembelajaran adalah suatu

rasa yang mampu untuk mendapatkan hasil dalam pembelajaran tanpa ada yang

menyuruh sehingga mampu untuk menyadari bahwa dengan timbulnya rasa senang

atau minat dapat memperoleh kesenangan dalam pembelajaran dan secara tidak

langsung dapat mendapatkan prestasi yang baik dalam belajar.

Dari pengertian di atas dapat dikaji bahwa minat adalah suatu rasa yang lebih

suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh yang

dapat menumbuhkan konsentrasi untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.

Dalam penelitian ini minat dapat diukur dari aktivitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Yang meliputi keaktifan siswa dalam pembelajaran, mendengarkan

penjelasan guru, mencatat, mau mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi

yang kurang jelas dan perhatian siswa terhadap pelajaran yang meliputi senang dalam

pembelajaran, dapat berdiskusi dengan teman, dan rajin membaca buku. Jadi

pengumpulan data yang akan dibuat penelitian dengan menggunakan angket minat.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

14

Dimana angket ini berisi tentang penilaian yang mempunyai aspek tentang aktifitas

siswa dalam pembelajaran untuk mengetahui minat siswa.

2.1.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar yaitu „‟Hasil yang dicapai dalam usaha belajar yang dapat

dinyatakan dalam suatu evaluasi. tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh

siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan

hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Menurut

Poerwanto (1986) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai

oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”

Selanjutnya Winkel (1996) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti

keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan

belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Winkel (1996) Winkel berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan salah satu

bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan

proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang berhasil diraihnya. Winkel lebih

menekankan prestasi belajar itu pada kemampuan siswa secara umum S. Nasution

(1996) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta

didik dalam berpikir, merasa dan berbuat Menurut Nasution prestasi belajar seorang

peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu: (1) Aspek kognitif

adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan erat

dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir peserta didik. Sejak dahulu

aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Hal

itu dapat dilihat dari metode penilaian pada sekolah-sekolah di negeri kita dewasa ini

sangat mengedepankan kesempurnaan pada aspek kognitif. (2) Aspek afektif adalah

aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat

pada kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan dan lain sebagainya. Aspek

afektif berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) peserta didik. (3) Aspek

psikomotorik menurut kamus besar bahasa indonesia adalah segala sesuatu yang

berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi

sederhananya aspek ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) peserta

didik setelah menerima sebuah pengetahuan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

15

Pretasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh seseorang yang telah

mengikuti proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang diraihnya, prestasi juga usaha

yang dapat dinyatakan dalam suatu evaluasi pada akhir pembelajaran. Prestasi

merupakan hasil bagi seseorang yang telah mendapatkan suatu pembelajaran untuk

menentukan berhasil tidaknya orang tersebut dalam mengikuti pembelajaran.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dikaji bahwa prestasi belajar adalah hasil

yang telah diperoleh karena adanya aktivitas belajar. Dan untuk mengetahui berhasil

tidaknya seseorang dalam belajar maka diperlukan evaluasi yang bertujuan untuk

mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar

berlangsung. Jadi prestasi belajar sangat berkaitan erat dengan seluruh kegiatan siswa

dalam pembelajaran, prestasi belajar merupakan suatu prestasi dari proses

pembelajaran, dimana prestasi merupakan ukuran dan landasan bagi peneliti untuk

mengetahui berhasil tidaknya dalam suatu proses pembelajaran.

2.1.4 Penggunaan Alat Peraga KIT IPA

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar

untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa

dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Banyak para ahli mendefinisikan

alat peraga. E.T.Ruseffendi (Sulianto, 2001), Alat peraga, yaitu alat untuk

menerangkan atau mewujudkan konsep IPA. Benda-benda itu misalnya batu-batuan

dan kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk

menjelaskan konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar, dan wujud dari kubus itu

sendiri; benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep pecahan; benda-

benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk menerangkan

konsep lingkaran dan sebagainya. Aristo Rohadi (Sulianto, 2001), Alat peraga adalah

alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau

prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkret. Menurut Estiningsih (1994)

alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan

ciri-ciri konsep yang dipelajari. Menurut Anitah (2008) Alat peraga matematika

adalah alat yang dibuat untuk mempermudah siswa memahami pelajaran

matematika.Berdasarkan uraian pendapat ahli hampir semua menjelaskan bahwa alat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

16

peraga adalah alat bantu yang digunakan guru dalam penyampaian materi

pembelajaran,. dan penggunaan alat peraga dimaksudkan untuk mempermudah siswa

dalam memahami materi, konsep yang disampaikan oleh guru pada saat

pembelajaran, karena mudah dalam memahami materi pembelajaran yang

disampaikan oleg guru maka hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal. Jadi

dengan menggunakan alat peraga, dapat membantu dalam penyampaian materi

sehingga materi/ konsep tampak lebih konkret atau nyata dan siswa akan lebih mudah

dalam memahami materi/ konsep tersebut.

Dengan demikian dapat dikaji bahwa alat peraga adalah benda-benda yang

digunakan guru dalam penyampaian materi pelajaran sehingga materi pelajaran

tampak lebih konkret dan mudah dipahami oleh siswa sehingga dapat membantu atau

mempermudah dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

b. Penggunaan Alat Peraga

Menurut Anitah (2008), penggunaan utama dari alat peraga adalah untuk

membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar siswa

mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut, dengan melihat, meraba dan

memanipulasi obyek alat peraga maka siswa mengalami pengalaman-pengalaman

nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep. Sedangkan menurut Sukayati

(2001) penggunaan alat peraga untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak

mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari.Berdasarkan uraian

tentang penggunaan alat peraga, pada dasarnya penggunaan alat peraga menjembatani

antara konsep yang abstrak seperti pada mata pelajaran ipa dan siswa SD yang baru

mencapai tahap pemikiran operasional konkret, karena dengan menggunakan alat

peraga, siswa lebih aktif dalam pembelajaran yaitu mengutak atik, memegang alat

peraga, siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran dan dapat diartikan

pembelajarannya lebih bermakna, sehingga siswa SD mudah dalam memahami

materi, konsep yang disampaikan oleh guru, sebagai contoh materi operasi hitung

campuran bilangan bulat yang biasanya sulit dipahami oleh siswa terutama siswa

yang masih berada di bangku Sekolah Dasar dan siswa yang baru mencapai tahap

operasional konkret yang hanya dapat memfokuskan pada kegiatan-kegiatan,

peristiwa yang konkret atau nyata. Dengan adanya alat peraga siswa dapat memahami

konsep yang abstrak dengan lebih mudah dengan peragaan karena siswa dapat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

17

mengutak-atik ,memegang, bagaimana penggunaannya sehingga siswa memperoleh

pengalaman yang nyata sehingga tidak mudah untuk dilupakan.

Jadi dapat dikaji bahwa penggunaan alat peraga adalah membantu menurunkan

keabstrakan dari konsep yang dipelajari sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami konsep yang dipelajari, dimana penggunaan alat peraga ini akan mampu

untuk mempengaruhi minat siswa dan prestasi belajar siswa.

c. Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) bahwa “ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis,sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain

itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta

gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

verbal tetapi juga faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan

melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk

sains ditemukan. Poedijati (2005) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam

pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan

membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses

dalam pembelajran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan

terintergrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan

menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk- produk IPA yaitu

fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.

Dari pengertian diatas dapat dikaji bahwa pembelajaran IPA adalah suatu proses

yang didalamnya terkandung tahap-tahap atau langkah-langkah suatu pembelajaran

secara sistematis atau terperinci dengan tujuan menyelesaikan suatu permasalahan

dalam pembelajaran secara ilmiah untuk menghasilkan gambaran-gambaran yang

lebih nyata.

d. Penggunaan Alat Peraga KIT IPA

Dalam pengajaran IPA, Kit Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai kedudukan

yang sangat penting, yaitu: (1) Membantu pengembangan konsep-konsep Ilmu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

18

Pengetahuan Alam; (2) Media dapat memberi dasar yang konkrit untuk berpikir

sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme; (3) Memberikan pengalaman

yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan sendiri; dan (4) Menimbulkan

pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.

Menurut Budiningsih dalam Jurnal Teknologi Pendidikan (1996)

mengemukakan bahwa “media yang diproduksi dan dikemas dalam bentuk kotak

unit pengajaran (KIT), yang dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaannya

adalah untuk menanamkan konsep atau pemahaman siswa terhadap suatu objek

atau peristiwa-peristiwa pembelajaran secara utuh”.

Menurut Ditjen Dikdasmen pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang baik

memang tidak cukup hanya bersumber pada buku. Pengajaran itu harus dilengkapi

dengan alat praktik serta dihubungkan dengan lingkungan alam, sehingga dapat

mendorong anak untuk mengembangkan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan

dan sikap. Kit Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar yang dilengkapi

dengan pedoman penggunaannya untuk guru ini akan sangat membantu dalam

proses belajar dan mengajar serta dapat dijadikan media atau alat bantu dalam

mencapai tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam sesuai dengan kurikulum.

Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan memanfaatkan alat peraga

atau media Kit Ilmu Pengetahuan Alam,bermuara pada keterampilan proses.

Pemakaian atau penggunaan alat peraga Komponen Instrumen Terpadu Ilmu

Pengetahuan Alam dalam pembelajaran IPA tersebut disesuaikan dengan jenis

percobaan yang akan diajarkan guru di Sekolah. Agar dalam menggunakan alat-

alat pengajaran dalam suatu pengajaran dapat mencapai keberhasilan dan daya

guna yang tinggi maka guru harus dapat memilih alat-alat pengajaran yang tepat.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih atau menentukan alat-alat

pengajaran dari Kit IPA yang akan digunakan pada waktu mengajar, diantaranya

adalah: (1) materi yang akan diajarkan, (2) tujuan pembelajaran (3) spesifikasi alat

yang akan digunakan, (4) proses urutan mendemonstrasikan alat, serta (5)

validitas alat.

Proses belajar dan mengajar yang menggunakan alat peraga KIT Ilmu

Pengetahuan Alam, diupayakan menuju keberhasilan. Supaya siswa lebih

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

19

memahami proses dari semua peristiwa yang terjadi mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut: (1) Guru harus meyakinkan diri bahwa para siswa mengetahui

nama yang benar dari bagian-bagian peralatan; (2) Guru harus memberikan

petunjuk yang jelas bagaimana cara menggunakannya; (3) Guru meminta siswa

untuk melakukan pengamatan dengan teliti dan akhirnya menunjukkan kepada

mereka bagaimana mengamati suatu percobaan serta fokus perhatian; (4) Guru

harus selalu memperhatikan bahwa para siswa hanya mencatat hasil pengamatan

dari apa yang benar-benar mereka lihat dan perhatikan. Para siswa dan guru harus

menghindari tercampurnya interpretasi dan pengamatan; (5) Siswa menulis

pengamatan masing-masing dengan menggunakan buku catatan Ilmu Pengetahuan

Alam. Jika perlu guru menyediakan suatu format tertentu untuk mencatat

pengamatan siswa; (6) Guru berkeliling untuk melihat bagaimana hasil kerja para

siswa. Jika perlu guru memberikan bantuan kepada siswa tersebut; (7) Guru perlu

mengetahui kapan kegiatan pengamatan berakhir dan menjaga agar semua siswa

memperhatikan kegiatan belajar dan mengajar yang sedang berlangsung; dan (8)

Guru harus memutuskan kapan mengumpulkan peralatan dan harus selalu

menjaga agar peralatan tidak rusak (Depdikbud, 2000).

e. Penerapan Alat Peraga KIT IPA dalam Proses Pembelajaran

Pembelajaran yang baik ialah pembelajaran yang dikemas berdasar

prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3

tahapan, Akhmad Sudrajat (2008) yaitu: (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan

inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut. Sebelum kegiatan dilaksanakan, langkah

awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan

atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang

disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan (Permendiknas No 41,

2007).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

20

(1) Kegiatan Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran

yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian

peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Permendiknas

No 41, 2007).

(2) Kegiatan inti

Sesuai Permendiknas No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan proses

pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan

sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

(3) Kegiatan Akhir

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,

penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (Permendiknas No 41,

2007).

Sebelum guru melaksanakan pembelajaran menggunakan KIT IPA guru wajib

membuat:

1) Rencana Pembelajaran (Persiapan), meliputi :

a. Merumuskan indikator yang akan dicapai.

b. Merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran dengan KIT IPA

dalam pembelajaran IPA melalui penyusunan RPP.

c. Menyiapkan alat peraga KIT IPA dan bahan yang diperlukan.

d. Membuat lembar observasi guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat

tindakan berlangsung.

e. Membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat prestasi siswa dalam

pembelajaran.

f. Membuat angket minat siswa untuk melihat berapa besar minat siswa.

2) Pelaksanaan, meliputi :

1) Kegiatan awal

(1) Membuka pelajaran dengan salam

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

21

(2) Melakukan absensi siswa

(3) Melakukan apersepsi dan motivasi

2) Kegiatan inti

a. Eksplorasi:

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang

topik/ tema materi IPA tentang struktur bumi

2. Menyampaikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA tentang struktur

bumi

3. Guru harus meyakinkan bahwa para siswa mengetahui nama yang benar

dari bagian-bagian KIT IPA

4. Guru harus memberikan petunjuk yang jelas bagaimana cara

menggunakannya.

5. Guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan dengan teliti dan focus

perhatian.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

6. Siswa menulis pengamatan masing-masing dengan menggunakan buku

catatan Ilmu Pengetahuan Alam.

7. Guru berkeliling untuk melihat bagaimana hasil kerja para siswa.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

8. Meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti.

9. Meminta siswa menulis rangkuman tentang struktur bumi

10. Memberikan penguatan kepada siswa atas pekerjaan yang mereka

kerjakan

11. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpatisipasi aktif.

d. Kegiatan akhir

(1) Menyimpulkan hasil pelajaran

(2) Melakukan evaluasi akhir pertemuan

(3) Melakukan refleksi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

22

Dengan demikian dalam proses belajar dan mengajar Ilmu Pengetahuan

Alam di Sekolah Dasar sebaiknya banyak mengaktifkan anak didik dengan

kegiatan atau percobaan-percobaan untuk mengembangkan ketrampilan proses

dan mengembangkan sikap serta kreatifitas siswa sehingga memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengalami perubahan-perubahan melalui proses

mentalnya. Siswa juga dapat mengembangkan daya imajinasinya sehingga siswa

mampu menuangkan hasil kreatifitasnya. Hal yang perlu dilakukan siswa yaitu:

(a) masing-masing siswa harus mempunyai buku catatan Ilmu Pengetahuan Alam

untuk menulis atau catatan dan konsep-konsep yang diperoleh selama proses

belajar dan mengajar khusunya dalam penggunaan media KIT Ilmu Pengetahuan

Alam, (b) guru perlu mengembangkan teks dan format untuk pengamatan atau

kesimpulan di papan tulis agar siswa belajar melakukan percobaan dengan cara

yang benar dan terstruktur, dan (c) di akhir proses belajar dan mengajar, siswa

menyalin catatan dari papan tulis ke dalam buku catatan sendiri, termasuk

pengamatan individual mereka sendiri dan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat

bersama-sama guru (Depdikbud 2000). Ciri-ciri keberhasilan siswa dalam

penggunaan KIT IPA adalah siswa menyadari arah yang dituju dalam proses

belajar mengajar, siswa merasa mendapat tanggung jawab pada beban yang

diberikan, siswa merasa tidak bosan, mengantuk, dan berkonsentrasi terhadap

materi yang diberikan guru, minat siswa banyak tumbuh dari dalam diri siswa, dan

berkembang dengan baik.

Penggunaan KIT IPA dalam pembelajaran IPA sangatlah penting, karena

didalam mental dan pemikiran anak usia SD masih dalam tahap operational

concret, yang menjelaskan bahwa dalam pembelajaran anak usia SD harus lebih

mengkonkretkan benda yang abstrak, sehingga anak SD mampu untuk lebih

menangkap dari suatu konsep pembelajaran, dan dapat menuntun anak SD untuk

lebih masuk ke dalam pembelajaran sehingga anak juga lebih dapat berimajinasi

dan menggambarkan pembelajaran yang lebih nyata.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga KIT

IPA dalam pembelajaran IPA sangat penting, karena dengan KIT IPA dalam

pembelajaran, dapat mengembangkan imajinasi siswa, seolah-olah siswa melihat

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

23

kejadian yang nyata, sehingga siswa tidak merasakan cepat jenuh ataupun bosan

disaat berlangsungnya proses pembelajaran.

Dalam penggunaan alat peraga KIT IPA, akan dilihat perbedaan yang

mendasar dimana penggunaan alat peraga KIT IPA ini akan digunakan dalam

pembelajaran pada saat kegiatan inti, yaitu pada saat elaborasi, dari sinilah

pengukuran minat dan prestasi belajar siswa dapat terlihat, seberapa besar

pengaruh minat dan prestasi belajar siswa dengan adanya alat peraga KIT IPA.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Nanik Tisnoherawati yang berjudul

“penggunaan peralatan KIT IPA dalam pembelajaran IPA terhadap minat dan

prestasi belajar siswa.”.Hasil penelitian menunjukan rata-rata hasil belajar siswa

sebesar 64,11 dan presentase ketuntasan belajar sebesar 68,4%, aktifitas siswa 45,5%

pada pertemuan pertama dan pada pertemuan kedua 56,8%, presentase kemampuan

guru 67% pada pertemuan pertama dan pada pertemuan kedua 70,8%. Hasil penelitian

pada siklus kedua rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,62 dan presentase ketuntasan

belajar sebesar 77,5%, aktivitas siswa pada pertemuan pertama 70% pada pertemuan

kedua 88,6%, presentase kemampuan guru pada pertemuan pertama 75% dan pada

pertemuan kedua 94,2%.

Dari penelitian ini dapat dikaji bahwa Penggunaan alat peraga KIT IPA dalam

pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa kelas VII SMP

Negeri 1 Malang pada pokok pembahasan fotosintesis Tahun Ajaran 2005/2006 dan

dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat siswa dan prestasi belajar

siswa yang didasarkan pada tingkat kemampuan siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sangatlah penting

karena terdapat beberapa faktor yang mengharuskan untuk menggunakan alat peraga,

faktor yang dimaksud adalah pertama karakteristik pembelajaran IPA adalah

mempunyai kajian yang abstrak jadi seorang guru harus mengurangi keabstrakan pada

pembelajaran IPA. Kedua karakteristik siswa Sekolah Dasar berada pada tahap

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2184/3/T1_292008086_BAB II.pdf · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1. Kajian Teori 2.1.1

24

operasional konkret oleh karena itu seharusnya siswa SD dihadapkan pada benda

yang nyata atau situasi konkret. Ketiga fungsi alat peraga adalah untuk membantu

menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar siswa mampu

menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba dan

memanipulasi obyek/ alat peraga maka siswa mengalami pengalaman-pengalaman

nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep, Oleh karena itu pemikiran

peneliti bahwa pembelajaran yang menggunakan alat peraga, siswa akan lebih mudah

memahami konsep, materi yang disampaikan guru dapat berpengaruh terhadap minat

siswa dan prestasi belajar, sehingga minat dan prestasi belajar siswa dapat tercapai

secara maksimal. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar

antara pembelajaran yang dilakukan seperti biasa guru kelas mengajar dan

pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga KIT IPA. Dalam

penelitian ini diharapkan dapat membuat perubahan yang signifikan terhadap minat

dan prestasi belajar siswa sehingga sebagian besar siswa nilainya mencapai KKM.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan,dapat diajukan

hipotesis tindakan:

1. diduga Penggunaan Alat peraga KIT IPA dapat meningkatkan Minat belajar

siswa pada materi struktur bumi pada kelas V SD Negeri 2 Kembaran.

2. diduga Penggunaan Alat peraga KIT IPA dapat meningkatkan Prestasi Belajar

siswa pada materi struktur bumi pada kelas V SD Negeri 2 Kembaran.