bab ii tinjauan pustaka 2.1. kajian teoritis 2.1.1

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Jagung Tanaman Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk ke dalam famili Graminae, divisi tumbuhan berbiji (Spermatophyta), sedangkan bijinya tertutup oleh bakal buah (Angiospermae), kelas Monocotyledoneae, ordo Graminaceae dan digolongkan ke dalam genus Zea dengan nama ilmiah Zea mays. L (Tjitrosoepomo, 1991). Tanaman Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan aneka biji dari keluarga aneka rumput. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman pangan yang penting, selain Padi dan Gandum. Tanaman Jagung berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia (Prahasta, 2009). Jagung merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena dibeberapa daerah, Jagung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam (Rukmana, 2009). Tanaman jagung berakar serabut. Beberapa varietas tanaman jagung memiliki purata jumlah daun 12 - 18 helai. Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah. Varietas tanaman jagung yang pertumbuhan dewasanya dengan cepat mempunyai jumlah daun yang lebih sedikit dibandingkan varietas tanaman jagung yang lambat pertumbuhan dewasanya. Panjang daun antara 30 - 150 cm dan lebar daun dapat mencapai 15 cm (Berger, 1962 dan Tjitrosoepomo, 1991). Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar. Biji jagung terbesar memiliki Purata berat 250-300 mg. Biji jagung diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna serta

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1. Tanaman Jagung

Tanaman Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang

termasuk ke dalam famili Graminae, divisi tumbuhan berbiji (Spermatophyta),

sedangkan bijinya tertutup oleh bakal buah (Angiospermae), kelas

Monocotyledoneae, ordo Graminaceae dan digolongkan ke dalam genus Zea

dengan nama ilmiah Zea mays. L (Tjitrosoepomo, 1991).

Tanaman Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan aneka biji dari

keluarga aneka rumput. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman pangan yang

penting, selain Padi dan Gandum. Tanaman Jagung berasal dari Amerika yang

tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke

Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia

termasuk Indonesia (Prahasta, 2009).

Jagung merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena dibeberapa

daerah, Jagung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras.

Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia

karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan

ternak khusus pakan ayam (Rukmana, 2009).

Tanaman jagung berakar serabut. Beberapa varietas tanaman jagung

memiliki purata jumlah daun 12 - 18 helai. Beberapa varietas mempunyai

kecenderungan untuk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada

kondisi iklim dan jenis tanah. Varietas tanaman jagung yang pertumbuhan

dewasanya dengan cepat mempunyai jumlah daun yang lebih sedikit

dibandingkan varietas tanaman jagung yang lambat pertumbuhan dewasanya.

Panjang daun antara 30 - 150 cm dan lebar daun dapat mencapai 15 cm (Berger,

1962 dan Tjitrosoepomo, 1991).

Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar. Biji jagung terbesar

memiliki Purata berat 250-300 mg. Biji jagung diklasifikasikan sebagai kariopsis.

Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna serta

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

7

endosperma yang menjadi nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi

tanaman jagung (Johnson, 1991).

2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian

0 - 1.300 m dari permukaan laut dan dapat hidup baik di daerah panas maupun

dingin. Selama pertumbuhannya, tanaman Jagung memerlukan sinar matahari

yang cukup (Sutoro, dkk. 1988). Jumlah radiasi surya yang diterima tanaman

selama stadia pertumbuhannya merupakan faktor yang penting untuk penentuan

jumlah biji. Bila kekurangan cahaya batangnya akan kurus, lemah, dan tongkol

kecil serta hasil yang didapatkan rendah (Muhadjir, 1988).

Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan

pengolahan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang

terbaik untuk pertumbuhannya. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat

ditanami Jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah dikerjakan secara

optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air di dalam tanah berada dalam kondisi

baik. Kemasaman tanah (pH) yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung

antara 5,6 – 7,5 (Rochani, 2007).

2.1.3. Stadia Pertumbuhan

Pertumbuhan Jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu

(1) stadia perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan

pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) stadia

pertumbuhan vegetatif, yaitu stadia mulai munculnya daun pertama yang terbuka

sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnyabunga betina (silking), stadia

ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) stadia reproduktif,

yaitu stadia pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis. Perkecambahan

benih Jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih Jagung akan

berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30%

(McWilliams dkk. 1999). Stadia – stadia pertumbuhan tanaman jagung menurut

McWilliams dkk. (1999) meliputi: VE (stadia perkecambahan), stadia V1 sampai

Vn dan R1 sampai Rn sebagai berikut:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

8

Gambar 2.1. Stadia pertumbuhan tanaman jagung

Stadia pertumbuhan tanaman jagung sebagai berikut:

1. Stadia VE-V2 (perkecambahan sampai daun terbuka 1-2)

Stadia ini berlangsung pada saat tanaman mulai berkecambah, bakal daun

muncul ke permukaan tanah umumnya berumur antara 3-6 hari setelah tanam.

Pada stadia ini akar seminal sudah mulai tumbuh, akar nodul belum aktif, dan titik

tumbuh berada di bawah permukaan tanah (McWilliams dkk.. 1999).

2. Stadia V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5).

Stadia ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari

setelah berkecambah. Pada stadia ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh,

akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh berada di bawah permukaan tanah.

Suhu tanah sangat mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat

keluar daun, menurunkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan

(McWilliams dkk.. 1999).

3. Stadia V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)

Stadia ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari setelah

berkecambah. Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar

dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat

dengan cepat. Pada stadia ini bakal bunga jantan (tassel) dan perkembangan

tongkol dimulai (Lee, 2007). Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang

lebih banyak, karena itu pemupukan pada stadia ini diperlukan untuk mencukupi

kebutuhan hara bagi tanaman (McWilliams dkk. 1999).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

9

4. Stadia V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun 15-18)

Stadia ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah

berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering

meningkat dengan cepat pula. Pada stadia ini, kekeringan dan kekurangan hara

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan

bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya

tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (McWilliams dkk.. 1999, Lee 2007).

5. Stadia VT (Tasseling)

Stadia tasseling biasanya antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya cabang

terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut

tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana

pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai

menyebarkan serbuk sari (pollen).

6. Stadia R1 (silking)

Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang

terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Rambut tongkol

muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh memanjang

2,5-3,8 cm per hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki.

Penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan

jatuh menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Bakal biji hasil

pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh tiga

bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna putih

pada bagian luar biji (Lee 2007).

7. Stadia R2 (blister)

Stadia R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol sudah

kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir

sempurna. Biji sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai

diakumulasi ke endosperma, kadar air biji sekitar 85%, dan akan menurun terus

sampai panen.

8. Stadia R3 (masak susu)

Stadia ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam

bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

10

cepat. Warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap varietas),

dan bagian sel pada endosperma sudah terbentuk lengkap.

9. Stadia R4 (dough)

Stadia R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti

pasta (belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah

terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan

pada stadia ini berpengaruh terhadap bobot biji.

10. Stadia R5 (pengerasan biji)

Stadia R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah

terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan

segera terhenti. Kadar air biji 55%.

11. Stadia R6 (masak fisiologis)

Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah

silking. Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering

maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna

dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman.

Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai

dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol.

Pada varietas lain, ada tanaman yang mempunyai sifat tetap hijau (stay-green)

yang tinggi.

2.1.4. Organisme Penggangu Tanaman

Dalam pertanian, organisme pengganggu tanaman (yang selanjutnya akan

disebut OPT) adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan

potensi hasil yang secara langsung maupun tidak langsung karena menimbulkan

kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap

tanaman budidaya. OPT meliputi hama tanaman, patogen penyakit tanaman dan

tumbuhan pengganggu (gulma) (Djojosumarto, 2008).

2.1.5. Hama Tanaman Jagung

Hama utama tanaman Jagung yang sering minimbulkan kerugian secara

kualitas dan kuantitatif adalah penggerek tongkol Jagung Helicoverpa armigera.

Penggerek tongkol Helicoverpa armigera mulai muncul di pertanaman

pada stadia generatif 43-70 hari setelah tanam. Ngengat H. armigera aktif pada

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

11

malam hari. Ngengat betina meletakkan telurnya secara tunggal pada tanaman

berumur 45 - 56 hari setelah tanam bersamaan dengan munculnya rambut

tongkol. Imago betina mampu menghasilkan telur 600 - 1000 butir. Telur baru

menetas setelah 4-7 hari. Larva hama ini selain menyerang tongkol juga

menyerang pucuk dan menyerang malai sehingga bunga jantan tidak terbentuk ,

yang mengakibatkan hasil biji berkurang. Stadia pupa ada di dalam tongkol.

Siklus hidupnya antara 36-45 hari (Kalshoven,1981).

Hama tanaman jagung yang umum di temukan menurut (Susmawati, 2014)

sebagai berikut:

1. Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guen ) (Lepidoptera: Noctuidae)

Ngengat aktif pada malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi per

tahun. Umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari. Telur berwarna putih diletakkan

berkelompok. Satu kelompok telur beragam antara 30 - 50 butir. Seekor ngengat

betina mampu meletakkan 602-817 butir telur. Telur menetas 3-4 hari.

Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi

dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun, terutama pada daun ke

5-6. Larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan. Dalam

mencari makan, larva berpindah pindah tempat. Larva muda makan pada bagian

alur bunga jantan. Setelah instar lanjut larva menggerek batang. Larva akan

menjadi pupa setelah 17-30 hari (Susmawati, 2014).

Karakteristik kerusakan tanaman jagung akibat dari serangan larva hama

ini yaitu: (1) adanya lubang kecil pada daun, (2) lubang gerekan pada batang,

bunga jantan, atau pangkal tongkol, (3) batang dan tassel yang mudah patah, dan

(4) tumpukan tassel yang rusak.

2. Ulat bulu (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae).

Ngengat memiliki bagian depan sayap berwarna coklat atau keperak-

perakan dan sayap belakang berwarna keputihan. Ngengat aktif pada malam hari.

Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun.

Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan daun (kadang tersusun dua

lapis). Telur berwarna coklat kekuning-kuningan. Masing-masing kelompok telur

berisi 25 – 500 butir, tertutup bulu seperti beludru. Siklus hidup hama ini antara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

12

30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva terdiri dari lima instar, dengan

lama stadium larva 20 – 46 hari, lama stadium pupa 8 – 10 hari).

Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak

berkelompok, dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas.

Daun tanaman yang diserang oleh larva hama ini akan terlihat transparan dan

tinggal tulang-tulang daunnya saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah

daun. Serangan hama ini umumnya terjadi pada musim kemarau. Hama ini

bersifat polifag. Selain tanaman jagung, hama ini juga menyerang tanaman tomat,

kubis, cabai, buncis, bawang merah, kentang, kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk,

pisang, tembakau, aneka kacang, dan tanaman hias (Susmawati, 2014).

3. Penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) (Lepidoptera: Noctuidae)

Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Purata

produksi telur imago betina adalah 730 butir. Telur menetas dalam tiga hari

setelah diletakkan . Larva spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar.

Imago betina akan meletakkan telur pada rambut tongkol jagung. Sesaat setelah

menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji

yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan

kualitas dan kuantitas tongkol jagung (Susmawati, 2014).

4. Lalat bibit (Diptera) (Diptera: Antomyiidae)

Lama hidup imago bervariasi antara lima sampai 23 hari dimana umur

imago betina dua kali lebih lama daripada imago jantan. Imago sangat aktif

terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas

permukaan tanah. Imago berukuran panjang 2,5 mm sampai 4,5 mm, Larva

terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya

menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang menetas melubangi batang yang

kemudian membuat terowongan hingga pangkal batang dan berdampak muncul

warna kuning pada tanaman yang akhirnya tanaman mati (Susmawati, 2014).

5. Sitophilus zeamais (Motsch) (Coleoptera: Curculionidae)

Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang

bubuk. Serangga ini bersifat polifag, selain menyerang biji jagung, juga

menyerang biji beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai,

kelapa dan jambu mente. S. zeamais lebih dominan terdapat pada biji jagung dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

13

beras. S. zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat

menyerang tongkol jagung yang masih berada di pertanaman. Siklus hidup antara

30-45 hari jika kondisi suhu optimum 290C, kadar air biji 14% dan kelembaban

nisbi 70%. Perkembangan populasinya sangat cepat pada bahan simpanan yang

berkadar air di atas 15% (Susmawati, 2014).

6. Hama Kutu Daun (Rhopalosiphum maydis Fitc)

Serangan hama ini, terutama bila populasinya mengakibatkan helaian daun

menguning dan mengering. Gejala klorosis yang sejajar dengan tulang daun, yang

terlihat akibat serangan hama ini dikarenakan hama ini sebagai vektor virus.

Kutu daun ini berwarna hijau. Imagonya ada yang bersayap dan ada yang tidak

bersayap. Pada bagian belakang dari ruas abdomen kelima terdapat sepasang

tabung sifunkulus (Susmawati, 2014).

2.1.6. Penyakit Tanaman Jagung

Patogen penyebab penyakit tanaman jagung terdiri dari golongan jamur,

bakteri, mikoplasma, dan virus. Di indonesia terdapat tujuh jenis penyakit penting

pada tanaman jagung. Menurut Semangun (1991) tujuh penyakit pentung pada

tanaman jagung di Indonesia sebagai berikut:

1. Penyakit bulai (yang disebabkan oleh Peronosclerospora maydis)

Gejala penyakit ini terlihat pada permukaan atas daun jagung yang berwarna

putih sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik. Ciri lainnya adalah

pada pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri

dari konidiofor dan konidium jamur. Penyakit bulai pada tanaman jagung

menyebabkan gejala sistemik yang meluas ke seluruh bagian tanaman dan

menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala terjadi bila infeksi jamur mencapai

titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Jika tanaman yang

terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda maka tidak membentuk buah.

Bila tanaman terinfeksi pada umur yang lebih tua, tanaman masih membentuk

buah tetapi umumnya pertumbuhannya kerdil (Semangun, 1991).

2. Bercak daun (yang disebabkan oleh Curvularia spp.)

Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe gejala yaitu:

(1) bercak berwarna coklat kemerahan dan berukuran lebih besar berbentuk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

14

kumparan, dan (2) bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi

coklat kemerahan. Pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam

waktu 3-4 minggu setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi dini menyebabkan biji

akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada jagung terdapat

pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan

tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu

sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar bahkan sampai

gagal panen (Semangun, 1991).

3. Hawar daun (yang disebabkan oleh Helminthosporium turcicum)

Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian

bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik

dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-5

cm. Bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju

daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering

dan jamur ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Jamur ini dapat bertahan

hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di

lapang (Semangun, 1991).

4. Karat (yang disebabkan oleh Puccinia polysora)

Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada

permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah. Uredinia menghasilkan

uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber

inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui

angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya

berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau (Semangun, 1991).

5. Hawar upih daun (yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani)

Gejala penyakit hawar upih daun pada tanaman jagung umumnya terjadi

pada pelepah daun. Bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi

abu-abu. Bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan

bentuk yang tidak beraturan. Mula-mula sklerotium berwarna putih kemudian

berubah menjadi cokelat (Semangun, 1991).

Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan

permukaan tanah dan menjalar ke bagian atas. Pada varietas yang rentan serangan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

15

jamur dapat mencapai pucuk atau tongkol. Jamur ini bertahan hidup sebagai

miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang.

Keadaan tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan

merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber

inokulum utama (Semangun, 1991).

6. Busuk Batang

Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya.

Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah stadia

pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi

kecoklatan, bagian dalamnya membusuk, sehingga mudah rebah. Pada bagian

pangkal batang yang terinfeksi memperlihatkan warna merah jambu, merah

kecoklatan atau coklat. Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh tujuh

spesies jamur, seperti: (1) Colletotrichum graminearum, (2) Diplodia maydis,

(3) Gibberella zeae, (4) Erwinia moniliforme, (5) Macrophomina phaseolina, (6)

Pythium apanidermatum, dan (7) Cephalosporium maydis (Subandi, 1998).

7. Virus mosaik kerdil jagung

Gejala penyakit menyebabkan tanaman menjadi kerdil, daun berwarna

mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning. Dilihat secara keseluruhan

tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi

apabila permukaannya daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya

serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga.

Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan hasilnya

(Semangun, 1991).

2.1.7. Musuh Alami Hama Tanaman Jagung

Teori dasar dalam pengelolaan hama terpadu adalah mempertimbangkan

komponen musuh alami dalam strategi pemanfaatannya dan pengembangannya.

Teknik pengelolaan hama terpadu yang melibatkan musuh alami untuk dapat

menurunkan populasi hama disebut pengendalian hayati (Pedigo, 1999).

Musuh alami merupakan agen pengendali hayati untuk mereduksi populasi

hama, yang terdiri dari: predator, parasitoid, dan patogen penyebab penyakit pada

hama (Untung, 1997). Pemanfaatan musuh alami dapat menghasilkan suatu

keseimbangan populasi hama sehingga tidak merugikan (DeBach, 1979).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

16

Beberapa musuh alami dari hama dan patogen penyakit tanaman Jagung disajikan

pada Tabel 2.1. (Natawigena, 1990).

Tabel 2.1. Musuh alami dan statusnya pada tanaman jagung

Musuh Alami Status Hama dan Patogen Penyakit

Laba – laba (Lycosa sp.) Predator Aphis spp, kutu daun (Stemhause,1963)

Kumbang Bulan (Verania sp. ) Predator Aphis spp, kutu daun, kebul (Natawigena,1990)

Kumbang kubah

(Menochilus sexmaculatus)

Predator Semut, Aphid (Natawigena,1990)

Semut semai (Ordo Coleoptera

littoralis)

Predator Aphis spp, wereng (Galloghen,1991)

Belalang sembah (Mantodea carolina) Predator Aphis spp., Hellopeltis spp., kutu kebul

(Subyakto,2000)

Anggang-anggang Lymnoganus sp. Predator Nyamuk, wereng (Gallogher,1991)

Capung (Anax juinus) Predator Walang sangit (Natawigena,1990)

Serangga Trichograma sp. Parasitoid Telur, serangga, ngengat (Subyakto,2000)

Jamur Beauveria bassiana Patogen Belalang, tawon (Natawigena, 1990)

Jamur Trichoderma sp. Patogen Jamur, penyakit akar (Natawigena,1990)

2.1.8. Tanaman Refugia

Refugia merupakan beberapa jenis tumbuhan atau tanaman yang dapat

menyediakan tempat perlindungan, sumber pakan (nutrisi) tambahan, atau

sumberdaya yang lain bagi musuh alami seperti predator dan parasitoid (Nentwig,

1998). Refugia berfungsi sebagai mikrohabitat yang diharapkan mampu

memberikan kontribusi dalam usaha konservasi musuh alami. Musuh alami akan

berdampak pada dinamika serangga dan meningkatkan peluang lingkungan bagi

musuh alami dalam pengendalian hama secara biologis (Solichah, 2001).

Tumbuhan liar merupakan mikrohabitat bagi kelangsungan hidup suatu

organisme tertentu. Dalam ekosistem pertanian, mikrohabitat buatan yang baik

adalah jika dibuat pada tepian atau di dalam lahan pertanian (Klingauf, 1988).

Heitzmen, dkk. (1990) mengatakan bahwa refugia adalah tumbuhan terpilih yang

diatur dalam satu lajur di lahan pertanian, tidak menunjukkan pengaruh

kompetisinya yang berarti bagi tanaman budidaya.

2.1.9. Pranata Mangsa

Pranata mangsa merupakan kearifan lokal yang diciptakan oleh

Ronggowarsito untuk pengenalan waktu dan telah dikenal oleh masyarakat di

pulau Jawa selama ribuan tahun. Pranata mangsa telah disejajarkan dengan

kalender Gregorius dan dipergunakan secara resmi dalam pemerintahan oleh Sri

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

17

Pakubuwono VII (raja di kerajaan Surakarta) pada tanggal 22 Juni 1855,

meskipun sebenarnya pranata mangsa telah ada jauh sebelumnya. Pranata mangsa

menjadi pedoman formal dalam berbagai aktivitas sosial dan ekonomi

masyarakat, terutama dalam kegiatan bercocok tanam (Wisnubroto, 1997).

Pranata mangsa Jawa dilakukan dengan membaca tanda-tanda alam untuk

menentukan perhitungan musim yang akan digunakan dalam mengelola lahan

pertanian. Sistem pranata mangsa terbagi menjadi empat musim, yaitu: musim

hujan (rendheng), pancaroba akhir musim hujan (mareng), musim kemarau

(ketiga), dan musim pancaroba menjelang hujan (labuh). Kepercayaan yang

berkembang di tengah masyarakat Jawa sangatlah komplek. Pengetahuan

masyarakat Jawa terhadap dunia yang bersifat rasional dan irrasional memiliki

kompleksitas yang cukup tinggi (Fidiyani dan Kamal, 2012).

Tabel 2.2 Jenis-jenis musim (mangsa) menurut kalender pranata mangsa

(Daldjoeni, 1997)

Mangsa Nama

Mangsa Keterangan

Kasa

Ketiga

Musim menanam palawija, tanah sawah

melungka.

Karo Musim bertanam palawija tahap kedua.

Katelu Musim panen palawija, udara dingin, minyak

goring membeku, ada lintang kemukus.

Kapat

Labuh

Musim sumur mongering

Kalima Musim hujan mulai turun, pohon asam

bertunas, pohon kunyit berdaun muda.

Kanem Musim buah-buahan mulai tua dan petani

mulai menggarap sawah.

Kapitu

Rendheng

Musim banjir, badai, petir dan petani mulai

tandur.

Kawolu Musim padi mulai tegak, banyak hama dan

penyakit.

Kasanga Musim padi berbunga

Kasepuluh

Mareng

Musim padi mulai berbuah

Dhesta Musim panen padi, dan mulai menanam

palawija.

Sadha Musim memupuk jerami.

2.1.10. Mulsa Organik Jerami

Menurut Buckman dan Brady (1969) dalam Utomo (2007) bahwa mulsa

adalah semua bahan yang digunakan pada permukaan tanah terutama untuk

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

18

menghalangi hilangnya air karena penguapan atau untuk mematikan tumbuhan

pengganggu (gulma). Setelah mulsa organik menjadi kompos selain

meningkatkan kadar hara makro dan mikro, juga bertindak sebagai penyangga

biologi dan menyebabkan struktur tanah lebih remah dan stabil. Kondisi tersebut

menunjang pertumbuhan tanaman (Budiman dkk., 2007).

Mulsa yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah atau lahan pertanian

dapat melindungi lapisan atas tanah dari cahaya matahari langsung, terutama pada

intensitas cahaya yang tinggi. Mulsa dapat mengurangi kompetisi antar tanaman

dengan gulma dalam memperoleh sinar matahari dan mencegah proses evaporasi

sehingga penguapan hanya melalui transpirasi yang normal dilakukan oleh

tanaman (Rukmana dan Saputro, 1999).

2.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, model hipotetis dan tinjauan

pustaka maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Jagung yang ditanam pada dua waktu tanam yang berbeda (berdasarkan

kebiasaan petani versus ramalan pranata mangsa) yang dikombinasikan dengan

pemberian jerami dan penanaman refugia akan mempengaruhi pertumbuhan

dan hasil produksi tanaman Jagung.

2. Jagung yang ditanam pada dua waktu tanam yang berbeda (berdasarkan

kebiasaan petani versus ramalan pranata mangsa) yang dikombinasikan

dengan pemberian jerami dan penanaman refugia akan mempengaruhi jenis

dan populasi hama.

3. Jagung yang ditanam berdasarkan waktu tanam pranata mangsa yang

dikombinasikan dengan pemberian jerami dan penanaman refugia akan

memiliki pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih tinggi.

4. Penanaman refugia di antara barisan tanaman jagung akan berdampak

meningkatkan populasi musuh alami.

2.3. Definisi dan Pengukuran Variabel

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap hipotesis yang

dikemukakan, maka dibuat definisi dan pengukuran variabel sebagai berikut:

1. Stadia pertumbuhan adalah tahapan pertumbuhan tanaman pada saat memasuki

stadia tertentu dari pertumbuhan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

19

2. Tinggi tanaman pada stadia vegetatif diukur dari buku pertama pada pangkal

batang sampai ke ujung daun paling atas. Tinggi tanaman pada stadia generatif

diukur dari pangkal batang sampai bagian teratas dari bunga jantan.

Pengukuran dilakukan pada setiap stadia pertumbuhan tanaman, dengan satuan

pengukuran adalah cm.

3. Jumlah daun dihitung dari munculnya daun tanaman yang terbuka secara

sempurna, dihitung mulai daun pertama sampai keluarnya bunga jantan. Satuan

pengukuran yang digunakan adalah helai.

4. Intesitas serangan patogen penyakit dihitung dengan formula sebagai berikut:

Keterangan:

I = intensitas serangan penyakit (%)

ni = jumlah tanaman yang bergejala pada skor ke-i

vi = skor ke-i

N = jumlah seluruh tanaman yang diamati

Z = skor tertinggi

5. Persentase jumlah tanaman yang diserang patogen penyakit dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

6. Musuh alami dari hama tanaman adalah berbagai organisme yang menjadi

predator, parasit atau parasitoid dan patogen pada hama tanaman jagung.

Musuh alami dipilah berdasarkan ordonya. Populasi musuh alami adalah

jumlah musuh alami yang ditemukan pada tanaman contoh.

7. Jumlah biji per tongkol adalah jumlah seluruh biji dalam satu tongkol.

8. Bobot kering brangkasan adalah penimbangan seluruh bagian tanaman (akar,

batang, daun dan bunga jantan tanpa tongkol jagung) setelah dikeringkan

dengan menggunakan oven pada suhu 65 oC, sampai bobotnya konstan.

Penimbangan dilakukan setelah didinginkan dalam keadaan terbungkus kertas

koran.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1

20

9. Bobot biji kering per tanaman adalah bobot biji yang dihasilkan per tanaman

yang ditimbang dengan satuan pengukuran gram.

10. Bobot biji kering per petak perlakuan adalah bobot biji jagung yang

diperoleh dari petak sampel berukuran 2,5 m x 2,5 m, yang di ambil secara

acak pada setiap petak perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali dalam

dengan satuan pengukuran kilogram.

11. Bobot 1000 biji adalah bobot 1000 butir biji jagung yang ditimbang dengan

menggunakan satuan pengukuran gram. Untuk memperoleh bobot 1000 biji

di ambil secara acak 100 biji kemudian ditimbang. Penimbangan di ulang

delapan kali. Setiap kali pengulangan dilakukan penggantian sepuluh biji

secara acak. Kemudian purata hasil penimbangan 100 biji dikalikan sepuluh.

12. Hama dan musuh alami diamati kehadirannya pada setiap stadia pertumbuhan

tanaman, dan dihitung populasinya.

13. Bobot biji jagung per hektar adalah bobot biji per hektar yang diperoleh dari

konversi bobot biji per petak berukuran 2,5 m x 2,5 m.

Rumus yang digunakan adalah:

k